Anda di halaman 1dari 57

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

(Studi Kasus di “Sania Mart”, Jalan Kaliurang KM 12,5 Candi)

Disusun Oleh Kelompok C-3 :

Hazmi Putri Nabelaisya (11522027)

Ovi tiara Pramtiani Putri (11522049)

Maharani Lintang Putri (11522236)

Asisten Pembimbing :

Rachmah Nanda Kartika (E-85)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTR

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2013
TUGAS AKHIR PRAKTIKUM

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

(Studi Kasus di “Sania Mart”, Jalan Kaliurang KM 12,5 Candi)

Disusun Oleh Kelompok C-3:

Hazmi Putri Nabelaisya (11522027)

Ovi Tiara Pramtiani Putri (11522049)

Maharani Lintang Putri (11522236)

Kalab APK&E Asisten Pembimbing

Amaria Dilla Sari ,S.T,M.Sc Rachmah Nanda Kartika


LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Praktikum

Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi

Yogyakarta,

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN OLEH

Asisten Penguji I Asisten Penguji II

(………….) (…………)

Mengetahui,

ASISTEN PEMBIMBING DOSEN PENGAMPU

Rachmah Nanda Kartika M. Ragil Suryoputro

Praktikan

Hazmi Putri N. Ovi Tiara P.P Maharani Lintang P.

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat
dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi ini
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis
membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu tugas praktikum
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Dalam penulisan tugas akhir ini,
tentunya banyak pihak yang telah bantuan baik moril maupun materil. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya
kepada :
1. Muhammad Ragil Suryoputro, S.T, M.Sc selaku dosen matakuliah Perancangan
Sistem Kerja dan Ergonomi yang memberikan nasihat dan ilmu kepada penulis.
2. Rachmah Nanda Kartika, asisten pembimbing praktikum yang tidak henti-
hentinya memberikan arahan, nasihat dan bimbingan.
3. Seluruh karyawan Sania Mart, yang memberikan informasi yang diperlukan
penulis dan bersedia menjadi objek penelitian
.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Maka
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta,

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
COVER 2 ……………………………………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………… v
ABSTRACT………………………………………………………………….. vii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.3 Batasan Masalah ………………………………………………………...
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………………...
1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………………………
1.5.1 Bagi Peneliti ……………………………………………………….
1.5.2 Bagi Perusahaan ………………………………………………………
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi ………………………………………………………………….
2.2 Postur…………………………………………………………………..
2.3 Biomekanika …………………………………………………………………
2.4 Antropometri………………………………………………
2.5 Usabilitas………………………………………………………
2.6 Lingkungan Kerja Fisik
2.7 Jurnal dan artikel……………………………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian……………………………………………………..
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Primer …………………………………………………………..
3.2.2 Sekunder ……………………………………………………….
3.3 Kerangka Penyelesaian Masalah ………………………………….
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data………………………………………………….
4.1.1 Postur Kerja………………………………………
4.1.2 Biomekanika…………………………………………………….
4.1.3 Antropometri……………………………………………….
4.1.4 Usabilitas……………………………………………………
4.1.5 Lingkungan Kerja Fisik…………………………………..
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Lingkungan Kerja Fisik……………………………………..
4.2.2 Stopwatch……………………………………………………
BAB V. PEMBAHASAN
5.1. Analisa ……………………………………………………………..
5.1.1 Postur Kerja ………………………………………………...
5.1.2 Biomekanika…………………………………………………
5.1.3 Antropometri……………………………………………….
5.1.4 Usabilitas………………………………………………………
5.1.5 Lingkungan Kerja Fisik…………………………………….
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………….
6.2 Saran ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan usaha dibidang minimarket sekarang ini sudah sangat pesat.


Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuan rumah tangga yang harus
mereka penuhi maka para pengusaha dituntut untuk menciptakan usaha
minimarket yang semakin banyak terutama didaerah sekitar kampus. Membuka
usaha minimarket bukan merupakan hal yang mudah. Dibutuhkan strategi khusus
agar pekerja merasa nyaman dan konsumen puas akan pelayanan. Banyak dari
karyawan minimarket yang tidak memperhatikan postur saat bekerja, beban yang
mereka angkat tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sistem ergonomi
yang tidak sesuai dengan antropometri tubuh dan lingkunan kerja yang ada juga
dapat mempengaruhi kinerja karyawan yang ada.

Dampak yang ditimbulkan akibat cara bekerja yang kurang baik adalah
kelelahan pada musculoskeletal sehingga dapat mengurangi produktivitas
karyawan. Atas dasar tersebut peneliti melakukan study kasus pada sebuah
minimarket. Kami selaku peneliti memberikan beberapa solusi untuk
permasalahan tersebut, antara lain merancang tempat kerja yang sesuai dengan
antopometri tubuh karyawan, memberikan saran agar lebih memperhatikan cara
saat melakukan pekerjaa, alat bantu yang diperlukan seta pengaturan lingkungan
kerja yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa hal dibawah ini merupakan rumusan masalah yang kami ambil dari
penelitian ini:

1. Bagaimana action level yang ada berdasarkan hasil perhitungan REBA dan
RULA serta perbaikan apa yang harus dilakukan?
2. Bagaimana keadaan tubuh pekerja terhadap analisa L5/S1 dan berapa
lifting index yang dihasilkan?
3. Bagaimana perancangan kursi yang tepat sesuai dengan antropometri
pekerja?
4. Bagaimana tingkat usabilitas pengunaan mesin sensor harga?
5. Bagaimana pengaruh kebisingan, pencahayaan dan temperatur terhadap
produktivitas pekerja ?

1.3 Batasan Masalah

Dibawah ini beberapa batasan masalah yang kami berikan terhadap fokus objek
yang sedang kami amati :

1. Lokasi di Sania Mart, Jalan Kaliurang KM 12,5.


2. Objek penelitian adalah pekerja di Sania Mart.
3. Postur kerja yang kami amati adalah pada saat pekerja memasukkan nata
de coco kedalam lemari pendingin.
4. Biomekanika yang kami amati adalah saat pekerja melakukan
pengangkatan terhadap karung beras yang mempunyai berat 5 kg.
5. Antropometri yang kami ukur adalah tinggi bahu duduk, lebar bahu, tinggi
siku duduk, tinggi popliteal, pantat popliteal, lebar pinggul, dan panjang
siku sampai ujung jari.
6. Kursi yang kami desain untuk karyawan laki-laki maupun perempuan.
7. Usabilitas yang kami amati adalah sensor harga yang terdapat pada mesin
kasir.
8. Lingkungan Kerja fisik yang kami amati adalah kebisingan, pencahayaan,
dan temperatur.
9. Penelitian dilakukan pada sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB
1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan untuk menjawab rumusan masalah yang
ada, antara lain :

1. Untuk menganalisa action level berdasarkan hasil perhitungan RULA dan


REBA serta mampu melakukan perbaikan yang dibutuhkan.
2. Untuk mengetahui keadaan tubuh pekerja dengan menganalisa hasil L5/S1
dan mampu menentukan lifting index.
3. Untuk melakukan perancangan terhadap kusri kerja sesuai dengan
antropometri tubuh pekerja.
4. Mengetahui dan menentukan usabilitas dari penggunaan mesin sensor
harga apakah sudah bagus atau belum.
5. Mengetahui pengaruh pencahayaan dan temperatur terhadap produktivitas
pekerja serta mengetahui bagaimana cara memaksimalkan produktivitas
pekerja

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan bisa memberikan manfaat bagi peneliti
dan bagi perusahaan, antara lain:

1.5.1 Bagi peneliti


1. Dapat mengaplikasikan metode RULA dan REBA serta melakukan
perbaikan-perbaikan dan alat bantu yang dibutuhkan.
2. Dapat mengetahui keadaan tubuh pekerja dengan beban yang ada
berdasarkan hasil analisa L5/S1 dan hasil lifting index serta mampu
melakukan perbaikan.
3. Dapat merancang kursi kerja berdasarkan antropometri tubuh pekerja.
4. Dapat menentukan usabilitas dari mesin sensor harga.
5. Dapat mengetahui bagaimana cara memaksimalkan produktivitas pekerja
berdasarkan lingkungan kerja fisik yang ada.
1.5.2. Bagi perusahaan
1. Mampu melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan produktifitas.
2. Mampu mengadakan pelatihan terhadap karyawan.
3. Mampu melakukan perancangan ulang tempat kerja agar pekerja merasa
nyaman.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan
Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dapat didefinisikan
sebagai disiplin ilmu yang mempelajari manusia dan kaitannya dengan pekerjaan
(Wignjosoebroto, S.,2008:54). Menurut Sutalaksana (1979), ergonomi adalah
suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu
sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik,
yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman,
dan nyaman.

