Anda di halaman 1dari 32

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Pancasila

Dosen Pengampu:
Dr. Sri Hidayani, SH.,M.Hum.

Disusun Oleh:
Kelompok 3

1). Annisa 238600274


2).Theresia Olivia Sinaga 238600371
3). Reinhard Pardomuan Butar Butar 238600237
4). Naila arlita harahap 238600298
5). Zahrina khairunnisa lubis 238600191
6). Alfrin Hutabarat 238600347
7). Cindy enda miya 238600339
8). Swanisa kumari 238600233

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS


PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-


Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materi.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..3

BAB I.PENDAHULUAN……………………………………………………………..6

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………….6


1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………....8
1.3. Tujuan Makalah…………………………………………………………………....8

BAB II. ISI……………………………………………………………………………...8

2.1. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Masyarakat Indonesia yang Modern….8

A). Makna Aktualisasi Nilai- nilai Pancasila…………………………………………..9

B). Bentuk- bentuk Aktualisasi Nilai- nilai Pancasila………………………………....11

C). Tantangan dalam Aktualisasi Nilai- nilai Pancasila……………………………....13

2.2. Aktualisasi Nilai-nilai Ketuhanan dalam Kehidupan Beragama Masyarakat

Indonesia……………………………………………………………………………….14

A). Makna Nilai Ketuhanan didalam Keragaman Agama…………………………...15

B). Penerapan Nilai Ketuhanan dalam Keragaman Agama………………………….17

2.3. Aktualisasi Nilai Kemanusiaan dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia

Modern……………………………………………………………………………..19

A). Makna Nilai Kemanusiaan………………………………………………………...20

B). Nilai Kemanusiaan dalam Pancasila pada Era Modern………………………….20

2.4. Aktualisasi Nilai Persatuan dalam Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia………………………………………………………………...22

3
A). Makna Nilai Persatuan……………………………………………………………..22

B). Aktualisasi Nilai Persatuan dalam Menjaga Keutuhan Negara………………….23

2.5. Aktualisasi NIlai Kerakyatan dalam pembangunan Politik dan

Ketatanegaraan……………………………………………………………………24

A). Makna NIlai Kerakyatan…………………………………………………………..25

B). Perwujudan Nilai Kerakyatan dalam Bidang Politik dan Ketatanegaraan……....26

2.6. Aktualisasi Nilai Keadilan dalam Mewujudkan masyarakat Indonesia

Sejahtera Lahir dan Batin………………………………………………………..27

A). Makna Keadilan Sosial…………………………………………………………...28

B). Tujuan Bangsa Indonesia Mewujudkan Nilai Keadilan Sosial…………………29

BAB III. PENUTUP………………………………………………………………….31

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………….31

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...32

4
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Secara etimologis, kata “Pancasila” bersumber dari bahasa sansekerta, yakni panca dan syla.
Panca bermakna lima dan syla bermakna dasar. Jadi, pancasila berarti lima dasar yang wajib
dipatuhi dan dilaksanakan (Nur Fadhila & Najicha, 2021). Pancasila juga dapat diartikan
sebagai falsafah serta dasar negara Negara Republik Indonesia yang terdiri dari lima sila
(Utami & Najicha, 2022). Sejalan dengan pendapat di atas, pancasila dapat diartikan sebagai
tolak ukur utama dalam pelaksanaan kebudayaan nasional sehingga tercipta persatuan
keragaman budaya yang sesuai konsep Bhinneka Tunggal Ika (Annisa & Ulfatun Najicha,
2021). Dengan demikian, dapat disintesiskan bahwa pancasila adalah lima dasar norma dan
nilai yang terkandung di dalam pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 alinea IV yang berisi
aturan mengenai segala tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Konsep pancasila memuat
istilah nilai dan norma. Nilai adalah sesuatu yang sangat berharga yang dijadikan landasan
dalam menentukan perbuatan, baik buruknya dan benar salahnya (Ratih & Najicha, 2021).
Adapun yang dimaksud dengan norma adalah aturan tertentu yang bersifat mengikat untuk
mengatur tingkah laku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari (Septiano & Najicha, 2022).
Jadi, di dalam pancasila sudah terkandung nilai dan norma yang mengatur segala tingkah laku
dan perbuatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh
karena itu, nilai dan norma yang ada di dalam pancasila harus kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari agar tercipta kehidupan yang selaras dan seimbang dalam berbagai lingkup
kehidupan. Di dalam pancasila, terdapat tiga macam nilai yang dijadikan pedoman dalam
kehidupan sehari-hari, ketiga nilai tersebut adalah nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praksis. Nilai dasar itu sendiri terdiri dari lima butir nilai, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan yang terakhir adalah nilai keadilan. Pancasila mengandung nilai-
nilai dasar sebagai cerminan hidup masyarakat Indonesia (Najicha, 2022). Nilai dasar
pancasila memiliki inti (pokok) yang harus dilaksanakan oleh manusia, yaitu di antaranya
nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan,
dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

5
Ketuhanan Yang Maha Esa, negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
negara yang menjamin kebebasan setiap warganya untuk memeluk agama serta kepercayaan
masing-masing dan menjalankan ibadatnya (Puspita Ratri & Najicha, 2022). Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab, sila ini mengandung makna bahwa manusia sebagai makhluk sosial
tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maka kita tidak boleh mementingkan
diri sendiri dan harus bersikap adil, baik adil terhadap diri sendiri, manusia lainnya, maupun
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Sari & Najicha, 2022). Persatuan Indonesia, pancasila sila
ketiga dalam keberagaman bangsa memiliki peran mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika yang
bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu jua (Fitri Lintang & Ulfatun Najicha, 2022).
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, sila kerakyatan bermakna suatu pemerintahan itu dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat yang dilaksanakan dengan musyawarah mufakat melalui
lembagalembaga perwakilan rakyat (Balqis & Najicha, 2022). Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia, sila ini bermakna bahwa keadilan sosial harus terwujud dalam kehidupan
bersama, mengembangkan perbuatan luhur atas dasar gotong royong dan kekeluargaan
(Wibowo & Najicha, 2022).

Selain nilai dasar pancasila, ada juga nilai instrumental dan nilai praksis. Nilai instrumental
adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan
terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara (Sutono &
Purwosaputro, 2019). Adapun yang dimaksud dengan nilai praksis adalah nilai yang
sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan atau dengan kata lain nilai praksis adalah
wujud dari nilai dasar dan nilai instrumental yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
(Sutono & Purwosaputro, 2019). Nilai praksis juga dapat dikatakan bahwa nilai yang
merupakan gabungan nilai dasar dan nilai instrumental yang diaktualisasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, nilai praksis ini merupakan wujud
bagaimana seseorang menjalankan nilai dasar dan nilai instrumental yang ada di dalam
pancasila.

1.2.Rumusan Massalah

6
Adapun rumusan masalah dari makalah tentang sistem nilai dalam pancasila adalah:

1)Apa saja makna serta bentuk nilai-nilai dalam pancasila?

2)Apa saja tantangan dalam aktualisasi nilai-nilai pancasila?

3)Apa saja nilai yang terkandung dari sila pertama sampai sila kelima?

1.3. Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari makalah tentang sistem nilai-nilai pancasila yaitu untuk:

1)Mengetahui nilai-nilai pancasila dalam masyarakat indonesia yang modern.

2)Mengetahui nilai – nilai ketuhanan dalam kehidupan keberagaman masyarakat Indonesia.

3)Mengetahui nilai – nilai kemanusia dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang modern.

4)Mengetahui nilai-nilai persatuan dalam menjaga keutuhan Republik Indonesia.

5)Mengetahui nilai nilai- kerakyatan dalam pembangunan bidang politik dan


ketatanegaraaan.

6)Mengetahui nilai-nilai keadilan dalam mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera lahir


dan batin.

BAB II. ISI


2.1. Aktualisasi Nilai – Nilai Pancasila Dalam Masyarakat IndonesiaYang Modern

Indonesia sudah merdeka lebih dari tujuh puluh tahun sejak proklamasi kemerdekaan
dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Sebagai sebuah negara, usia 70
tahunan memang masih dianggap relatif muda meskipun tidak dapat dikatakan masih sangat
muda Dalam usia yang relatif muda itu Indonesia sudah berdin dengan kokoh sebagai bangsa
dan negara dengan segala kelebihan dan kekurangannya Seluruh masyarakat dan bangsa
Indonesia patut mensyukuri nikmat kemerdekaan tersebut sebagai rahmat Tuhan Yang Maha
Esa.

Hal itu tidak dapat dilepaskan pula dari pengamalan nilai nilai yang terkandung dalam
Pancasila sendiri baik sebagai dasar negara maupun pandangan hidup bangsa Indonesia

7
Bangsa Indonesia sepatutnya bersyukur bahwa para pendin negara ini sudah mewariskan
Pancasila sebagai warisan yang tidak ternilai harganya Betapa tidak sebagai bangsa dan
negara, hanya Indonesia yang memiliki nilai-nilai Pancasila Bangsa-bangsa lain mungkin
saja secara parsial memiliki nilai-nilai seperti yang terkandung dalam Pancasila, tetapi tidak
ada yang terangkum dalam satu kesatuan seperti Pancasila.

Apabila dibandingkan dengan negara lain, mungkin nilai-nilai tertentu ada pula di negara-
negara tersebut Namun sebagai satu-kesatuan yang terangkum dalam Pancasila, tidak ada
satu pun negara di dunia yang memilikinya seperti Indonesia Hal tersebut merupkan salah
satu kebanggaan masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap PancasilaNamun demikian,
kebanggaan saja terhadap Pancasila tidak akan memberi nilai tambah dan makna apa pun
tanpa mewujudkannya dalam kehidupan nyata, Pancasila justru harus menjadi sesuatu yang
nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Pancasila bukan hanya
untuk diagung-agungkan sebagai warisan asli nenek moyang masyarakat dan bangsa
Indonesia tanpa mengamalkan- nya dalam kehidupan nyata sehari-hari seluruh masyarakat
dan bangsa Indonesia Selain itu, Pancasila juga harus diaktualisasikan agar mampu
menyesuaikan dan mengikuti perubahan serta perkembangan zaman yang semakin modern
Oleh karena itu, kebanggaan akan Pancasila harus diwujudkan dalam bentuk nyata sebagai
implementasi dari nilai- nilai Pancasila itu sendiri.

A) Makna Aktualisasi Nilai – Nilai Pancasila

Berkaitan dengan aktualisasi Pancasila, terkandung makna bahwa nilai Pancasila harus
diaktualkan atau dibarukan dalam kehidupan sehan han oleh seluruh rakyat dan bangsa
Indonesia Aktualisasi nilai na Pancasila adalah upaya memperbarui atau membarukan
pemikiran dan nilai yang terkandung dalam Pancasila sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman Tujuan aktualisasi ini adalah agar ndai-nilai terkandung dalam
Pancasila dapat diterima dan sesuai dengan stasi dan kondisi maupun perkembangan zaman
Dalam hal ini. yang Pancasila akan selalu aktual dan tidak akan tertinggal oleh kemajuan gau
perkembangan zaman yang selalu berubah karena selalu diaktualisasikan.

Nilai -nilai Pancasila merupakan hasil evolusi yang sangat panjang dan sejarah nenek
moyang bangsa Indonesia Nilai-nilai tersebut terdapat kemungkinan ada yang sudah tidak

8
sesuai atau cocok dengan kondisi saat in Hal ini tentu akan menyebabkan nilai-nilai
Pancasila dianggap ketinggalan zaman karena tidak cocok dengan situasi kekinian Oleh
karena itu, nilai-nilai Pancasila harus diaktualisasikan dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi keadaan masyarakat kemajuan zaman dan kebutuhan pembangunan

Berkaitan dengan upaya mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila bukan berarti meninggalkan


nilai-nilai yang sudah terkandung dalam Pancasila tetapi justru untuk menghidupkan terus
nilai-nilai dan semangat yang terkandung dalam Pancasila Pancasila memang mengandung
nilai nilar yang sudah tetap tetapi dalam tataran pelaksanaannya harus terus diperbarui dan
diaktualisasikan sesuai dengan perkembangan dan keadaan zaman Aktualisasi Pancasila akan
menghasilkan nilai-nilai Pancasila tersebut akan tetap aktual meskipun zaman sudah berubah
menjadi lebih modern.Hakikat dari aktualisasi nilai-nilai Pancasila adalah sebagai wujud
perhatian dan kepedulian masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap Pancasila Tanpa
aktualisasi dalam kehidupan masyarakat yang sudah semakin modern, ada kekhawatiran
bahwa Pancasila menjadi sesuatu yang usang dan ketinggalan zaman. Pancasila harus terus
diaktulisasikan agar setiap generasi dapat merasakan keluhuran nilai nilai yang dimiliki
Pancasila Jangan sampai ada anggapan bahwa Pancasila hanya bermakna bagi masa lalu dan
di kalangan tua, Justru Pancasila harus dapat dirasakan oleh lintas generasi dan lintas
peradaban Tujuan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan saat ini akan
menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak stagnan atau usang ditelan zaman. Bahkan,
sebaliknya nilai-nilai Pancasila akan tetap terjaga sehingga lestari dan mampu mengikuti
perkembangan zaman atau kebutuhan pembangunan. Oleh karena itu, seluruh komponen
masyarakat dan bangsa Indonesia memiliki tugas dan tanggung jawab dalam upaya
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila tersebut. Tugas dan tanggung jawab tersebut
terutama terletak pada pundak para penyelenggara negara dan pemerintahan, baik di pusat
maupun daerah Pada bagian sebelumnya sudah dijelaskan bahwa nilai-nilai Pancasila harus
diaktualkan dalam kehidupan nyata masyarakat dan bangsa Indonesia Perwujudan aktualisasi
nilai-nilai Pancasila tentu tidak perlu harus dilakukan secara ekstrem dan tanpa kendali
Perwujudan nilai- nilai tersebut tentu harus tetap disesuaikan dengan nilai-nilai sosial dan
budaya Indonesia sendiri yang sudah berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan
teknologi. Dengan kata lain, nilai-nilainya saja yang disesuaikan tanpa menghilangkan jati
diri dan hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai tersebut.Dalam bahasa yang lebih singkat
dan sederhana dapat dikatakan bahwa nilai nilai Pancasila harus tetap dipertahankan karena

9
sebagai jiwa bangsa. Namun demikian, pada tataran pelaksanaannya nilai-nilai tersebut perlu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi perkembangan zaman Nilai nilai Pancasila memang
diambil dari bumi pertiwi dari masa lampau, tetapi jangan sampai nilai nilai itu dianggap
usang atau ketinggalan zaman Oleh karena itu, pengejawantahan atau perwujudan nilai-nilai
tersebut harus diaktualisasikan agar sesuai dengan keadaan dan perkembangan zaman yang
saat ini sudah memasuki masa modern

B)Bentuk – Bentuk Aktualisasi Nilai- Nilai Pancasila

Sebagai upaya untuk menjaga nilai-nilai Pancasila harus selalu diterapkan dan diamalkan
melalui sikap dan perbuatan seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini penting karena
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tanpa diterapkan dan diamalkan dalam
kehidupan nyata sudah dapat dipastikan akan ketinggalan dan ditinggalkan zaman. Oleh
karena itu, nilai-nilai Pancasila harus selalu diterapkan dan diamalkan sesuai dengan
perkembangan zaman agar tidak tertinggal olen perkembangan zaman.

Dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila tentu tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai
dasar dari Pancasila itu sendin. Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, nilai dasar
yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Aktualisasi tersebut dapat berjalan masing-masing atau
gabungan dari beberapa nilai atau keseluruhan nilai secara bersama-sama Upaya
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila memang membutuhkan contoh nyata dan panutan
dari pihak yang dianggap memiliki posisi tertentu dalam masyarakat. Hal itu amat logis
karena para penye- lenggara negara dan pemerintahan merupakan pihak yang penting dalam
menjalankan dan mengurus negara ini Baik atau buruknya penyelenggaraan negara dan
pemerintahan berada di tangan mereka Demikian pula, baik atau buruk penerapan nilai-nilai
Pancasila juga berada di tangan mereka. Salah satu aspek penting dalam penerapan nlai-nilai
Pancasila adalah dalam mengaktualisasikan nilai nilai Pancasila

Para penyelenggara negara dan pemerintahan adalah pihak yang berperan dalam
mengeluarkan peraturan perundang undangan atau kebijakan Dan berbagai peraturan
perundang undangan atau kebijakan itu akan tampak apakah nilai nilai ketuhanan nilai
10
kemanusiaan nilai persatuan nilai kerakyatan, dan nilai keadilan yang tercermin di dalamnya
dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan zaman Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam
peraturan perundang undangan dan kebijakan akan menjadi nyata karena akan menyangkut
seluruh aspek kehidpan masyarakat

Berkaitan dengan hal tersebut, masyarakat akan menilai apakali para penyelenggara negara
dan pemerintahan dalam mengeluarkan peraturan perundang undangan atau kebijakan telah
memerhatikan dan memasukkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila Peraturan
perundang undangan yang dikeluarkan dan di dalamnya terkandung nilai-nilai Pancasila
tersebut tentu akan dirasakan dengan baik pula oleh masyarakat. Nilai-nilai Pancasila yang
diaktualisasikan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan akan terasa secara
nyata oleh masyarakat

Demikian pula sebaliknya apabila peraturan perundang undangan atau kebijakan yang
dikeluarkan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan tidak mengandung nilai-nilai
Pancasila atau bertentangan dengan nilai nilai Pancasila tentu hal itu akan merugikan dan
tidak sesuai dengan keinginan rakyat Berbagai peraturan perundang-undangan atau kebijakan
yang dikeluarkan yang di dalamnya tidak mengandung nilai Pancasila atau bahkan
bertentangan dengan nilai nilai Pancasila tentu akan membuat masyarakat menjadi tidak
nyaman bahkan merasa tidak adil.

C)Tantangan Dalam Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila

Tantangan terhadap keberadaan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia yang


modern dapat berbentuk macam-macam Tantangan tersebut mulai dari hal-hal yang sifatnya
sepele sampai hal-hal yang sifatnya ideologis atau strategis. Tantangan yang paling sederhana
misalnya adalah dalam bentuk keragu-raguan akan keluhuran nilai nilai yang terkandung
dalam Pancasila.

Sementara itu, tantangan yang paling besar adalah adanya upaya untuk mengganti Pancasila
dengan dasar negara atau falsafah yang lain.Baik tantangan yang mungkin dianggap paling
ringan sampai kepada yang paling berat tentu tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebagai

11
contoh, keraguan terhadap keluhuran nilai-nilai Pancasila mungkin dapat dianggap ringan,
tetapi bukan tidak mungkin satu ketika justru hal itu menjadi tantangari yang besar bahkan
yang paling besar Tantangan terhadap Pancasila sekecil apa pun harus diwaspadai sebelum
menjadi persoalan yang jauh lebih besar.Sekecil apa pun tantangan yang dihadapi oleh
Pancasila semuanya jangan dianggap remeh, baik yang dianggap sepele apalagi yang besar
Tantangan yang dianggap kecil apabila dibiarkan suatu ketika dapat saja berubah menjadi
besar, sehingga memerlukan penanganan yang lebih serius dan kompleks. Apalagi tantangan
yang sejak awal sudah dianggap besar harus selalu diwaspadai agar tidak berubah menjadi
ancaman yang dapat menghilangkan eksistensi Pancasila.

Sebagai upaya dalam menjaga dan mengamankan Pancasila, kewaspadaan semua komponen
masyarakat dan bangsa Indonesia harus tetap terpelihara dan terjaga.Berdasarkan alasan
tersebut, sebelum tantangan yang dianggap kecil berubah menjadi besar dan tantangan yang
sudah besar dari awal menjadi jauh lebih besar lagi hal itu harus diantisipasi dan dicari
solusinya.Apabila hal itu dibiarkan pada akhirnya baik tantangan yang kecil maupun yang
besar tersebut dapat menjadi faktor pengganggu bagi keberadaan dan penerapan nilai-nilai
Pancasila. Oleh karena itu, sekecil apa pun tantangan tersebut jangan dianggap enteng atau
dibiarkansehingga menjadi semakin besar, tetapi harus tetap diwaspadai Beberapa tantangan
terhadap Pancasila yang perlu diwaspadai dalam perjalanan dan kehidupan masyarakat dan
bangsa Indonesia yang sudah semakin modern antara lain adalah:

1. Kesulitan menerima Pancasila.

2. Keraguan akan nilai luhur Pancasila.

3. Keengganan mengamalkan Pancasila.

4. Kecenderungan melupakan Pancasila.

5. Keinginan mengganti Pancasila

2.2.Aktualisasi Nilai Ketuhanan Dalam Kehidupan Keberagaman


Masyarakat Indonesia

Sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa Penempatan Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam sila pertama menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang mengakui

12
keberadaan Tuhan Yang Maha Esa Dalam negara Indonesia tidak diakui pihak atau golongan
yang menafikan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Semua agama dan aliran kepercayaan di
Indonesia mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa Namun demikian, Indonesia bukan
negara agama atau negara berdasarkan agama tertentu. Indonesia mengakui banyak agama,
tetapi tidak ada satu agama tertentu yang dijadikan agama resmi negara.Penerapan nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa di masyarakat Indonesia yang majemuk memang kadang-kadang
tidak selalu mudah. Adanya berbagai macam agama dan aliran kepercayaan yang berbeda
beda di Indonesia sering dijadikan alasan pemicu terjadinya konflik antarumat beragama
Bahkan, tidak jarang pertikaian itu juga terjadi di antara sesama satu agama atau satu
komunitas masyarakat tertentu.Keadaan itu seakan-akan menafikan pengakuan akan
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila Nilai-nilai ketuhanan seolah olah
hanya berlaku untuk melakukan hubungan dengan Tuhan tetapi dilepaskan ketika melakukan
hubungan sosial di antara sesama manusia atau warga negara Dalam praktik, baik dalam
hubungan sebagai sesama manusia maupun sesama warga negara, nilai-nilai ketuhanan agak
sulit dilihat atau ditemukan secara kasat mata.Ada kalanya orang atau kelompok beragama
yang rajin beribadah, tetapi dalam pergaulan sebagai sesama manusia atau warga negara
justru tidak menunjukkan kesalehannya Padahal, secara hakiki baik hubungan di antara
sesama manusia maupun di antara sesama warga negara pasti tidak akan terlepas dari nilai-
nilai ketuhanan.
Namun pada kenyataannya pergaulan di antara sesama manusia dan sesama warga negara
kadang-kadang seakan terlepas dari nilai-nilai ketuhanan yang dianut oleh masyarakat dan
bangsa Indonesia.Keadaan itu dapat ditunjukkan misalnya dengan adanya perselisihan
bahkan pertikaian di antara sesama manusia yang juga sesama warga negara. Kejadian itu
biasanya dipicu oleh kepercayaan yang dimiliki dan dijalankan oleh masing-masing pihak
yang secara de facto memang berbeda-beda.

Terdapat kecenderungan bahwa seseorang atau pihak tertentu paling merasa benar dalam
beragama dan merasa paling dekat dengan Tuhannya Dengan demikian, orang lain tidak
dapat mengklaim Tuhan yang sama karena berbeda agama atau keyakinannya.Berkaitan
dengan hal tersebut, persoalan yang perlu mendapatkan perhatian adalah implementasi nilai-
nilai ketuhanan dalam masyarakat Indonesia saat ini dan ke depan. Penegasan "dalam

13
perspektif Pancasila untuk membatasi masalah tersebut agar tidak masuk ke perdebatan
dalam perspektif yang lain, seperti dalam perspektif agama, filsafat, politik, atau perspektif
lain. Penegasan tersebut sekaligus juga untuk menghindarkan terjadi keasalahpahaman dalam
memaknai nilai-nilai ketuhanan dari perspektif yang berbeda-beda tersebut. Selanjutnya,
aspek yang perlu digarisbawahi adalah penerapan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang memasuki era modern dan globalisasi.

A)Makna Nilai Ketuhanan Dalam Keragaman Agama

Nilai-nilai ketuhanan itu merupakan fitrah manusia untuk memercaya dan menghormati
terhadap sesuatu yang dianggap Tuhan sesua dengan pengetahuan dan pemahamannya.
Proses dalam mengenal adanya Tuhan mengalami waktu yang sangat panjang Sejak dahulu
nenek moyang bangsa Indonesia yang tinggal di bumi nusantara sudah mengenal dan
melaksanakan nilai-nilai ketuhanan. Pada waktu itu kepercayaan akan adanya Tuhan memang
diwujudkan dalam bentuk kepercayaan kepada hal-hal yang sifatnya magik religius baik
dalam art dinamisme maupun animisme.Animisme adalah kepercayaan kepada roh-roh yang
mendiami sekalian benda (pohon, batu dan sebagainya Sementara itu, dinamisme adalah
kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup
Masyarakat pada waktu itu menganggap bahwa keberhasilan atau keberkahan ditentukan oleh
roh nenek moyang,sehingga harus dihormati dan disembah. Bentuk nyata pemujaan terhadap
nenek moyang biasanya diwujudkan ke dalam patung patung nenek moyang. Patung patung
itu biasanya diberi sesaji dan disucikan dalam upacara upacara besar di lingkungan
masyarakat adat Dalam upacara tersebut biasanya dilakukan pengurbanan atas harta benda
berupa perhiasan atau binatang ternak sebagai bentuk persembahan kepada roh leluhur.

Pemahaman masyarakat masa lalu seperti itu menjadi dasar keper cayaan kepada sesuatu
yang lebih daripada manusia. Dengan kata lain, kepercayaan itu merupakan fitrah manusia
yang sudah meyakini akan adanya sesuatu yang besar, sehingga layak untuk disembah atau
dihormati. Namun demikian, kepercayaan seperti itu tentu masih dianggap sangat terbatas
sesuai dengan pengenalan mereka akan zat yang berkuasa tersebut.

14
Pemujaan melalui sesajian dan pengurbanan tertentu merupakan bentuk pengabdian dan
kepatuhan akan zat yang harus disembah. Apabila mereka tidak melakukan upacara atau
pengurbanan tertentu dikhawatirkan akan terjadi suatu peristiwa atau kejadian yang tidak
mereka harapkan. Peringatan akan pelaksanaan ibadah masing-masing agama secara bebas
sudah diingatkan oleh para pendiri negara ini.Pada saat perumusan dasar negara dan falsafah
bangsa, khususnya sila ketuhanan, Soekarno sebagai salah seorang penggali Pancasila
menyatakan sebagai berikut.

"Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang
Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan
menurut petunjuk Isa al Masih, yang belum ber-Tuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad
SAW, orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Namun,
marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap
orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara leluasa Segenap rakyat hendaknya ber-
Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada aegoisme-agama.Dan hendaknya Negara
Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan".Pada bagian selanjutnya, Soekarno dalam pidatonya
menambahkan sebagai berikut.

"Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara yang
berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? lalah hormat - menghormati satu sama lain.
(Tepuk tangan sebagian hadirin). Nabi Muhammad SAW telah memberi bukti yang cukup
tentang verdraagzaamheid, tentang menghormati agama- agama lain. Nabi Isa pun telah
menunjukkan verdraagzaamheid itu Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang kita
susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima daripada negara kita ialah
Ketuhanan yang berkebudayaan, ke-Tuhanan yang berbudi pekerti yang luhur, ke-Tuhanan
yang hormati-menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta ria, jikalau saudara-saudara
menyetujui bahwa Negara Indonesia Merdeka berasaskan ke- Tuhanan Yang Maha Esa!”

B)Penerapan Nilai Ketuhanan Dalam Keragaman Agama

Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa pada zaman modern seperti saat ini memiliki
tantangan tersendiri. Banyak pihak yang mengaku bertuhan tetapi masih belum
mencerminkan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupannya. Bentuk nilai ketuhanan pada masa

15
modem in seolah mengalami degradasi karena tidak mencerminkan kesamaan antara apa
yang seharusnya dengan perilaku yang sebenarnya. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan
antara das sein dengan das sollen dalam penerapan nilai-nilai ketuhanan dalam hubungan di
antara sesama manusia dan warga negara.Pengakuan dan kepercayaan kepada Tuhan seakan-
akan lebih banyak bersifat formal prosedural tetapi kehilangan makna dalam penerapannya
Antara kesalehan spiritual seakan-akan tidak tampak dalam hubungan sosial, sehingga
menjadi kesalehan sosial. Dengan kata lain, penerapan nilai ketuhanan dalam masyarakat
modern telah mengalami kehilangan makna, sehingga terasa hanya formalitas belaka.Bahkan,
secara ekstrem ada kalangan yang menyatakan bahwa Tuhan hanya ada di rumah-rumah
ibadah, setelah keluar dari rumah ibadan orang akan bebas berbuat semaunya.

Ada di antara mereka itu yang menipu, mencuri, merampok, bahkan mengorupsi uang rakyat.
Selain itu adanya anggapan bahwa agama hanya berlaku dalam kaitan ibadah kepada Tuhan
juga menimbulkan persoalan. Akibatnya, persoalan sering muncul dalam kehidupan sosial di
antara umat sesama agama apalagi dengan umat berbeda agama.Akibat masih rendahnya
akan pengamalan nilai-nilai ketuhanan, dalam praktik sering terjadi perbedaan pendapat,
pertikaian, perselisihan, pertengkaran, bahkan perkelahian atau bentrokan di antara umat
sesama agama terlebih dengan umat berbeda agama. Semua itu tentu merupakan perilaku
negatif akibat rendahnya pengamalan nilai-nilai agama. Berbagai perilaku negatif tersebut
tentu tidak sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan yang terkandung dalam Pancasila. Nilai-nilai
ketuhanan dalam Pancasila sebenarnya merupakan refleksi dari nilai- nilai agama yang ada
dalam masyarakat.

Adanya toleransi beragama dirasakan akan menghasilkan kedamaian di antara umat


beragama yang berbeda-beda, sehingga antara satu umat dengan umat beragama lainnya tidak
akan terjadi gesekan atau pertikaian.

Toleransi yang dijalankan dengan baik akan menunjukkan semua umat beragama dihormati
dan dihargai dalam keberagamaannya. Adanya toleransi yang baik tidak mungkin akan terjadi
perusakan tempat beribadan dari satu agama tertentu terhadap tempat ibadah agama
lainnya.Dalam masyarakat modern seperti sekarang sebenarnya tidak perlu lagi ada
pertikaian antarumat beragama karena manusia sekarang dianggap lebih rasional dan toleran.
Pada waktu lalu memang sering terjadi perang antarumat beragama yang diakibatkan adanya

16
pemahaman yang sempit akan perbedaan agama Pada zaman modern seperti saat ini, umat
beragama seharusnya belajar dari masa lalu tanpa harus mengulangi kesalahan yang
sama.Penerapan nilai ketuhanan akhir-akhir ini masih saja mengundang pertanyaan. Seakan-
akan nilai-nilai ketuhanan tidak tampak pada kehidupan keberagamaan dari masing-masing
pemeluk agama. Hal itu tampak antara lain masih banyaknya penganut agama tertentu yang
melakukan korupsi. Pada waktu yang bersangkutan melakukan korupsi seakan-akan atau
menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada. Apabila yang bersangkutan merasakan kehadiran
Tuhan mungkin akan berpikir berkali-kali jika akan melakukan korupsi.

2.3.Aktualisasi Nilai Kemanusiaan Dalam Kehidupan Masyarakat


Indonesia Modern

Pada bagian-bagian sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Indonesia saat ini sudah memasuki
era modern Pengertian era modern tersebut dapat mengandung dua arti, yaitu era atau
zamannya sudah modern atau Indonesianya yang sudah modern Kedua pengertian tersebut
akan memiliki makna berbeda dalam pelaksanaannya. Dalam pengertian pertama, apabila
yang dimaksudkan adalah era atau zamannya yang sudah modern, mungkin saja Indonesianya
sendiri belum modern. Dalam pengertian itu, mungkin hanya kebetulan saja Indonesia sudah
berada pada zaman modern.

Pengertian kedua, Indonesia sudah menjadi negara modern. Sebagai konsekuensi negara
modern, Indonesia sudah modern seperti halnya negara-negara lain yang sudah terlebih
dahulu modern. Misalnya, modern dalam penyelenggaraan bernegara dan berpemerintahan,
modern dalam teknologi dan informasi, modern dalam persenjataan, dan sebagainya.

Dengan demikian, Indonesia sebagai negara modern menunjukkan pula bahwa segala aspek
yang terkait dengan keberadaan Indonesia sebagai negara juga sudah seperti modern
lainnya.Akan tetapi di sisi lain, keberadaan Indonesia sebagai negara modern juga masih
menimbulkan kekhawatiran karena hal itu akan berdampak pada penerapan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, termasuk nilai kemanusiaan dalam era Indonesia modern. Hal
itu kemudian menjadi penting ketika muncul keraguan akan relevansi dari nilai kemanusiaan
dalam era modern. Pertanyaannya adalah seperti apakah penerapan nilai kemanusiaan di era
17
modern? Apakah ada pengaruh signifikan Indonesia modern terhadap pelaksanaan nilai-nilai
kemanusiaan? Bagaimanakah bentuk pelaksanaan nilai-nilai kemanusiaan itu dalam era
modern saat ini dan ke depan?Apabila diartikan secara sederhana pengertian modern sebagai
zaman yang sudah maju artinya bagaimanakah bentuk penerapan nilai kemanusiaan pada
zaman yang sudah maju ini? Apakah masih relevan membicarakan nilai kemanusiaan pada
zaman modern sekarang? Apakah nilai kemanusiaan pada zaman modern ini akan sama
dengan masa lalu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu amat menggelitik dan memerlukan
jawaban dari segi akademik-ilmiah. Berbagai pertanyaan tersebut juga menjadi amat menarik
untuk didiskusikan dalam konteks akademik ilmiah sebagai upaya menemukan relevansi nilai
kemanusiaan dalam era modern.

A)Makna Nilai Kemanusiaan

Secara leksikal, kata kemanusiaan terdiri dari kata "manusia" yang mendapatkan awalan "ke"
dan akhiran "an". Kata manusia artinya adalah makhluk yang berakal budi, sedangkan
kemanusiaan artinya: (1) Sifat-sifat manusia, secara manusia; (2) (peri kemanusiaan) segala
sesuatu yang layak bagi manusia seperti kasih kepada sesama hidup dan sebagainya.Secara
terminologis, kata kemanusiaan dalam bahasa Indonesia men- dapatkan padanannya dalam
bahasa Inggris yaitu "humanity" atau "humanism", atau humanitarian. Dalam bahasa Belanda
kemanusiaan adalah menselijkheid, sedangkan dalam bahasa Prancis adalah humanitaire.
Apabila dilihat artinya secara leksikal, humanity artinya adalah (1) umat manusia, manusia
seluruhnya; (2) Perikemanusiaan. Demikian pula, humanism artinya adalah humanisme,
perikemanusiaan.

B)Nilai Kemanusiaan Dalam Pancasila Pada Era Modern

Di negara-negara Barat, terutama di daratan Eropa seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan
sebagainya, nilai-nilai kemanusiaan biasanya dikaitkan dengan hak asasi manusia (HAM).
HAM adalah pencerminan dari nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, nilai-nilai
kemanusiaan tercermin dalam HAM dan sebaliknya HAM mencerminkan nilai-nilai
kemanusiaan. Dengan demikian, antara kemanusiaan dan HAM tidak dapat dipisahkan
karena merupakan dua sisi dari mata uang yang sama.Pengamalan nilai kemanusiaan tanpa

18
memerhatikan HAM pasti tidak mungkin karena inti HAM adalah pengakuan manusia
sebagai manusia.

Pada waktu lalu, terutama ketika pada awal-awal perjuangan penegakan HAM di belahan
Dunia Barat, manusia atau kelompok manusia tertentu dianggap bukan manusia atau bukan
manusia seutuhnya. Berbagai perbedaan latar belakang suku, agama, ras, bahasa, warna kulit,
dan sebagainya merupakan faktor pembeda kemuliaan manusia. Kulit warna putih dianggap
lebih mulia daripada warna kulit hitam atau kuning atau kulit berwarna lain Kenyataan masa
lalu dalam menghormati manusia berdasarkan latar belakang warna kulit atau aspek lain
harus menjadi pelajaran penting pada era modern sekarang. Manusia dihargai dan dihormati
bukan karena tampilan fisik atau bentuk fisik atau latar belakang apa pun tetapi karena
manusia adalah manusia. Apa pun dan bagaimanapun manusia harus tetap dihargai dan
dihormati terlepas dari segala perbedaan bentuk fisik, latar belakang, dan
sebagainya.Masyarakat dan bangsa Indonesia yang sudah memasuki era modern harus
mengedepankan nilai kemanusiaan dalam pergaulan. Terlebih lagi bagi bangsa Indonesia
nilai kemanusiaan ada kaitannya dengan beradab, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.
Di sini salah satu perbedaan antara kemanusiaan dalam konteks Pancasila dengan
kemanusiaan di luar Pancasila. Nilai kemanusiaan bangsa Indonesia harus dalam rangka
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pengakuan manusia seperti itu adalah hakikat
perikemanusiaan sebagaimana yang terkandung dalam Pancasila.

Sebagai manusia yang beradab tentu akan bertingkah laku dan bertindak secara beradab pula
dan akan menjauhkan sifat-sifat atau hal-hal yang tidak sesuai dengan manusia yang beradab.
Dalam hal ini, Pancasila sudah memberikan pedoman bagaimana orang Indonesia semestinya
berperilaku dalam menghormati dan menghargai manusia. Penghormatan dan penghargaan
itu bukan berdasarkan SARA atau faktor lain, tetapi dasarnya adalah karena manusia ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga harus dihormati sebagai manusia. Perbedaan di antara
manusia bukan untuk dijadikan penghalang dalam menghormati dan menghargai manusia.

2.4. Aktualisasi Nilai Persatuan Dalam Menjaga Keutuhan Negara


Kesatuan Republik Indonesia

Akhir-akhir ini, terdapat anggapan di kalangan masyarakat bahwa pengamalan nilai persatuan
Indonesia dirasakan mulai menurun. Berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat
dirasakan menjadi faktor yang mengarah ke perselisihan, pertentangan, bahkan pertikaian di
antara sesama anggota masyarakat. Persoalan di masyarakat kadang-kadang terjadi karena

19
hal-hal sepele atau bahkan tanpa sebab-sebab yang jelas tetapi menimbulkan persoalan yang
besar Akibat adanya kejadian-kejadian kecil seperti itu kadang kala membawa dampak yang
mengkhawatirkan karena dapat mengganggu rasa ikatan persatuan di antara sesama anggota
masyarakat atau sesama warga negara. Ikatan persatuan itu saat ini seolah-olah sudah
menjadi longgar bahkan terancam terlepas hanya disebabkan hal-hal sepele tersebut.

Berbagai peristiwa di masyarakat yang diakibatkan persoalan sepele justru hampir sering
terjadi bahkan hampir terjadi setiap hari Banyak sekali perselisihan di antara anggota
masyarakat yang terjadi misalnya akibat kesalahpahaman kecil seperti bertatapan mata,
bersenggolan kendaraan di jalan, bersenggolan dalam acara nonton hiburan, perbedaan
pendukung sepak bola, dan sebagainya.

Akibat hal-hal sepele tersebut sering kali menjadi pemicu terjadinya peristiwa besar seperti
perkelahian antar-pelajar, bentrokan antarkampung, perkelahian antarsekolah atau kampus,
perkelahian antarsuku, bahkan pertikaian antarumat beragama.

A)Makna Nilai Persatuan

Secara etimologis, persatuan berasal dari kata "satu" yang mendapatkan awalan "per" dan
akhiran "an". Persatuan dalam bahasa Inggris adalah unity. Secara harfiah persatuan artinya
adalah: 1. gabungan (ikatan, kumpulan, dan sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu,
2. perserikatan; serikat. Dengan demikian, persatuan akan memiliki makna sebagai adanya
rasa bersatu antara satu kelompok dengan kelompok lain atau satu budaya dengan budaya
lain, dan sebagainya.

Dengan adanya persatuan tersebut adanya berbagai perbedaan menjadi lebur dan bersatu
dalam persatuan tersebut.Persatuan menjadi kata kunci dalam menjaga keutuhan suatu
sistembaik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks
sistem, persatuan dari bagian-bagian atau unsur merupakan faktor penting dalam mendukung
keseluruhan sistem. Berjalannya bagian-bagian dari sistem secara baik akan membuat sistem
itu juga berjalan dengan baik. Dengan demikian, keseluruhan sistem yang terdiri dari bagian-
bagian atau unsur-unsur tersebut akan kuat jika masing- masing bagian tadi juga kuat.
Sebaliknya, bagian-bagian atau unsur- unsur juga akan memperkuat sistem secara
keseluruhan apabila ada persatuan yang baik di antara bagian-bagian atau unsur-unsur
tersebut.

20
Secara teoretis dan filosofis, sila Persatuan Indonesia sudah tepat menggambarkan bersatunya
berbagai perbedaan latar belakang suku, agama, ras, antar-golongan, budaya, bahasa, bahkan
agama di Indonesia. Persatuan adalah satu hasil dari proses bersatunya berbagai nilai, sikap,
tindak, dari berbagai komponen yang ada dalam masyarakat tersebut. Kekompakan dari
berbagai perbedaan latar belakang tersebut menjadi irama yang harmoni dalam membentuk
suara atau irama ke- indonesia-an. Dalam suatu harmoni yang baik, masing-masing bagian
atau unsur tidak perlu lagi tampil secara berbeda. Justru apabila ada suara yang berbeda akan
menjadi aneh atau sumbang.

B)Aktualisasi Nilai Persatuan Dalam Menjaga Keutuhan Negara

Sejarah sudah membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia memang sering
mendapatkan ujian terkait dengan nilai persatuan. Ada kalanya persatuan tersebut hilang
karena adanya faktor kepentingan tertentu. Bahkan, sejarah juga menunjukkan bahwa perang
saudara sering terjadi di antara raja-raja di Nusantara dahulu akibat kurangnya rasa persatuan
di antara mereka. Berbagai peristiwa perang saudara yang terjadi juga tidak jarang karena
dipicu adanya kesalahpahaman di antara mereka Padahal, nilai persatuan itu pula yang
menjadi nilai yang dimasukkan dalam Pancasila pada saat digali oleh para the founding
fathers and mothers.

Artinya, nilai persatuan akan selalu mendapatkan tantangan dan ujian dalam setiap zaman
dan kemajuan bangsa. Dengan kata lain, nilai persatuan akan selalu mendapatkan ujian sesuai
dengan situasi dan kondisi perkembangan bangsa dan negara .Tantangan terhadap nilai
persatuan tersebut bukan saja muncul jauh sebelum Indonesia merdeka tetapi juga pada masa-
masa awal pergerakan kemerdekaan. Pada masa itu, nilai persatuan amat memegang peran
penting karena merupakan kunci keberhasilan dari perjuangan para tokoh pergerakan
kemerdekaan. Kemerdekaan Indonesia tidak mungkin tercapai tanpa adanya rasa persatuan di
antara seluruh komponen masyarakat yang merasa senasib dan sepenanggungan Apabila
dilihat dari kemampuan secara fisik dan kemampuan persenjataan rasanya amat mustahil
Indonesia dapat merdeka dari penjajahan Belanda yang dianggap memiliki persenjataan yang
lebih modern dan lengkap pada waktu itu. Namun, dengan adanya rasa persatuan di antara

21
semua komponen bangsa terutama di kalangan para pejuang kemerdekaan akhirnya Indonesia
dapat merdeka meskipun dengan persenjataan apa adanya.

2.5. Aktualisasi Nilai Kerakyatan Dalam Pembangunan Bidang Politik Dan


Ketatanegaraan

Penerapan sila keempat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, saat ini juga masih menghadapi kendala Bahkan, tantangan
tersebut tidak kalah dari tantangan nilai-nilai lainnya dalam Pancasila. Dalam kehidupan
demokrasi di Indonesia, nilai kerakyatan kurang sekali tercermin. Padahal, demokrasi di
Indonesia berdasarkan Pancasila dengan sebutan Demokrasi Pancasila.

Beberapa contoh dalam praktik kehidupan politik dan ketatanegaraan masih belum berjalan
sebagaimana diharapkan oleh banyak pihak. Hal itu tampak antara lain dalam pemilihan
umum (Pemilu) baik untuk Pemilu anggota Legislatif. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
Pemilu kepala daerah, dan lain-lain. Dengan kata lain, kehidupan Demokrasi Pancasila belum
seutuhnya terasa dan tercermin dalam kehidupan poltik dan ketatanegaraan.Dalam beberapa
kegiatan tersebut, pelibatan rakyat hanya dianggap sebagai formalitas semata-mata. Bahkan,
dalam praktik pelibatan rakyat tersebut lebih terkesan hanya dalam mekanisme formal tanpa
memiliki makna yang menyentuh kepada substansinya. Dengan kata lain, rakyat hanya
dijadikan mesin poltik untuk memberikan mandat kepada pihak tertentu dalam pemilu.

Namun demikian, setelah itu rakyat ditinggalkan bahkan seakan-akan tidak diperlukan lagi
dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan.Secara ideal, peran serta rakyat dalam
seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara merupakan inti hakikat
dalam negara demokrasi. Dengan demikian, nilai-nilai kerakyatan semestinya menjelma
dalam seluruh tahapan demokrasi khususnya dalam Pemilu yang dilaksanakan dalam mengisi
pejabat eksekutif dan legislatif baik di Pusat maupun Daerah. Dalam negara demokrasi
semestinya rakyat yang berdaulat dalam menentukan pemimpinnya atau para penyelenggara
negara dan pemerintahan.

Dalam berbagai proses pengisian jabatan politik tersebut semestinya rakyat yang menentukan
sesuai dengan nilai-nilai kerakyatan sebagaimana dimaksud dalam Pancasila. Namun
demikian, pelaksanaan tersebut masih jauh dari harapan karena berbagai faktor penyebab.
Salah satu aspek yang paling menentukan adalah belum matangnya para stakeholders dalam

22
berdemokrasi itu sendiri. Sebagai konsekuensinya, kehidupan demokrasi di Indonesia belum
berjalan sebagaimana mestinya

A)Makna Nilai Kerakyatan

Kata kerakyatan berasal dari kata "rakyat" yang mendapatkan awalan "ke" dan akhiran "an".
Sebagian kalangan ada yang menganggap bahwa secara substantif, pengertian "kerakyatan"
dianggap sama dengan kata demokrasi dan sebagian lagi menganggap berbeda. Namun
demikian, kedua pendapat tersebut masih menunjukkan kesamaan di mana baik dalam
konteks kerakyatan atau demokrasi, peran serta rakyat merupakan aspek penting yang tidak
dapat diabaikan. Artinya, dalam demokrasi atau kerakyatan tersebut terkandung makna yang
menempatkan rakyat sebagai pemeran utama.Nilai kerakyatan yang terkandung dalam
Pancasila sebagai perwujudan warisan nenek moyang bangsa Indonesia tercermin dalam
pergaulan masyarakat yang memberikan tempat kepada rakyat selaku pemilik kedaulatan.
Oleh karena itu, penyelenggaraan negara dan pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari nilai-
nilai kerakyatan tersebut. Dalam seluruh bentuk dan tahapan penyelenggaraan negara dan
pemerintahan, semestinya rakyat terlibat dan dilibatkan sesuai dengan mekanisme yang
disepakati dan tercermin dalam ketentuan peraturan perundang- undangan.

Dalam hal ini, rakyat turut serta dalam pemilihan umum untuk memilih wakil-wakil rakyat
baik anggota DPR, anggota DPD, anggota DPRD, memilih presiden dan wakil presiden,
memilih gubernur dan wakil gubernur, memilih bupati dan wakil bupati, memilih walikota
dan wakil walikota, dan sebagainya. Dengan kata lain, setiap bentuk dan tahapan melibatkan
rakyat karena rakyat adalah pemegang dan pemilik kedaulatan rakyat.

B)Perwujudan Nilai Kerakyatan Dalam Bidang Politik Dan Ketatanegraan

Indonesia sudah dianggap sebagai negara yang menganut demokrasi. Sebagai


konsekuensinya, rakyat menjadi pemilik kedaulatan dalam negara Indonesia. Namun
demikian, di sisi lain pelaksanaan nilai-nilai yang mencerminkan kerakyatan masih
menimbulkan persoalan dan tanda tanya besar. Berbagai fakta dalam kehidupan perpolitikan
di tanah air masih mengesampingkan kedaulatan rakyat.

23
Bahkan rakyat ada kalanya hanya dijadikan objek dalam perebutan kekuasaan dengan
mengatasnamakan demokrasi atau pemerintahan rakyat. Dalam hal ini rakyat dianggap
sebagai objek yang dapat dipermainkan kedudukannya dalam percaturan perpolitikan di
Indonesia. Oleh karena itu, semua komponen bangsa haru merenungkan kembali terkait
dengan nilai-nilai kerakyatan dalam perpolitikan di Indonesia.Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa pelibatan rakyat dalam per- politikan masih bersifat formalitas belaka.
Bahkan, secara kasat mata dapat dilihat bahwa rakyat hanya dianggap sebagai kumpulan
manusia yang dibutuhkan dalam memberikan dukungan dalam pemilihan umum. Pada saat
kampanye biasanya para calon mendekati rakyat dengan segala caranya dengan maksud
meraih simpati rakyat dan dipilih dalam pemilihan. Setelah itu, rakyat dilupakan bahkan
dianggap tidak ada dalam pengambilan kebijakan yang akan dilakukan.Sebagai
konsekuensinya, kebijakan yang ada dirasakan tidak lagi berorientasi kepada rakyat tetapi
lebih kepada kepentingan individu, kelompok, atau golongannya masing-masing. Sementara
itu, ke- beradaan rakyat secara keseluruhan dianggap tidak ada dan tidak penting, sehingga
sering diabaikan dalam pengambilan kebijakan. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan
juga baru dapat dirasakan oleh sebagian kecil golongan rakyat. Sementara itu, golongan yang
lebih besar belum dapat menikmati sebagaimana mestinya.

Keadaan tersebut tentu amat merisaukan hati karena akan menghilang- kan eksistensi rakyat
sebagai pemilik kedaulatan. Pelaksanaan demokrasi semu tentu akan merugikan rakyat,
karena rakyat hanya menjadi objek dan sasaran permainan para pemegang kekuasaan.
Akibatnya, rakyat justru menjadi tidak berdaya karena adanya permainan oknum elit partai
atau para penguasa partai yang kurang bertanggung jawab. Rakyat hanya dieksploitasi untuk
memperoleh atau mempertahankan ambisi kekuasaan segelintir oknum elit atau penguasa
partai. Anehnya, rakyat juga merasa tenang-tenang saja dengan situasi dan kondisi seperti itu
seolah-olah tidak ada masalah serius.

2.6.Aktualisasi Nilai Keadilan Dalam Mewujudkan Masyarakat Indonesia


Sejahtera Lahir Dan Batin

24
Persoalan lain yang sering muncul ke permukaan adalah terkait dengan penerapan nilai
keadilan (sosial) dalam konteks pelaksanaan sila kelima yang berbunyi "Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia." Kata keadilan sangat mudah diucapkan tetapi ternyata sulit
dilaksanakan. Bahkan, kenyataan sehari-hari masih menunjukkan seakan-akan keadilan itu
belum mampu dirasakan oleh sebagian besar masyarakat dan bangsa Indonesia. Dengan kata
lain, nilai keadilan yang terkandung dalam Pancasila masih dirasakan belum seutuhnya terasa
dan terlaksana.

Persoalan keadilan sering dijadikan isu sentral dalam pembangunan. Terdapat kesan bahwa
pembangunan yang dilaksanakan selama ini dianggap belum mampu mewujudkan keadilan
baik di bidang hukum, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Demikian pula halnya, dalam kaitan
dengan keadilan sosial yang berkaitan dengan keadilan ekonomi. Secara de facto, masih
banyak masyarakat dan bangsa Indonesia yang belum menikmati keadilan ekonomi, sehingga
masih jauh dari sejahtera lahir dan batin.Keadilan sosial semestinya menjadi nilai pamungkas
dari Pancasila yang akan membawa seluruh rakyat dan bangsa Indonesia menjadi masyarakat
dan bangsa yang sejahtera lahir dan batin. Setelah penerapan nilai- nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan, pada tataran akhir adalah terciptanya suatu
masyarakat yang berkadilan. Pancasila akan benar-benar dirasakan kehadirannya apabila
keadilan sosial dapat terwujud sebagaimana mestinya.

Dalam hal ini, keadilan bukan hanya untuk sebagian kecil atau kelompok masyarakat tertentu
tetapi untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Keadilan sosial harus dapat dinikmati oleh
seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Keadilan bukan hanya diperuntukkan bagi orang-orang
atau kelompok tertentu. Keadilan adalah hak semua orang dan semua pihak apa pun latar
belakang suku, agama, ras, antar-golongan, status sosial, status ekonomi, dan
sebagainya.Pertanyaannya adalah bagaimana upaya negara dalam mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia? Pertanyaan ini akan membawa konsekuensi tanggung
jawab negara, yang diwakili oleh pemerintah, untuk mewujudkan keadilan sosial dalam
bentuk kesejahteraan umum tersebut. Oleh karena itu, pembahasan tentang upaya
menerapkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak akan terlepas dari tugas dan
tanggung jawab pemerintah sebagai personifikasi negara dalam mewujudkan kesejahteraan
lahir dan batin bagi seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.

A)Makna Keadilan Sosial

25
Secara kronologis, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" ditempatkan pada urutan
kelima atau terakhir dari rumusan Pancasila. Namun demikian, penempatan itu bukan berarti
bahwa nilai keadilan tersebut tidak penting. Justru penempatan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia pada urutan kelima menunjukkan bahwa sila tersebut menjadi gong penentu
dari sila-sila sebelumnya. Tujuan bernegara adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Keadilan sosial merupakan tujuan dari penerapan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,


persatuan, dan kerakyatan. Adanya berbagai nilai tersebut akan membawa keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, keadilan yang menyejahterakan dan kesejahteraan yang
berkeadilan. Semua itu. dilandasi dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan
kerakyatan.

Pelaksanaan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak dapat dilepaskan dari tujuan
bernegara sebagaimana dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945 Aliena Keempat, yaitu
memajukan kesejahteraan umum.

Dalam hal ini terdapat kaitan yang sangat erat antara memajukan kesejahteraan umum dengan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan, bentuk keadilan sosial adalah
kesejahteraan umum dan sebaliknya kesejahteraan umum dalam kata lain adalah keadilan
sosial.

B)Tujuan Bangsa Indonesia Mewujudkan Keadilan Sosial

Pendirian suatu negara sudah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai Secara umum, tujuan
mengandung pengertian adanya sesuatu yang ingin dicapai, adanya sesuatu yang telah
ditetapkan dan ingin dijelmakan.Tujuan negara Indonesia sudah ditetapkan dalam Pembukaan
UUD 1945, yaitu:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

2. Memajukan kesejahteraan umum.

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

26
4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

5. Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan tujuan di atas, terdapat dua tujuan yang saling terkait yaitu memajukan
kesejahteraan umum dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keterkaitan itu tampak apabila kesejahteraan umum maju, akan mewujudkan keadilan sosial.
Sebaliknya, keadilan sosial dapat terwujud dengan memajukan kesejahteraan umum. Se-
lanjutnya, umum yang dimaksud dalam konteks itu adalah seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, tujuan utama Indonesia bernegara adalah terwujudnya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.Dalam upaya memahami makna dan tujuan mewujudkan keadilan
sosial, terlebih dahulu perlu dipahami pengertian dan hubungan antara perorangan (individu)
dengan kelompok. Selanjutnya, hubungan antara individu dengan masyarakat, dan
masyarakat dengan negara. Selain itu, perlu dipahami pula kedudukan individu dalam negara
dan hubungan individu dengan negara.

Setelah itu, baru kemudian akan mudah memahami tujuan bangsa Indonesia dalam
mewujudkan keadilan sosial tersebut.Tanpa pemahaman tersebut akan sulit untuk memahami
apakah keadilan sosial itu hanya dalam konteks keseluruhan atau juga termasuk individu-
individu di dalamnya. Untuk memahami hal tersebut perlu diawali dengan pemikiran yang
membahas hubungan antara individu dengan kelompok. Selain itu, perlu pula dipahami
tempat individu dalam konteks kelompok. Pemahaman akan makna dan hubungan individu
dengan kelompok akan membawa kepada pemahaman eksistensi individu dalam
hubungannya dengan kelompok dan negara.

27
BABIII.PENUTUP

3.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian, pengolahan, dan analisis data yang telahdilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut;

1)Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas,


dan berguna bagi manusia yang pada hakikatnya melekat pada suatu objek.Sesuatu
mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu.

2)Tanpa pemahaman tersebut akan sulit untuk memahami apakah keadilan sosial itu hanya
dalam konteks keseluruhan atau juga termasuk individu-individu di dalamnya. Untuk
memahami hal tersebut perlu diawali dengan pemikiran yang membahas hubungan antara
individu dengan kelompok. Selain itu, perlu pula dipahami tempat individu dalam konteks
kelompok. Pemahaman akan makna dan hubungan individu dengan kelompok akan

28
membawa kepada pemahaman eksistensi individu dalam hubungannya dengan kelompok dan
negara.

4)Setiap sila Pancasila memiliki makna. Sila pertama memiliki makna bahwa Indonesia
mempercayai adanya Tuhan, sila kedua memiliki makna bahwa Indonesia menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, sila ketiga memilik makna bahwa ragam perbedaan di Indonesia
tetaplah menjadi satu kesatuan, sila ke-empat yaitu memberikan makna bahwa negara
Indonesia adalah negara demokrasi yang apa pun itu dilakukan secara musyawarah untuk
mencapai mufakat, dan sila kelima memberikan art bahwa semua masyarakat di Indonesia
harus diperlakukan secara adil.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Herdiawanto, Herri dkk. 2018. Spiritualisme Pancasila. Jakarta: Prenadamedia

Group.

Ibnu Hurri dan Asep Munajat. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan (Panduan

Untuk Mahasiswa, Pendidik dan Masyarakat Secara Umum). Bekasi:

CV Nurani.

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Sleman Yogyakarta: Paradigma.

Latif, Yudi. 2012. Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas.

29
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Latif, Yudi. 2017. Mata Air Keteladanan Pancasila dalam Perbuatan. Jakarta:

Mizan Anggota IKAPI.

Mahfud, Mohammad. 2017. Pancasila dalam Pusaran Globalisasi.

Yogyakarta:Lkis.

Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Oetojo Oesman dan Alfian. 1992. Pancasila sebagai Ideologi (dalam berbagai

bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jakarta:

BP-7 Pusat.

Saidurrahman dan Arifinsyah. 2018. Pendidikan Kewarganegaraan NKRI Harga

Mati. Jakarta: Prenadamedia Grup.

Satori, Djaman. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

Semiawan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Cikarang:Grasindo.

Soegito. 1995. Pendidikan Pancasila. Semarang: IKIP Semarang Press.

Soegito. 2010. Pendidikan Pancasila. Semarang: UNNES Press Semarang.

Sugiyono. 2009. Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Taniredja, Tukiran. 2015. Pendidikan Pancasila. Bandung: Alfabeta

Taniredja, Tukiran. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan.

Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota IKAPI).

Taniredja, Tukiran dkk. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

30
Muhammadiyah. Bandung: Alfabeta.

Widjaja. 2002. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

31
32

Anda mungkin juga menyukai