Anda di halaman 1dari 2

Ras Mongoloid

Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania. Ciri utama dari ras Mongoloid ini adalah rambut yang lurus, kulitnya biasanya berwarna kuning dan memiliki mata yang sipit. Di Indonesia, masyarakat ras Mongoloid atau lebih sering dipanggil keturunan Cina ini cukup banyak, salah satu etnis dari ras Mongoloid yang banyak terdapat di Indoneisa adalah Tionghoa. Meskipun Jumlahnya banyak, etnis Tionghoa di Indonesia telah mengalami banyak penindasan dan diskriminasi di Indonesia. Dibawah ini adalah beberapa kerusuhan rasial yang menimpa kaum Tionghoa di Indonesia: -Pekalongan, 31 Desember 1972 Terjadi keributan antara orang-orang Arab dan peranakan Tionghoa. Awalnya, perkelahian yang berujung terbunuhnya seorang pemuda Tionghoa. Keributan terjadi saat acara pemakaman. -Surabaya, September 1986 Pembantu rumah tangga dianiaya oleh majikannya suku peranakan TiongHoa. Kejadian itu memancing kemarahan masyarakat Surabaya. Mereka melempari mobil dan toko-toko milik orangorang TiongHoa. -Pekalongan, 24 November 1995 Yoe Sing Yung, pedagang kelontong, menyobek kitab suci Alquran. Akibat ulah penderita gangguan jiwa itu, masyarakat marah dan menghancurkan toko-toko milik orang-orang TiongHoa. -Kerusuhan Mei 1998 Salah satu contoh kerusuhan rasial yang paling dikenang masyarakat Tionghoa Indonesia yaitu Kerusuhan Mei 1998. Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Solo. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang terbunuh, terluka, mengalami pelecehan seksual, penderitaan fisik dan batin serta banyak warga keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil

tindakan apapun terhadap nama-nama besar yang dianggap provokator kerusuhan Mei 1998. Bahkan pemerintah mengeluarkan pernyataan berkontradiksi dengan fakta yang sebenarnya yang terjadi dengan mengatakan sama sekali tidak ada pemerkosaan massal terhadap wanita keturunan Tionghoa disebabkan tidak ada bukti-bukti konkret tentang pemerkosaan tersebut. Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun demikian umumnya orang setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian orang-orang tersebut. -Jakarta, 13-14 Mei 1998 Kemarahan massa akibat penembakan mahasiswa Universitas Trisakti yang dikembangkan oleh kelompok politik tertentu jadi kerusuhan anti Cina. Peristiwa ini merupakan persitiwa anti Cina paling besar sepanjang sejarah Republik Indonesia. Sejumlah perempuan keturunan Tionghoa diperkosa. Sejak tahun 1998, kerusuhan rasial yang melawan kaum Tionghoa sudah sangat jarang, meskipun demikian, secara tidak disadari masyarakat Indonesia masih rasis terhadap kaum Tionghoa tersebut sampai sekarang. Contohnya, pembuatan KTP yang seharusnya gratis, apabila mereka keturunan Cina atau Tionghoa (Sipit, berkulit kuning), mereka akan tetap dikenakan biaya untuk membuat KTP. Jadi, sampai sekarangpun, diskriminasi terhadap ras Mongoloid atau ras orang Cina masih terjadi di Indonesia.

Hafizh Rizqi P. XI IPS-1

Anda mungkin juga menyukai