Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga Mini Book ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga Mini Book ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar Mini Book ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penyusunan Mini Book ini penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, November 2021


Penulis
Nikmatuzziyadah Unusa

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………….……………………………………….……i
Daftar Isi…………………………………………………………………………..………………ii
Perkembangan Motorik……………………………………………………………………………1
Perkembangan Gerakan Motorik pada Anak………………………………………………………1
Motor Control……………………………………………………………………………….……10

ii
A. PERKEMBANGAN MOTORIK
Perkembangan adalah proses di mana individu berubah sepanjang hidupnya",
perkembangan manusia dapat dibagi menjadi empat domain utama yaitu kognitif, afektif
(sosioemosional), motorik, dan fisik. Perkembangan motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syarat urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi. Perkembangan motorik memiliki efek mendalam pada perkembangan
kognitif. perilaku sosial dan fisik. Pengetahuan perkembangan motorik (keterampilan
gerakan) dapat berguna untuk mendiagnosis masalah pada individu yang mungkin
berkembang secara tidak normal dan penting untuk membantu individu meningkatkan
kinerja motorik mereka dengan melakukan pengembangan aktivitas yang sesuai.
Perkembangan motorik sendiri terdiri dari perkembangan motorik kasar (gross motor)
dan motorik halus (fine motor).
1. Gross Motor
Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan kemampuan anak anak
yang melibatkan otot-otot besar dalam melakukan gerakan dan sikap tubuh.
Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar yaitu genetik,
pre natal, post natal, stimulasi, dan riwayat kelahiran premature. Aktivitas yang
merupakan gross motor adalah merayap, merangkak, berguling, duduk, berdiri,
berjalan, berlari, melompat, dan lain-lain.
2. Fine Motor
Keterampilan motorik halus merupakan koordinasi halus pada otot-otot kecil yang
memainkan suatu peran utama. Menurut Cambridgeshire Community Services
NHS (2018) keterampilan motorik halus merupakan kelanjutan dari
pengembangan kontrol gerakan bagian-bagian tangan. Keterampilan motorik
halus melibatkan otot-otot pada tubuh. Keterampilan motorik halus melibatkan
kekuatan, kontrol motorik halus, koordinasi mata tangan, sentuhan, dan
ketangkasan.

B. PERKEMBANGAN GERAKAN MOTORIK ANAK


Pada umumnya, proses tahapan perkembangan setiap anak sama, yaitu merupakan
hasil dari proses pematangan. Tetapi dalam pencapaiannya, setiap anak memiliki

1
kecepatan yang berbeda. Tahapan tumbuh kembang anak dibagi menjadi beberapa
diantaranya adalah masa pranatal (dari konsepsi sampai lahir), masa bayi (dari usia 0-1
tahun), masa anak dini (usia 1-3 tahun), masa prasekolah (usia 3-6 tahun) dan masa
sekolah (usia 6-18/20 tahun). Anak usia prasekolah merupakan anak yang berusia antara
3-6 tahun. Dalam usia ini anak umumnya mengikuti program anak (3-5 tahun) dan
kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka
mengikuti program taman kanak-kanak. Anak usia ini diharapkan telah mampu
menguasai beberapa keterampilan yang menuntut kemampuan motorik halus.
1. Gross Motor
a) Usia 0-3 bulan

Selama tiga bulan pertama kehidupannya, bayi akan mulai


mengembangkan kemampuan dan kekuatan yang mereka butuhkan
untuk bergerak nantinya. Pada masa pertumbuhan ini, anak hanya bisa
mengangkat kepalanya sebentar saat tengkurap.

b) Usia 4-6 bulan

2
Saat memasuki usia ini, keseimbangan dan gerakan bayi meningkat
drastis dengan penggunaan dan koordinasi dari otot-otot besar. Selain
itu, tahap perkembangan anak saat ini sudah mulai sengaja berguling
dari depan ke belakang atau sebaliknya dan kanan-kiri. Bayi juga
sudah mampu mengangkat kepala dan dadanya ketika dibaringkan
dalam posisi telungkup. Kemampuan mendorong kepala dan dadanya
pun sudah lebih jauh ke atas.

c) Usia 7-9 bulan

Tahap perkembangan motorik anak di usia ini adalah koneksi sistem


saraf yang terus terbentuk sehingga kendali atas ototnya semakin kuat.
Pada usia 7 – 9 bulan, bayi antara lain sudah dapat duduk tanpa
bantuan, merangkak, secara aktif menggapai mainan dan memegang
benda kecil dengan cara menjumput.

d) Usia 10-12 bulan

3
Tahap perkembangan motorik anak pada usia ini adalah bayi sudah
bisa mengubah posisi sendiri, misalnya dari tengkurap ke posisi
merangkak. Jadi ketika tengkurap, bayi bisa mendorong tangan dan
lututnya ke posisi dasar merangkak dan bergerak maju mundur tanpa
melangkah. Gerakan ini sangat bermanfaat melatih otot tangan dan
kakinya hingga siap untuk merangkak.

e) Usia 12-24 bulan

Pada aspek fisik-motorik, anak usia 12-24 bulan antara lain


menunjukkan kemampuan yang lebih baik lagi dalam kemampuan
merangkak, seperti merangkak mundur menuruni tangga, berjalan, dan
berjingkrak-jingkrak.

f) Usia 2-3 tahun

4
Pada rentang usia 2-3 tahun, anak telah mampu menguasai
keterampilan seperti mengendarai sepeda roda tiga, menendang bola,
melompat di tempat dan memanjat

g) Usia 4 tahun

Selain sudah lancar berlari dan melompat, keseimbangan anak berusia


4 tahun juga sudah semakin baik. Hal ini terbukti dari kemampuannya
untuk berjalan pada garis lurus dan melompat dengan satu kaki. Anak
sudah mahir naik tangga dengan kaki kanan dan kiri melangkah secara
bergantian tanpa dibantu. Bahkan ia sudah bisa memanjat pohon.

h) Usia 5-6 tahun

5
Dalam kemampuan fisik motorik kasar anak usia 5-6 tahun terdapat 5
aspek perkembangan yaitu: berjalan maju pada garis lurus, berjalan di
atas papan titian, berjalan sambil berjinjit, berjalan mundur, berjalan
ke samping pada garis lurus, berlari sambil melompat dengan
seimbang tanpa jatuh,berdiri di atas satu kaki dengan seimbang, dan
melompat tanpa jatuh. Masa lima tahun pertama adalah masa pesatnya
perkembangan motorik anak. Motorik adalah semua gerakan yang
mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan
perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dan unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh.
2. Fine Motor
a) Usia 0-3 bulan

Bayi berusia 0-3 bulan sudah bisa menunjukkan beberapa kemampuan


motorik halusnya, seperti mengayunkan atau memukul sebuah objek.
Selain itu, di usia yang masih sangat dini ini, bayi sudah bisa melihat
kedua tangannya bergerak dan meletakkan tangannya di mulut.

b) Usia 3-6 bulan

6
Kemampuan motorik halus bayi akan semakin terasah saat menginjak
usia 3-6 bulan. Mereka sudah bisa memindahkan objek dari tangan kiri
ke kanannya. Bayi juga telah bisa memegang tangannya sendiri dan
meraih mainan di sekitar dengan kedua tangannya.

c) Usia 6-9 bulan

Otot jari-jemari bayi akan semakin kuat saat usianya mencapai 6-9
bulan. Pada fase ini, bayi sudah bisa menggenggam dan memegang
benda kecil seperti botol. Selain itu, bayi juga bisa meremas benda
kecil yang bertekstur halus. Jari-jemarinya pun sudah mampu
memindahkan objek yang ada di sekitarnya.

d) Usia 1 tahun

7
Pada usia 1 tahun perkembangan motorik halus bayi akan semakin
terpampang nyata. Bayi sudah bisa menyusun mainan menara balok,
memegang pensil dan mencoret di kertas, makan dengan sendok,
hingga membuka lembaran di buku.

e) Usia 2-3 tahun

Di usia ini, anak sudah bisa membuat coretan di buku atau media lain
yang sering ia gunakan. Di usia ini, mata dan jari anak sudah bisa
berkoordinasi dengan baik, sehingga coretan anak semakin jelas dan
bisa membuat suatu bentuk meski belum jelas.

f) Usia 3-4 tahun

8
Di usia 3 tahun, anak mulai belajar meniru atau menyalin gambar
orang lain, seperti bentuk kotak, segitiga, lingkaran, dan lainnya. Di
usia balita 42 bulan atau 3 tahun 6 bulan, anak mulai belajar
menggambar orang dengan 6 bagian tubuh, seperti kepala, tangan,
kaki, jari, mata, hidung, telinga. Cara anak memegang krayon juga
semakin baik, yaitu mengapit krayon di antara jempol dengan jari lain.
Menyusun balok salah satu kemampuan motorik halus yang dimiliki
anak usia 3 tahun. Anak sudah mampu menyusun balok menjadi
sebuah menara dengan memakai 6-8 balok lebih tinggi.

g) Usia 4-5 tahun

Di usia ini, anak sudah mampu menggunting kertas mengikuti pola


atau garis putus-putus sebagai panduannya. Selain itu, anak juga sudah
mampu meniru gambar yang dibuat oleh orang lain, bahkan mulai
mencoba menggambar manusia, lengkap dengan anggota tubuh.
Sebagai contoh, kepala, tangan, kaki, jari, mata, telinga, hidung, dan
mulut. Anak juga sudah bisa memegang sendok sendiri ketika
menyantap makanan balita.

h) Usia 5-6 tahun


Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik
halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti

9
mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh
secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis
atau menggambar.
C. MOTOR CONTROL
Motor control merupakan serangkaian proses yang difokuskan pada kontrol dan
koordinasi terhadap postur dan gerakan. Sedangkan motor learning merupakan
serangkaian proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan
gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman dan motor development merupakan
perubahan dalam prilaku gerak yang merefleksikan interaksi kematangan organisme dan
lingkungannya.
Stimulasi adalah rangsangan dari luar yang ada pada lingkungan bayi yang
merupakan suatu kebutuhan dasar untuk perkembangan seorang anak. Stimulasi dapat
berperan untuk peningkatan fungsi sensorik (dengar, raba, lihat, rasa, cium), motorik
(gerak kasar, halus), emosi-sosial, bicara, kognitif, mandiri, dan kreativitas. Pemberian
stimulasi motorik kasar bertujuan untuk menstabilkan keseimbangan, meningkatan
pengendalian postur tubuh dan meningkatkan keterampilan motorik kasar bayi.
Ada beberapa kontrol gerakan motorik.
Dalam menimbulkan aktivitas gerakan motorik, diperlukan koordinasi
antara sistem saraf dan kontraksi otot. Kontol atas setiap gerakan motorik,
seberapapun tingkat kerumitannya, bergantung pada masukan konvergens ke
neuron motorik pada unit motorik spesifik. Neuron-neuron motorik, pada
gilirannya, mencetuskan kontraksi serat-serat otot di dalam unit motorik masing-
masing melalui kejadian-kejadian yang berlangsung di taut neuromuskulus.
Terdapat tiga tingkatan masukan yang mengontrol keluaran unit motorik.
 Masukan dari neuron-neuron aferen, biasanya melalui antarneuron yang
terletak diantaranya, setinggi korda spinalis yaitu reflex korda spinalis.
 Masukan dari korteks motorik primer. Serat-serat yang berasal dari badan
sel piramidalis di dalam korteks motorik primer turun secara langsung
tanpa instruksi dari sinapstik untuk berakhir di neuron motorik (atau
diantara neuron lokal yang berakhir di neuron motorik). Serat-serat ini
membentuk system motorik kortikostinalis (piramidalis).

10
 Masukan dari sistem motorik multineuron (atau ekstrapiramidalis).
Jalur-jalur yang menyusun system ini mencakup sejumlah sinaps yang
melibatkan banyak daerah di otak. Penghubung terakhir di multineuron
adalah batang otak, terutama formasio retikularis, yang pada gilirannya
dipengaruhi oleh daerah-daerah motorik korteks, serebelum, dan nucleus
basal. Selain itu korteks motorik sendiri saling berkaitan dengan thalamus
serta dengan daerah-daerah pramotorik dan motorik suplementer. Hanya
korteks motorik primer dan batang otak yang secara langsung
mempengaruhi neuron motorik, sedangkan daerah otak lain yang terlibat
mengatur aktivitas motorik secara tidak langsung dengan menyesuaikan
keluaran motorik dari korteks motorik dan batang otak.

Sistem kortikospinalis terutama memperantarai gerakan-gerakan volunter


yang halus dan berlainan pada tangan dan jari tangan, misalnya gerakan yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan jahit menjahit. Daerah motorik
suplementer dan pramotorik, dengan masukan dari serebroserebelum,
merencanakan perintah motorik volunteer yang disampaikan ke neuron-neuron
motorik yang sesuai oleh korteks motorik primer melalui sistem desendens ini.
Sedangkan sistem multineuron, sebaliknya, terutama berperan dalam mengatur
postur tubuh keseluruhan yang melibatkan gerakan involunter kelompok otot-otot besar
di badan dan tungkai.
Sebagian masukan yang berkonvergensi di neuron-neuron motorik bersifat
eksitatorik, sementara yang lain inhibitorik. Gerakan terkoordinasi bergantung
pada keseimbangan yang sesuai dengan aktivitas kedua masukan tersebut. Jika
sistem inhibitorik yang berasal dari batang otak terganggu, otot-otot menjadi
hiperaktif (tonus otot meningkat; reflex anggota badan menguat) karena aktivitas
masukan eksitatorik ke neuron motorik tidak dilawan (paralisis spastik).
Sebaliknya, hilangnya masukan eksitatorik, seperti yang menyertai kerusakan jalur-
jalur eksitatorik desendens yang keluar dari korteks motorik primer,
menimbulkan paralisis flaksid (otot melemas walaupun aktivitas refleks masih
ada). Kerusakan pada korteks motorik primer di salah satu sisi otak, menyebabkan

11
paralisis flaksid di separuh badan yang berlawanan (hemiplegia). Gangguan di
semua jalur desendens, seperti trauma berat pada korda spinalis,disertai dengan
paralisis flaksid di bawah tingkat kerusakan, kuadriplegia (paralisis keempat anggota
badan) jika kerusakan korda spinalis atas dan paraplegia (paralisis kedua
tungkai) jika kerusakan pada korda spinalis bagian bawah. Kerusakan neuron-
neuron motorik, baik badan sel maupun serat-serat eferennya menyebabkan paralisis
flaksid dan tidak adanya respon reflex pada otot yang terkena.
Kerusakan serebelum atau nukleus basal tidak menimbulkan paralisis tetapi
menyebabkan aktivitas yang tidak terkoordinasi serta pola gerakam yang tidak
sesuai. Daerah-daerah ini yang secara normal bertugas memperhalus aktivitas yang
dimulai secara volunter. Kerusakan daerah-daerah korteks yang lebih tinggi
yang berperan dalam perencanaan aktivitas motorik menyebabkan
ketidakmampuan membuat perintah motorik yang sesuai untuk menyelesaikan
gerakan yang diinginkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ananditha, A. C., 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Motorik


Kasar pada Anak Toddler. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(1)2017.
Anggraheni, I. 2019. Profil Perkembangan Motorik Halus dan Kreativitas Anak Kelompok
B Dalam Kegiatan Cooking Class. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 1, No. 1,
2019.
Ariyana, D. & Rini, N. S. Hubungan Pengetahuan lbu Tentang perkem- bangan Anak
Dengan Perkembangan Motorik Kasar Dan Motorik Halus Anak Usia 4-E Tahun
Di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang. Jurnal Keperawatan, vol.2, No. 2,
Maret 2009.
Aye, T., dkk. 2018. Gross Motor Skill Development of Kindergarten Children in Japan. J.
Phys. Ther. Sci. Vol. 30, No. 5, 2018.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/36746/3/BA
B%2520I.pdf&ved=2ahUKEwiA1peXjLP0AhW26XMBHfZDBQQQFnoECAwQAQ
&usg=AOvVaw0zaW-txkDRycCiFQVfukrU . Diakses pada 25 November 2021.
Maghfuroh, L. & Putri K. C., 2017. Pengaruh Finger Painting Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia Prasekolah Di Tk Sartika I Sumurgenuk Kecamatan
Babat Lamongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Februari 2017.
Setiawati, S. dkk. Kemampuan Fisik Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun di Taman
Kanak-kanak Negeri Pembina 1 Pekanbaru.
Sujarwo & Widi, C. P., 2015. Kemampuan Motorik Kasar dan Halus Anak Usia 4-6 Tahun.
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. Vol. 11, No. 2, 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai