Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STRUKTUR TANAH DAN PORI PORI TANAH

DI SUSUN OLEH :

1.SYARIFAH KHAIRUNNISA (228720210017)

2.NURTASYA SYAIRA (228720210013)

3.NORATUL HUSNA (228720210011)

4.SALMAN ALFARISI (228720210014)

FAKULTAS FKIP PENDIDIKAN GEOGRAFI

UNIVERSITAS ALMUSLIM

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-Nya

kami dapat menulis makalah ini dan menyelesaikannya tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah geografi tanah. Makalah ini berjudul,klasifikasi

tanah.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak,

khususnya dosen mata kuliah geografi tanah yang telah membantu kami dalam menyelesaikan

makalah ini serta kepada orang tua dan teman-teman yang telah mendukung kami. Makalah ini

belum sempurna seperti apa yang diharapkan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca sehingga makalah ini menjadi sempurna.

Matang Geulumpang Dua,11 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... .

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................

C. Tujuan Masalah ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Perbedaan struktur tanah berdasarkan bentuknya...........................................

B. Tingkat perkembangan struktur tanah............................................................

C. Konsistensi tanah .…………… ......................................................................

D. Pori pori tanah dan pengelompokan…………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur tanah merupakan sifat yang sangat penting dan berkaitan dengan sifat fisik lainya
seperti, kemampuan tanah dalam menahan air, drainase, aerase, perkembangan akar
tanaman, mudah tidaknya tanah diolah dan akhirnya berpengaruh pula pada tingkat
kesuburan tanah.

Tanah yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah tanah yang
berstruktur mantap. Struktur tanah yang mantap dapat terjadi karena adanya interaksi berimbang
dari berbagai faktor, antara lain :

butiran tanah, (Soil particle) bahan pengikat (cementing material) dan aktivas biologi. Itu
sebabnya mengapa struktur tanah mampu menggambarkan tingkat kesuburan tanah, sehingga
struktur tanah penting diketahui untuk memilih tanah yang baik dan memberikan perlakuan yang
tepat bagi tanah yang strukturnya kurang baik dalam upaya mendapatkan hasil pertanian yang
optimal.
B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas antara lain:

1. Bagaimana mengidentifikasi perbedaan struktur tanah berdasarkan bentuknya?

2. Apa itu tingkat perkembangan struktur tanah?

3. Apa itu konsistensi tanah?

4. Apa itu pori pori tanah dan bagaimana pengelompokannya?

C. Tujuan Masalah

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi perbedaan struktur tanah berdasarkan bentuknya

2. Untuk mengetahui tingkat perkembangan struktur tanah

3. Untuk mengetahui apa itu konsistensi tanah

4. Untuk mengetahui pori pori tanah dan bagaimana pengelompokannya


BAB II

PEMBAHASAN

A.Identifikasi perbedaan struktur tanah berdasarkan bentuknya

Struktur tanah menggambarkan susunan atau agregasi gumpal tanah menjadi bentuk-bentuk
tertentu. Kondisi struktur berhubungan dengan tingkat kegemburan atau keremahan tanah. Selain
berdasarkan derajat kekuatan agregatnya, struktur tanah dapat dibedakan berdasarkan bentuknya
atau sering disebut tipe dan kelas struktur. Kita mengenal enam tipe kelas struktur, sebagai
berikut.

1. Lempeng (platy), yaitu bentuk gumpal tanah yang menyerupai lempengan-lempengan pipih
atau keping. Berdasarkan ketebalannya, tipe lempeng terdiri atas lima kelas struktur, yaitu:

 sangat tipis, jika ketebalan lempengnya kurang dari 1 mm;


 tipis, jika ketebalan lempengnya berkisar antara 1–2 mm;
 sedang, jika ketebalan lempengnya berkisar antara 2–5 mm;
 kasar, jika ketebalan lempengnya berkisar antara 5–10 mm;
 sangat kasar, jika ketebalan lempengnya lebih dari 10 mm.
2. Tiang Prismatik, yaitu bentuk agregat yang ujung atau rusuknya bersegi. Berdasarkan
ukurannya, tipe tiang prismatik dibedakan atas lima kelas struktur, yaitu:

 sangat halus, jika ketebalannya kurang dari 10 mm;


 halus, jika ketebalannya berkisar antara 10–20 mm;
 sedang, jika ketebalannya berkisar antara 20–50 mm;
 kasar, jika ketebalannya berkisar antara 50–100 mm;
 sangat kasar, jika ketebalannya lebih dari 100 mm.
3. Tiang Kolumner, yaitu bentuk agregat yang rusuknya bersegi tetapi bagian ujungnya
membulat. Berdasarkan ukurannya, tipe tiang prismatik dibedakan atas lima kelas struktur, yaitu:

 sangat halus, jika ketebalannya kurang dari 10 mm;


 halus, jika ketebalannya berkisar antara 10–20 mm;
 sedang, jika ketebalannya berkisar antara 20–50 mm;
 kasar, jika ketebalannya berkisar antara 50–100 mm;
 sangat kasar, jika ketebalannya lebih dari 100 mm.
4. Gumpal Bersudut, yaitu bentuk agregat tanah yang rusukrusuknya bersegi tajam, dan gumpal
membulat yaitu yang rusuknya bersegi tapi tidak terlalu tajam. Berdasarkan ukurannya, tipe
gumpal bersudut dan membulat dapat dibedakan menjadi lima kelas struktur, yaitu:

 sangat halus, jika ukurannya kurang dari 5 mm;


 halus, jika ukurannya berkisar antara 5–10 mm;
 sedang, jika ukurannya berkisar antara 10–20 mm;
 kasar, jika ukurannya berkisar antara 20–50 mm;
 sangat kasar, jika ukurannya lebih dari 50 mm.
5. Sferoid (polyeder Kersal) dan Sferoid remah, yaitu yang bentuknya remah gembur dan
berporus. Berdasarkan ketebalannya, tipe ini dibedakan atas lima kelas struktur, yakni:

 sangat halus, jika ketebalannya kurang dari 2 mm;


 halus, jika ketebalannya berkisar antara 1–2 mm;
 sedang, jika ketebalannya berkisar antara 2–5 mm;
 kasar, jika ketebalannya berkisar antara 5–10 mm;
 sangat kasar, jika ketebalannya lebih dari 10 mm.
6. Tidak berstruktur, terdiri atas bentuk butir tunggal dan pejal (massif).

Pada umumnya struktur tanah terdapat pada horizon A dan B.


B. Tingkat perkembangan struktur tanah

Berdasarkan pada tingkat perkembangan atau kemantapan struktur tanah, maka struktur tanah
dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat yaitu :
 Lemah yaitu jika butir-butir struktur tanah dapat dilihat, tetap sudah rusak dan hancur waktu
diambil dari profil tanah untuk diperiksa.
 Sedang yaitu jika struktur tanah memiliki butir-butir struktur yang agak kuat dan tidak hancur
waktu diambil dari profil untuk diperiksa.
 Kuat yaitu jika struktur tanah memiliki butir-butir struktur tanah yang tidak rusak waktu
diambil dari profil tanah dan tidak hancur walaupun digerak-gerakkan.

Berdasarkan Ukuran Struktur Tanah

1) Bentuk struktur lempeng, granuler dan remah dapat dibedakan menjadi


 sangat halus/tipis jika struktur tanah berukuran < 1 mm.
 halus jika struktur tanah berukuran 1-2 mm.
 sedang jika struktur tanah berukuran 2-5 mm.
 kasar/tebal jika struktur tanah berukuran 5-10 mm.
 sangat kasar jika struktur tanah berukuran > 10 mm.

 2) Untuk bentuk struktur gumpal membulat dan gumpal menyudut : sangat halus, jika struktur
tanah memiliki ukuran < 5 mm.
 halus, jika struktur tanah memiliki ukuran 5-10 mm.
 sedang, jika struktur tanah memiliki ukuran 10-20 mm.
 kasar, jika struktur tanah memiliki ukuran 20-50 mm.
 sangat kasar, jika struktur tanah memiliki ukuran > 50 mm.

3) Untuk bentuk struktur prismatik dan tiang :


 Sangat halus/tipis, jika struktur tanah memiliki ukuran < 10mm.
 Halus, jika struktur tanah memiliki ukuran 10-20 mm
 Sedang, jika struktur tanah memiliki ukuran 20-50 mm.
 Kasar/tebal, jika struktur tanah memiliki ukuran 50-100 mm.
 Sangat kasar, jika struktur tanah memiliki ukuran > 100 mm.
Tanah yang terbentuk didaerah dengan curah hujan tinggi umumnya memiliki struktur tanah
granular dilapisan atas (top soil) yaitu horizon A dan struktur gumpal di horizon B atau tanah
lapisan bawah (sub soil). Struktur tanah dapat berkembang dari butiran– butiran tunggal ataupun
kondisi massive. Tanah dengan struktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur – unsur
hara lebih mudah tersedia dan tanah mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang
bentuknya membulat sehingga antar butiran tanah tidak dapat bersing-gungan dengan rapat.
Akibatnya pori–pori tanah banyak terbentuk. Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah
rusak sehingga pori–pori tanah tidak mudah tertutup. Struktur tanah dapat memodifikasi
pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara,
kegiatan jasad hidup dan perubahan akar. Struktur tanah secara praktis mempengaruhi aerasi dan
draenase tanah, sehingga membatasi pertumbuhan tanaman.
Sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil
yang tinggi bagi produksi pertanian. Struktur tanah sangat berpengaruh dalam bidang pertanian.
Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman menjadi penentu seberapa hasil panen yang akan
didapat. Jika strukturnya terlalu mantap maka akar akan sulit menembusnya, sebaliknya jika
kemantapan strukturnya terlalu lemah maka ketersediaan unsur hara dan air akan sedikit karena
tanah tidak dapat mengikat unsur hara dan air dengan kuat, oleh karena itu dibutuhkan struktur
tanah yang seimbang.

C.Konsistensi tanah

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan
daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan
tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut
misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa
tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah.

Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan
kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di
atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.

Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat
kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan
tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat
lekat.

Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai dengan
tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur, gembur,
teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut mudah
diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul.

Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah.
Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak
keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras. Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab
dan kering ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah
hancur, maka tanah dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk
kondisi kering. Apabila gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah
dinyatakan berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering.

Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu kategori: melekat atau
tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah tidaknya membentuk bulatan, yaitu:
mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan; dan kemampuannya
mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).

Secara lebih terinci cara penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan sebagai berikut:

(I) Konsistensi Basah


1.1 Tingkat Kelekatan,

yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini
dibagi 4 kategori:

(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.

(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.

(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.

Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.

1.2 Tingkat Plastisitas

yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:

(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.

(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1
cm.

(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm
dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.

(II) Konsistensi Lembab


Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai
berikut:

(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah
mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).

(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila
diremas.

(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah.

(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat
meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.

(5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan
berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak
hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan
diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

(III) Konsistensi Kering


Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori
sebagai berikut:

(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak
melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).

(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah
berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi
tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu
menghancurkan gumpalan tanah.

(4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan
makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah.

(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi
untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan
sangat sulit untuk hancur.

(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya
tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan
tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).

Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah: (1) tekstur tanah, (2) sifat dan
jumlah koloid organik dan anorganik tanah, (3) sruktur tanah, dan (4) kadar air tanah.

D.Pori pori tanah dan pengelompokannya

Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat (terisi oleh air dan udara). Pori-
pori tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu pori-pori kasar (makro pori) dan pori-pori halus
(mikro pori). Pori-pori kasar terisi oleh udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena
gaya gravitasi, sedangkan pori-pori halus (mikro pori) berisi udara dan air kapiler. Tanah dengan
pori-pori kasar yang banyak sulit menahan air sehingga tanaman mudah mengalami kekeringan.
Dengan kata lain semakin liat suatu tanah maka porositasnya semakin halus dan semakin baik
untuk penanaman tanaman.

Nilai porositas suatu tanah memiliki hubungan dengan bulk density dan particle density.
Apabila kita telah mengetahui nilai bulk density dan particle density suatu tanah maka akan
memudahkan kita untuk mengetahui kadar dan udara yang terdapat dalam pori tanah sehingga
kita dapat menentukan kapan suatu tanah itu perlu untuk diberikan air atau udara yang terdapat
dalam pori tanah agar keadaannya tetap gembur. Apabila suatu tanah memiliki ruang pori yang
kecil maka tanaman yang tumbuh di atasnya akan kekurangan oksigen, diakibatkan oleh sulitnya
pertukaran gas atau udara dengan pori yang terlalu kecil.
Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tanah tinggi. Tanah-tanah dengan struktur
granular atau remah, mempunyai porositas yang tinggi dari pada tanah-tanah dengan struktur
massiv. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori sehingga sulit untuk menahan
air. Adapun hubungan antara bulk density dan porositas adalah terbalik, dimana makin tinggi
nilai bulk densitynya makin rendah nilai porositasnya. Sedangkan porositas sebanding dengan
partikel density, dimana makin tinggi nilai partikel density maka makin tinggi pula nilai
porositas.

Pori-pori tanah dapat dibagi menjadi dua tipe utama: pori makro dan pori mikro. Pori makro
adalah ruang besar antara partikel tanah yang memungkinkan gerakan air dan udara dengan cepat
melalui tanah.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas adalah :

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-
partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses
pedogenesis.

Struktur tanah merupakan suatu sifat yang penting bagi tanah, karena dapat berpengaruh
tidak hanya terhadap keadaan fisika, misalnya aerasi (pengudaraan), ekonomi panas dan air,
tetapi juga terhadap ketersediaan zat-zat hara bagi tanaman, sifat kertembusan oleh akar
tanaman, perombakan bahan organik tanah, dan semua kegiatan mikrobiologis dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, M., Fahriani, F., & Hambali, R. (2021). Pemetaan Konsistensi Tanah
Menggunakan Sistem Informasi GeografisBerdasarkan Nilai Uji PenetrasiKerucut
(CPT). Fondasi: Jurnal Teknik Sipil, 10(1), 33-41.
Prasetyo, B. H. (2007). Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol
dari berbagai bahan induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia, 9(1), 20-31.

Holisah, E. U. N., & Prijono, S. (2022). Pengaruh


Perbedaan Tanaman Penaung Terhadap Kapasitas Menahan
Air Tanah Di Kebun Kopi Rakyat Sumbermanjing
Wetan. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 9(2), 375-
383.

Rajamuddin, U. A. (2009). Kajian tingkat perkembangan


tanah pada lahan persawahan di desa kaluku tinggu
kabupaten donggala sulawesi tengah. Agroland: Jurnal
Ilmu-ilmu Pertanian, 16(1).

Mutmainnah, D., Ayu, I. W., & Oklima, A. M. (2021).


Analisis tanah untuk indikator tingkat ketersediaan lengas
tanah di lahan kering kecamatan empang. Jurnal
Agroteknologi, 1(1), 27-38.
Anastasia, I., Izzati, M., & Suedy, S. W. A. (2014).
Pengaruh pemberian kombinasi pupuk organik padat dan
organik cair terhadap porositas tanah dan pertumbuhan
tanaman bayam (Amarantus tricolor L.). Jurnal Akademika
Biologi, 3(2), 1-10.

Anda mungkin juga menyukai