1602 3388 1 SM
1602 3388 1 SM
Aziza Aryati*
Abstrak
Filsafat manusia atau antropologi filsafat merupakan bagian integral dari sistem Filsafat yang
secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Sebagai bagian dari sistem filsafat, secara
metodis ia memiliki kedudukan yang kurang lebih setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya
seperti; etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial dan estetika. Semua cabang filsafat tersebut pada
prinsipnya bermuara pada esensi manusia dengan menyoroti gejala dan kejadian manusia secara
sintesis dan reflektif, serta memiliki ciri-ciri ekstensif, intensif dan kritis. Kalau demikian, maka
dengan mempelajari filsafat manusia bererti kita dibawa ke dalam panorama pengetahuan yang
sangat luas, dalam dan kritis, yang menggambarkan esensi manusia. Panorama pengetahuan seperti
itu, paling tidak memiliki manfaat ganda yakni manfaat praktis dan teoritis.
Untuk memenuhi rasa ingin tahu itu (427-347 sM) menunjukkan keragaman
manusia menggunakan jalur pendidikan. pengertian ini. Herodotus menggunakan
Melalui pendidikan manusia memperoleh kata philosophein dalam upaya untuk
berbagai ilmu baru dan dapat menemukan sesuatu. Dalam pengertian
mengembangkan ilmu tersebut. Filsafat ini filsafat diberi arti rasa cinta untuk
merupakan cabang ilmu pengetahuan mengetahui dan memuaskan aspek
yang selalu menggunakan pemikiran kognitifnya. Sementara Phytagoras
mendalam, luas, radikal, dan berpegang mengaitkan sophia dengan kontemplasi.
pada kebijakansanaan dalam melihat Sophia bagi Phytagoras adalah
suatu problem. Dengan kata lain, filsafat “pengetahuan hasil kontemplasi”. Dengan
selalu mencoba mencari hakikat atau pengertian itu murid Plato ini ingin
maksud dibalik adanya sesuatu tersebut. membedakan antara pengetahuan hasil
Dalam tulisan ini, penulis berusaha kontemplasi dengan pengetahuan yang
memahami manusia melalui dimensi bersifat teknis dan instrumentalistik yang
filsafat. Untuk apa manusia hidup, dimiliki oleh para pelaku bisnis dan atlet.2
bagaiman ia harus hidup, dan apa hakekat Plato, sebagaimana dipaparkan oleh
manusia hidup. Andre Ata Ujan, lebih jauh menunjukkan
hakekat filsafat sebagai hasil kontemplasi
A. Apa itu Filsafat? dalam lima karakter berikut.3 Pertama,
Sebelum lebih jauh membahas dapat bertahan terhadap diskusi kritis.
tentang hakekat manusia dalam dimensi Artinya kegiatan utama dari filsafat
filsafat, penulis terlebih dahulu adalah mengkaji secara kritis tentang
memaparkan tentang pengertian filsafat segala hal. Dengan kajian itu diharapkan
itu sendiri. Secara etimologis, filsafat terjadi pertanggungjawaban rasional.
berakar dari bahasa Yunani yaitu phillein Kedua, menggunakan metode dialektis.
yang berarti cinta, dan shopia yang berarti Dengan metode ini filsafat bergerak secara
kebijaksanaan. Jadi filsafat adalah “cinta bertahap, yakni mengkritik pandangan-
akan kebijaksanaan”. Kata sophia dalam pandangan yang ada, setelah itu
pandangan filsafat lebih dari sekedar membangun pandangan baru yang
“wisdom” dalam bahasa Inggris. Sophia didukung dengan argumen yang lebih
mengandung banyak makna. Beberepa kuat. Ketiga, berusaha mencapai realitas
filusuf Yunani seperti Herodotus (484-425 yang terdalam. Filsafat menganalisa hal-
sM), Phytagoras (560-480 sM) dan Plato hal terdalam dari kenyataan. Ia tidak
80
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT
hakekatnya yang dapat dicapai akal untuk berpetualang dengan wanita. Cinta
manusia dan bagaimana sikap manusia dan wanita adalah hambatan untuk
seharusnya setelah mencapai pengetahua petualangan dan untuk kebebasan dan
tersebut.10 oleh sebab itu bisa dianggap mengurangi
kesenangan. Modela manusia estetis
B. Eksistensi Manusia Sebagai Individu hidup untuk dirinya sendiri, untuk
Pembahasan ini mengutip tulisan kesenangan dan kepentingan pribadinya.
