Anda di halaman 1dari 13

P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2

E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi


Revolusi Industri 4.0

METODE PEMBELAJARAN NAHWU DENGAN


PENDEKATAN TUTOR SEBAYA

Nurul Fitria, Harum Masitoh, dan Rico Fenda Pradana


Universitas Negeri Malang
fitriahn20@gmail.com

ABSTRAK: Penggunaan metode belajar dengan tutor teman sebaya


sebagai alternatif tambahan pembelajaran ilmu nahwu di kelas. Mengingat
pentingnya pemahaman ilmu nahwu dalam pembelajaran bahasa Arab,
sedangkan ditemukan banyak mahasiswa sastra Arab yang kurang bahkan
tidak memahami kaidah-kaidah dalam ilmu nahwu meskipun sudah ada
pembelajaran ilmu nahwu dalam mata kuliah wajib yang diajarkan di kelas.
Kurangnya pemahaman tersebut disebabkan beberapa aspek, diantaranya :
metode pembelajaran dari dosen yang terkadang tidak sesuai dengan
kemampuan mahasiswa dan banyaknya mahasiswa jurusan sastra Arab
dengan latar belakang pendidikan bukan madrasah yang belum pernah
mengenal bahasa Arab. Hal ini menyebabkan terhambatnya proses belajar
dan pembelajaran ilmu nahwu di dalam kelas. Metode pembelajaran ilmu
nahwu dengan pendekatan teman sebaya dapat dijadikan alternatif yang
tepat untuk membantu mahasiswa dalam memahami ilmu nahwu tanpa ada
rasa segan sebagaimana ketika pembelajaran dengan dosen di kelas. Selain
itu, metode pembelajaran ini akan direalisasikan dalam bentuk kelompok-
kelompok kecil , sehingga pembelajaran yang dilakukan lebih intensif dan
dapat mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu tulisan ini
memaparkan bagaimana sistem pembelajaran berbasis teman sebaya
memiliki dampak yang signifikan dalam membantu pembelajaran
mahasiswa.
KATA KUNCI: Ilmu Nahwu, Tutor Sebaya, Pemahaman Nahwu

Dalam pembelajaran Bahasa Arab tidak bisa lepas dari pemahaman Ilmu
Nahwu. Ilmu Nahwu merupakan salah satu mata kuliah wajib yang dipelajari oleh
mahasiswa jurusan Bahasa arab. Mata kuliah ini tergolong mata kuliah yang
dianggap sulit oleh sebagian besar mahasiswa jurusan Bahasa arab. Sebagaimana
pandangan Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya, bahwa Ilmu Nahwu sebagai
bagian integral dari seluruh pilar linguistic Arab (‘Ulum al-Lisan al Arab) yang
terdiri dari empat cabang ilmu, yakni Ilmu Bahasa (‘Ilm al Lughah), Ilmu Nahwu
(‘Ilm al Nahwi), Ilmu Bayan (‘Ilm al Bayan) dan Ilmu Sastra (‘Ilm al Adab). Dengan
di dorong semangat rasa tanggung jawab terhadap agama, ilmu Nahwu
dimaksudkan sebagai pelurusan terhadap bacaan-bacaan bahasa Arab (terutama
ayat-ayat al-Qur’an) yang dianggap menyalahi bacaan konvensional. Kesalahan -
kesalahan bacaan tersebut dalam tradisi bahasa dan bangsa Arab disebut “al-Lahn”,
yaitu kekeliruan dalam berbahasa yang karenanya dianggap tidak fasih lagi.
Akan tetapi dari sudut pandang pembelajar bahasa Arab, justru kaidah
nahwu ini dianggap sebagai sesuatu hal yang paling sulit dan melelahkan untuk

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


428 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

dipelajari. Banyaknya aturan, adanya I’rab di setiap kata, harakat muqaddarah dan
‘amil adalah beberapa kesulitan yang dihadapi pembelajar. Tidak jarang mereka
yang sudah belajar bahasa arab bertahun-tahun di madrasah atau pondok pesantren
masih belum bisa selamat dari kesalahan-kesalahan nahwiyah ketika mereka bicara,
membaca, atau menulis bahasa Arab. Hal ini bisa kita lihat sampai pelajar tingkat
universitas dan bahkan sarjana bahasa Arabnya masih sulit untuk menerapkan
kaidah nahwu dalam keterampilan berbahasa Arab mereka.
Hal ini terjadi tidak hanya di negeri kita yang bahasa arab merupakan bahasa
asing, tetapi juga terjadi di negeri-negeri Timur Tengah dan Afrika Utara yang
bahasa Arab merupakan bahasa ibu atau bahasa kedua bagi mereka. Juga tidak
hanya terjadi di zaman ini ketika orang-orang lebih memilih bahasa Inggris sebagai
bahasa hubungan internasional, tetapi juga sudah terjadi sejak dahulu ketika
kekuasaan Islam berjaya memimpin peradaban dunia. Ketika itu ilmu nahwu
dipelajari secara mendalam, dan termasuk dalam cabang ilmu keislaman yang
setara dengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu fikih, ilmu hadist, ilmu tafsir dan lain-
lainnya.
Dalamnya kajian ilmu nahwu yang dilakukan oleh para ulama-ulama
terdahulu sehingga menghasilkan kaidah-kaidah yang begitu banyak dengan
berbagai perbedaan pendapat di antara mereka sehingga melahirkan aliran-aliran
tersendiri seperti aliran Kufah dan aliran Bashrah menyebabkan sulitnya
mempelajari ilmu nahwu itu sendiri bagi para pelajar. Metode yang diterapkan
dalam kitab-kitab referensi nahwu terdahulu pun semua menggunakan metode yang
sama yaitu metode deduktif dengan contoh yang sangat kaku dan jauh dari realitas
kehidupan siswa. Hingga pada awal abad 20 ketika banyak ulama dan intelektual
muslim Mesir yang belajar ke berbagai perguruan tinggi ternama di Eropa kembali
ke negeri mereka dengan membawa metode pendidikan yang lebih modern
mulailah terdengar seruan untuk mempermudah pembelajaran ilmu nahwu (al-
Husain, 2010).
Sejalan dengan hal tersebut, sampai saat ini mata kuliah Nahwu atau Tarkib
tetap menjadi salah satu mata kuliah tersulit di kalangan mahasiswa Bahasa arab.
Permasalahan semacam ini tidak hanya terjadi pada mahasiswa Bahasa arab yang
baru pertama kali belajar Bahasa arab, melainkan juga terjadi pada mereka yang
sudah pernah belajar Bahasa arab sebelumnya. Hal ini tentu saja sangat
berpengaruh pada kelancaran pembelajaran Nahwu di kelas. Dan semakin
diperparah dengan banyaknya mahasiswa yang cenderung pasif dan enggan
bertanya kepada dosen sekalipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang
materi yang diberikan dosen. Dalam kasus semacam ini, biasanya mahasiswa malu
bahkan sungkan untuk bertanya dan akhirnya mereka pasrah dengan keadaan
mereka yang tidak bisa. Dan terkadang, banyak sekali mahasiswa yang mumpuni
di bidang kebahasaarabannya maupun kalamnya, namun lemah di Nahwunya, atau
sebaliknya mereka yang mumpuni Nahwunya namun lemah di kalamnya atau

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 429
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

maharah yang lainnya. Oleh karena itu, Metode Pembelajaran Nahwu dengan
Pendekatan Tutor Sebaya dapat menjadi solusi yang tepat dalam rangka
mendukung pembelajaran Nahwu di kelas. Karena di sini mahasiswa akan belajar
kepada tutor yang seumuran dengannya atau bahkan kepada temannya sendiri,
sehingga kemungkinan mereka malu ataupun sungkan sangat kecil dan mereka bisa
bebas bertanya mengenai apa yang mungkin belum dimengerti tanpa rasa
canggung. Dan di sini mahasiswa juga dapat saling belajar dengan tutor terkait
bidang mana yang mereka kurang mumpuni dalam proses Pembelajaran Bahasa
arab.
Tantangan terbesar bagi pengelola perguruan tinggi adalah mempersiapkan
mahasiswa dengan kompetensi yang dibutuhkan agar mampu melakukan
pembelajaran secara mandiri. Schunk dan Zimmerman (2003). Penempaan yang
berfokus pada pengembangan potensi diri dan mendapat dukungan baik dari pihak
perguruan tinggi menjadi pokok penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Semua mata kuliah didunia pendidikan mengharuskan mahasiswa untuk memahami
dan menguasai semua yang disampaikan oleh dosen. Khususnya dalam pendidikan
bahasa arab, mahasiswa diharuskan pandai dalam empat kemahiran membaca,
menulis, menyimak, dan berbicara. Mahasiswa yang belum pernah belajar akan susah
dalam proses belajarnya karena hanya pada kesempatan kegiatan belajar di kelas, para
mahasiswa bisa bertanya mengenai pembahasan. Sedangkan diluar kelas tidak ada
yang menggantikan peran dosen dikelas.

Tutor teman sebaya adalah perekrutan salah satu mahasiswa guna


memberikan satu per satu pengajaran kepada mahasiswa lain, dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan melalui partisipasi peran tutor dan tutee. Tutor memiliki
kemampuan lebih dibandingkan tutee, tapi pada beberapa variasi tutorial jarak
pengetahuan yang dimiliki antara tutor dan tutee minimal (Roscoe & Chi, 2007).
Mahasiswa diharuskan untuk mengikuti semua konsep dan pola pengajaran yang
akan diajarkan oleh teman dekatnya sendiri. Dengan ini mahasiswa Bahasa Arab
mampu untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya dan tidak ada rasa
malu dan sungkan seperti belajar dengan dosen di kelas secara langsung.

Berbagai penelitian dalam pendidikan, di antaranya yang dilakukan oleh


Zimmerman dan Risemberg (dalam Sungur & Tekkaya, 2006) menunjukkan bahwa
keyakinan dan kesadaran untuk memperbolehkan siswa menjadi pembelajar yang
bebas sangat berhubungan dengan peningkatan mutu akademis. Pandangan tersebut
mampu memberikan peningkatan pada proses belajar mengajar dalam kelas dan
faktor-faktor kontekstual lainnya yang secara meyakinkan akan berpengaruh pada
pembelajaran siswa dan motivasi. Hal ini berarti dosen harus memperhatikan pada
usaha strategi mahasiswa untuk mengatur prestasi dan proses-proses yang terjadi
dalam belajarnya. Proses-proses regulasi-diri dan kepercayaan yang terfokus pada
penelitian sistematis tentang variabel yang mempengaruhi belajar berdasar
regulasi-diri pada mahasiswa.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


430 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diperoleh rumusan masalah: 1).


Apa yang dimaksud Metode Pembelajaran dengan Pendekatan Tutor Sebaya? ,2).
Bagaimana konsep Metode Pembelajaran dengan Pendekatan Tutor Sebaya ?, 3).
Apa pengaruh Penerapan Tutor Sebaya terhadap Pemahaman Bahasa arab
Mahasiswa ?

METODE PEMBELAJARAN NAHWU DENGAN PENDEKATAN TUTOR


SEBAYA

Definisi Metode Pembelajaran

Metode berasal dari bahasa Yunani “metha” yang berarti melewati atau
melalui dan “hodos” yang berarti medan atau cara. Metode berarti jalan atau cara
yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertetu. Sedangkan pembelajaran
adalah bahan pelajaran yang disajikan atau proses penyajian bahan pelajaran
(Ismail, 2008). Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi guru dan peserta
didik sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam buku
Educational psichology dinyatakan bahwa learning is an achieve process that needs
to be simulated and guided toward desirable outcomes.

Metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara yang


digunakan untuk mencapai suatu tujuan . Sedangkan pembelajaran adalah suatu
proses untuk menuju yang lebih baik.

Metode dalam pengertian istilah telah banyak dikemukakan oleh pakar


dalam dunia pendidikan sebagaimana berikut:

 Moh. Athiyah al-Abrasy mengartikan, metode ialah jalan yang kita ikuti dengan
memberi faham kepada murid-murid segala macam pembelajaran, dalam segala
mata pelajaran,ia adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita
memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas itu sesudah kita memasukinya.
 Moh. Abd. Rokhim Ghunaimah mengartikan metode sebagai cara-cara yang praktis
yang menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-maksud pengajaran.
 Ali al-Jumbalaty dan Abu al-Fath Attawanisy mengartikan metode sebagai cara-
cara yang diikuti oleh guru yang menyampaikan maklumat ke otak-otak murid-
murid.
Sedangkan konsep Pembelajaran menurut Corey (Sagala,2016:61) adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu , pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nomor 41 tahun 2007 mengenai Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar
Dan Menengah, diuraikan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 431
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

didik dan guru dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses
pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dimulai dan diawasi. Pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Metode


Pembelajaran ialah cara-cara atau jalan yang dilakukan dalam dunia pendidikan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga baik dan tidaknya metode
pembelajaran yang digunakan dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu
pembelajaran.

Definisi Ilmu Nahwu

Nahwu menurut bahasa adalah‫( الطريق و الجهة‬jalan dan arah) (Abadi,


1983:394). Menurut Al-Razi (1992:133), Nahwu adalah ‫القصد والطريق‬
(menyengaja dan jalan). Akan tetapi nahwu menurut istilah ulama klasik adalah
terbatas pada pembahasan masalah ‫( اإلعراب والبناء‬i’rab dan bina’), yaitu
penentuan baris ujung sebuah kata sesuai dengan posisinya dalan kalimat (‫(الجملة‬
yang mereka definisikan seperti berikut ini:

‫النحو قواعد يعرف بها أحوال الكلمات العربية إعرابا وبناء‬


Nahwu adalah aturan-aturan yang dengannya dapat mengetahui hal ihwal kata-
kata bahasa arab, baik segi i’rab maupun bina’ (Biek, dkk, t.th:1)

Di zaman sekarang ini, setelah berkembangnya penelitian dan pengkajian


tentang analisis kebahasaan, para ulama cenderung mengubah dan memperluas
pengertian ilmu nahwu, bukan hanya sebatas terpusat pada pembelajaran i’rab dan
bina’ sebuah kata, namun dapat pula mencakup pembahasan tentang penjaringan
kosakata, pertalian interen antara beberapa kata, penyatuan beberapa kata dalam
rentetan bunyi tertentu dan hubunga antara kata-kata yang ada dalam kalimat serta
komponen-komponen yang membentuk sebuah uangkapan atau prasa (Husain,
1959:97).

Tujuan Pengajaran Ilmu Nahwu

Boleh disepakati bahwa mempelajari ilmu nahwu bukanlah tujuan utama


pembelajaran bahasa Arab, tetapi ilmu nahwu adalah suatu sarana yang membantu
kita berbicara dan menulis dengan bebas serta meluruskan dan menjaga lidah kita
dari kesalahan, juga membantu dalam membantu memaparkan ajaran dengan
cermat, mahir dan lancar. Beberapa tujuan pengajaran ilmu nahwu adalah sebagai
berikut:

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


432 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

1. Menjaga dan menghindarkan lisan serta tulisan dari kesalahan berbahasa,


disamping menciptakan kebiasaan berbahasa yang fasih. Itulah sebabnya, Ulama
Arab dan Islam zaman dahulu berupaya untuk merumuskan ilmu nahwu di samping
untuk menjaga bahasa Al quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW.
2. Membiasakan para pelajar Bahasa Arab untuk selalu melakukan pengamatan,
berpikir logis dan teratur serta kegunaan lain yang dapat membantu mereka untuk
melakukan pengkajia terhadap tata bahasa arab secara kritis.
3. Membantu para pelajar bahasa arab untuk memahami ungkapan-ungkapan bahasa
arab sehingga mempererat pemahaman terhadap maksud pembicaraan dalam
bahasa arab (Shahatah, 1994:56).
4. Mengasah otak, mencerahkan perasaan serta mengembangkan khazanah
kebahasaan para pelajar.
5. Memberikan kemampuan kepada para pelajar untuk menggunakan kaidah bahasa
arab dalam berbagai suasana kebahasaan. Oleh karena itu hasil yang sangat
diharapkan dari pengajaran ilmu nahwu adalah kecakapa para pelajar dalam
menerapkan kaidah tersebut dalam gaya-gaya ekspresi bahasa arab yang digunakan
oleh para pelajar bahasa arab dalam kehidupannya, disamping bermanfaat untuk
memahami belajar klasik yang diwarisi oleh para ulama dari zaman dahulu.
6. Qawaid dapat memberikan kontrol yang cermat kepada pelajar saat mengarang
sebuah karangan (Ahmad, 1984:167-168).
Definisi Tutor Sebaya (Peer Teaching)

Tutuor sebaya atau Peer Teaching ialah metode pembelajaran yang sedang tren
saat ini. Metode ini membuat sistem pembelajaran lebih santai karena tidak adanya
aturan yang mengikat seperti pembelajaran di kelas biasanya. Metode ini juga lebih
efektif terutama bagi mahasiswa yang cenderung pasif dan takut bertanya kepada
dosen. Metode ini juga dapat menjadi alternatif tambahan untuk mendukung
pembelajaran di dalam kelas dengan cara membuat forum pembelajaran sendiri di
luar kelas dengan teman sebaya.

Menurut Hendriansyah dalam Indrianie (2015) Paradigma yang melandasi


berkembangnya model tutor sebaya adalah karena adanya suatu kondisi yang
memperlihatkan bahwa peserta didik akan lebih cepat memahami apa yang
diajarkan oleh temannya daripada apa yang diajarkan oleh gurunya, karena belajar
dengan temannya sendiri dapat mengondisikan peserta didik bebas untuk
menyampaikan ide-ide maupun pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-
hal yang belum mereka ketahui dan belum mereka pahami.

