Anda di halaman 1dari 2

Konflik Xinjiang: Dari Konflik Etnis, Separatisme, dan Terorisme

Xinjiang dinyatakan sebagai salah satu kawasan otonomi China dengan mengesampingkan fakta
bahwa mayoritas penduduk di Xinjiang pada saat itu adalah orang Uighur. Kekuasaan Uighur paa
akhirnya banyak dikendalikan oleh sekertaris jenderal daerah Partai Komunis China dan bukan
oleh Gubernur setempat. Di bawah pemerintahan Partai Komunis, terjadi pembangunan
ekonomi yang sangat gencar, dan banyak warga China di bagian Timur masuk dan mencari
penghidupan yang layak di wilayah Uighur ini. Kemampuan yang memadai dan lebih terlatih
serta kemampuan bahasa China yang baik mendorong pemuda dari golongan Han lebih banyak
diserap lapangan kerja
Sehingga pada akhirnya terjadi kesengjangan ekonomi yang memicu pertentangan antara orang
Uigur dan Han. Di sisi lain, deskriminasi terhadap kegiatan beragama juga semakin dirasakan
oleh kaum Uighur. Islam adalah bagian internal kehidupan dan identitas warga Uighur Xinjiang,
dan salah satu keluhan utama terhadap pemerintah China adalah tingkat pembatasan yang
diberlakukan oleh Beijing terhadap kegiatan keagamaan mereka.
Jumlah masjid di Xinjiang merosot jika dibandingkan dengan jumlah pada masa sebelum 1949,
dan institusi keagamaan menghadapi pembatasan yang sangat ketat. Contonya anak-anak
dibawah usia 18 tahun tidak diijinkan beribadah di masjid. Lembaga-lembaga Islami lain yang
dahulu menjadi bagian sangat penting pada kehidupan keagamaan di Xinjiang dilarang. Semua
agama diChina di kendalikan oleh Adminstrasi Negara untuk Urusan Agama, tetapi pembatasan
terhadap Islam di kalangan warga Uighur lebih keras daripada kelompok-kelompokk lain,
termasuk etnis Hui yang juga muslim, tapi penutur bahasa China.
Satu hal yang semakin mendorong memanasnya hubungan etnis Uighur dengan pemerintah
China adalah dengan adanya kegiatan gerakan kemerdekaan di Xijiang . Pemerintah menyikapi
dengan keras pengunjuk rasa dengan penggunaan kekuatan luar biasa, dan para aktivisi dipaksa
keluar dari Xinjiang ke Asia Tengah dan Pakistan. Pemerintah China semakin keras memperketat
pengendalian terhadap kegiatan agama, pembatasan pergerakan kelompok atau orang yang
dicurigai, menahan orang-orang bahkan keluarga mereka yang dicurigai mendukung separatis.
Di satu sisi faktor yang menyebabkan konflik internal Xinjiang adalah karena ketidakpuasaan,
kemiskinan, kekerasan dan juga ketidakstabilan. Masyarakat sipil di Xinjiang telah mengalami
banyak kekerasan akibat langkah miiter yang ditempuh oleh pemerintah China, sehingga
masyarakat semakin sulit menjadi kooperatif. Etnis Uighur yang terpinggirkan akhirnya memilih
untuk menuntut hak merdeka dan melancarkan aksi separatisme dan hal ini semakin
memperpanjang keberlangsungan konflik internal ini.
Di sisi lain, penyebab berlarutnya konflik ini, dikarenakan sistem politik komunisme yang dianut
China menjadi sentralistik dan sulit menerima heterogenitas. China akhirnya mengambil langkah
militer untuk mengatasi masalah konflik internalnya. Hal ini justru membuat etnis Uighur
semakin terdesak, dan akhirnya muncul beberapa gerakan teroris
The Xinjiang Conflict: From Ethnic Conflict, Separatism, and Terrorism
Xinjiang was declared an autonomous region of China despite the fact that the majority of the
population in Xinjiang at that time were Uighurs. Uighur power is ultimately controlled by the
regional secretary general of the Chinese Communist Party and not by the local governor. Under
Communist Party rule, there was very intensive economic development, and many Chinese
citizens in the East moved in and sought a decent life in the Uighur region. Adequate abilities
and better training as well as good Chinese language skills encourage Han youth to be more
involved in employment opportunities
So that in the end there was an economic gap that sparked conflict between the Uigur and Han
people. On the other hand, discrimination against religious activities is also increasingly felt by
the Uighurs. Islam is an internal part of the lives and identities of Xinjiang's Uighurs, and one of
the main complaints against the Chinese government is the level of restrictions Beijing imposes
on their religious activities.
The number of mosques in Xinjiang has fallen compared with pre-1949 levels, and religious
institutions face very tight restrictions. For example, children under the age of 18 are not
permitted to worship in mosques. Other Islamic institutions that used to be a very important
part of religious life in Xinjiang are banned. All religions in China are controlled by the State
Administration for Religious Affairs, but restrictions on Islam among Uighurs are harsher than
for other groups, including the Hui ethnic group, who are also Muslim but speak Chinese.
One thing that has increasingly heated up relations between the Uighur ethnic group and the
Chinese government is the activities of the independence movement in Xijiang. The government
responded harshly to protesters with the use of extraordinary force, and activists were forced
out of Xinjiang to Central Asia and Pakistan. The Chinese government is increasingly tightening
control over religious activities, restricting the movement of suspected groups or people,
detaining people and even their families suspected of supporting separatists.
On the one hand, the factors causing Xinjiang's internal conflict are dissatisfaction, poverty,
violence and instability. Civil society in Xinjiang has experienced a lot of violence due to military
measures taken by the Chinese government, making it increasingly difficult for society to
cooperate. The marginalized Uighur ethnic group finally chose to demand their right to
independence and launch acts of separatism and this further prolongs the continuation of this
internal conflict.
On the other hand, the reason this conflict is protracted is because the communism political
system adopted by China is centralized and difficult to accept heterogeneity. China finally took
military steps to overcome its internal conflict problems. This actually made the Uighur ethnic
group even more oppressed, and finally several terrorist movements emerged

Anda mungkin juga menyukai