Disusun Oleh :
Riandly Saliareng
(190301002)
Desember 2022
Makalah Liturgika |2
DAFTAR ISI
a. Kesimpulan .................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Liturgi dalam gereja Kristen adalah ritus atau sistem ritual yang
ditentukan untuk ibadah umum dalam denominasi atau gereja Kristen mana
pun — repertoar atau pengulangan gagasan, ungkapan, atau perayaan yang
lazim. Berbagai elemen liturgi Kristen termasuk baptisan , komuni , berlutut,
bernyanyi, doa, khotbah atau homili, panggilan altar, dan pemberkatan.
Kata Yunani asli leitourgia, yang berarti “pelayanan”, “pelayanan”,
atau “pekerjaan rakyat” digunakan untuk pekerjaan publik apa pun, bukan
hanya layanan keagamaan. Di Athena kuno, liturgi adalah jabatan atau tugas
publik yang dilakukan secara sukarela oleh warga kaya. Demikian dalam
ibadah umat Kristen dari berbagai denominasi, dalam ibadah kehadiran jemaat
sangat berperan dalam merespon berita anugerah Allah supaya setiap bentuk
liturgi atau pelayanan ini bisa terlaksana dengan baik. Selain respon jemaat
musik juga sangat berperan penting dalam suatu ibadah seperti yang tertulis
dalam kitab Mazmur 150: 3-6 “(3) Pujilah dia dengan tiupan sangkakala,
pujilah dia dengan gambus dan kecapi, (4) Pujilah dia dengan permainan
kecapi dan seruling. (5) Pujilah dia dengan ceracap berdentang. (6) Biar
segala yang bernafas memuji Tuhan. Haleluya”1.
b. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui unsur-unsur liturgi dari teks ayat Kitab-kitab
Perjanjian Baru.
1
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). 2011
BAB II
PEMBAHASAN
2. Mengajar dan menegur seorang terhadap yang lain. Ini akan sangat
membantu kita untuk maju terus dalam segala kasih karunia. Kita
mempertajam diri dengan membangun orang lain, dan kita menambah
pengetahuan kita dengan menyampaikannya untuk membangun orang
lain. Kita harus mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil
menyanyikan mazmur dan puji-pujian. Perhatikan, menyanyikan mazmur
adalah sebuah perintah Injil, psalmois kai hymnois kai ōdais, yaitu
menyanyikan Mazmur Daud, dan lagu-lagu puji-pujian dan syair rohani,
yang dikumpulkan dari ayat-ayat firman, dan dicocokkan dengan
kesempatan-kesempatan khusus, dan bukannya menyanyikan nyanyian-
nyanyian kotor dan duniawi dari upacara penyembahan berhala. Puisi
agamawi agaknya didukung juga oleh ungkapan-ungkapan ini, dan bisa
amat membangun. Namun, ketika menyanyikan mazmur, kita tidak
2. 1 Korintus 14:12-19
I. Mengarahkan mereka bagaimana mereka harus bernyanyi dan
berdoa dengan orang banyak (ay. 15): Jadi, apakah yang harus
kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa
juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan
rohku, dst. Ia tidak melarang mereka berdoa atau bernyanyi di
bawah dorongan ilahi, atau apabila mereka mendapat ilham untuk
berdoa dan bernyanyi, atau diberi suatu karunia rohani seperti itu.
Tetapi ia ingin agar mereka juga berdoa dan bernyanyi dengan cara
yang dimengerti orang lain, supaya orang lain bisa mengikuti
mereka. Perhatikanlah, ibadah bersama harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga bisa dimengerti.
3. 1 Korintus 26-28
I. Paulus menyalahkan mereka atas kekacauan yang mereka
timbulkan dalam jemaat, dengan memamer-mamerkan karunia-
karunia mereka (ay. 26): Bilamana kamu berkumpul, hendaklah
tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur,
yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa
roh,….. Maksudnya, “Kamu cenderung mengacaukan bagian-
bagian ibadah. Dan, selagi yang satu menyanyikan mazmur oleh
ilham, yang lain memberikan pengajaran, atau pewahyuan.” Atau
kalau tidak, kamu cenderung kacau dalam menjalankan ibadah
yang sama. Banyak dari antara kamu mempersembahkan mazmur
atau pengajaran pada waktu yang bersamaan, tanpa menunggu
giliran masing-masing. Bukankah ini betul-betul kacau? Dapatkah
ini membangun? Padahal, semua ibadah bersama harus
mempertimbangkan hal ini, semuanya itu harus dipergunakan
untuk membangun.”
II. membetulkan kesalahan-kesalahan mereka, dan meletakkan
beberapa aturan untuk perilaku mereka selanjutnya. Mengenai
berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, ia memerintahkan
agar tidak lebih dari dua atau tiga orang mela kukannya dalam satu
pertemuan, dan ini tidak secara bersamaan, tetapi bergantian, satu
demi satu. Dan bahkan ini tidak boleh dilakukan kecuali ada orang
yang menafsirkan (ay. 27-28), Sebab semua yang hadir dalam
ibadah bersama harus mengikuti ibadah itu, dan tidak boleh
menjalankan ibadah sendiri-sendiri. Ibadah pribadi bukan pada
waktu dan tempatnya apabila dilakukan dalam ibadah bersama.
“Liturgi adalah, beribadah dalam Roh dan juga dengan akal budi.”
E. 2 Korintus 8 ; 9:8-12
Liturgi adalah;
NASB: “menghargai”
NKJV “mengenali”
NRSV “menghormati”
TEV “Menghormati secara pantas”
NJB “menjadi perhatian”
G. Kisah Para Rasul 13:1-3 “13:1 Pada waktu itu dalam jemaat di
Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang
disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama
dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. 13:2 Pada suatu hari ketika
mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus:
"Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah
Kutentukan bagi mereka." 13:3 Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan
setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan
keduanya pergi.”
H. Wahyu 4:1-11 “4:11 "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima
puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala
sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan”
Liturgi surgawi
(ayat 1) Orang yang ingin tekun mengikuti Kristus harus tangguh menghadapi
ancaman maupun prinsip hidup yang berbeda. Penglihatan akan Kristus dalam
kemuliaan-Nya, yakni: Gereja kini dan kelak dalam pemuliaan dan nasib
dunia sesungguhnya, menjadi kekuatan orang Kristen tekun dan menang
dalam kesulitan. Sesudah melihat Kristus, orang Kristen diajak melihat
suasana surga. Di pusat terdalam surga terdapat Allah yang bertakhta dan dari
pemerintahan-Nya yang mulia itu terpancar anugerah. Warna-warni yang
terpancar dari berbagai batu permata itu bagaikan pelangi yang menunjuk
kepada pelangi kasih Allah pada zaman Nuh (ayat 3). Oleh kemurahan-Nya,
tercipta suatu umat yang telah dikuduskan dan dimuliakan. Umat tebusan itu
secara simbolis digambarkan oleh dua puluh empat tua-tua yang menunjuk
kepada dua belas suku Israel dan dua belas rasul. Kedaulatan Allah juga
terpancar dari takhta-Nya. Ia akan membuat laut sumber kekacauan itu takluk
hening bagaikan kristal kaca (ayat 6). Terhadap mereka yang tidak tunduk,
Allah adalah kilat dan guruh yang dahsyat. Ia akan menghakimi semua yang
menolak kemurahan-Nya (ayat 5). Di hadapan Allah yang Maha Mulia, penuh
Kasih, Berdaulat, dan Maha Kudus itu, seluruh isi ciptaan tunduk
mengumandangkan liturgi surgawi (6b-9). Hal itu menjadi simfoni utuh saat
seluruh umat tebusan-Nya ikut dalam liturgi itu (ayat 10-11).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
TAFSIRAN WYCLIFE