ABDULLAH ANGOEDI
SEJARAH
IRIGASI
DI INDONESIA
1
~ - I~ r' •_)
. ~ -- --I --
3 A ;' ~
--
\ -.J
N . I. : 1..;. I
/ .
1-J. K.: 6:t.
SAMBUTAN
Dari sejarah dunia kita dapat mempelajari bahwa banyak
negara-negara di Benua Asia dan Afrika yang sekarang berupa padang
pasir, pada zaman dahulu kala merupakan negara yang subur dengan
"SUDgai-sungai yang mengalir jernih dan hutan-hutannya yang lebat,
akan tetapi dewasa ini keadaannya banyak yang berobah dan lahan
telah menjadi tandus. Hal itu terjadi karena bangsa yang bersangkutan
pada zamannya telab mengabaikan menjaga kelestarian sumber-sumber
air dan kurang pandai mengelola air dengan baik.
)
KATA
PENGANTAR
ii
Konsep Kedua, yang mengandung beberapa perbaikan dan
pelengkapan konsep pertama, dapat diselesaikan dalam bulan
Mei 1984 (buku kuning) dan akhirnya pada tanggal 18 September
1984 telah diadakan pembahasan atas isi konsep sejarah
irigasi di Indonesia.
Pada ke)empatan ini Penulis menyampaikan terima kasih atas
saran-saran yang telah diberikan pada rapat pembahasan
terse but.
iii
Perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih sebesar-
besarnya atas bantuan dari semua pihak, juga kepada mereka
yang tak sempat disebut namanya.
iv
DAFTAR-
ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
v
Bah 4 : AWAL KOLONIALISME BELANDA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
vi
Bab 6 : INDUSTRI GULA DI PULAU JAWA 117
vii
Bab 8 : BA:\GUN.-\."1-BAr-.!GUNAN SETELAH PERANG DUNIA II (1945) 10 l
viii
RALAT
ii berdomesili berdomisili
setelah setebal
iii buk-buku buku-buku
v banpnan Banpnan
vi padi Padi
vii Disingkat DitinJkat
3. barat Barat
4. berual berhasil
6. kepala kelapa
8. ben gala Bengala
13. mellimpah melimpah
14. irrigate irigasi
15. salura-saluran saluran -saluran
15. pematan-pematang pematang-pematang
denp denpn
16. menjadi ...••...•. menjadi prasarat
20. bertumbuhan pertumbuhan
3
abad-abad sebelum tarikh Masehi memasuki lembah K. Brantas
kira-kira sampai kota Kediri sekarang.
Mereka menetap disana dan mengerjakan apa yang mereka
ketahui dari tanah asalnya, bercocok tanam padi kering.
Tanaman padi-kering mereka berasal berkat tanah volkanik
subur yang mereka temui didaerah ini.
4
Bukti lain adalah fakta, bahwa tiada satupun kata yang
menyangkut padi-sawah berasal dari bahasa Sansekerta.
Ada lagi suatu teori, bahwa padi-sawah tidak berasal dari
padi-kering, tetapi ditanam orang pertama-tama ditanah-tanah
rawa dan kemudian pada tanah-tanah sawah.
Teori mana yang benar, tidak dapat dianalisa secara tajam,
karena memang bukti-bukti tidak ada.
Memang zaman Prasejarah bagi kita sukar diungkapkan,
semuanya serba gelap.
Sebelum kita melanjutkan uraian sejarah irigasi, marilah
kita membicarakan lebih dulu beberapa ayat mengenai padi,
tanaman yang merupakan tujuan utama dalam usaha irigasi,
supaya penanamannya dapat dilestarikan.
s
Dalam pada itu Batara Guru tak dapat menahan dirinya.
turon kedunia dan menemui putri cantik ciptaannya. Tetapi putri
cantik tak· kuat menerima cinta Batara Guru dan meninggal
dalam pelukannya. Namanya diruhah menjadi Tisna Wati dan
jenasahnya dikuhur didunia. 40 hari kemudian terlihatlah cahaya
sekeliling makamnya dan heherapa tanaman aneh muncul disitu.
Pohon kepala muncul ditempat kepala Tisna Wati terkuhur, padi
dan pohon aren ditempat hadan, sedang pohon huah-huahan
tumhuh ditempat tangan dan uhi-uhian tumhuh ditempat kaki.
6
menyantapnya sebagai pengganti nasi.
Sayang sekali bahwa legencta tidak menceritakan lanjutan dari
kedua permintaan yang lain dari Dewi Tisna W ati. sehingga
legenda ini berakhir disini.
Lokasi Patung /)ewi Sri di De.'ill Simbatan Kecamatan Takaan Kebupaten Jlagetan
7
Karena mempunyai sifat-sifat yang baik itu maka tidak
mengherankan, bahwa lebih dari separuh penduduk dunia
menganggap beras sebagai makarian pokoknya.
Di benua-benua, Afrika dan Asia sendiri terdapat
macam-macam jenis padi liar. Tidak selalu mungkin untuk
membuktikan apakah padi itu menjadiliar ataukah memang
jenis-jenis asli di benua-benua itu. Oleh sebab itu untuk waktu
yang lama tidak diketahui dengan pasti tanah asal tanaman padi.
Baru kemudian, setelah para ahli biologi mengadakan studi
lebih mendalam mengenai kromosom jaringan inti padi,
terungkaplah, bahwa di Bagian Utara Benggala di India terdapat
paling banyak jenis padi asli. Atas dasar penelitian itu maka
diambil kesimpulan, bahwa tanah asal padi adalah Bagian Utara
Benggala, India.
8
Sejak dahulu kala hingga saat ini kedua jenis padi yang
pertama ditanam dibumi Indonesia, tetapi luas penanaman yang
jauh lebih besar adalah padi-sawah.
Padi rawa terdapat di Kalimantan dan satu jenis padi rawa
ditanam pula pada tanah-tanah pasang-surut di Kalimantan dan
Sumatera.
Didaerah-daerah terpencil dan jauh dari masyarakat yang
sudah maju, digunung-gunung hingga kini masih ada penanaman
padi tanah kering, yang ditanam pada tanah bekas hutan, yang
baru dibuka. Tanah yang akan ditanami tidak diolah lebih dulu.
Sisa-sisa hutan di bakar sampai habis dan padi ditanam pada
tanah dengan memasukkan butir-butir gabah pada lubang tanah,
yang dibuat dengan mempergunakan sebatang kayu yang
diperuncing ujungnya. Tanah asli tentu saja tidak rata karena
memang tidak diolah lebih dulu.
9
1. Daun-daun tumbuhan hutan .yang gugur dan bertumpuk
diatas tanah sudah cukup lama berkesempatan melapuk dan
membentuk lapisan humus yang subur.
2. Sinar terik matahari tak pemah sempat membakar tanah,
sehingga kesuburan terpelihara.
3. Tetesan air hujan tak pemah langsung menghantam tanah,
sehingga tanah tidak menjadi padat.
4. Dalam tanah sempat tumbuh bakteri-bakteri yang baik bagi
pertumbuhan tanaman.
10
Dalam masyarakat dimana penduduknya sudah menetap
dan terikat oleh pemilikan hak atas tanah berjangka panjang,
kadang-kadang padi tanah kering masih diusahakan orang
dengan luas terbatas dan dinamakan padi gogo.
Supaya panen berhasil diperlukan pemupukan cukup banyak
dengan pupuk kandang dan pupuk buatan.
1. 5. Padi sawah.
11
Bila kekurangan air lebih parah lagi sampai lapisan tanah
mengering, maka pada tanah liat akan timbul pecah-pecah
pada lapisan ini, sehingga akar tanaman padi dirobek-robek dan
tanaman tak dapat ditolong.
Untuk mengatasi itu sernua, timbul usaha untuk memberi
air kepada tanah sawah secara buatan dan lahirlah apa yang
kemudian dinamakan irigasi.
Oleh karena padi sawah ditanam dalam musim hujan,
maka sebenamya irigasi hanya perlu untuk menjembatani
masa-masa tanpa curah huj1.n.
Masalah padi gadu, yaitu padi yang ditanam dimusim
kemarau belum dibicarakan pada taraf ini, karena masalahnya
baru timbul setelah penduduk makin bertambah.
12
Tanah antara saluran dan sungai, yang jelas akan dapat diberi
air, dibagi-bagi dalam bidang-bidang yang datar, diatas tanah
mana air dapat digenangkan.
Demikianlah terbentuk sawah, yang merupakan wahana untuk
ditanami padi.
Untuk mengusahakan supaya air sungai lebih mantap
mengalir kesaluran, dibuatlah bendung dari tumpukan batu-batu
kali, yang dibuat agak rapat dengan mempergunakan jerami atau
apa saja yang terdapat setempat.
Jelas, bahwa konstruksi bendung sederhana ini akan
rusak, bila sungai membanjir agak besar. Tak mengapalah.
Secara gotong-royong dibuatlah tumpukan batu kali baru oleh
petani yang berkepentingan.
Kalau bendung sederhana semacam ini sering rusak, maka
petani terlalu banyak waktunya terbuang untuk memperbaiki
ben dung.
Padahal sebenarnya tenaganya diperlukan untuk memelihara
tanaman. Oleh karena itu sejak dahulu kala orang berusaha
untuk membuat bendung yang lebih tahan terhadap banjir
sunga1.
13
Meskipun padi ditanam dimusim hujan, tidaklah jarang
terjadi, bahwa hujan tak kunjung datang lagi, sehingga padi
menderita kekurangan air. Bila hal ini terlalu sering terjadi, maka
hal ini mau tak mau mengganggu pertumbuhan tanaman padi.
14
ataukah menanamnya pada sawah. Yang jelas kedua cara
penanaman sejak zaman purba hingga kini masih dikerjakan
orang.
15
Pada tanah liat yang pecah-pecah diwaktu kering kekurang-
an air tanliman padi menderita karena susunan akarnya dapat
rusa.k karena tanah seperti dirobek-robek.
Setelah selesai Perang Dunia ke II terjadilah didunia
revolusi dalam pertanian, the green revolution, yang disebabkan
diketemukannya di dunia Barat bibit unggul, obat-obat kimia
penyubur tanaman disamping obat-obat anti hama.
Demikianlah di Indonesia pun ada kesempatan untuk meningkat-
kan produksi beras, hal mana memang amat diperlukan
berhubung daerah-daerah pertanian sebelum perang beserta
peraturan-peraturan selama revolusi fisik untuk kepentingan
pertanian banyak diabaikan orang, sehingga hasil pertanian amat
merosot dan bahaya kelaparan dapat mengancam.
16
3. mempergunakan pupuk kandang dan pupuk buatan
4. memberantas hama dan penyakit dengan obat-obat anti
ham a
5. menanam bibit unggul.
1. 9. Gogo - rancah
Sambi/ menunggu Hujan turun Para Petani menyiopkan lohannya untuk ditanami
Gogo Rancah.
17
susunan akarnya menjadi cocok untuk padi sawah biasa. Hasilnya
lebih baik dari pada padi gogo.
Inilah yang dinamakan gogo rancah.
18
Bila penyediaan air meragukan, lebih baik dianggap sebagai gogo
saja.
19
Kegiatan pembuaran jarillgan Pengairan Psallg-Surnr.
20
BAB 2
KEDATANGAN KEBUDAYAAN
INDIA
21
2. KEDATANGAN KEBUDAYAAN INDIA
23
Tempat-tempat pemukiman ini makin berkembang dan
disekeliling pemukiman-pemukiman ini berkembang pula areal-
areal pertanian, yang diusahakan bersama semula kecil-kecilan
tetapi lama-kelamaan menjadi makin luas.
Kira-kira beberapa abad sesudah tarikh Masehi bangsa
India pertama kali menginjakkan kaki di Bumi Indonesia.
Mereka membawa dua buah agama, yaitu agama Hindu dan
agama Budha.
Suatu fakta adalah, bahwa kedatangan bangsa India menyebab-
kan terjadinya perubahan pada peri-kehidupan bangsa Indonesia,
teruama sekali di Pulau Jawa.
Di Pulau Jawa bangsa Indonesia belajar mengatur
Pemerintahan menurut cara-cara India. Demikianlah susunan
organisasi Pemerintahan Desa mengikuti cara-cara di India.
Kemudian bahkan Pemerintah Kerajaan-kerajaan mulai tumbuh.
Kerajaan tertua di Indonesia adalah Kerajaan Kutai di
Kalimantan Timur, yang didirikan tahun 400. Kemudian
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, yang diperintah oleh Raja
Purnawarman yang dikenal sebagai Raja yang baik.
Sejak zaman ini berita-berita mulai dibuat orang,
sehingga kita tidak lagi terlalu gelap gulita dalam mengungkap-
kan masa lampau.
Ada berita Cina bertahun 664, yang mengatakan bahwa
utusan dari Kerajaan Mo-lo-you ( = Melayu ) telah datang
memperkenalkan hasil buminya untuk perdagangan.
Menurut berita itu I-Tsing seorang pendeta Cina berangkat
dari Kanton tahun 671 mau ke India, tetapi singgah dahulu di
Sriwijaya selama 6 bulan untuk belajar bahasa Sansekerta.
Ini suatu bukti bahwa Kerajaan di Sumatera itu berada dibawah
pengaruh kebudayaan India.
Tahun 692 1-Tsing datang lagi ke Sriwijaya, tetapi setelah
itu tidak ada berita lagi tentang kerajaan ini sampai tahun 1275.
Juga tidak ada petunjuk, bahwa dalam bidang irigasi terjadi
sesuatu yang penting.
24
2.1. Bangunan Irigasi yang pertama di Jawa-Timur
25
Mungkin itulah sebabnya mengapa hingga sekarang bahasa Jawa
dipakai oleh jumlah orang paling banyak sebagai bahasa daerah.
Prasasti Harinjing didekot kota Jombang (Pare) c!i deSD Simon Krajan
PraSDsti yang asli disimpan di Mesium Nasional No. D. I 73.
26
Bekas banguMn 1/arinjing / Dawuan Srinjing.
27
Masalah Harinjing (Kanton, Jawa Timur) yang duluan
disebut sebagai bangunan tertua dengan ini harus menyerahkan
kedudukan terhormatnya kepada K. Cakung, sebab Harinjing
baru dibuat dalam tahun 804.
28
2.3. Kali Brantas dan Gunung Kelut.
29
Dibelokan-belokan sungai ditempat-tempat itu terkumpul
baban erupsi banyak sekali terutama dalam tabun-tabun pertama
sesudab terjadi erupsi Gunung Kelut. Sebenarnya keadaan seperti
itu bingga kini masib tetap ada. Akan tetapi dizaman modern
sekarang ini segala sesuatu lebib mudah untuk diobservasi dan
diawasi, sebingga babaya dapat ditekan dengan baik.
30
2.4. Lahimya Hayam Wuruk
31
2.5. Rehabilitasi bangunan irigasi pertama
32
lama, yang sejak lama tak berfungsi lagi.
Kesemuanya menunjukkan, bahwa dahulu telah ada irigasi yang
terorganisasi didaerah-daerah itu.
33
Sayang sekali bahwa data yang ada tidak menyebut dimensi
bangunan-bangunan.
Hanya salah seorang Ahli Sejarah menyebut, bahwa sebuah
waduk didaerah Pikatan berukuran cukup besar, yaitu 175 meter
kali 350 meter dan air yang dapat ditampungnya sebanyak
350.000 m3.
Bendungan juga dipakai untuk keperluan pertahanan pada
zaman Majapahit.
Lokasi bendungan ada diluar kota, bendungan dapat dibuka dan
mengalirkan air untuk menggenangi jalan masuk kekota, jadi
menahan /memperlambat musuh yang datang.
Demikianlah terdapat bukti-bukti, bahwa ibu kota Majapahit
mempunyai sistem pertahanan untuk menahan pendatang diluar
kota.
34
pemakai air, yang kondisinya jauh berbeda satu dengan lainnya.
1). Rakyat petani penanam padi dan palawija, hanya
menguasai tanah amat terbatas, sedang untuk bercocok tanam itu
ia tidak punya modal, hanya pas-pasan saja, asal dapat bertani
saja.
Keuntungan yang diuperolehnya tidaklah seberapa dan dalam
mengolah tanah dan menanam tanaman ia amat tradisional,
terikat secara naluri kepada usaha nenek moyangnya, selalu padi
dan palawija, tidak pemah menanam tanaman yang dapat
dipasarkan dipasaran dunia.
2). Pengusaha pabrik gula berstatus penjajah, dapat
menyewa tanah untuk ditanami tebu cukup luas, dapat
memproses pembuatan gula secara efisien dan dijual
dipasaran dunia dengan harga yang amat meng-
untungkan. Dengan demikian pabrik-pabrik gula
dapat memupuk modal dan menjadikannya menguasai
modal besar dengan segala kemungkinan yang dapat
diraihnya.
TanaTTUJn Tebu
35
Kalau kedua jenis pemakai air tersebut dipersatukan dalam
suatu subak dengan konsekwensi tunduk pada peraturan-
peraturan yang demokratis itu, maka subak itu tidak akan dapat
berjalan.
Jadi : Kalau di Pulau Jawa pernah ada subak, maka subak itu
telah mundur fungsinya sejak pihak Belanda berusaha menanam
tebu di Pulau Jawa.
Ada bukti-bukti bahwa subak di Bali sudah ada sedikitnya 3
abad sebelum zaman Majapahit di Jawa.
Subak di Bali meliputi kumpulan sawah-sawah, yang
dimiliki oleh banyak orang, yang semuanya mendapat air irigasi
dari satu sistem irigasi.
Subak merupakan Badan otonomi dan tidak ada hubungan
sesuatu apa dengan Pemerintah desa.
36
rapat Subak di Bali
37
Sa wah beningkat yang sedang dan te/ah siap dikerjakan
38
__ _ _ _ _ BAB 3
KEDATANGAN ISLAM DAN
ORANG-ORANG BARAT
39
3. KEDATANGAN ISLAM DAN ORANG-ORANG BARAT.
41
Justru pada saat Majapahit menjadi lemah itu ajaran Islam
masuk di Indonesia. di pantai utara Pulau Jawa, yang sering
didatangi pedagang-pedagang dari Arab tumbuh pula negara
Islam seperti Banten, Cirebon, Demak ( melalui Jepara ).
Kerajaan Demak dibawah pimpinan Raden Patah · dapat
maju dan pada tahun 1478 suriah cukup kuat untuk mengambil
alih kekuasaan kerajaan Majapahit yang sudah lemah itu.
Selama berkuasanya kerajaan Islam, tidak diperoleh data
tentang perkembangan irigasi di Negeri ini.
42
3.3. Kedatangan orang-orang Belanda
43
Untuk mengambil alih kekuasaan di Banten, Sultan Haji secara
diam-diam minta bantuan Kompeni ( V.O.C. ).
Pada tahun 1680 memang benar kekuasaan Banten berpindah
tangan dari ayahnya kepadanya.
Tetapi untuk bantuan itu Sultan Haji harus membayar mahal.
VOC menuntut sebagai imbalan fasilitas-fasilitas lebih besar dan
pada tahun 1684 VOC telah menguasai sepenuhnya kerajaan
Banten.
44
terhadap benteng-benteng VOC di Batavia. Benteng Hollandia
dapat dihancurkan, tetapi benteng Bommel tetap bertahan.
Dalam pengepungan yang diadakan, J.P. Coen meninggal karena
penyakit kholera. Penyerangan pasukan Mataram ini terpaksa
juga gagal, dan mengundurkan diri karena kepayahan dan
kelaparan.
Sultan Agung mendapat pengalaman berharga dan
menyadari bahwa masalah perbekalan harus dipecahkan dengan
baik lebih dulu.
Untuk itu ia kemudian mengirim prajurit-prajurit Mataram
untuk bermuk\m di Krawang dan Sumedang untuk membuka
persawahaan sebagai calon tempat persediaan beras untuk
penyerangan ke Batavia yang akan diadakan lagi kemudian.
Sayang sekali bahwa rencana jangka panjang tidak dapat
dilaksanakan, karena Sultan Agung keburu wafat tahun 1645.
Pengganti Sultan Agung tidak berkepribadian cukup kuat untuk
melanjutkan usaha ayahnya.
45
banyak kapal-kapal Portugis, India dan Cina yang berlabuh di
Sombaopu.
Tetapi Pembesar-pembesar Gowa mendengar rencana Kompeni
itu dari pelaut-pelaut Jepara, sehingga pada waktu armada
Kompeni datang di Makasar tidak ada kapal makasar ataupun
Asing, semuanya sudah berangkat ketujuan masing-masing.
Karena Kompeni tidak mampu untuk mengejar-ngejar
armada Gowa yang lincah, maka Kompeni mengajak berdamai.
Tetapi sekitar tahun 1638 permusuhan meletus lagi. Akhirnya
diadakan perjanjian antara VOC dan Raja Gowa, yang mengakui
hak-hak Kompeni.
Meskipun demikian karena laut yang cukup luas itu, per-
dagangan rempah-rempah gelap antara pedagang-pedagang
Gowa dengan Portugis, Inggris, Prancis dan Denmark masih
dapat diadakan juga. Dengan demikian suasana damai diselingi
oleh insiden-insiden bersenjata.