Di dalam ergonomi dibutuhkan studi mengenai sistem dimana manusia,


fasilitas kerja dan lingkungan kerja saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
yaitu menyesuaikan manusia dengan lingkungan kerja agar manusia tersebut lebih
produktiv. Penerapan ergonomi pada umumnya adalah berupa rancang bangun
(desain) ataupun rancang ulang (re-desain).

2.2 Postur Kerja

Postur kerja adalah salah satu dari beberapa cabang pengukuran sistem
kerja dan ergonomi. Definisi postur kerja adalah pergerakan organ tubuh pekerja
pada saat melakukan pekerjaan. Pergerakan yang termasuk dalam postur kerja
meliputi : flexsion, extension, abduction, adduction, rotation, pronation, dan
supination. Flexsion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) atau gerakan
dimana sudut diantara dua tulang terjadi penambahan. Abduction adalah gerakan
menyamping menjauhi pusat sumbu tengah. Adduction adalah gerakan mendekati
sumbu tengah. Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.
Dan supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh. Perhitungan
postur kerja menggunakan 2 metode, yaitu :

2.2.1 Rapid Upper Limb Assesment (RULA)


Rapid upper limb assessment adalah metode yang dikembangkan dalam
bidang ergonomi yang menginvestasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh
bagian tubuh bagian atas. Metode RULA ini melakukan penilain terhadap skor
pergerakan postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas, sejalan dengan fungsi
otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian menggunakan
metode RULA telah dilakukan oleh McAtmeney dan Corlett (1993). Tahap-tahap
perhitungan dengan metode RULA adalah sebagai berikut:
Tahap 1. Pengembangan metode untuk pencatatan postur bekerja
Pada langkah ini tubuh di bedakan menjadi 2 bagian yaitu group
A dan group B. Group A meliputi: lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan. Sedangkan
group B meliputi: leher, punggung, dan kaki.
Tahap 2. Perkembangan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian
tubuh.
Berdasarkan rekaman video dan capture gambar telah didapat
bagian tubuh group A dan group B, setelah itu diberi sudut pada
gambar. Setelah mendapatkan besar sudut dan gerakan apa yang
dilakukan lalu diberi skor berdasarkan tabel yang sudah ada.
Skor A + otot + tenaga akan menghasilkan skor C. Skor B + otot
+ tenaga, akan menghasilkan skor D.
Tahap 3. Pengembangan Grand Skor dan Daftar Tindakan
Setelah mendapat nilai C dan D maka dapat diperoleh grand skor.
Grand skor bisa dilihat berdasarkan tabel yang sudah ada. Dari
hasil grand skor kita bisa menentukan berada pada level mana
tindakan terebut dan bisa menentukan rekomendasi perbaikan
untuk mengurangi resiko kelelahan dan kecelakaan kerja.

2.2.2 Rapid Entire Body Assesment (REBA)


Rapid Entire Body assessment adalah metode yang dikembangkan dalam
bidang ergonomi dan dapat digunakan secara tepat untuk menilai posisi kerja atau
postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang operator.
Metode ini juga diperngaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang
tubuh, serta aktivitas pekerja.
Tahapan-tahapan pengukuran dengan metode REBA menurut Dr.Sue
Hignett dan Dr. Lynn McAtamney adalah:
Tahap 1. Pengambilan data postur pekerja melalui video atau foto
Untuk mendapatkan video gambaran postur kerja peneliti harus
merekam saat pekerja melakukan pekerjaannya. Hal ini dilakukan
agar peneliti mendapatkan data secara detail postur apa saja yang
dilakukan pekerja saat melakukan pekerjaannya.
Tahap 2. Penentuan sudut
Setelah mendapat video postur kerja, peneliti mengambil capture
bagian tubuh mana yang lebih dominan saat pekerja melakukan
pekerjaan untuk selanjutnya menetapkan besarnya sudut pada
gambar capture tersebut. Untuk selanjutnya dikelompokkan
menjadi 2 group yaitu group A dan Group B hal ini untuk
memudahkan dalam penentuan skor.
Tahap 3. Penentuan berat benda yang diangkat, coupling, dan aktivitas
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena akan menentukan
hasil penilaian REBA. Hasil skor group A dijumlahkan dengan
skor beban lalu akan diperoleh nilai bagian A, skor group B
dijumlahkan dengan coupling dan nantinya akan diperoleh nilai
bagian B. Nilai skor dari bagian A dan B diambil titik potong,
dan titik potong ini dijumlah dengan skor aktivitas yang nantinya
akan menjadi skor akhir REBA.
Tahap 4. Perhitungan Nilai REBA dan penentuan level resiko
Setelah mendapat skor akhir perhitungan REBA kita bisa
menentukan berada pada level pekerjaan tersebut. Seberapa besar
resiko yang dialami pekerja tersebut. Kita juga bisa menentukan
rekomendasi perbaikannya.

2.3 Biomekanika

Biomekanika adalah suatu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang


mencakup kekuatan atau daya tahan fisik manusia ketika pekerja. Biomekanika
biasa digunakan untuk pekerjaan pengangkatan yang mempunyai beban minimal 5
kg. Perhitungan biomekasika menggunakan 2 metode, yaitu:
2.2.1 Metode Maximum Permissible Limit (MPL)
Metode MPL adalah metode yang digunakan untuk menentukan batas
maksimum gaya tekan yang dialami pada bagian tubuh L5/S1. Perhitungan dengan
menggunakan metode MPL ini dimulai dengan menghitung W H, WLA, WUA, WT.
Dari perhitungan tersebut kkita bisa melakukan perhitungan untuk segmen telapak
tangan, segmen lengan bawah, segmen lengan atas, segmen punggung. Kemudian
kita bisa menentukan besar gaya perut dan tekanan perut. Setelah itu kita bisa
menghitung gaya otot pada spinal. Tahap terakhir dari metode MPL ini adalah
menghitung gaya tekan pada L5/S1. Hasil perhitungan gaya tekan pada L5/S1 ini
yang nantinya akan menentukan apakah pekerjaan tersebut mengandung resiko
kelelahan atau tidak. Kita juga bisa menentukan rekomendasi perbaikan apa yang
seharusnya dilakukan untuk mengurangi kelelahan tersebut.

2.2.2 Metode Recommended Weight Limit (RWL)


Metode RWL adalah metode yang digunakan untuk menghitung
rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh pekerja agar tidak
menimbulkan cidera atau kelelahan. Pada metode ini pengangkatan dilakukan
menggunakan kedua tangan, beban yang diberikan adalah beban statis,
pengangkatan dilakukan maksimal 8 jam dan dilakukan pada tempat kerja yang
tidak sempit.
Perhitungan dengan metode ini dimulai dengan menghitung HM, VM,
DM, FM, CM, LC kemudian kita bisa menghitung hasil RWL. Setelah mendapat
hasil perhitungan RWL kita bisa menghitung lifting index. Hasil perhitungan
lifting index ini yang nanti akan menentukan apakah pekerjaan tersebut
mengandung resiko kelelahan atau cidera atau pekerjaan tersebut aman dilakukan
oleh pekerja.

