THE BEGINNING
EGD pertama kali berkembang pada zaman Romawi ketika huruf-
huruf diukirkan pada bangunan dan arsitektur untuk memberikan
informasi termasuk penunjukan identitas tempat atau bahkan
pembuatan lukisan pada bangunan fresco (seni lukis pada dinding
kapur yang berkembang pesat pada zaman Renaissance). Tidak
seperti poster design atau packaging yang sudah mengalami proses
puluhan tahu, EGD memang masih termasuk dalam disiplin ilmu
baru. Dalam perkembangannya mencakup banyak disiplin ilmu
baik dari sisi desain grafis, arsitektur, interior, landscape dll.
Salah satu project biro desain adalah membuat logo signage,
atau papan penunjuk informasi lainnya untuk public event atau
project perumahan. Project semacam ini secara tidak
langsung adalah ilmu informal tentang sign system karena
mempertimbangkan banyak hal mulai dari tipografi,
pemilihan material, dan beberapa detail elemen desain
lainnya.
Contoh awal dari project ini (sign program) adalah fashion island
shopping centre, California yang dikerjakan oleh John Follis dan
Signage di East Coast untuk corporate building yang di desain
oleh Rudy de Harak (Sekarang dikenal dengan Walt Disney
Imaginerring) membuat signage yang diukir untuk penamaan
dan papan penunjuk arena permainan di Disneyland dan
taman bermain.
Konsep project ini kemudian dikenal dengan istilah Architectural
Signing karena memadukan bagaimana caranya agar desain bisa
berfungsi dan menyatu dengan arsitektur sebuah bangunan.
GENERASI KEDUA
Sekitar tahun 1974 sampai dengan 1984, EGD identik dengan
Architectural Signing dengan ruang lingkup sebatas untuk
transportasi, corporate, dan sarana pendidikan. Awal tahun 80-an,
tren desain grafis mulai mulai mengacu untuk keperluan
identifikasi tempat atau bangunan, display dan penunjuk arah
dalam ruang publik. Sign system tidak hanya untuk memberi
informasi, tapi juga mulai dirancang untuk menciptakan
ketertarikan dan bila perlu menghibur dan mempercantik
lingkungannya. Mulanya memang terlihat seperti dekorasi atau
directional signage yang terlihat artistik yang ada di shopping mall
yang menempel di dinding, langit-langit atau lantai.
Olimpiade musim panas tahun 1984 di Los Angeles juga menjadi
cikal-bakal populernya sign system dan wayfinding system dengan
aneka elemen grafis yang colorful dan menjadi momentum lahirnya
EGD yang menekankan hubungan grafis dengan manusia dan
lingkungannya.
Memanfaatkan kekuatas fasilitas ruang publik merupakan hal
potensial dalam EGD dan elemen-elemen grafis bertransformasi
sebagai kekuatan untuk menyatakan identitas sebuah bangunan.
Tahun 1985-1994, EGD mulai merambah ke shopping mall, taman
bermain, showrooms, event-event, airport dan rumah sakit lantas
menimbulkan overlap antara fungsi dan estetika. Dan di tahun
1995, EGD juga mulai memasuki aneka ruang publik lainnya
seperti museum dan tempat-tempat exhibition (kedepannya mulai
timbul disiplin ilmu baru yaitu Exhibition Design).
Dua dimensi versus tiga dimensi
Desain grafis yang anda buat di media dua dimensi-kertas misalnya-tentu
akan sangat berbeda ketika akan diaplikasikan ke media tiga dimensi. Ada
beberapa strategi dan kondisi yang harus diperhatikan. Nah, ini dia
beberapa faktor serta strategi yang kudu dan harus diperhatikan.
Unsur Kedalaman
EGD didesain untuk ditampilkan secara fisik di sebuah bangunan atau
tempat di ruang publik. Mempunyai kedalaman yang bisa dilihat dari
berbagai sisi. Tidak seperti media dua dimensi yang cukup dicetak di atas
kertas, EGD perlu dirakit atau dibuat di pabrikan.
Complexity
Projek, proses, dan elemen-elemen dari EGD punya tingkat kesulitan
cukup tinggi. Selain melibatkan kolaborasi antara desainer dan arsitek,
dasar-dasar pengetahuan tentang material atau bahan sangat diperlukan.
Tipografi
Penggunaan jenis huruf untuk teks signage sangat dibatasi. Pemilihan font
untuk bangunan atau gedung di kota tentu akan berbeda untuk di
museum atau tempat-tempat bersejarah. Cara penulisan huruf juga harus
mudah dibaca dalam jarak tertentu.
Tingkat ketahanan
Sebagai unsur penunjang bagi sebuah tempat atau bangunan, sign system
harus mampu bertahan dalam waktu cukup lama dan tahan di segala
kondisi cuaca. Kelembaban, hujan dan cahaya matahari adalah faktor-
faktor yang kudu diperhitungkan.
Warna
Penggunaan kombinasi warna yang kontras untuk teks dan background bisa
membantu kejelasan signage dan visibility tulisan atau gambar.
Penggunaan warna sebagai elemen visual sign juga berfungsi untuk
memberikan penekanan atau identitas tempat yang bersangkutan. Warna
sebaiknya digunakan secara berulang untuk mempermudah identifikasi
sign atau kesamaan identitas tempat.
Multidisiplin
Desainer EGD biasanya bekerja dalam tim yang terdiri dari signage
programmers, desainer, drafting technicians, arsitek, arsitek lanscape,
lighting designer, dan lain-lain yang kebanyakan multidisiplin.
Masa produksi
Projek-projek desain grafis seringkali memakan waktu
berminggu-minggu hingga bulanan. Lain halnya dengan EGD
assignments yang bisa membutuhkan waktu hingga beberapa
tahun dikarenakan terkadang pekerjaannya parallel dengan
arsitek.
Materials and techniques
Pengetahuan bahan atau material untuk pembuatan sign system mutlak
diperlukan terutama untuk penempatan desain-desain tertentu. Bahan untuk
sign system cukup beragam, kunci pemilihannya adalah mengetahui jenis sign
systemnya, lokasi penempatannya, karakternya dan budget yang dipersiapkan.
Batu
Batu adalah material pertama dan bahan utama yang digunakan sejak jaman
kuno. Sign system pada bahan jenis ini (termasuk batu granit, marmer atau
batu sedimen) menggunakan teknik ukir. Sign system dari batu jelas awet
hingga kurun waktu beberapa puluh tahun.
Kayu
Kayu termasuk jenis material favorit untuk pembuatan sign system. Alasannya
selain permukaannya lebih bertekstur, kayu tumbuh dari pohon (artinya bisa
ditanam dan diambil kayunya) serta tidak memerlukan teknologi tinggi untuk
pengerjaannya. Kayu juga bisa digunakan sebagai bagian dari sign structures
yang mampu menopang dengan kuat meskipun bobot material kayu terbilang
cukup ringan. Kurang cocok untuk penempatan di outdoor karena mudah
lapuk akibat cuaca.
Gelas
Gelas yang mempunyai sifat meneruskan cahaya juga memiliki
permukaan yang bisa memantulkan. Material jenis ini juga populer
untuk signage design dan kerap digunakan sebagai dekorasi. Dengan
ketebalan tertentu, multilayer, permukaan yang transparan dan efek-
efek yang dihasilkan, material jenis ini sangat menarik jika digunakan
sebagai bahan dasar signage. Biasanya digunakan untuk penamaan
gedung atau papan pengumuman atau tanda penunjuk dalam sebuah
gedung.
Vinyl
Teks pada signage alumunium bisa memakai huruf berbahan enamel dan vinyl
yang dibubuhkan dengan menggunakan teknik cetak panas. Huruf pada
signage sebaiknya tidak menggunakan bahan scottlight (memantulkan
cahaya) karena menyilaukan di siang hari sehingga signage menjadi tidak
terbaca. Penggunaan cat putih pada teks cukup efektif untuk dibaca di siang
dan malam hari. Tapi kakau cuaca mendung atau sore hari, teks pada
signage berbahan scottlight pada rambu lalu-lintas akan sangat bermanfaat
untuk memperjelas petunjuk arah saat dibaca.
Kain
Signage dalam EGDtidak harus menggunakan rigid materials. Bahan baku
dari kain juga bisa digunakan sebagai bahan signage. Banner atau
bendera sering digunakan sebagai material signage dan biasanya
memanfaatkan besi atau alumunium sebagai strukturnya.
Digital media
Hadiran teknologi digital. Sejak 15 tahun terakhir, hampir setiap karya
grafis bisa dicetak dengan bantuan printer dan diaplikasikan untuk
signage. Biasanya memanfaatkan inkjet UV print. Ilustrasi peta pada
directional sign biasanya menggunakan hasil cetak dengan dengan tinta
yang tahan cahaya UV. Dari sisi harga, budgetnya termasuk cukup
murah dan mudah digonta-ganti secara berkala. Cocok untuk sign di
ruang publik yang non-permanen.
Aspek-aspek pembuatan signage
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan
signage, antara lain:
Memahami institusi dan lingkungannya, misalnya mencari tahu
apa saja kegiatan utama institusi tersebut, keunikannya, dan
kebutuhan signage-nya. Dalam aspek ini kita juga dituntut untuk
mengetahui keunikan yang dimilikinya.