Setelah terjadi perang terbuka pada tahun-tahun 1655 dan
1667 maka akhirnya dicapai persetujuan damai dengan
pengakuan hak monopoli pihak VOC. Dalam perang terakhir
pihak Belanda dibantu oleh Aru Palaka, Raja Bone.
46
Untung Surapati adalah seorang putra Bali, yang masuk
Tentara Kompeni.
Karena kepribadiannya yang kuat, ia berhasil naik pangkat
menjadi Letnan.
Pada suatu ketika ia mengalami penghinaan atas kebijaksa-
naannya oleh seorang bawahannya berbangsa Belanda. Peristiwa
itu membuat ia menyatakan keluar dari dinas Belanda dan
mengadakan perlawanan terhadap Kompeni. dari daerah Priang-
an Kemudian ia mundur ke Kartasura. Kapten Tack yang dikirim
ke Kartasura berserta pasukannya untuk menangkap Surapati,
terbunuh beserta pasukannya. Kemudian Surapati berpindah ke
Jawa Timur dan bertindak sebagai Raja Kecil.
Amangkurat II wafat tahun 1703 dan diganti oleh putranya,
Amangkurat III atau Sunan Mas. Akan tetapi Sunan Mas digeser
dari kedudukannya dengan ancaman bayonet Kompeni dan
Pakubuwono I naik tahta. untuk jasa ini Kompeni memperoleh
sisa wilayah jajahan Mataram di Jawa Barat.
Sunan Mas merasa diperlakukan tidak adil dan meng-
gabungkan diri dengan Surapati di Jawa Timur.
Tahun 1706 Belanda mengirim tentara yang kuat ke Jawa
Timur dan berhasil mematahkan perlawanan Surapati. Surapati
gugur dalam mempertahankan benteng Bangil.
Pada tahun 1752 bulatlah sudah penguasaan Pulau Jawa
dan Lampung oleh Kompeni.
47
Didaerah Maluku, Ternate dan Tidore, Raja-raja sudah
tidak mempunyai hak apa-apa lagi. Mereka tidak boleh
berdagang bahkan dilarang menanam rempah-rempah. Untuk itu
mereka diberi gaji tahunan dari Kompeni. Penanaman rempah-
rempah di batasi pada kepulauan Banda dan Ambon, dimana
rakyat di paksa bekerja dengan upah rendah sampai mendekati
perlakuan seperti budak.
Dalam tahun 1795 terjadi pula pergolakan di Negeri
Belanda, yaitu didudukinya Hegara itu oleh pasukan-pasukan
revolusioner Perancis, yang telah bergolak menumbangkan
Feodalisme di negaranya.
Raja Perancis terakhir Louis ke XVI telah mati dibawah
guillotion. Struktur kenegaraan Belanda dirubah menjadi
Republik Batavia dibawah perlindungan Perancis.
Raja Belanda Willem V mengungsi ke Inggris.
Dari Inggris ia memerintahkan penguasa-penguasa VOC untuk
"menitipkan" milik-milik Kompeni kepada Inggris untuk
mencegah direbutnya milik-milik itu oleh Perancis. Inggris akan
mengembalikannya kelak hila bahaya dari Perancis tak ada lagi.
Daerah-daerah Kompeni yang diambil alih oleh Inggris adalah
Sumatera Barat, Ambon dan Banda.
Gubernur Jenderal VOC di Batavia tidak mau tunduk
kepada perintah Willem V dan mengadakan persiapan untuk
melawan pendaratan Inggris hila datang di Batavia. Tetapi
Inggris tak pernah datang. Perubahan Pemerintahan di Negeri
Belanda telah merubah pula kebijaksanaan mengenai VOC. Pada
tahun 1798 diputuskan untuk membubarkan VOC. Hutang-piu-
tang dan segala miliknya diambil alih oleh Negara terhitung mulai
31 Desember 1799.
3. 8. Perang Diponegoro
48
istiadat. Karena tidak tahan melihat makin merosotnya keadaan
di Keraton, ia menyingkir keluar kota sebelah Barat Yogyakarta.
Pada tahun 1825 terjadi pertentangan dengan pihak
Belanda · karena tanpa sepengetahuan Pangeran, orang-orang
suruhan Belanda telah memasangi patok-patok didaerah Tegal-
rejo sebagai persiapan untuk membuat jalan· Rencana jalan itu
melewati tanah pemakaman leluhur Diponegoro. Sang Pangeran
menyuruh mencabut patok patok itu dan untuk ini ia harus
mempertanggung jawabkannya kepada Residen Smissaert.
Smissaert sebelumnya telah minta kepada paman Diponegoro,
pangeran Mangkubumi untuk membawa Diponegoro ke Keresi-
denan. Tetapi Diponegoro menolak panggilan, bahkan Pangeran
mangkubumi menggabungkan diri dengan Diponegoro.
Tanggal 20 Juli 1825 pasukan Belanda datang dan menembakkan
meriamnya kerumah Diponegoro di Tegalrejo.
dimulailah perang Diponegoro. Belanda dibantu oleh kesunanan
Surakarta, Mangkunegaran dan Kesultanan Yogyakarta.
Sebaliknya banyak bangsawan, ulama dan petani mengga-
bungkan diri dengan pasukan Diponegoro. Kyai Mojo, seorang
ulama besar dari d!eraJl Surakarta ikut Pangeran Diponegoro,
demikian pula Sentot Ali Basah Prawirodirdjo seorang bangsawan
muda yang diangkat menjadi Panglima perang.
Perang Diponegoro tidak terbatas kepada daerah
Yogyakarta saja, tetapi meluas di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Banyak Bupati. dan ulama memihak Diponegoro. Dengan pasukan
kudanya Diponegoro dapat bergerak cepat dan memperoleh
banyak kemenangan. Pasukan Diponegoro merebut daerah
Pacitan, Purwodadi, sedang di Banyumas, Pekalongan, Se-
marang, Rembang, Madiun dan Kertosono terjadi pertempur-
an-pertempuran.
49
Tetapi sejak 1827 Belanda mulai unggul, berkat kedatang-
an banyak pasukan bantuan dari Sumatera Barat dan Sulawesi
Selatan.
Panglima Jenderal De Kock melaksanakan apa yang disebut
sistem benteng Belanda mendirikan benteng-benteng di daerah
yang dikuasainya sedang diantara benteng-benteng dibuat jalan
perhubungan darat. Dengan sistem ini maka pergerakan pasukan
Diponegoro menjadi sulit dan tiap kesatuan terpaku pada daerah
terbatas.
Pada tahun 1828 Kyai Mojo ditangkap secara licik dan
dibuang ke Minahasa, dimana ia wafat pada tahun 1849,
dimakamkan di Tondano.
Pangeran Mangkubumi menyerah pada tahun 1829. Putra
Diponegoro, yaitu Pangeran Dipokusumo masih tetap bertahan.
Belanda menjanjikan hadiah uang sebesar 20.000 ringgit bagi
siapa yang dapat menangkap Diponegoro hidup atau mati.
50
- ------ _ _ _ _ BAB 4
AWAL KOLONIALISME
BELANDA
51
4. A WAL KOLONIALISME BELANDA
54
dan kemudian oleb pemerintab Hindia-Belanda.Raffles ini sudab
terpengarub oleb faham baru yang didengungkan dalam revolusi
Perancis : kebebasan, persamaan dan persaudaraan bagi semua
warga Negara.
Sebenarnya fabam baru ini sudab didengungkan pada akbir
abad 18 oleb seorang idealis Belanda sendiri benama Dirk van
Hogendorp, yang berpendapat petani Jawa bidup penub derita
sebagai akibat cara Pemerintaban VOC yang penub paksaan dan
pengbisapan.
55
dari rakyat. Sistem baru ini pada dasamya kembali kepada
zaman VOC, dimana unsur paksaan amat menonjol.
56
4.4. Praktek-praktek dalam sistem Tanam Paksa.
57
Sisanya untuk tanaman rakyat.
Terdorong oleh bayangan memperoleh insentif besar,
pegawai-pegawai Pemerintah mengambil lebih dari 20%
dari tanah penduduk, kadang-kadang sampai separohnya.
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk bercocok tanam tanaman
wajib tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk
menanam padi.
Pasal inipun baik sekali supaya sebagian besar waktu dan
tenaga Petani ditujukan kepada penanamannya sendiri untuk
pasaran lokal.
Dalam prakteknya para petani dipaksa mencurahkan lebih
banyak perhatian kepada tanaman wajib, sehingga tanaman-
nya sendiri terlantar.
4. Bagian tanah, yang disediakan untuk Tanam Paksa,
dibebaskan dari Pajak Tanah.
Pasal ini pun masuk akal sehat.
Tetapi dalam prakteknya ketentuan ini tidak dihiraukan.
Buktinya Pajak Tanah selama ada Tanam Paksa tidak turun,
sebaliknya meningkat.
5. Jika harga hasil bumi yang diserahkan kepada Pemerintah
ternyata lebih besar dari pada Pajak Tanah yang harus
dibayar oleh petani, maka selisihnya dikembalikan kepada
pet ani.
Ketentuan yang baik inipun dalam prakteknya tidak di
pegang teguh. Para petani waktu itu banyak, kalau tidak
dikatakan semua buta huruf dan tidak mengetahui haknya
masing-masing, sehingga mereka menyerahkan segala sesua-
tunya kepada Kepala Desa dan Bupati.
Dalam keadaan tanpa kontrol itu dapat difahami, bahwa
banyak oknum yang sampai hati mengelabui para petani.
Demikianlah dalam hal ini petani lagi-lagi harus merugi.
6. Pemerintah akan menanggung kerugian yang diderita, bila
panen gagal sebagai akibat iklim alam yang tidak membantu
(kekeringan dsb.), kecuali bila kegagalan itu terjadi akibat
sikap petani yang tidak rajin dan sebagainya. Dalam hal ini
pegawai Pemerintah Hindia-Belanda dengan mudah saja
58
melimpahkan kesalahan yang terjadi kepada rakyat, bila
kegagalan terjadi.
Demikianlah tahun demi tahun, rakyat diperas habis-habis-
an sampai batas daya tahannya. Kalau kemudian iklim kering
menimpa rakyat sampai dua kali berturut-turut, maka daya tahan
sudah dilampaui. Berbondong-bondong rakyat melepaskan diri
dari penderitaan dan meninggalkan dunia ini sampai jumlahnya
ratusan ribu orang.
Peristiwa ini terjadi didaerah Demak, Jawa Tengah pada tahun
1848-1849.
59
basil dan perdagangan basil bumi rakyat Pulau Jawa, adalah
usaba untuk memperbaiki irigasi terutama untuk mendukung
berbasilnya tanaman wajib tebu dan nila, yang barus ditanam
pada tanab rakyat, yang memperoleh irigasi dengan teratur.
60
Sampai tahun 1876 telah dibuat bendung-bendung darurat dan
kemudian pada tahun itu diselesaikan lagi sebuah bendung dari
pasangan batu yang juga tidak tahan lama.
f)A .lf Le11Kko11g l.ama dihadik.<m dalam 11/IHiwn l.apangan deka1 D Ul /.eng kong
/Jaru .
td
DAM Lengkong Lama
63
Dengan demikian dapatlah disimpulkan, bahwa Tanam
Paksa telah mendorong didirikannya pabrik-pabrik gula.
Pabnk-pabrik gula ini sempat pula berkembang dalam masa
berlakunya Tanam Paksa.
Angka-angka export gula dari Pulau Jawa adalah :
Tahun Ton Gula
1831 7.300
1835 27.000
1840 63.400
1868 161.800
64
Bahwa reaksi itu baru muncul setelah tenggang waktu lama,
adalah karena waktu itu perhubungan Indonesia-Eropah masih
sulit dan belum ada radio.
Pendukung Tanam Paksa terdiri atas pegawai Pemerintah
dan orang-orang pemegang saham Nederlandsche Handel
Maatschappy (NHM), yang mendapat monopoli atas pengangku-
tan basil bumi dari Indonesia ke Eropah, jadi mendapat
keuntungan besar.
Penentang Tanam Paksa terdiri atas mereka yang iba
mendengar tentang penderitaan rakyat Indonesia akibat Tanam
Paksa.
Berdasarkan Peri Kemanusiaan mereka minta supaya Tanam
Paksa dihapuskan. Kebanyakan mereka diilhami oleh ajaran
agama.
Penentang Tanam Paksa adalah juga kaum swasta, yang
tidak dapat menerima bahwa Pemerintah sendiri menjalankan
praktek dagang.
Mereka ingin juga diberi kesempatan berusaha dalam bidang
ekonomi dan menanam modalnya di Indonesia.
Pemerintah sebaiknya hanya menjalankan kegiatan membangun
prasarana yang diperlukan.
Pada tahun 1860 Douwes Dekker dengan nama samaran
Multatuli telah menulis buku Max Havelaar yang mengungkap-
kan praktek-praktek perilaku pegawai Belanda terhadap orang-
orang kecil, yang menggambarkan pelaku-pelakunya dengan
nama- Nama : Saijah dan Adinda.
Multatuli sudah kita akui sebagai pahlawan, tetapi terima kasih
kami sebenarnya juga tertuju kepada Mereka yang dalam
keadaan serba kecukupan, masih ingat kepada petani Indonesia,
yang masih hidup serba kekurangan.
Buku kedua adalah dari tangan Frans van den Putte
berjudul Suiker Contracten (Kontrak-kontrak gula).
Akhirnya Belanda merasa malu dan Tanam Paksa
berangsur dihapuskah, mulai tahun 1860 lada dibebaskan, 1865
nila dan teh, 1870 han\pir semua tanam paksa sudah hapus dan
terakhir 1917 terhadap tanaman kopi didaerah Priangan.
65
4.8. Pembangunan Bendung Glapan di K. Tuntang
66
sebaliknya saluran itu berubah fungsi menjadi penampungan air
banjir, yang datang dari arah Selatan.
Akan tetapi karena kemiringan saluran pelayaran terbatas sekali,
maka daya tampungnya pun amat terbatas pula.
Karena keadaan pembuangan air yang jelek itu, sejak tahun 1836
telah dibuat tanggul-tanggul sepanjang K. Tuntang sekedar
untuk mengurangi penggenangan-penggenangan.
Kalau menurut kenyataan Jalan Daendels merupakan
penghalang pengaliran air secara alamiah, keadaan menjadi lebih
parah lagi karena didaerah ini Pemerintah telah menjual
tanah-tanah kepada pihak swasta, yang melindungi tanah
miliknya dengan tanggul-tanggul menjadi polder, yang menam-
bah sulitnya pengaliran air ke laut.
Kalau dimusim huja!l terdapat kelebihan air muka bumi,
sebaliknya dimusim kemarau sering orang tidak bicara lagi
ten tang irigasi. Yang menjadi perhatian adalah : Bagaimana
memperoleh setetes air untuk melepas dahaga.
Disini ada pomeo terkenal "Nek rendeng wong Demak ora biso
ndodok, Nek ketiga ora bisa Cewok".
67
Nab, apa yang terjadi telah menggerakkan Pemerintah
Hindia- Belanda dengan persetujuan Pemerintah Belanda untuk
mengusahakan pembuatan irigasi didaerah Demak supaya
pertanian rakyat tidak terlalu tergantung kepada iklim.
Bendung Glapan di K. Tuntang mulai dibangun dalam
tahun 1852 dan diselesaikan dalam tahun 1859. Namun
menurut sejarahnya air yang sudah disadap dari K. Tuntang itu
belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk pertanian rakyat.
Jaringan saluran ditepi kanan dan kiri belum juga dikerjakan
Pekerjaan ini baru dapat diselesaikan an tara tahun 1880-1890, jadi
setelah lebih dari 20 tahun bendung diselesaikan. Itupun setelah
dalam tahun 1873 nyaris terjadi lagi Bala Kelaparan !
Kelihatannya Penjajah tidak serius dalam usaha menanggulangi
kelaparan.
Terlepas dari itu semua, Bendung Glapan adalah Bendung
pertama di Indonesia, yang dilaksanakan dibawah Pemerintah
Kolonial, semata-mata untuk tanaman rakyat, karena tebu
didaerah in kurang menarik penanamannya karena ada ancaman
kekeringan atau kebanjiran.
pada Bendung Glapan tidak diperoleh bahan batu cukup. Oleh
sebab itu pelaksanaan dikerjakan dengan mendatangkan batu
bata (Klinkers) dari Negeri Belanda, yang dibawa dengan kapal
dan kemudian dipikul ketempat pekerjaan.
Bendung Glapan dalam bentuk aslinya sudah mengalami
perubahan. Akan tetapi fakta, bahwa Bendung ini telah mampu
bertahan hampir 1 Y2 abad, maka kiranya kita pantas
menganggapnya sebagai monumen irigasi, apalagi bila diingat
latar belakang pembangunan bendung ini, yaitu setelah rakyat
ratusan ribu yang mati kelaparan. Kalau dijadikan monumen,
maka Teks monumen itu kira-kira berbunyi: Bendung ini dibuat
dengan harapan, semoga malapetaka bala kelaparan yang terjadi
pada tahun 184811849 Insya Allah tidak akan terulang lagi.
Sampai pada runtuhnya Pemerintah Hindia Belanda dalam
tahun 1941 keadaan hidrologi daerah Demak belum berubah,
bahkan hingga kini ( 1983) Direktorat-Jenderal Pengairan masih
mengusahakan perbaikan-perbaikan dengan membuat studi
menyeluruh.
68
Pintu-pintu pemasuk Bendung Glapan dalam Bendung
Glapan dalam bentuk asalnya amat menderita karena endapan
lumpur, yang menghalangi debit masuk kesaluran. Ini disebab-
kan letak pintu-pintu pemasuk ada disudut-sudut mati, sedang
Bendung pun tidak dilengkapi dengan pintu pembilas. Maklum-
lah dalam tahun 1852 orang belum mengenal ilmu Hidrolika
sedang pengalaman membuat Bendung pun belum ada.
69
4. 9. Pertumbuhan pertama pada zaman Kolonial
70
Meskipun demikian, waktu itu telah dilaksanakan bangun-
an-bangunan irigasi, yang dapat bertahan lama dan sekaligus
dapat dianggap bangunan-bangunan irigasi tertua, yang dibuat
oleh Pemerintah Kolonial. Bangunan-bangunan semacam itu
terdapat didaerah delta Sidoarjo, yang mendapat airnya dari
K. brantas. Kemakmuran yang sejak dulu telah ada didaerah ini
adalah berkat bangunan-bangunan irigasi yang telah didirikan.
Disini pihak Belanda sendir~ memang berkepentingan, yaitu
penanaman tebu gula.
Dalam tahun 1846 telah dibuat sebuah pintu air disalah
satu cabang dari K. Surabaya, di lengkapi dengan balok-balok
penebat.
Kemudian pada tahun-tahun 1853 dan 1857 dibuat lagi
bangunan-bangunan serupa untuk menyalurkan air dari K.
Surabaya. Pada tahun 1857 dibuat sebuah bendung bergerak
melintang K. Porong di Lengkong, yang hingga kini masih
merupakan Bendung penting, setelah mengalami rehabilitasi
dalam tahun 197211973.
Sebenarnya daerah delta Sidoarjo waktu itu masih belum
merupakan areal irigasi yang teknis, karena didalam areal seluas
34.000 Ha itu masih terdapat bangunan-bangunan sementara
dengan pemasuk pemasuk tanpa pintu.
Rencana jaringan irigasi yang teknis di Indonesia baru
terselenggara 30 tahun kemudian, yaitu irigasi Glapan dari K.
Tuntang di Jawa Tengah (Lihat 4.8.).
71
Tuntang. Dataran, yang terletak lebih ke timur lagi sampai K.
Serang termasuk dalam daerah irigasi Demak (dulu disebut
Demaksche Waterwerken). Keadaan hidrologi kedua dataran ini
tidak memuaskan, yaitu sering kebanjiran di musim hujan dan
sebaliknya kekeringan dalam musim kemarau.
Dataran Semarang Timur dilalui oleh sungai-sungai dari
pegunungan disebelah Selatan, yang merupakan lereng-lereng
Gunung-Gunung Ungaran dan Merbabu. Kedua lereng Gunung
itu tanahnya mudah tererosi sehingga sungai-sungai yang
mengalir ke dataran Semarang Timur selalu membawa lumpur
yang tak sedikit.
Sungai-sungai ini bemama dari Barat ke Timur berturut-
turut Penggaron, Dolok dan Jragung.
Sungai-sungai ini sebenamya sungai-sungai kecil, yang oleh
penduduk di dataran masih dapat dibendung-bendung secara
sederhana untuk keperluan irigasi.
Sungai-sungai tadi berpenampang melintang kurang besar,
sehingga musim hujan sering menimbulkan banjir disekitar
sungai. Bendung-bendung semen tara kepunyaan rakyat tentu saja
membuat lebih kecil lagi kemiringan sungai, sehingga frekwensi
timbulnya banjir didataran lebih banyak lagi.
Proses pengendapan selama bertahun-tahun ditepi sungai
membuat prufil sungai menjadi lebih tinggi dari pada ketinggian
tanah asli. Dengan demikian lama kelamaan sungai tidak mampu
lagi menyalurkan air banjir dan air banjir menggenang
tanah-tanah yang rendah letaknya tanpa kemungkinan untuk
mengalir terus ke laut.
Kedua dataran rendah, Semarang-Timur dan Demak saling
mempengaruhi dalam hal irigasinya serta pembuangan aimya,
sehingga kedua dataran itu kami sebut dataran Jratunseluna,
menurut nama sungai-sungai terpenting yang mengalir didalam-
nya, yaitu : Jragung Tuntang, Serang, Lusi, Juana, tanpa
menyebut sungai-sungai kecil.
72
4.10.1. Kerajaan Islam Demak.
73
T anah partikelir ini melindungi tanahnya terhadap
ancaman banjir dengan membuat tanggul Keliling. Tumbuhlah
polder-polder baru, yang tidak menambah lancarnya pengaliran
air kelaut, sebaliknya memperjelek keadaan.
Tanah partikelir Gemoelak bertindak lebih jauh. Setelah
tanahnya berhasil menjadi bebas banjir, maka ia berusaha
mengairi tanahnya dengan memanfaatkan air yang menggenang
tanah Pemerintah ! Maka dalam tahun 1911 timbul sengketa
Pengadilan antara Tanah Partikelir Gemoelak dan Pemerintah
Setempat. sidang-sidang Pengadilan ini tenyata dimenangkan
oleh pihak. Gemoelak, yang tidak dianggap melakukan pelangga-
ran hukum. Dengan demikian tanggul-tanggul kepunyaan Tanah
partikelir Gemoelak tetap dipertahankan.
Keadaan yang kurang memuaskan ditambah lagi dengan
sering meluapnya K. Tuntang diatas tanggulnya.
Tanggul kiri K. Tuntang mulai dari Bendung Glapan dibuat
rendah dan berfungsi sebagai pelimpah samping sepanjang 2 km
dinamakan Pelimpah Ngroto. Air limpahan ini tentu saja
menggenangi dataran Semarang timur.
Demikianlah dataran Semarang Timur dan Demak masih
tetap menderita kebanjiran dn kekeringan berganti-ganti
menurut musimnya.
Fungsi gudang beras, yang dahulu dipegang oleh daerah ini
semasa zaman Kerajaan Demak sudah lama sekali terlepas dari
tangannya, bahkan lamb at laun · terjadi exodus penduduk.
74
keamanan yang wajar. Pun pula erosi yang terjadi didaerah
aliran tidak akan memberi umur panjang kepada daya tampung
waduk-waduk itu.
Kegagalan gagasan 2 buah waduk itu mendorong kepada
Ir. Varkevisser dalam tahun 1916 untuk mengusulkan pengganti-
nya, yaitu Rencana Rawa Pening Besar (groot Rawa Pening Plan)
dengan membentuk tembok penutup melintang sungai di
Tuntang dan Penggalian saluran pembuang utama Jragung-
Sayung didataran rendah. D-~ngan menaikan muka air 7 meter
saja di Tuntang, akan dapat tercipta suatu waduk dengan daya
tampung 237 juta M3.
Gubernur Jenderal dalam keputusannya 5 Mei 1918
membentuk sebuah Panitya Rawa Pening untuk mempelajari
masalahnya.
Memang dipandang dari teknik sipil tidaklah seberapa
sukar untuk membuat bendung penutup yang akan menaikkan
muka air Rawa Pening.
Yang menjadi penghalang bukan segi teknisnya, namun
sosial ekonominya.
1) Tanah sawah kurang lebih seluas 4.000 ha harus di
korbankan.
2) Penduduk sebanyak 30.000 orang harus dicarikan tempat
pemukiman baru.
3) Trase jalan kereta api dari Tuntang sampai Ambarawa harus
direlokasi.
Kesemua keberatan ini ternyata terlalu berat untuk
dipecahkan, sehingga Gubernur Jenderal dalam tahun 1923
akhirnya memutuskan untuk meninggalkati rencana Rawa Pening
Besar.
75
4.10.4. Pandangan plhak Pertanlan
76
_ _ _ _ BAB 5
SEKITAR PENDIRIAN
DEPARTEMEN B.O.W.
77
5. SEKITAR PENDIRIAN DEPARTEMEN B.O.W
,l)a/uran Timur
79
Asal mulanya saluran-saluran tersebut tidak dimaksudkan
untuk keperluan irigasi. Sesuai dengan keadaan di Negeri
leluhur Bangsa Belanda sendiri saluran Timur dimaksudkan
sebagai saluran pelayaran sedang saluran Barat untuk menam-
bah air suplesi debit Ciliwung untuk pengglontor air kota Batavia.
So/uran Barat
80
Saluran dari Cisadane di Tanggerang menuju kota Jakarta masih
lama dapat dipertahankan sebagai saluran pelayaran, karena
kemiringan saluran tidak terlalu besar.
Saluran itu dimanfaatkan untuk mengangkut batang-batang
bambu dari daerah pedalaman, yang diikat menjadi rakit-rakit.
Meskipun saluran-saluran tersebut diatas berganti fungsi
menjadi saluran-salulran ·irigasi, tidaklah berarti bahwa zaman
itu irigasi mulai berkembang. Baik pimpinan Verenigde Oost
lndische Compagnie· maupun Pemerintah interim Inggris
semasa bertahtanya Sir Thomas Stanford Raffles tidak sempat
menghiraukan irigasi bagi pertanian.
Baru setelah Pemerintah Kolonial menghidupkan Peraturan
Tanam Paksa Cultuur stelsel (Lihat 4. 7.) dan memerlukan irigasi ·
bagi tanaman expornya, usaha perkembangan irigasi mulai
mendapat perthatian. Tanaman yang diwajibkan penanamannya
oleh rakyat bagi kepentingan Penjajah adalah antara lain teh,
kopi, nila dan tebu.
Tanaman-tanaman tersebut terakhir baru dapat diharapkan
hasilnya, bila ditanam pada tanah yang mendapat air secara
teratur.
Contoh dari pembuatan bangunan berdasarkan pertim -
bangan diatas adalah.sebuah bendung terbuat dari kerangkalkayu
diisi dengan batu kali, yang dibuat di K. Sampean (Jawa Timur)
dalam tahun 1832. Panjang bendung 45 m, tinggi 8 m, Iebar
dibawah adalah 23 m dan Iebar diatas 9 m.
81
Sebagaimana diketahui, kaum Feodal di Perancis menjelang
akhir abad XVIII telah menindas rakyatnya sedemikian, hingga
rakyat berontak dan melawan yang berkuasa.
"Wij mogen den rijstbouw dus niet Ianger afhankelyk Iaten van
den regen, doch behooren denzelfde tebevestigen op den straks
gem elden zekeren grondslag van kunstmatige bewatering",
83
Dengan terbentuknya Departemen B.O. W. maka berakhir-
lah sudah pengurusan bangunan-bangunan oleh orang-orang
bukan ahli, yaitu para pejabat Binnenlandsch Bestuur.
Meskipun pendirian Departemen B.OW. dapat dianggap
sebagai suatu tindakan penting dalam sejarah irigasi di Indonesia
ini. masih di perlukan waktu lama sebelum Pemerintah
benar-benar menyingsingkan lengan dalam pembangunan
bangunan-bangunan irigasi. Kegiatan yang menggembirakan
baru terlihat setelah dibentuk Bagian lrigasi (Afdeling Irrigatie)
dalam Departemen BOW itu, yaitu dalam tahun 1889.
Sebagaimana diketahui Departemen BOW tidak hanya mengu -
rusi bangunan irigasi, tetapi juga jalan-jalan dan gedung-gedung.
Pada waktu itu urusan gedung-gedung cukup sibuk dalam
membuat gudang-gudang untuk menampung setoran basil bumi
dari rakyat.
Para insinyur Belanda, yang pertama-tama datang bekerja
di Negeri ini belum dapat berbuat banyak karena kurang tenaga
dan pula belum mendapat kepercayaan berkarya nyata.
kalau diberi tugas membuat bangunan irigasi ataupun membetul
kan bangunan yang rusak, maka hasilnya ·bel urn memuaskan I-
sering menemui kegagalan.
Sebenarnya hal tersebut dapat dimengerti, karena mereka belum
mengetahui tentang keadaan didaerah tropik ini dan intensitas
curah hujannya.
Sebagaimana diketahui sebelum para insinyur datang di
Indonesia pelaksanaan bangunan-bangunan irigasi yang perlu
dibuat dipimpin oleh para pejabat-pejabat Pangreh-Praja atau
Binnenlandsch Bestuur (BB), yang mempunyai wewenang dan
kekuasaan besar. Dalam suasana demikian, pejabat-pejabat in.i
menjadi terlalu besar kepercayaan dirinya dan menganggap,
bahwa pembuatan banguna-bangunan tidak harus dipimpin oleh
Tenaga T~knik. I..agi pula mereka beranggapan, bahwa kebiasaan
mereka btkrja dengan mempergunakan tenaga rodi (kerja paksa
tanpa bayaran) amat menurunkan biaya pembangunan, tentu
saja mereka tanpa melihat kualitas dan daya guna bangunan,
yang dibuatnya.
demikianlah anggapan yang hidup pada waktu itu.
84
Akan tetapi lama kelamaan disadari pula, bahwa bila
benar-benar diinginkan tercapainya sesuatu prestasi dalam
bidang teknik irigasi, pelaksanaan bangunan-bangunan haruslah
didahului oleh pekerjaan-pekerjaan pengukuran, penyelidikan
yang luas dan perencanaan yang baik sebelum benar-benar
dimulai dengan pelaksanaannya. Untuk memenuhi keyakinan
ini maka dalam tahun 1885 telah dibentuk Brigade Irigasi
(lrrigatie - Brigade) dibawah pimpinan Ir. Heskes.
Brigade ini terdiri atas sejumlah tenaga insinyur, opzichter, juru
ukur, juru gambar dsb. dan bertugas menyelenggarakan semua
persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan proyek irigasi
dengan membuka kantor sementara dekat lokasi bangunannya.
Pembangunan biasanya mengikuti suatu pola, yang ditentukan
oleh Direktur BOW.
Yang menjadi sasaran adalah semua tanah-tanah Pemerintah,
yang sekiranya dapat dijadikan daerah produksi padi.
Meskipun brigade irigasi dalam bentuk terpisah ini tidak
berumur panjang, sebab setelah berumur 5 tahun brigade ini
dilebur dalam Bagian
Irigasi dari Departemen BOW (Afdeling Irrigatie van bet
Departement der BOW), pembentukan brigade ini dalam
perkembangan irigasi dapat dianggap sebagai tonggak sejarah,
karena memberi bukti tentang pandangan-pandangan yang telah
berubah dah.m fikiran-fikiran para kolonialis, yaitu telah berfikir
secara teknis, bahwa pembangunan irigasi harus didahului oleh
persiapan-persiapan yang matang sebelum mulai dengan pelaksa-
naannya.
Disamping itu, mungkin sekali bahwa Belanda sempat mempela-
jari perkembangan penduduk di negeri ini sehingga berkesim -
pulan, bahwa pertanian mutlak harus ditingkatkan, kalau tidak
mau dihadapkan kepada Bala Kelaparan, seperti halnya terjadi
waktu sebelum berdirinya Departemen BOW (1848/ 1849).
Dalam kesempatan yang diberikan kepada para insinyur
tumbuhlah tenaga-tenaga yang menonjol dalam melaksanakan
tugas pembangunan itu.
Tak dapat dilupakan adalah jasa Ir. A.G. Lamminga yang
dengan tekun telah menyelenggarakan pengukuran luas di
85
daratan Utara Jawa Tengah dari Cirebon sampai Pekalongan,
yang dapat diselesaikannya dalam beberapa tahun
Kemudian diadakan penyelidikan-penyelidikan dan akhirnya
tersusunlah suatu pola cara mengairi dataran tersebut dari
berbagai sungai termasuk proyek irigasi dari K. Pemali. Irigasi
Pemali merupakan model jaringan irigasi yang mengikuti teori,
bahwa saluran-saluran membawa terpisah sama sekali dari
saluran-saluran pembuang. Daerah irigasi Pemali-Comal yang
kemudian didirikan didaerah ini tidak dapat dipisahkan dari
karya Ir. A. G. Lamming a. Grafik lengkung Pemali yang terkenal
untuk menentukan kapasitas saluran iriga~i adalah karya Ir. A. G.
Lamminga dan dipakai pertama kali didaerah Pemali dengan
hasil baik. Kemudian grafik tersebut dipakai dibanyak daerah
lain dengan atau tanpa koreksi.
Kini tidak ada insinyur irigasi yang tidak mengenal lengkung
Pemali.
Bahwa dikota Tegal dahulu didepan kantor Walikota ada
taman, yang dinamakan Lamminga-Plein (Taman Lamminga)
adalah untuk menghargai jasa-jasa beliau didaerah ini.
86
Itulah sebabnya mengapa dikatakan, bahwa Proyek Irigasi
Pemali direncanakan dengan keahlian tinggi, yang pada zaman
itu (1898) masih amat langka. Bahwa kemudian rencana Pemali
dipakai sebagai model untuk merencanakan irigasi di lain-lain
sungai dapatlah dimengerti.
87
dan Purwodadi dengan kantor Pusat di Demak. Daerahnya
rneliputi daerah-daerah aliran sungai Jragung, Tuntang, Serang,
Lusi dan Juana.
Yang menjadi Kepala Irrigatie - Afdeling adalah seorang
insinyur yang berpengalaman, dulu disebut Hoofd· - ingenieur,
yang dibantu oleh beberapa insinyur lebih muda beserta sejumlah
teknisi menengah (opzichters). Penulis sendiri pemah menjabat
opzichter didaerah irigasi "Serang" di Semarang pada tahun
1941-1942. Dibawah teknisi menengah ini di tetapkan beberapa
Mantri Irigasi atau Mantri Ulu-ulu atau Mantri Waterbeheer,
yang bertugas secara langsung mengatur pemberian air irigasi
kepada pemilik tanaman (rakyat) dan tanaman tebu. Pemelihara-
an bangunan-bangunan irigasi dikerjakan sehari-hari oleh
Mandor-mandor irigasi (Beambte Waterbeheer), yang dibantu
oleh sejumlah regu pekerja (ploegkoelies).
Opzichter dan Mantri-mantri Waterbeheer merupakan
tenaga inti dalam pelaksanaan pembagian air dan pada umumnya
mereka dapat bekerja sendiri dengan baik. Hubungan antara
Mantri W aterbeheer dengan rakyat konsumen air diselenggara -
kan oleh ulu-ulu, yang dalam pengangkatannya dipilih oleh
rakyat sendiri.
Dalam menghadapi Mantri Waterbeheer, ulu-ulu bertindak
sebagai Wakil petani pemakai air.
Personil untuk pembagian air itu sehari-hari sudah cukup sibuk
dalam melayani masyarakat dan oleh sebab itu mereka tidak lagi
dibebani oleh urusan pembagian air saluran-saluran milik desa.
Hal ini biasanya diurus oleh ulu-ulu desa.
88
membentuk Irrigatie-Afdelingen baru seperti "Pekalen-Sampean"
di Jawa Timur dan "Pemali-Comal" di Karesidenan Pekalongan
kemudian juga ,Cimanuk" di lndramayu.
Dalam tahun 1909 dibentuk Seksi Mediun, yang dimaksud-
kan sebagai bagian dari "Irrigatie-Afdeling Solo", yang sejak
lama telah dipertimbangkan pembentukannya. Kenyataannya
daerah Bengawan Solo tidak pernah dibentuk. Yang ada
hanyalah Proyek Bengawan Solo.
89
Tolong Ponco/
90
Setelah diadakan penyelidikan-penyelidikan yang cukup la-
ma, proyek ini dimulai tahun 1891 dan diselesaikan tahun 1903.
Rencana sistem irigasinya bagus sekali dengan prinsip dasar
saluran pembawa dan pembuang terpisah.
Didaerah tepi kanan terdapat pabrik gula Jatibarang, sedang
didaerah tepi kiri terdapat pabrik gula Banjaratma.
Biaya pelaksanaan proyek adalah f. 2.200.000.
Kira-kira 10 %diperlukan untuk pembayaran bunga, pemelihara-
an dan penyusutan.
Sejak semula proyek irigasi Pemali terutama ditujukan
kepada penanaman padi rendengan dimusim hujan dan tebu -
palawija dimusim kemarau.
Karena terbatasnya debit musim kemarau luas tanaman
palawija hanya 18.000 Ha (57% dari arealnya) sedang 12.000 Ha
tak ditanami.
91
Sallnduk Pemali
92
Bendung Notok, sewaktu masih baru beroperasi, debit
musim kemaraunya masih cukup untuk mengairi palawija 18.000
ha.
Telah lama diobservasikan, bahwa debit ini makin berkurang
seperti halnya lain-lain sungai di Pulau Jawa.
93
secara langsung sudah sampai di sawah-sawah yang harus
dilayani.
Sebagaimana diketahui, setelah melalui banyak perdebatan
dalam volksraad (Dewan Rakyat) dan polemik di majalah "De
waterstaats Ingenieur", pembuatan waduk lapangan tidak
dilanjutkan dalam daerah-daerah yang belum punya waduk-
waduk lapangan, karena keuntungan yang diharapkan dari
exploitasi waduk lapangan temyata kurang meyakinkan. Terpak-
salah aturan Pemberian air Siang dan Malam tetap dipertahan-
kan.
94
5.7. Pembagian dan Pemberian Air.
95
5. 7. 1. Aparatur Dinas lrigasi
96
pekerja, maka Mandor Waterbeheer diberi wewenang menambah
orangnya, asal dia segera lapor ke atasan dan mendapat
persetujuan.
Pemeliharaan Bangunan beserta tempat disekelilingnya
dikerjakan oleh Penjaga Pintu, yang rumahnya juga dilokasi
bangunan. Rumah Penjaga Pintu biasanya dilengkapi dengan
pesawat teleponnya, supaya instruksi-instruksi dapat cepat
sampai, misalnya untuk membuka pintu air dsb. Pesawat
teleponnya biasanya merupakan jaringan sendiri, tidak tersam-
bung dengan jaringan Perum Telkom.
97
Hal ini berupa pemasangan profil-profil dan pengukuran
waterpas yang begitu penting bagi saluran irigasi.
Menurut peraturan, saluran tersier harus di "overhaul" -
(pemeliharaan berat) 2 X dalam setahun yaitu :
1) Menjelang awal musim tanam rendengan, dan
2) menjelang awal musim tanam tanaman kemarau.
Pemeliharaan saluran tersier dikerjakan oleh petani sendiri,
dalam hal ini ulu-ulu pembagian bertindak sebagai foreman yang
memimpin langsung. Hasil pekerjaan dinilai oleh Mantri
Waterbeheer, yang berwenang untuk _menerima atau menolak
hasil pekerjaan itu. Untuk diketahui kehilangan air dalam
saluran yang kurang terpelihara adalah besar sekali, sehingga
pemeliharaan yang cermat menjadi teramat penting bagi
pemakaian air yang tertib.
Bagian saluran tersier sampai SO m dihilir alat ukur debit
biasanya dipelihara baik oleh petugas-petugas irigasi (profil
beserta kebersihannya) dengan maksud untuk dijadikan contoh
bagi pekerjaan pemeliharaan di hilir bagian tersebut oleh
Petani. Peraturan mengatakan, bahwa air tidak dialirkan
kesebuah saluran, yang pemeliharaannya belum dipandang baik
oleh Mantri Waterbeheer.
l) i-1
Bedanya ulu-ulu desa dengan ulu-ulu pembagian yang
disebut dalam 5.7.3. adalah, bahwa ulu-ulu desa merupakan
anggota Pamong Desa, jadi tunduk kepada Kebijaksanaan Kepala
Desa, sedang Ulu-ulu pembagian bukan Pamong Desa Jan hanya
tunduk kepada Mantri Waterbeheer.
100
tidak lagi merupakan Pamong desa, melainkan seseorang, yang
dipilih oleh Petani yang bersangkutan dalam petak tersier.
Ditegaskan, bahwa Ulu-ulu pembagian tunduk kepada perintah
Mantri waterbeheer dan mendapat gaji dari iuran petani yang
bersangkutan dalam bentuk natura (gabah) atau uang. Pemah
dicoba juga dengan memberikan tanah bengkok kepada ulu-ulu
pembagian.
Pemilihan ulu-ulu pembagian dilaksanakan seperti orang
memilih Kepala Desa ; bebas dan rahasia.
Untuk menjaga supaya ulu-ulu pembagian berkedudukan
lebih tetap, maka sejak 1903 setelah selesai dipilih, namanya
tercatat dalam suatu register yang diketahui oleh Insinyur-Seksi,
yang kemudian disampaikan kepada Bupati, yang akan
mengesahkannya dengan Surat Keputusan.
Dalam penyempumaan peraturan ulu-ulu kemudian dalam
tahun 1905 ditetapkan sangsi sangsi bagi petani yang lalai dalam
melaksanakan tugas pemeliharaan saluran.
Peraturan baru dalam tahun 1907 menentukan, bahwa
ulu-ulu pembagian dibebaskan dari hubungannya dengan
Pamong Desa.
Dengan demikian, untuk pertama kali terjadi pengalihan
wewenang ursan saluran tersier dari Pamong Desa kepada Di nas
Irigasi (Pek'!rjaan Umum). Peraturan juga menetapkan dalam
satu petak tersier hanya ditentukan seorang ulu-ulu.
Dalam tahun 1933 iuran yang diberikan petani untuk
penggajian ulu-ulu pembagian adalah f 0,80 setiap bahu ( 0, 71
ha).
Ulu-ulu pembagian bukanlah pegawai Dinas Irigasi. Dana
untuk penggajiannya tidaklah berasal dari Kas Negara, tetapi
terkumpul dari Dana Ulu-ulu yang diberikan oleh masing-masing
petani.
101
kesempatan itu Mantri Waterbeheer juga mengunjungi Kepa!a
Desa sekalian memungut dana ulu-ulu untuk disetorkan kepada
Opzichter, Kepala Seksi.
Pada tiap-tiap tanggal 1 Ulu-ulu pem.bagian dari seluruh
wilayah Kepala Seksi Pengairan, berkurr.pul di Kantor Seksi
bersaman semua pegawai dari Dinas Irigasi untuk menerima
gajinya. Para Ulu-ulu pembagian mengenakan topi khusus
semacam topi seragam dan pakai jas berwarna hitam. Mereka
merasa satu dengan pegawai Dinas Irigasi dan karenanya tidak
merasa ragu hila mendapat perintah dari Mantri Waterbeheer.
Untuk keperluan mengadakan rapat-rapat ulu-ulu denr.an
pimpinan Mantri Waterbeheer tersebar di daerah telah dibuat
los-los dilapangan, cukup luas untuk berapat.
Dalam rapat itulah terkumpul data untuk operasi irigasi untuk
minggu yang baru lalu dan minggu yang akan datang. Ulu-ulu
sebagai wakil petani wajib menghadiri rapat.
Rapat-rapat semacam ini dapat pula dimanfaatkan oleh Petugas
Pertanian Lapangan untuk memberikan penyuluhannya dalam
memberikan pupuk atau memberantas hama.
19 minggu.
10::!
Untuk padi dalam ( = umur panjang) di daerah yang sama
(perak) berlaku angka-angka sebagai berikut :
2 minggu pembasahan dan pembajakan 2,52 I (liter)/ha/det.
5 minggu pengoiahan dan pembibitan 0,3I I (liter)/ha/det.
I minggu penanaman 0,78 I (liter)/ha/det.
2 minggu 90% pem berian air penuh I, I6 I (liter)/ha/det.
2 minggu pemberian air penuh I,29I (liter)/ha/det.
2 minggu 80% dari pemberian air penuh I ,03 l (liter)/ha/det.
4 minggu 60% dari pemberian air penuh 0, 78 I (liter)/ha/det.
3 minggu 40% dari pemberian air penuh 0,52 I (liter)/ha/det.
3 minggu 20% dari pem berian air penuh 0,26 I (liter)/ha/det.
2 minggu tak diberi air 0 I (liter)/ha/det.
26 minggu.
103
di Surakarta 1,40 liter/ha/det
di daerah Cacaban, Rambut, Comal 1, 76 l (liter)/ha/det.
di Lampung (padi dalam) 1,13 l (liter)/ha/det.
di daerah Demak 1,55 l (liter)/ha/det.
di daerah Banyumas 1, 77 l (liter)/ha/det.
di daerah Jember (Petung) 2,00 l (liter)/ha/det.
di daerah Pekalen (Peteguan) 2,141 (liter)/ha/det.
di daerah Peka1ongan 2,43 l (liter)/ha/det.
di daerah Sampean/Kedung Bar.teng 2,86 I (liter)/ha/det.
104
Transportasi Penyebrangan sungai-sungai Bengawan Solo mosih berjalan sampai
sekmang.
105
Panitya ini setelah mengadakan penelitian, menghasilkan sebuah
laporan tebal dan terperinci, yang menyimpulkan jumlah biaya
akan menjadi 38 juta gulden, diantaranya 27,5 juta gulden untuk
bangunan irigasi dan 10,5 juta gulden untuk perbaikan
pembuangan air.
Meskipun sebelumnya telah dikeluarkan biaya yang cukup besar
Panitya mengharapkan keuntungan-keuntungan besar hila
proyek dilaksanakan, maka akhimya memberi saran supaya
Proyek raksasa irigasi Bengawan Solo dilanjutkan.
Akan tetapi Ir. J.E. de Meyier Direktur BOW yang juga
anggota PanitJa tidak dapat menyetujui saran tersebut,
sebaliknya memberi pertimbangan untuk menghentikan kegiatan
pada proyek tersebut. Pemerintah akhimya menyetujui peng·
hentian proyek irigasi Bengawan Solo.
Meskipun demikian, Pemerintah telah memerintahkan untuk
mengadakan penyelidikan-penyelidikan lebih lanjut supaya
kemungkinan untuk melanjutkannya masih terbuka.Akan tetapi
pnyelidikan-penyelidikan ini dalam tahun 1905 telah mengarah
kepada pembatalan pasti pekerjaan tersebut.
Meskipun kemudian beberapa kali ada desakan-desakan
untuk melanjutkan proyek irigasi Bengawan Solo, dan sehubung-
an dengan itu dalam tahun·tahun berikut masih diadakan banyak
penyelidikan-penyelidikan terutama dalam bidang pertanian.
namun penyelidikan-penyelidikan itu tidak mampu membuka
pandangan baru kearah yang positif.
Setelah diadakan laporan yang luas oleh insinyur kepala
(Hoofd-Ingenieur) D.C. W. Snell akhimya dalam tahun 1929 telah
diusulkan oleh Direktur BOW untuk membatalkan proyek irigasi
Bengawan Solo dalam bentuk semula dan membatasi diri pada
perbaikan irigasi beberapa bagian dari lembah Bengawan Solo
dengan pembuatan waduk-waduk besar. Hal ini disetujui oleh
Pemerintah. Waduk pertama yang dibuat adalah waduk
Prijetan.
Dalam menilai proyek irigasi Bengawan Solo dapatlah
dikemukakan beberapa kenyataan. Sebenamya semua fihak
menyetujui pelaksanaan Proyek irigasi Bengawan Solo.
106
Pejahat-Pejabat Binnelandsch Bestuur beserta Inspecteur der
cultures mengharapkan keuntungan-keuntungan besar setelah
pelaksanaan proyek.
Disamping usaha perbaikan irigasi, pengeringan daerah rawa-
rawa Bengawanjero yang luas dan ancaman endapan lumpur alur
pelayaran ke Surabaya oleh muara Bengawan Solo. Dalam
rencana terdapat pemindahan muara Bengawan Solo kearah
Utara.
107
Kurangnya penghargaan atas proyek ini adalah penilaian
atas tanah daerah ini, yang dikatakan tidak cocok untuk ditanami
dimusim hujan dan tidak dapat ditanami tebu berdasarkan
laporan dari -pihak Pertanian. penilaian ini diberikan sewaktu
pengetahuan ten tang ilmu tanah masih terbelakang mungkin pula
karena masih ada ancaman banjir. Sebagaimana diketahui
Departemen van Landbouw baru saja didirikan dalam tahun
1905.
Bagi banyak insinyur irigasi berbangsa belanda, peristiwa
gagalnya Proyek irigasi Bengawan Solo merupakan hal yang amat
menyesalkan.
108
2. Tanaman padi karena itu tidak dijadikan obyek penelitian
oleh Ahli-ahli Belanda, karena tidak merasa langsung
berkepentingan.
Kita melihat misalnya, bahwa tanaman padi baru setelah
Perang Dunia II menjadi obyek penelitian, karena pihak
Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Badan pangan dan
pertaniannya(F.A.O.) menganggap telah datang waktunya
untuk menaruh perhatia"n terhadap tanaman padi, yang
nyatanya dikonsumsi oleh lebih dari separuh penduduk
dunia.
Revolusi Hijau (The Green Revolution) dengan diketemukan-
nya pupuk buatan, obat-obat anti hama dan sebagainya
telah memperkenalkan obat-obat tersebut kepada petani
Indonesia, sedang basil seleksi di Pusat Penelitian Padi
(IRRI)telah menganjurkan penanaman bibit unggul dan pula
jenis-jenis padi VUTW (Varietas Unggul Tahan Wereng).
Jelaslah bahwa Pertanian baru berkembang pesat setelah
Perang Dunia II.
3. Untuk menunjang penanaman tebunya di Indonesia Belanda
telah mendirikan Stasion-stasion Percobaan Tebu
(Proetstations) dan stasion-stasion Percobaan itu telah
menghasilkan :
a. Bibit unggul yang memberikan bibit yang banyak
dan kadar gula yang tinggi.
b. Pemberian dosis pemupukan buatan yang optimum.
c. Penentuan saat penebangan dengan kadar gula yang
tinggi dan sebagainya.
Dalam bidang irigasi terlihat perkembangan yang lain.
Para insinyur Belanda pada zaman mulai berkembangnya
industri gula, berkesempatan membuat rencana banyak
bangunan irigasi, terdorong oleh keperluan perbaikan irigasi
pada umumnya demi menunjang penanaman tebu yang
cukup aman.
Dalam hal ini pabrik-pabrik gula tidak sedikit memberikan
biayanya, karena mereka pun memperoleh banyak laba
dalam perdagangan gula.
109
Sekalipun dikatakan, bahwa para insinyur yang datang
pertama eli Indonesia membuat banyak kesalahan perencana-
an, secara tekun mereka dapat memperbaiki diri dengan
berbagai cara.
Suatu cara yang ampuh adalah usaha menerbitkan Majalah
Bulanan, yang dinamakan "De Waterstaats Ingenieur",
majalah b\llanan itu secara tekun di kelolanya, pengalaman
pengalaman dikemukakan dan dianalisa, gagasan -gagasan
baru pun diuraikan, mutasi-mutasi dan perkembangan
pembangunan irigasi dilaporkan dan sebagainya. Para
insinyur merasa dipersatukan dan merasa senasib dengan
adanya majalah tersebut. Dengan demikian korsa insinyur
irigasi menjadi semakin kuat.
Majalah "De Waterstaats - Ingenieur" ternyata tidak hanya
dikenal di Indonesia, tetapi sudah menyebar keluar Negeri
dan dihargai.
Dalam beberapa tulisan dapat dibaca, bahwa dalam zaman
kolonial telah beberapa kali timbul usul, untuk menjadikan
irigasi dibawah naungan pertanian.
Usul ini tidak pernah sampai dipertimbangkan secara
serius, karena dalam kenyataannya korsa insinyur irigasi
di Negeri ini sudah cukup kuat untuk menentangnya.
Pendidikan Tinggi di Indonesia pun telah terarah kepada
spesialisasi Sipil Basah di ITB dan Gajah Mada dan ahli-ahli
Hidrologi di Universitas Brawijaya.
Kalau universitas banting setir dengan mencetak sarjana-
sarjana Pertanian yang juga menguasai pengetahuan Sip1l
Basah, maka segi spesialisasinya mungkin sekali ah.~n
terpengaruh negatif.
llO
membuat banyak rencana bangunan irigasi pada umumnya demi
menunjang penanaman tebu yang menguntungkan.
Dalam hal ini pabrik-pabrik gula tidak sedikit memberikan
biayanya. karena mereka pun memperoleh banyak laba dalam
produksi dan perdagangan gula·
Sekalipun telah dikatakan juga. bahwa para insinyur
pendatang itu mula-mula membuat banyak kesalahan perencana·
an. secara tekun mereka dapat memperbaiki diri dengan berbagai
cara·
Pada dasamya mereka belum menguasai tek.'lik irigasi
tetapi mereka bertekad dengan kerja keras dapat berpre.. tasi lebih
baik. karena menyadari bahwa tanaman rakyatpun memerlukan
teknik irigasi yang baik
Mereka sering mengadakan diskusi diskusi dan Persatuan
Insinyur mereka Koninklijk Instituut van Ingenieurs menerbit
kan makalah bulanan De Waterstaats Ingenieur dan memakai-
nya sebagai media untuk bertukar fikiran; bertukar pengalam-
an dan bertukar gagasan-gagasan.
Karena rata-rata orang Helanda cukup tekun dan rajin maka
majalah tersebut dapat berkembang dengan baik dan menjadi
majalah yang bermutu Hasil baliknya adalah bahwa pengetahu-
an teknik irigasi berkembang dengan cepat Majalah "De
Waterstaats Ingenieur" tidak hanya dibaca di Hindia Belanda
saJa.
!II
hanya dapat dikerjakan pada kondisi tertentu saja· yaitu adanya
lubuk yang cukup stabil keadaannya Biasanya lambat laun
pintu pemasukan bebas tidak dapat dipertahankan untuk
jangka waktu lebih lama dari 60 tahun.
-Pada umumnya memang kita harus membuat ben dung
dalam sungai supaya muka air sungai cukup stabil untuk
memungkinkan penyedapannya.
Bila sungai dibendung· maka konsekuensinya adalah bahwa
dihulu bendung terjadi akumulasi bahan padat A:latu· kerikil·
pasir- lumpur-
Endapan bahan padat berkumpul sampai mendekati tingginya
pembendungan
Pada abad ke XIX di Indonesia belum ada orang yang
berfikir tentang pembuatan pintu pembersih untuk meniadakan
akumulasi bahan endapan Untuk menghindarkan. mengurangi
masuknya bahan endapan ke saluran maka pintu pemasuk
dihuat pada jarak cukup jauh keudik dari badan bendung
112
Demikian konstruksi bendung pada umumnya baik itu
merupakan bendung buatan rakyat sendiri maupun bendung
buatan para insinyur dari Departemen B 0 W
Contoh yang jelas adalah pintu pintu pemasuk Bendung Glapan
buatan tahun 1859 Pada bentuk aslinya Bendung ini bahkan
pintu pintu pemasuk baik ditepi kiri maupun tepi kanan sungai
dibuat dalam saluran muka voorkanaal yang nota bene terletak
tegak lurus pada arah aliran sungai
Hal ini justru merupakan sudut-sudut mati dimana bahan
endapan mengendap dan menghalangt pengaliran debit yang
diperlukan ke salural) saluran induk
Hasrat untuk meletakkan pintu pemasuk sejauh mungkin
dari badan bendung guna mengurangi masuknya bahan endapan
kesaluran dulu diperlihatkan dengan banyaknya bangunan kuno
yang dilengkapi dengan saluran muka voorkanaal paralel
dengan aliran sungai
Pada akhir abad ke XIX secara umum telah diakui bahwa
pembuatan pintu pembilas pada akhir badan bendung disisi pintu
pemasuk dapat menjamin terpeliharanya alur yang cukup dalam
didepan pintu pemasuk
Bila pintu pembilas pada waktu waktu tertentu dibuka
untuk menghanyutkan bahan endapan yang terkumpul dan
kecepatan air yang mengalir masuk kepintu pemasuk tidak dibuat
terlalu besar· dapatlah diharapkan bahwa debit yang diperlukan
dapat dimasukkan dengan baik sedang bahan endapan tidak
tersedot masuk saluran induk
Setelah ditemukannya pintu pembilas· maka semua
bendung sejak itu dilengkapi dengan pintu ini Prinsip yang
kemudian dipegang adalah bahwa pintu pemasuk justru harus
dibuat sedekat mungkin dengan pintu pembilas supaya dampak
pembilasan benar-benar dirasakan.
Bila jumlah ukuran Iebar pintu pintu pemasuk menjadi
terlalu besar dan diperkirakan menjadi sukar untuk memelihara
alur yang tetap bersih di depan pintu pintu pemasuk maka
masalah ini dapat dibantu dengan pembuatan tembok lembing
(speermuur) didepan pintu-pintu masuk.
113
Supaya pembersihan terselenggara dengan berhasil am
bang pintu pembilas dibuat jauh lebih rendah dari pada am bang
pintu pemasuk Perbedaan ketinggian sebesar 2 m kiranya
merupakan minimum
Pintu pintu pembilas modern bahkan dibuat sebagai pintu
pembilas bawah (undersluice).
114
Loboratorium Hidroliko di Bandung
115
2 jenis. Sekolah dasar angka 2 diperuntukkan bagi anak rakyat
umum. Sekolah Dasar angka 1 hanya boleh dimasuki anak-anak
kaum Priyayi, yaitu yang bergaji minimal f 100,- sebulan a tau
bertitel Raden.
Bahasa pengantar pada Sekolah dasar angka 2 adalah
Bahasa Daerah, sedang Sekolah dasar angka 1 Bahasa Belanda.
Kepada anak didik ditekankan, bahwa mereka dikemudian
hari akan dijadikan Pegawai Negeri atau Pegawai Swasta.
Masalah usaha sendiri atau berwiraswasta tak pernah disinggung,
apalagi dianjurkan.
2). Yang disebut Transmigrasi pada hakekatnya lain dari
pada -apa yang kita kenai sekarang. Pemindahan penduduk
dikerjakan semata-mata untuk kepentingan usaha Belanda
sendiri. Banyak orang dari Pulau Jawa dipindahkan ke
Sumatera-Utara untuk dipekerjakan pada kebun-kebun tem-
bakau atau kemudi<i.n kebun-kebun kelapa sawit milik Pengusa-
ha-pengusaha Belanda.
3). Irigasi memang mendapat perhatian Pemerintah
Hindia Belanda, tetapi dalam pelaksanaannya prioritas diberikan
kepada proyek-proyek, yang nyata-nyata memberi prospek baik
bagi penanaman tebu. Rakyat disini ikut menikmati terjaminnya
irigasi bagi tanaman rendengan.
116
BAB 6
INDUSTRI GULA DI
PULAU JAWA
117
6. INDUSTRI GULA DI PULAU JAWA
119
Pembaca tentu tidak menerima cerita ini begitu saja tetapi
suatu fakta adalah bahwa tak mungkin diketahui dengan pasti
asal muasal tanaman tebu ini Tebu dialam bebas tidak dikenal
tumbuh secara liar Dapat dipastikan bahwa tebu sudah sejak
lama sekali ditanam orang di India dan kemudian dari sana
menyebar kenegara negara penanam tebu Namun masih tetap
menjadipertanyaan apakah Lembah Sungai Gangga di India itu
benar daerah asal tanaman tebu
Secara ilmu tumbuh tumbuhan daerah asal sesuatu jenis
tanaman biasanya ditandai oleh banyaknya varietas tanaman
tersebut di dalam dan disekitar daerah asal itu
Kalau ukuran ini dipakai maka daerah asal tebu berada
disekitar kepulauan-kepulauan Kalimantan,· Sulawesi, Maluku,
Irian dan Polinesia, dimana hingga kini terdapat banyak sekali
varietas tebu dan dikonsumsi tanpa diolah menjadi gula lebih
dulu.
Pembuatan gula tidak dikenal dipulau pulau tersebut· sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan tentang pem
buatan gula diketemukan di India pada waktu yang jauh dimasa
lampau Kawan kawan Iskandar yang Agung telah menulis
kira kira tahun 430 sebelum Masehi· bahwa di India orang
menanam tanaman yang tanpa perantaraan lebah dapat
menghasilkan madu
Orang orang Cina dalam abad VII telah datang ke India
untuk belajar membuat gula. Macro Polo menulis kemudian
bahwa di Negeri Cina terdapat banyak orang pembuat gula
W aktu orang Belanda pertama Comelis de houtman pada
tahun 1595 mendarat di Hanten ia menemukan pula gula
dipasaran yang berasal dari Jakarta, Krawang, Jepara, Timor
dan Palembang
120
Kemudian pengusaha pengusaha gula ini diminta bantuannya
oleh pihak Belanda untuk membuatkan gula dengan bahan baku
tebu yang diperoleh dari setoran Hasil Tanam Paksa rakyat
dalam memenuhi kewajibannya terhadap Pemerintah Hindia
Belanda
Pihak Belanda akhirnya menyadari bahwa pembuatan gula tebu
membawa banyak keuntungan dan oleh sebab itu pengusaha
pengusaha Cina disingkirkan untuk diambil alih tugasnya
memang secara berangsur sula tebu mempunyai arti dipasaran
dunia sehingga akhirnya Belanda mengambil keputusan mendiri
kan industri gula di Pulau Jawa berdasarkan teknologi yang lebih
maju
Tetapi disini pihak swasta yang ambil prakarsa
Pada dasarnya pabrik pabrik gula menanam tebu pada
tanah rakyat yang disewanya selama penanaman tebu. Menurut
peraturannya luas tanah sawah yang disewa tidak boleh melebihi
% dari semua sawah dalam satu desa
Ini untuk menjaga supaya tanah untuk tanaman padi sebagai
makanan pokok rakyat masih tetap tersedia
Selanjutnya suatu bidang sawah tidak boleh ditanami tebu sampai
2 kali berturut-turut hal mana perlu untuk menjaga kemungkin
an mundurnya kesuburan tanah
Tanah disewa untuk jangka waktu 18 bulan dan dimulai bulan
J uni Harga sew a ditentukan sedemikian hingga petani
sedikitnya memperoleh jumlah uang sama dengan nilai hasil
pertaniannya andaikata ia tidak menyewakannya tetapi mena
nami sendiri Ini teorinyal Dikatakan oleh pamrih, bahwa dengan
menyewakan tanahnya, ia juga tidak perlu memikul resiko panen
gagal dan sebagainya.
Disamping itu selama ia tidak mengerjakan sawahnya ia dapat
bekerja untuk pabrik gula sehingga memperoleh penghasilan
tambahan yang cukup berarti
kita semua mengetahui bahwa pihak kolonialis memper
tahankan dengan gigih susunan masyarakat feodalis di Pulau
Jawa dengan maksud menjadikannya suatu alat yang ampuh
dalam usahanya menarik sebanyak mungkin keuntungan.
kita mengenal misalnya sebutan ndoro kanjeng (Bupati) ndoro
121
Wedono ndoro Seten dan sebagainya yang harus dihadapi oleh
rakyat dengan kesiapan penuh untuk menjalankan perintahnya
dengan kata "sendiko"
Rumah dinas Bupati dengan pendoponya yang sengaja dibuat
"angker" memang dimaksudkan supaya rakyat menganggap
-seorang Bupati seseorang yang sabdanya tak ~oleh dibantah
Nah dalam suasana demikian itu tidaklah mengherankan
bila rakyat menerima rata-rata f 120 seratus duapuluh
gulden setiap ha uang sewa tanahnya untuk jangka waktu 18
delapan belas bulan atau sama dengan f 6,67 se bulan
Dibelakang itu seorang pejabat Pangreh Praja dinilai berhasil
atau tidaknya dalam menjalankan tugasnya antara lain apakah
ia dapat menyelesaikan masalah hubungan antara Belanda
dengan rakyat.
Para nasionalis dalam Volkraad waktu itu telah mengaju
kan protes dan mengusulkan supaya pabrik jangan menyewa
tanah tetapi memberi kesempatan kepada rakyat untuk
menanam tebu secara bebas yang hasilnya dijual kepada pabrik
dengan hak atas sebagian dari keuntungan yan diperoleh pabrik
Hal inilah yang berlaku dinegara negara penghasil gula tebu lain
seperti Cuba dan Filipina dan juga kemudian setelah Indonesia
merdeka.
Usul tersebut tidak dapat dipertimbangkan oleh wakil wakil
industri gula karena menyadari bahwa penerimaan usul itu
herarti keuntungan besar tidak akan permih diperoleh
Sistem sewa terus dijalankan dan pabrik pabrik gula tak
segan segan mengeluarkan banyak dana bagi keamanan tanam
annya terhadap pencurian dan lebih berat lagi kebakaran
Sebagaimana diketahui daun kering tebu merupakan bahan
yang amat mudah disulut api Pada zaman itu dibentuk polisi
khusus yang dinamakan Cultuur politie.
Tanaman tebu sebaiknya sudah ditanam dalam pertenga
han Juni ·
Ini berarti bahwa tanaman padi rendengan menjelang saat itu
harus sudah dipanen Dalam prakteknya hal ini diatur
sedemikian bahwa tanah yang akan ditanami tebu nanti
122
merupakan tanah yang dalam peraturan irigasinya masuk
dalam golongan I (pertama) yang dengan demikian akan dipanen
paling dulu.
Pada saat penyeraban kembali tanah rakyat oleh pabrik
gula adalah penting sekali bahwa tanah tanah bekas tebu dan
dinamakan tanah dongkelan benar benar sudah bersih dari
sisa sisa tunggul tebu sebab bajak petani tak mampu mengolah
sawah untuk persiapan tanaman padi sampai sedalam adanya
tunggul tunggul tebu tadi
Orang pabrik mengatakan bahwa karena pengolahan
sawah bagi penanaman tebu mencapai kedalaman yang cukup
maka tanaman padi kemudian memperoleh keuntungan pening-
katan perbaikan struktur tanah.
kalau tebu sudah ditebang sebelum masa kontraknya habis
maka ada baiknya segera menyerahkan tanah kembali kepada
petani yang mempunyainya sebelum Agustus
Dengan demikian petani mendapat kesempatan memanfaatkan
waktu untuk cepat cepat menanam palawija yang tak terlalu
panjang umumya misalnya kedelai, kacang tanah atau jagung.
Pengembalian tanah ini sering pula oleh pabrik gula di pakai
sebagai sandera kelakuan petani desa tersebut.
Bila terjadi banyak pencurian tebu, maka pabrik menunda-nuda
pengembalian tanah tersebut.
123
Tegak lurus pada got-got malang digali lubang-lubang tanaman,
dimana nanti bibit tebu ditanam.
Jarak antara as dan as lubang tanaman adalah 1 m, sedang antara
as got satu denan lainnya ada 10m.
Jaringan got-got dan lubang-lubang ini merupakan, denah yang
geometris dan memungkinkan air mengalir memasuki tiap-tiap
tanaman, sedang air kelebihan pun dengan mudah dapat
mengalir keluar.
Mengingat perkembangan pertumbuhan tanaman, tanah
disisi lubang tanaman dipakai untuk menimbun tanaman
sehingga susunan akamya semakin bertambah dan kuat.
J adi pada awalnya bibit tebu berada dalam lubang, tetapi pada
akhimya tebu dewasa berada dalam punggung tanah timbunan.
Semua pekerjaan penggalian got-got dikerjakan dengan
tenaga manusia, belum pemah dipakai alat-alat mekani"s.
Padahal sebenarnya jaringan got-got tersebut mengikuti suatu
pola yang memungkinkan pengerjaan dengan alat mekanis secara
efisien.
Namun pertimbangannya adalah sebagai kesempatan kerja
bagi petani, yang berkurang kegiatannya karena sawahnya
disewakan.
Segera setelah bibit ditanam, pertama kali diberi air irigasi.
Pemberian air kepada tebu muda ini terjadi dimusim kemarau.
jaringan got-got dipenuhi air dan dari got-got malang air
disiramkan dengan sepotong blek atau topi bambu kedalam
lubang-lubang tanaman.
Penyiraman dikerjakan berulang-ulang menurut keperluan.
untuk mengganti penyiraman dapat pula dipakai cara
ngeleb. Untuk itu muka· air lebih ditingkatkan sehingga
sekelompok lubang tanaman tergenang air. Tindakan ini
dikerjakan sambil berpindah-pindah sampai semua lubang
tanaman mendapat giliran rendaman air.
Cara ini memang lebih murah, karena tenaga pekerjaan dapat
dikurangi, akan tetapi keberatannya diperlukan air lebih banyak
dan hal ini tidak selalu tersedia.
Kerugian lain adalah, bahwa ada kemungkinan longsomya got itu
124
sendiri dan memerlukan tenaga tambahan untuk membersihkan-
nya.
125
Misalnya :
Luas tanaman Luas rela tif
palawija 40 ha 40 X = 40 ha
tebu 50 ha 50 X = 75 ha
1 V2
padigadu 30 ha 30 X 4 = 120 ha
----------------------------
Jurn1ah Luas Re1atif = 235 ha
misalkan debit 50 1/det, maka pasten
palawija menjadi 5040 1 235 = 0,21 1/det
tebu 1 1/2 X 0,21 = 0,315 1/det
padi gadu 4 X 0,21 = 0,84 1/det
126
6.5. Pemberian air dengan cara jam • jaman
Cara ini dapat dilaksanakan dalam daerah yang sudah
diperlengkapi waduk lapangan atau pun yang bdum ada waduk.
Cara ini dikerjakan, hila debit saluran sudah terlalu kecil
untuk diberikan secara bersamaan waktu. Kalau dipaksakan
dapat timbul sengketa yang tak diinginkan.
Caranya adalah sebagai berikut : Pada malam hari air
saluran mulai jam 18.00 sampai jam 6.00 pagi harinya
seluruhnya dialirkan dalam waduk lapangan. Jadi pada malam
hari itu tanaman tidak diberi air.
Pada pagi harinya mulai jam 6.00 air waduk dikeluarkan,
sehingga debit saluran tersier menjadi air dari saluran sendiri
ditambah air waduk.
Jika jatah air masih cukup, maka masih dapat diberikan
air bersamaan antara tanaman tebu dan tanaman rakyat.
Misalnya :
- Tanaman tebu
muda perusahaan 60 ha luas relatif 60 X IY2 = 90
- Tanaman palawija 30 ha luas relatif 30 X 1 = 30
- Tanaman padi gadu 60 ha luas relatif 60 X 4 = 240
Jumlah luas relatif = 360 ha
127
Tebu mendapat air seiama 90 1360 X I2 jam = 3 jam
Tanaman rakyat (Paiawija + gadu) 270 1360 X I2 jam = 9 jam
128
Selama petani mengurus air ia terpaksa meninggalkan rumah
dan halamannya dan hal ini dapat mengundang keadaan menjadi
tidak aman
Satu dan lain hal mendorong Pemerintah dalam tahun 1916
untuk mengadakan percobaan-percobaan untuk membuat waduk
waduk lapangan yang akan berfungsi mengumpulkan air malam
hari guna dialirkan siang hari sebagai tambahan atas debit
saluran tersier siang hari.
Pembuatan waduk-waduk lapangan semula dianggap
sebagai jawaban yang tepat untuk mengatasi keberatan -
keberatan dalam peraturan siang - malam. Oleh karena itu dinas
irigasi dalam tahun 1919 telah mengusulkan kepada Pemerintah
untuk membuat waduk-waduk lapangan disemua daerah yang
ada penanaman tebu dan meliputi luas daerah irigasi 700.000 Ha.
Taksiran biayanya adalah f. 11 a f. 12 juta dan setiap tahun akan
disediakan anggaran f. 1,5 juta, sehingga setelah 7 - 8 tahun
peraturan siang- malam diperkirakan tinggal merupakan fakta
sejarah belaka.
Akan tetapi pengalaman menunjukkan bahwa teori
menyimpan air malam hari utnuk di. manfaatkan keesokan
harinya tidak dapat berjalan tanpa kerugian. Banyak air hilang
karena merembes dalam waduk lapangan.
Lain dari pada itu, pada pemberian air bersamaan antara
tanaman tebu dan tanaman rakyat, yang disebut pertama selalu
mendapat airnya tanpa kekurangan, karena jatah debit diukur
dekat kebun, sedang air untuk palawija tak pemah diukur,
sehingga kalau terjadi kehilangan air tentu hal ini atas beban
debit untuk palawija. Keberatan ini pada peraturan siang-
malam tidak ada. Pemerintah akhirnya membuat angket untuk
mendapat kepastian tentang masalab ini.
Angket itu mengungkapkan, bahwa keunggulan waduk- waduk
lapangan diatas peraturan siang - malam tidak dapat dibuktikan,
karena banyak petanipun akhimya tidak keberatan untuk
menerima peraturan siang - malam.
Sebenamya masalahnya adalah bahwa pabrik gula selalu saja
dapat mempergunakan sarana - sarana yang perlu untuk
129
menjamin tersedianya air bagi tanaman tebunya sedang rakyat
tidak dapat berbuat banyak karena tidak bermodal.
akhirnya Pemerintah dalam tahun 1921 memutuskan untuk
menghentikan pembuatan waduk - waduk lapangan dan
membiarkan daerah yang sudah ada waduk lapangan tetap
beroperasi.
Keputusan Pemerintah ini tidak mengandung arti, bahwa
peraturan siang - malam sudah memuaskan pihak rakyat.
Dipandang dari sudut apapun peraturan ini pasti mengandung
unsur paksaan, jadi sifatnya tidak sama rasa, sama rata.
Tetapi kalau pemberian air dilaksanakan bersamaan,
pemberian air lebib tidak sama rasa, sama rata, karena pabrik
gula dengan segala sarana yang ada, dapat menjamin pemberi-
an air menurut kehendaknya, sedang rakyat yang serba lemah
hanya melihat sisa-sisa air yang mudah-mudahan dapat
menyelamatkan tanamannya.
130
Biasanya pompa yang dipergunakan adalah pompa
sentrifugal dengan tekanan maximum sekitar 5-10 m. Tenaganya
diperoleh dari motor diesel, yang sudah disiapkan pada tempat
tertentu atau dapat dipindah - pindah. Ditentukan syarat, bahwa
air pompaan dimasukkan dulu dalam sebuah kolam dan dari
kolam inilah kemudian debit disalurkan kesaluran irigasi atau
kekebun. kolam dimaksudkan untuk memberikan ketenangan
kepada air, sehingga besamya debit yang dihasilkan dapat dibaca
dengan baik dan cukup konstan. Memang tidak ada keharusan,
bahwa air dialirkan langsung kekebun. Dinas irigasi dapat
menerima air pompaan disaluran irigasi sedang kebun tebu dapat
berlokasi dihilir tempat pemompaan.
Bahkan juga boleh diudik tempat pemompaan.
Dalam hal ini kebun tebu memperoleh air penukar (ruilwater)
dari saluran irigasi terdekat.
Ada kalanya pihak pabrik gula membiayai atau memberi
iuran dalam pembangunan sebuah bangunan (bendung biasa
atau waduk) dengan maksud memperoleh air suplesi bagi
tanaman tebunya atau memperoleh konsesi perluasan areal
penanaman.
Bila diketahui bahwa dalam suatu bagian saluran (misalnya
tersier) terjadi banyak kebocoran atau rembesan, maka pihak
pabrik gula pun sering bersedia mengeluarkan biaya untuk
melapisi saluran tersebut dengan bahan rapat air.
6. 8. Air Injeksi.
131
Kalau tidak mempunyai prasarana sendiri, debit inipun
dibebankan kepada saluran irigasi. Kalau daerahnya memang
kekurangan air, 100 liter i debit sudah merupakan beban berat.
Oleb sebab itu pabrik gula tidak jarang membuat bendung sendiri
di sungai terdekat untuk menjamin suplai air yang kontinyu
dimusim giling.
Batang tebu yang sudah dipres dan dikeluarkan air
tebunya dinamakan ampas. Ampas ini oleb pabrik dibuat
briket-briket berupa kubus-kubus berukuran 0,50 X0,50 X 0,50
m yang sudab dipres pula, supaya tidak terlalu makan tempat.
Selain untuk baban bakar mesin pabrik, ampas juga
dipakai untuk dibuat baban bangunan dengan memakai bahan
pengikat semen, Kalau asbes dengan semen mengbasilkan eternit,
ampas dengan semen memberikan ampasit.
132
Tahun Produksi Export Gu1a Krista1
Kwinta1/ ha tahun Juta ton
133
Gula tebu tidak lagi mempunyai kedudukan kuat, karena
tumbuhnya saingan baru. Gudang-gudang pabrik gula menjadi
penuh berisikan persediaan gula.
Siapa yang mengira, bahwa malaise 1929 kemudian
disusul oleh runtuhnya Pemerintah Hindia-Belanda pada tahun
1941.
Yang menimbulkan ironi kaum Nasionalis Indonesia
adalah, bahwa Belanda membanggakan diri dengan perkem-
bangan industri gulanya, telah mengangkat kemakmuran
penduduk asli Indonesia sampai taraf yang tinggi.
Mungkin mereka lupa atau melupakan, bahwa mereka
dengan menyewa tanah rakyat sampai berpuluh-puluh tahun
lamanya dengan membayar f.1201ha untuk jangka waktu 18
bulan, dengan luas ratusan ribu Ha. Kesimpulan yang dapat
diambil adalah, bahwa dengan sengaja rakyat Indonesia dibuat
miskin supaya sekaligus merupakan tenaga murah bagi industri
gulanya, yang sangat padat karya.
134
Tahun Luas tanaman
ha
1934 38.811
1935 28.552
1936 32~589
135
Penyewa tanah dari rakyat inilah menentukan banyaknya
kenntungan yang diperoleh Belanda. Usaha membuat hubung-
an kerja lain seperti di Cuba ataupun Philipina belum pemah
dipertimbangkan oleh Belanda. Yang diusahakan adalah
kurang lebih sama dengan apa yang dijalankan oleh pabrik-
pabrik gula setelah Indonesia merdeka.
Disini petani dengan bantuan pabrik menanam tebu dan
menjualnya kepada pabrik dengan diberi hak atas sebagian
keuntungan dalam mengolah bahan baku menjadi gula.
Dengan demikian ikli.I]l pabrik gula yang pemah ada di
Jawa tak mungkin akan kern bali dan kini memang hanya
sekelumit sejarah.
Secara strategis militer, pabrik-pabrik gula merupakan
benteng-benteng pertahanan Belanda, bila timbul ketegangan
antara terjajah dan penjajah.
Dalam perang kemerdekaan 1948 misalnya penulis sebagai
non-koperator pemah ditangkap Belanda, yang bermarkas
disebuah pabrik gula didaerah Yogyakarta.
Administratur pabrik gula pun lazimnya berpangkat militer
cukup tinggi, sehingga mereka dalam keadaan darurat tidak
akan canggung dalam memimpin pasukan pertahanan.
136
Usaha kerajinan tangan rakyatpun ikut menderita akibat
membanjimya impor barang luar negeri sejak 1870-an. Ditam-
bah lagi dengan menurunnya harga beras karena masuknya
ber35 impor.
Faktor-faktor tersebut diatas menyebabkan terjadinya
proses pemiskinan rakyat dan dapat disimpulkan lebih lanjut
sebagai berikut :
137
Terjemahan bebasnya kurang lebih sebagai berikut :
138
BAB 7 :_
SETELAH PERANG DUNIA I
( 1918 )
139
7. SETELAH PERANG DUNIA I (1919)
141
Diseluruh Jawa proyek-proyek irigasi berukuran besar
dikerjakan.
Begitulah di Jawa Timur dataran sekitar Jember dan Lumajang
diberi irigasi dari sungai-sungai Bedadung, Tanggul dan
Bondoyodo dengan jumlah luas 40.300 ha.
DiJawaBarat antara lain dimulai dengan irigasi dari Citarum
melalui Bendung bergerak Walahar seluas 78.000 ha.
142
Bendung Walahar
Bendung Bedadung
143
Sampai tahun 1930 proyek-proyek irigasi yang sudah dan sedang di-
kerjakan ada1ah :
144
Perkembangan diluar Pulau Jawa tidaklah secepat di
J awa. Penduduk yang belum padat dan hasratnya untuk
memilih penanaman komoditi expor menyebabkan mereka
tertinggal dalam bidang irigasi. Meskipun demikian sering pula
diadakan usaha untuk membangun irigasi disana.
Di Pulau Sumatera ditahun-tahun menjelang 1930 telah
dibangun beberapa proyek irigasi didaerah Simalungun. Tetapi
dibeberapa daerah bangunan-bangunan tersebut kurang diman-
faatkan. Dalam hal ini Pulau Bali merupakan perkecualian. Di
Bali sudah ada bangunan-bangunan irigasi lama yang dimanfa-
atkan dengan baik oleh penduduknya.
Disini memang tidak perlu direncanakan bangunan-bangunan
baru. Pemerintah hanya memberi bantuan dana bagi pembuat-
an bangunan-bangunan yang pelaksanaanya ada diatas kemam-
puan teknis dan keuangan rakyat.
Juga di Sulawesi - Selatan pada tahun-tahun belakangan
terlihat kegiatan yang meningkat. Menjelang tahun 1930 sedang
diadakan persiapan untuk melaksanakan proyek irigasi dari
Bendung bergerak Benteng di K. Sadang.
145
Tahun f juta Tahun f juta Tahun f juta
150,743
146
7.1.2. Sumbangan darl lndustrl Gula
147
Daerah Gung dan Kumisik merupakan daerah irigasi
berukuran sedang, yang terletak sebelah menyebelah kota Tegal
kearah Selatan. Luasnya 25.900 ha. Daerah K. Gung bagian
Utara terletak didataran dekat pantai, tetapi bagian Selatannya
merupakan kaki G. Slamet dengan muka tanah miring. Daerah
K. Kumisik pun terletak ditanah yang miring.
Daerah Gung dan Kumisik sudah punya sistem irigasi
buatan rakyat, sehingga setidaknya rakyat dapat bercocok
tanam, sekalipun masih secara sederhana. Mungkin itulah
sebabnya mengapa daerah ini belum dianggap perlu untuk
segera diperbaiki. Di sungai-sungai kecil yang ada rakyat
membuat bendung-bendung untuk irigasinya.
Disini tak ada pemisahan antara saluran pembawa dan saluran
pembuang. Disinipun sudah ada pabrik-pabrik gula sejak lama.
Pada umumnya penanaman padi rendengan tidak me-
nimbulkan masalah, kecuali bagian Utara, yang sering keban-
jiran karena sistem pembuangan air tidak memuaskan. Bagian
Utara pun sering tak kebagian air dalam musim kemarau.
Dalam kondisi debit musim kemarau amat terbatas,
dengan tanaman tebu yang cukup luas tersebar di daerah ini
dan pula tanaman polowijo yang intensif, dapatlah dimengerti
mengapa di daerah ini sejak lama sudah dibuat waduk-waduk
lapangan, yang dalam kenyataannya memang diperlukan untuk
menghindarkanhnengurangi sengketa dalam pemberian air.
Rakyat disini tidak mengerti mengapa akhirnya pembuat-
an waduk-waduk lapangan dihentikan dan aturan siang malam
dihidupkan kembali (lihat ayat 6).
Pembangunan Daerah Gung ini baru mulai dikerjakan
dalam tahun 1911 dibawah pimpinan Ir. W.F. Eysvoogel
dengan bagian pertamanya.
Pembangunan dibagi atas 10 bagian dan bagian terakhir
diselesaikan sekitar tahun 1925.
Perbaikan irigasi K. Gung ini dikerjakan dengan mema-
kai sistem irigasi yang ada, sebagaimana diuraikan sistem yang
ada, mempergunakan saluran pembawa dan pembuang tercam-
148
pur sehingga sama sekali berlainan dengan sistem irigasi Pemali
(daerah tetangga), yang mengadakan pemisahan ketat antara
kedua jenis saluran itu.
