Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA CERITA PENDEK

1. TEMA : Gadis ceroboh yang menerima botol air tanpa tahu siapa nama pemiliknya.

2. TOKOH DAN PENOKOHAN


 Karitsa Alya Winata: perempuan yang memiliki sifat pelupa, ceroboh, berisik, dan
LoLa (Loading Lama)
 Pria Indonesia-Chineese: Pria Cina yang Cool, baik, dan peduli dengan orang di
sekitarnya.
 Jesi dan teman-teman kost: Tidak digambarkan

3. LATAR
 Latar tempat: Kamar Kost, salah satu sekolah Jakarta, koridor sekolah
 Latar waktu: pagi
 Latar suasana: panik, lesu.

4. SUDUT PANDANG
 Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama (Aku)

5. TAHAP PERCERITAAN / STRUKTUR CERPEN


 Orientasi
a) Karitsa Alya Winata adalah anak pertama dari pasangan suami istri Arwin dan
Natalia.
b) Karitsa adalah anak perantauan dari Bandung yang datang ke Jakarta untuk
mengikuti UTBK SBMPTN
c) Karitsa adalah anak yang ceroboh, berisik, dan sedikit loding lama, serta pelupa
sebagai sifat barunya.

 Rangkaian peristiwa
a) Karitsa mengikuti ujian UTBK SBMPTN di salah satu sekolah Jakarta.
b) Karitsa lupa membawa minum dan berteriak hingga semua orang yang
menunggu masuk ujian menengok ke arahnya
c) Karitsa menginginkan air putih yang sedang minum oleh pria Indonesia-
Chineese di sebelahnya.

 Komplikasi
a) pria Indonesia-Chineese sadar jika ia diperhatikan. Kemudian, menawarkan
sebotol air pada Karistsa
b) Karitsa menolak karena rasa gengsi
c) pria Indonesia-Chineese menawarkan lagi dan Karitsa menerimanya.
d) Karitsa selesai ujian dan duduk di koridor sekolah untuk minum
e) Karitsa teringat pria yang memberikannya minum dan lupa menanyakan
namanya
f) Karitsa mencari pria tersebut dengan menyebutkan ciri-ciri fisik pada setiap
orang

 Resolusi
a) Karitsa pulang dengan wajah lesu.
b) Karitsa menatap botol tersebut dan menuliskan kalimat ‘SEBOTOL AIR
TANPA NAMA’
c) Karitsa berharap bisa bertemu kembali dengan pria tersebut.

6. SINOPSIS
Karitsa adalah seorang gadis perantauan dari Bandung yang datang ke Jakarta untuk
mengikuti UTBK SBMPTN. Di Jakarta, Karitsa bertemu pria Indonesia-Chineese karena
insiden lupa bawa air minum dan pria tersebut dengan sangat baik hati memberikan
sebotol air pada Karitsa. Karitsa lupa menanyakan nama pria tersebut dan sempat
mencarinya, tetapi tidak ketemu. Dengan lemas dan wajah lesu, Karitsa pulang dengan
membawa botol air yang tidak mempunyai nama.
SEBOTOL AIR TANPA NAMA

Karangan: Rahmah Damayanti

Namaku Karitsa Alya Winata. Winata bukanlah marga, melainkan nama


gabungan kedua orang tuaku. Arwin dan Natalia. Dulu sebelum Ibu dan Ayah menikah,
mereka sudah membuat rencana akan memberikan nama gabungan pada anak pertama
mereka. Terdengar begitu lebai bagi jomlo sepertiku. Dan akulah yang mendapatkan
nama itu.

Sebenarnya nama depanku bukanlah Karitsa, melainkan Karisa. Tanpa embel-


embel T di tengah-tengah. Kesalahan penulisan nama ketika membuat akte kelahiran,
membuat ibuku kesal dan akhirnya pasrah. Hal inilah yang membuatku sering merasa
kesal juga ketika namaku ditulis salah dalam buku presensi dan di buku manapun. Aku
juga sudah menyuruh semua temanku untuk memanggilku ‘KARITSA’ bukan
‘KARISA/RISA/ICA’. Namun, sepertinya lidah mereka susah sekali memanggilku dengan
nama yang benar.

Banyak orang bilang aku ini anak yang ceroboh, berisik, dan sedikit ‘LoLa’ alias
‘Loding Lama’. Bahkan, aku sendiri pun sadar kalau aku memiliki sifat itu. seperti hari
ini, aku kesiangan untuk menghadiri ujian UTBK SBMPTN dan dengan bodohnya aku
berteriak hingga seluruh isi rumah kos kaget dan mengetuk pintu kamarku. Mengapa
rumah kos? Mengapa bukan rumah sendiri? Bukankah ujian UTBK SBMPTN bisa di
laksanakan di domisili masing-masing?

Ini adalah salah satu kecorobohanku dari sekian banyak kecerobohan yang
kulakukan setiap hari. aku berasal dari Bandung. waktu itu aku salah memilih lokasi
ujian. Tapi seingatku, aku sudah memilih lokasi sesuai daerah asalku. Entah kenapa bisa
berubah menjadi Jakarta Timur. Lihat saja, hari ini pasti aku akan melakukan
kecerobohan lagi.

Aku buru-buru mengambil handuk dan peralatan mandiku. Dengan sekali hentak
aku membuka pintu dan refleks mundur kembali ketika melihat semua teman kost-ku di
depan pintu kamarku. “H-hai! Ka-kalian ngapain di depan kamarku?” tanyaku pada
mereka.
“Kita disini karena teriakan lo yang kaya nenek lampir itu bikin kita kaget!
Sebenernya lo kenapa sih!” tanya Jesi, anak fakultas ekonomi di salah satu universitas
Jakarta.

“Gak apa-apa kok, aku Cuma..,” ucapanku terputus ketika aku mengingat hal yang
harus buru-buru kulakukan saat ini. “OMAIGAT! AKU UDAH TELAT!.” Aku langsung
ngacir ke toilet tanpa memedulikan temanku yang sedang kebingungan.

“sebenarnya tuh anak kenapa si! Pagi-pagi udah bikin ribut aja!”

<><><><><><>

Keberuntungan sedang berpihak padaku. Aku berhasil melewati gerbang sekolah


tempatku ujian. Beruntungnya aku mendapat lokasi ujian di salah satu sekolah di
Jakarta, karena bisa menghemat waktu mencari ruang ujian. Dari pada di salah satu
universitas yang luas dan gedungnya terpisah-pisah.

Aku berjalan masuk sambil melihat sekitar. Banyak guru yang mengarahkan
jalan. berkali-kali aku tersenyum untuk menyapa para guru. Kulihat sudah banyak
sekali orang sepertiku yang menunggu masuk ke ruang ujian. Selagi menunggu, aku
memeriksa kartu ujian dan alat tulis yang sudah kusiapkan sejak malam. kututup
kembali ketika semuanya lengkap.

Tenggorokanku terasa kering. Untungnya aku selalu membawa air putih


kesukaanku. Entah yang benar adalah air putih atau air bening, tetapi aku selalu
menyebutnya air putih. Kubuka kembali tasku dan kumasukkan tanganku untuk
mengambil botol air. Namun, tidak kutemukan. Aku panik. Tanpa air putih hidupku
terasa kering. Bagaikan ikan yang akan mati ketika di darat.

“YA AMPUN!! AKU LUPA!.” Teriakanku membuat semua orang menghentikan


kegiatannya dan menengok ke arahku. “Maaf, maaf.” Kataku sambil menampilkan
senyumanku yang paling manis.

“Aduh, kenapa sampai lupa bawa sih! Bisa mati kekeringan aku tanpa air putih.”
Rutukku pada diri sendiri. Aku baru ingat kalau semalam air putih yang sudah
kumasukkan dalam tas, aku keluarkan kembali untuk menemaniku menonton drama
korea episode terakhir setelah belajar. Aku malas keluar kamar untuk mengambil air,
bahkan aku menahan lapar karena drama yang kutonton sedang seru.

Kulihat laki-laki di sebelahku yang sedang menenggak air putih. sepertinya


sangat menyegarkan. Sampai aku menelan ludah. Ketika laki-laki itu melihat ke arahku,
aku langsung menengok ke arah lain supaya dia tidak tahu aku menginginkan airnya.
Hal itu pun kuulangi tiga kali. Sampai akhirnya ia menyodorkan sebotol air padaku.
Kulihat wajahnya yang seperti perpaduan Indonesia-Chinesse. Laki-laki berwajah oval,
berkulit hitam manis, alis yang tebal, mata sipit, dan hidung bangir. Mungkin tinggiku
hanya sepundaknya ketika kita berdiri. Ingin kuterima botol air itu, tetapi rasa gengsi
memenuhi perasaanku. “O-oh gak usah, Kak.” Kataku dengan wajah sok menolak.

“Gak apa-apa, ambil aja. Gue tau kok lo dari tadi ngeliatin gue minum. gue juga
tau kalo lo lupa bawa air minum.” Katanya dengan tangan yang masih mengarahkan air
botol itu padaku.

‘Kok dia bisa tau?’ batinku. Kutatap mata sipitnya yang mungkin bisa membuat
para wanita terpana dengan tatapan teduhnya. Apakah termasuk aku? Tentu saja tidak.
Dari awal aku hanya menginginkan botol yang berisi air ditangannya. Aku ragu harus
menerima air itu atau tidak. Kalau tidak aku ambil, maka aku akan kehausan selama
ujian. Dan itu memengaruhi kinerja otakku.

Mulutku baru saja ingin menjawabnya sebelum suara pengumuman membuatku


tidak jadi mengatakannya. “Bagi seluruh peserta UTBK SBMPTN, harap berbaris dengan
tertib untuk memasuki ruang ujian. Sekian, terima kasih”

“Yakin lo gak mau nerima?” tanya cowok itu.

“...”

“Oke. Kalo lo gak mau” laki-laki itu langsung berdiri dan berjalan menuju barisan.

Sebelum sampai di barisan, aku langsung menyusul cowok itu dan mengambil air
botol di tangan kanannya. “Aku terima. Makasih, ya. Aku duluan.” Aku tersenyum
padanya. Aku langsung berjalan menuju barisan. Seketika aku teringat, aku tidak tahu
nama dari cowok itu. Aku kembali menoleh ke belakang. Ternyata dia sudah tidak ada.
Kuhembuskan napas berat. Kurasa sifatku bertambah satu, yaitu LUPA.
<><><><><><>

aku keluar ruangan dengan perasaan gembira. sebab, aku bisa mengerjakan
hampir semua soal UTBK. Tidak sia-sia selama ini aku belajar. mengorbankan waktu
berkumpul bersama sahabat dan keluarga hanya untuk belajar rutinku. Memegang
prinsip untuk selalu belajar rutin setiap harinya, karena aku yakin. Sekali aku tidak
belajar, maka prinsip yang kupegang selama ini akan terlupakan.

aku duduk di salah satu kursi panjang koridor. Lalu, kuminum air dalam botol
yang sedari tadi kupegang. Sebelum air itu sampai di mulutku, aku teringat pada laki-
laki yang memberiku botol air ini. aku berdiri dan mencari laki-laki tersebut. kesana-
kemari aku menanyakan kepada orang-orang dengan menyebutkan ciri-ciri fisik laki-
laki itu. Namun, nihil. Tidak ada yang melihatnya.

Aku memutuskan untuk pulang. Dengan lesu aku memasuki kamar dan langsung
membanting tubuhku di kasur. Lalu, kutatap botol air itu sejenak. Menyesali semua sifat
yang kupunya. Termasuk sifat baruku.

Aku beranjak dari tempat tidurku dan menuju meja belajar. kuraih sebuah stick
note dan menuliskan kalimat. Lalu, di bawahnya kutuliskan ‘Lelaki tinggi bermata sipit
dan berkulit hitam manis seperti gula Jawa’ Kutempelkan stick note itu di badan botol.
Tidak lupa, aku juga menempelkan lakban putih berukuran besar agar semua sisi dari
stick note tersebut menempel. Aku berharap bisa bertemu lagi dengannya dan
mengetahui namanya. Aku juga berharap dengan menulis ini, aku tidak lupa wajah laki-
laki itu.

<><><><><><>

Anda mungkin juga menyukai