Zaenal Abidin ketika membahs tentang Manusia estetis pun adalah manusia
filsafat eksistensi Soren Aabye yang hidup tanpa jiwa. Ia tidak
Kierkegaard (1883-1855). Tulisannya mempunyai akar dan isi di dalam jiwanya.
menitikberatkan pada pandangannya Kemauannya adalah menginkatkan diri
tentang eksistensi manusia dan tahap- pada kecenderungan masyarakat dan
tahap perkembangannya.11 Eksistensi zamannya. Yang menjadi trend dalam
manusia dan tahap-tahap masyarakat menjadi petunjuk hidupnya
perkembangannya sebagai berikut; dan oleh sebab itu ia ikuti secara seksama.
1. Tahap Estetis Namun kesemuanya itu tidak dilandasi
Tahap estetis adalah tahap di mana oleh passion apapun, selain keinginan
orientasi hidup manusia sepenuhnya untuk sekedar mengetahui dan mencoba.
diarahkan untuk mendapatkan Hidupnya tidak mengakar dalam, karena
kesenangan. Pada tahap ini manusia dalam pandangannya pusat kehidupan itu
dikuasai oleh naluri-naluri seksual (libido), ada di dunia luar. Panduan hidup dan
oleh prinsip-prinsip kesenangan yang moralitasnya ada pada masyarakat dan
hedonistik, dan biasanya bertindak kecenderungan zamannya.
menurut suasana hati (mood). Kierkegaard Manusia estetis bisa mewujud pada
mengambil sosok Don Juan sebagai model siapa saja, termasuk pada para filusuf,
manusia estetis. Don Juan hidup sebagai ilmuwan, sejauh mereka tidak memiliki
hedonis yang tidak mempunyai komitmen passion, tidak mempunyai antusiasme,
dan keterlibatan apapun dalam hidupnya. komitmen dan keterlibatan tertentu dalam
Ia tidak mempunyai passion dalam hidupnya. Jiwa estetis mereka tampak
menyikapi dan menindaklanjuti suatu dari pretensi mereka untuk menjadi
persoalan. Tidak ada cinta dan tidak ada “penonton obyektif” kehidupan. Mereka
ketertarikan untuk mengikatkan diri hanya mengamati dan mendeskripsikan
dalam suatu perkawinan, selain keinginan setiap kejadian yang mereka amati dan
82
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT
ke tahap religius jauh lebih sulit dan hingga saat ini belum mendapat
sublim daripada lompatan dari tahap pernyataan yang benar-benar tepat dan
estetis ke tahap etis, maka secara rasional pas, dikarenakan manusia itu sendiri yang
kita bisa mempertimbangkan segala memang unik, antara manusia satu
konsekuensi yang mungkin akan kita dengan manusia lain berbeda-beda.
hadapi, sedangkan lompatan dari tahap Bahkan orang kembar identik sekalipun,
etis ke tahap religius nyaris tanpa mereka pasti memiliki perbedaaan. Mulai
pertimbangan-pertimbangan rasional. dari fisik, ideologi, pemahaman,
Tidak dibutuhkan alasan atau kepentingan dan lain-lain. Semua itu
pertimbangan rasional dan ilmiah di sini. menyebabkan suatu pernyataan belum
Yang diperlukan hanyalah keyakinan tentu pas untuk di amini oleh sebagian
subyektif yang berdasarkan pada iman. orang.
Hidup dalam Tuhan adalah hidup Para ahli pikir dan ahli filsafat
dalam subyektivitas transenden, tanpa memberikan sebuten kepada manusia
rasionalisasi dan tanpa ikatan pada sesuai dengan kemampuan yang dapat
sesuatu yang bersifat duniawi atau dilakukan manusia di bumi ini;15
mundane. Individu yang hendak memilih a. Manusia adalah Homo Sapiens, artinya
jalan religius tidak bisa lain kecuali berani makhluk yang mempunyai budi,
menerima subyektivitas transendennya b. Manusia adalah Animal Rational, artinya
itu- subyektivitas yang hanya mengikuti binatang yang berpikir,
jalan Tuhan dan tidak lagi tertarik baik c. Manusia adalah Homo Laquen, artinya
pada nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat makhluk yang pandai menciptakan
universal (eksistensi etis) maupun pada bahasa dan menjelmakan pikiran
tuntutan pribadi dan masyarakat atau manusia dan perasaan dalam kata-kata
zamannya (tahap estetis).14 yang tersusun,
d. Manusia adalah Homo Faber, artinya
C. Hakekat Manusia dalam Pandangan makhluk yang terampil. Dia pandai
Filsafat membuat perkakas atau disebut juga
Sabagaimana telah sedikit di Toolmaking Animal yaitu binatang
utarakan di awal tadi, manusia yang pandai membuat alat,
merupakan makhluk yang sangat unik. e. Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu
Upaya pemahaman hakekat manusia makhluk yang pandai bekerjasama,
sudah dilakukan sejak dahulu. Namun, bergaul dengan orang lain dan
84
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT
pendidikan, maka tidak hanya aspek tidak hanya salah satu saja karena
pengalaman saja yang diutamakan, faktor keduanya sangat penting.
dalam seperti potensi bawaan (intelegensi, d. Aliran Eksistensialisme, aliran
rasio, kemauan dan perasaan) filsafat modern ini berpikir tentang
memerlukan perhatian juga. hakekat manusia yang merupakan
c. Aliran Dualisme, aliran ini eksistensi atau perwujudan sesungguhnya
menganggap bahwa manusia itu pada dari manusia. Jadi intinya hakikat
hakekatnya terdiri dari dua substansi, manusia itu, apa yang menguasai manusia
yaitu jasmani dan rohani.21 Aliran ini secara menyeluruh. Di sini manusia
melihat realita semesta sebagai sintesa dipandang dari serba zat, serba ruh atau
kedua kategori animate dan inanimate, dualisme dari kedua aliran itu, tetapi
makhluk hidup dan benda mati. Demikian memandangnya dari segi eksistensi
pula manusia merupakan kesatuan rohani manusia itu sendiri di dunia.24
dan jasmani, jiwa dan raga.22 Misalnya ada 2. Sudut Pandang Antropologi
persoalan: dimana letaknya mind (jiwa, Dari segi antropologi terdapat tiga
rasio) dalam pribadi manusia. Mungkin sudut pandang hakekat manusia, yaitu
jawaban umum akan menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk individu,
ratio itu terletak pada otak. Akan tetapi makhluk sosial dan makhluk susila.
akan timbul problem, bagaiman mungkin Berikut penjelasan dari ketiganya:
suatu immaterial entity (sesuatu yang a. Manusia Sebagai Makhluk
non-meterial) yang tiada membutuhkan Individu (Individual Being). Dalam bahasa
ruang, dapat ditempatkan pada suatu filsafat dinyatakan self-existence adalah
materi (tubuh jasmani) yang berada pada sumber pengertian manusia akan segala
ruang wadah tertentu.23 Jadi, aliran ini sesuatu. Self-existence ini mencakup
meyakini bahwa sesungguhnya manusia pengertian yang amat luas, terutama
tidak dapat dipisahkan antara zat/raga meliputi: kesadaran adanya diri diantara
dan ruh/jiwa. Karena pada hakekatnya semua relaita, self-respect, self-narcisme,
keduanya tidak dapat dipisahkan. egoisme, martabat kepribadian, perbedaan
Masing-masing memiliki peranan yang dan persamaan dengan pribadi lain,
sama-sama sangat vital. Jiwa tanpa ruh ia khususnya kesadaran akan potensi-
akan mati, ruh tanpa jiwa ia tidak dapat potensi pribadi yang menjadi dasar bagi
berbuat apa-apa. Dalam pendidikan pun, self-realisasi. Manusia sabagai individu
harus memaksimalkan kedua unsur ini, memiliki hak asasi sebagai kodrat alami
86
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT
atau sebagi anugrah Tuhan kepadanya. untuk mengabdi sesamanya adalah asas
Hak asasi manusia sebagai pribadi itu sosialitas itu. Kehidupan individu di
terutama hak hidup, hak kemerdekaan dalam antar hubungan sosial memang
dan hak milik.25 Disadari atau tidak tidak usah kehilangan identitasnya. Sebab,
menusia sering memperlihatkan dirinya kehidupan sosial adalah realita sama
sebagai makhluk individu, seperti ketika rielnya dengan kehidupan individu itu
mereka memaksakan kehendaknya sendiri. Individualitas itu dalam
(egoisme), memecahkan masalahnya perkembangan selanjutnya akan mencapai
sendiri, percaya diri, dan lain-lain. kesadaran sosialitas. Tiap manusia akan
Menjadi seorang individu manusia sadar akan kebutuhan hidup bersama
mempunyai ciri khasnya masing-masing. segera setelah masa kanak-kanak yang
Antara manusia satu dengan yang lain egosentris berakhir.26 Seorang guru dalam
berbeda-beda, bahkan orang yang kembar kegiatan pembelajaran perlu menanamkan
sekalipun, karena tidak ada manusia di kerjasama kepada peserta didiknya, agar
dunia ini yang benar-benar sama persis. kesadaran sosial itu dapat tumbuh dan
Fisik boleh sama, tetapi kepribadian tidak. berkembang dengan baik. Hal tersebut
b. Manusia Sebagai Makhluk Sosial dapat dicapai dengan penerapan strategi
(Sosial Being). Telah kita ketahui bersama dan metode yang tepat, juga dengan
bahwa manusia tidak dapat hidup pemberian motivasi tentang kebersamaan.
sendirian, manusia membutuhkan c. Manusia Sebagai Makhluk Susila
manusia lain agar bisa tetap exsis dalam (Moral Being). Asas pandangan bahwa
menjalani kehidupan ini, itu sebabnya manusia sebagai makhluk susila
manusia juga dikenal dengan istilah bersumber pada kepercayaan bahwa budi
makhluk sosial. Keberadaanya tergantung nurani manusia secara apriori adalah
oleh manusia lain. Esensi manusia sebagai sadar nilai dan pengabdi norma-norma.
makhluk sosial ialah adanya kesadaran Kesadaran susila (sense of morality) tak
manusia tentang status dan posisi dirinya dapat dipisahkan dengan realitas sosial,
dalam kehidupan bersama dan bagaimana sebab, justru adanya nilai-nilai, efektivitas
tanggung jawab dan kewajibannya di nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai
dalam kebersamaan itu. Adanya hanyalah di dalam kehidupan sosial.
kesadaran interdependensi dan saling Artinya, kesusilaan atau moralitas adalah
membutuhkan serta dorongan-dorongan fungsi sosial. Asas kesadaran nilai, asas
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018
88
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT
membudaya dalam arti terutama sadar kepada causa prima (Tuhan) pula.30 Jadi,
nilai moral, watak superego ialah susila. jika demikian adanya maka dalam Islam
4. Tujuan Hidup Manusia setidaknya manusia mempunyai beberapa
Segala sesuatu yang ada dalam tujuan. Tujuan hidup manusia paling
kehidupan ini pasti mempunyai asal-usul sedikit ada empat macam; beribadah,
dan tujuan keberadaanya, begitu juga menjadi khalifah Allah di muka bumi
manusia. Asala mula dan tujuan hidup (yang baik dan sukses tentunya),
manusia merupakan substansi yang sulit memperoleh kesuksesan (kebaikan,
dijelaskan. Karena akal manusia sangat kebahagiaan dan keberuntungan) di dunia
terbatas untuk mencapai pada substansi dan di akhirat, dan mendapat ridho
tersebut. Pikiran manusia tidak pernah Allah.31
mampu menjelaskan secara terperinci
tentang substansi asal-mula tersebut. D. Hakikat dan Martabat Manusia
Mekipun demikian, pikiran manusia Tahap religius sebagaimana telah
dapat dipastikan mampu secara logis dijelaskan di atas, dalam bagian ini lebih
menyimpulkan dan menilai bahwa diarahkan pada hakekat dan martabat
hakekat asal mula itu hanya ada satu, manusia berdasarkan agama tauhid.
bersifat universal, dan berada di dunia Manusia dalam ajaran agama Tauhid
metafisis, karena itu bersifat absolut dan tersusun dari dua unsur yaitu materi dan
tidak mengalami perubahan serta sebagai nonmateri, jasmani dan rohani. Tubuh
sumber dari segala sumber yang ada.29 manusia mempunyai daya fisik atau
Ketika manusia menyadari bahwa asal jasmani, yaitu daya mendengar, daya
mula dan tujuan hidup hanya satu, melihat, daya merasa, daya meraba, daya
bersifat universal dan berada di dunia menciun dan daya gerak, baik ditempat
metafisis, maka pernyataan itu merujuk seperti menggerakkan tangan, kepala,
pada keberadaan Tuhan. Dalam agama kaki, mata, dan sebagainya. Adapun roh
Islam, manusia meyakini bahwa ia berasal atau jiwa yang berasal dari nonmateri
dari Allah SWT dan nantinya akan yang biasa disebut dengan an-nafs
kembali kepada-Nya juga. Akal pikiran memiliki tiga daya; (1) daya pikir yang
manusia dapat memastikan bahwa disebut akal berpusat di kepala, (2) daya
kehidupan ini berawal dari causa prima rasa di dada berpusat di kalbu dan (3)
(Tuhan) dan pada akhirnya kembali daya nafsu berpusat di perut. Ketika daya
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018
90
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT
yang berbentuk fisik. Oleh karena itu, bahwa segala sesuatu di dunia ini berada
dengan meninggalnya manusia maka dalam pola aturan tertentu yang disebut
selesailah seluruh riwayatnya. Tidak ada sunatullah atau hukum alam.35
hidup kedua, tidak ada perhitungan
setelah mati, yang ada hanya kehidupan E. Hubungan Antara Filsafat, Pendidikan
materi. dan Manusia
Berdasrkan uraian di atas (tahap Dari pemaparan di atas, ternyata
religius) dapat dikatakan bahwa menusia benar-benar merupakan makhluk
keyakinan keagamaan menyebabkan yang unik. Manusia memiliki berbagai
pengaruh positif yang luar biasa; antara dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa,
lain: kelompok, dan lain-lain. Semua itu
1). Keyakinan kegamaan mampu bercampur aduk menjadi potensi dasar
menciptakan kebahagiaan dan atau bawaan manusia, sehingga disadari
kegembiraan. Penciptaan yang dimaksud atau tidak, manusia telah
adalah sesuatu yang memiliki sasaran mengembangkan potensi tersebut, baik
yang dirahmati oleh Allah SWT. Oleh secara maximal atau tidak, dengan baik
karenanya, manusia dibolehkan atau buruk. Semuanya tergantung
memanfaatkan ilmu dan teknologi selama manusia itu sendiri dan lingkungan yang
tidak merusak norma-norma Ilahiyah mempengaruhinya. Kaitanya dengan hal
yang berlaku kepada manusia. tersebut, dengan akal manusia yang bisa
2). Keyakinan keagamaan mampu dikatakan jenius, manusia dapat
mewujudkan kemasyarakatan yang sehat, menemukan jalan untuk mengembangkan
yaitu menghargai hak asasi manusia, potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu
menghargai aturan-aturan dan dengan pendidikan. Manusia mulai sadar
pembatasan-pembatasan, menganggap akan arti penting pendidikan bagi
keadilan sesuatu yang suci dan kehidupan mereka.
menawarkan rasa cinta kepada orang lain. Dalam sub ini, penulis mencoba
3). Keyakinan keagamaan mampu mencari keterkaitan antara pendidikan
mewujudkan dalam diri manusia dengan manusia. Atau, apakah arti
kekuatan untuk bertahan dan penting pemahaman tentang hakekat
menjelmakan kepahitan menjadi rasa manusia tadi terhadap proses pendidikan.
manis. Orang yang beriman mengetahui Pendidikan adalah usaha sadar, terencana,
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018
92
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT
dengan mempelajari filsafat manusia rohani dan jasmani; Aliran Serba zat
bererti kita dibawa ke dalam panorama (Faham Materialisme), Aliran Serba Ruh,
pengetahuan yang sangat luas, dalam dan Aliran Dualisme, dan Aliran
kritis, yang menggambarkan esensi Eksistensialisme. Kedua, sudut pandang
manusia. Panorama pengetahuan seperti antropologi; manusia sebagai makhluk
itu, paling tidak memiliki manfaat ganda individu (individual being), manusia
yakni manfaat praktis dan teoritis. sebagai makhluk sosial (sosial being) dan
Secara praktis filsafat manusia manusia sebagai makhluk susila (moral
bukan saja berguna untuk mengetahui apa being). Ketiga, pandangan Freud tentang
dan siapa manusia secara menyeluruh, struktur jiwa (kepribadian); bagian dasar
melainkan juga untuk mengetahui atau das Es (the Id), bagian tengah atau
siapakan sesungguhnya diri kita di dalam das Ich (aku) dan bagian atas atau das
pemahaman tentang manusia yang Uber Ich (superego). Keempat, sudut
menyeluruh itu. Sedangklan secara pandang asal-mula dan tujuan hidup
teoritis, filsafat manusia mampu manusia; kehidupan ini berawal dari
memberikan kepada kita pemahaman causa prima (Tuhan) dan pada akhirnya
yang esensial tentang manusia, sehingga kembali kepada causa prima (Tuhan)
pada gilirannya, kita bisa meninjau secara pula. Hubungan antara manusia, filsafat
kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi dan pendidikan terletak pada; filsafat
dibalik teori-teori yang terdapat di dalam digunakan untuk mencari hakekat
ilmu-ilmu tentang manusia. manusia, sehingga diketahui apa saja yang
Dari pembahasan di atas, maka ada dalam diri manusia. Hasil kajian
dapat penulis simpulkan sebagai berikut; dalam filsafat tersebut oleh pendidikan
filsafat berakar dari bahasa Yunani yaitu dikembangkan dan dijadikannya (potensi)
phillein yang berarti cinta, dan shopia nyata berdasarkan esensi keberadaan
yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat manusia. Demikian semoga bermanfaat.
adalah “cinta kebijaksanaan”.` Filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan
sungguhsungguh tentang hakekat
kebenaran sesuatu. Dalam filsafat,
pemahaman manusia dilihat dari berbagai
sudut pandang, yaitu: pertama, masalah
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018
Referensi
19Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) hlm. 107.
1Al. Qur’an Surat Ad-Dariyat ayat; 56. وما 20Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan
خلقت الجن واالنس اال ليعبدون dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
2Kasdin Sihotang, Filsafat Manusia Upaya
Usaha Nasional, 1988 cet.4), hlm. 164.
Membangkitkan Humanisme, (Yogyakarta: Pustaka 21Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,
Filsafat, 2009), hlm. 19. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) hlm. 108.
3Bdk. Andre Ata Ujan, Filsafat Hukum: 22Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan
Membangun Hukum, Memebela Keadilan, (Yogyakarta: dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
Kanisius, 2008), hlm. 15-16. Dalam Kasding Usaha Nasional, 1988 cet.4), hlm. 165.
Sihotang, Filsafat Manusia... hlm. 20. 23Ibid. hlm. 166.
4Ibid.., hlm. 21. 24Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,
5Pengertian ini sejalan dengan pengertian
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 108.
kata “kritik” yang sebenarnya. Secara etimologis 25Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan
kata kritik berasal dari bahasa Yunani “kritikos”, dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
yang berarti mampu membedakan dan mengambil Usaha Nasional, 1988 cet.4), hlm. 170.
keputusan. Dalam bahasa Latin terdapat kata 26Ibid.., hlm. 175.
“criticus” yang diturunkan dari kata kerja “cernere”, 27Ibid.., hlm. 175-176.
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 37-38. 31Ahmad Janan Asifudin, Mengungkit Pilar-
8Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,
pilar Pendidikan Islam (Tinjauann Filosofis),
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 11. (Yogyakarta: Suka Press, 2009), hlm. 49-50.
9Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat 32Zaenuddin Ali, Pendidikan Agama Islam,
Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 18.
hlm.9. 33Ibid.., hlm. 19.
10Ibid, hal 13. 34Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung:
11Acuan tulisan ini terdapat dalam Brettal R.,
Mizan, 1995), hlm. 38. Dalam Zaenuddin, ibid.., hlm.
1947, A Kiergegaard Anthology, Princeton: Princeton 19.
University Press, Mary Warnock, 1979, 35Ibid.., hlm. 22.
Existentialism, Ocxfard University Press, dan E.L. 36Pengertian dari Ibu Susilaningsih, Dosen
Allen, 1953, Existentialims From Within, London: Pengampu Mata Kuliah Psikologi, ketika proses
Routledge & Kegan Paul, Ltd. Dalam Zaenal belajar mengajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Abidin, Fulsafat Manusia Memahami Manusia Melalui 37Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat
Filsafat, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka setia, 2007),
143. hlm. 59.
12Zaenal Abidin, Filsafat Manusia Memahami 38Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan,
Manusia Melalui Filsafat, (Bandung: Remaja (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 62.
Rosdakarya, 2011), 148-149. 39Ibid.., hlm. 56.
13Ibid.., hlm. 150. 40Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan
14Ibid.., hlm. 151.
dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
15Ibid, hal. 49.
Usaha Nasional, 1988 cet.4), hlm. 160-161.
16Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,
94