2.4 Antropometri
Antropometri adalah metode yang digunakan untuk mengukur dimensi
tubuh manusia dan untuk mendesain stasiun kerja yang sesuai dengan ukuran
antropometri tubuh manusia tersebut. Aplikasi data antropometri antara lain untuk
melalukan perancangan terhadap areal kerja, perancangan peralatan kerja,
perancangan produk, serta perancangan lingkungan kerja fisik. Pengukuran
antropometri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: usia, jenis kelamin,
suku bangsa, pekerjaan, cacat tubuh, factor iklim, dan kehamilan. Antropometri
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:
2.4.1 Antopometri Statis
Pada antropometri statis pengukuran dilakukan pada bagian tubuh manusia
dalam posisi diam. Dimensi yang diukur diambil secara linier dan
dilakukan pada permukaan tubuh.
2.4.2 Antropometri dinamis
Pada antropometri dinamis pengukuran dilakukan dalam berbagai posisi
tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit
diukur.

Dalam antropometi perhitungan yang digunakan adalah:

1. Kecukupan data
Pada uji kecukupan data peneliti menggunakan tingkat kepercayaab
dan tingkat ketelitian. Jika N’<N maka data dianggap cukup. Tetapi
jika N’>N mana data dinyatakan tidak cukup, sehingga perlu dilakukan
pengambilan data ulang atau penambahan data.
2. Uji normalitas data
Uji normalitas data dilakukan untuk menentukan apakah Ho diterima
atau Ho ditolak. Apabila Ho diterima maka dinyatakan normal, apabila
Ho ditolak data dinyatakan tidak normal. Jika data dinyatakan tidak
normal maka perlu pengambilan ulang data atau penambahan data.
3. Keseragaman data
Uji keseragaman data dilakukan untuk menentukan apakah data
tersebut sudah seragam atau belum. Jika data berada diantara batas atas
dan batas bawah maka data dinyatakan seragam. Apabila data melebihi
batas atas atau batas bawah maka data dinyatakan tidak seragam.
4. Presentile
Presentile digunakan untuk menentukan ukuran desain produk atau
stasiun kerja yang akan dibuat. Nilai presentile harus mewakili setiap
dimensi tubuh yang diukur.

2.5 Usabilitas

Usabilitas berasal dari usable yang berarti mudah digunakan. Menurut


ISO, usabilitas berarti efektifitas, efisiensi, dan kepuasan yang ditetapkan
pengguna sehingga tercapai tujuan tertentu dalam lingkungan tertentu. Dalam hal
ini efektifitas berarti seberapa jauh tujuan, atau tugas, tercapai. Usabilitas
menunjukkan seberapa mudah suatu sistem atau alat untuk digunakan oleh kaum
awam. Karena sebuah alat atau sistem yang mudah digunakan oleh sebagian orang
belum tentu mudah digunakan oleh orang lain atau orang awam.
Semakin mudah alat atau sistem untuk digunakan semakin tinggi bula
tingkat usabilitas pada sistem atau alat tersebut. Jika tingkat usabilitas pada suatu
sistem itu tinggi maka akan mempermudah pekerja dalam melakukan pekerja.
Waktu yang digunakan akan lebih efektif, dan produktivitas akan meningkat.

2.6 Lingkungan Kerja fisik

Menurut Sedarmayanti (1996), lingkungan kerja fisik adalah semua yang


terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja dibagi atas dua macam yaitu
lingkungan kerja langsung dan lingkungan kerja tidak langsung. Lingkungan kerja
langsung adalah yang berhubungan langsung dengan karyawan. Sedangkan,
lingkungan kerja tidak langsung adalah lingkungan kerja yang melalui perantara
seperti temperatur, kebisingan, getaran, pencahayaan dan lain-lain. Di dalam
penelitian ini lingkungan kerja fisik yang kami teliti adalah:
1. Pencahayaan
Pencahayaan adalah faktor yang sangat penting dalam penyelesaian
pekerjaan. Jika pencahayaan kurang pekerjaan yang ringan akan terasa
berat sehingga produktivitas juga akan menurun. Tingkat pencahayaan
yang kurang tepat juga akan menyebabkan gangguan kesehatan, seperti
kelelahan, sakit mata, sakit kepala dan lain-lain. Untuk itu pencahayaan
yang baik sangat dibutuhkan dalam lingkungan pekerjaan, karena jika
pencahayaan baik maka pekerja akan merasa nyaman, waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pun akan lebih efektif
sehingga produktivitas otomatis akan meningkat.
2. Temperatur
Temperatur merupakan salah satu variable yang sangat berpengaruh
dalam lingkungan kerja fisik. Temperatur yang kurang tepat akan
menganggu pekerja saat melakukan pekerjaannya. Temperatur normal
pada daerah tropis adalah sekitar 260-270 C.

2.7 Jurnal dan artikel

Ergonomi sebagai suatu cabang ilmu keselamatan kerja akan sangat


bermanfaat bagi manusia untuk bekerja, di mana saja dan kapan saja. Ergonomi
dipergunakan oleh setiap manusia bekerja.Ergonomi sebagai suatu pendekatan
yang memungkinkan manusia bekerja secara optimal dan efisien. Apakah ia
bekerja di pagi sampai siang, sore dan malam hari. Bekerja di permukaan bumi,
bawah laut, di bawah tanah atau di udara sekalipun. Jenis tugasnya dapat
dilaksanakan secara invidual, atau berkelompok, pekerjaan ringan, sedang, dan
berat; di situlah ergonomi akan berperan. ( Fikri Abdillah, 2013)
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam usaha untuk mendapatkan
perancangan tempat kerja yang optimum adalah lingkungan kerja. Manusia akan
mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik sehingga dicapai suatu hasil yang
optimal apabila ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang baik. (Farida
Ariani, 2010)
Pemakaian data antropometri mengusahakan semua produk disesuaikan
dengan manusia. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan
manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya
akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan disain, maka dari itu
desain harus selalu berkembang mengikuti perkembangan lingkungannya. Untuk
menghasilkan desain baru, harus ada desain sebelumnya. (M.Gani Kristianto,
1995)

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian postur kerja adalah seorang karyawan di Sania Mart .


Data operator :
Nama : Sari
Umur : 23 tahun
Lokasi : Sania Mart
Alamat : Jalan Kaliurang KM 12,5 Candi
Deskripsi pekerjaan : Pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja adalah
memasukkan nata de coco kedalam lemari pendingin.

Obyek penelitian biomekanika adalah seorang karyawan di Sania Mart.


Data Operator:
Nama : Fendy
Umur : 20 tahun
Berat Badan : 45 kg
Lokasi : Sania Mart
Alamat : Jalan Kaliurang KM 12,5 Candi
Deskripsi Pekerjaan : Mengangkat karung beras seberat 5 kg

Obyek penelitian antropometri adalah seorang mahasiswa teknik industri


sebagai perwakilan pekerja sania Mart.
Data Operator:
Nama : Azhari
Umur : 20 tahun
Lokasi : Labolatorium Apk&E
Alamat : jl. Kaliurang km 14

Obyek penelitian usabilitas adalah mesin sensor harga yang terdapat pada
kasir.

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Primer

Metode pengumpulan data primer merupakan cara untuk mengetahui


informasi terhadap objek yang akan di amati secara langsung. Pada penelitian ini
data diperoleh dari observasi langsung pada sebuah minimarket. Data diambil
dengan menggunakan video postur kerja, pengangkatan, ukuran antropometri
tubuh karyawan. Pengukuran pecahayaan dengan menggunakan luxmeter serta
mengukur suhu pada ruangan.

3.2.2 Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh


peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang
tidak dipublikasikan. Data sekunder pada penelitian kami diambil dari beberapa
jurnal yang berkaitan dengan tema penelitian kami.

Serta dari modul praktikum perancangan system kerja dan ergonomi universitas
islam Indonesia.

3.3 Kerangka penyelesaian masalah (flowchart)


3.3.1 Penjelasan Flowchart
a. Identifikasi pekerjaan
Identifikasi pekerjaan merupakan tahapan penting di dalam
suatu penelitian, dimana pekerjaan apa yang akan dijadikan
penelitian ditentukan. Identifikasi pekerjaan untuk postur
adalah ketika karyawan meletakkan nata de coco kedalam
lemari pendingin, biomekanika saat karyawan mengangkat
karung beras seberat 5kg, antropometri melakukan pendesainan
pada kursi kasir, menentukan tingkat usabilitas penggunaan
mesin sensor harga pada kasir, serta mengukur pencahayaan
dan temperatur untuk lingkungan kerja fisik.

b. Pengumpulan Data
Dalam penentuan teknik pengumpulan data pada peneltian ini
dengan melakukan pengamatan langsung ke objek pengamatan
dengan menggunakan video dan foto saat karyawan melakukan
pekerjaan.
c. Pemrosesan Data
Data yang diperoleh kemudian diproses untuk mengetahui hasil
yang terhitung dan mempermudah menganalisa untuk tahap
berikutnya. Sedangkan pada lingkungan kerja fisik kami
mengamati pencahayaan dengan lux meter dan termperatur
dengan thermometer.
d. Analisis
Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap pengolahan data. Pada
tahap ini hasil pengolahan data dianalisis dan dibahas
berdasarkan hubungannya dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan dari tahap
ini adalah untuk memahami dan menganalisis hasil pengolahan
data secara mendalam.
e. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini merupakan tahap terakhir dari penelitian, yang
berupa penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan
pengolahan data.
Bagian ini juga dilengkapi dengan saran-saran untuk
menyempurnakan hasil penelitian ini dan implikasi praktis
untuk penelitian selanjutnya.

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Postur

Setelah melakukan pengamatan sehingga didapat hasil identifikasi sudut


pada metode RULA yaitu:
1. Pergerakan lengan atas 350 flexion
2. Pergerakan lengan bawah 800 flexsion
3. Pergerakan pergelangan tangan 150 extension + twisting
4. Putaran pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran
tangan
5. Pergerakan punggung 400 flexsion
6. Pergerakan leher 400 flexsion
7. Posisi kaki duduk dengan beban terdistribusi merata di kedua kaki
8. Penggunaan otot berada pada postur statis yaitu diulang sebanyak
lebih dari 4 kali dalam 1 menit.
9. Pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan cepat

Setelah melakukan pengamatan sehingga didapat hasil identifikasi sudut


pada metode REBA yaitu:
1. Pergerakan lengan atas 350 flexsion
2. Pergerakan lengan bawah 800 flexsion
3. Pergerakan pergelangan tangan 150 extension + twisting
4. Putaran pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran
tangan
5. Pergerakan punggung 400 flexsion
6. Pergerakan leher 400 flrxsion
7. Posisi kaki duduk dengan beban terdistribusi merata di kedua kaki dan
lutut berasa pada sudut 600 flexsion
8. Berat beban yang diangkat <5kg
9. Coupling yang dilakukan adalah pegangan pas dan tepat ditengah,
genggaman kuat.
10. Aktifitas diulang sebanyak lebih dari 4 kali per menit.
4.1.2 Biomekanika

Tabel 1. Tabel pengumpulan data biomekanika


Berat Posisi tangan Jarak Sudut Durasi kerja Coupling
benda vertical asimetris
awal akhir awal akhir awal akhir
L H H V V D A A

5 kg 44 48 72 65 7 0 0 30 kali dalam Poor


60 menit

Tabel 2. Sementasi Tubuh


No Segmentasi tubuh Panjang (m) Sudut (derajat)
1. Telapak tangan SL1= 0,06 490
2. Lengan bawah SL2= 0,22 450
3. Lengan atas SL3= 0,25 730
4. Punggung SL4= 0,33 540
5. Inklinasi perut θH =¿ 550
6. Inklinasi paha θT =¿600

4.1.3 Antropometri

Tabel 3. Bank Data Antropometri


Tbd Lb Tsd Tpo Ppo Lp Psj
62.0 43.0 21.0 36.0 42.0 45.5 42.5
56.0 47.0 22.0 41.0 46.0 40.0 38.4
58.0 40.0 24.0 44.0 45.5 38.0 43.7
58.1 36.1 23.8 42.3 45.4 37.5 38.8
54.0 31.8 25.8 36.0 40.1 30.0 38.2
58.2 36.8 23.3 40.5 48.0 38.7 43.0
55.3 33.2 23.0 42.0 48.5 30.0 40.5
57.2 39.2 24.0 41.0 48.0 34.5 41.0
58.5 34.0 26.7 40.5 48.0 36.0 42.3
61.5 36.6 24.0 37.8 48.6 39.8 38.6
59.0 37.1 22.0 40.0 45.0 42.0 42.5
62.0 37.8 24.2 38.5 48.2 38.5 44.3
58.0 42.5 23.0 37.0 45.5 43.0 42.5
57.5 37.1 23.0 39.5 39.0 31.7 42.0
55.5 36.5 20.5 42.5 50.5 42.9 40.0
60.0 43.5 25.8 41.0 46.0 33.5 42.3
60.5 49.0 26.5 41.0 49.5 44.0 46.00
62.5 39.0 27.7 42.0 45.9 37.8 47.50
59.0 42.8 27.0 44.7 48.5 34.4 45.00
59.0 41.0 23.0 41.5 47.0 35.5 45.00
61.0 41.7 27.0 41.9 47.0 37.5 44.30
56.5 42.0 25.0 42.5 40.0 32.5 43.20
55.4 45.4 26.8 37.8 39.0 33.1 41.50
58.0 37.0 20.1 45.0 49.4 33.2 44.00
59.0 39.7 28.0 42.6 47.0 30.8 44.00
58.5 43.3 21.0 40.0 49.7 36.6 46.00
59.5 41.0 23.0 43.0 44.0 41.0 43.50
54.5 49.0 23.0 42.0 43.0 42.0 47.00
58.0 43.6 25.5 38.3 38.3 32.6 42.90
58.5 45.0 20.0 42.9 42.9 32.0 47.50

4.1.4 Usabilitas

4.1.5 Lingkungan Kerja Fisik

Tabel 4. Tabel Pengamatan Lingkungan Kerja Fisik


Hasil Pengamatan
Temperatur (oC) Pencahayaan (lux)

Max :
Min :

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Postur
a. Metode RULA

Group A:
1. Pergerakan lengan atas
Pergerakan lengan atas pada saat pekerjaan memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 350 flexion sehingga skornya adalah 2.
2. Pergerakan lengan bawah
Pergerakan lengan bawah pada saat pekerja memasukkan nata de coco
kedalam lemari pengingin adalah sebesar 80 0 flexsion, sehingga skornya
adalah 1
3. Pergerakan pergelangan tangan
Pergerakan pergelangan tangan pada saat pekerja memasukkan nata de coco
kedalam lemari pendingin adalah sebesar 150 extension+twisting, sehingga
skornya adalah 4.
4. Putaran pergelangan tangan
Putaran pergelangan tangan saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah pada rentang menengah putaran tangan, sehingga
skornya adalah 1.
Group B:
1. Pergerakan punggung
Pergerakan punggung pekerja saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 400 flexsion, sehingga skornya adalah 3.
2. Pergerakan leher
Pergerakan leher pekerja saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 400 flexsion, sehingga skornya adalah 3.
3. Posisi kaki
Posisi kaki saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam lemari pendingin
adalah duduk dengan beban terdistribusi merata di kedua kaki, sehingga
skornya adalah 1.
4. Otot
Penggunaan otot saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam lemari
pendingin adalah dalam keadaan postur statis yaitu diulang lebih dari 4 kali
dalam 1 menit, sehingga skornya adalah 1.
5. Energi
Energi yang dikeluarkan pekerja saat memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah pemebebanan seberapapun besarnya dialami dengan
sentakan cepat sehingga skornya adalah 4.

Gambar 1.2 perhitungan RULA

b. Metode REBA

Group A:
1. Pergerakan punggung
Pergerakan punggung pekerja saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 400 flexsion, sehingga skornya adalah 3.
2. Pergerakan leher
Pergerakan leher pekerja saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 400 flexsion, sehingga skornya adalah 2.

3. Posisi kaki
Posisi kaki saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam lemari pendingin
adalah duduk dengan beban terdistribusi merata di kedua kaki dan lutut
membentuk sudut 600 flexsion, sehinga skornya adala 1+1=2.
4. Berat beban
Berat beban yang diangkat oleh pekerja adalah <5kg, sehingga skornya adalah
0

Group B:
1. Pergerakan lengan atas
Pergerakan lengan atas pada saat pekerjaan memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 350 flexsion, sehingga skornya adalah 2.
2. Pergerakan lengan bawah
Pergerakan lengan bawah pada saat pekerja memasukkan nata de coco
kedalam lemari pengingin adalah sebesar 80 0 flexsion, sehingga skornya
adalah 1.
3. Pergerakan pergelangan tangan
Pergerakan pergelangan tangan pada saat pekerja memasukkan nata de coco
kedalam lemari pendingin adalah sebesar 150 extension + twisting, sehingga
skornya adalah 2.
4. Coupling
Coupling berada pada kategori good karena pegangan pas dan tepat ditengan,
genggaman kuat sehingga skornya adalah 0.
5. Aktifitas
Aktifitas dilakukan berulang sebanyak lebih dari 4 kali per menit sehingga
skornya adalah 1.
Gambar 1.4 perhitungan REBA

4.2.2 Biomekanika

4.2.2.1 Pengukuran RWL


a. RWL awal
L = 45 kg
V = 72 cm
H = 44 cm
LC = 23
D = 7 cm
A = 00
Coupling termasuk dalam kategori poor = 0,90

HM = 25/H = 25/44 = 0,56


VM = 1-0,00326|V – 69|
= 1-0,00326|72 – 69| = 0,99022 = 0,99
DM = 0,82 + 4,5/D

= 0,82 + 4,5/7 = 1,46


AM = 1 – 0,0032.A = 1 – 0,0032.0 = 1

f= 30 kali/ 60 menit = 0.5


FM =0,92
CM = 0,90
RWL = LC * HM * VM * DM * AM *FM *CM
= 23 * 0,56 * 0,99 *1,46* 1* 0,92*0,90
= 15,41
Lifting index,
L 5
L1 = = = 0,32
RWL 15 , 41
Dari hasil lifting index tersebut diperoleh nilai L1 < 1 , hal ini berarti
aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang bagi
pekerja dan sebaiknya metode kerja seperti ini di pertahankan dan
dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk perekrutan pekerja baru.

b. RWL Akhir
L = 45 kg
V = 65 cm
H = 48 cm
LC = 23
D = 7 cm
A = 00
Coupling termasuk dalam kategori poor = 0,90

HM = 25/H = 25/48 = 0,52


VM = 1-0,00326|v – 69|
1-0,00326|65 – 69| = 0,98

DM = 0,82 + 4,5/D
= 0,82 + 4,5/7 = 1,46
AM = 1 – 0,0032.A= 1 – 0,0032.0 = 1
F = 30 kali/60 menit = 0,5
FM = 0,92
CM = 0,90

RWL = LC * HM * VM * DM * AM *FM *CM


= 23 * 0,52 * 0,98 * 1,46 * 1 *0,92 * 0,90

= 14,16
Lifting index,

L 5
L1 = = =0 , 35
RWL 14 , 16

Dari hasil lifting index tersebut diperoleh nilai L1 < 1 , hal ini berarti
aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang bagi
pekerja dan sebaiknya metode kerja ini dipertahankan dan data tersebut
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam perekrutan pekerja
baru

4.2.3 Antropometri

4.2.3.1 Pengelolaan Data Manual


1. Uji Kecukupan Data

K = 95% = 2
S = 10% = 0,1
1. Pada dimensi tinggi bahu duduk (Tbd)
∑x = 1750,7
¿ 2) = 102307,7
∑ ( x ) 2 = 3064950,49
2

2/0 , 1 √ (30 x 102307 , 7)−(3064950 , 49)


N ' 1=
1750 , 7
= 0,55
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil N’< N
hal ini berarti data dianggap cukup.
2. Pada dimensi lebar bahu (Lb)
∑x = 1211,7
¿ 2) = 49500,37
∑ ( x ) 2 = 1468217
2

2/0 , 1 √(30 x 49500 , 37)−(1468217)


N ' 2=
1211, 7
= 4,57
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil N’ < N
hal ini berarti data dianggap cukup.
3. Pada dimensi tinggi siku duduk (Tsd)
∑x = 719,7
¿ 2) = 17420,43
∑ ( x ) 2 = 517968,1
2

2/0 ,1 √ (30 x 17420 , 43)−(517968 , 1)


N ' 3=
719 ,7
= 3,58
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil N’ < N
hal ini berarti data dianggap cukup.
4. Pada dimensi tinggi popliteal (Tpo)
∑x = 1224,8
¿ 2) = 50167,48
∑ ( x ) 2 = 1500135
2

' 2 /0 ,1 √ (30 x 50167 , 48)−(1500135)


N 4=
1224 , 8

= 1,30
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil N’ < N
hal ini berarti data dianggap cukup.
5. Pada dimensi pantat popliteal (Ppo)
∑x = 1365,5
¿ 2) = 62511,43
∑ ( x ) 2 = 1864590
2

' 2/0 ,1 √ (30 x 62511, 43)−(1864590)


N 5=
1365 ,5
= 2,30
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil N’ < N hal
ini berarti data dianggap cukup.
6. Pada dimensi lebar pinggul (Lp)
∑x = 1104,6
¿ 2) = 41240,04
∑ ( x ) 2 = 1220141
2

2/0 , 1 √(30 x 41240 , 04)−(1220141)


N ' 6=
1104 , 6
= 5,59
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil N’ < N hal
ini berarti data dianggap cukup.

7. Pada dimensi panjang siku sampai ujung jari (Psj)


∑x = 1288
¿ 2) = 55492,1
∑ ( x ) 2 = 1658944
2

2/0 , 1 √ (30 x 55492 , 1)−(1658944)


N ' 7=
1288

= 1,40
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil N’ < N hal ini
berarti data dianggap cukup.
2. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi

1. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi tinggi bahu


duduk (Tbd)
σ 1=2, 21
BKA = X̄ +kσ
= 58,4 + 2 (2,21) = 62.79
BKB = X̄ +kσ
= 58,4 – 2(2,21) = 53,92
64
62
60
58 BKA
56 Data Pengukuran
54 Rata-rata
52 BKB
50
48
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Grafik 1. Keseragaman data pada tinggi bahu duduk

Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai lebih dari batas
keseragaman atas dan tidak ada data yang bernilai dibawah batas keseragaman bawah.

2. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi lebar bahu (Lb)
σ 2=4 ,39
BKA = X̄ +kσ
= 40,4 + 2 (4,39) = 49,17

BKB = X̄ - kσ
= 40,4 – 2 (4,39) = 31,60
60
50
40
BKA
30 Data Pengukuran
20 Rata-rata
BKB
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Grafik 2. Keseragaman data padalebar bahu

Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang melebihi batas
keseragaman atas dan dibawah batas keseragaman bawah.

3. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi tinggi siku


duduk (Tsd)
σ 3 = 2,31
BKA = X̄ +kσ
= 24,0 + 2 (2,31) = 28,61
BKB = X̄ -kσ
= 24,0 – 2 (2,31) = 19,36
35
30
25
20 BKA
Data Pengukuran
15
Rata-rata
10 BKB
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Grafik 3. Keseragaman data pada tinggi siku duduk

Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman bawah dan dibawah batas keseragaman bawah.
4. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi tinggi popliteal
(Tpo)
σ 4=2 ,37
BKA = X̄ +kσ
= 40,8 + 2 (2,37) = 45,56
BKB = X̄ -kσ
= 40,8 – 2 (2,37) = 36,08

50
45
40
35
30 BKA
25 Data Pengukuran
20 Rata-rata
15 BKB
10
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Grafik 4. Keseragaman data pada ringgi popliteal

Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman bawah dan dibawah batas keseragaman bawah
.
5. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi pantat
popliteal(ppo)
σ 5=3 ,51
BKA = X̄ +kσ
= 45,5 + 2 (3,51) = 52,54
BKB = X̄ -kσ
= 45,5 – 2 (3,51) = 38,48
60
50
40
BKA
30 Data Pengukuran
20 Rata-rata
BKB
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Grafik 5. Keseragaman data pada pantat popliteal

Data tersebut dinyatakan seragam, karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman atas dan tidak ada data yang bernilai dibawah batas keseragaman bawah.

6. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi lebar pinggul


(Lp)
σ 6=4 , 42
BKA = X̄ +kσ
= 36,8 + 2 (4,42) = 45,67
BKB = X̄ -kσ
= 36,8 – 2 (4,42) = 27,96
50
45
40
35
30 BKA
25 Data Pengukuran
20 Rata-rata
15 BKB
10
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Grafik 6. Keseragaman data pada lebar pinggul

Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman atas dan tidak ada data yang bernili dibawah batas keseragaman bawah.

7. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi panjang siku


sampai ujung jari (Psj)
σ 7=2 ,58
BKA = X̄ +kσ
= 42,9 + 2 (2,58) = 48,10
BKB = X̄ -kσ
= 42,9 – 2 (2,58) = 37,76
60
50
40
BKA
30 Data Pengukuran
20 Rata-rata
BKB
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Grafik 7. Keseragaman data pada panjang siku sampai ujung jari

Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman atas dan tidak ada data yang bernilai dibawah batas keseragaman bawah.

3. Persentil
1. Persentil pada tinggi bahu duduk (Tbd)
P95 = X̄ +1,645σ = 58,4 + 1,645 (2,21) = 62,03
2. Persentil pada tinggi lebar bahu (Lb)
P95 = X̄ +1,645σ = 40,4 + 1,645 (4,57) = 47,91
3. Persentil pada tinggi siku duduk (Tsd)
P5 = X̄ - 1,645σ = 24,0 - 1,645 (2,31) = 20,20
4. Persentil pada tinggi popliteal (Tpo)
P5 = X̄ -1,645σ = 40,8 - 1,645 (2,37) = 36,90
5. Persentil pada pantat popliteal (Ppo)
P95 = X̄ +1,645σ = 45,5 + 1,645 (3,51) = 51,27
6. Persentil pada tinggi lebar pinggul (Lp)
P95 = X̄ +1,645σ = 36,8 + 1,645 (4,42) = 44,07
7. Persentil yang digunakan pada panjang siku sampai ujung jari (Psj)
P95 = X̄ +1,645σ = 42,9 + 1,645 (2,58) = 47,14
3.3.4 Pengolahan Data SPSS
a. Uji Normalitas Data

Tabel 2. Uji normalitas data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Tbd .136 30 .163 .968 30 .486


*
Lb .106 30 .200 .979 30 .790
*
Tsd .101 30 .200 .956 30 .250
Tpo .129 30 .200* .958 30 .283
Ppo .153 30 .069 .914 30 .019
*
Lp .107 30 .200 .962 30 .349
Psj .103 30 .200* .966 30 .429

Signifikansi ∝ > 0,05 = Ho diterima dan data normal.


1. Pada dimensi tinggi bahu duduk (Tbd)
Diperoleh signifikansi ∝ sebesar 0,163 berarti Ho diterima dan data
dianggap normal.
2. Pada dimensi lebar bahu (Lb)
Diperoleh signifikansi ∝ sebesar 0,200 berarti Ho diterima dan data
dinyatakan normal.
3. Pada dimensi tinggi siku duduk (Tsd)
Diperoleh signifikansi ∝ sebesar 0,200 berarti Ho diterima dan data
dinyatakan normal.
4. Pada dimensi tinggi popliteal (Tpo)
Diperoleh signifikansi ∝ sebesar 0,200 berarti Ho diterima dan data
dinyatakan normal.
5. Pada dimensi pantat popliteal (Ppo)
Diperoleh signifikansi ∝ sebesar 0,069 berarti Ho diterima dan data
dinyatakan normal.
6. Pada dimensi lebar pinggul (Lp)
Diperoleh signifikansi ∝ sebesar 0,200 berarti Ho diterima dan data
dinyatakan normal.
7. Pada dimensi panjang siku sampai ujung jari (Psj)
Diperoleh signifikansi ∝ sebesar 0,200 berarti Ho diterima dan data
dinyatakan normal.

b. Persentil data
Tabel 3. Persentil data
Percentiles

Percentiles

5 10 25 50 75 90 95

Weighted Average(Definition Tbd 54.2750 55.3100 57.0250 58.3500 59.6250 61.9500 62.2250
1) Lb 32.5700 34.2100 36.9500 40.5000 43.3500 46.8400 49.0000

Tsd 20.0550 20.5500 22.7500 23.9000 25.9750 27.0000 27.8350

Tpo 36.0000 37.0800 39.2500 41.0000 42.5000 43.9000 44.8350

Ppo 38.6850 39.1000 42.9750 46.0000 48.2750 49.4900 50.0600

Lp 30.0000 30.8900 32.9750 37.0500 40.2500 42.9900 44.6750

Psj 38.3100 38.6200 41.3750 42.9500 44.4750 46.9000 47.5000

Tbd 57.2000 58.3500 59.5000


Percentiles

Percentiles

5 10 25 50 75 90 95

Weighted Average(Definition Tbd 54.2750 55.3100 57.0250 58.3500 59.6250 61.9500 62.2250
1) Lb 32.5700 34.2100 36.9500 40.5000 43.3500 46.8400 49.0000

Tsd 20.0550 20.5500 22.7500 23.9000 25.9750 27.0000 27.8350

Tukey's Hinges Lb 37.0000 40.5000 43.3000

Tsd 23.0000 23.9000 25.8000

Tpo 39.5000 41.0000 42.5000

Ppo 43.0000 46.0000 48.2000

Lp 33.1000 37.0500 40.0000

Psj 41.5000 42.9500 44.3000

4.2.4 Usabilitas
4.2.5 Lingkungan Kerja Fisik

Tabel 5. Tabel Hasil Pengamatan


Hasil Pengamatan
Temperatur (oC) Pencahayaan (lux)

Max :
Min :
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisa
5.1.1 Postur
a. Metode Rula
Berdasarkan hasil perhitungan RULA diatas dimana score A diperoleh
nilai 4, skor ini dapat dilihat dari skor pergerakan lengan atas,
pergerakan lengan bawah, pergerakan pergelangan tangan dan putaran
pergelangan tangan yang ada berdasarkan tabel A dalam metode
RULA, lalu skor A ditambah dengan skor otot yang bernilai 1 dan
ditambah dengan skor energi yang bernilai 4, sehingga didapat skor C
yang bernilai 9.
Lalu diperoleh juga skor B dengan nilai 4, skor ini dapat dilihat dari
skor leher, punggung, dan kaki yang ada berdasarkan tabel B dalam
metode RULA , lalu skor B ditambah dengan skor otot yang bernilai 1,
dan ditambah dengan skor energy yang bernilai 4, sehingga didapat
skor D yang bernilai 9.
Dari skor C dan skor D diatas dapat diperoleh nilai grand skor yaitu
bernilai 7, nilai grand skor dapat dilihat berdasarkan nilai C dan D yang
ada dalam table grand scor pada metode RULA.
Dari hasil grand skor yang bernilai 7, dapat menentukan action level
yaitu berada pada level 4. kondisi ini berbahaya sehingga diperlukan
tindakan perbaikan dan pemeriksaan dilakukan saat itu juga untuk
mengurangi atau mencegah kecelakaan dan kelelahan pada pekerja
secara terus menerus. Karena jika tidak dilakukan perbaikan, pekerja
akan mengalami musculoskeletal disorders.

b. Metode Reba
Berdasarkan hasil perhitungan REBA diatas didapat skor A 5, skor ini
diperoleh dari nilai skor punggung, leher, kaki yang bernilai 5
berdasarkan tabel A pada metode REBA lalu ditambah dengan skor
beban yang diangkat adalah 0 karena beban <5 kg.
Didapat juga skor B yaitu 2, nilai ini didapat dari nilai skor pergerakan
lengan atas, pergerakan lengan bawah, dan pergelangan tangan yang
bernilai 2 berdasarkan tabel B yang ada pada metode REBA, lalu
ditambah dengan coupling yang bernilai 0 karena coupling termasuk
dalam kategori good.
Setelah mendapat skor A dan skor B, kita bisa mendapat skor C yang
didapat dari tabel C berdasarkan nilai skor A dan B. Skor C ini lalu
ditambah dengan nilai aktifitas yang bernilai 1 untuk mendapat skor
REBA. Disini skor REBA yang diperoleh adalah 5.
Dengan mengetahui skor REBA kita bisa menentukan action level
yang ada yaitu berada pada level 2, dengan level resiko sedang
sehingga perlu diadakannya perbaikan baik dalam hal administrasi
kerja ataupun dengan alat bantu.
5.1.2 Biomekanika
a. Metode RWL
Dari hasil perhitungan LC, HM, VM, DM, AM, FM, CM pada awal
dan akhir kita dapat menghitung RWL awal dan RWL awal. Dari
perhitungan RWL tersebut kita bisa memperoleh hasil lifting index.
Lifting index ini yang nantinya akan menentukan apakah pekerjaan
tersebut aman dilakukan oleh pekerja tersebut atau pekerjaan tersebut
mengandung resiko bagi pekerja. Dari hasil pengamatan dan
perhitungan diatas diperoleh nilai RWL awal sebesar 15,41 dan lifting
index awal sebesar 0,32, nilai ini berarti L1 < 1, nilai ini menunjukan
bahwa pekerjaan tersebut aman dilakukan dan tidak menandung resiko.
Sedangkan, pada perhitungan RWL akhir diperoleh nilai 14,16 dan
liftin index awal sebesar 0,35, nilai ini berate L1<!, nilai ini
menunjukan bahwa pekerjaan tersebut aman dilakukan oleh pekerja
tersebut dan tidak menandung resiko terjadi kelelahan pada pekerja.
Dari kedua hasil perhitungan RWL, yaitu RWL awal dan RWL akhir
dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tersebut aman dilakukan oleh
pekerja dan tidak mengandun resiko kelelahan dan kecelakaan kerja.
Sebaiknya metode kerja yang seperti ini dipertahankan dan dapat
dijadikan perbandingan saat penerimaan karyawan baru.

b. Metode MPL
Dari hasil perhitungan WH, WLA, WUA, WT kita bisa menghitung W
total, W total ini yang nantinya akan digunakan untuk menghitung gaya
tekan pada L5/S1. W total yang didapat adalah sebesar 320,9 N.
Setelah menghitung W total selanjutnya kita menghitung segmentasi
telapak tangan, perhitungan segmentasi telapak tangan ini ada 2 yaitu
menghitung FYW hasil yang didapat adalah sebesar 27,7 N dan juga
menghitung Mw, hasil yang didapat adalah 1,08 Nm.
Lalu kita menghitung segmentasi segmentasi lengan bawah,
perhitungan segmentasi lengan bawah juga ada 2 yaitu menghitung
Fye dengan hasil yang didapat sebesar 35,35 N dan menghitung Me
dengan hasil yang didapat sebesar 5,84 Nm. Tahap selanjutnya adalah
menghitung segmentasi lengan atas, perhitungan segmentasi lengan
atas ada 2 yaitu menghitung Fys hasil yang didapat adalah sebesar
47,95 N dan menghitung Ms hasil yang didapat adalah sebesar 8,79
Nm.
Selanjutnya kita bisa menghitung segmentasi punggung, perhitungan
segmentasi punggung juga ada 2 yaitu menghitung Fyt dengan hasil
yang diperoleh sebesar 320,9 N dan juga menghitung Mt dengan hasil
yang didapat sebesar 64,78 Nm.
Setelah itu kita bisa menghitung Tekanan perut (PA) dengan hasil yang
didapat sebesar 0,36 N/cm2 dan juga bisa menghitung Gaya Perut (FA)
dengan hasil yang didapat sebesar 167,4 N. Dari hasil perhitungan
diatas kita bisa menghitung gaya tekan yang terjadi pada L5/S1 yang
bernilai 946,122 N. Hasil perhitungan gaya tekan inilah yang nantinya
akan menentukan apakah pekerjaan tersebut beresiko dan kita bisa
menentukan langkah perbaikan apa yang seharusnya dilakukan agar
pekerja tidak mengalami rasa sakit.

5.1.3 Antropometri

a. Analisis Data Manual


1. Analisis Kecukupan Data
Dari hasil uji kecukupan data pada dimensi tinggi bahu duduk (Tbd)
diperoleh hasil 0,55. Pada dimensi lebar bahu (Lb) diperoleh hasil 4,57.
Pada dimensi tinggi siku duduk (Tsd) diperoleh hasil 3,58. Pada dimensi
tinggi popliteal (Tpo) diperoleh hasil 1,30. Pada dimensi pantat popliteal
(Ppo) diperoleh hasil 2,30. Pada dimensi lebar pinggul (Lp) diperoleh
hasil 5,59. Sedangkan pada dimensi panjang siku sampai ujung jari
diperoleh hasil 1,40.
Dari keetujuh hasil perhitungan uji kecukupan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa diperoleh nilai N’ < N, dimana nilai N=30. Hal ini
berarti data dinyatakan cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data
kembali.

2. Analisis Keseragaman Data


Pada uji keseragaman data pada dimensi tinggi bahu duduk (Tbd)
diperoleh hasil BKA sebesar 62,79 dan BKB sebesar 53,92. Pda dimensi
lebar bahu (Lb) diperoleh hasil BKA sebesar 49,17 dan BKB sebesar
31,60. Pada dimensi tinggi siku duduk (Tsd) diperoleh hasil BKA sebesar
28,61 dan BKB sebesar 19,36. Pada dimensi tinggi popliteal (Tpo)
diperoleh hasil BKA sebesar 45,56 dan BKB sebesar 36,08. Pada dimensi
pantat popliteal (Ppo) diperoleh hasil BKA sebesar 52,54 dan BKB
sebesar 38,48. Pada dimensi lebar pinggul (Lp) diperoleh hasil BKA
sebesar 45,67 dan BKB sebesar 27,96. Sedangkan pada dimensi panjang
siku hingga ujung jari (Psj) diperoleh hasil BKA sebesar 48,10 dan BKB
sebesar 37,76.
Berdasarkan hasil perhitungan BKA dan BKB dari ketujuh dimensi tubuh
tersebut semua dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai
diatas batas keseragaman atas dan tidak adaa nilai yang berada dibawah
batas keseragaman bawah.

3. Analisis Persentil Data


Persentil pada tinggi bahu duduk (Tbd) diperoleh hasil sebesar 62,03 dan
persentil yang digunakan adalah P95. Pada dimensi lebar bahu (Lb)
diperoleh hasil sebesar 47,91 dan persentil yang digunakan adalah P 95.
Pada dimensi tinggi siku duduk (Tsd) diperoleh hasil sebesar 20,20 dan
persentil yang digunakan adalah P5. Pada dimensi tinggi popliteal (Tpo)
diperoleh hasil 36,90 dan persentil yang digunakan adalah P 5. Pada
dimensi pantat popliteal (Ppo) diperoleh hasil 51,27 dan persentil yang
digunakan adalah P95. Pada dimensi lebar pinggul (Lp) diperoleh hasil
sebesar 44,07 dan persentil yang digunakan adalah P95. Sedangkan pada
dimensi panjang siku hingga ujung jari (Psj) diperoleh hasil sebesar 47,14
dan persentil yang digunakan adalah P95.
Persentil yang digunakan sesuai dengan kegunaan masing-masing dimensi
dan sesuai dengan data yang didapat. Sehingga produk yang akan dibuat
bisa digunakan oleh semua orang yanag berbadan besar, berbadan kecil,
berbadan gemuk, berbadan kurus, laki-laki maupun perempuan.

b. Analisis Data SPSS


1. Analisis Normalitas Data
Pada uji normalitas pada dimensi tinggi bahu duduk (Tbd) diperoleh
signifikansi ∝ sebesar 0,163 berarti signifikansi > 0,05 yang artinya Ho
diterima dan data dinyatakan normal. Pada dimensi Lebar bahu (Lb)
diperoleh signifikansi ∝ sebesar 0,200 berarti signifikansi > 0,05 yang
artinya Ho diterima dan data dinyatakan normal. Pada dimensi tinggi siku
duduk (Tsd) diperoleh signifikansi ∝ sebesar 0,200 berarti signifikansi >
0,05 yang artinya Ho diterima dan data dinyatakan normal. Pada dimensi
tinggi popliteal (Tpo) diperoleh hasil signifikansi ∝ sebesar 0,200 berarti
signifikansi > 0,05 yang artinya Ho diterima dan data dinyatakan normal.
Pada dimensi pantat popliteal (Ppo) diperoleh hasil signifikansi ∝0,069
berarti signifikansi > 0,05 yang artinya Ho diterima dan data dinyatakan
normal. Pada dimensi lebar pinggul(Lp) diperoleh signifikansi ∝ sebesar
0,200 berarti signifikansi > 0,05 yang artinya Ho diterima dan data
dinyatakan normal. Sedangkan pada dimensi panjang siku hingga ujung
jari (Psj) diperoleh hasil signifikansi ∝ sebesar 0,200 berarti signifikansi >
0,05 yang artinya Ho diterima dan data dinyatakan normal.

5.1.4 Usabilitas
5.1.5 Lingkungan Kerja Fisik
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pada pengamatan pertama didapat kebisingan maksium sebesar 87,2db kebisingan
minimum sebesar 81,7db. Pencahayaan maksimum sebesar 78 lux, pencahayaan
minimum sebesar 74,9 lux. Suhu sebesar 29,8 0C. sedangkan pada pengamatan
kedua kebisingan maksimum sebesar 86,7dB kebisingan minimum sebesar
85,5dB, suhu sebesar 28,5C , pencahayaan maksimum sebesar 81 lux dan
pencahayaan minimum sebesar 78 lux.
a. Analisis temperatur
Dari hasil data penelitian yang didapat, kondisi suhu / temperatur ruangan
sebesar 29,80C dirasa kurang nyaman nyaman, karena batas kenyamanan
suasana kerja untuk daerah tropis yaitu sebesar 26-27 derajat (Grandjean,
1986). Kondisi temperatur yang berada sedikit diatas batas kenyamanan daerah
tropis membuat operator kurang produktif dalam melakukan pekerjaan.
b. Analisis pencahayaan
Dari hasil data penelitian yang didapat,pada pengamatan pertama didapat
pencahayaan maksimum sebesar 78 lux, pencahayaan minimum sebesar 74,9
lux sedangkan pada pengamatan kedua didapat pencahayaan maksimum
sebesar 81 lux dan pencahayaan minimum sebesar 78 lux dirasa cukup
memberikan kondisi penglihatan yang baik bagi operator dalam menempatkan
bahan yang tersedia, dapat melihat objek secara tepat,maka dapat
memudahkan operator dalam bekerja.
Tabel Kriteria Lingkungan Kerja Fisik
No Keterangan Temperatur Pencahayaan

1 Rendah 18-22 75-80

2 Sedang 23-27 81-86

3 Tinggi 28-32 87-92

Jadi pekerjaan yang dilakukan oleh operator dimana tingkat


temperature tinggi, pencahayaan sedang, dan kebisingan tinggi dapat
menghasilkan output sebanyak 40 buah kain yang akan di bordir.
Ambang batas temperatur untuk menghasilkan output yang
optimal adalah 26-27 sesuai dengan kenyamanan temperature kerja
pada daerah tropis. Ambang batas pencahayaan yang dapat di tolelir
oleh mata manusia adalah 79-84 sesuai dengan kriteria yang sudah
ditentukan. Jika lingkungan kerja fisik sudah memenuhi kriteria diatas
maka output yang dihasilkan pekerja akan lebih optimal.
BAB VI

KESIMPULAN dan SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Hasil skor dari perhitungan RULA didapat nilai 7, nilai ini menentukan
action level yang ada yaitu pada level 4, hal ini menunjukkan bahwa
kondisi itu berbahaya dan memerlukan tindakan segera. Hasil skor dari
perhitungan REBA didapat nilai 7, nilai ini menentukan action level yang
ada yaitu pada level 2, dengan level resiko sedang sehingga perlu
diadakannya beberapa perbaikan dan alat bantu yang harus digunakan.
Perbaikan itu meliputi:
a. Bekerja dengan menggunakan alat bantu kursi kecil (dingklik) agar
pekerja lebih nyaman dalam melakukan pekerjaan.
b. Perbaikan shift kerja, yang biasanya 8 jam perhari menjadi 6 jam
perhari.
c. Pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan sering, misalnya sehari 1
kali saja.

2. Dari hasil perhitungan Lifting Index dengan menggunakan metode RWL


diperoleh hasil L1 < 1 , hal ini berarti pekerjaan tersebut tidak mengandung
resiko kelelahan bahkan resiko kecelakaan kerja pada pekerja. Sedangkan
dari hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan metode MPL
diperoleh hasil Fc < 6500 N, hal ini berarti bahwa pekerjaan tersebut aman
dilakukan oleh pekerja dan tidak mengandung resiko kelelahan. Pekerjaan
tersebut tidak mengandung resiko cidera pada L5/S1. Sebaiknya metode
kerja yang seperti ini dipertahankan dan dijadikan perbandingan untuk
perekrutan karyawan baru. Agar karyawan baru tersebut nantinya juga
tidak mengalami resiko kelelahan dan produktivitasnya bisa maksimal.

3. Berdasarkan hasil uji kecukupan data pada ketujuh dimensi tersebut semua
data dinyatakan normal. Pada uji keseragaman data dari ketujuh dimensi
tersebut semua data dinyatakan seragam. Pada uji normalitas data pada
ketujuh dimensi tersebut semua data dinyatakan normal. Sehingga dapat
mendesain kursi yang lebih ergonomis sesuai persentil pada masing-
masing dimensi dan sesuai dengan ukuran antropometri tubuh pekerja.
Agar pekerja merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya dan
produktivitas akan maksimal.
4.
5.

6.2 Saran
1. Mengatur kembali lingkungan kerja fisik seperti pencahayaan dan temperatur agar
pekerja leih nyaman.
2. Kursi kasir diganti dengan kursi yang sesuai antropometri tubuh pekerja, seperti
yang kami sarankan pada penelitian ini.
3. Lebih memperhatikan shift kerja dan gerakan pekerja saat melakukan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Modul praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, Fakultas Teknologi


Industri, Teknik Industri Universitas Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai