Anda di halaman 1dari 18

|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

PENUNTUN PRATIKUM

ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

DOSEN PENGAMPU :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKA MIPA FKIP
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

ANATOMI FISIOLOGI DAN ORGAN TUMBUHAN

TEORI

Akar yang pertaman dibentuk dari emberio adalah akar primer. Pada tanaman dikotil dan
gymnospermae akar pertama dan cabang-cabangnya membentuk system akar tunggang. Akar
primer terdiri atas epidermis, korteks, endodermis dan silinder pusat. Pada tumbuhuan dikotil
dan gymnospermae biasnya segara terjadi pertumbuhann sekunder yang disebabakan oleh
aktivitas cambium pembuluh. Cabang akar biasanya berasal dari perisikel primer. Pada korteks
biasaya terdapat jarinagan parenkim, kadang-kadang ada kolenkim,serat dan sklereid. Pada
kebanyakan tumbuhan dikotil dan gymnospermae, floem terletak di luar dari xylem, tetapi pada
beberapa tumbuhan terdapat juga internal floem. Pada Bougainvilla terdapat anomli
pertumbuhan dimana cambium tersebar di dalam batang dan cambium yang normal tidak
terlihat.
Adanya jalan daun menunjukan hubungan antara ikatan pembuluh batang dengan ikatana
pembuluh pada daun. Pelebaran dari vaskuler system batang kea rah daun disebut jalan daun.
Daun biasanya berfungsi sebagai organ fotosintesis. Struktur daun terdiri dari epidermis,
mesofil dan jaringan pembuluh. Kadang-kadang mesofil daun terdeferensiasi menjadi palisade
dan spons. Daun tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Ke khasan dari daun gymnospemae
adalah adanya jaringan transfuse yang mengiri berkas pembuluh yang terdiri dari trakeid,
parenkim dan sel albumin.
Bunga merupak organ yang dianggap mirip dengan cabang daun-daunnya merapat satu
sama lain, sehingga bagian-bagian bunga di anggpa berasal dari daun. Bagian steril terdiri dari
kelopok yang tersusun atas daun kelopak serta mahkota. Bagian reproduksi terdiri dari benang
sari dan daun buah atau putik.
Buah dapat dibedakan menurut histologi dinding buah yaitu buah kering yang ber
skelerenkim dan buah berdaging yang berparenkim. Biji merupakan tempat terjadinya awal
perkembangan embrio karena itu biji memegang pernanan utama dalam kesinambungan urutan
generasi pada tumbuhan biji.

1. Struktur Akar Batang dan Daun


Tujuan :
- Melihat struktur akar monokotil dan dikotil pada penampang melintang
- Melihat struktur akar pada penampang membujur
- Melihat struktur batang monokotil dan dikotil pada penampang melintang
- Melihat struktur batang pada penampang membujur meristem pucuk
- Melihat struktur daun menokotil dan dikotil pada penampang melintang

Bahan : akar jagung (awetan), akar dikotil (awetan), penampang membujur akar bawang
(awetan), batang jagung (awetan), batang dikotil, penampang membujur meristem pucuk
(awetan), daun jagung dan daun ficus elastic.

Cara kerja :
a. Lihat penampang akar jagung di bawah mikroskop, gambaran kira-kira 1/5 bagian dari
luar ke dalam, beri keterangan dan tunjukan: epidermis, korteks, endodermis, xylem,
floem, silinder pusat.
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

b. Lakukan hal yang smaa untuk preparat yang lainnya, gamabr dan buat bagian-bagian

2. Bunga, buah dan biji


Tujuan :
- Melihat struktur bunga
- Melihat struktur alat kelamain jantan dan betina
- Melihat struktur buah kering dan berdaging
- Melihat struktur biji monokotil dan dikotil ]

Bahan :
- Sayatan melintang bunga Lilium melalui ovarium dan bagian-bagian bunga
(awetan)
- Antera Lilium (awetan)
- Buah adas manis (awetan)
- Panampang membujur biji jagung (awetan)
- Panampang membujur biji Phasseolus (awetan)
- Buah cabe

Cabe kerja :
1. Lihat bunga Lilium melalui ovarium dan bagian-bagian Bungan di bawah
mikroskop, gambarkan dan buat bagian-bagiannya: kaliks, karolla, ovariuam dan
ovulum, antera.
2. Lihat anther Lilium di bawah mikroskop, gambarkan dan buat bagian-bagiannya :
epidermis, endotesium tapetum dan mikrospora
3. Lakukan hal yang sama untuk ovarium Lilium gambar dan buat bagian-bagiannya
4. Lihat buah ada manis di bawah mikroskop. Gambarkan dan buat bagian-bagiannya
5. Lakukan hal yang sama untuk biji jagung dan biji Phaseolus. Gambarkan dan beri
keterangan
6. Buat sayatan melintang buah cabe, lihat di bawah mikroskopm gambarkan buat
bagian-bagiannya : epidermis, parenkim dengan kromoplas, berkas pembuluh dan
ovulum.
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

PERCOBAAN 2
LAJU RELATIF KEHILANGAN UAP AIR PADA BEBERAPA TANAMAN TEORI

Transpirasi adalah kehilangan uap air dari permukaan tanaman karena adanya evavorasi
dari se-sel hidup. Peristiwa ini dapat terjadi pada semua bagian tanaman, tetapi yang paling
banyak terjadi pada bagian daun, karena pada kebanyakan tanaman daunlah yang memiliki
permukaan terbesar. Pada tanaman utuh, tekanan akar yang timbul karena penyerapan air yang
dilakukan oleh akar sebagai system osmotic adalah kecil bila dibandingkan dengan tenaga yang
digunakan dalam evaporasi oleh system tunas. Karena transpirasi biasanya melebihi penyerapan
air oleh akar maka cairan xylem lebih sering meliki tekanan negative. Pada tanaman yang sangat
tinggi, kolom air juga tinggi sehingga tekanan akar tidak mungkin mampu mendorong air sampai
atas, tapi juga disebakan oleh factor-faktor lain, seperti daya hisap daun dan lain-lainnya.
Bagaimana cara mengukur laju transpirasi dan jumlah air yang diuapkan? Jumlah total
transpirasi adalah laju penguapan per satuan luas dikalikan dengan luas permukaan transpirasi
tanaman kali waktu. Untuk dapat mengerti proses transpirasi perlu dipelajari terlebih dahulu
anatomi daun dan mengerti hubngan antara sel-sel hidup dari mesofil dan ruang antar sel. Bagian
selulosa dari dinding sel tersebut sesudah sel kehilangan air, menyebabkan turunnya potensial
air. Akibat deficit ini, air dari vakuola akan keluar ke dinding sel sehingga tekanan turgor sel
menurun dan potensial air pun menurun. Keadaan ini dapat menyebabkan pergerakan air masuk
ke dalam sel dari xylem baik secara langsung atau melalui sel-sel perantara. Jika sel-sel daun
memiliki potensial air rendah, kekurnagan ini akan menurunkan pergerakan air ke dinding sel
dan mengurangi laju transpirasi. Uap air dari dinding sel cenderung untuk menjenuhkan udara di
dalam ruangan ruanga antar sel. Jika udara diluar stomata yang tebuka tidak jenih dengan uap
air maka uap air akan berdifusi ke luar dari ruang antar sel dan penguapan dari dinding sel makin
cepat, jelaslah bahwa terinsprasi terjadi hanya jika stomata terbuka, sebab epidermis daun
dilindungi oleh lapiran kutikula yang tidak mudah ditembus oleh air.
Laju transpirasi berhubungan erat dengan stomata yaitu terbuka dan tertutup, letak dan jumlah
stomata yang terbuka pada permukaaan daun. Penyebaran stomata bervariasi dari satu jenis
tanaman ke tanaman lainnya. Pada umumnya, stomata yang terdapat pada epidermis bawah lebih
banyak daripada stomata epidermis atas. Disamping melalui stomata, terinspirasi da[at juga
melalui kutikula dan lentisel.
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

Percobaan 2.1
Tujuan :
Meneliti laju relative kehilangan uap air pada kedua permukaan
Bahan Dan Alat :
Bahan Tanaman : Daun Acalypha sp, Coleus sp, Manihot utilissima atau Caladium sp
Bahan Kimia : Timbangan, Kertas, kipas angina, jepitan kertas, selotip, gunting, alat
tulis.

Cara Kerja :
1. Hitung luas permukaan dari tanaman, lalu tempelkan pada selembar kertas yang telah
diketahui luas dan beratnya.
a. Kemudian lembaran daun dijiplakan pada kertas tadi, lalu jiplakan gamabr daun
digunting dna timbang
b. Kemudian dihitung luas permukaan daun dengan menggunakan rumus sbb:
Berat guntingan gamabr daun
x luas kertas = luas permukaan
berat kertas
2. Sediakan 3 lembar dauun yang telah diketahui luas permukaannya tersebut, kemudian
ditimbang dan digantung dengan jepitan kertas untuk ketiga perlakuan diatas.
3. Dalam interval waktu tertentu (30 menit) lakukan penimbangan terhadap daun tersebut.
Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali
4. Buat daftar penimbangan dan pengurangan berat daun selama evavorasi/transpirasi :
Besar penguapan
Kecepatan evaporasi = / menit (g/cm2/menit)
luas permukaan daun

Tabel. Perhitungan kecapatan evaporasi dari lembaran daun tanaman


Jenis Berat daun (g/menit) Kecapatan
Tanaman evaporasi
(g/cm2/menit)
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

PERCOBAAN 2.2
Tujuan
Meniliti laju evaporasi/transpirasi dari lembaran daun pada kondisi lingkungan berbeda:
1. Di dalam runagn (suhu rungan dan cayaha tidka langsung)
2. Di luar runagan (suhuh 30-34⁰C dan cahaya langsung)
3. Di laur ruangan di beri sirkulasi udara dengan kipas angina

Bahan Dan Alat


Bahan tanaman : daun tanaman
Alat-alat : Timbangan, kertas, kipas angina, jepitan kertas, selotip dan gunting, alat tulis.
Cara Kerja :
1. Hitung luas permukaan daun dengan cara sbb;
a. Ambil lembaramdaun dijiplakan pada kertas tadi, lalu jiplakan gambar daun
digunting dan ditimbang.
b. Kemudian dihitung luas permukaan daun dengan menggunakan rumus sbb:
Berat guntingan gambar daun x luas kertas = luas permukaan daun
Berat kertas
2. Sediakan 3 lembar daun yang telah diketahui luas permukaannya tersebut, kemudian
ditembang dan digantung dengan jepitan kertas untuk kertiga perlakuan diatas.
3. Dalam interval waktu tertentu (30 menit) lakukan penimbanagn terhadap daun
tersebut. Penimbangan dilakuakn sebanyak tiga kali.
4. Buat daftar penimbanagn dan pengurangan berat daun selama evavorasi/trasnpirasi :
Kecepatan evaporasi : Besar penguapan / menit (g/cm2/menit)
Luas permukaan daun
Jenis Berat daun (g/menit) Kecepatan
Tanaman evaporasi
(g/cm2/menit)
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

PERCOBAAN 3
PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI AEROBIK

TEORI
Laju respiran secara langsung dipengaruhi oleh dua factor lingkungan yaitu konsentrasi
oksigen (tekanan oksigen atau tekanan parsial di atmosfer) dan sahu. Gas oksigen diserap dari
atsmosfer direduksi menjadi air oleh hydrogen yang dilepasakan oleh substrat respirasi. Jika laju
difusi oksigen ked alma sel tergaggu, laju respirasi akan menurun karena pelepasan hydrogen
dari substrat tidak terjadi. Tumbuhan akan mati lemas jika kekurangan oksigen. Akar menjadi
mati jika tanah tergenang atau tanpa aerasi, akhirnya perkembangan tumbuhan terhambat.
Respirasi merupakan serangkaian reaksi kimia, yang pada masing-masing tahapan reaksi
sangat peka terhadap suhu. Suhu mempengaruhi laju reaksi kimia, baik kimia organic maupun an
organic. Keadaan ini juga berlakuk pada reaksi yang dikatalis oleh enzim, tetapi terbatas sampai
suhu tertentu. Oleh karena itu pada suhu tinggi enzim menjadi tidak aktif. Kebanyakan enzim
mulai tidak aktif pada suhu kurang lebih dari 50° C. kainkan suhu memberikan dua akibat yang
berlawanan pada laju reaksi enzimatik yaitu :
(1) Reaksi dipercepat dan (2) reaksi diperlambat (ketidakaktifan enzim dipercepat). Jadi dalam
keadaan tertentu ada suhu optimal untuk suatu reaksi. Jadi dalam keadaan tertentu ada suhu
optimal untuk suatu reaksi. Suhu optimal ini tidak tertentu, karena dipengaruhi oleh lamamnya
wkatu pengamatan. Jika wkatu pengamatan sangat singkat, maka enzim tidak perlu bekerja lama
dan suhu tinggi akan menyebabkan reaksi dipercepat. Tetapi jika waktu pengamatan agak lama
suhu tinggi menyebabkan enzim rusak sehingga mengurangi konsentrasi enzim yang aktif.
Dengan demikian laju reaksi secara keseluruhan menurun. Pada percobaan in akan dicobakan
pengaruh suhu terhadap laju respirasi aerob.

Tujuan
Meneliti pengaruh suhu terhadap laju reaksi respirasi aerobic

Bahan dan alat


Bahan tanaman : Kecambah kacang kedelai atau kacang hijau berumur 1 hari
Bahan kimia : NaOH 0,2 N., larutan BaCl2 Indikator fenoptalin dan HCl 0,2 N
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

Alat : Botol seleai, sumbat karet, kain kasa, label, talu, dan labu Erlenmeyer,
seperangkat alat titrasi.

Cara kerja
1. Sediakan 4 botol selai, dan masukan 50 ml NaOH 0,2 N ked alma masing-masing boto
tersebut, kemudian segara tutup dengan sumbat karet.
2. Timbang kecambah sebnyak 10 g, bungkus dengan kain kasa, ikat bagain ujung –
ujungnya dengan tali yang disisakan memanjang dan pasang.
3. Buat control dengan hanya berisi NaOH tanpa kecambah disimpan di dalam laci.
4. Berilah label pada masing-masing botol. Kemudian letakan pada suhu yang berbeda yaitu
: refrigerator (5° C ), laci (20⁰C) dan incubator (35⁰C).
5. Masukan cabang Acalypha sp pada lubang tutup botol karet. Kemudian pasang tutup
botol karet tersebut pada tabung photometer. Jaga agar jangan sampai ada gelembung
udara dalam tabung photometer.
6. Biar cabang tanaman tersebut bertranspirasi. Kemudian ujung pipa kapiler diangkat
sebentar dari gelas piala sehingga terbentuk gelembung udara kecil pada ujung pipa.
Ujung pipa kemudian dimasukan kembali ke dalam gelas piala. Biarkan sampai
gelembang udara mencapai skala.
7. Tentukan lau transpirasi (jarak yang ditempuh gelembung udara per satuan waktu) pada
keadaan :
a. Terlindung
b. Tempat tebuka
8. Sisakan 7-8 daun pada cabang Acalypha sp dan tentukan laju transpirasinya.
9. Pulas permukaan atas daun dengan vaselin, tentukan laju transpirasinya
10. Pulas permukaan bawah daun denganvasilin, tentukan laju transpirasinya.
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

