Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI PERHOTELAN

Disusun Oleh :

1. Regina Amindya Omsusunggu


2. Junita Sari Lubis
3. Satrina Tambunan
4. Trianti Marbun
5. Imkris W Sinaga
6. Martiolina Saragih

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang


semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Limbah cair yang berasal dari hotel dapat
digolongkan sebagai limbah domestik atau limbah rumah tangga. Namun
perbedaannya adalah limbah yang berasal dari hotel jauh lebih banyak daripada
limbah yang berasal dari rumah tangga. Oleh sebab itu perlu dilakukan dan
dikembangkan suatu usaha untuk dapat mengatasi atau mengurangi dampak
negatif oleh kegiatan tersebut.
Limbah cair yang berasal dari hotel berkisar 150 – 220 L/orang/hari
(Depparpostel, 1988). seiring dengan kapasitas tamu atau pengunjung yang
masuk setiap hari. Sumber limbah cair hotel biasanya berasal dari kamar mandi,
maupun wc (MCK), loundry, dapur, restaurant, bar, ac sentral atau yang sendiri-
sendiri, yang masing-masing mempunyai karakteristik atau sifat tersendiri.
Limbah dapat didefenisikan sebagai buangan yang kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomi. Limbah dapat mengandung bahan pencemar yang
bersifat racun dan berbahaya karena alasan warna, isinya, kandungan anorganik
atau organik, kadar garam, keasaman, alkalinitas dan sifat-sifat khas mereka yang
beracun (Ginting, 1992).

1.2. Maksud dan Tujuan


Mengatahui keefektifan sistem pengolahan air limbah dalam meningkatkan
kualitas air limbah hotel dan membuat disain perencanaan instalasi pengolahan
air limbah (IPAL) dan Re-use air di lingkungan perhotelan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak


dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.

2.1 Pengolahan limbah

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,


kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk
mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:

1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan


2. pengolahan menurut karakteristik limbah

Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu
kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan
sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang
disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri
oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah,
seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani
limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan
tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban
pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban
bersama atau MCK.
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah
dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan
gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi
dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan
akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa
wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan
secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya
kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan
pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung
limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi
saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air
hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki
kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara
berkelanjutan dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat
berguna di masyarakat.

2.2. Karakteristik Limbah

a. Berukuran mikroBerukuran mikro


b. Dinamis
c. Berdampak luas (penyebarannya)
d. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
2.3. Limbah Industri

Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian,


yaitu:

1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air.


Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat,
bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel

Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk
ke atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup
tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi,
kontaminan disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2
kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran
primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara
langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh
proses kimia di atmosfer.

Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan


bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara
primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery
source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa,
dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang,
dan kereta api.

Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90%
pencemaran udara global adalah:

a. Karbon monoksida (CO),


b. Nitrogen oksida (Nox),
c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat.

Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang


memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang
dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda.
Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik
lokal,regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon monoksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
c. Hujan asam,
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
e. CH4 (metana).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kebutuhan Air di Hotel Segara Village


Berdasarkan hasil survai lapangan dan dilanjutkan diskusi dengan pihak
pengelola hotel, diperoleh keterangan tentang pemakaian air dihotel Segara
Village. Air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 100 kamar yang
ada, laundry, kolam renang, kolam ikan & siram taman serta untuk memenuhi
keperluan di dapur. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, maka digunakan dua
sumber air, yaitu dari air tanah dalam dan dari PDAM. Dari hasil diskusi, diketahui
pemakaian air rata-rata per hari adalah sekitar 115 m3/hari, dengan rincian
sebagai berikut :

Keb. Air kamar = 100 x 0,25 = 25 m3/hari.


Laundry = 30 m3/hari.
Kolam renang = 15 m3/hari.
Dapur dll =5 m3/hari.
Air siram taman, kolam = 40 m3/hari.
TOTAL = 115 m3/hari.

3.2. Jumlah Air Limbah


Pada umumnya, untuk menentukan jumlah limbah yang dihasilkan
didasarkan dari pemakaian air yang berpotensi menjadi limbah. Untuk keperluan
domestik pada umumnya jumlah limbahnya sebesar 80 – 90% dari pemakaian air
yang berpotensi menjadi limbah. Berdasarkan asumsi tersebut, maka jumlah
limbah yang dihasilkan oleh hotel Segara Village sebesar :
Limbah dari kamar = 100 x 0,25 x 90%
= 22,5 m3/hari.
Limbah laundry = 30 x 90 %
= 27 m3/hari.
Limbah dapur dll = 5 x 90 %
= 4,5 m3/hari.
TOTAL = 54 m3/hari.
Perkiraan jumlah limbah ini akan digunakan sebagai dasar disain IPAL yang
direncanakan.
Sumber limbah yang ada dari kamar mandi (grey water), laundry, dapur,
dan dari over flow septik tank (black water), air bekas wudlu dan lain-lain
menyebar di seluruh area hotel. Saat ini semua limbah tersebut diresapkan ke
dalam tanah, dan kalau dibiarkan dalam jangka waktu lama suatu ketika
akan mencemari air tanah yang saat ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hotel. Jika hal ini terjadi, maka air tanah tersebut tidak dapat lagi
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air hotel yang memerlukan air dengan
kualitas tinggi. Untuk menghindari hal ini, maka diperlukan sistem penghematan
pemakaian air dan sistem pengolahan air limbah yang dapat menghilangkan
polutan yang ada sehingga lingkungan tetap terjaga dengan baik. IPAL yang
dilengkapi dengan re-use ini ternyata dapat menjawab dan menyelesaikan kedua
persoalan tersebut sekaligus, dimana sistem IPAL akan mendegradasi polutan
yang ada sehingga akanmenjaga lingkungan dari bahaya pencemaran dan sistem
re-use akan mensuplay air untuk kebutuhan lain sehingga akan terjadi
penghematan pemakaian air.

3.3. Sistem Pengumpulan Air Limbah


Karena di hotel Segara Village hanya tersedia satu calon lokasi IPAL yang
sesuai, maka pengolahan limbah hotel Segara Village ini akan menggunakan
sistem terpusat. Untuk itu diperlukan satu sistem yang dapat menyalurkan semua
limbah yang ada menuju lokasi IPAL. Karena area hotel yang sangat luas (± 6 Ha)
dan datar serta sumber limbah saat ini berada di tengah-tengah taman yang
sudah tertata rapi, maka diperlukan suatu sistem yang tidak sederhana. Agar
sistem dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan rencana yang diinginkan serta
tidak mengganggu secara estitika dan keindahan, maka diperlukan perencanaan
jaringan yang tepat sesuai dengan tempat tersebut. Ada dua alternatif sistem
pengumpulan limbah yang dapat dikerjakan serta jenis dan sumber limbah yang
akan diolah di IPAL ini nanti. Gambar 1 menunjukkan sistem pengumpulan limbah
dari sumbernya.
Gambar 1 : Alternatif pengumpulan limbah dari sumbernya.
Keterangan :
 Alternatif 1 : hanya limbah dari kamar mandi (grey water) yang akan diolah di
IPAL, sedangkan limbah toilet (black water) tetap diresapkan ke dalam tanah.
 Alternatif 2 : semua limbah dari kamar mandi (grey water & black water) diolah
di IPAL. dengan sistem dikumpulkan di bak pengumpul terlebih dahulu.

Mengingat lokasi kerja yang sangat luas dan terbuka sehingga resiko
tercampurnya limbah dengan air hujan sangat besar serta area kerja yang datar
dan di taman, maka dipilihlah sistem pengumpulan limbah dengan menggunakan
pemompaan dengan perpipaan tertutup. Sistem ini dibuat dengan cara
mengumpulkan limbah dari setiap sumber ke dalam bak pengumpul. Limbah yang
terkumpul dalam bak pengumpul ini akan dipompa secara otomatis menggunakan
pompa submersible yang dilengkapi dengan level kontrol. Untuk sumber limbah
yang sangat jauh dari lokasi IPAL, maka dilakukan dengan sistem transfer dimana
limbah dari bak pengumpul dipompa ke dalam bak transfer yang berfungsi
sebagai bak transfer ke lokasi IPAL. Kemudian limbah yang terkumpul dalam bak
transfer ini dipompa lagi menuju IPAL. Secara detil sistem jaringan pengumpulan
limbah ini dapat dilihat seperti pada Lampiran 1.
Karena lokasi jaringan yang berada di tengah taman hotel, maka untuk
menyalurkan limbah ini menuju ke IPAL perlu direncanakan jalur yang aman serta
tidak mengganggu estetika dan keindahan.

3.4. Teknologi IPAL Yang Digunakan


Dalam menentukan teknologi proses pengolahan air limbah Hotel Segara
Village, didasarkan atas beberapa kriteria antara lain :
 Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar Baku Mutu Lingkungan,
 Pengelolaannya harus mudah,
 Lahan yang diperlukan tidak terlalu besar,
 Konsumsi energi sedapat mungkin rendah,
 Biaya operasinya rendah,
 Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil,
 Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar,
 Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik,
 Perawatannya mudah dan sederhana.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas untuk pengolahan air limbah Hotel Segara
Village yang tepat digunakan adalah kombinasi proses biofilter anaerob-aerob.
Skema proses biofilter anaerob-aerob seperti diperlihatkan pada Lampiran 2 & 3.

3.5. Uraian Proses Ipal & Sistem Re-Use


3.5.1. Proses Pengolahan Limbah di IPAL
Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL berasal dari laundry, kamar
mandi, wastafel, limpasan septik tank dan dari kantin. Diagram proses pengaliran
air limbah menuju IPAL seperti ditunjukkan pada Lampiran Gambar 2. Air limbah
dari beberapa sumber ditampung dalam suatu bak penampung/pengumpul. Dari
bak pengumpul, air limbah dialirkan dengan pompa celup menuju ke IPAL yang
lokasinya terletak di samping lapangan tenis.
Pertama air limbah dari bak-bak pengumpul dipompa menuju ke bagian
pemisah lemak minyak untuk dipisahkan sisa lemak dan juga kotoran melayang
yang tidak terpisahkan dalam bak pengumpul. Selanjutnya dari pemisah lemak
melimpas ke bak equalisasi. Equalisasi ini berfungsi untuk menampung air limbah
sementara dan mengatur debit air menuju ke IPAL. Pengaturan debit ke IPAL
dilakukan dengan pompa celup (submersible pump).
Di dalam unit IPAL, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap
awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik
tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak
pengurai senyawa organik yang berbentukpadatan, sludge digestion (pengurai
lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak
kontaktor anaerob (biofilter Anaerob) dengan arah aliran dari atas ke bawah. Di
dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan
plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah
ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh
bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme.
Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat
terurai pada bak pengendap.
Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor
aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan
plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga
mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air
limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air
limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun
yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, serta mempercepat proses
nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses
ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air mengalir ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini
lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme diendapkan dan sebagian air
dipompa kembali ke bagian bak pengendap awal dengan pompa sirkulasi lumpur.
Debit pompa sirkulasi ini dapat diatur dengan buka tutup kran.
Sebagian air di bak pengendap akhir melimpas (outlet/over flow) melalui
weir menuju ke bak penampung sementara melewati flow meter di luar IPAL. Dari
bak penampung outlet sementara ini air dialirkan menuju ke kolam ikan sebagai
bio indikator dan selanjutnya menuju bak penampungan sementara sebelum
dilakukan proses peningkatan kualitas dengan unit multimedia filtrasi.

3.5.2. Pengolahan Secara Filtrasi


Tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan padatan tersuspensi dari
dalam air yang diolah. Pada penerapannya filtrasi digunakan untuk
menghilangkan sisa padatan tersuspensi yang tidak terendapkan pada proses
sedimentasi. Pada pengolahan air buangan, filtrasi dilakukan setelah pengolahan
kimia-fisika atau pengolahan biologi. Ada dua jenis proses penyaringan yang
umum digunakan, yaitu penyaringan lambat dan penyaringan cepat. Penyaringan
lambat adalah penyaringan dengan memanfaatkan energi potensial air itu sendiri,
artinya hanya melalui gaya gravitasi. Penyaringan ini dilakukan secara terbuka
dengan tekanan atmosferik. Sedangkan penyaringan cepat adalah penyaringan
dengan menggunakan tekanan yang melebihi tekanan atmosfir, biasanya dengan
menggunakan pompa, seperti yang akan diterapkan di sistem re-use hotel Segara
Village ini.
Berdasarkan jenis media filter yang digunakan, penyaringan dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu filter media granular (butiran) dan filter
permukaan. Pada jenis media granular, media yang paling baik mempunyai
karakteristik sebagai berikut: Ukuran butiran membentuk pori-pori yang cukup
besar agar partikel besar dapat tertahan dalam media, sementara butiran tersebut
juga dapat membentuk pori yang cukup halus, sehingga dapat menahan
suspensi. Butiran media bertingkat, sehingga lebih efektif pada saat proses
pencucian balik (backwash). Saringan mempunyai kedalaman yang dapat
memberikan kesempatan aliran mengalir cukup panjang. Sejauh ini media yang
paling baik adalah pasir yang ukuran butirannya hampir seragam dengan ukuran
antara 0,6 hingga 0,8 mm.
Laju operasi untuk penyaringan ditentukan oleh kualitas air baku dan media
filter. Pada umumnya laju penyaringan pada saringan pasir cepat adalah 82,4 liter
per menit/m2. Sistem yang ada pada saat ini dapat menaikkan aliran hingga 206
liter per menit/m2. Unggun saringan yang terdiri dari dua jenis media, yaitu arang
dan pasir menghasilkan lapisan media arang yang butirannya besar (berat jenis
1,4-1,6) berada diatas media pasir yang lebih halus (berat jenis 2,6). Susunan
media dari atas ke bawah kasarhalus, akan memudahkan aliran air. Flok yang
besar akan tertahan butiran arang di bagian atas/permukaan unggun.

3.5.3. Pengolahan Secara Adsorpsi


Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface antara dua fase. Pada
umumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan
fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent
yang digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan bahan yang sering
digunakan karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Adsorbent polar akan
menarik air sehingga kerjanya kurang efektif. Pori-pori pada karbon dapat
mencapai ukuran 10 angstrom. Total luas permukaan umumnya antara 500 –1500
m2/gr. Berat jenis kering lebih kurang 500 kg/m3.

3.5.4. Sistem Kelistrikan IPAL


Peralatan dan Mesin di IPAL dan system Re-use meliputi pompa feed air
limbah di bak equalisasi, pompa sirkulasi air limbah, blower udara, pompa feed
sistem re-use air dan dosing klorin. Semua peralatan dan mesin di IPAL ini
dioperasikan dan dikontrol melalui satu sistem di panel kontrol IPAL. Sedangkan
pompa-pompa di masing-masing bak pengumpul dipasang dan dikontrol secara
terpisah dari IPAL. Gambar 2 menunjukkan Wire diagram kelistrikan tersebut.
Gambar 2 : Wire diagram kelistrikan IPAL dan Re-use

3.6. Calon Lokasi Untuk IPAL


IPAL dan sistem re-use air limbah hotel Segara Village dengan kapasitas
60 m3/hari rencananya akan ditempatkan di ujung lapangan tenis. Saat ini lokasi
tersebut merupakan lahan kosong yang belum termanfaatkan dengan luas area
yang dapat digunakan seluas 8 x 15 m. Secara detail lay out dan foto lokasi
tersebut ditunjukkan pada gambar 3 & 4.

Gambar 3 : Foto calon lokasi IPAL yang direncanakan.


Gambar 4 : Denah calon lokasi IPAL yang direncanakan.

3.7. PERKIRAAN BIAYA OPERASIONAL DAN EFFISIENSI YANG DIPEROLEH


3.7.1. Biaya Operasional IPAL & Re-use
Biaya operasional dari instalasi pengolahan limbah dan sistem re-use ini
terdiri dari biaya listrik untuk pompa dan blower, biaya perawatan peralatan dan
mesin dan biaya tenaga operator. Secara rinci jumlah biaya operasional IPAL
tersebut adalah :

a. Kebutuhan listrik

b. Biaya Perawatan sekitar Rp 600.000,-/bln.


c. Tenaga operator IPAL : orang, Rp 1.250.000 / orang / bulan
Total Biaya Operasional IPAL:

Dari total biaya operasional IPAL ini dapat dihitung juga besarnya biaya
operasionaluntuk pengolahan limbah setiap meter kubiknya,yaitu sebagai berikut :
- Jumlah air limbah per hari = 54 m3
- Biaya pengolahan air limbah = Rp.116.133/54 m3, atau
= Rp 2.150 / m3 limbah.

3.7.2. Efisiensi Yang Diperoleh


Effisiensi yang diperoleh dari sistem reuse ini diperoleh dari besarnya nilai
rupiah dari jumlah air yang dapat dihemat karena digantikan oleh air olahan IPAL
ini. Secara rinci jumlah effisiensi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
= ( Jumlah air yang di re-use x Harga air ) – Biaya Operasional IPAL
= (54 m3/hari x Rp.22.000/m3) - Rp.116.133,- /hari
= Rp. 1.188.000 - Rp. 116.133,- / hari
= Rp. 1.071.867 / hari.
= Rp. 32.156.010 / bulan.
= Rp. 385.872.120 /tahun.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain :
 Rencana pengelolaan limbah dengan teknologi IPAL dan dilanjutkan dengan
Reuse air akan dapat digunakan sebagai solusi permasalahan bahaya
pencemaran lingkungan dan menghindari terjadinya defisit air bersih.
 Teknologi re-use dapat menghemat pemakaian air bersih, tanpa mengurangi
jumlah pemakaian air. Program ini dapat menghemat pemakaian air sampai
dengan 50%.
 Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh pengelola hotel jika
gerakan “Green Hotel & Resort” (upaya pemanfaatan kembali air) ini
dilakukan antara lain :
1. Akan meningkatkan image di masyarakat sekitar dan internasional
sehingga akan meningkatkan tingkat hunian hotel.
2. Menghindari ternyadinya konflik sosial dengan masyarakat di sekitar
karena persoalan kekurangan air bersih dan pencemaran lingkungan.
3. Menghindari terjadinya kerusakan lingkungan (intrusi air laut, penurunan
muka daratan akibat penyedotan air bawah tanah)
4. Memberikan lapangan kerja bagi operator IPAL,
5. Mendapatkan keuntungan finasial, karena penurunan pajak pemakaian air.
6. Sebagai hotel yang pertama kali berpredikat “Green Hotel”, maka Segara
Village akan menjadi pioneer di bidang pengolahan air limbah dan akan
dipublikasikan secara luas oleh berbagai media.
4.2. SARAN

Dalam Pendesainan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)dan Re-use air


di lingkungan perhotelan. Dapat menggunakan teknologi yang memenuhi kriteria
berikut :
 Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar Baku Mutu Lingkungan,
 Pengelolaannya harus mudah,
 Lahan yang diperlukan tidak terlalu besar,
 Konsumsi energi sedapat mungkin rendah,
 Biaya operasinya rendah,
 Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil,
 Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar,
 Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik,
 Perawatannya mudah dan sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

BPPT, (2002). Laporan akhir kegiatan “Pengkajian Teknologi Pengolahan Air


Limbah Industri Kecil Pelapisan Logam”. Pusat Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Lingkungan (P3TL) – BPPT.

Raka, I G., Zen, M.T., Soemarwoto, O., Djajadiningrat, S.T., and Saidi, Z. (1999).
Paradigma Produksi Bersih: mendamaikan pembangunan ekonomi dan
pelestarian lingkungan. Penerbit Nuansa, Bandung, Indonesia

Setiyono: “ Disain Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)”

www.damandiri.or.id/file/marganofipbbab6.pdf
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai