Anda di halaman 1dari 6

RESUME INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Oleh:
Bagus Putra Kurniawan (201410330311081)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014/2015

INTERPROFESSIONAL EDUCATION
Belakangan ini ada sebuah hal yang baru diterapkan untuk memperbaiki sistem dan
kualitas pendidikan di Indodnesia yaitu Interprofesional education atau disingkat dengan IPE
adalah sebuah inovasi yang sedang dieksplorasi dalam dunia pendidikan khususnya untuk profesi
kesehatan. Pendidikan merupakan salah satu bagian dari Indonesia yang terus berkembang.
Interprofessional education merupakan suatu proses dimana sekelompok mahasiswa atau profesi
kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi melakukan pembelajaran bersama
dalam periode tertentu, berinteraksi sebagai tujuan yang utama, serta untuk berkolaborasi dalam
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang lain
(WHO,1988).
Menurut CIHC (2009), manfaat dari Interprofessional Education antara lain
meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan membuat hasil yang positif
dalam melayani klien; meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang
memerlukan kerja secara kolaborasi; membuat lebih baik dan nyaman terhadap pengalaman
dalam belajar bagi peserta didik; secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai setting. Hal
tersebut juga dijelaskan oleh WHO (2010) tentang salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek
IPE dan kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah cara berinteraksi petugas kesehatan dengan
profesi lain dalam memberikan perawatan yang prima dan holistik untuk seluruh pasien di
pelayanan kesehatan.
Kolaborasi antar profesi kesehatan adalah satu usaha untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Seperti halnya pendapat Hind (2003) yang menyebutkan bahwa kolaborasi adalah
satu usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Kolaborasi ini begitu luas dalam
pemaknaannya. Dalam tulisan ini penulis ingin memandang kolaborasi dari system pendidikan.
Mengapa pendidikan? Hal ini dikarenakan dasar suatu pembentukan karakter adalah pendidikan,.
Kemampuan Kolaborasi adalah suatu karakter yang membutuhkan pembentukan melalui
pendidikan formal.
Melalui Interprofesional education (IPE) diharapkan berbagai profesi kesehatan dapat
menumbuhkan kemampuan antarprofesi, dapat merancang hasil dalam pembelajaran yang
memberikan kemampuan berkolaborasi, meningkatkan praktik pada masing-masing profesi
dengan mengaktifkan setiap profesi untuk meningkatkan praktik agar dapat saling melengkapi,
membentuk suatu aksi secara bersama untuk meningkatkan pelayanan dan memicu perubahan;
menerapkan analisis kritis untuk berlatih kolaboratif, meningkatkan hasil untuk individu,
keluarga, dan masyarakat; menanggapi sepenuhnya untuk kebutuhan mereka, mahasiswa dapat
berbagi pengalaman dan berkontribusi untuk kemajuan dan saling pengertian dalam belajar
antarprofesi dalam menanggapi pertanyaan, di konferensi dan melalui literatur profesional dan
antarprofesi.
Interprofesional education (IPE) memiliki banyak manfaat dalam sistem dunia pendidikan
kesehatan. Profesi-profesi kesehatan yang dilahirkan melaluiInterprofesional education (IPE)

diharapkan dapat menjunjung tinggi nilai profesional masing-masing profesi kesehatan yang
berbasis kolaborasi. Dilain sisi, Interprofesional education (IPE) tidak akan berjalan lancar jika
tidak didukung oleh SDM pendidik, sistem kurikulum, fasilitas, dan antusias mahasiswa
didalamnya. Tujuan dari IPE bagi mahasiswa adalah untuk belajar bagaimana berfungsi dalam
tim interprofesional dan membina pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam praktek masa
depan mereka, yang pada akhirnya menyediakan perawatan pasien interprofesional sebagai
bagian dari sebuah tim kolaboratif dan difokuskan pada peningkatan hasil pasien. Tim
interprofesional terdiri dari anggota dari profesi kesehatan yang berbeda yang memiliki
pengetahuan khusus, keterampilan, dan kemampuan.
IPE telah terapkan di universitas dengan jurusan ilmu kesehatan di berapa Negara dan
banyak penelitian yang telah dipublikasikan dalam beberapa jurnal ilmiah. Seperti halnya
penelitian Ker et. al., (2007) yang menyebutkan bahwa persepsi mahasiswa tentang pelaksanaan
IPE sudah bernilai positif. Penelitian Coster et. al. (2008) tentang kesiapan mahasiswa terhadap
IPE menunjukkan rata-rata skor yang tinggi untuk mahasiswa keperawatan, kebidanan,
kedokteran gigi, kedokteran, fisioterapi, farmasi, gizi kesehatan dan terapi okupasi..
Pelayanan mutu di Indonesia sudah mengalami peningkatan dengan perubahan system
pelayanan kesehatan. Berdasarkan beberapa pendapat dan penelitian para ahli IPE dapat
dijadikan sebagai salah satu peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.
Menurut data DIKTI (2006) terdapat 12 Universitas Negeri di Indonesia yang
menyelenggarakan pendidikan formal profesi kesehatan yang didalamnya terdapat program
pendidikan dokter dan pendidikan keperawatan. Dengan adanya universitas yang
menyelenggarakan beberapa program pendidikan profesi kesehatan akan sering terjadi interaksi
dan berkolaborasi antar profesi kesehatan. Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan untuk
pengembangan konsep IPE di Indonesia. Sudah seharusnya isu mengenai IPE dikembangkan dan
ditindak lanjuti dengan serius.
FK UGM adalah salah satu Fakultas yang menyelenggarakan program pendidikan tiga
profesi yang berbeda yakni : Pendidikan dokter, Ilmu keperawatan dan gizi kesehatan. FK UGM
sudah memulai dalam pengembangan IPE dalam grand design pendidikan yang terintegrasi yang
dicoba dikembangkan oleh bagian pendidikan Kedokteran (BPK) FK UGM. Beberapa pilot
research telah dilakukan dalam usaha pengembangan Interprofessional education. Penelitian
Fauziah (2010a) menyebutkan bahwa mahasiswa profesi FK UGM yang terdiri dari program
profesi Dokter dan Ners mempunyai persepsi dan kesiapan yang baik terhadap IPE. Seperti
halnya penelitian Ala (2010) juga menyebutkan bahwa mahasiswa tahap akademik atau tahap
sarjana FK UGM yang terdiri dari Program studi Pendidikan dokter, ilmu keperawatan dan gizi
kesehatan mempunyai persepsi dan kesiapan yang baik.
Pengaplikasian IPE dapat berupa kuliah pakar dari beberapa latar belakang pendidikan
seperti dokter, perawat dan ahli gizi, serta diskusi dalam pemecahan kasus dengan pendekatan
dari beberapa aspek kesehatan. pendekatan dua metode ini dalam simulasi program IPE dapat
meningkatkan sikap Mahasiswa FK UGM tentang kolaborasi menyelesaikannya. (Fauziah,
2010b).

Namun, IPE di Indonesia mamasuki tahap awal yang membutuhkan kerjasama dari
berbagai pihak dan berbagai sektor dalam dunia pendidikan kesehatan. Karena masih termasuk
sesuatu perubahan yang baru, masih banyak bagian yang butuh perhatian lebih mendalam
misalnya dalam hal sosialisasi Interprofesional education (IPE) yang ternyata masih belum
mencapai semua instansi-instansi penndidikan kesehatan. Di lain sisi, SDM pendidik dalam
Interprofesional education (IPE) yang masih belum mencukupi untuk kebutuhan di Indonesia,
dan ditambah lagi dengan isu ego profesi dimana merasa sebuah profesi lebih penting dan
memiliki derajat dan hak yang lebih superior dibandingkan profesi lain yang kenyataannya
sampai sekarang sebagian masih bertahan dengan pola pikir yang ternyata membatasi bangsa kita
untuk
berkembang
lebih
baik
lagi.

Kesimpulan
IPE seharusnya dikembangkan di Indonesia dengan beberapa dasar penelitian baik di luar
negeri maupun di Indonesia sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.

Referensi
Interprofessional Education Collaborative Expert Panel. (2011). Core competencies for
interprofessional collaborative practice: Report of an expert panel. Washington, D.C.:
Interprofessional Education Collaborative
Coster, S., 2008. Interprofessional Attitudes Amongst Undergraduate Students In The Health Professions:
A Longitudinal Questionnaire Survey. International Journal of Nursing Studies[serial online]
[cited
2009
may
14]
:45
(2008);
16671681.
Available
from:
URL
:HTTP://www.elsevier.com/ijns
Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. 2006. Jumlah Universitas Negeri di Indonesia. Available from:
HTTP://www.dikti.go.id.
Hind M., Norman I., Cooper S., Gill E. 2003. Interprofessional Perception of Health Service student.
Journal Interprofessional care [serial online] [cited 2009 may 15]: 17 (1); 21-34 available from
HTTP://www.ncbi.nlm.gov/pubmed/12772467
Ker, J. Mole, L. Bradley, P. 2003. Early Introduction to Interprofessional Learning: A Simulated Ward
Environment. Medical Education, 37:248255
World Health Organization. 1988. World Health Report 2006: Working Together for Health.[cited 2009
April 22]. Available from URL:HTTP//www.who.int/hrh/professionals/announcement.pdf
Lee, R., 2009. Interprofessional Education: Principles and Application. Pharmacotherapy [Serial online]
[cited 2009 June 29]: 29 (3); 145e164e. Available from: URL :HTTP://www.accp.com
Mendez, P., 2008. The potential advantages and disadvantages of introducing interprofessional education
into the healthcare curricula in Spain. Nurse Education Today [serial online] [cited 2009 may 18]:
(2008) 28; 327336. Available from: URL :HTTP://www.elsevier.com/journal/nedt
Fauziah, F. Sedyowinarso M. Kristina M., 2010. Analisis Gambaran Persepsi dan Kesiapan Mahasiswa
Profesi Terhadap Interprofessional Education di tatanan pendidikan klinik. Skripsi S1
Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, tidak diterbitkan
Ala, MZ. Sedyowinarso, M. Harjanto T.,2010. Gambaran Persepsi dan Kesiapan Mahasiswa Tahap
Akademik Terhadap Interprofessional Education di FAkultas kedokteran UGM. Skripsi S1
Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, tidak diterbitkan
Fauziah, F. Ala, MZ. Astuti F. Rahayu G.,2010. Interprofessional Education (IPE) sebagai Inovasi Baru
Kurikulum Pendidikan Profesi Kesehatan: Simulasi Pembelajaran IPE Mahasiswa FK UGM.
Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian DIKTI. Tidak diterbitkan.

Barr, H. (1998). Competent to collaborate: towards a competency-based model for

interprofessional education. Journal of Interprofessional Care, 12(2):181-186

Anda mungkin juga menyukai