Anda di halaman 1dari 17

SISTEM REPRODUKSI PRIA / MALE

Sistem reproduksi pria terdiri dari testis, saluran dari testis, kelenjar yang terkait sistem
reproduksi pria dan penis.

Testis

Testis merupakan kelenjar ganda karena berfungsi eksokrin dan endokrin. Bagian
eksokrin terutama menghasilkan sel kelamin / benih sehingga bisa dikatakan sebagai
kelenjar sitogenik. Bagian endokrin menghasilkan sekret internal.

Testis tergantung dalam skrotum dibungkus simpai testis yaitu:


- Terluar / tunika vaginalis.
- Tengah / tunika albuginea, tebal, jaringan ikat padat fibroelastik, sel otot
polos/tunika Dartos. Menebal pada pada permukaan posterior testis dan masuk
ke dalam / mediastinum testis. Terbagi dalam lobuli testis sekitar 250, tiap
lobulus terdiri dari 1- 4 tubulus seminiferus berkelok – kelok yang mengandung
pembuluh darah dan saraf. Terdapat sel Leydig yang berfungsi endokrin.
- Terdalam / tunika vaskulosa, jala kapiler di jaringan ikat longgar.

Tubulus seminiferus (30 – 70 cm) berakhir sebagai ujung bebas buntu atau
beranstomose dengan tubulus di dekatnya. Puncaknya tidak berkelok dinamakan
tubulus rektus. Epitelnya terdiri dari 2 kategori sel, sel penyokong / nutrisi /
sustentakuler dan sel benih / spermatogenik. Terdapat sel Sertoli, kepala spermatozoa
yang matang menempati cekungan di sitoplasmanya, dua sisi yang letak berbatasan
membentuk tautan. Tautan ini semacam sawar / pagar, bagian basal tempat pertukaran
bahan makanan untuk spermatogenik, bagian atas / adluminal terisolasi sebagai tempat
perkembangan spermatogenik lebih lanjut. Sawar juga menghalangi protein sel
spermatogenik di ruang adluminal mencapai jaringan vaskuler mencetuskan
pembentukan antibodi.

Sel spermatogenik berkembang progresif, proliferasi mendorong ke arah lumen, yang


terdekat lumen berubah menjadi spermatozoa, melepas diri dari epitel menjadi bebas.
Peristiwa ini dinamakan spermatogenesis, membutuhkan sekitar 64 hari dimulai dengan
spermatogonia (satu-satunya sel benih yang ada sampai usia pubertas). Setiap
spermatogonium mengandung jumlah kromosom diploid dalam inti sel, 44 autosom dan
2 kromosom seks X Y.

Berdasar gambaran inti sel, spermatogonia pada manusia:


- Gelap tipe A, membelah diri berkala untuk mempertahankan jumlah
spermatogonia, membentuk spermatogonia pucat tipe A.
- Pucat tipe A, membelah secara mitosis untuk menjadi tipe B dan pucat tipe A
yang lain.
- Tipe B, mengandung kromatin padat, membelah secara mitosis menjadi sel anak
yang berdeferensiai menjadi spermatosit primer.

Spermatosit primer benih terbesar, terjadi pembelahan reduksi, meiosis, seluruh


kromosom. Hasilnya, 23 kromosom (22 autosom + 1 kromosom seks X atau Y) masuk
ke setiap sel anak / spermatosit sekunder. Kedua spermatosit sekunder membelah
mitosis menjadi 4 sel spermatid. Spermatid mengalami transformasi melalui diferensiasi
pesat / spermiogenesis menjadi spermatozoa.

Spermatozoa dilepas dari hubungannya dengan sel sustentakular / (spermiasi) masuk


tubulus seminiferus. Secara morfologis sudah matang, tapi belum fungsional karena
belum mampu bergerak dan belum mampu membuahi sel telur. Pematangan
spermatozoa / kapasitasi diduga terjadi setelah eyakulasi.

Fungsi eksokrin testis adalah penghasil sel kelamin pria. Spermatogenesis dirangsang
oleh follicle stimulating hormone / FSH lobus anterior hipofisis, dipelihara oleh
testosteron dalam ruang adluminal. Hormon inhibin yang disintesis sel Sertoli
menhambat sekresi FSH. Spermatogenesis membutuhkan suhu yang sesuai.
 “VARICO CELE”

Sekresi endokrin utama testis adalah testosteron, yang dirangsang oleh luteinizing
hormone / LH lobus anterior hipofisis (= interstitial cell stimulating hormone / ICSH.
Fungsi testosteron adalah pengaruh terhadap spermatogenesis, mengatur sifat seks
sekunder, perkembangan dan pemeliharaan saluran kelamin.

Saluran Kelamin Pria


Terdapat beberapa:
- Tubuli rekti, saluran lurus pada setiap puncak lobulus.
- Rete testis, berupa jala.
- Duktuli eferentes, saluran yang keluar dari rete testis.
- Duktus epididimis, melanjutkan diri menjadi duktus deferens yang mempunyai
bagian melebar / ampula.
- Duktus eyakulatorius, menembus kelanjar prostat, muara di uretra.

Kelenjar Kelamin Tambahan

Terdiri dari:
 Vesikula seminalis, berfungsi sebagai kelenjar, mengeluarkan dan menimbun
bahan kental cairan semen.
 Prostat, melingkari pangkal uretra. Sekretnya berupa cairan seperti susu, agak
alkali, kaya enzim proteolitik terutama fibrinolisin, kaya fosfat asam (pada kanker
prostat ditemukan peningkatan kadar enzim fosfatase asam dalam darah).
Sering mengandung kronkemen prostat / korpora amilasea, yaitu kondensasi
sekret yang mengalami pengapuran.
 Kelenjar bulbo uretralis / Cowper pada jaringan ikat di belakang uretra pars
membranosa.

Penis

Penis berfungsi saluran keluar urin, cairan semen, alat koitus. Disusun 3 bangunan
erektil, sepasang di dorsal (korpora kavernosa penis), 1 diventral (orpus kavernosum
uretra/korpus spongiosum). Korpora kavernosa penis disatukan sekat/septum
pektiniformis sampai glans penis.

Kulit pembungkus penis tipis, ujung berlipat (preputium). Di glans penis dan permukaan
dalam preputium terdapat modifikasi kelenjar sebasea (Tyson). Terdapat ruang- ruang
dilapis sel endotel yaitu sinus-sinus darah. Selubung korpus spongiosum mengandung
serabut elastin dan otot polos.

Pembuluh darah a. dorsalis penis berjalan di antara korpora kavernosa. Di superior


kedua sisi, v. dorsalis profunda dan a, profunda penis, berjalan di setiap korpora.
Cabang a. dorsalis penis menembus kapsula fibrosa masuk ke korpus kavernosum,
bercabang ada yang spiral longitudinal ke distal / a. helisina dan bermuara ke dalam
sinus – sinus jaringan erektil.

Saat istirahat, tunika media a. helisina tebal, tunika intima membentuk lipatan
longitudinal. Saat terjadi rangsang erotik, saraf parasimpatik berkibat relaksasi otot
polos, a. helisina menjadi lurus dan lumen melebar, darah mengalir sampai ruang
kaverna penuh. Saat itu aliran darah venosa di bagian perifer korpora kavernosa
berkurang, karena tekanan terhadap vena yang berdinding tipis oleh pelebaran ruang –
ruang trabekula. Korpora kavernosa menjadi mengang dan membengkak. Uretra dalam
korpus spongiosum tetap terbuka, karena tekanan pada aliran venosa korpus
spongiosum lebih kecil dan tunika albugineanya tidak terlalu kuat, sehingga cairan
semen dapat memancar keluar sewaktu eyakulasi.

Pada akhir kegiatan koitus, penis kembali lemas melalui proses detumesens. Kelebihan
darah dalam korpora kavernosa perlahan diperas keluar oleh kontraksi serabut-serabut
organ.

SISTEM REPRODUKSI WANITA / FEMALE

Sistem reproduksi wanita terdiri dari indung telur / ovarium, sistem saluran kelamin
(tuba uterina, uterus, vagina), alat kelamin luar, dan kelenjar mamma / susu termasuk
disini karena sangat terkait.

Berfungsi menghasilkan gamet betina / telur melalui oogenesis, menyediakan


lingkungan yang cocok untuk pembuahan oleh spermatozoa dan perkembangan
mudigah / fetus, mekanisme pengeluaran janin, penyediaan makanan bagi bayi.

Indung Telur / Ovarium


Ovarium merupakan kelenjar ganda karena berfungsi eksokrin dan endokrin. Bagian
eksokrin terutama menghasilkan sel kelamin / benih sehingga bisa dikatakan sebagai
kelenjar sitogenik. Bagian endokrin menghasilkan sekret internal.

Hilusnya tertambat oleh mesovarium (lipatan peritoneum) ke ligamentum latum uterus.


Pada hilus, mesovarium digantikan epitel germinal, di bawahnya terdapat jaringan ikat
padat tunika albuginea (semakin memadat seiring usia).

Terdiri dari dua bagian:


- Korteks di luar, mengandung folikel ovarium. Sebelum pubertas terlihat folikel
primer / primitif, kematangan seks ditandai dengan perubahan menjadi
folikel–berkembang berupa korpus luteum dan folikel atretis. Sesudah
menopause folikel menghilang, korteks menipis menjadi jaringan ikat fibrosa.
- Medula di dalam, jaringan ikat fibro elastis longgar, mengandung pembuluh
darah besar, pembuluh limfe, saraf.

Pertumbuhan dan Perkembangan Folikel

 Folikel primer
Terdiri atas sebuah telur muda / ovum imatur, sel lonjong, inti besar berbentuk
vesikuklar disertai sebuah anak inti. Pada bayi baru lahir berjumlah sekitar 400.000,
yang berkurang terus sampai habis setelah menopause.

 Folikel - berkembang
Ditandai dengan pertumbuhan dan diferensiasi sel telur, proliferasi sel folikel,
perkembangan jaringan di sekitarnya. Ovum menjadi lonjong dan terletak menepi.
Terbentuk zona pelusida di sekelilingnya. Muncul ruang-ruang berisi cairan jernih dalam
kerumunan sel folikel, menyatu membentuk ruang besar / antrum, cairan mengental,
kaya asam hialuronat. Telur dikelilingi sekelompok sel folikel, terdorong ke satu sisi,
membentuk gundukan menjorok ke ruang antrum dinamakan kumulus ooferus, yang
langsung berhubungan dengan telur membentuk korona radiata (terpisah terhadap telur
oleh zona pelusida). Terbentuk membran granulosa di sekitar ruang antrum.

 Folikel Graaf
Telur memerlukan waktu 10 – 14 hari untuk matang. Folikel Graaf (folikel yang telah
matang dan siap mengeluarkan ovumnya) bergaris-garis, menonjol ke permukaan
indung telur yang dinamakan stigma (tunika albugenia menipis di tempat ini). Tambatan
telur pada membran granulosa melemah.

 Ovulasi
Terjadi pembentukan cairan yang lebih encer sehingga memperbesar garis tengah
folikel dinamakan preovulatory swelling, folikel matang meledak pada stigmanya dan
cairannya masuk ke peritonium, dinamakan proses ovulasi. Pada umumnya hanya satu
telur yang mengalami ovulasi, yang layak untuk dibuahi ndalam waktu 24 jam. Pada
manusia sekitar 28 hari sekali.
 Oogenesis / pematangan telur
Telur yang dilepas saat ovulasi / oosit sekunder masih muda, untuk fertilisasi harus
menjalani beberapa perubahan inti mirip pada pembentukan spermatozoa.

Telur primitif / oognia mengandung kromosom diploid membelah mitosis menjadi oosit
primer, kemudian menjadi oosit sekunder yang dilepas saat ovulasi. Terjadi
pembelahan pematangan selanjutnya yang berhenti pada tahap metafase, menetap
sampai terjadi pembuahan pada saat kepala spermatozoa menembus oosit, saat oosit
menyelesaikan tahap pematangannya.

 Korpus luteum
Sesudah ovulasi terjadi perdarahan kecil ke dalam rongga folikel, dinding folikel kempis
berlipat – lipat, berubah menjadi korpus luteum yang merupakan kelenjar sementara.
Sel granulosa berubah menjadi sel lutein granulosa membentuk lapisan tebal berlipat –
lipat mengisi bekas ruang folikel.

Apabila telur yang dilepas tidak dibuahi, korpus luteum mencapai perkembangan
maksimal sekitar 9 hari post ovulasi lalu mengkerut, dinamakan korpus luteum
menstruasi, pembuluh darah berkurang, unsur sel mengecil dan degenerasi lemak.
Jaringan ikat meningkat, mengalami hialinisasi. Bertahap, korpus luteum berubah
menjadi jaringan parut putih / korpus albikans.

Bila telur dibuahi, ukuran korpus luteum bertambah dinamakan korpus luteum
kehamilan. Sel-selnya terus membesar sampai pertanghan bulan kehamilan, setelah itu
mengkerut dan semakin capat mengkerut sesudah persalinan,

 Folikel atresia
Folikel yang mencapai kematangan sekitar 400, masa subur sekitar 30 tahun dengan
melepas 1 sel telur setiap bulan. Semua folikel yang gagal berkembang menjadi layu
dimanapun tahapnya berada, dinamakan folikel atresia.

Hormon Indung Telur

Menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Sebagian besar estrogen dibentuk


oleh folikel – berkembang, progesteron terutama oleh korpus luteum. Estrogen
berfungsi untuk tumbuh kembang alat reproduksi dan kelenjar mamma, progesteron
berfungsi produksi getah pada kelenjar rahim dan mempersiapkan mukosa untuk
menerima penanaman ovum.

Dalam ovarium terjadi serangkaian tahap tumbuh kembang folikel, ovulasi,


pembentukan korpus luteum, sehingga kedua hormon tersebut memperlihatkan irama
daur teratur. Estrogen meningkat saat masa praovulasi / masa folikular. Progesteron
meningkat selama pembentukan korpus luteum sejak folikel meletup, bertahan tinggi
sampai korpus luteum mengkerut / masa luteal. Perubahan berirama ini menyebabkan
perubahan pada alat reproduksi terutama dalam hal mukosa rahim.
Daur indung telur dipengaruhi gonadotropin dari lobus anterior hipofisis. Gonadotropin
merupakan FSH dan LH, mengelola pematangan folikel dan pembentukan korpus
luteum.

Telah ditemukan bahwa korpus luteum mensekresi relaksin, melonggarkan jaringan ikat
simpisis pubis dan membantu peregangan leher rahim sehingga memudahkan
persalinan. Juga menahan kontraksi otot rahim selama kehamilan, mempengaruhi
perkembangan kelanjar mamma dan fungsinya.

Salfing / Tuba Fallopi / Tuba Uterina

Tuba fallopi adalah sepasang bangunan yang membentang dari indung telur ke rahim.
Ujung yang menghadap indung telur terbuka langsung ke ruang peritoneum, ujung yang
lain bermuara di rahim.

Terbagi menjadi 4, semakin mendekati rahim semakin tebal dindingnya dan semakin
sempit lumennya.
- Infundibulum, corong terbuka ke arah ruang peritoneum, tepi berumbai / fimbria.
- Ampula, bagian yang melebar mencakup 2/3 bagian panjang tuba, berdinding
tipis, dinamakan pula “kamar pengantin”.
- Ismus, lanjutan ampula yang langsing sempit, penghubung ampula dengan
rahim.

Lapisan dinding tuba fallopi terdiri dari 3 dari yang paling dalam yaitu:

 Mukosa, banyak lipatan memanjang. Di ampula lipatan bercabang membentuk


ruang yang rumit. Sel bersilia, mengarah ke rahim, berperan utama dalam
pengangkutan telur melewati ampula.
 “KEHAMILAN DI LUAR KANDUNGAN”

 Otot, bagian luar tipis memanjang dan bagian dalam ebal melingkar. Semakin
mengarah ke rahim semakin tebal. Kontraksinya menghasilkan gelombang
peristaltik, membantu membawa telur menuju rahim.

 Serosa.
Rahim / Uterus

Rahim berdinding tebal, ujung menonjol ke dalam bagian atas vagina. Terdiri dari 2
bagian yaitu:
- Bagian atas yang melebar dinamakan badan rahim / corpus uteri.
- Bagian bawah, berbentuk silinder dinamakan leher rahim / cervix uteri. Bagian
menonjol ke dalam vagina dinamakan portio vaginalis.
Ujung atas corpus uteri yang membulat dinamakan kubah / fundus uteri. Peralihan dari
corpus uteri ke crvix uteri dinamakan ismus.

Lapisan pada rahim yaitu:


- Lapis luar / perimetrium, di kiri dan kanan melanjutkan diri sebagai ligemantum
latum.
- Lapis tengah / miometrium, otot polos tebal 12 – 15 cm. Selama kehamilan
ukuran serabut otot bertambah. Terdapat 3 lapis berbatas tidak jelas karena
saling menelusup yaitu lapis dalam berserabut memanjang (stratum
subvaskular), lapis tengah yang paling tebal dengan serabut melingkar dan
banyak pembuluh darah (stratum vaskular), lapis luar berupa serabut
memanjang tipis tepat di bawah peritoneum (stratum supravaskular).
- Lapis dalam / endometrium, melekat erat di miometrium, tempat perubahan
siklus ulang kegiatan pergetahan ovarium. Perubahan tertinggi berupa
kerusakan sebagian mukosa, terjadi perdarahan (menstruasi), hari pertama =
sebagai hari pertama siklus haid.

 Pembuluh darah, limfe, saraf

Cabang a. uterina masuk miometrium / a. arkuata bercabang 2: sistem pemberi darah


ke permukaan miometrium dan ke dalamnya. Yang memberikan darah ke dalam,
memberi 2 cabang untuk endometrium, ke bagian basal dan ke permukaan
endometrium. Yang ke permukaan berjalan spiral / a.ulir / a, spiral dan arteri ini yang
mengikuti siklus haid.

Pembuluh limfe membentuk jalinan di seluruh lapis dinding rahim kecualin pada lapis
permukaan endometrium. Saraf bermielin masuk ke mukosa membentuk jalinan di
bawah epitel, yang tak bermielin menuju berkas otot pembuluh darah dan miometrium.

 Perubahan siklus pada endometrium

Endometrium mengalami perubahan berkala sejak pubertas dan diakhiri saat


menopause. Empat tahap yang terjadi:
- Tahap menstruasi, terjadi buangan darah haid keluar.
- Tahap proliferasi / folikular, terjadi perkembangan folikel dan sekresi estrogen.
- Tahap progestasi / luteal, korpus luteum aktif.
- Tahap iskemik / pramenstruasi, pemutusan aliran darah di a. ulir.

Fase folikular dimulai pada akhir perdarahan haid, regenerasi cepat endometrium.
Mukousa menebal dari 1 mm menjadi 3 mm atau lebih seiring perkembangan folikel
ovarium dan sekresi estrogen. Menjelang akhir tahap ini, lumen kelenjar melebar dan
dinding bergelombang. Tumbuh a. ulir pada 2/3 bagian permukaan endometrium. Fase
ini sesuai dengan masa praovulasi dan pematangan folikel.

Fase luteal terjadi akibat pembentukan korpus luteum yang men-sekresi progesteron.
Endometrium menebal sekitar 4 mm akibat hipertrofi kelenjar dan meningkatnya cairan
pelembab. Kelenjar nampak bergerigi, lumen melebar. Menjelang akhir fase, sel stroma
membesar menjadi sel desidua. Fase ini sesuai dengan masa pembentukan dan
kegiatan korpus luteum.

Dibedakan 3 zona endometrium dimulai dari permukaan:


- Lapis pejal, terdekat dengan permukaan, tipis, mengandung kelenjar leher yang
lurus dan edema.
- Lapis spons, tebal, mengandung kelenjar berkelok – kelok, terpisah oleh lamina
propria yang sangat lembab. Bersama dengan lapis pejal dinamakan lapis
fungsional, yang terkelupas saat haid dan persalinan.
- Lapis basal, mengandung ujung buntu kelenjar. Perannya pada siklus sedikit,
tidak hilang akibat haid maupun persalinan.

Fase pramenstruasi terjadi 13 – 14 hari post ovulasi, awal penurunan kadar progeteron
dan pengerutan korpus luteum. A. ulir mengkerut, lapisan fungsional memucat dan
menciut akibat anemia dan anoksia.

Fase mentruasi adalah proses nekrosis dan terkelupasnya lapisan fungsional.


Beberapa jam setelahnya, a. ulir melonggar, dinding yang dekat dengan permukaan
pecah, darah keluar bercampur dengan getah kelenjar dan jaringan endometrium yang
nekrosis, darah juga merembes dari vena akibat pengelupasan. Akhirnya seluruh
lapisan ednmetrium fungsional habis. Lapis basal masih utuh, sel epitel perlahan keluar
dari ujung kelenjar dan pembaharuan epitel pada permukaan yang hilang mulai terjadi
saat haid selesai.

Kurun waktu antara dimulainya fase luteal dan fase menstruasi hampir sama, tidak
tergantung panjang siklus. Pada saat tertentu, ovarium tidak menghasilkan folikel
matang selama siklus. Tetapi perdarahan tetap terjadi, dinamakan siklus hampa /
anovulasi.

Kehamilan

Telur yang telah dibuahi membelah diri sambil berjalan sepanjang tuba fallopi sampai
ke uterus. Terjadi sekelompok sel / blastosis, tertanam dalam endometrium 6 – 7 hari
post ovulasi saat endoetrium berada pada fase luteal, sehingga tebal – lembab –
kelenjar besar dipenuhi getah. Melekat / implantasi pada umumnya di daerah fundus
uteri.

 “MASA SUBUR”
 “HAMIL ANGGUR”
 “MENGATUR JARAK KEHAMILAN DENGAN SARANA K.B.”
 “F I S I O T E R A P I”

Dinding blastosis selapis sel / trofoblas disertai massa – dalam di dalam rongganya.
Setelah melekat di endometrim, trofoblas berproliferasi menebal, eptel uterus hancur
membuat blastosis terbenam. Pada hari ke 11 post ovulasi terbentuk 2 lapis sel, sel
lapis dalam / sitotrofoblas (sel berbatas jelas) dan lapis luar tebal terdiri atas massa
protoplasma berinti banyak / sinsisiotrofoblas.

Endometrium terlepas pada persalinan kecuali lapis yang paling dalam, sehingga
endomerium pada masa kehamilan dinamakan desidua. Dibedakan 3 daerah desdua:
- Yang menutupi blastosis / desidua kapsular.
- Yang menjadi dasar / desidua basal, akan menjadi plasenta nagian ibu /
maternal. Dimasuki vilus korialis yang merusak mengikis endometrium
membentuk rongga / lakuna, mengandung darah yang keluar akibat perusakan
pembuluh darah maternal oleh trofoblas.
- Yang meliputi rongga uterus lainnya / desidua parietal.

Tembuni / Ari – ari / Plasenta

Mempunyai bagian maternal maupun fetal. Bagian maternal yang mempunyai tonjolan
dinamakan sekat tembuni / placental septa, membagi tembuni menjadi lobulus /
kotiledon. Bagian fetal muncul vilus – vilus yang menempati lakuna tempat aliran darah
ibu, vilus penambat yang bercaban-cabang menjadi vilus kibar. Di tengah setiap filus
tedapat kepiler fetal. Juga terdapat sel bedar berinti besar (sel Hofbauer) bersifat
fagosit. Sitotrofoblas / lapis Langhans menghilang setelah usia kehamilan 10 minggu.
Pada permukaan vilus terdapat massa eosinofilik / bahan fibrinoid yang semakin
bertambah sesuai usia tembuni.
 “PLASENTA PREVIA”

Tembuni merupakan tempat pemindahan zat nutrisi dan lain-lain dari ibu, yang
diperlukan untuk pertumbuhan mudigah. Juga untuk tempat pemindahan limbah
metabolisme dari fetal ke srkulasi darah ibu. Sirkulasi ibu dipisah dengan sirkulasi fetus
oleh sawar uri yang terdiri dari sinsisiotrofoblas, sitotrofoblas (trimester pertama
kehamilan), membran basal trofoblas, jaringan ikat mudigah, membran basal kapiler
fetus dan endotelnya.

Tembuni men-sekresi hormon estrogen, progesteron, relaksin, renin, gonadotropin


korion. Semuanya dibuat dalam sinsisiotrofoblas yang dibentuk oleh sitotrofoblas.

Serviks

Serviks adalah bagian uterus terendah, epitelnya men-sekresi lender, sebagian bersilia
mengarah ke vagina. Sumbatan pada celahnya mengakibatkan kista / folikel Nabothi.
Bagian yang menonjol ke dalam vagina / portio vaginalis, mukosanya tidak terkelupas
saat haid.

Selama siklus haid terjadi perubahan dalam jumlah maupun sifat lendir serviks yang
merupakan larutan pekat gliko protein. Spermatozoa lebih mudah menembus lendir
yang disekresi pada pertengahan siklus daripada selama fase luteal. Lendir semakin
kental saat kehamilan dan membentuk sumbat pada kanal serviks.

Vagina

Vagina berupa sarung fibromuskular, dinding 3 lapis dari dalam ke luar:


- Lapis mukosa, membentuk lipatan mendatar / ruga, sel penuh dengan glikogen.
Di bawah epitel terdapat jaringan ikat padat yang kaya dengan serabut elastin,
leukosit polimorfonuklir, limfosit, relatif nodulus limfatikus. Sel epitel terkelupas
terus menerus, sedikit berubah mengikuti siklus. Dapat dipakai untuk diagnosis
atrofi dan evaluasi terapi estrogen.
- Lapis otot, jalinan otot polos, pada pintu vagina / introitus terdapat sfingter otot
kerangka.
- Lapis adventisia, jaringan ikat yang berbaur dengan lapis adventisia jaringan
organ sekitarnya.

Alat Kelamin Luar / Genetalia Eksterna

Secara umum dinamakan vulva, terdiri dari:


 Klitoris, bisa disamakan dengan penis pada pria. Terdiri dari 2 badan erektil
yaqng berakhir dalam kepala klitoris / glans clitoris. Dilengkapi ujung saraf
sensoris khusus.
 Labium minus, lipatan mukosa pembentuk dinding lateral vestibulum. Terdapat
kelenjar sebasea di kedua permukaannya, tanpa folikel rambut.
 Labium mayus, lapisan kulit penutup labium minus. Permukaan dalamnya halus
tanpa rambut. Permukaan luar adalah epitel bertanduk, memiliki banyak rambut,
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.
 Vestibulum, tempat masuk kelenjar, tempat bermuara vagina dan ureter. Dilapisi
epitel yang banyak mengandung kelenjar kecil / vestibuler minor, kelenjar
vestibuler mayor / Bartholini.
 Mons veneris / gunung venus, bagian yang menonjol ke depan menutupi tulang
kemaluan.

Kelenjar Payudara / Glandula Mamma

Kelenjar ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang men-sekresikan apokrin.


Tumbuh pesat saat pubertas dengan pertambahan jaringan-jaringannya termasuk
jaringan lemak. Terdiri atas 15 – 20 lobus yang bermuara di puncak nipel / puting susu.
Lemak dan jaringan ikat membagi lobus dalam lobulus. Duktus intralobular bermuara
dalam duktus interlobular, bersatu membentuk sebuah saluran keluar di setiap lobus /
dukrtus laktiferus yang berjalan melewati puting dan melebar di dekat ujung di puncak
puting membentuk sinus laktiferus.

 Areola dan puting


Puting dilewati duktus laktiferus yang bermuara sebagai pori di permukaannya. Kulit
puting sangat berpigmen, terdapat dermis dan otot polos. Kontraksi otot polos membuat
puting mengeras dan menonjol. Areola adalah daerah sekitar puting yang berpigmen
gelap pula, mempunyai kelenjar areola / Montgomery berjenis apokrin.

 Kelenjar mamma rihat


Terdapat duktus, tetapi alveolus berupa kuncup yang kecil. Jaringan ikat interlobular
padat tebal, mengandung jaringan lemak.

 Saat kehamilan
Kelenjar ini berubah secara ekstrem untuk persiapan laktasi. Pada tengah pertama
kehamilan, duktus intralobular berproliferasi pesat dan berkembang menjadi alveolus.
Jumlah jaringan intralobuklar, jaringan inerlobular, dan jaringan lemak berkurang.
Selama tengah kedua kehamilan, alveolus membesar, mulai men-sekresi getah. Pada
akhir kehamilan, men-sekresi cairan keruh encer / kolostrum. Pigmentasi areola dan
puting meningkat selama kehamilan,

 Laktasi
Segera setelah persalinan, kelenjar mamma giat men-sekresi susu yang kaya lemak,
gula, dan protein. Banyak alveolus yang melebar membentuk kantung, teregang terisi
susu. Alveolus yang lain rihat, lumen mengecil. Proses sekresi secara merokrin, juga
apokrin.

 Regresi dan involusi


Setelah berhenti menyusui, kelenjar mengalami kemunduran dan kembali ke keadaan
rihat. Alveoli mengecil, beberapa sel mati. Jaringan ikat dan lemak bertambah banyak.
Setelah menopause, kelenjar mengkerut, involus, epitel penggetahan atrofi.

 Pengelolaan oleh hormon


Perkembangan sistem duktus dikelola oleh hormon estrogen dan progesteron yang
dikeluarkan oleh ovarium secara siklis. Selama kehamilan disebabkan oleh kedua
hormon itu pula yang diproduksi oleh ovarium dan plasenta. Permulaan sekresi dipacu
oleh hormon laktogen / prolaktin hipofisis pars distalis. Pemeliharan kestabilan selama
laktasi dikelola oleh hormon oksitosin dari posterior hipofisis.

RANGKUMAN KEGIATAN BELAJAR 4

1. Sistem urinasi terdiri 2 ginjal, 2 ureter, kandung kemih, uretra. Ginjal berfungsi
membuang bahan sisa terutama senyawa nitrogen (urea, kreatinin), bahan
asing. Fungsi lain: mengatur keseimbangan air dan elektrolit, mempertahankan
keseimbangan asam – basa, mensekresi renin (turut serta pada pengaturan
tekanan darah), mengatur kadar ion Na dan eritroprotein (turut serta dalam
produksi eritrosit sumsum tulang). Ginjal bagian luar gelap/korteks, bagian
dalam terang/medula. Bagian korteks yang masuk medula/ kolum Bertini,
medula yang masuk korteks/prosesus Fereini/medulary ray/berkas medula.
Ginjal diperdarahi a. renalis aorta abdominal.

2. Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada nefron, bagian yang melebar / kapsula
Bowman terdapat invaginasi oleh jumbai kapiler / glomerulus, keseluruhan
dinamakan korpuskel ginjal / badan Malpighi. Korpuskel memiliki tubulus
proksimal / distal pars kontorta dan pars rekta. Diantaranya, nefron membentuk
ansa Henle punya pars asenden dan desenden. Fungsi tubulus proksimal
mengurangi isi filtrat glomerulus (80 – 85 %) melalui transpor dan pompa Na
aktif ke ruang ekstra selular, diikuti pasif ion klorida dan air. Di sini glukosa, asam
amino, protein, bikarbonat, diresorbsi. Normal akan terjadi resorbsi penuh
glukosa, kecuali kondisi DM. Fungsi ansa Henle menghasilkan urin hipertonik
terhadap plasma darah. Korpuskel ginjal memiliki tempat arteriol aferen dan
eferen masuk keluar (polus vascular), juga polus urinari. Diameter arteriol aferen
lebih besar, maka glomerulus sistem bertekanan relatif tinggi.

3. Ujung atas ureter melebar/pelvis-ginjal terletak pada hilus ginjal, terbagi


menjadi kalis mayor - minor. Ureter terletak di dinding posterior abdomen,
belakang peritoneum, berakhir menembus dinding kandung kemih.
Pengaliran balik urin dari kandung kemih ke ureter dicegah penutup mebrana
mukosa kandung kemih dan pembesaran kandung kemih. Uretra pria: pars
prostatika (turun menembus kelenjar prostat, bermuara ke duktus
eyakulatorius), pars membranasea (pendek, dari puncak prostat menembus
membran perinela berakhir di bulbus korpus kavernosum uretra), pars
kavernosa/spongiosa (menembus korpus spongiosum bermuara di glans
penis).

4. Sistem reproduksi pria terdiri dari testis, saluran testis, kelenjar terkait sistem
reproduksi pria dan penis. Testis kelenjar ganda, berfungsi eksokrin penghasil
sel kelamin / benih (kelenjar sitogenik) dan endokrin penghasil sekret internal.
Tubulus seminiferus berakhir sebagai ujung bebas buntu atau beranstomose
dengan tubulus di dekatnya. Puncaknya tidak berkelok dinamakan tubulus
rektus. Terdapat sel Sertoli, kepala spermatozoa yang matang menempati
cekungan di sitoplasmanya. Terdapat pagar, basal tempat pertukaran makanan
spermatogenik, atas / adluminal terisolasi tempat perkembangan
spermatogenik. Pagar menghalangi protein sel spermatogenik agar tak
mencapai vaskuler (pencetus pembentukan antibodi).

5. Sel spermatogenik berkembang progresif, proliferasi mendorong ke arah lumen,


yang terdekat lumen berubah menjadi spermatozoa, melepas diri dari epitel
menjadi bebas. Peristiwa ini dinamakan spermatogenesis, membutuhkan suhu
yang sesuai, sekitar 64 hari dimulai dengan spermatogonia. Spermatogonia tipe
B, mengandung kromatin padat, membelah menjadi sel anak, berdeferensiasi
menjadi spermatosit primer, membelah menjadi spermatosit sekunder,
membelah menjadi sel spermatid. Spermatid transformasi diferensiasi
(spermiogenesis) menjadi spermatozoa, Testosteron berpengaruh pada
spermatogenesis, mengatur sifat seks sekunder, perkembangan/pemeliharaan
saluran kelamin.

6. Penis berfungsi sebagai saluran keluar urin, cairan semen, alat koitus. Disusun
bangunan erektil, sepasang di dorsal / korpora kavernosa penis dan 1 diventral /
korpus kavernosum uretra / korpus spongiosum. Kulit pembungkus penis tipis,
ujung berlipat / preputium. Pada glans penis dan permukaan dalam preputium
terdapat modifikasi kelenjar sebasea / kelenjar Tyson.

7. Sistem reproduksi wanita: ovarium, sistem saluran (tuba uterina, uterus, vagina),
alat kelamin luar, kelenjar mamma. Berfungsi menghasilkan telur melalui
oogenesis, menyediakan lingkungan cocok untuk pembuahan oleh spermatozoa
dan perkembangan fetus, mekanisme pengeluaran janin, penyediaan makanan
bayi.

8. Tahap pertumbuhan / perkembangan folikel: 1) folikel primer, 2) folikel -


berkembang terjadi diferensiasi sel telur, 3) terbentuk zona pelusida, 4) folikel
Graaf telah matang siap mengeluarkan ovum, 5) ovulasi (pada manusia sekitar
28 hari sekali), 6) oogenesis pematangan telur yaitu oognia membelah menjadi
oosit primer lalu menjadi oosit sekunder yang dilepas saat ovulasi. Folikel yang
gagal berkembang menjadi layu (folikel atresia). Indung telur menghasilkan
hormon estrogen (untuk tumbuh kembang alat reproduksi dan kelenjar mamma),
progesteron (produksi getah kelenjar rahim, mempersiapkan mukosa untuk
penanaman ovum). Korpus lluteum mensekresi relaksin untuk melonggarkan
jaringan ikat simpisis pubis dan membantu peregangan leher rahim
(memudahkan persalinan), menahan kontraksi otot rahim selama kehamilan,
mempengaruhi perkembangan kelanjar mamma. Lapisan mukosa dinding tuba
fallopi memiliki sel bersilia, mengarah ke rahim, berperan dalam pengangkutan
telur lewat ampula. Kontraksi otot polosnya berupa gelombang peristaltik,
membantu membawa telur ke rahim.

9. Endometrium, terjadi perubahan berkala sejak pubertas, diakhiri saat


menopause. Tahapnya: 1) Menstruasi, darah haid keluar. 2) Proliferasi/ folikular,
perkembangan folikel, sekresi estrogen. 3) Progestasi / luteal, korpus luteum
aktif. 4) Iskemik/pramenstruasi, pemutusan aliran darah di a. ulir. Lapisan
endometrium: lapis pejal, spons (bersama lapis pejal = lapis fungsional,
terkelupas saat haid / persalinan), basal (tidak hilang akibat haid / persalinan)..

10. Telur yang telah dibuahi membelah diri, berjalan sepanjang tuba fallopi sampai
uterus. Terjadi blastosis, tertanam dalam endometrium saat endoetrium di fase
luteal, sehingga tebal – lembab – kelenjar besar dipenuhi getah. Melekat /
implantasi di fundus uteri.Tembuni merupakan tempat pemindahan zat nutrisi
dari ibu ke fetus dan limbah metabolisme dari fetus ke ibu. Kelenjar mamma
merupakan modifikasi kelenjar keringat, men-sekresi apokrin. Saat kehamilan
berubah untuk persiapan laktasi. Akhir kehamilan, men-sekresi cairan keruh
encer / kolostrum. Kelenjar mamma giat men-sekresi susu yang kaya lemak,
gula, dan protein.

Anda mungkin juga menyukai