Dalam pembelajaran Bahasa Arab tidak bisa lepas dari pemahaman Ilmu
Nahwu. Ilmu Nahwu merupakan salah satu mata kuliah wajib yang dipelajari oleh
mahasiswa jurusan Bahasa arab. Mata kuliah ini tergolong mata kuliah yang
dianggap sulit oleh sebagian besar mahasiswa jurusan Bahasa arab. Sebagaimana
pandangan Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya, bahwa Ilmu Nahwu sebagai
bagian integral dari seluruh pilar linguistic Arab (‘Ulum al-Lisan al Arab) yang
terdiri dari empat cabang ilmu, yakni Ilmu Bahasa (‘Ilm al Lughah), Ilmu Nahwu
(‘Ilm al Nahwi), Ilmu Bayan (‘Ilm al Bayan) dan Ilmu Sastra (‘Ilm al Adab). Dengan
di dorong semangat rasa tanggung jawab terhadap agama, ilmu Nahwu
dimaksudkan sebagai pelurusan terhadap bacaan-bacaan bahasa Arab (terutama
ayat-ayat al-Qur’an) yang dianggap menyalahi bacaan konvensional. Kesalahan -
kesalahan bacaan tersebut dalam tradisi bahasa dan bangsa Arab disebut “al-Lahn”,
yaitu kekeliruan dalam berbahasa yang karenanya dianggap tidak fasih lagi.
Akan tetapi dari sudut pandang pembelajar bahasa Arab, justru kaidah
nahwu ini dianggap sebagai sesuatu hal yang paling sulit dan melelahkan untuk
dipelajari. Banyaknya aturan, adanya I’rab di setiap kata, harakat muqaddarah dan
‘amil adalah beberapa kesulitan yang dihadapi pembelajar. Tidak jarang mereka
yang sudah belajar bahasa arab bertahun-tahun di madrasah atau pondok pesantren
masih belum bisa selamat dari kesalahan-kesalahan nahwiyah ketika mereka bicara,
membaca, atau menulis bahasa Arab. Hal ini bisa kita lihat sampai pelajar tingkat
universitas dan bahkan sarjana bahasa Arabnya masih sulit untuk menerapkan
kaidah nahwu dalam keterampilan berbahasa Arab mereka.
Hal ini terjadi tidak hanya di negeri kita yang bahasa arab merupakan bahasa
asing, tetapi juga terjadi di negeri-negeri Timur Tengah dan Afrika Utara yang
bahasa Arab merupakan bahasa ibu atau bahasa kedua bagi mereka. Juga tidak
hanya terjadi di zaman ini ketika orang-orang lebih memilih bahasa Inggris sebagai
bahasa hubungan internasional, tetapi juga sudah terjadi sejak dahulu ketika
kekuasaan Islam berjaya memimpin peradaban dunia. Ketika itu ilmu nahwu
dipelajari secara mendalam, dan termasuk dalam cabang ilmu keislaman yang
setara dengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu fikih, ilmu hadist, ilmu tafsir dan lain-
lainnya.
Dalamnya kajian ilmu nahwu yang dilakukan oleh para ulama-ulama
terdahulu sehingga menghasilkan kaidah-kaidah yang begitu banyak dengan
berbagai perbedaan pendapat di antara mereka sehingga melahirkan aliran-aliran
tersendiri seperti aliran Kufah dan aliran Bashrah menyebabkan sulitnya
mempelajari ilmu nahwu itu sendiri bagi para pelajar. Metode yang diterapkan
dalam kitab-kitab referensi nahwu terdahulu pun semua menggunakan metode yang
sama yaitu metode deduktif dengan contoh yang sangat kaku dan jauh dari realitas
kehidupan siswa. Hingga pada awal abad 20 ketika banyak ulama dan intelektual
muslim Mesir yang belajar ke berbagai perguruan tinggi ternama di Eropa kembali
ke negeri mereka dengan membawa metode pendidikan yang lebih modern
mulailah terdengar seruan untuk mempermudah pembelajaran ilmu nahwu (al-
Husain, 2010).
Sejalan dengan hal tersebut, sampai saat ini mata kuliah Nahwu atau Tarkib
tetap menjadi salah satu mata kuliah tersulit di kalangan mahasiswa Bahasa arab.
Permasalahan semacam ini tidak hanya terjadi pada mahasiswa Bahasa arab yang
baru pertama kali belajar Bahasa arab, melainkan juga terjadi pada mereka yang
sudah pernah belajar Bahasa arab sebelumnya. Hal ini tentu saja sangat
berpengaruh pada kelancaran pembelajaran Nahwu di kelas. Dan semakin
diperparah dengan banyaknya mahasiswa yang cenderung pasif dan enggan
bertanya kepada dosen sekalipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang
materi yang diberikan dosen. Dalam kasus semacam ini, biasanya mahasiswa malu
bahkan sungkan untuk bertanya dan akhirnya mereka pasrah dengan keadaan
mereka yang tidak bisa. Dan terkadang, banyak sekali mahasiswa yang mumpuni
di bidang kebahasaarabannya maupun kalamnya, namun lemah di Nahwunya, atau
sebaliknya mereka yang mumpuni Nahwunya namun lemah di kalamnya atau
maharah yang lainnya. Oleh karena itu, Metode Pembelajaran Nahwu dengan
Pendekatan Tutor Sebaya dapat menjadi solusi yang tepat dalam rangka
mendukung pembelajaran Nahwu di kelas. Karena di sini mahasiswa akan belajar
kepada tutor yang seumuran dengannya atau bahkan kepada temannya sendiri,
sehingga kemungkinan mereka malu ataupun sungkan sangat kecil dan mereka bisa
bebas bertanya mengenai apa yang mungkin belum dimengerti tanpa rasa
canggung. Dan di sini mahasiswa juga dapat saling belajar dengan tutor terkait
bidang mana yang mereka kurang mumpuni dalam proses Pembelajaran Bahasa
arab.
Tantangan terbesar bagi pengelola perguruan tinggi adalah mempersiapkan
mahasiswa dengan kompetensi yang dibutuhkan agar mampu melakukan
pembelajaran secara mandiri. Schunk dan Zimmerman (2003). Penempaan yang
berfokus pada pengembangan potensi diri dan mendapat dukungan baik dari pihak
perguruan tinggi menjadi pokok penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Semua mata kuliah didunia pendidikan mengharuskan mahasiswa untuk memahami
dan menguasai semua yang disampaikan oleh dosen. Khususnya dalam pendidikan
bahasa arab, mahasiswa diharuskan pandai dalam empat kemahiran membaca,
menulis, menyimak, dan berbicara. Mahasiswa yang belum pernah belajar akan susah
dalam proses belajarnya karena hanya pada kesempatan kegiatan belajar di kelas, para
mahasiswa bisa bertanya mengenai pembahasan. Sedangkan diluar kelas tidak ada
yang menggantikan peran dosen dikelas.
Metode berasal dari bahasa Yunani “metha” yang berarti melewati atau
melalui dan “hodos” yang berarti medan atau cara. Metode berarti jalan atau cara
yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertetu. Sedangkan pembelajaran
adalah bahan pelajaran yang disajikan atau proses penyajian bahan pelajaran
(Ismail, 2008). Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi guru dan peserta
didik sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam buku
Educational psichology dinyatakan bahwa learning is an achieve process that needs
to be simulated and guided toward desirable outcomes.
Moh. Athiyah al-Abrasy mengartikan, metode ialah jalan yang kita ikuti dengan
memberi faham kepada murid-murid segala macam pembelajaran, dalam segala
mata pelajaran,ia adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita
memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas itu sesudah kita memasukinya.
Moh. Abd. Rokhim Ghunaimah mengartikan metode sebagai cara-cara yang praktis
yang menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-maksud pengajaran.
Ali al-Jumbalaty dan Abu al-Fath Attawanisy mengartikan metode sebagai cara-
cara yang diikuti oleh guru yang menyampaikan maklumat ke otak-otak murid-
murid.
Sedangkan konsep Pembelajaran menurut Corey (Sagala,2016:61) adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu , pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nomor 41 tahun 2007 mengenai Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar
Dan Menengah, diuraikan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta
didik dan guru dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses
pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dimulai dan diawasi. Pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Tutuor sebaya atau Peer Teaching ialah metode pembelajaran yang sedang tren
saat ini. Metode ini membuat sistem pembelajaran lebih santai karena tidak adanya
aturan yang mengikat seperti pembelajaran di kelas biasanya. Metode ini juga lebih
efektif terutama bagi mahasiswa yang cenderung pasif dan takut bertanya kepada
dosen. Metode ini juga dapat menjadi alternatif tambahan untuk mendukung
pembelajaran di dalam kelas dengan cara membuat forum pembelajaran sendiri di
luar kelas dengan teman sebaya.
Hisyam Zaini dalam Febianti (2014) juga menyatakan bahwa “Metode belajar
yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu,
pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan
sangat membantu siswa didalam mengajarkan materi kepada temantemannya”.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya (peer
teaching) adalah metode pembelajaran dengan pendekatan kooperatif dimana
peserta didik ada yang berperan sebagai pengajar (biasanya siswa yang lebih pandai
dari siswa yang lain) dan peserta didik yang lain berperan sebagai pembelajar, baik
pada usia yang sama atau pengajar berusia lebih tua dari pembelajar, untuk
membantu belajar dalam tingkat kelas yang sama, mengembangkan kemampuan
yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang
dipelajari dengan cara yang bermakna, karena penjelasan yang diberikan
menggunakan bahasa yang lebih akrab (Febianti, 2014)
Konsep Pembelajaran
Konsep pembelajaran ilmu Nahwu dengan pendekatan tutor sebaya ini terdiri
dari tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Perencanaan Pembelajaran
a. Pretest
Pretest yaitu tes tulis yang dilakukan untuk menentukan kelas peserta dalam proses
pembelajaran. Menurut Purwanto (2012), pretest yakni tes yang diberikan sebelum
pengajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan
siswa terhadap bahan pengajaran (pengetahuan dan keterampilan) yang akan
diajarkan. Dalam hal ini, pretest dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan mahasiswa jurusan sastra Arab dalam ilmu nahwu. Kemudian,
dibentuk kelompok-kelompok berdasarkan hasil pretest terebut. Hal ini
dimaksudkan agar memudahkan tutor dalam menyampaikan materi kepada peserta
3. Evaluasi Pembelajaran
Setelah terlaksananya 12 atau lebih pertemuan, maka di akhir semester akan
dilaksanakan Post Test untuk mengukur sejauh mana keberhasilan proses
pembelajaran yang telah terlaksana selama satu semester tersebut sekaligus
mengetahui sejauh mana mahasiswa dapat menerima materi yang telah diberikan
tutor selama proses pembelajaran. Post test adalah evaluasi akhir saat materi yang
diajarkan tutor kepada mahasiswa sudah selesai. Untuk itu, soal-soal post test
disesuaikan dengan materi yang telah diperoleh mahasiswa selama proses
pembelajaran.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang dianggap sulit oleh
mayoritas orang dan harus memiliki kemampuan khusus dalam mempelajarinya.
Tapi tidak sedikit orang yang mahir berbahasa Arab, karena beberapa alasan,
diantaranya adalah adanya motivasi yang kuat dalam mempelajari bahasa Arab dan
metode yang tepat yang digunakan pengajar dalam pembelajaran bahasa Arab. Ahli
Neurofisiologi meyakini bahwa bahasa Cina dan Bahasa Arab dapat digambarkan
sebagai bahasa yang tersulit di dunia. Maka dari itu, diperlukan metode yang
menarik dalam pembelajaran bahasa Arab guna meningkatkan pemahaman
mahasiswa terhadap bahasa Arab, kususnya ilmu Nahwu yang merupakan dasar
pemahaman bahasa Arab.
Hal tersebut juga terjadi pada proses pembelajaran bahasa Arab tingkat
universitas. Mahasiswa kurang diuntungkan karena mereka mengalami
kekurangan dalam pemahaman bahasa Arab. Apalagi ilmu Nahwu merupakan dasar
dalam belajar bahasa Arab. Mahasiswa yang baik pemahamannya dalam ilmu
nahwu akan baik pula pemahamannya dalam cabang ilmu bahasa Arab lainnya.
Ahmad Sehri dalam jurnalnya yang berjudul “Metode Pengajaran Nahwu dalam
Pengajaran bahasa Arab menyebutkan beberapa tujuan pengajaran ilmu nahwu,
yaitu :
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Arab khususnya ilmu Nahwu harus
menyenangkan agar pelajar atau mahasiswa dapat mudah memahami ilmu Nahwu.
Tutor sebaya merupakan salah satu cara yang dianggap tepat dalam pembelajaran
ilmu Nahwu. Metode tutor sebaya (peer teaching) adalah kegiatan belajar mengajar
di kelas yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu
pengetahuan atau ketrampilan pada siswa yang lain untuk membantu temannya
yang mengalami kesulitan dalam belajar agar temannya tersebut bisa memahami
materi dengan baik. Tutor sebaya dapat memberi rasa nyaman pada siswa karena
pada umumnya hubungan antara teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru.
Metode pembelajaran tutor sebaya terbukti memberikan kontribusi munculnya
perilaku belajar berdasar regulasi-diri pada mahasiswa serta meningkatkan tingkat
pemahaman mahasiswa terhadap tugas belajar yang diberikan (Arjanggi &
Suprihatin, 2010).
menjadi sarana belajar tambahan bagi mahasiswa ketika terdapat materi yang belum
dipahami di kelas sehingga pembelajaran selanjutnya dapat terus berjalan tanpa ada
mahasiswa yang tertinggal pemahamannya.
SIMPULAN
Metode Pembelajaran Nahwu dengan Pendekatan Tutor Sebaya ialah
metode pembelajaran Nahwu yang memanfaatkan teman sebaya atau orang yang
usianya tidak jauh dari peserta dan memiliki kemampuan lebih di bidang Nahwu
sebagai tutor dengan sistem pembelajaran yang tidak mengikat sesuai kondisi
peserta dan tutor. Sedangkan materi yang diberikan disesuaikan dengan materi yang
sedang dipelajari peserta di kelas. Dalam metode pembelajaran ini peserta di
tempatkan di dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kemampuan Nahwu
peserta, untuk memudahkan tutor dalam menyampaikan materi sekaligus
membantu peserta menyerap materi yang diberikan tutor sesuai porsinya. Metode
pembelajaran dengan tutor sebaya ini dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap sikap dan hasil belajar siswa, dan metode tutor sebaya memiliki tujuan
yang sama dengan pembelajaran di dalam kelas, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik yaitu dalam hal meningkatkan prestasi dan motivasi belajar
mahasiswa, Sekaligus dapat mendukung kelancaran pembelajaran di kelas,
dikarenakan pembelajaran ini dapat menjadi sarana belajar tambahan bagi
mahasiswa ketika terdapat materi yang belum dipahami di kelas sehingga
pembelajaran selanjutnya dapat terus berjalan tanpa ada mahasiswa yang tertinggal
pemahamannya. Metode ini dapat menjadi solusi alternatif guna mendukung
kelancaran pembelajaran Nahwu di kelas.
Demikianlah makalah yang kami tulis dengan judul “Metode Pembelajaran
Nahwu dengan Pendekatan Tutor Sebaya (Kajian Teoritis tentang Penggunaan
Sistem Belajar dengan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Pemahaman
Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Terkait Ilmu Nahwu Guna Mendukung Kelancaran
Pembelajaran dalam Kelas)”. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis
masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini. Kami berharap makalah yang kami tulis dapat menjadi sumber informasi dan
dapat dikembangkan dalam penelitian yang lebih lanjut.
DAFTAR RUJUKAN
Abadi, Al-Shaykh Majd Al-Din Muhammad bin Ya’qub Al-Fayruz. 1983. Al-
Qomus al-Muhit, Jilid V. Beirut: Darl al-Fikr.
al-Husain, Abdullah. 2010. Taysir al-Nahwi 'inda 'Abbad Hasan fi kitabihi al-
Nahwi al-Wafi, Universitas Ummul Qura'. Disertasi hal. 19
https://www.kajianpustaka.com/2019/09/metode-pembelajaran-tutor-sebaya.html
diakses pada tanggal 4 maret 2020 pukul 10.05
Indrianie, N. S. 2015. Penerapan model tutor sebaya pada mata pelajaran bahasa
inggris reported speech terhadap hasil belajar peserta didik MAN Kota
Probolinggo. Jurnal kebijakan dan pengembangan pendidikan, 3(1).
Lester O Crow and Alice Crow. 1985. Educational Psychology. New York:
American Book Company.
Rahman, Arif. 2013. Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada abad 20.
Jurnal al-Maqoyis 1(1).
Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Schunk, D., & Zimmerman, B.L. 200). Self regulation and learning. In Handbook
of Psychology, Vol 7.
Sehri, Ahmad. Metode Pengajaran Nahwu dalam Pengajaran Bahasa Arab. Unafha:
Jurnal Studia Islamika, 2010, 7.1: 47-60.
Sungur, S., & Tekkaya, C. 2006. Effect of problem based learning and traditional
instruction on self regulated learning. The Journal of Education Research,
Heldref Publication, 99, 307-317.