PERCOBAAN 4
PENGARUH INTESITAS CAHAYA TERHADAP LAJU FOTOSINSTESISI

A. TEORI
Fotosintesis adalah proses penyerapan danperubahan energy cahaya (dalam
bentuk foton) menjadi energy kimia (ATP dan NADPH) oleh pigmen kloroplas yang
selanjutnya digunakna untuk mengfiksasi CO2 menjadi karbohidrat. Reaksi
fotosintesis secara lengkap baru dapat digambarkan pada tahun 1964 dengan bentuk
reaski umumnya sebagai berikut:
Energi cahaya
6 CO 2+ 6 H 2 O C 6 H 12 O6+ 602
Kloropil
Kenyataan bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya, menunjukan
adanya pengaruh intesitas cahaya yang besar terhadap laju keseluruhan reaksi
fotosintesis. Pada keadaa intesistas cahaya rendah, laju fotosintesis akan rendah pula.
Keadaan ini dapadt dikatakan sebagai factor pembatas.
Percobaan ini mempelajari laju fotosintesis sebagai fungsi dari intesitas
cahaya. Cahaya menjadi factor pembatas fotosintesis pada intesistas cahaya rendah.
Pada keadaan ini laju dari keseluruhan proses ditentukan oleh laju suplai energy
cahaya. Dibawag intesitas cahaya tertentu keanaikanya tidak akan mempengaruhi
produksi oksigen, keadaan ini disebut sebagai jenuh cahaya. Laju difusi CO 2 kedalam
sel juga dapat mengontrol laju fotosintesis secara keseluruhan. Ada kemungkinan
jenuh cahaya karena CO2 menjadi factor pembatas. Jika demikan maka kenaikan
konsentrasi CO2 akan menghilangkan pembatas/jenuh tadi dan dapat diharapkan
bahwa peningkatan intesistas cahaya selanjutnya akan dapat meingkatkan laju
fotosintesis.
Jika intesitas cahaya atau konsentrasi CO2 menjadi fkator pembatas
fotosintesis atau sangat kecil pengaruhnya, karena reaksi-reaksi fotokimia tidak peka
terhadap suhu (Q10 = 1,0) dan difusi Q10=1,5. Laju fotosintesis baru bersifat tanggap
terhadap suhu pada keadaan dimana cahaya bukan merupakan factor pembatas. Pada
reaksi selanjutnya, reaksi enzimatik, kenaikan suhu akan mempengaruhi laju
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

keseluruhan fotosintesis. Selain factor-faktor luar (intesitas cahya, CO2, dan suhu)
yang mempengaruhi laju fotosintesis, factor dalma yang juga penting dalam
mengontrol proses ini adala kada klorofil, deficit air, konsentrasi enzim dan koenzim
fotosintetik.

B. Percobaan Pengaruh Intesitas Cahaya Terhadap Laju Fotosintesis.


1. Tujuan
Melihat pengaruh perbedaan intesitas cahaya terhadap aktivitas fotosintesis
dengan mengukur volume O2 yang dihasilkan.
2. Bahan dan Alat
Bahan kimia : air kolam atau laurat Hoagland dan Na-bikarbonat 0,5
(NaHCO3)
Alat : mikro burut audus, tabung reaksi, beker glas, pipet, spidol, gelas ukur,
kertas warna transparan (merah, kuning, biru, putih)
Cara Kerja :
1. Masukan Hydrila sp ke dalam masing-masing tabung tebung. (tiga tabung reaksi
untuk ditempatkan pada cahaya langsung dan tiga tabung reaksi untuk di
tempatkan pada rungan.
2. Isi masing-masing dengan air kolam yang ditambahkan larutatan Na-bikarbonat
0.5 % smapai penuh lalu diletakan secara terbalik dlam beker glass yang berisi air
kolam juga. Pada saat memasukan ke dalam tabung reaksi di jaga tidak ada
gelembung udara.
3. Satu beker glass yang berisi tiga tabung reaksi ditempatkan di abwah cahaya
langsung dan beker glass yang satu lagi di dalam ruangan.
4. Biarkan selama 2 jam.
5. Pukul pukul dinding tbaung agar gelembung udara terlapas dari tanaman dan
tandai batas ruang udara yang terbentuk pada bagian ujung tabung dengan spido.
6. Kemudian keluarkan smeua isi tabung reaksi dengan menggunakan pipet berskala
sampai batas tenda spidol yang dihasilkan. Jumlah air yang terukur merupakan
volume O2 fotosintesis oleh hydrilla sp selama 2 jam. Lalu bandingkan antara
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

perlakuan di luar rungan (cahaya langsung) dengan yang di dalam runagan


(cahyaa tak langsung.

C. Pengaruh Kualitas Cahaya Terhadap Laju Fotosintesis


Tujuan
Melihat pengaruh perbedaan kualitas cahaya terhahap aktivitas fotosintesis dnegan
mungukur volume O2 yang dihasilkan.
1. Masukan hydrilla sp ke dalam masing-masing tabung reaksi (lima tabung reaksi)
2. Isi masing-masing dengan air kolem yang tleah ditambhakn larutan Na-bikarbonat
0.5% sampai penuh lalu diletakan secara terbalik dalam bekar glass yang berisi air
kolam juga. Pada saat memasukan ke dalam tabung reaksi di jaga agar tidak ada
gelembung udara
3. Masing-masing tabung raksi dimasukan ke dalam beker glass yang berbeda
4. Beker glass ke 1 yang berisi satu tabung reaksi ditutup dnegan kertas minyak
warna merah, yang ke 2 dengan kertas minyak warna biru, ke 3 dengan hijau, ke 4
dengan warna kuning, ke 5 dengan warna putih. Kemudian diletakan di bawah
cahaya langsung.
5. Biarkan selama 2 jam
6. Pukul dinding tabung agar gelembung udara telepas dari tanaman dan tandai bata
ruangan udara yang terbentuk pada bagian ujung tabung dengan spidol
7. Kemudian kelaurkan semua isi tabung, keringkan dan ukur volume tabung yang
ditandai dengan memasukan air ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan
pipet berskala sampai batas tanda spidol yang dihasilkan. Jumlah air yang terukur
merupakan volume O2 fotosintesis oleh hydralla sp selama 2 jam. Lalu badingkan
antara perlakuan dnegan warna penutup yang berbeda.
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

PERCOBAAN 5
HORMON TUMBUHAN

TEORI

Berbagai bagian atau organ tumbuhan dpat mengalami absisi (gugur). Misalnya daun,
cabang atau ranting, daun makhtoka bunga, bunga dan buah. Proses ini berada di bawah
pengaruh auksin. Absisi daun dan bagian tumbuhan lainnya terjadi karena berlangsungnya
deferensiasi pada suatu lapisan tertentu (daerah absisi) pada pangkal petiol, disusul dengan
larutnya (hilangnya) senyawa pekat sehingga sel-sel terpisah satu degan lainnya kecuali sel-sel
jeringan pembulu. Selanjutnya daun akan gugur secara mekanais, baik karena gaya berat maupun
angina,hujan dan lain-lain.
Pembentukan daerah absisi itu dipengaruhi oleh aliran suplai auksin dari helai ke batang.
Selama suplai auksin cukup daerah absisi tidak terbentuk. Tetapi jika suplai auksin berkurang
atau hilang karena berbagai sebab (daun menua, helai dun rusak atau mati secara berangsur
angrus) maka daerah absisi mulai terbentuk.
Kenyataan auksin dapat mengontrol proses absisi dapat dilakukannya tindakan-tindakan
mengontrol gugur daun, bunga dan buah. Apakah suatu perlakuan dengan suatu zat pengatur
tumbuh tertentu efektif untuk mengontrol absisi bergantung pada jenis tumbuhaun, waktu,
konsentrasi, bentuk auksi, yang diberikan dan sebagainya. Prosedur yang baik haruslah dibuat
untuk tujuan yang hendak di capai pada keadaan yang berlaku. Selain itu, perlu di ingat bahwa
auksin senyawa auksin termasuk senyawa yang sanagt kuat (efektif pada konsentrasi rendah),
sehingag perlu di hindarkan kemungkinan pencemaran yang akan berpengaruh pada tumbuhan.
Sekarang berbagai cara telah banyak digunakan pada tanaman budidaya baik untuk
merangsang ataupun menghambat absisi. Untuk mencegah absisi kol pada masa panen, dapat
dilakukan dengan penyemprotan 2-4-D dnegan konsentrasi 25 ppm. Gugu buah apel yang sedang
mengalami pematangan dapat dihambat dengan penyemprotan NAA 5-10 ppm. Selain itu,
beberpa tindkana dilakukan untuk mengerangi kandungan auksin dalam organ, sehingga absisi di
percepat. Misalnya untuk memudahkan panen kapas secara mekanis, menjelang tanaman kapas
yang disemprotkan dengan senyawa tertentu yang dapat mematikan helai daun.
Tiap tumbuhan memiliki pola pertumbuhan pucuk dan tunas lateral tertentu yang
dikontrol secara genetis. Pola ini tampak pada pla percabangan dan pola pertumbuhan tunas
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

pucuknya, sehingga akan menampilkan pola “ asrsetiktur” tertentu pula. Terdapat pola
pengontrolan pada pertumbuhan tunas lateral. Aktivitas ini melibatkan system hormone
tumbuhaun sebagai regulatornya, sebagai berperan sebagai promotor, dan yang lain sebagai
inhibitornya. Hormone IAA, sitokinin, dan ABA terlibat langsung pada mekanisme kontrl
pertumbuhan pucuk dan tunas lateral (tunas aksiler). Salah satu gejala adanya system
pengontrolan pertumbuhan pucuuk dan tunas lateral adalaha danya peristiwa “apical dominan”
yang oleh Adam (1979) diartikan apical control. Apical dominan merupakan salah satu
mekanisme pengaturan pertumbuhan tunas lateral. Keseimbangan dan kadar hormone tumbuh
yang dibutuhkan berbeda antara jaringan satu dengan jaringan yang lain. Kebutuhan IAA untuk
pertumbuhan daerah pucuk (tunas apeks = ujung batang_ lebih tinggi dibanding daerah lateral,
daun muda maupun akar.
Pertumbuhan jaringan akan tumbuh optimal pada kisaran dosis tertentu. Bila dosisinya
kurang atau berlebih akan menghambat pertumbuhan suatu jaringan. Menurut Browmn (1967),
apical dominan terbatas pada penghambatan tunas-tunas percabangan, dan bukan untuk memberi
deskripsi untuk tumbuhan keseluruhan. Disisi lain, hormone tumbuh,seperti juga IAA akan
mengalami proses translokasi (di transport ke bagian organ lain = mobile), basipetal maupaun
akropetal (ke bawah), sehingga menambah kadar di daerah-daerah tunas aksiler di bawahnya.
Bagaimana pola pertumbuhan tuna aksiler dibawah pucuk, tentunya tergantung darijenis
tumbuhnya.

B. Percobaan Auksin Dan Absisi Bagian Atau Organ Tumbuhan.


Tujuan : unutk melihat pengaruh auksin (IAA) terhadap organ tumbuhan

Alat dan bahan


1. Tanaman Coleus sp
2. Pasta IAA
3. Vaselin
Cara kerja
1. Sediakan 1 tanaman Coleus sp dalam pot
2. Pilih 3 pasang daun yang bagus unutk percobaan absisi
3. Pasangan daun ke 1 dibiarkan saja, sebagai control
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

4. Pasangan daun ke 2 dibuang lembaran daunnya sehingga tinggal petol, ujung petiol
diolesi dengan vaselin
5. Pasangan daun ke 3 dengan daun ke 2 tapi diolesi dengan IAA
6. Kemudian tanaman ini diamati setiap hari dan bandingkan ketiga perlakukan tersebut
7. Catat data hasil pengamatan

D. Percobaan Apikal Dominan


Tujuan : Unutk mengetahui efek IAA pada gejala apical dominan
Alat dan bahan :
1. Tanaman Coleus sp
2. Pasta IAA
3. Vaselin
Cara kerja :
1. Pilih 3 pucuk tanaman Coleus sp yang bagus
2. Pucuk 1 dibiatkan (control) sedangan kan pucuk 2 dan 3 di potong
3. Pucuk ke 2 diolesi pasta IAA dan pucuk ke 3 di olesi vaselin
4. Lalu di amati setiap 2 hari, pada perlakuan mana terjadi apical dominan
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

PERCOBAAN 5
HUBUNGAN AIR DENGAN TANAH

TEORI

Tanah meruapakn media penting bagi tumbuhan karena tanah menyediakan berbagai
kebutuhannya. Tanah berperan menopang tegaknya tbuh tumbuhan, disamping mensuplai
hamper seluruh nutrisi yang dibutuhkan. Air merupakan salah satu komponen tanah yang
menjadi pelarut dan media reaksi kimia dalam tanah.
Keberadaan air dalam tanah terdapat dalam beberapa bentuk, meliputi air gravitasi, air
hidgroskopis dan air kapiler. Air kapiler dan air higraskopis dapat dimanfaatkan (diserap) akar
tumbuhan, sedangkan yang lain adalah tidak. Ketersediaan air dalam tanah sangat dipengaruhi
oleh struktur dan tekstur tanah itu sendiri. Tnaha bestekstur pasir, debu, dan liat memliki daya
ikat terhadap air yang berbeda. Unutk mengetahui hubungan tanah dengan air perlu dilakukan
pengamatan sacara cermat, melalui percaobaan-percobaan.
Tujuan : untuk mengetahui kemampuan tanah mengikat air dan gerak kapikaritas air pada
beberapa tekstur tanah.

Alat dan bahan :


1. Pipa gelas berdiameter 5 cm, panjang 60 cm dan 3 buah
2. Tiga jenis sampel tanah : pasir, lempung liat
3. Kain kasa
4. Beker gelas 3 buah
5. Statip dan klem secukupnya
6. Karton
7. Gelas ukur
8. Timbngan
9. Spidol permanan dan pemnggaris
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

Cara kerja
Percobaan gerak kapilaritas
1. Sediakan 3 jenis tanah yang sudah kering dan di ayak yaitu : tnaha pasir, tnah
kebun, tanah liat
2. Sumbatlah salah satu dari ujung pipa dengan kain kasa
3. Masukan smapel tanah ke dalam pipa dnegan 2/3 bagian
4. Tegakan pipa dnegan statif dan masukan alas pipa tersebut dalam baskom yang
telah di isi air setinggi 5 cm
5. Amitlah perambatan air dalm ektiga pipa gelas dari menit ke menit. Amatilah
pada pipa manakah iar paling cepat merambat
6. Ukurlah tinggi kenaikan air pada masing-masing tabung

Percobaan kemampuan tanah mengikat air


1. Sediakan 3 jenis tanah yang sudah kering dna di ayak yaitu : tnaha pasir ,
tnaha kebun, tnaah liat
2. Timbang tiap sampel 50 gr dan letakan pada kotak yang terbuat dari karton
yang bernya tlah di kethui
3. Bualtah 3 ulangnagan untk masing-masing sampel
4. Siram dengan 15 ml air smpai jenuh
5. Lalu timbnag setiap 2 hari sekali hingga seterunya sempai brat nya konstan
6. Masukan data hasil pengmatan ke dalam table.
|Penuntun Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Prodi Pendidikan IPA JP MIPA FKIP UNIB)

Sistematika Laporan
1. Cover
2. Bab 1. Tinjauan Pustaka
3. Bab 2. Langkah Kerja
4. Bab 3. Hasil dan Pembahasan
5. Bab 4. Kesimpulan
6. Daftar Pustaka
7. Lampiran:
8. Data laporan sementara
9. Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai