Anda di halaman 1dari 3

Apa Implikasi Hukum dari pelanggaran K3 di linkungan dapur dan

dampaknya terhadap pemilik bisnis?

Undang-undang No. 36tahun 2009 tentang kesehatan mengungkapkan bahwa setidaknya ada 17
( tujuhbelas ) macam kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai upaya dalam menjaga kesehatan salah
satunya adalah pengamanan makanan dan minuman (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan,2009). Hal ini diperlukan agar makanan atau minuman yang dikonsumsi
aman bagi manusia sesuai dengan standar dan persyaratan kesehatan.Tentu saja,jika makanan atau
minuman yang diolah dengan mengabaikan standar hygiene dan sanitasi dapat menyebabkan beberapa
penyakit bagi manusia seperti:diare,cholera,demam,hingga keracunan makanan (Yulianto&Nurcholis,
2015).

Hal ini diperlukan sebagai upaya dalam meningkatkan mutu dan kualitas produksi sesuai dengan yang
sudah dimandatkan pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lingkungan Kerja pasal 4 bahwa “syarat-syarat K3 Lingkungan
Kerja berutjuan untuk mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman, sehat dan nyaman dalam rangka
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja” (Kementerian Tenaga Kerja, 2018). Berdasar pada
analisis situasi tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi mitra
meliputi: a. Belum adanya standar operasional dalam hal sanitasi dapur; b. Belum adanya standar
operasional dalam higinitas individu (pekerja dapur); c. Belum adanya standar operasional dalam
keselamatan kerja di dapur; d. Perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang hygiene, sanitasi dan
keselamatan kerja di dapur

Pada dasarnya, setiap pekerjaan memiliki resikonya masing-masing begitupula bagi para pekerja industri
makanan di area dapur. Resiko kecelakaan kerja bisa terjadi ketika dalam bekerja seseorang tidak
memperhatikan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Standar
Operasional Prosesdur (SOP) keselamatan kerja. Selain faktor manusianya itu sendiri, kecelakaan kerja
dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Permana Putra & Nurlaela, 2018). Oleh karena itu, penerapan
hygiene, sanitasi dan keselamat kerja menjadi sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Setidaknya
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam upaya penerapan keselamatan kerja sesuai
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja Pasal 9 ayat 5

1. Penyediaan alat pelindung diri (APD)

2. Penyediaan buku petunjuk penggunaan alat serta tersedianya isyarat-isyarat tanda bahaya;

3. Penyediaan peraturan dan pembagian tugas-tugas bagi setiap pekerja;

4. Penyediaan tempat kerja yang aman sesuai dengan syarat-syarat lingkungan kerja (SSLK) yang bebas
dari debu dan kotoran, asap rokok, radiasi, uap gas dan kebisingan. Selain itu, area kerja harus
dipastikan aman dari arus listrik dan juga memiliki penerangan yang memadai;

5. Penyediaan fasilitas penunjang kesehatan jasmani dan rohani;

6. Kesadaran untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatan kerja sepanjang waktu.
Pelanggaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan dapur dapat memiliki berbagai
dampak terhadap pemilik bisnis. Dampak ini dapat mencakup konsekuensi hukum, finansial, reputasi,
dan operasional. Berikut adalah beberapa dampak yang umumnya terkait dengan pelanggaran K3 di
lingkungan dapur:

1. Denda dan Sanksi Hukum: Pemilik bisnis dapat dikenakan denda dan sanksi hukum jika pelanggaran
K3 ditemukan. Badan pengawas pemerintah atau lembaga regulasi dapat melakukan inspeksi rutin, dan
jika pelanggaran ditemukan, bisnis dapat dikenakan denda yang signifikan.

2. Biaya Kompensasi: Jika pelanggaran K3 mengakibatkan cedera atau penyakit pada karyawan, pemilik
bisnis mungkin harus membayar biaya kompensasi, termasuk biaya medis, upah yang hilang, dan
kompensasi cacat.

3. Tuntutan Hukum: Pihak yang terluka dalam kecelakaan atau karena paparan bahan berbahaya di
lingkungan dapur dapat menggugat pemilik bisnis dalam tuntutan hukum. Ini dapat mengakibatkan
biaya hukum yang signifikan dan pembayaran kompensasi.

4. Penutupan Bisnis: Jika pelanggaran K3 sangat serius dan berkelanjutan, pemerintah setempat dapat
memutuskan untuk menutup sementara atau bahkan permanen bisnis tersebut demi melindungi
kesehatan dan keselamatan publik.

5. Kerugian Reputasi: Pelanggaran K3 dapat merusak reputasi bisnis, yang dapat mengakibatkan
penurunan jumlah pelanggan dan hubungan yang buruk dengan pemasok. Ini dapat mempengaruhi
daya saing bisnis.

6. Tanggung Jawab Pidana: Dalam beberapa kasus, jika pelanggaran K3 sangat serius dan disengaja,
pemilik bisnis atau manajer dapur dapat menghadapi tuntutan pidana. Ini dapat berpotensi
mengakibatkan denda besar atau bahkan hukuman penjara.

7. Biaya Perbaikan dan Perbaikan: Untuk mematuhi peraturan K3 dan memperbaiki pelanggaran yang
ditemukan, pemilik bisnis mungkin harus menghabiskan uang untuk perbaikan infrastruktur, pelatihan
karyawan, dan pembelian peralatan keselamatan.

8. Kehilangan Karyawan: Karyawan yang merasa tidak aman di lingkungan kerja karena pelanggaran K3
dapat mencari pekerjaan di tempat lain, mengakibatkan pemilik bisnis kehilangan karyawan
berpengalaman dan mempengaruhi produktivitas.

9. Peningkatan Asuransi K3: Setelah pelanggaran K3 terjadi, pemilik bisnis mungkin diharuskan untuk
membayar premi asuransi yang lebih tinggi untuk melindungi bisnis dari risiko potensial yang lebih
tinggi.

Oleh karena itu, penting bagi pemilik bisnis untuk memprioritaskan keselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan dapur dan mematuhi peraturan K3 yang berlaku. Ini tidak hanya akan melindungi karyawan,
tetapi juga mencegah dampak negatif yang signifikan terhadap bisnis.

Anda mungkin juga menyukai