Anda di halaman 1dari 5

PERAN INDONESIA DALAM KONFLIK UIGHUR DAN DAMPAKNYA DALAM

DIPLOMASI INDONESIA-CHINA

Widyadhari Paramesti (22001091146)

Tugas UAS untuk memenuhi mata kuliah Hubungan Internasional

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konflik Xianjiang merupakan konflik yang sedang terjadi saat ini di Tiongkok. Konflik
ini melibatkan suku Uighur, yang merupakan etnis minoritas terbesar yang ada di Tiongkok
dengan pemerintahan dari Tiongkok sendiri. Sebenarnya, sengketa atau konflik ini tidak
terjadi begitu saja secara tiba-tiba. Namanya konflik pasti memiliki suatu faktor
penyebabnya masing-masing. Akar masalah atau akar penyebab dari konflik ini yaitu
adanya ketegangan etnis atau suku antara warga Uighur muslim dengan warga Tiongkok
yaitu etnis Han. Semenjak etnis Han semakin banyak yang masuk ke wilayah Xinjiang,
etnis Uighur ini merasa bahwa semakin tersisih, karena etnis Han didukung oleh
pemerintah Tiongkok sedangkan etnis Uighur tidak. Selain itu juga etnis Han ini juga
mempunyai kecakapan teknis dari masing-masing provinsi dibagian Timur Tiongkok. Para
migran yang merupakan etnis dari Han sendiri ini juga semakin lebih mahir dalam
berbahasa mandarin dan juga lebih diberi pekerjaan oleh pemerintah Tiongkok, yang
membuat lapangan pekerjaan disana diisi oleh kebanyakan dari suku atau etnis Han. Hal
inilah yang juga menyebabkan banyaknya etnis Uighur kehilangan pekerjaan dan tidak
memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.

Konflik Xianjiang adalah salah satu konflik yang muncul di China. Kebanyakan
penduduknya adalah orang Turki suku Uighur dan mayoritas berbicara dengan beberapa
dialeg Turki, dengan perbedaan etnis ini suku uighur mendapat perlakuan  yang sangat
tidak manusiawi oleh pemerintah China dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dari
kelompok suku Uighur, mereka disiksa secara fisik dan pengawasan total oleh pemerintah.
Dan hal ini sangat dikecam oleh dunia internasional karena perlakuan pemerintah China
yang sudah melanggar HAM dari suku Uighur. Tetapi tidak dengan Indonesia, Indonesia
tidak bisa berbuat banyak pada saat konflik ini saat di kongres PBB dan memilih untuk
mengambil jalan lain.

Hal diatas menyebabkan terjadinya hal-hal atau perlawanan yang sangat sengit diantara
orang-orang Uighur, yang memandang bahwa perpindahan suku Han ke Xinjiang
merupakan suatu bentuk atau alasan dari pemerintah Tiongkok untuk menggerogoti posisi
mereka. Juga untuk menguasai wilayah Xinjiang yang mempunyai posisi strategis dan kaya
akan sumber daya minyak dan gasnya.

Tekanan demi tekanan yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok yang menyangkut
tentang migrasi etnis Han ke wilayah Xinjiang semakin menciptakan suatu sensitifitis yang
tinggi diantara para etnis Han dan Uighur. Pada akhirnya hal itu akan membuat etnis
Uighur ingin melakukan suatu hal seperti separatism karena banyaknya faktor pemicu yang
menyebabkan konflik itu memuncak pada bulan Juli 2009 lalu yang sudah ditandai sebagai
demonstrasi besar-besaran di Urumqi. Urumqi ini sendiri merupakan Ibukota dari Xinjiang,
serta tuntutan pemisahan diri dari wilayah Xinjiang. Akibat dari peristiwa demonstrasi
besar-besaran tersebut, terdapat setidaknya 184 orang yang tewas, 1.700 orang yang
mengalami luka ringan dan berat, dan 1.434 rakyat muslim Uighur yang diculik dan
dihukum oleh pemerintah Tiongkok.

Konflik Xinjiang ini sebenarnya terjadi bukan hanya karena terdapat sebuah tekanan
dari pemerintah Tiongkok itu sendiri, hal tersebut terjadi karena adanya kebijakan-
kebijakan dari pemerintah Tiongkok yang sering memberatkan etnis Uighur. Pada tahun
1990, pemerintah Tiongkok melarang semua pembangunan masjid dan madrasah. Karena
hal itu, semua berujung pada konflik kekerasan yang terjadi antara umat muslim di
Xinjiang dengan pemerintah Tiongkok. Yang akhirnya pada tahun 1999, masjid di Xinjiang
mengalami pemerosotan. Jumlah dari pembangunan masjid pun dibatasi dan institute
keagamaan juga dibatasi secara ketat, pemerintah juga memberlakukan pengetatan saat
beribadah. Contohnya, ada anak berusia dibawah 18 tahun tidak dibolehkan untuk
melakukan shalat berjamaah di masjid. Umat muslim juga diminta untuk menandatangani
semacam surat yang isinya untuk bertanggung jawab dan berjanji untuk tidak berpuasa dan
shalat tarawih (atau kegiatan keagamaan yang lainnya) selama bulan Ramadhan. Jika
mereka menolak untuk menandatangani perjanjian tersebut, maka akan diancam bahwa
pasti akan kehilangan pekerjaan. Pemerintah Tiongkok juga memasang kurang lebih 17.000
kamera pengintai/cctv di Urumqi untuk mengawasi disetiap kegiatan muslim etnis Uighur.

Rasisme ini juga sudah dipraktikkan oleh para pemimpin Tiongkok dan hanya
menerima orang-orang dari suku Han menjadi aparat pemerintah. Bahkan orang-orang dari
Uighur yang memiliki gelar sarjana berjuang untuk menemukan pekerjaan yang baik.
Rasisme ini juga telah menjadi pilar politik yang memecah belah untuk memfasilitasi
pembentukan rezim komunis di komunitas Muslim ini. Dengan begitulah cara para
pemimpin komunis China mencoba mengendalikan etnis Uighur menjanjikan pertumbuhan
ekonomi dan kemakmuran bagi mereka atau mereka. Namun, suku asli setempat sudah
lama mengeluh bahwa Han memperoleh sebagian besar keuntungannya dari subsidi
pemerintah. Setiap orang Uighur juga merasa seperti orang asing di negaranya sendiri.
Lebih buruknya lagi, Uighur menghabiskan tiga bulan di kamp kerja paksa setiap tahun
tanpa pembayaran.

Disamping itu, dalam upaya untuk memodernisasi China juga sedang melakukan proses
nasionalisasi atau sosialisasi etnis minoritas. Persamaan kata mengacu pada infiltrasi
budaya China oleh minoritas, termasuk agama, yang secara tradisional dikenal sebagai
kelompok barbar lokalisasi budaya Tionghoa bertujuan untuk membangun nasionalisme
China didasarkan pada kebangsaan Han.

Maka dari itu, mereka (suku Uighur) tunduk kepada sistem kebijakan yang sudah
pemerintah Tiongkok lakukan. Karena rakyat muslim etnis Uighur hanyalah minoritas di
Xinjiang. Selain itu juga etnis Uighur selalu dipersulit saat ingin atau sedang melakukan
ibadah haji, dikarenakan jumlah pemberangkatan haji dibatasi oleh pemerintah Tiongkok.
Juga proses saat pembuatan paspor pun dipersulit, serta pemerintah Tiongkok membatasi
dalam hal biro perjalanan haji.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat penjelasan yang sudah dijelaskan diatas, maka bisa diambil rumusan masalah
yang akan dipecahkan atau diselesaikan. Rumuan masalah tersebut antara lain:

a. Bagaimana peran aktif Indonesia dalam membantu konflik Uighur?


b. Apa dampak yang diberikan dari konflik Uighur terhadap diplomasi Indo-China?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran aktif Indonesia dalam membantu konflik Uighur

Xianjiang merupakan sebuah daerah yang terletak di sebelah ujung barat China, dan
merupakan bagian terbesar dalam wilayah itu. Xianjiang didominasi oleh suku Uighur yang
mayoritas muslim, mereka ditindas oleh pemerintah China dengan perlakuan yang sangat
tidak manusiawi dan menentang hak asasi manusia disana, perbedaan etnis antara suku
Uighur dan Suku Han menyebabkan adanya diskriminasi dan menimbulkan pelanggaran
HAM oleh pemerintah China kepada masyarakat suku Uighur. Seiring bertambahnya
waktu, populasi suku uighur di Xianjiang mulai tergantikan oleh suku Han China
dikarenakan akibat dari imigrasi di daerah tersebut (Congressional Research Service Report
2020).

Dalam hakekat dan martabat manusia, Hak asasi manusia adalah hak dasar yang unik
bagi manusia sejak mereka dilahirkan. dan dimiliki secara alamiah. Selain HAM, manusia
juga memiliki kewajiban mendasar antara satu orang dengan orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara menyeluruh.

Belakangan ini isu pelanggaran HAM menjadi masalah serius yang sering dihadapi
masyarakat. Pelanggaran HAM telah terjadi di berbagai wilayah dunia dalam beberapa
dekade terakhir.3 Kasus pelanggaran HAM bagi Uyghur di China merupakan contoh nyata
pelanggaran HAM yang terjadi di dunia. Kasus penindasan terhadap Uyghur menjadi
perhatian dunia internasional karena ditengarai sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Hak-hak sipil yang dijamin adalah hak untuk hidup, hak atas keamanan diri dan
kebebasan pribadi, hak untuk dijamin di pengadilan, hak atas kebebasan berpikir,
berkeyakinan, beragama, hak bebas berpendapat, dan hak untuk berserikat.

Bagi kebanyakan etnis Uighur, harapan dan perasaan untuk memiliki negara sendiri
belum pudar (Chung 2002). Kontrol yang kuat dari partai komunis di Xianjiang telah
meminimalisir segala potensi pemberontakan etnis di daerah tersebut. Tetapi ada beberapa
kasus yang melanggar Hak Asasi Manusia terhadap suku Uighur, seperti kerusuhan Urumqi
tahun 2009. Kericuhan tersebut diawali oleh tuduhan pemerkosaan pemuda suku Uighur
terhadap perempuan suku Han dan banyak korban yang meninggal dan korban luka dari
pihak yang berseteru(Clarke 2010).

Pada tahun 1997 terjadi protes besar-besaran di daerah otonomi Uighur Xinjiang. 
Selain demonstrasi, terjadi penyerangan dan pengeboman terhadap Tentara Pembebasan
Rakyat  (Human Right Watch, 2001). Bahkan peristiwa yang paling menonjol bagi media
internasional adalah demonstrasi sebelum Olimpiade  Beijing di tahun 2008 dan kerusuhan
pada tahun 2009 di Urumqi.

Secara umum, Muslim di Cina dikelompokkan kedalam kelompok etnis utama yaitu
Turki termasuk Uighur, Kirgistan, Kazakhstan, Uzbekistan dan etnis campuran antara 
bangsa Salar dan Hicu. Uighur merupakan inti dari komunitas islam yang ada di Turkistan
Timur.

Faktor yang menyebabkan konflik di Xinjiang adalah ketidakpuasan, kemiskinan, dan


ketidakstabilan. Interaksi ini menimbulkan masalah dan menciptakan lingkungan yang 
mendukung pertumbuhan pemberontakan di daerah Xinjiang.
Pada tahun 1950, pemerintah China menjalankan kebijakan migrasi domestik.
Kebijakan ini membawa sekitar delapan juta orang Tionghoa Han untuk pindah dan tinggal
di sana (Ding, 2018). Pemerintah Cina memberikan superioritas kepada etnis Han dengan
mendukung mereka untuk memiliki posisi yang lebih tinggi di pemerintahan.

Konflik yang terjadi terhadap etnis Uyghur di Xinjiang termasuk dalam Low Intensity
Conflict , ketika peran elit politik dalam memilih suku minoritas dan tidak melihat efek dari
tindakan mereka sendiri.

Konflik di Xianjiang China telah menarik banyak perhatian internasional, dari negara
maupun organisasi internasional seperti Amnesty International. Amnesty Internasional
adalah organisasi internasional yang meluhurkan nilai Hak Asasi Manusia dan telah
memerangi tindakan pelanggaran Hak Aasasi Manusia yang terjadi di dunia internasional
khususnya di Uighur China.

Upaya China Dalam Mempertahankan Provinsi Xianjiang Ditengah dorongan


Internasional, menyatakan bahwa dalam pelanggaran hak asasi manusia terjadap etnis
Uighur khususnya dalam pelaksanaan kerja paksa dan penindasan etnis minoritas lain. PBB
menyerukan penghapusan diskriminasi, berdasarkan laporan yang memperlihatkan bahwa
china telah mengganti otonomi regional Uighur dan tampak menyerupai kamp pengurungan
besar-besaran.

Berdasarkan faktanya PBB hanya mengecam pemerintah China terhadap


pelanggaran HAM di Xianjiang saja, seharusnya PBB bisa bertindak lebih agar masalah ini
cepat berlalu dan korban pelanggaran HAM tidak berjatuhan semakin banyak di Xianjiang.
Mungkin PBB bisa menyambangi pemerintah China dan mendesak pemerintah China
untuk segera melakukan tindakan terhadap pelanggaran HAM di Xianjiang tersebut.

Dan juga pemerintah Indonesia tidak berbuat apa apa karena Kemenlu RI memilih
untuk tidak bertindak sama sekali atau bersikap netral, apakah hal ini dampak dari
hubungan diplomasi Indonesia-China? Apakah jika Indonesia ikut campur masalah ini
takut bahwa kerjasama Indonesia-China akan berakhir? Seharusnya Indonesia bisa
melakukan lebih, tidak hanya diam saja tetapi bisa melakukan hal lebih seperti
membawanya pada rapat ASEAN atau PBB. Seiring perkembangan waktu pelanggaran
HAM di Xianjiang terhadap suku minoritas juga makin menjadi-jadi, dikarenakan seiring
bertambahnya waktu suku Han yang menjadi suku mayoritas juga kian bertambah.

Semenjak dibangun kamp interniran besar-besaran di Xianjiang kasus ini semakin


terdengar di dunia internasional dan menyita banyak public dikarenakan pelanggaran HAM
yang terjadi terhadap suku Uighur. Dunia internasional sangat mengecam hal ini dan China
tidak mau mempertahankan provinsi Xianjiang ditengah tekanan dan kecaman
internasional.

Sikap Indonesia lebih baik menghindar dengan tidak mendukung dan tidak membantah
perlaukan China terhadap Uighur. Ini juga dikonfirmasi lagi oleh Wakil Presiden, Jusuf
Kalla, yang mengatakan bahwa Indonesia menyangkal adanya pelanggaran hak asasi
manusia, tetapi Indonesia tidak ingin mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Namun,
Indonesia memainkan peran yang berbeda dalam kedua masalah.

Anda mungkin juga menyukai