Disusun Oleh :
2017
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Pengertian
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu
kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan
sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang
disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri
oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah,
seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani
limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan
tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban
pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban
bersama atau MCK.
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah
dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan
gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi
dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan
akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa
wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan
secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya
kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan
pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung
limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi
saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air
hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki
kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara
berkelanjutan dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat
berguna di masyarakat.
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk
ke atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup
tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi,
kontaminan disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2
kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran
primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara
langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh
proses kimia di atmosfer.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90%
pencemaran udara global adalah:
Mengingat lokasi kerja yang sangat luas dan terbuka sehingga resiko
tercampurnya limbah dengan air hujan sangat besar serta area kerja yang datar
dan di taman, maka dipilihlah sistem pengumpulan limbah dengan menggunakan
pemompaan dengan perpipaan tertutup. Sistem ini dibuat dengan cara
mengumpulkan limbah dari setiap sumber ke dalam bak pengumpul. Limbah yang
terkumpul dalam bak pengumpul ini akan dipompa secara otomatis menggunakan
pompa submersible yang dilengkapi dengan level kontrol. Untuk sumber limbah
yang sangat jauh dari lokasi IPAL, maka dilakukan dengan sistem transfer dimana
limbah dari bak pengumpul dipompa ke dalam bak transfer yang berfungsi
sebagai bak transfer ke lokasi IPAL. Kemudian limbah yang terkumpul dalam bak
transfer ini dipompa lagi menuju IPAL. Secara detil sistem jaringan pengumpulan
limbah ini dapat dilihat seperti pada Lampiran 1.
Karena lokasi jaringan yang berada di tengah taman hotel, maka untuk
menyalurkan limbah ini menuju ke IPAL perlu direncanakan jalur yang aman serta
tidak mengganggu estetika dan keindahan.
a. Kebutuhan listrik
Dari total biaya operasional IPAL ini dapat dihitung juga besarnya biaya
operasionaluntuk pengolahan limbah setiap meter kubiknya,yaitu sebagai berikut :
- Jumlah air limbah per hari = 54 m3
- Biaya pengolahan air limbah = Rp.116.133/54 m3, atau
= Rp 2.150 / m3 limbah.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain :
Rencana pengelolaan limbah dengan teknologi IPAL dan dilanjutkan dengan
Reuse air akan dapat digunakan sebagai solusi permasalahan bahaya
pencemaran lingkungan dan menghindari terjadinya defisit air bersih.
Teknologi re-use dapat menghemat pemakaian air bersih, tanpa mengurangi
jumlah pemakaian air. Program ini dapat menghemat pemakaian air sampai
dengan 50%.
Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh pengelola hotel jika
gerakan “Green Hotel & Resort” (upaya pemanfaatan kembali air) ini
dilakukan antara lain :
1. Akan meningkatkan image di masyarakat sekitar dan internasional
sehingga akan meningkatkan tingkat hunian hotel.
2. Menghindari ternyadinya konflik sosial dengan masyarakat di sekitar
karena persoalan kekurangan air bersih dan pencemaran lingkungan.
3. Menghindari terjadinya kerusakan lingkungan (intrusi air laut, penurunan
muka daratan akibat penyedotan air bawah tanah)
4. Memberikan lapangan kerja bagi operator IPAL,
5. Mendapatkan keuntungan finasial, karena penurunan pajak pemakaian air.
6. Sebagai hotel yang pertama kali berpredikat “Green Hotel”, maka Segara
Village akan menjadi pioneer di bidang pengolahan air limbah dan akan
dipublikasikan secara luas oleh berbagai media.
4.2. SARAN
Raka, I G., Zen, M.T., Soemarwoto, O., Djajadiningrat, S.T., and Saidi, Z. (1999).
Paradigma Produksi Bersih: mendamaikan pembangunan ekonomi dan
pelestarian lingkungan. Penerbit Nuansa, Bandung, Indonesia
www.damandiri.or.id/file/marganofipbbab6.pdf
Lampiran