Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TEGAR AGUSTIAR

KELAS : XI MIPA II

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillaah, wasyukurillaah. Washolatu wassalaamu alaa Rosuulillaah. Laa nabiyya ba’dah.


Amma ba’du.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua, sehingga kita semua dapat
berkumpul di sini tanpa suatu halangan apapun.

Sholawat beserta salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan nabi besar kita baginda Nabi
Muhammad SAW, juga kepada keluarga dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amiinn
Hadirin Rahimakumullah....

Pada kesempatan ini izinkan saya membawakan ceramah yang berjudul "Saat Ibu Menangis"

Terkadang kita sebagai anak tidak tahu menempatkan diri. Seorang ibu yang telah bersusah
payah membuat kita senang, malah kita tanggapi dengan kemarahan ketika ia menyuruh kita
melakukan sesuatu untuknya, padahal itu merupakan kewajiban seorang anak.

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang
tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-
Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)

Seorang anak yang membuat ibu-nya menangis adalah anak yang durhaka. Pastinya kita tidak
mau dicap sebagai anak durhaka bukan? Astagfirullah al-adzim, tentunya kita semua tidak ada
yang mau.

Hadirin Rahimakumullah....

Ada sebuah kisah yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW, di mana saat itu ada seorang anak
yang terkenal sebagai ahli ibadah dan shalih.

Suatu ketika ajalnya datang menjemput, namun saat itu juga Allah memerintahkan pada malaikat
maut, hanya sampai pada kerongkongan saja.
Tidak sepenuhnya roh anak tersebut keluar dengan lembut. Rasulullah yang menyaksikan anak
tersebut pun langsung berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan kepadanya, hanya saja
Allah SWT belum mengizinkan.

Bukan hanya itu penderitaan yang diterima oleh anak tersebut, ketika dikuburkan tanah pun
enggan menerimanya. Akhirnya Rasulullah menyuruh salah seorang sahabat memanggil ibu dari
anak tersebut.

Ibu yang dimaksud pun mendatangi Rasulullah.

"Apa kesalahan anakmu semasa hidup wahai ibu?" tanya Rasulullah.

"Tidak ya Rasul, anak saya tidak pernah salah apa-apa. Dia anak yang baik Rasul. Dia anak yang
shalih." Jawab si ibu.

Sampai tiga kali Rasul bertanya dengan pertanyaan yang sama, sampai akhirnya berkata:
"Maafkan anakmu wahai ibu, agar selesai naza' anakmu."

Selain itu Nabi berdalih, kalau si ibu tidak memaafkan, maka sang anak akan dibakar, sehingga
ibu itupun memaafkannya.

"Aku maafkan dia ya Rasulullah. Dia memang pernah menyakiti hatiku, namun aku tak tega
melihatnya dibakar ya Rasulullah. Maka aku akan memaafkan kesalahan-kesalahannya," kata si
ibu.

Dengan kehendak Allah SWT, maka nyawa anak itupun dicabut dan dikuburkan dengan layak.

Hadiri Rahimakumullah...
Kisah anak tersebut memberikan kita pelajaran, bahwa Ridho Allah benar-benar terletak pada
Ridhonya orang tua. Meskipun sudah melakukan banyak ibadah kepada-Nya, namun di sisi lain
durhaka kepada ibu, maka Allah pun tidak akan meridhoi kita.

Contoh durhaka kepada ibu adalah dengan membantahnya, berkata kasar kepadanya bahkan
sampai membuatnya menangis. Naudzubillah.

Semoga kita semua termasuk anak-anak yang selalu berbakti kepada orang tua. Amin ya Rabbal
Alamiin.

Mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan. Maafkan bila ada kata yang salah. Akhir kata,
Was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai