Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISIS PERANCANGAN KURSI KERJA ANTROPOMETRI


UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN ERGONOMIS

Dosen :
Suryo Sulistyo, S.T, M.T

Kelompok 7
Bintang Priatmaja P. (2102020) (Shift)
Indry Widayati (2102097) (Shift)
Khusnul Nurhidayah (2102050) (Malam)
Luthfi Maulana (2102083) (Pagi)
Nova Dwiyanti (2102107) (Shift)
Pramudya Presmana (2102032) (Shift)
Sheyla Alfiani Agustin (2102069) (Shift)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R FACHRUDIN


Jl. KH Syekh Nawawi No. 99, Mata Gara, Kec. Tigarakasa, Tangerang, Banten
15720 Tahun 2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan yang maha esa, yang senantiasa
memberikan kepada kami nikmat yaitu nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Mata Kuliah ERGONOMI yaitu Makalah yang berjudul ANALISIS PERANCANGAN SISTEM
KERJA ERGONOMIS UNTUK MENGURANGI TINGKAT KELELAHAN.

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh staff pengajar Universitas Muhammadiyah
A.R. Fachruddin, yang senantisa membimbing kami hingga terselesaikannya tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik
dari segi materi atau analisis terhadap penyajian materi mata kuliah ini. Sebagimana pepatah
mengatakan “tak ada gading yang tak retak”
Saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak kami sangat mengharapkan
demi kesempurnaan makalah ini di masa datang.

Tigaraksa, 29 Mei 2023


Penyusun

Pemakalah kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………... i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………… ii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….1
C. Tujuan……………………...……………………………………………………….1
D. Manfaat…………………….……………………………………………………….1
BAB II Pembahasan………………………………………………………………………...2
BAB III Penutup………………………………………………………………………......…10
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..10
B. Saran………………………………………………………………………………….10
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan tingkat permintaan yang semakin tinggi, perusahaan harus mengeluarkan ide-ide
inovatif dalam rangka meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia seoptimal
mungkin, untuk menghasilkan tingkat produk semaksimal mungkin, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Salah satu bagian yang penting dalam proses produksi adalah pengepakan
produk jadi ke dalam box. Untuk dapat melakukan proses pengepakan dengan baik, maka packer
(operator) harus bekerja dalam kondisi nyaman. Tetapi, kondisi aktualnya mereka merasakan
keadaan yang menimbulkan keluhan subjektif dalam melakukan pengepakan. Hal ini
menyebabkan mereka cepat merasakan lelah dalam bekerja. Untuk mengoptimalkan tenaga
kerja, yang perlu diperhatikan adalah aspek manusia sehingga diperlukan alternatif, yang
meliputi perancangan tata letak peralatan kerja dan sarana kerja yang mendukung pekerja
sehingga mereka melakukan pekerjaannya secara rutin tanpa menimbulkan kelelahan yang
berarti. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, maka perlu dibuat perancangan sistem
kerja yang sesuai dengan prinsip ergonomik, yaitu suatu sistem kerja yang meningkatkan
kenyamanan dan produktivitas kerja. Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang,

B. Rumusan Masalah
 bagaimana cara perancangan sistem kerja di bagian pengepakan agar operator tidak dapat
cepat lelah?

C. Tujuan
 Mengindentifikasi dan mengetahui pengaruh sarana kerja dan posisi kerja terhadap kelelahan bagi
operator di bagian pengepakan,
 Mengetahui keluhan subjek (kelelahan operator) di bagian pengepakan denganpendekatan pengisian
kuesioner,
 Mencari alternatif pemecahan masalah dalam upaya mengurangi kelelahan kerja malalui pendekatan
ergonomi.

D. Manfaat
 Diperoleh gambaran awal tentang pengaruh sarana kerja dan posisi kerja terhadap kelelahan bagi
operator di bagian pengepakan,
 Diperoleh rancangan stasiun kerja dan sarana kerja yang sesuai untuk pekerjaan pengepakan dalam
upaya meningkatkan produktivitas kerja,
 Dapat memberikan informasi kepada pimpinan industri dan tenaga kerja untuk mempertimbangkan
penerapan hasil penelitian ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
1. Pengertian Ergonomi

Ergonomi atau Ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani
yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi
mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa ergonomi adalah ilmu serta
penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang
atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya
melalui pemanfaatan manusia seoptimal - optimalnya (Nurmianto, 1996).Pendekatan khusus
dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi sistematis darisegala informasi yang releven yang
berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas
dan lingkungan kerja yang dipakai. Analisis

2. Konsep Antropometri
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri”yang berarti ukuran.
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya
dimensi tubuh. Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan -
pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang
akan memerlukan interaksi manusia. Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk
dan dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia,
yaitu:
a. Umur
b. Jenis kelamin (sex)
c. Suku bangsa (etnik)
d. Sosio ekonomi
e. Posisi tubuh (posture),
3. Pengujian Data Antropometri
Menurut Nurmianto (1996) penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai
mean (rata- rata) dan standar deviasi dari distribusi normal. Untuk menghitung ukuran data yang
diperlukan, maka harus dilakukan:

A. Uji Kenormalan Data

Uji kenormalan data bertujuan untuk menentukan apakah data yang telah dikumpulkan
mengikuti distribusi normal. Pengujian normalitas akan mengarahkan teknik statistik lanjutan yang akan
digunakan untuk uji pengambilan keputusan.Uji kenormalan data dilakukan dengan menggunakan
metode uji analitis Shapiro - Wilk. Metode uji hapiro-Wilk digunakan ketika jumlah sampel kecil (≤50)
(Anna, 2012). Langkah-langkah untuk melakukan uji kenormalan data dengan metode uji Shapiro-Wilk
adalah sebagai berikut:

1. Menentukan null hypothesis (H0) dan alternative hypothesis (H1) H0: tidak terdapat perbedaan
antara distribusi data dengan distribusi normal H1: terdapat perbedaan antara distribusi data dengan
distribusi normal

2. Menentukan tingkat kepercayaan atau confidence level (1- ) Dalam penelitian ini, tingkat kepercayaan
yang digunakan adalah 95% sehingga = 5%.

3. Kriteria yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah jika nilai signifikansi <α maka data tidak
terdistribusi normal (tolak H0). Jika nilai signifikansi > maka data terdistribusi normal (tidak menolak H0).

B. Uji keseragaman Data

Uji keseagaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data-data yang diperoleh sudah ada
dalam keadaan terkendali atau belum. Data yang berada dalam batas kendali yang ditetapkan yaitu BKA
(Batas Kendali Atas) dan BKB (Batas Kendali Bawah) dapat dikatakan berada dalam keadaan terkendali,
sebaliknya jika suatu data berada di luar BKA dan BKB, maka data tersebut dikatakan tidak terkendali.
Data yang berada dalam keadaan tidak terkendali akan dibuang dan kemudian diuji kembali
keseragamannya hingga tidak ada lagi data yang berada di luar BKA dan BKB.

Rumus-rumus yang digunakan untuk menentukan BKA dan BKB adalah sebagai berikut:

~
x=
∑ xi Keterangan:
n
Xi = data ke- I


~
σ = ∑ (xi− x )
n = jumlah data
n−1 Z = konstanta tingkat keyakinan
x = nilai rata- rata
(4)
σ = standar deviasi
C. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui jumlah data yang diperoleh telah memenuhi
jumlah pengamatan yang dibutuhkan dalam pengukuran atau belum, sesuai dengan tingkat ketelitian
yang diinginkan. Sedangkan data dan jumlah pengukuran yang diperlukan dalam uji kecukupan data
merupakan data dan jumlah dari pengukuran yang seragam. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:

N’ = ¿

Keterangan:
k = tingkat kepercayaan
s = tingkat ketelitian
Xi = nilai data dalam pengukuran
N’ = jumlah pengukuran yang diperlukan
N = jumlah pengukuran

‘Note: Apabila N' < N, maka jumlah data yang diambil sudah cukup. Apabila N' > N, maka jumlah data
yang diambil belum cukup.

D. Perhitungan Persentil

Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki
ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, persentil ke-95 akan menunjukkan 95%
populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5 akan menunjukkan
5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka persentil ke-95
akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan persentil ke-5 sebaliknya akan menunjukkan
ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang
ada, maka diambil rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil sebagai batas-batasnya. Pemakaian nilai-nilai
persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri ada dibawah gambar ini.

Cara mengitungnya untuk persentik


4. Pengukuran Antropometri
Dalam dunia desain ada satu metode yang khusus untuk mengukur dimensi ukuran tubuh pada
manusia untuk menentukan kenyamanan produk yang akan digunakan, metode tersebut adalah
antropometri dimana metode antropometri kemudian diaplikasikan dalam kegiatan pengukuran meja
dan kursi. Untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai
rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberikan.

METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah kursi antropometri di LaboratoriumErgonomi dan Mahasiswa
Praktikum Ergonomi Teknik Industri Universitas A.R. Fachruddin. Penelitian dilakukan dengan metode
observasi.

1. Studi Lapangan (Field Research)


Yaitu peninjauan yang dilaksanakan secara langsung ke tempat terdapatnya masalah. Kegiatan
studi lapangan adalah sebagai berikut: a.
Observasi b.
Wawancara c.
Studi Kepustakaan

Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data penggunaan alat ukur tiap dimensi antropometri yang
didasarkan pada standar pengukuran dimensi antropometri oleh Pramudya Permana (2023) dan waktu
pengukuran pada saat praktikum ergonomi dilakukan, seperti pada Tabel 2.

No Dimensi Antropometri Alat Ukur


1. Tinggi Duduk Kursi antropometri
2. Lebar Paha Kursi antropometri
3. Tinggi Siku Tengah Kursi antropometri
4. Lebar Siku Tengah Kursi antropometri
5. Panjang Paha Kursi antropometri
6. Pandangan Ke Depan Kursi antropometri
7. Sandaran Kursi antropometri
8. Jangkauan Berdiri Kursi antropometri
9. Jangkauan Duduk Kursi antropometri
Tabel.2 Pengukuran Alat Ukur

Data di atas merupakan penggunaan alat ukur saat praktikum ergonomi. Dapat dilihat bahwa kursi
antropometri hanya digunakan untuk mengukur 9 dimensi dari 9 dimensi antropometri. Setelah
dilakukan wawancara kepada mahasiswa praktikum, pengukuran dengan kursi antropometri terlalu
lama. Untuk mengukur 9 dimensi waktu yang dibutuhkan rata-rata 18,45 menit.

Dasar dalam perancangan ulang penelitian ini dari hasil pengukuran diatas adalah:

1. Pemenuhan terhadap standar pengukuran. Untuk dapat menjangkau 9 dimensi antropometri,


diperlukan data antropometri mahasiswa untuk pengukuran:

a. Tinggi tubuh

Dimensi yang dijadikan referensi adalah tinggi duduk tegak dan tinggi setengah lutut. Jangkauan
pengukuran untuk dimensi no. 1,3, 6, 8, 9.

b. Lebar tubuh

Dimensi yang dijadikan referensi adalah lebar bahu luar dan lebar pantat ke lutut. Jangkauan
pengukuran untuk dimensi no. 2, 4, 5, 7. Dari pengolahan data antropometri untuk dimensi yang disebut
di atas, didapatkan hasil sebagai berikut.

No Dimensi Antropometri Persentil


5 50 95
1 Tinggi Duduk Tegak 79,6 86,4 93,16
4
2 Lebar Siku Tengah 36,9 43,6 49,19
4
3 Lebar paha 38,5 43,8 49.03
7
4 Tinggi Siku Tengah 52,6 56,5 60,4

2. Desain adjustable tool yang flexible


Dalam merancang adjustable tool, hal yang perlu diperhatikan adalah fungsi dan ukuran.

a. Fungsi

Alat dapat bergerak bebas dan sedikit pengaturan, sehingga dapat mengurangi waktu
pengukuran yaitu dengan menggunaka linier slider sebagai adjustable tool.

b. Ukuran

Ukuran dimaksudkan untuk menjangkau 21 dimensi antropometri dan penempatan adjustable


tool pada kursi antropometri rancangan baru.Penentuan ukuran terbagi menjadi 2 bagian yaitu untuk
tinggi dan lebar.
Hasil desain adjustable tool dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
3. Penambahan alat bantu.
Penambahan alat bantu dimaksudkan untuk memudahkan dalam penggunaan alat ukur. Alat bantu
tersebut berupa alat bantu pembacaan garis ukur, yang didasarkan pada hasil observasi kursi
antropometri.

Berikut ini adalah gambar hasil perancangan ulang kursi antropometri secara keseluruhan.
Hasil pengukuran Poster Tubuh
Nama Pramudya Presmana
Nim 2102032
Prodi Teknik Industri (Shift)

No Dimensi Antropometri Hasil


1. Tinggi Duduk 44,4 cm
2. Lebar Paha 20 cm
3. Tinggi Siku Tengah 73 cm
4. Lebar Siku Tengah 23 cm
5. Panjang Paha 45 cm
6. Pandangan Ke Depan 139 cm
7. Sandaran 139,5 cm
8. Jangkauan Berdiri 172 cm
9. Jangkauan Duduk 148,5

Rancangan kursi kuliah yang ingin di gunakan


Hasil rancangan kursi yang digunakan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal ini:
1. Kursi antropometri dapat digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan pengukuran 21 dimensi
antropometri yang sesuai dengan standar pengukuran. Dengan ukuran panjangminimal adjustable
tool Y adalah 57 Cm, dengan posisi tinggi dari lantai = 37 cm. Dan untuk ukuran lebar minimal
adjustable tool X = 70 Cm, dengan posisi minimal sisi kanan = 25 cm dan posisi minimal sisi
kanan = 46 cm
2. Waktu pengukuran untuk 6 dimensi antropometri dengan menggunakan kursi rancangan baru
didapatkan rata – rata waktu sebesar 4 menit 16 detik dengan efisiensi 76,87 % dari kursi
rancangan lama.

SARAN

Pada akhir penelitian ini penulis sampaikan saran-saran sebagai tindak lanjut penelitian ke
depannya sebagai berikut:
1. Hasil rancangan dapat digunakan untuk pengukuran antropometri posisi duduk dan
diharapkan pengukuran dapat meminimalkan penggunaan alat bantu, sehingga waktu
pengukuran lebih efektif dan efisien.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan untuk pengukuran bagian paha ke
bawah sampai bagian kaki.
DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto, E. (1998). Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya, Surabaya: PT Guna Widya.

Pheasant, S. (1996). Body space: Anthropometry, ergonomics and design, London: Taylor
andFrancis.

Anna B. 2012. Pemanfaatan citra dua dimensi pada perancangan sistem pengukuran
antropometri circumference secara digital. Tesis, Universitas Gajah Mada.

Fauzi, A. 2009. Statistik Industri. Jakarta: Erlangga.

Januar, D. 2010. Pemanfaatan citra dua dimensi pada perancangan sistem pengukuran
antropometri secara digital. Skripsi, Universitas Gajah Mada.

Nurmianto, E. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Pertama. Surabaya: Prima
Printing, Surabaya.

Tarwaka.2010. Ergonomi Industri - dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasi di tempat


kerja. Solo: Harapan Press.
11

Anda mungkin juga menyukai