Edward L. Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education


Encyclopedia dalam Febianti (2014) menyebutkan pengertian tutor sebaya adalah
sebagai berikut: “Tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa
lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe
kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain
kadang dimunculkan pertukaran usia pengajar”.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 433
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

Menurut Kuswaya Wihardit dalam Febianti (2014) menuliskan bahwa


“Pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa
lainnya dalam tingkat kelas yang sama”.

Hisyam Zaini dalam Febianti (2014) juga menyatakan bahwa “Metode belajar
yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu,
pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan
sangat membantu siswa didalam mengajarkan materi kepada temantemannya”.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya (peer
teaching) adalah metode pembelajaran dengan pendekatan kooperatif dimana
peserta didik ada yang berperan sebagai pengajar (biasanya siswa yang lebih pandai
dari siswa yang lain) dan peserta didik yang lain berperan sebagai pembelajar, baik
pada usia yang sama atau pengajar berusia lebih tua dari pembelajar, untuk
membantu belajar dalam tingkat kelas yang sama, mengembangkan kemampuan
yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang
dipelajari dengan cara yang bermakna, karena penjelasan yang diberikan
menggunakan bahasa yang lebih akrab (Febianti, 2014)

Konsep Pembelajaran

Metode pembelajaran Ilmu Nahwu dengan pendekatan Tutor Sebaya ini


dilakukan dengan kelompok-kelompok kecil, dimana dalam setiap kelompok
terdiri dari 7-8 orang dengan satu tutor sebaya. Kelompok-kelompok tersebut
dibedakan berdasarkan kelas-kelas yang telah dibagi berdasarkan hasil pretest.
Dikarenakan dalam satu semester terdapat 16 pertemuan pembelajaran di kelas,
maka untuk pembelajaran Ilmu Nahwu dengan Tutor sebaya dilakukan minimal 12
pertemuan dan bisa lebih dalam satu semester tersebut. Hal ini kembali kepada
tujuan utama metode pembelajaran ini, yaitu untuk mendukung proses
pembelajaran di kelas.

Konsep pembelajaran ilmu Nahwu dengan pendekatan tutor sebaya ini terdiri
dari tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Perencanaan Pembelajaran
a. Pretest
Pretest yaitu tes tulis yang dilakukan untuk menentukan kelas peserta dalam proses
pembelajaran. Menurut Purwanto (2012), pretest yakni tes yang diberikan sebelum
pengajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan
siswa terhadap bahan pengajaran (pengetahuan dan keterampilan) yang akan
diajarkan. Dalam hal ini, pretest dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan mahasiswa jurusan sastra Arab dalam ilmu nahwu. Kemudian,
dibentuk kelompok-kelompok berdasarkan hasil pretest terebut. Hal ini
dimaksudkan agar memudahkan tutor dalam menyampaikan materi kepada peserta

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


434 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

juga agar di antara peserta tidak ada ketimpangan pemahaman dikarenakan


berbedanya daya tangkap peserta terhadap apa yang disampaikan tutor.
Soal-soal pretest terdiri dari materi Nahwu dasar seperti I’rab, Idlofah, Na’at dan
lain-lain karena hanya dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan
mahasiswa dalam ilmu nahwu dan menetukan kelas.
b. Pembagian Kelas dan Kelompok
Di dalam proses pembelajaran ini terdapat tiga kelas, yaitu kelas A, B dan C. Kelas
A terdiri dari mahasiswa-mahasiswa jurusan sastra Arab yang memiliki
kemampuan nahwu di atas rata-rata teman-temannya atau bisa dikatakan
kemampuan Nahwunya sudah bagus dengan rata-rata nilai pretest antara 85-100.
Sedangakan kelas B terdiri dari mahasiswa-mahasiswa jurusan sastra Arab dengan
kemampuan pemahaman ilmu nahwu dibawah kelas A dengan rata-rata nilai pretest
antara 65-85. Dan untuk kelas C terdiri dari mahasiswa-mahasiswa jurusan sastra
Arab yang mempunyai kemampuan pemahaman Nahwu relatif rendah dibanding
teman-temannya yang lain, atau bisa jadi ada di antara mereka yang mungkin baru
belajar ilmu nahwu bahkan bahasa Arab dari nol dengan rata-rata nilai pretest
dibawah 65. Pembagian kelompok ini juga dititikberatkan pada angkatan yang sama
terkait dengan materi yang akan dipelajari.
c. Materi yang Dipelajari
Materi yang dipelajari dalam pembelajaran Nahwu dengan Tutor Sebaya (Peer
Teaching) ini disesuaikan dengan materi yang dipelajari mahasiswa di kelas
berdasarkan RPS yang telah disusun oleh dosen Nahwu di kelas masing-masing.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Sistem pembelajaran ini dilaksanakan secara kondisonal sesuai dengan
kesepakatan peserta dan tutor masing-masing kelompok. Maksudnya, kelompok
bisa melakukan pembelajaran Nahwu di mana saja dan kapan saja sesuai dengan
kesepakatan dengan tutor selama masih berada di area kampus. Dalam hal ini tidak
ada aturan-aturan tertentu yang mengikat, melainkan aturan-aturan tersebut
dikembalikan lagi kepada kelompok dan tutor masing-masing. Di setiap pertemuan
akan ada absen atau presensi yang harus dipenuhi minimal 12 pertemuan. Hal ini
untuk mengontrol apakah pertemuan tersebut benar-benar dilaksanakan atau tidak.

3. Evaluasi Pembelajaran
Setelah terlaksananya 12 atau lebih pertemuan, maka di akhir semester akan
dilaksanakan Post Test untuk mengukur sejauh mana keberhasilan proses
pembelajaran yang telah terlaksana selama satu semester tersebut sekaligus
mengetahui sejauh mana mahasiswa dapat menerima materi yang telah diberikan
tutor selama proses pembelajaran. Post test adalah evaluasi akhir saat materi yang
diajarkan tutor kepada mahasiswa sudah selesai. Untuk itu, soal-soal post test
disesuaikan dengan materi yang telah diperoleh mahasiswa selama proses
pembelajaran.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 435
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

Pengaruh Penerapan Tutor Sebaya terhadap Pemahaman Nahwu


Mahasiswa

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang dianggap sulit oleh
mayoritas orang dan harus memiliki kemampuan khusus dalam mempelajarinya.
Tapi tidak sedikit orang yang mahir berbahasa Arab, karena beberapa alasan,
diantaranya adalah adanya motivasi yang kuat dalam mempelajari bahasa Arab dan
metode yang tepat yang digunakan pengajar dalam pembelajaran bahasa Arab. Ahli
Neurofisiologi meyakini bahwa bahasa Cina dan Bahasa Arab dapat digambarkan
sebagai bahasa yang tersulit di dunia. Maka dari itu, diperlukan metode yang
menarik dalam pembelajaran bahasa Arab guna meningkatkan pemahaman
mahasiswa terhadap bahasa Arab, kususnya ilmu Nahwu yang merupakan dasar
pemahaman bahasa Arab.

Pembelajaran bahasa Arab khususnya Ilmu Nahwu di kampus pada


umumnya, menggunakan teori pembelajaran klasikal. Pembelajaran klasikal
menurut Ainurrahman, beliau menyatakan bahwa model pembelajaran klasikal
lebih menitikberatkan pada peran guru dalam memberikan informasi melalui materi
pelajaran yang disajikan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran klasikal hanya terfokus pada pengajar atau dosen. Pengajar atau
dosen menjelaskan suatu materi dan pelajar atau mahasiswa mendengarkannya, dan
dapat dikatakan bahwa sedikit sekali pelajar yang aktif di model pembelajaran
tersebut. Nur Indah dalam makalahnya yang berjudul “Metode Pembelajaran
Klasikal” menyebutkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh Mclheis pada
tahun 1968 menyatakan ternyata setelah mengikuti kuliah mahasiswa hanya dapat
mengingat empat puluh persen dari informasi terpenting yang disampaikan oleh
pengajar.

Hal tersebut juga terjadi pada proses pembelajaran bahasa Arab tingkat
universitas. Mahasiswa kurang diuntungkan karena mereka mengalami
kekurangan dalam pemahaman bahasa Arab. Apalagi ilmu Nahwu merupakan dasar
dalam belajar bahasa Arab. Mahasiswa yang baik pemahamannya dalam ilmu
nahwu akan baik pula pemahamannya dalam cabang ilmu bahasa Arab lainnya.
Ahmad Sehri dalam jurnalnya yang berjudul “Metode Pengajaran Nahwu dalam
Pengajaran bahasa Arab menyebutkan beberapa tujuan pengajaran ilmu nahwu,
yaitu :

1. Menjaga dan menghindarkan lisan dari kesalahan berbahasa.


2. Membiasakan para pelajar bahasa Arab untuk selalu melakukan pengamatan,
berfikir logis dan teratur.
3. Membantu para pelajar untuk memahami ungkapan-ungkapan bahasa Arab
sehingga mempercepat pemahaman pembicaraan dalam bahasa Arab.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


436 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

4. Mengasah otak, mencerahkan perasaan, serta memnegmbangkan khazanah


kebahasaan pelajar.
5. Memberikan kemampuan pada pelajar untuk menggunakan kaidah bahasa
Arab dalam berbagai suasana kebahasaan.
Jadi, cara klasik dalam pengajaran ilmu Nahwu yang diterapkan biasanya
dianggap kurang efektif, karena pelajar atau mahasiswa kurang mendapat hasil
yang maksimal dari pengajaran tersebut. Jika terdapat ketidakpahaman di dalam
kelas, mereka cenderung akan sungkan untuk bertanya dengan dosen, dan jika
dosen mengikuti perkembangan satu persatu mahasiswanya itu juga kurang efektif
karena tidak semua mahasiswa berasal dari latarbelakang sekolah atau madrasah
yang sama dengan kemampuan bahasa Arab yang sama juga.

Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Arab khususnya ilmu Nahwu harus
menyenangkan agar pelajar atau mahasiswa dapat mudah memahami ilmu Nahwu.
Tutor sebaya merupakan salah satu cara yang dianggap tepat dalam pembelajaran
ilmu Nahwu. Metode tutor sebaya (peer teaching) adalah kegiatan belajar mengajar
di kelas yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu
pengetahuan atau ketrampilan pada siswa yang lain untuk membantu temannya
yang mengalami kesulitan dalam belajar agar temannya tersebut bisa memahami
materi dengan baik. Tutor sebaya dapat memberi rasa nyaman pada siswa karena
pada umumnya hubungan antara teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru.
Metode pembelajaran tutor sebaya terbukti memberikan kontribusi munculnya
perilaku belajar berdasar regulasi-diri pada mahasiswa serta meningkatkan tingkat
pemahaman mahasiswa terhadap tugas belajar yang diberikan (Arjanggi &
Suprihatin, 2010).

Mahasiswa tetap belajar di dalam kelas bersama dosen. Mereka


mendengarkan, menulis, dan mempraktekkan teori bagi yang sudah paham.
Sedangkan mereka yang kurang paham mengenai materi di dalam kelas, dapat
mendiskusikannya secara langsung bersama tutor sebaya tanpa adanya rasa
sungkan, karena tutor sebaya berasal dari mahasiswa itu sendiri yang dianggap
lebih memahami ilmu Nahwu daripada yang lain. Mahasiswa yang awalnya kurang
paham dan tidak bisa mempraktekkan teori akan sangat diuntungkan karena mereka
dapat mencoba sekaligus mendiskusikannya bersama tutor sebaya sehingga
pembelajaran di kelas akan berjalan lancar seiring berjalannya waktu. Seluruh
mahasiswa diharapkan paham dengan materi yang disajikan dosen di dalam kelas.

Berdasarkan dari pemaparan tersebut, metode tutor sebaya dapat


memberikan pengaruh yang positif terhadap sikap dan hasil belajar siswa, dan
metode tutor sebaya memiliki tujuan yang sama dengan pembelajaran di dalam
kelas, yaitu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yaitu dalam hal
meningkatkan prestasi dan motivasi belajar mahasiswa. Sekaligus dapat
mendukung kelancaran pembelajaran di kelas, dikarenakan pembelajaran ini dapat

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 437
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

menjadi sarana belajar tambahan bagi mahasiswa ketika terdapat materi yang belum
dipahami di kelas sehingga pembelajaran selanjutnya dapat terus berjalan tanpa ada
mahasiswa yang tertinggal pemahamannya.

SIMPULAN
Metode Pembelajaran Nahwu dengan Pendekatan Tutor Sebaya ialah
metode pembelajaran Nahwu yang memanfaatkan teman sebaya atau orang yang
usianya tidak jauh dari peserta dan memiliki kemampuan lebih di bidang Nahwu
sebagai tutor dengan sistem pembelajaran yang tidak mengikat sesuai kondisi
peserta dan tutor. Sedangkan materi yang diberikan disesuaikan dengan materi yang
sedang dipelajari peserta di kelas. Dalam metode pembelajaran ini peserta di
tempatkan di dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kemampuan Nahwu
peserta, untuk memudahkan tutor dalam menyampaikan materi sekaligus
membantu peserta menyerap materi yang diberikan tutor sesuai porsinya. Metode
pembelajaran dengan tutor sebaya ini dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap sikap dan hasil belajar siswa, dan metode tutor sebaya memiliki tujuan
yang sama dengan pembelajaran di dalam kelas, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik yaitu dalam hal meningkatkan prestasi dan motivasi belajar
mahasiswa, Sekaligus dapat mendukung kelancaran pembelajaran di kelas,
dikarenakan pembelajaran ini dapat menjadi sarana belajar tambahan bagi
mahasiswa ketika terdapat materi yang belum dipahami di kelas sehingga
pembelajaran selanjutnya dapat terus berjalan tanpa ada mahasiswa yang tertinggal
pemahamannya. Metode ini dapat menjadi solusi alternatif guna mendukung
kelancaran pembelajaran Nahwu di kelas.
Demikianlah makalah yang kami tulis dengan judul “Metode Pembelajaran
Nahwu dengan Pendekatan Tutor Sebaya (Kajian Teoritis tentang Penggunaan
Sistem Belajar dengan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Pemahaman
Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Terkait Ilmu Nahwu Guna Mendukung Kelancaran
Pembelajaran dalam Kelas)”. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis
masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini. Kami berharap makalah yang kami tulis dapat menjadi sumber informasi dan
dapat dikembangkan dalam penelitian yang lebih lanjut.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


438 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

DAFTAR RUJUKAN
Abadi, Al-Shaykh Majd Al-Din Muhammad bin Ya’qub Al-Fayruz. 1983. Al-
Qomus al-Muhit, Jilid V. Beirut: Darl al-Fikr.

Afandi, Muhammad dkk.. 2013. Model Dan Metode Pembelajaran Di


Sekolah.Semarang: UNISSULA Press.

Ahmad, Muhammad ‘Abd al-Qadir. 1984. Turuq at-Ta’lim al-Lughah al-


‘Arabiyah. Cairo: Maktabah an-Nahdlah al-Misriyah.

al-Husain, Abdullah. 2010. Taysir al-Nahwi 'inda 'Abbad Hasan fi kitabihi al-
Nahwi al-Wafi, Universitas Ummul Qura'. Disertasi hal. 19

Arjanggi, Ruseno; Suprihatin, Titin. Metode pembelajaran tutor teman sebaya


meningkatkan hasil belajar berdasar regulasi-diri. Hubs-Asia, 2011, 10.1.

Biek, Hifniydkk.T.th. Qawa’id al-Lughah al-‘Arabiyah. Surakarta: Maktabah al-


Hidayah.

Febianti, Y. N. 2014. Peer Teaching (tutor sebaya) Sebagai Metode Pembelajaran


untuk Melatih Siswa Mengajar. Edunomic Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2(2).

https://www.kajianpustaka.com/2019/09/metode-pembelajaran-tutor-sebaya.html
diakses pada tanggal 4 maret 2020 pukul 10.05

Husayn, Taha. 1959. Musykilat al-I’rab, Majallah Majma’ al-Lughah al-


‘Arabiyah. Cairo: al-Hay’ah al-‘Ammahli Shu’un al-Mathabi’ al-‘Amiriyah.

Indrianie, N. S. 2015. Penerapan model tutor sebaya pada mata pelajaran bahasa
inggris reported speech terhadap hasil belajar peserta didik MAN Kota
Probolinggo. Jurnal kebijakan dan pengembangan pendidikan, 3(1).

Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang:


Rasail Media Group.

Lester O Crow and Alice Crow. 1985. Educational Psychology. New York:
American Book Company.

Mullen, P.A. 2007. Use of self-regulating learning strategies by students in the


second and third trimester of an accelerated second-degree baccalaurate
nursing program. Journal of Nursing Education, 46, 406-412.

Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahman, Arif. 2013. Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu pada abad 20.
Jurnal al-Maqoyis 1(1).
Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 439
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 2
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

Schunk, D., & Zimmerman, B.L. 200). Self regulation and learning. In Handbook
of Psychology, Vol 7.

Sehri, Ahmad. Metode Pengajaran Nahwu dalam Pengajaran Bahasa Arab. Unafha:
Jurnal Studia Islamika, 2010, 7.1: 47-60.

Shahatah, Hasan. 1994. Ta’lim ad-Din al-Islami bayn al-Nazariyyahwa al-Tatbiq.


T.tp: Maktabah al-Dar al-‘Arabiyah li al-Kitab.

Sungur, S., & Tekkaya, C. 2006. Effect of problem based learning and traditional
instruction on self regulated learning. The Journal of Education Research,
Heldref Publication, 99, 307-317.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


440 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai