Masalah sampah plastik di Indonesia lagi-lagi menjadi sorotan publik.
Melihat perkembangan masalah sampah plastik, agaknya pemerintah memang sudah harus mempercepat perbaikan sistem pengelolaannya. Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan. Padahal jumlah penduduk pesisir Indonesia hampir sama dengan India, yaitu 187 juta jiwa. Namun tingkat pencemaran plastik ke laut India hanya sekitar 0,09-0,24 juta ton/tahun dan menempati urutan ke 12. Artinya memang ada sistem pengelolaan sampah yang buruk di Indonesia. Tidak berhenti sampai di situ, pencemaran plastik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Saat ini, industri industri minuman di Indonesia merupakan salah satu sektor yang pertumbuhannya paling pesat. Pada kuartal I-2019, pertumbuhan industri pengolahan minuman mencapai 24,2% secara tahunan. Data tersebut dikutip berdasarkan artikel dari CNBC Indonesia. Kota palembang memiliki kontribusi dalam penghasil sampah dalam jumlah volume yang besar jika dibanding 16 Kabupaten kota lainnya di Sumatra Selatan. Sampah yang dihasilkan warga Kota Palembang bahkan mencapai 1.400 ton per hari. Sebagian besar sampah di Palembang tersebut di hasilkan dari sampah rumah tangga, pasar tradisional, pertokoan, perkantoran, dan aktifitas warga kota lainnya. Sementara itu, ditengah membludaknya sampah di Kota Palembang, kini daya tampung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukawinatan sudah mencapai limitnya. Dari luasan 25 hektar kini hanya menyisakan 3 hektar saja. Data ini didapatkan dari artikel yang di lansir Palembang Tribun News tanggal 15 Juli 2019. Hal tersebut sungguh memprihatinkan. Bayangkan saja apa yang akan terjadi setelah 10 tahun mendatang apabila masalah tersebut tidak ditanggapi dengan serius. Di berbagai negara di dunia terutama di negara maju, masalah sampah ini tentunya dapat diatasi dengan canggih dan teratur. Masyarakat disana telah terbiasa dengan tata tertib yang ada sehingga masalah sampah ini bukan menjadi masalah yang serius. Selain kebiasaan masyarakatnya yang sudah tertib dan ikut berpartisipasi, pemerintah pun sangat tegas dalam menyingkapi pelanggaran- pelanggaran yang terjadi dalam negara tersebut. Seperti halnya membuang sampah sembarangan dan tidak pada tempat sesuai jenis sampahnya maka akan diberikan sanksi yang tegas. Hal ini bukanlah hanya wacana semata, namun benar-benar di realisasikan. Bahkan di tempat-tempat umum sudah banyak di pasang CCTV untuk memantau pelanggaran yang terjadi. Lalu apa yang seharusnya kita terapkan di lingkungan kita untuk mengatasi masalah sampah yang terus bertambah ini? Solusi yang dapat diberikan adalah dengan adanya “Tripropenah” yaitu tiga program penanganan sampah untuk mewujudkan Palembang Adipura. Menyediakan minimal 4 jenis tempat sampah adalah solusi pertama yang harus kita terapkan. Di negara seperti Jepang, Jerman, Swedia, Belanda, Korea Selatan, Inggris dan negara maju lainnya hal tersebut sudah lama diterapkan dan bahkan ada yang sampai 6 jenis tempat sampah yang disediakan. Hal tersebut fungsinya adalah untuk mempermudah dalam pengelolaan sampah sehingga dibuatlah dalam beberapa kelompok sampah yang terdiri dari sampah anorganik yang meliputi; plastik, pembungkus makanan, kaleng, botol kaca dan yang lainnya. Sampah organik yang meliputi daun-daun kering, kayu, kulit, telur, bangkai hewan, sisa-sisa makanan. Sampah sulit dipilah seperti popok, pembalut, alat-alat elektronik dan lainnya. Sampah limbah cair yang meliputi sisa minuman, obat-obatan, dan lainnya. Pemerintah diharapkan dapat memberikan pelayanan seperti 4 jenis kotak sampah tersebut di setiap tempat umum dan juga diharapkan ada sosialisasi atau penyuluhan yang mendasar tentang peraturan ini. Sistem tempat pembuangan sampah seperti ini tidak hanya harus di terapkan di lingkungan umum saja, sebaiknya di daerah perumahan warga juga harus diterapkan sehingga program seperti ini akan berjalan dengan baik. Kenapa sampah tersebut harus dipilah? Nah alasan utama nya adalah untuk mempermudah dalam pengelolaan sampah tersebut, karena apabila sampah-sampah itu sudah menyatu secara keseluruhan maka yang akan sulit untuk dipisahkan sehingga pengelolaan sampahnya pun harus di bakar secara keseluruhan, namun hal tersebut tidaklah baik bagi lingkungan. Untuk itu, apabila sampah dapat dikelompokkan pada tempatnya maka pengelolaannya pun akan sesuai dengan jenis sampah tersebut apakah mudah untuk terurai ataukah tidak, apakah bisa di daur ulang ataukah harus diatasi dengan cara lain, sehingga akan dengan mudah diatasi serta dapat menghindari terjadinya tumpukan sampah dan mengatasi pencemaran lingkungan. Pemerintah juga harus bisa memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar. Sebab telah kita ketahui sulit sekali untuk membuat masyarakat sadar akan penanganan sampah yang baik karena faktor kebiasaan masyarakat yang sudah melekat. Namun hal tersebut tentunya bisa diatasi dengan cara yang tegas seperti hal nya memberikan denda bagi pelanggar, dan ini di realisasikan bukan hanya wacana semata. Bagi orang yang melaporkan dengan adanya fakta dan bukti pelanggaran sebaiknya akan diberikan penghargaan dari pemerintah sedangkan yang melanggar akan dikenakan denda atau sanksi lainnya. Hal tersebut dikarenakan sering kali di lingkungan kita melihat orang yang membuang sampah sembarangan tetapi dibiarkan saja tanpa ditegur, dengan kasus yang demikian maka akan semakin banyak pelanggar yang dengan sengaja membuang sampah sembarangan tanpa memikirkan dampak yang terjadi. Solusi kedua adalah menerapkan program “Bayar dengan Sampah” yaitu suatu program apabila ingin menaiki angkutan umum seperti “Transmusi” dibayarkan dengan memberikan 10 buah sampah plastik bekas. Program ini sudah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia seperti hal nya di Surabaya tiket transportasi dibayar dengan sampah plastik, dan sekarang program ini juga berkembang di Kota Malang. Hal tersebut tentunya memberikan dampak positif serta dapat mendorong masyarakat untuk menjaga lingkungan. Solusi ketiga adalah membangun suatu komunitas pendaur ulang sampah. Sampah-sampah tadi di olah menjadi suatu barang yang bernilai guna yang akan memberikan keuntungan. Masyarakat dapat diberikan pengetahuan yang mendasar tentang bagaimana cara mendaur ulang sampah menjadi produk yang bernilai guna. Hal tersebut selain mengurangi sampah yang dapat mencemari lingkungan juga dapat membuka lowongan pekerjaan. Komunitas ini juga diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik bagi generasi yang akan datang. Program Tripropenah ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif. Untuk itu sangat diharapkan kepada masyarakat maupun pemerintah dapat bekerja sama dalam mengatasi sampah demi menjaga lingkungan bebas sampah di Kota Palembang ini agar terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat yang akan membangun kenyamanan dan juga keamanan khususnya di Kota Palembang.