Anda di halaman 1dari 8

HAMBATAN DAN PELAKSANAAN IPE

DIRUMAH SAKIT

Paskah Rina Situmorang, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Nama : Iman Kristian Gulo 2114201010


Sriwahyuni 2114201025
Ahmad Ramadhan 2114201001
Elsaday Silaen 2114201006
Prodi/Tingkat : 3A – S1 Keperawatan
Matakuliah : Elektif I

Universitas Imelda Medan


T.A 2023/2024
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tenaga kesehatan merupakan tenaga profesional yang memiliki tingkat keahlian dan
pelayanan yang luas dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang berfokus pada kesehatan pasien (Steinert, 2005 dalam Bennett, DKK 2011). Tenaga
kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu di era
global, tenaga kesehatan yang dimaksud adalah perawat, dokter, dokter gigi, bidan, apoteker,
dietisien, dan kesehatan masyarakat (Sedyowinarso, DKK 2011).

Interprofessional education (IPE) merupakan bagian integral dari pembelajaran professional


kesehatan, yang berfokus pada belajar dengan, dari, dan tentang sesama tenaga kesehatan
untuk meningkatkan kerja sama dan meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien. Peserta
didik dari beberapa profesi kesehatan belajar bersama dalam meningkatkan pelayanan kepada
pasien secara bersama-sama (kolaborasi) dalam lingkungan interprofesional. Model ini
berfungsi untuk mempersiapkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang lain dalam sistem kesehatan yang kompleks. (Becker, DKK
2014). Sehingga, strategi pendidikan komunikasi melalui IPE antara perawat dengan dokter
atau tenaga kesehatan lainnya dapat membangun budaya komunikasi dan kolaborasi yang
efektif dalam memberikan pelayanan kepada pasien (Liaw, DKK 2014). Meskipun IPE ini
dapat membangun budaya komunikasi dan kolaborasi yang efektif dalam memberikan
pelayanan kepada pasien, namun ada beberapa tantangan dalam pelaksanaannya. Tantangan
tentang pelaksanaan IPE menurut World Health Organization tahun (2010) menyatakan
bahwa banyak sistem kesehatan di negara-negara di dunia yang 11

sangat terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan masalah kesehatan di


negara itu sendiri. Hal ini kemudian disadari karena permasalahan kesehatan sebenarnya
menyangkut banyak aspek dalam kehidupan, dan untuk dapat memecahkan satu persatu
permasalahan tersebut atau untuk meningkatkan kualitas kesehatan itu sendiri, tidak dapat
dilakukan hanya dengan sistem uniprofessional. Kontribusi berbagi disiplin ilmu ternyata
memberi dampak positif dalam penyelesaian berbagai masalah kesehatan (Pfaff, 2014).
Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa terdapat hambatan dalam
penyelenggaraan IPE. Hambatan ini terdapat dalam berbagai tingkatan dan terdapat pada
pengorganisasian, pelaksanaan, komunikasi, budaya ataupun sikap. Sangat penting untuk
mengatasi hambatan-hambatan ini sebagai persiapan mahasiswa dan praktisi profesi
kesehatan yang lebih baik demi praktik kolaborasi hingga perubahan sistem pelayanan
kesehatan (Becker, Hanyok, & Moss, 2014).
Menurut data WHO tahun 2010 bahwa saat ini banyak perguruan tinggi di dunia telah
menerapakan Interprofessional Education, bahkan beberapa negara telah mendirikan badan
atau pusat pengembangan Interprofessional Practice and Education, yaitu: 1. Australian Inter
Professional Practice and Educatioanal Network (AIPPEN). 2. Canadian Interprofessional
Health Collaboration (CIHC) 3. European Interprofessional Education Network (EIPEN). 4.
Journal of Interprofessional Care (JIC). 5. National Health Sciences Students Association in
Canada (NaHSSA)

6. The Network: Towards Unity for Health 7. Nordic Interprofessional Network (NIPNet),
dan 8. UK Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE).

11

Curran, dkk., (2007) telah melakukan sebuah penelitian di Memorial University of


Newfoundland, St John s, Newfoundland, Canada tentang Interprofessional Education yang
berjudul Attitudes of health sciences faculty members towards interprofessional teamwork
and education. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 194 orang staf fakultas kesehatan.
Sebanyak 38% responden berusia tahun, 53% dilaporkan telah menjalani profesi kesehatan
selama 21 atau lebih, dan 79,7% menyatakan memiliki pengalaman praktek kolaborasi
interprofessional. Hasil penelitian menunjukkan 63,0% staf memiliki sikap baik terhadap
pendidikan dan praktek interprofessional. Pengambilan data kuantitatif pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan kuesioner Attitude toward health care team scale, RIPLS
(Readiness Inter Professional Learning Scale) modifikasi, dan kuesioner pengukuran sikap
terhadap pembelajaran interprofesi di lingkungan pendidikan. Barr (1998) dalam
Sedyowinarso, dkk., (2011) menjelaskan penanggulagan pelaksanaan IPE yaitu: 1)
memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas, 2) bekerja
dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan
pengobatan pasien, 3) bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan
memantau perawatan pasien, 4) menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan
profesi lain, 5) memfasilitasi pertemuan interprofesional, dan 6) memasuki hubungan saling
tergantung dengan profesi kesehatan lain.
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Supaya mahasiswa dapat mengetahui gambaran dan hambatan pelaksanaan IPE.

2. Tujuan Khusus

11

a. Mahasiswa mampu mendefenisikan pengertian dari IPE. b. Mahasiswa mampu mengetahui


tujuan dan manfaat dari IPE. c. Mahasiswa mengetahui bagaimana gambaran dari pelaksaan
IPE. d. Mahasiswa mengetahui hambatan dan cara penanggulangan IPE. e. Mahasiswa
memiliki kompetensi dan sikap yang diharapkan setelah membahas IPE.

BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN IPE Interprofessional Education (IPE)


menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan
sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang
profesi dan melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, adanya interaksi
sebagai tujuan utama dalam IPE untuk berkolaborasi dengan jenis pelayanan meliputi
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Pengertian IPE : 1. Medudukkan secara bersama
mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan dalam satu kelas yang sama. 2. Mendatangkan
pengajar dari berbagai profesi kesehatan untuk mengajar pada kelas yang sama. 3.
Memaparkan mahasiswa dari berbagai profesi pada pasien yang sama 11

Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari konsep berubah.
Perubahan merupakan suatu proses di mana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status
tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Perubahan dapat mencakup keseimbangan
personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam
mencapai tujuan tertentu. Kurt Lewin (1951) dalam Hidayat (2008) mengungkapkan bahwa
seseorang yang akan berubah harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum
dalam tahap proses perubahan agar perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan
yang ada. Tahapan tersebut meliputi unfreezing, moving dan refreezing. Tahap Pencairan
(Unfreezing) merupakan tahap awal. Pada kondisi ini mulai muncul persepsi terhadap hal
yang baru. Persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus dan
penterjemahan atau penafsiran stimulus yang telah terorganisir yang akhirnya mempengaruhi
pembentukan sikap. Walgito (2004) mengungkapkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari karakteristik
individu, pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yaitu stimulus dan
lingkungan sosial. Sikap dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
Sikap dosen yang positif terhadap IPE mendorong untuk berperilaku mendukung sistem IPE
yang baru. Berikutnya merupakan tahap bergerak (Moving). Pada tahap ini sudah dimulai
adanya suatu pergerakan ke arah sesuatu yang baru. Tahap ini dapat terjadi apabila seseorang
telah memiliki informasi yang cukup serta kesiapan untuk berubah, juga memiliki
kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui langkah-langkah dalam
menyesuaikan masalah atau hambatan dalam penerapan IPE. Akhirnya, tahap pembekuan
(freezing), yaitu ketika telah tercapai tingkat atau tahapan yang baru. Proses pencapaian yang
baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat upaya mempertahankan perubahan yang telah
dicapai. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap
model pembelajaran terintegrasi setelah dilakukan pergerakan dan merasakan adanya manfaat
dari pembelajaran IPE ini. 11

Bagan 1. Pengembangan IPE menurut Kurt Lewin (1951) dalam Hidayat (2008)

B. TUJUAN DAN MANFAAT IPE

Menurut (freeth & reeves, 2004) tujuan dari interprofessional education adalah untuk
mempersiapkan mahasiswa profesi kesehatan dengan ilmu, keterampilan, sikap dan perilaku
profesional yang penting untuk praktek kolaborasi interprofesional. Sedangkan menurut
(Cooper, 2001) tujuan dari IPE yaitu : 11

1. Meningkatkan pemahaman interdispliner dan meningkatkan kerjasama. 2. Membina


kerjasama yang kompeten 3. Membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien 4.
Meningkatkan kualitas perawatan pasien yang comprehensif.

Manfaat dari interprofessional education yaitu : 1. Memberikan mahasiswa kesempatan untuk


mendapatkan pengalaman seperti dalam kehidupan kerja yang nyata. 2. Mahasiswa dapat
berinteraksi lebih luas dalam lingkungan fakultas sebagai suatu lingkungan kerja 3.
Mahasiswa belajar menghargai profesi lainnya 4. Memahami lebih jelas peran profesi
masing-masing 5. Mahasiswa belajar saling melengkapi sebagai tim dan dapat memanage
konflik dengan baik.
Pendidikan interprofesional inipun terjadi apabila : 1. Terdapat interaksi dan refleksi aktif
antar mahasiswa dan institusi dari berbagai profesi kesahatan. 2. Tujuan dan srategi
pendidikan diarahkan pada pencapaian : a. keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk menjalankan kerja tim dalam penanganan pasien. b. pemahaman dan sikap saling
menghormati karakter khusus dan fungsi yang dimiliki oleh masing-masing profesi.

11

berbeda

C. GAMBARAN PELAKSANAAN IPE Pelaksanaan IPE yang ideal harus dimulai dengan
persamaan paradigma bahwa IPE hanyalah langkah awal dari tujuan utama dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien. Pendekatan interprofessional
akan memfasilitasi dengan lebih baik mahasiswa dari satu disiplin ilmu untuk belajar dari
disiplin ilmu lainnya. Pembelajaran bersama antardisiplin ilmu dapat meningkatkan
keterampilan baru mahasiswa yang akan memperkaya keterampilan khusus yang dimiliki
masing-masing disiplin dan mampu bekerja sama lebih baik dalam lingkungan tim yang
terintegrasi. Selama ini penerapan IPE masih tidak konsisten, untuk itu harus dibuat sebuah
komitmen sehingga pembelajaran interprofesional dapat diterapkan di institusi pendidikan
dan diterapkan dalam kurikulum pendidikan di semua program pelayanan kesehatan untuk
memastikan keberadaan jangka panjang IPE yang berkelanjutan (ACCP, 2009). Kompetensi
IPE Tujuan akhir pada pembelajaran IPE adalah mengharapkan mahasiswa mampu
mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk berkolaborasi. Freeth, dkk., (2005)
mengungkapkan kompetensi dosen atau fasilitator IPE antara lain : 1. Sebuah komitmen
terhadap pembelajaran dan praktik interprofesional, 2. Kepercayaan dalam hubungan pada
fokus tertentu dari pembelajaran interprofesional di mana staf pendidik berkontribusi, 3.
Model peran yang positif, 4. Pemahaman yang dalam terhadap metode pembelajaran
interaktif dan percaya diri dalam menerapkannya, 5. Kepercayaan dan fleksibilitas untuk
menggunakan perbedaan profesi secara kreatif 6. Menghargai perbedaan dan kontribusi unik
dari masing-masing anggota kelompok, 7. Menyesuaikan kebutuhan individu dengan
kebutuhan kelompok, dan 11

8. Meyakinkan dan memiliki selera humor dalam menghadapi kesulitan. Kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dengan metode pembelajaran IPE adalah kemampuan
untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk berkolaborasi.
D. KOMPETENSI DAN SIKAP YANG DIHARAPKAN DARI IPE Kompetensi terdiri
atas : 1. Pengetahuan Paham otonomi tiap profesi dan paham peran masing-masing dalam
keterpaduan. 2. Keterampilan Profesionalisme terjaga, bukan untuk berebut, bertentangan
tetapi untuk bersinergi, saling melengkapi dan terpadu dalam pelayanan holistik, manusiawi,
etis dan bermutu. Kemampuan komunikasi yang baik, mengutamakan keselamatan
klien/pasien.

Sikap terdiri atas : 1. Professional, saling menghormati, keikhlasan untuk bekerja sama dalam
kesejajaran, saling percaya dengan profesi lain, keterbukaan disiplin jujur dan bertanggung
jawab. 2. Kompetensi kemampuan tim. E. HAMBATAN DAN CARA
PENANGGULANGAN IPE Selain manfaat dari IPE banyak kendala-kendala yang ditemui
dalam pelaksanaan IPE, antara lain yaitu : 11

1. Penanggalan akademik, 2. Peraturan akademik, 3. Struktur penghargaan akademik, 4.

Lahan praktek klinik,

5. Masalah komunikasi, 6. Bagian kedisiplinan, 7. Bagian profesional, 8. Evaluasi, 9.


Pengembangan pengajar, 10. Sumber keuangan, 11. Jarak geografis, 12. Kekurangan
pengajar interdisipliner, 13. Kepemimpinan dan dukungan administrasi, 14. Tingkat
persiapan peserta didik, 15. Logistik, 16. Kekuatan pengaturan, 17. Promosi, 18. Perhatian
dan penghargaan, 19. Resistensi perubahan, beasiswa, 20. Sistem penggajian, dan 21.
Komitmen terhadap waktu (Pfaff, 2014). 11

Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dapat


dilakukan dengan penyesuaian jadwal antar profesi yang bersangkutan, adanya sikap disiplin
dan saling memahami untuk terciptanya komunikasi dan kedisiplinan yang baik, menyiapkan
bahan diskusi di hari sebelumnya, financial yang cukup untuk pengadaan fasilitas pendukung
dalam IPE. BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

IPE merupakan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa


dalam berkolaborasi dan berkomunikasi secara efektif dengan tenaga kesehatan yang lain
dalam memberikan pelayan kesehatan yang maksimal. Untuk mewujudkan IPE ini maka
pelayan kesehatan harus menjadikan IPE ini sebagai pedoman dalam bertindak dalam dunia
kesehatan, sehingga tercipta lingkungan yang nyaman baik bagi pasien maupun sesama
tenaga kesehatan.
B. SARAN

1. Diharapkan makalah ini dapat digunakan dalam pembelajaran IPE dan dengan telah
mengetahui dan memhami IPE ini maka mahasiswa dapat mengimplemenasikan dalam
kehidupannya terutama dalam lingkungan kesehatan. 2. Diharapkan agar mahasiswa dapat
memberikan materi ipe lebih mendalam lagi supaya kolaborasi antar petugas kesehatan dapat
berjalan baik untuk keselamatan pasien nantinya.

11

3. Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam belajar secara interprofesi,


sehingga mempunyai kesiapan untuk berkolaborasi dengan profesi lain saat terjun diluar
pendidikan akademik.

DAFTAR PUSTAKA

https://nersdicky.wordpress.com/diakses tanggal 12 September 2017 http://repositori.uin-


alauddin.ac.id/diakses tanggal 13 September 2017

https://www.idocpub.com/diakses tanggal 13 September 2017

11

Anda mungkin juga menyukai