Disusun Oleh :
1. Amarullah Nusantara E1A018021
2. Andi Daffa Patiroi E1A018075
3. Fahira Anfal E1A018093
4. Majid M Fazaka E1A018163
5. Hanah Kania Irdanie E1A018189
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ANALISIS KASUS TRAGEDI KERUSUHAN MEI 1998
DALAM SUDUT PANDANG PANCASILA”. Kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan
dari semua pihak yang telah berkontribusi.
Harapan kami, diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
sekalian.
Namun, kami juga menyadari. Dengan keterbatasan ilmu kami masih banyak kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini. Karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun.
Purwokerto,November 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai negara majemuk dengan beragam suku, ras, agama dan golongan, Indonesia menjadi
negara paling rawan terhadap konflik SARA. Perbedaan pandangan antar kelompok masyarakat di suatu
wilayah kerap menjadi pemicu pecahnya bentrok antar mereka. Namun, di tengah konflik itu ada saja
orang yang memanfaatkan situasi itu sehingga menjadi konflik berkepanjangan.
Pancasila memiliki bermacam-macam fungsi dan kedudukan, antara lain sebagai dasar negara,
pandangan hidup bangsa, ideologi negara, jiwa dan kepribadian bangsa. Pancasila juga sangat sarat akan
nilai, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Oleh karena itu, Pancasila
secara normatif dapat dijadikan sebagai suatu acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis dapat
dijadikan perspektif kajian atas nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai suatu nilai
yang terpisah satu sama lain, nilai-nilai tersebut bersifat universal, dapat ditemukan di manapun dan
kapanpun. Pancasila yang pada awalnya merupakan konsensus politik yang memberi dasar bagi
berdirinya negara Indonesia, berkembang menjadi konsensus moral yang digunakan sebagai sistem etika
yang digunakan untuk mengkaji moralitas bangsa dalam konteks hubungan berbangsa dan bernegara.
Latar Belakang
Kerusuhan ini di latar belakangi oleh
keruntuhan ekonomi krisis finansial Asia 1997,
adanya kritik terhadap pemerintahan orde baru
yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soeharto
dan juga dipicu oleh tragedi Trisakti yang hingga
sampai saat ini masih dikenang yang
mengakibatkan empat mahasiswa Universitas
Trisakti terbunuh pada unjuk rasa 12 Mei 1998.
Selain itu, kerusuhan ini juga menimbulkan
tindak penindasan terhadap etnis-Tionghoa.
(Potret Penjarahan dan Pembakaran pada Mei 1998)
Berdasarkan hasil analisis dari Sri Palupi, seorang koordinator investigasi dan pendataan Tim Relawan,
sentimen anti-Tionghoa yang sudah lama berlangsung dimanfaatkan memicu kerusuhan yang
disebabkan oleh kritis ekonomi yang meresahkan.
Beberapa jenderal yang tidak memiliki hubungan dengan perekonomian, memprovokasi masyarakat
dengan mengatakan bahwa etnis-Tionghoa lah penyebab krisis moneter ini. Hal itu dikarenakan, orang
Tionghoa lah yang melarikan uang rakyat ke luar negeri, sengaja menimbun sembako sehingga rakyat
Indonesia sengsara dan kelaparan, dan sebagainya.
Kronologi Kerusuhan 1998
Pemerkosaan yang dilakukan oleh para perusuh terhadap wanita Tionghoa dilakukan secara gang rape
dimana korban diperkosa oleh beberapa orang secara bergantian dalam waktu yang bersamaan.
Pemerkosaan banyak dilakukan di rumah korban dan beberapa di tempat umum bahkan didepan orang
lain.
Tanpa pandang bulu, para perusuh menyekap wanita Tionghoa yang dijumpai baik itu dijalan, dirumah
mereka bahkan di kendaraan transportasi (taksi, angkot, bus) kemudian wanita Tionghoa tersebut
disiksa, dilecehkan, diperkosa, dirusak fisiknya, di mutilasi, dibakar, dibunuh dan perbuatan keji lainnya.
Tentu saja, hal itu menimbulkan trauma psikis yang berat dan bekas luka yang menyakitkan bagi wanita-
wanita tersebut. Harga diri, impian, cita-cita dan kebahagian terasa sirna semuanya, hanya
meninggalkan luka dan keputusasaan yang mendalam. Mereka menjadi trauma terhadap laki-laki yang
tidak dikenal serta sering mengalami ketakutan dan kecemasan yang tiada henti.
Beberapa dari korban ada yang bunuh diri karena tidak sanggup menjalani hidup lagi setelah apa yang
dialami, ada yang menjadi gila, ada yang sampai diusir keluarganya, dan ada pula yang pergi keluar
negeri untuk melupakan segala yang terjadi dan bahkan mengganti identitas diri.
Pemerkosaan juga terjadi kepada Ita Martadinata Haryono, seorang siswa SMA berusia 18 tahun. Bukan
hanya itu, pada 9 Oktober 1998, Ita yang sudah bergabung menjadi Tim Relawan dibunuh secara keji di
rumahnya sebelum pergi ke Amerika Serikat untuk memberi kesaksian di hadapan beberapa kelompok
internasional pembela HAM terkait kasus penindasan yang terjadi.
Korban-korban pemerkosaan ini hanya bisa diam, lantaran diancam oleh pelaku untuk tidak membuka
mulut kalau tidak seluruh anggota keluarganya yang lain dan mereka juga akan diperkosa dengan lebih
kejam lagi. Bukan hanya itu saja, alasan diamnya para korban adalah karena adanya rasa takut, malu dan
trauma yang berat membuat mereka tertahan dalam sedih dan mencoba berusaha melupakan kejadian
itu.
Penyelesaian
Berdasarkan hasil penyelidikan TPGF, ditemukan ada 85 perempuan yang menjadi korban kekerasan
seksual dengan rincian 52 korban pemerkosaan, 14 korban penganiayaan, 10 korban penganiayaan
seksual, dan 9 korban pelecehan seksual. Meskipun, tim sudah dibentuk tetapi oknum-oknum yang
mendalangi kerusuhan mei 1998 masih belum terungkap dan kasus ini terkesan ditutupi.
Berbagai pengaduan dan pelaporan dari Tim Relawan terkait kasus pemerkosaan massal terhadap
wanita etnis Tionghoa yang ditujukan ke pemerintahan Indonesia, sempat diragukan dan dibantah
pemerintah dengan menyebutkan bahwa bukti-bukti konkret tidak terdapat pada kasus-kasus
pemerkosaan tersebut. Hal itu tentu saja, memicu bantahan dan kecaman dari berbagai pihak.
Meskipun pada akhirnya, kasus pemerkosaan itu telah terbukti, tetap saja kasus ini masih tidak
mendapat titik terang, dan pemerintah dianggap tidak serius menanggapi kasus ini dengan tidak
mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama yang dianggap bertanggung jawab atas kerusuhan ini
yang mungkin masih hidup sampai sekarang.
Beberapa pihak berpendapat kerusuhan ini sudah direncanakan oleh beberapa petinggi pemerintahan
dan beberapa lagi berpendapat bahwa kerusuhan ini diprovokasi oleh pihak-pihak tertentu. Etnis
Tionghoa Indonesia pun menganggap kejadian ini adalah bentuk kejahatan genosida (pembasmian dan
pemusnahan) terhadap etnis Tionghoa.
Akhir Kerusuhan 1998
Kerusuhan mei 1998 ini menghasilkan pengunduran diri Presiden Soeharto yang dipaksa mundur pada
21 Mei 1998 dan dilanjutkan dengan pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan di bawah pimpinan
Presiden B.J.Habibie. Pada akhirnya, Tim Gabungan Pencari Fakta ( TGPF ) yang dibentuk oleh Presiden
B.J. Habibie, tidak berhasil mengusut tuntas oknum-oknum yang terlibat kerusuhan mei 1998 ini dan
terkesan ditutupi dari publik. Kerusuhan mei 1998 berakhir begitu saja tanpa ada pengambilan tindakan
lebih lanjut dan hanya menjadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia.
Tugas dan kewajiban manusia Indonesia yang ber-Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Menjunjung tinggi dan mematuhi serta setia dengan penuh keimanan dan ketakwaan akan ajaran
agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
2. Menghormati dan menaati serta harus juga setia pada dasar negara Pancasila, yang merupakan
konsesus nasional.
Dengan demikian diharapkan pada setiap diri pribadi manusia Indonesia, memiliki ciri khas yang
membedakannya dengan bangsa lain. Ada kesamaan konsep untuk tercapainya kebahagiaan hidup,
yaitu keselarasan, keseimbangan, dan keserasian:
a.Dalam kehidupan pribadi
b.Dalam hubungan manusia dan masyarakat
c.Dalam hubungan manusia dengan alam
d.Dalam hubungan bangsa dengan bangsa lain
e.Dalam hubungan manusia dengan Tuhannya untuk mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan
batiniah.
3.2 SARAN
DAH CAPEQUE
DAFTAR PUSTAKA (TAMBAHKAN LAGI)
Rujukan Awal : https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998, (Diakses pada tanggal 16/11/2018
pukul 19:02 WIB)
Deretan Kisah Mengerikan Pemerkosaan Massal Mei 1998 diambil dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160519124757-20-131898/deretan-kisah-mengerikan-
pemerkosaan-massal-mei-1998 (Diakses pada tanggal 16/11/2018 pukul 19:10)
https://tirto.id/sejarah-kebencian-terhadap-etnis-tionghoa-bFLp