Pada sistem tercampur ini, orang lebih hemat dalam
pemakaian air, karena air yang telah terpakai ada kemungkin-
annya dapat dipakai lagi di petak-petak yang letaknya lebih
kehilir. Kalau ada hujan jatuh disuatu areal, itu pasti
memberi keuntungan air, yang dapat di manfaatkan di
petak-petak lebih kehilir.
Berhubung dengan rembesnya tanah volkanik di daerah ini,
untuk menentukan kapasitas saluran dipakai juga Lengkung
Pemali, yang masih dikalikan dengan faktor koreksi a = 1,25
Sistem saluran pembawa dan saluran pembuang tercampur
sebenamya di daerah ini memang pada tempatnya, sebab
saluran induk Gung sendiri tak pernah mampu menyalurkan
debit menurut rencana sebesar 18 m3 /det, paling-paling hanya
12,5 m3 /det. dapat dialirkan. Dengan demikian dalam penga-
liran air yang dibagi itu menuju ke petak-petak tersier, tanpa
penambahan sebenamya air tidak mencukupi.
Oleh karena itu, adanya penambahan air dari air bekas atau
pun air hujan merupakan sesuatu yang amat disyukuri.
Dalam proyek perbaikan daerah irigasi Gung, selain pada
umumnya dipakai jaringan saluran yang sudah ada, nama-
nama saluran lamapun masih dipakai.
149
Kehilangan tinggi disaluran induk yang besar ini diman-
faatkan oleh sebuah Pabrik es di desa Lebaksiu, yang
mempergunakan tekanan air yang ada untuk pembangkitan
tenaga pabriknya.
150
Saluran induk Gung kurang lebih 1 km dari bendung
Danawarih, diseberangkan diatas K. Gung ketepi kanan
dengan sebuah talang yang cukup panjang. Diatas talang
dibuat tutup, yang sekaligus direncanakan sebagai jembatan
untuk lalu-lintas inspeksi.
Karena dasar sungai tidak stabil dan terdiri atas
batu-batu besar, kerikil dan pasir, sedang alur sungai pun
sering berpindah-pindah, maka masalahnya adalah bagaimana
merencanakan baguna11 talang yang dapat bertahan lama.
Jawabnya adalah sebuah talang terdiri atas sejumlah lengkung
beton masing-masing dengan bentang 25 m, ditopang oleh
tiang-tiang yang tebalnya sedemikian besar, sehingga cukup
kuat menghadapi benturan batu-batu besar. Panjang talaugpun
dibuat sedemikian, hingga pindahan alur sungai sewajarnya
masih berada dibawah talang. Konstruksi ini ternyata dapat
bertahan bertahun-tahun.
151
K. Gung sendiri mengalir deras dan berliku-liku dengan dasar
sungai yang penuh batu-batu dari sebesar kerbau sampai kerikil
dan pasir, kesemuanya produk dari G. Slamet. Dekat
Kalibakung tepi dan dasar sungai ternyata merupakan tanah
labil, ytlng mudah longsor. Sudah sering terjadi, bahwa jalan
Kabupaten dari Kalibakung ke Bumijawa harus dipindah
trasenya karena melorot kebawah.
Bendung Sidapurna
152
Bendung Pesoyangan
!53
Penanaman palawija didaerah Gung karena padatnya penduduk
dan subumya tanah volkanik, terkenal amat intensif dan
menyerupai perkebunan rakyat.
Arus K. Gung sendiri dari Danawarih sampai Kagok
(Slawi) amat mudah berpindah-pindah. Letak dasar sungai
kurang lebih sama dengan tanah asli. Sebuah batu besar yang
bergerak sedikit dapat memindah arus.
Selama arus ini masih tetap berada dalam jalur timbunan batu
dan kerikil dan tak mengancam kampung, maka tidak timbul
masalah. Karena dasar sungai yang menjadi Iebar itu sama
tingginya dengan kampung-kampung separljang sungai, maka
rakyat sering merasa ketakutan menghadapi ulah K. Gung.
Dinas Irigasi menyediakan Dana Waterkeringswerken untuk
membuat tanggul-tanggul matras kawat ditempat-tempat, di-
mana alur sungai mengancam kampung-kampung.
Didesa Simbang dahulu terdapat lokasi konsesi pengambilan
batu untuk keperluan Perusahaan Kereta Api guna pemelihara-
an jalan kereta api. Pengambilan batu dari K. Gung ini
dikerjakan intensif dibawah pimpinan Kepala Desa Simbang.
namun tak pernah diobservasi bahwa pengambilan batu itu
merupakan gangguan terhadap lingkungan. Batu baru selalu
datang dari udik terbawa arus air. Penulis pernah bekerja pada
tahun 1937-1938 didaerah ini yang gajinya dibebankan kepada
Waterkeringswerken.
154
tembok dibawahnya dibuat tegak. Konstruksi ini dapat
bertahan sampai tahun 1968 pada waktu mana bendung rusak
total.
Bendung Dallllwarih
155
7.2.2. Perombakan Bendung Danawarih.
156
buah Pabrik Gula, yang semuanya khusus dimusim kemarau
memerlukan perhatian pegawai yang mengurusi pembagian dan
pemberian air.
Ditambah dengan keadaan, bahwa penanaman polowijo
di daerah ini tergolong amat intensif karena penduduknya
padat, ditambah lagi dengan keadaan sistim irigasi, dimana
saluran pembawa dan pembuang tidak terpisah, maka dapatlah
dibayangkan, bahwa exploitasi irigasinya amat intensif khusus-
nya dimusim kemarau.
157
Pada waktu mengeluarkan air dari waduk, dipakai JUga
pengukur Crump de Gruyter, yang sekaligus mengukur debit
dari saluran tersier.
158
Operasi ini biasanya perlu diulangi untuk menghilangkan
kemungkinan kesalahan.
Kalau salurannya Iebar, maka mungkin pula bahwa perlu
melepaskan pelampung pada 3 jalur Iebar saluran.
Dengan mengalikan luas penampang profil (menurut
tabel) dengan kecepatan rata-rata yang diperoleh, maka didapat
debit saluran Q = F x V.
Pengukuran debit seperti ini hanya dikerjakan pada
saluran-salura'l induk dengan debit cukup besar, atau pada
sebatang sungai, yang ingin diketahui debitnya. Untuk hal yang
terakhir ini tentu harus dipilih bagian sungai yang cukup lurus
dengan profil yang tak terlalu berubah-ubah. Untuk sebatang
sungai jalur pengukuran kecepatan air seringkali perlu diambil
jalur lebih banyak lagi. Sekitar tahun 1938 Penulis pemah
menyelenggarak.an pengukuran debit K. Pemali dihilir jembatan
jalan raya di Brebes, yang Iebar sungainya ± 80 meter.
Observasi debit sungai diperlukan dalam rangka pengen-
dalian banjir dengan membuat grafik debit sebagai basil dari
pengukuran-pengukuran tersebut.
159
5 em, sehingga akhirnya seluruh bangunan pengambilan
memerlukan kehilangan tekanan 35 em, yang tidak selal11
tersedia.
Dalam reneana irigasi dulu-dulu, alat ukur Cipoletti
dipasang dalam kombinasi dengan pintu pengambilan dari
baja, yang dihubungkan dengan pipa beton. Alat ukur Cipoletti
biasanya dipasang - 25 a 30 meter dihilir pintu pengambilan,
untuk menjaga supaya muka air saluran sudah tenang dan
tidak mempunyai kecepatan awal. Dengan demikian antara
pintu dan alat ukur ada jarak yang tidak membuat operasi
pembagian air lebih mudah.
Biasanya diudik dekat Cipoletti terkumpul bahan endapan yang
bila dibiarkan dapat mengganggu fungsi alat ukur Cipoletti.
Hal ini sebenamya masuk akal, karena memang keeepatan air
diudik sekat dibuat keeil.
Dengan demikian alat ukur Cipoletti memerlukan pemelihara-
an, yang sebenamya tak seberapa berat, karena segala sesuatu
dapat dikerjakan tanpa mengharuskan berhentinya pembagian
air.
160
kurang praktis dalam operasi pembagian air. Oleh sebab itu
disana pertama kali direncanakan Pintu pengambilan, yang
sekaligus mengukur debitnya dengan alat ukur Venturi tertu-
tup. Dengan sekali putar pintu dapat dibaca sekaligus debit
yang melalui lobang tenggorokan pengukur Venturi, yang diberi
berukuran stan dar, sedang yang variabel adalah tekanan
airnya.
Ini tentu merupakan langkah maju, tetapi pengalaman
membuktikan, bahwa banyak alat ukur Venturi di daerah
Pemali mengalami penutupan lumpur. Pembersihan alat ini
tidak mudah, karena semuanya terpasang dalam bangunan di
bawah air. Dengan demikian pembersihannya memerlukan
penghentian exploitasi pembagian air.
Bila air irigasi dari sungai jernih, tentu keberatan ini
tidak akan ada.
Bangunan dengan alat venturi dapat dibuat kompak dan
tekanan air yang diperlukan lebih hemat dari pada Cipoletti.
Pengukuran jenis Venturi tidak peka terhadap perubahan muka
air, karena dalam rumus debitnya H nampak dalam pangkat
112 saja.
Dalam tahun-tahun 1925 - 1930 di Laboratorium
Masalah Air di Semarang telah diadakan penelitian, supaya
Pengukur Venturi dapat diberi ukuran standar.
161
rnuncul dalarn pangkat 1 ;2, Dengan dernikian rnenurut
pengalarnan, untuk rnengeluarkan debit tetap (constant) dari
waduk lapangan, hanya diperlukan rnerubah kedudukan pintu
kurang-lebih 2 a 3 x dalarn satu hari. Hal ini tidak terlalu
rnernberatkan petugas yang rnelaksanakannya.
162
7 .4. Era baru dengan konstruksi waduk-waduk besar.
ll'aduk Prijetan
Bahwa hal ini pada umumnya hanya dapat dicapai
dengan pembangunan waduk-waduk besar, dapatlah mudah
dipahami. Tetapi menyadari, bahwa dalam era ini masalahnya
menjadi lebih besar risikonya, maka pihak Belandapun tidak
segera bertindak kearah pembangunan waduk-waduk besar.
Kita mengetahui bahwa Belanda memang bersifat cermat dan
berhati-hati.
Namun demikian agak lebih cepat dari pada perkiraan,
dilembah Bengawan Solo telah dibuat waduk lumayan besar yang
pertama, yaitu Waduk Prijetan dalam tahun 191011916
letaknya tak jauh dari Kota Babat dikontruksi sebagai
bendungan tanah dengan inti tembok beton dan berdaya-tam-
pung 8.000.000 m3.
Maksud pembuatan waduk ini rupa-rupanya untuk sekedar
kompensasi atas gagalnya rencana proyek irigasi Bengawan Solo
(lihat 5, 7).
Waduk Paca/
164
Kemudian juga dibuat Waduk Pacal dekat Bojonegoro
dalam tahun 1927 !1933. Tubuh bendungan dibuat sebagai
timbunan batu kapur (rock fill) dengan perapat air pelat-pelat
bet on dibagian sisi air. Pelat-pelat betbn itu bertUmpu kepada
koperan dari beton juga, yang tertanam dalam-galam ditanah
pondasi. Waduk ini berdaya tampung 41.500.000. M3 dan
ternyata dapat memenuhi fungsinya dengan baik untuk
penyediaan air musim kemarau .
Bocoran yang berarti tidak pernah terobservasi.
/Jemlung Penjalin
lbS
Maksud pembuatan waduk adalah untuk menambah debit
musim kemarau K. Pemali selama 3 bulan terus-menerus
dengan debit 1.- m3 /det. Pabrik-pabrik gula yang berkepen-
tingan direncanakan membiayai konstruksi waduk ini, akan
memperoleh konsesi perluasan penanaman areal tebu didaerah
irigasi Pemali, yang diairi oleh Bendung Notok.
166
Waduk Tempuran
167
Delingan 4.000.000 m3
Gebyar 2.100.000 m3
Lalung 5.000.000 m3
Dawuhan 5.425.000 m3
Noto puro 2.060.000 m3
Saradan 1.631.000 m3
Dung ben do 2.400.000 m3
168
Dekat Gunung Rowo terdapat Waduk Gembong dibangun
tahun 1930-1933 dengan daya tampung 9.620.000 m3 juga
dimaksudkan untuk irigasi musim kemarau daerah Pati bagi
palawija dan tebu. Pembuatan tubuh bendungan ini adalah
dengan hydraulic fill ( satu - satunya di Indonesia) dengan
rnempergunakan kanon-kanon air yang biasa dipakai dalam
penambangan timah di Bangka.
Menurut ceritera Pak Pringgoadisuryo (ayah Pahlawan
Nurtanio) almarhum, waktu itu kepala daerah irigasi Pati pada
suatu ketika pintu-pintu penutup waduk, yang mestinya bekerja
secara hidrolis, tidak mau bekerja, macet. Rupa-rupanya
lumpur yang mengendap disekitar pintu sudah demikian
tebalnya, hingga mempengaruhi mekanik pembukaan pintu.
Pintu-pintu tetap tidak mau membuka, sehingga dikhawatirkan
akan menyebabkan muka air waduk meningkat terlampau
tinggi hila banjir-banjir sudah datang. Kebetulan ada seorang
petugas yang menawarkan diri untuk memasuki trowongan
pengeluar dari hilir dan berusaha meng-orek-orek kotoran yang
mungkin menyebabkan kemacetan itu.
Temyata petugas tersebut berhasil menghilangkan penyumbat-
an itu dan air dengan kecepatan besar dan berbunyi gemuruh
keluar melalui terowongan. Tentu saja sang petugas terbawa
arus air dan dilemparkan ke sungai, alhamdulillah selamat.
Ceriteranya tidak menyebutkan, bahwa kemudian sang petugas
mendapat hadiah dari Pak Pringgo.
169
Dekat Cirebon dalam tahun-tahun 1924-1927 telah dibuat
bendungan Situ patok dari tanah dengan inti lempung dan
daya-tampung 12.000.000 m3.
Di K. Kabuyutan tak jauh dari Ketanggungan, Brebes
antara tahun 1935 - 1940 telah dibuat pula Waduk Malahayu
dengan daya-tampung 60.000.000 m3.
Tinggi bendungan adalah 30 m dan terbuat dari kerikil dan
pasir endapan K. Kabuyutan dan inti lempung dari kolam
waduk .
170
Kemudian cofferdam dipertinggi dengan pa.sir dalam karung,
yang ditutup gcni terceiup dalam aspal. Alhamdullilah sampai
bendungan selesai ditimbun, tidak terjadi lagj saat yang
mendebarkan. Jelas terlihat disini, bahwa antara keamanan dan
malapetaka hanya dibatasi oleh kemujuran.
W aduk ini memberi tambahan debit musim kemarau
kepada 3 buah sistem irigasi yang sudah ada, yaitu Kabuyutan,
Babakan dan Cijengkelok.
Pada tahun 1940 di Kantor Pusat W aterstaats-afdeling
"Pemali-Comal" di Tegal telah dimulai dengan persiapan untuk
pembuatan waduk Cacaban disebelah Selatan kota Tegal
dengan daya tampung 90.000.000 m3. Penulis berkesempatan
ikut serta dalam prarencananya, yang meliputi rencana saluran
suplesi dari K. Rambut, diambil sewaktu K. Rambut memban-
Jlr.
7 .6. Desentralisasi
171
Pemerintah Propinsi mempunyai badan pengelola masalah
Pengairan, yang disebut Provinciale Waterstaats dienst, yang
dikepalai oleh seorang insinyur senior dan disebut Hoofd
Provinciale Waterstaatsdienst (disingkat HWD).
Dibawah Provinciale Waterstaatsdienst ditempatkan
Waterstaats-afdelingen, yang dulu disebut Irrigatie-afdelingen.
Demikianlah sejak 1930 semua irrigatie-afdeling berganti nama.
Waterstaats-afdeling Serayu, Waterstaats afdeling Brantas dan
seterusnya. Kepala Waterstaatstaatsafdeling adalah Hoofd
Waterstaats-afdeling ( disingkat HWA).
Satu Waterstaats-afdeling dibagi dalam seksi-seksi dan satu
seksi dibagi dalam onder-sectie, yang di kepalai seorang
Sectie-Opzichter. Satu Onder-Sectie dibagi-lagi dalam Keman-
tren-kemantren, yang masing-masing diurus oleh seorang
Mantri Waterbeheer.
Untuk urusan pembagian dan pemberian air Mantri water-
beheer dibaptu oleh sejumlah Ulu-ulu, basil pemilihan rakyat
petani dan pengangkatannya dikukuhkan oleh Bupati. Untuk
urusan pemeliharaan saluran dan bangunan, Mantri water-
beheer dibantu oleh Mandor-Mandor irigasi atau Beambte-
Waterbeheer.
172
Kabupaten mempunya1 Juga jawatan Pekerjaan Umum Ka-
bupaten, yang mengurusi Gedung-gedung kepunyaan Kabupa-
ten, jalan-jalan Kabupaten yang bersifat lokal.
jawatan Pekerjaan Umum Kabupaten tidak mengurusi ba-
ngunan irigasi dan pula tidak ikut serta dalam urusan
pembagian air irigasi. Pengetahuan teknik PU Kabupaten
sering dimanfaatkan untuk mengurusi bangunan-bangunan air
di saluran-saluran desa.
Dalam Pemerintahan Kabupaten ada Panitya Irigasi
(lrigatie Commissie), yang setiap kali dimintai pendapatnya
mengenai masalah-masalah penting irigasi, misalnya :
7. 7. Peraturan-Peraturan Pengairan.
173
2) Peraturan Pengairan daerah Pemali-Comal (Pemali-
Reglement), berdasarkan keputusan Residen Pe-
kalongan tgl. 25 Januari 1910 No. 593/34 dan
memuat 37 pasal.
3). Peraturan Pengairan Karesidenan Surabaya. berdasar
keputusan Residen Surabaya tgl. 26 Oktober 1921
No. 2847/16 dan memuat 25 pasal.
174
7.7.3. Undang-undang tentang Pengairan (UU. No. 11/1974)
175
1) Peraturan Pemerintah No. 22/tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air.
2) Peraturan Pemerintah No. 23/tahun 1983 tentang irigasi.
176
nanam padi dimusim kemarau. Misalnya masyarakat di Aceh
ada yang berpendapat demikian.
Menurut fakta sejarah, bangunan-bangunan pengairan
dahulu memang ditujukan terutama untuk menjamin berhasilnya
padi rendengan titik. Bila disamping itu masih ada basil
tanaman musim kemarau, itu merupakan keuntungan tambah-
an saJa.
Penanaman padi pada musim hujan terjadi pada sawah
dengan pengairan teratur, sawah dengan pengairan sederhana,
bahkan juga pada sawah tadah hujan. Pada dasamya dimusim
hujan semua tanah yang ada aimya, ditanami padi rendengan.
Jelas bahwa penanaman padi rendengan harus benar-benar
mengikuti irama adanya 2 buah musim, yang sangat berbeda
satu dengan lainnya. Musim kemarau yang kering tidak
memberi kesempatan kepada padi sawah untuk tumbuh dengan
baik. Musim hujan sebaliknya ditandai dengan curah hujan
berlimpah, yang masih perlu dibantu oleh debit sungai yang
berkecukupan. Tanaman padi seolah-olah didorong untuk
ditanam dan khususnya dimusim ini menjadi dominan.
Pada musim ini petani terangsang untuk menanam padi.
177
Musim Man gsa Umur
Mangsa
I 22 Juni Agustus 41 hr.
Ketiga II 2 Agustus 14 Agustus 23 hr.
II 25 Sept. 17 Sept. 24 hr.
IV 18 Sept. 12 Oktober 25 hr.
Labuh v 13 Oktober 8 Nopember 27 hr.
VI 9 Nopember- 21 Desember 43 hr.
VII 22 Desember- 1 Pebruari 43 hr.
Rend eng VIII 2 Pebruari 28 Pebruari 26 hr.
IX Maret 25 Maret 25 hr.
X 26 Maret 18 April 24 hr.
Mareng XI 19 April 11 Mei 23 hr.
XII 12 M e i 21 J u n i 41 hr.
365 hr.
178
Mangsa V Pancuran emas sumawur ing jagad (Pancuran mas
berhamburan di bumi) : Hujan pertama turon, curah hujan
151,9 mm.
Mangsa VI Rasa mulya kesucen (Rasa mulia kesucian) : alam
hujan, hati merasa tentram, curah hujan 402,2 mm .
.
Mangsa Vll Wisa Kentar ing Maruta (Bisa terbang tertiup
angin) : musim penyakit dan banjir, curah hujan 501,4 mm.
Mangsa VIll Anjrah jroning kayun (Tersiar dalam kehendak) :
Kucing berkawin, kilat bersambungan, curah hujan 371,8 mm.
Mangsa IX Wedare wacana mulya (Keluarnya sabda mulya) :
Garengpun berbunyi, penyakit kulit, curah hujan 252,5 mm.
Mangsa X Gedong minep jroning kalbu (Gedung tertutup
dalam hati) : Burung bertelur, rasa lesu-pusing curah hujan
181,6 mm.
Mangsa XI Sotya sinara wedi (intan diasah) : telur burung
menetas, curah hujan 129,1 mm.
Mangsa XII Tirta sah saking sasana (Air lenyap dari
tempatnya) : Hujan habis, kemarau mulai, curah hujan
149,2 mm.
179
Situasi Woro driehoek hulu
180
produktif.
Didaerah W aterschap Dengkeng terdapat pula pen an am-
an tebu milik pabrik-pabrik gula.
Peraturan-peraturan yang berlaku di Waterschap rupa-rupanya
menguntungkan pabrik-pabrik gula itu, sehingga mereka tidak
mau melepaskan · hak-hak tertentu, yang tentunya harus
dihapus, hila waterschap dihapuskan dan peraturannya diganti
berdasarkan AWR.
Keadaan di waterschap "Opak-Progo" tidak banyak
bedanya dengan Dengkeng.
Di Opak Progo terdapat pula pabrik-pabrik gula yang
menikmati fasilitas-fasilitas tertentu dalam bidang irigasinya.
!:'.1
Pompa air Pesanggrahan terletak ditepi kanan K. Serayu
lebih kehilir juga dibangun tahun 1936 untuk mengairi sawah
semula tadah hujan di Kabupaten Cilacap seluas 4.000 Ha.
182
Sayang sekali, bahwa tidak diperoleh data mengenai
rendemen pompa tersebut, tegasnya tidak ada data tentang
perbandingan antara basil air yang dipompa terhadap tenaga
air yang menggerakkan turbin.
Menurut perencananya, tenaga air untuk menggerakkan
turbin akan diperoleh dari air Serayu, yang dimasukkan ke
saluran induk dan tekanan air yang tersedia karena perbedaan
muka air Serayu dan Sungai Tipar, yang akan menyalurkan air
bekas ke lautan India juga.
183
a. Dalam arsip Dinas Pekerjaan Umum dokumen perjanjian
antar Waterstaatsdient dan Aniem tentang penyediaan
tenaga listrik murah belum pernah diketemukan.
184
kan suplai itu untuk pertama kali dalam sejarah, rakyat
Indonesia mendapat peransuman dalam memperoleh beras
sehingga menimbulkan antipati. Tiap jiwa hanya diperboleh-
kan membeli beras pembagian 300 gram setiap hari. Selain itu
p_embelian beras dikawin-paksakan dengan pembelian bahan
makanan lain, yang tak disukai rakyat.
Karena kekurangan bahan pangan, kesehatan rakyat menurun,
setidaknya daya-tahan berkurang sekali. Kalau rakyat biasa
sudah susah mendapat beras, apa lagi orang-orang yang karena
miskinnya terpaksa hidup dari belas kasihan oran1 lain.
Pemandangan di pasar-pasar, dimana para pengemis bergelim-
pangan menunggu tibanya Malaikat El Maut Izrofil adalah hal
yang lumrah pada waktu itu.
Menyimpang sama sekali dari jadwal penebangan dan
penanaman semula, banyak hutan jati didaerah Rembang dan
Blora yang sudah tua ditebangi dan kayunya diangkut ke
galangan kapal Juana untuk dibuat kapal kayu. Mungkin sekali
bahwa di lain-lain tempat juga dikerjakan hjil yang sama.
Menurut cerita orang kapal-kapal tersebut dipakai untuk
mengangkut beras kegaris depan, tetapi banyak yang tidak
sampai kealamatnya karena dihancurkan oleh kapal-kapal
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Yang dapat kit a ingat adalah, bahwa sering diraungkan tanda
bahaya (serangan musuh), sehingga tiap orang tidak diperke-
nankan keluar rumah. Saat itu dipakai oleh Tentara Jepang
untuk ~muat beras kekapal-kapal kayu tersebut.
185
dipekerjakannya. Dalam proyek ini dapat dicatat segi keun-
tungannya, yaitu setidaknya pekerja itu mendapat makan
2 x sehari, sedang hal tersebut belum tentu dapat diperoleh-
nya, hila mereka tidak bekerja membuat jalan.
Pengerahan romusha oleh Tentara Jepang tidak terbatas
pada proyek-proyek pertahanan di dalam negeri (Indonesia).
Banyak pula yang diberangkatkan keluar entah kemana, sebab
semua rencana pelayaran waktu itu amat dirahasiakan.
Diantara mereka, yang diberangkatkan keluar negeri ternyata
banyak pula yang tak pernah kembali. Namum ada pula, yang
ternyata kemudian, telah bermukim di salah satu negara-
negara Asia Tenggara dan menjadi warga negara baru sampai
membentuk keluarga baru.
Dalam suasana yang serba susah itu didaerah Yogyakarta
tercatat kemajuan dalam bidang irigasi berkat pendirian yang
teguh dari Sri Sultan Hamengkubuwono. Dari pada rakyatnya
(daerah Yogya) diberangkatkan entah kemana untuk kepen-
tingan orang-orang Jepang, Sri Sultan mengusulkan pembuatan
saluran Mataram yang akan menghubungkan K. Progo
186
Terowongan Beligo sete/ah diper/ebar
187
bangunan seperti talang, sipon dan bangunan-bangunan pengam-
bilan. Dicatat pula, bahwa pada zaman itu sukar sekali diperoleh
semen dan besi, sehingga banyak pula bangunan-bangunan
seperti talang dan sebagainya dibuat sedemikian hingga
memungkinkan pembuatannya dari bahan batu kali dengan
adukan basterdtras dengan campuran kapur, semen merah,
pasir.
188
ambang pengukuran itu ternyata banyak yang ditingkatkan
sehingga debit yang mengalir tidak lagi mengikuti rumus
Q = bd V gd sebagai mana mestinya.
Didaerah Banyumas ternyata juga ada proyek irigasi kecil,
yang dikerjakan dalam zaman pendudukan, yaitu proyek irigasi
Tajum ± 5 km sebelah selatan Ajibarang, Purwokerto.
Saluran induk digali ditepi kanan sungai, tetapi karena
daerah irigasi yang luas berada ditepi kiri, maka saluran harus
diseberangkan ke tepi kiri itu dengan rencana sebuah talang.
Karena satu-satunya bahan yang tersedia untuk pembuat-
an talang adalah kayu, (Pada zaman itu tidak ada semen
a~aupun besi), maka talang dibuat sebagai konstruksi kayu.
Tetapi konstruksi ini ternyata tidak dapat tahan lama. Pada
waktu Penulis mengadakan peninjauan setempat untuk mencari
tase saluran Tajum yang baru dalam tahun 1963, hanya terlihat
bekas-bekas talang yang menurut keterangan penduduk belum
pernah berfungsi.
Di Sungai Sampean Hulu, dasar sungai ini berada
beberapa puluh meter dibawah. tanah sekelilingnya. Didaerah
ini rakyat sudah lama menginginkan dibuatnya sebuah bendung
permanen, yang akan memberi air kepada daerah Sampean-
baru kurang lebih seluas 10.000 ha.
Pada waktu itu sudah disetujui bersama, bahwa bendung baru
akan dibuat pada sebuah sudetan (Coupure), sedang saluran
baru akan mengairi tepi kanan sungai.
Pada zaman pendudukan Jepang itu bangunan Bendung
Sampean Baru telah selesai dibuat dalam sudetan tersebut.
Tinggal kemudian menutup sungai untuk mengalirkan airnya
ke sudetan tersebut, yang seterusnya ditampung dalam bendung
beserta pintu-pintu pemasuk. Dasar sungai yang akan di tutup
tersebut terdiri atas endapan sungai yang rembes air. Rupa-
rupanya tidak diacakan usaha membersihkan dasar sungai
lebih dulu sebelum menimbun alur sungai lama, sedang
dalamnya 20 a 30 meter. Penimbunan segera dilaksanakan,
namun rupanya air merembes diantara bahan yang rembes air
itu dan pada waktu air telah terbendung sampai pada titik
189
pembendungan menurut rencana bendung yang sudah jadi,
tekanan air kearah datar sedemikian kuatnya, hingga timbunan
batu dan kerikil tak dapat menahannya, sehingga runtuh dan
terbawa arus.Hal itu terjadi menurut penuturan penduduk
setempat pada malam hari dengan suara yang gemuruh. Tidak
ada cerita lebih lanjut tentang apa yang terjadi dihilir
penimbunan, sebab saat itu orang banyak ketakutan untuk
mengeluarkan pendapat atau melaporkan sesuatu kepada
penguasa.
Demikianlah Bendung Sampean-baru tetap utuh dan
berdiri jauh diatas dasar sungai lama dan belum pernah
berfungsi untuk menyalurkan air ke daerah irigasi baru.
Upaya untuk menyelesaikan Bendung Sampean Baru
kemudian dilaksanakan dengan membuat Bendung baru
dengan lokasi lebih keudik, dan lagi dibuat Bendungan
penutup sungai Sampean. Usaha ini berhasil dan di K.
Sampean terbentuklah semacam waduk Kecil (lihat 8.14) yang
dikerjakan dalam tahun 1979-1983.
lsi normal waduk ini hanyalah 1.500.000 m3 dan terhadap luas
areal 9.300 ha tidaklah ada artinya sebagai waduk.
190
------ - - - - BAB 8
BANGUNAN-BANGUNAN
DIBANGUN SETELAH
PERANG DUNIA II ( 1945 )
191
8. BANGUNAN-BANGUNAN DIBANGUN SETELAH
PERANG DUNIA II (1945)
193
Peristiwa ini terkenal dengan sebutan : 6 jam di Yogya.
Kejadian ini ternyata mempunyai arti politis psikologis yang
besar sekali, karena merupakan bukti, bahwa Tentara Republik
Indonesia masih ada dan mampu memberi pukulan kepada
pihak Belanda, jadi bertentangan dengan propaganda penjajah,
yang menggambarkan seolah-olah Republik Indonesia sudah
tiada lagi.
Faktanya adalah, bahwa perundingan-perundingan di Dewan
Keamanan PBB semakin menguntungkan Republik Indonesia.
Akhirnya diputuskan oleh Dewan Keamanan ini bahwa Tentara
Pendudukan Belanda, yang dibantu oleh pasukan Gurkha,
harus angkat kaki dari Yogyakarta sebelum Akhir Juli 1949.
194
Dalam keadaan demikian rakyat menderita dan pembangunan
tidak dapat berjalan.
Meskipun demikian, pada zaman yang serba sulit itu
masih dapat dilaksanakan pembangunan prasarana dalam
bidang pengairan, seperti Waduk Cacaban di Jawa Tengah,
Wadul Darma di Jawa Barat, bahkan dimulai dengan
konstruksi Waduk raksasa Jatiluhur.
Pembangunan waduk-waduk tersebut menandai era baru
dalam bidang Pengairan, yang sejak beberapa waktu telah
menginjak era peningkatan debit musim kemarau dengan
pembuatan waduk-waduk.
195
Waduk Cacaban
196
1) Saluran Cacaban-Gung yang mengalir ke Barat dan mele-
paskan air suplesi ke jaringan saluran irigasi dari K. Gung.
2) Saluran Cacaban-Rambut mengalir ke Timur untuk
mensuplesi air ke jaringan daerah Rambut. Saluran ini
baru dibuat bertahun-tahun kemudian, karena trasenya
melalui tanah longsor.
19 7
Pada sisi mara waduk terpaksa harus dibuat bendungan
pembantu dengan ketinggian maximum 9 m. terbuat sebagai
timbunan tanah.
Waduk ini terletak dibagian ~aing hulu Cisanggarung
dengan luas daerah aliran 23,5 km . Daya tampung waduk
adalah 40.000.000 m3 dan dimaksudkan untuk memperbaiki
irigasi musim kemarau di daerah Kuningan seluas :
Waduk Jatiluhur
199
Luas daerah aliran adalah 4.500 km2, sedang hujan rata-rata
didaerah alirannya 2.196 mm setahun. Daya tampung waduk
adalah 3.000.000.000 m3, jadi jauh lebih besar dibandingkan
dengan daya tampung waduk-waduk yang sampai waktu ini
dibuat di Indonesia.
W aduk ini terutama dioperasikan untuk memberi air
suplesi kepada :
1) daerah irigasi terletak disebelah Barat Citarum, yang
sudah diairi oleh Cibeet, Cikarang dan K Bekasi dengan
jumlah luas areal 80.000 ha berserta penyediaan air baku untuk
di proses menjadi air bersih bagi kota Metropolitan Jakarta,
khususnya daerah industri Pulogadung. Disamping itu juga
menyediakan air pembersih bagi kota Jakarta dimusim kema-
rau, karena debit Ciliwung pada musim ini tidak mencukupi.
Maklumlah air pembersih kota Jakarta sudah ada sejak zaman
voc.
2) menjamin sepenuhnya irigasi daerah Karawang, yang
sejak tahun 1925 telah mendapat air dari Bendung bergerak
Walahar seluas 80.000 ha juga dan
3) memberi air suplesi kepada daerah-daerah irigasi
disebelah Timur Citarum, yang telah diairi dari Bendung
Barugbug di Cilamaya, Cipadung, Ciasem dan bendurig
Salamdarma di Cipunegara dan lain-lain, yang jumlah luasnya
pun 80.000 ha.
Dengan demikian luas seluruh daerah pengaruh Waduk
Jatiluhur menjadi 240.000 ha.
Jadi jangkauan Waduk Jatiluhur memang telah membuat
dimensi baru dan melampaui apa yang sudah terlaksana
sebelum ini. Kemudian daerah pengaruh waduk Jatiluhur dapat
diperluas lagi mengarah ke Timur seluas 20.000 ha, sehingga
jumlah seluaruh daerah menjadi 260.000 ha.
200
8.5.1. Bendung Pembagi Utama Curug.
Bendung Cumg
201
.......,....
202
dibuat 8 buah pilar diantara mana pintu-pintu digerakkan.
Dipuncak pilar dibuat ruangan pelayanan untuk mengangkat
pintu-pintu secara listrik.
Debit yang harus disalurkan ke saluran induk Tarum.
Timur harus dipompa setinggi 3.20 meter.
Pemom~aannya dipilih sebagai pompa-pompa listrik dengan
tenaga dari Jatiluhur.
Pipa-pipa pompa listrik ini dipasang miring 45° untuk
memudahkan pengalirannya.
Demikianlah pada Bangunan Pembagi Utama Curug ini
atas gagasan Prof. Ir. Sediyatmo telah diabadikan sebagai
Candra Sangkala hari kemerdekaan bangsa Indonesia :
17-8-1945, yaitu :
203
Air untuk induk Tarum Bar.at dipompa secara hidrol~.
yaitu m~alui turbin-turbin yang digerakkan oleh t~kana.n air
yang tersedia untuk dialirkan ke arab walahar de~gan tekan~n
7.50 m.
204
Pompa Listrik Tarum Timur.
205
menghasilkan angka-angka muka air + 26,50 untuk Tarum
Barat dan + 28,20 untuk Tarum Timur. Jadi kedua-duanya
lebih tinggi dari pada muka air dihilir Bendungan Jatiluhur
+ 25,00. Karena rencana pembangkitan listrik sukar untuk
ditinjau kembali, maka terpaksa kita menerima fakta, bahwa
akibat tidak adanya koordinasi antara PLN dan Direktorat
perairan, di Bangunan Utama Curug perlu diadakan pemompa-
an air : Ke Tarum Barat setinggi 1,50 m dan ke Tarum Timur
3,20 m. Dalam perundingan yang diadakan telah dicapai
kata sepakat, bahwa hila diperlukan tenaga listrik untuk
pemompaan itu, tenaga tersebut akan diambil dari jaringan
PLN dan untuk itu Direktorat Perairan tidak dikenakan
bayaran.
Dalam hal ini dianggap, bahwa muka air di Curug sama
dengan muka air dihilir Bendungan Jatiluhur, yaitu ± 25,00.
206
8.5.3. Waduk Tenaga atau Waduk lrigasi?
207
ikuti kebutuhan airnya menurut debit pembangkitan akan
menimbulkan kerugian ditinjau dari berbagai segi.
Oleh karena. itu Departemen Pekerjaan Umum kemudian
menentukan, bahwa waduk Jatiluhur dianggap sebagai waduk
mgas1.
Ini berarti, bahwa pembangkitan tenga listrik mengikuti saja
de~it yang diperlukan untuk irigasi.
208
Prof. Dr. Jr. SEDYATMO
209
seperti Talang Wiroko (Versi Sedijatmo) oleh generasi lebih
muda ( dalam alam merdeka) ditrapkan pada tal aug Saluran
Mataram diatas K. Gajahwong di Yogyakarta tahun 1950 dan
lain-lain talang lagi.
210
Pompa hidrolis untuk Saluran Tarum Barat yang dibuat
mengikuti gagasannya, berjumlah 17 buah, yang menunjukkan
tanggal 17, suatu angka yang kita anggap kramat.
Banyaknya pilar pemegang pintu pengatur beserta me-
naranya untuk meneruskan debit ke daerah W alahar berjumlah
8 yang menunjukkan bulan ke 8 atau Agustus.
Akhirnya pompa-pompa listrik untuk saluran induk
Tarum-Timur dipasang miring dengan sudut 45° demi efisiensi
pemompaan dan ini menunjukkan tahun 1945.
Demikianlah dalam bentuk fisik Bangunan Pembagi
Utama Curug terkandung makna hari kemerdekaan kita yang
kita keramatkan.
211
8.5.5. Beberapa catatan teknik.
212
2) Bendungan Pembantu Ubrug dengan ketinggian max.
16 m.
Catatan :
3 buah waduk yang baru diuraikan (Cacaban, Darma,
Jatiluhur) itu terbuat semasa Pemerintahan orde lama. Tahap
terakhir pembangunan waduk Jatiluhur diselesaikan dalam awal
Pemerinatahan Orde Baru (1967).
213
Bendungon Pembtlntu Pruir Gombong
:214
8.6. Waduk Karangkates
Waduk Karongkates
21 )
lfarluk /,alwr
~16
8. 8. Waduk Selorejo.
ll'at!u/.: Se/orejo
217
8. 9. Waduk Wlingi.
-Waduk Wlingi
21 8
8.10. Waduk Sempor.
Waduk Sempor
21 9
telah dipasang, menara pelayananpun sudah selesai .
Pekerjaan dikonsentrasikan kepada pembuatan bendungan
pengelak (cofferdam), yang bersama trowongan akan menyalur-
kan air banjir melalui trowongan ke K. Sempor di hilir calon
bendungan utama.
Dengan demikian para pekerja akan aman mengerjakan
bendungan utama sampai mencapai ketinggian yang direncana-
kan.
Ketinggian bendungan pengelak menurut rencana adalah
+ 47,35 yang harus dicapai menjelang musim hujan 1967/
68. Dalam pelaksanaannya ketinggian + 45.00 telah tercapai.
Untuk memberi kompensasi kepada petani didaerah
Gombong, Pimpinan Proyek merencanakan penyelenggaraan
exploitasi darurat waduk, yaitu dalam keadaan yang telah
diselesaikan saat itu, diadakan pemberian air untuk padi gadu
yang menurut perhitungan dapat mencapai luas 1.300 ha.
Nah, menjelang berakhimya musim hujan 1967/68 pintu
telah ditutup, sehingga terbentuklah untuk sementara waduk
kecil dengan bendungan pengelak sebagai penahan air dan
air ini kemudian dikeluarkan untuk mengairi tanaman gadu
yang sebelumnya telah dipersiapkan takyat seluas 1. 300 ha.
Menjelang akhir musim kemarau tanaman padi gadu rakyat
tersebut dapat di panen dengan berhasil. Banyaknya padi yang
diperoleh petani. ditaksir rendah saja adalah 1.300 ha x 2
ton/ha = 2.600 ton.
Pada bulan Juli/ Agustus 1967 itu harga beras adalah Rp. 10
kg, sehingga rakyat memperoleh penghasilan tambahan
Rp. 13.000.000,-
Mungkin sekali, bahwa exploitasi darurat yang berhasil
itu membuat pimpinan pelaksanaan Waduk Sempor menjadi
kurang waspada.
Selama air dimanfaatkan untuk irigasi meman~ tidak
terjadi hujan dalam daerah aliran waduk, sehingga air waduk
tenang-tanang saja tanpa ada hal-hal berbahaya yang tersem-
bunyi.
8.10.2. Peristiwa pelimpasan (Overtopping).
221
Dalam 7.5 telah diuraikan tentang pelimpasan bendungan
pengelak pada waktu pelaksanaan Waduk Malahayu (daerah
Brebes Jawa Tengah) sekitar tahun 1938. Pada waktu itu pintu
penutup belum dipasang sama sekali, sehingga trowongan
masih terbuka terus dan kenaikan muka air banjir sempat
turun kembali sebelum mencapai titik berbahaya.
Dalam bulan Agustus 1983, pada pembuatan bendungan
waduk Wonogiri pun pada musim kemarau 1980 terjadi pula
pelimpasan bendungan pengelak, tetapi untung tak terjadi
malapetaka.
Hikmah yang dapat diambil dari peristiwa bobolnya
bendungan pengelak di Sempor adalah :
a) Kita menjadi lebih yakin lagi, bahwa dalam proses
konstruksi bendungan besar, masa pembuatan bendungan
pengelak (Cofferdam) adalah masa paling kritis dalam seluruh
proses konstruksi.
Bendungan pengelak harus cepat-cepat dibuat sampai ketinggi -
an menurut perhitungan. Untuk selanjutnya kita berdo'a,
semoga banjir-banjir yang mungkin datang (sebelum biasanya)
tidak berintensitas terlalu tinggi dan sambil berlalu melalui
trowongan terbuka, tidak sampai menimbulkan kenaikan air
yang membahayakan bendungan pengelak.
Jelas, bahwa kesalahan terbesar dalam peristiwa Sempor
adalah bahwa pintu-pintu trowongan berada dalam keadaan
tidak terbuka penuh.
222
Dimensi bendungan mengalami perubahan, Daya tam-
pung ditingkatkan dari semula 36 juta m3 menjadi 52.000.000
m3. Bahkan ditambahkan juga unsur pembangkitan tenaga
listrik dengan daya terpasang 1,1 MW.
Tinggi max diatas dasar sungai 49 m
Tinggi max diatas galian pondasi 58 m
Bendungan terbuat dari timbunan batu dengan inti rapat a1r
dari tanah (tegel beton telah dirubah).
Irigasi : Padi musim hujan 10.625 ha
Padi gadu 8.675 ha.
Sebenarnya pembuatan pembangkitan tenaga listrik dengan
daya 1,1 MW dirasakan agak dipaksakan. Menurut kenyataan-
nya PLT A mini di Sempor ini hanya dapat bekerja sebagian
kecil dari satu tahun.
Bendungan Klampis
223
8.11. Waduk Klampis.
224
Waduk Wonogiri
225
8.13. Waduk Widas
Waduk Widas
226
8.14. Waduk Sampean Baru
227
Sebenarnya yang disebut waduk Sampean Baru bukanlah
sebuah waduk dalam artikata sesungguhnya.
228
BAB 9
PEMANF AATAN TANAH
RAWA
229
9. PEMANFAATAN TANAH RAWA.
231
9.1. Keadaan Produksi Beras Sewaktu Proklamasi Kemer-
dekaan
232
Intesifikasi pertanian diintroduksi dengan sistematik baru, yang
dicetuskan oleh Ahli - ahli Pertanian di Indonesia, yaitu yang
dinamakan Panca - usaha, terdiri atas :
1. Perbaikan cara bercocok tanam
2. Perbaikan irigasi
3. Perr.akaian bibit unggul
4. Pemupukan dengan pupuk buatan
5. Pemberantasan hama dengan pestisida
Direktorat Jenderal Pengairan dari Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga berkewajiban membantu memperluas laban
pertanian dengan membuka areal irigasi baru atau merehabili-
tasi areal lama, yang telah mundur produktivitasnya.
Dengan demikian upaya peningkatan produksi pangan dilaksa-
nakan melalui 2 front. Dimana - mana didirikan Padi Sentra,
yang mengurus padi setelah dipanen.
Kegiatan Departeman Pertanian kali ini mendapat du-
kungan dari revolusi pertanian (the green revolution), yang
terjadi di Mexico setelah Perang Dunia II. Dalam revolusi ini
ditemukan bibit gandum unggul yang dapat memberikan basil
panen jauh lebih besar dari pada sebelumnya, sedang pemupuk
kan dengan pupuk buatan dapat meningkatkan produksi lebih
tinggi lagi.
Menurut analisa kami dalam tulisan berjudul "Peranan
irigasi dalam usaha peningkatan produksi pangan" 1962,
produksi padi kering sawah irigasi tanpa pemupukan adalah
rata - rata 2,8 ton Ala.
Dengan penanaman bibit unggul, pemberian pupuk buatan dan
pembrantasan hama, produksi padi kering dapat meningkat
sampai 5 a 6 ton Ala, bahkan lebih lagi, apalagi setelah
diadakan perlombaan-perlombaan hasil produksi, para petani
berlomba-lomba mengejar peningkatan yang kadang-kadang
mencapai angka yang spektakuler.
Meskipun pada bulan-bulan pertama dalam usaha pe-
ningkatan produksi padi dijumpai kekecewaan-kekecewaan
akibat kurang pengalaman seperti : dosis pemberian pupuk
yang salah, atau pemupukan pada sawah tadah hujan, yang
233
berakibat matinya tanaman karena kekeringan, maka berang-
sur orang menjadi yakin, bahwa segi perbaikan irigasi dalam
Panca Usaha itu menjadi prasarat untuk berhasilnya seluruh
Panca Usaha itu.
Pacta waktu itu semua pihak yang berhubungan dengan
produksi padi bekerja keras, termasuk Balai Penyelidikan
Tanaman Pangan di Bogor, yang menseleksi jenis-jenis padi
untuk menemukan bibit terbaik bagi berbagai-bagai keadaan,
Dari International Rice Research Institute di Manila deperoleh
bibit-bibit IRR 5 dan IRR 8, di Indonesia di sebut PB 5 dan
PB 8.
Departemen Pertanian dengan tekun mengusahakan Pan-
ca-Usaha di sawah-sawah yang telah ada irigasinya yang
teratur. Gerakan ini diintensifkan lagi dengan yang dinamakan
Bimas (Bimbingan Masal) dan Inmas (lntesifikasi Masal).
Pacta gerakan 1m para petani digabung dalam
kelompok-kelompok, supaya dalam pemupukan dan terutama
pemberantasan hama dapat dicapai basil yang lebih baik.
234
Kalau sebelumnya Mexico selalu kekurangan bahan
pangan untuk rakyatnya, maka atas jasa Dr.. Norman E.
Borlaug itu negara ini menjadi negara berkecukupan pangan.
Kemudian juga Pakistan dan India, yang jumlah penduduknya
ratusan juta mengikuti jejak Mexico dalam usahanya memberi
makan kepada rakyatnya.
Di Mexico telah didirikan Pusat Penyelidikan Gandum,
yang amat lengkap peralatannya sehingga Mexico menjadi
Mekahnya ahli-ahli pertanian, yang berkecimpung dalam
perganduman. Dapat dibayangkan, bahwa, seleksi bibit unggul
dan percobaan - percobaan dalam pemupukan acara yang maha
penting.
Atas dasar yang sama Ford dan Rockefeler Foundation
telah mendirikan International Rice Research Institute (IRRI)
di Manila, dimana diadakan penyelidikan - penyelidikan yang
menyeluruh atas tanaman padi, untuk mencapai jenis unggul
dalam arti berumur pendek responsif terhadap pemupukan dan
memberi hasil yang tinggi dan lagi tahan terhadap beberapa
jenis hama dan penyakit.
Demikianlah jasa Dr. Norman E .. Borlaug telah menjadi
juara dalam memerangi kelaparan sampai hasil karyanya
menyebar keseluruh dunia. Berdasarkan prinsip - prinsip yang
ia kemukakanlah Indonesiapun dapat mengambil manfaat dari
karya besarnya dan dapat mengatasi krisis pangan sekitar 1960
dan kemudian diperoleh harapan, bahwa dengan bekerja keras
pula swasembada pangan akan dapat dicapai.
235
dapat memenuhi keperluan akan beras, yang nyatanya semakin
meningkat saja sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk
Menurut inventarisasi diperkirakan bahwa tanah rawa
membentang luas sebagai berikut :
Raw a Raw a
Pulau Dibawah pengaruh Pedalaman Jumlah
pasang-surut
236
Mengingat akan suasana dalam tahun 1962 itu, yang
upaya peningkatan bahan pangan ditempatkan sebagai prioritas
pertama, maka penanganan proyek-proyek pasang-surut menja-
di teramat penting.
Pembukaan rawa-rawa non-pasang untuk sementara be-
lum dipermasalahkan, karena yang terpenting adalah mengejar
ketinggalan produksi lebih dulu.
Lahan - lahan non-pasang surut dapat dijadikan cadangan
untuk dikembangkan dikemudian hari.
Kita kenai ada 2 macam rawa, yaitu t~k jauh dari pantai
terdapat.
1) Rawa dibawah pengaruh pasang surut laut. disini
ketinggian muka air rawa tergantung pada saat terjadinya
pasang atau surutnya laut.
Sarat supaya lahan rawa ini dapat ditanami adalah adanya
sungai cukup besar, yang sanggup menggenangi rawa ini
sewaktu air pasang dengan air tawar. Bila sungai cukup besar
tidak ada, maka yang mema.suki lahan rawa diwaktu pasang
adalah air asin, sehingga padi tak akan dapat tumbuh.
Menurut observasai lapangan, batas dimana tanaman padi
masih mau tumbuh adalah 10 km dari garis pantai. Selanjutnya
tanah rawa yang berlokasi 40 km dari garis pantai tidak lagi
dapat merasakan adanya gerakan air sebagai pengaruh pasang
surut.
Dengan demikian, rawa berlokasi 40 km dari garis pantai
tidak lagi dinamakan rawa pasang surut.
2) Rawa non-pasang surut adalah rawa yang berlokasi
40 km atau lebih dari garis pantai atau rawa-rawa pedalaman,
yang memang tak ada hubungan dengan laut.
Karena telah berabad-abad lamanya tergenang air, yang
mengandung sisa-sisa tanaman, maka tanah rawa dan airnya
bereaksi asam.
237
Derajat keasaman dapat sedemikian besarnya sampai tanaman
padi tidak dapat tumbuh dilingkungan itu.
Nenek moyang kita disekitar Banjarmasin memperoleh
pengalaman, bahwa tanah rawa pasang surut dapat ditanami
padi, segera setelah derajat keasaman tanah menurun sampai
titik tertentu. Manusia dapat mempercepat proses penurunan
derajat keasaman dengan menggali jaringan saluran-saluran,
yang memungkinkan air tawar masuk dan keluar rawa
berulang-ulang, sehingga seolah-olah tanah rawa dicuci.
Peristiwa semacam ini terjadi pada tahun 1890 sewaktu
orang menggali saluran (anjir) Serapat, yang dimaksudkan
sebagai jalan perahu-perahu antara Sungai Kapuas dan Sungai
Barito menghubungkan Kuala Kapuas dengan Banjarmasin
( ± 28 km).
238
Rawa-rawa non-pasang surutpun dikemudian hari dapat
dimanfaatkan. Kalau dikemudian hari diputuskan untuk
membuat polder-polder untuk menjadikan tanah rawa itu
produktif, maka itu merupakan penyelesaian yang mahal.
Sebelum kita sampai kesana, mungkin masih dapat diketemu-
kan cara-cara lain yang lebih murah. misalnya menanam
2 x setahun dalam sawah pasang-surut.
239
Jr. Pangeran Moh Noor
Menjabat sebagai Menteri PU. Pada Zaman Kabinel Ali Sostro Amijoyo
24-23-1956 s/d 14 Maret /957.
240
9.6. Penggiatan Kembali Proyek Pasang-Surut
241
Jr. SOETAMI
Menteri P. U. dari sejak Kabinet Dwikora yang disempumak.an I 966 sam poi
Kabinet Pembangunan II 1978.
242
daerah-daerah yang menjadi daerah aliran sungai-sungai pemberi
air tawar. Tanpa penguasaan atas daerah aliran sungai-sungai,
rasanya sulit untuk mencegah kemerosotan keadaan dikemudi-
an hari.
Kiranya bukanlah suatu kemewahan bila direktorat Rawa
diperlengkapi dengan beberapa helikopter untuk memungkin-
kan mengawasi daerah hutan yang sulit dijangkau dari daratan
a tau lew at air.
243
halnya andaikata saluran induk Banjarmasin - Pontianak jadi
dikeruk.
Justru untuk mengatasi keengganan itu untuk semen tara
dikeruk anjir-anjir tak terlalu jauh dari Banjarmasin seperti
diatas (Puntik, Besarang, Tamban dll).
244
Sebagaimana telah diuraikan dalam 9.2., Pemerintah
Indonesia sejak tahun 1962 mulai berusaha sungguh-sungguh
mengatasi pacuan antara jumlah pertambahan kelahiran deng-
an peningkatan produksi beras. Dalam usaha peningkatan
produksi pangan terdapatlah faktor-faktor yang menguntung-
kan, misalnya : adanya revolusi dalam bidang pertanian, yang
memanifestasikan diri dengan dibentuknya "International Rice
Research Institute" di Manila, yang mampu memberikan
bibit-bibit unggul IRRI 5 dan IRRI 8 atau dan PB 8, yang
berumur pendek, berproduksi tinggi responsif terhadap pemu-
pukan, bahkan kemudian diketemukan bibit-bibit yang tahan
hama dan penyakit.
Kalau produksi nasional pangan pada tahun 1945 hanya
sekitar 10 juta ton beras, maka pada 1984 sudah berangsur
naik menjadi sekitar 25 juta ton. Dalam kenaikan produksi
yang tidak sedikit ini tentu pihak pengairan memberikan
sahamnya tanpa mengecilkan arti basil kerja pihak pertanian
dan rakyat petani sendiri.
Namun demikian faktor peningkatan produksi tersebut
belum memberi kelonggaran cukup kepada Pemerintah untuk
me.langkah kepada export bagi perut dunia, yang masih lapar.
Fakta tersebut tentu saja merupakan tantangan yang
sungguh-sungguh guna terus meningkatkan produksi pangan
sampai mampu mengexport. Bila prestasi kita sudah sedemiki-
an tinggi, tentu prestise kita akan meningkat diantara
bangsa-bangsa di dunia, karena selain berpenduduk besar,
mampu pula membantu pangan negara lain.
245
mungkin sekali bahwa lahan-lahan yang demikian itu mendapat
penanganan pertama setelah semua lahan pasang-surut dikem-
bangkan.
Lahan-lahan rawa pedalaman, bila sudah datang waktu-
nyapun tidak akan dibiarkan tak berproduksi. Namun demiki-
an, kitapun menyadari, bahwa rawa non pasang surut dalam
segi pengembangannya memerlukan pembiayaan yang cukup.
Dalam hal ini kita sudah punya proyek percontohan
Polder Alabio dan Polder Mentaren di Kalimantan Selatan I
Tengah. Menurut pengalaman, Polder Alabio di samping
pertanian merupakan pula potensi besar untuk budidaya
perikanan.
246
Bila proyek pasang-surut terlalu cepat dilaksanakan akan
timbul keadaan, dimana padi tidak sempat dipanen dan
menjadi busuk ditempat penanaman.
Mungkin sekali lebih bijaksana, bila pekerjaan pengerukan
saluran mengikuti saja perkembangan jumlah penduduk di
daerah transmigrasi.
247
DAFTAR NARA SUMBER
No.
NAMA ( ALFABETIS)
Urut.
249
16. · Ir Muhoso Pemimpin Sub. Proyek lrigasi
Peka1en Sampean.
17. Prof. Dr. Onghokham Ahli Sejarah Universitas Indonesia.
18. Prof. lr. Oerip Iman Pensiunan Departemen P.U.
Soedjono.
19. Jr. Oesman Djojoadinoto Direktur Utama P.T. Virama Karya
20. R. Parathon Martodirdjo Pensiunan Departemen P.U.
21. Jr. Rudjito Dwidjomustopo Pemimpin Proyek Pengem bangan
Wilayah Sungai Kali Brantas.
22. Ir. Sarbini Ronodibroto Direktur Bina Program Pengairan
23. KRT. Soemarto Martodiprodjo Eks. Kepala DPU DI Yogyakarta.
BIE.
24. Ir. Soewasono Direktur lrigasi I
25. Ir. Sriyono Mitrosutarno Pemimpin Proyek Pengembangan
Wilayah Sungai Bengawan Solo.
26. lr. Soetanto Asisten Bidang Perencanaan
Proyek Pengembangan Wilayah
Sungai Bengawan Solo.
27. Ir. Tasambar Mochtar Kepala Staf Proyek Irigasi Kedu
Selatan.
28. lr. Tri Wasono Pemimpin Sub Proyek Irigasi
Pemali Comal.
29. lr. Wikanto Kepala Staf Proyek lrigasi Serayu.
250
DAIT AR PUST AKA
251
9. 1938 De Landbouw in den
Indischen Archipel
Deel I Dr.C.J.J. Van
Hall en C. Vande
Koppel
10. 1938 De Landbouw in den Dr. C.J.J. Van
Indischen Archipel Hall en. C. Vande
Deel II A Koppel
11. 1938 Sejarah Pendahuluan Ir. P.J .A. Wijn en
dari Pekerjaan Daerah Ir. W.J. Van
Pengairan Serayu untuk Blomme stein
Stasion Pompa Air ( terjemahan
Gambarsari dan Soenarto)
Pesanggrahan.
12. Juli 1949 "Hondred jaar irrigatie"
(de lngenieur in Indonesie 7
1949) Jr. H. Vlughter
13. Me i 1960 Exploitasi Waduk
Jatiluhur Ir. Abdullah
Angoedi.
14. Agustus 1960 Pra Rencana Waduk lr. Abdullah
Kaloran Angoedi.
15. 1961 Pasang Surut, Jrigasi Jr. Abdullah
Konvensional, Polder. Angoedi.
16. 1962 Peranan irigasi dalam Jr. Abdullah
peningkatan produksi Angoedi.
pangan.
17. M ei 1968 Persa wahan Pasang-Surut Team Dep. P.U.
18. 1968 Progo riverbasin Jr. Abdullah
development plan. Angoedi.
19. 1968 Volcanic acrivity and its
implications on surface
drainage : The case of the M.M. Purbohadi-
Kelut Volcano in East-Java widjojo and I.
as example. Soeryo.
252
20. 1970 Bendungan Serbaguna Proyek Pengem-
Wonogiri. bangan Wilayah
Sungai Bengawan
· Solo (leaflet).
21. Januari 1971 Pengembangan daerah lr. Ny. W.S. Srimurni
Bengawan Solo Hulu. Doelhomid.
22. April 1971 Father of the green Scott and
revolution (Reader's Kathleen Seegers
Digest).
23. 1971 Sub proyek Irigasi Proyek Per.gem-
Wonogiri Bendung bangan Wilayah
Colo. Sungai Bengawan
Solo (leaflet).
24. 1971 Waduk-Waduk Kecil Sub pro Bengawan
diwilayah Sub pro Solo Hilir
Hilir (leaflet).
25. 1971 Waduk Parangjoho Proyek Pengem-
bangan Wilayah
Sungai Bengawan
Solo (leaflet).
26. 1971 Rancangan induk Proyek Proyek Pengem-
Pengembangan Wilayah bangan Wilayah
Sungai Bengawan Solo Sungai Bengawah
(Leaflet). Solo.
27. 1972 Laboratorium Sungai Proyek Pengem-
bangan Wilayah
Sungai Bengawan
Solo (leaftlet).
28. 1972 Development programme P.N. lndah Karya
for the Citanduy
riverbasin, Segara Anakan
and its surrounding Area.
29. 1978 Brantas riverbasin Overseas technical
development plan. cooperation Agency
Government of
Japan.
253
30. 1979 Sawah Cultivation in N.C. van Setten van
ancient Java (National der Meer.
Library of Australia).
31. 1979 Sejarah Nasional Indonesia Prof. DR. Nugroho
Jilid I Notosusanto.
32. 1979 Sejarah Nasional Indonesia Prof. DR. Nugroho
Jilid II. Notosusanto.
33. 1979 Sejarall Nasional Indonesia Prof. DR. Nugroho
Jilid III. Notosusanto.
34. 1980 ProyeK Irigasi Serayu Proy. lrigasi
Serayu (Ieaftlet)
3~ April 1980 Perusahaan Umum lr. Muhamaci
Otorita Jatiluhur. Ulama
36. 1980 Sermo and Sambiroto Sir. M. ~acDonal &
dams feasibility study. Partners.
37. 1980 Inventarisasi danau dan Dit Penyelidikan
Waduk di PuJau Jawa. Masalah Air.
Tahap I Jawa Tengah.
38. 1981 lnventarisasi Danau dan Dit. Penyelidikan
Waduk di Pulau Jawa. Masalah Air.
Tahap II Jawa Barat dan
Jawa Timur.
39. 1981 Bendung dan jaringan Proyek Irigasi
irigasi Singomerto. Serayu (leaflet).
40. ·Me i 1982 Pengembangan Air Dit. Bina Program
Tanah Pengairan.
41. April 1983 Kegiatan Dit. Bina Dit. Bina Program
Program Pengairan. Pengairan.
42. Oktober I 983 Uraian Singkat Proyek Dit. Bina Program
Pengembangan Air Tanah Pengairan.
43. Desember 1983 PLTA: Anugerah Alam Musfihin Dahlan
untuk Siapa? Dwi Mingguan
Mutiara.
44. Maret 1984 Bisakah :rutungagung Harian Kompas
tahun depan bebas banjir?
254
45. Maret 1984 Sejarah Proyek Pengem- Proyek Pengem-
bangan Wilayah Sungai bangan Wilayah
Bengawan Solo. Sungai Bengawan
Solo.
Badan Pelaksana
Proyek lnduk Pe-
ngembangan Wilayah
Sungai K. Brantas.
46. 1983 Proyck Induk Pengem- Badan Pelaksana
bangan Wilayah Sungai Proyek Induk
K. Brantas (Penerbit Pengembangan
dari Penerbitan tahun Wilayah Sungai K.
1983 tahun 1980 No.D4) Brantas.
(Perbaikan dari Penerbitan
tahun 1980 No. 0.18).
47. 1983 Penanggalan Pertanian Drs. N. Daldjoeni
Jawa Pranatamangsa Proyek J avanologi.
48. Agustus 1984 Se1ama Merdeka Indo- Ir. Sudibyo
nesia membangun 27 Pimpro Waduk
bendungan besar. Mrica.
Harian Sinar Harapan.
255