Asisten Pembimbing :
2013
TUGAS AKHIR PRAKTIKUM
Yogyakarta,
(………….) (…………)
Mengetahui,
Praktikan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat
dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi ini
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis
membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu tugas praktikum
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Dalam penulisan tugas akhir ini,
tentunya banyak pihak yang telah bantuan baik moril maupun materil. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya
kepada :
1. Muhammad Ragil Suryoputro, S.T, M.Sc selaku dosen matakuliah Perancangan
Sistem Kerja dan Ergonomi yang memberikan nasihat dan ilmu kepada penulis.
2. Rachmah Nanda Kartika, asisten pembimbing praktikum yang tidak henti-
hentinya memberikan arahan, nasihat dan bimbingan.
3. Seluruh karyawan Sania Mart, yang memberikan informasi yang diperlukan
penulis dan bersedia menjadi objek penelitian
.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Maka
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yogyakarta,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
COVER 2 ……………………………………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………… v
ABSTRACT………………………………………………………………….. vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.3 Batasan Masalah ………………………………………………………...
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………………...
1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………………………
1.5.1 Bagi Peneliti ……………………………………………………….
1.5.2 Bagi Perusahaan ………………………………………………………
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi ………………………………………………………………….
2.2 Postur…………………………………………………………………..
2.3 Biomekanika …………………………………………………………………
2.4 Antropometri………………………………………………
2.5 Usabilitas………………………………………………………
2.6 Lingkungan Kerja Fisik
2.7 Jurnal dan artikel……………………………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian……………………………………………………..
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Primer …………………………………………………………..
3.2.2 Sekunder ……………………………………………………….
3.3 Kerangka Penyelesaian Masalah ………………………………….
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data………………………………………………….
4.1.1 Postur Kerja………………………………………
4.1.2 Biomekanika…………………………………………………….
4.1.3 Antropometri……………………………………………….
4.1.4 Usabilitas……………………………………………………
4.1.5 Lingkungan Kerja Fisik…………………………………..
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Lingkungan Kerja Fisik……………………………………..
4.2.2 Stopwatch……………………………………………………
BAB V. PEMBAHASAN
5.1. Analisa ……………………………………………………………..
5.1.1 Postur Kerja ………………………………………………...
5.1.2 Biomekanika…………………………………………………
5.1.3 Antropometri……………………………………………….
5.1.4 Usabilitas………………………………………………………
5.1.5 Lingkungan Kerja Fisik…………………………………….
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………….
6.2 Saran ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Dampak yang ditimbulkan akibat cara bekerja yang kurang baik adalah
kelelahan pada musculoskeletal sehingga dapat mengurangi produktivitas
karyawan. Atas dasar tersebut peneliti melakukan study kasus pada sebuah
minimarket. Kami selaku peneliti memberikan beberapa solusi untuk
permasalahan tersebut, antara lain merancang tempat kerja yang sesuai dengan
antopometri tubuh karyawan, memberikan saran agar lebih memperhatikan cara
saat melakukan pekerjaa, alat bantu yang diperlukan seta pengaturan lingkungan
kerja yang baik.
1. Bagaimana action level yang ada berdasarkan hasil perhitungan REBA dan
RULA serta perbaikan apa yang harus dilakukan?
2. Bagaimana keadaan tubuh pekerja terhadap analisa L5/S1 dan berapa
lifting index yang dihasilkan?
3. Bagaimana perancangan kursi yang tepat sesuai dengan antropometri
pekerja?
4. Bagaimana tingkat usabilitas pengunaan mesin sensor harga?
5. Bagaimana pengaruh kebisingan, pencahayaan dan temperatur terhadap
produktivitas pekerja ?
Dibawah ini beberapa batasan masalah yang kami berikan terhadap fokus objek
yang sedang kami amati :
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan untuk menjawab rumusan masalah yang
ada, antara lain :
Penelitian ini dilakukan dengan harapan bisa memberikan manfaat bagi peneliti
dan bagi perusahaan, antara lain:
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan
Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dapat didefinisikan
sebagai disiplin ilmu yang mempelajari manusia dan kaitannya dengan pekerjaan
(Wignjosoebroto, S.,2008:54). Menurut Sutalaksana (1979), ergonomi adalah
suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu
sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik,
yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman,
dan nyaman.
Postur kerja adalah salah satu dari beberapa cabang pengukuran sistem
kerja dan ergonomi. Definisi postur kerja adalah pergerakan organ tubuh pekerja
pada saat melakukan pekerjaan. Pergerakan yang termasuk dalam postur kerja
meliputi : flexsion, extension, abduction, adduction, rotation, pronation, dan
supination. Flexsion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) atau gerakan
dimana sudut diantara dua tulang terjadi penambahan. Abduction adalah gerakan
menyamping menjauhi pusat sumbu tengah. Adduction adalah gerakan mendekati
sumbu tengah. Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.
Dan supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh. Perhitungan
postur kerja menggunakan 2 metode, yaitu :
2.3 Biomekanika
2.4 Antropometri
Antropometri adalah metode yang digunakan untuk mengukur dimensi
tubuh manusia dan untuk mendesain stasiun kerja yang sesuai dengan ukuran
antropometri tubuh manusia tersebut. Aplikasi data antropometri antara lain untuk
melalukan perancangan terhadap areal kerja, perancangan peralatan kerja,
perancangan produk, serta perancangan lingkungan kerja fisik. Pengukuran
antropometri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: usia, jenis kelamin,
suku bangsa, pekerjaan, cacat tubuh, factor iklim, dan kehamilan. Antropometri
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:
2.4.1 Antopometri Statis
Pada antropometri statis pengukuran dilakukan pada bagian tubuh manusia
dalam posisi diam. Dimensi yang diukur diambil secara linier dan
dilakukan pada permukaan tubuh.
2.4.2 Antropometri dinamis
Pada antropometri dinamis pengukuran dilakukan dalam berbagai posisi
tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit
diukur.
1. Kecukupan data
Pada uji kecukupan data peneliti menggunakan tingkat kepercayaab
dan tingkat ketelitian. Jika N’<N maka data dianggap cukup. Tetapi
jika N’>N mana data dinyatakan tidak cukup, sehingga perlu dilakukan
pengambilan data ulang atau penambahan data.
2. Uji normalitas data
Uji normalitas data dilakukan untuk menentukan apakah Ho diterima
atau Ho ditolak. Apabila Ho diterima maka dinyatakan normal, apabila
Ho ditolak data dinyatakan tidak normal. Jika data dinyatakan tidak
normal maka perlu pengambilan ulang data atau penambahan data.
3. Keseragaman data
Uji keseragaman data dilakukan untuk menentukan apakah data
tersebut sudah seragam atau belum. Jika data berada diantara batas atas
dan batas bawah maka data dinyatakan seragam. Apabila data melebihi
batas atas atau batas bawah maka data dinyatakan tidak seragam.
4. Presentile
Presentile digunakan untuk menentukan ukuran desain produk atau
stasiun kerja yang akan dibuat. Nilai presentile harus mewakili setiap
dimensi tubuh yang diukur.
2.5 Usabilitas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian usabilitas adalah mesin sensor harga yang terdapat pada
kasir.
3.2.1 Primer
3.2.2 Sekunder
Serta dari modul praktikum perancangan system kerja dan ergonomi universitas
islam Indonesia.
b. Pengumpulan Data
Dalam penentuan teknik pengumpulan data pada peneltian ini
dengan melakukan pengamatan langsung ke objek pengamatan
dengan menggunakan video dan foto saat karyawan melakukan
pekerjaan.
c. Pemrosesan Data
Data yang diperoleh kemudian diproses untuk mengetahui hasil
yang terhitung dan mempermudah menganalisa untuk tahap
berikutnya. Sedangkan pada lingkungan kerja fisik kami
mengamati pencahayaan dengan lux meter dan termperatur
dengan thermometer.
d. Analisis
Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap pengolahan data. Pada
tahap ini hasil pengolahan data dianalisis dan dibahas
berdasarkan hubungannya dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan dari tahap
ini adalah untuk memahami dan menganalisis hasil pengolahan
data secara mendalam.
e. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini merupakan tahap terakhir dari penelitian, yang
berupa penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan
pengolahan data.
Bagian ini juga dilengkapi dengan saran-saran untuk
menyempurnakan hasil penelitian ini dan implikasi praktis
untuk penelitian selanjutnya.
BAB IV
4.1.1 Postur
4.1.3 Antropometri
4.1.4 Usabilitas
Max :
Min :
Group A:
1. Pergerakan lengan atas
Pergerakan lengan atas pada saat pekerjaan memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 350 flexion sehingga skornya adalah 2.
2. Pergerakan lengan bawah
Pergerakan lengan bawah pada saat pekerja memasukkan nata de coco
kedalam lemari pengingin adalah sebesar 80 0 flexsion, sehingga skornya
adalah 1
3. Pergerakan pergelangan tangan
Pergerakan pergelangan tangan pada saat pekerja memasukkan nata de coco
kedalam lemari pendingin adalah sebesar 150 extension+twisting, sehingga
skornya adalah 4.
4. Putaran pergelangan tangan
Putaran pergelangan tangan saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah pada rentang menengah putaran tangan, sehingga
skornya adalah 1.
Group B:
1. Pergerakan punggung
Pergerakan punggung pekerja saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 400 flexsion, sehingga skornya adalah 3.
2. Pergerakan leher
Pergerakan leher pekerja saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 400 flexsion, sehingga skornya adalah 3.
3. Posisi kaki
Posisi kaki saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam lemari pendingin
adalah duduk dengan beban terdistribusi merata di kedua kaki, sehingga
skornya adalah 1.
4. Otot
Penggunaan otot saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam lemari
pendingin adalah dalam keadaan postur statis yaitu diulang lebih dari 4 kali
dalam 1 menit, sehingga skornya adalah 1.
5. Energi
Energi yang dikeluarkan pekerja saat memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah pemebebanan seberapapun besarnya dialami dengan
sentakan cepat sehingga skornya adalah 4.
b. Metode REBA
Group A:
1. Pergerakan punggung
Pergerakan punggung pekerja saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 400 flexsion, sehingga skornya adalah 3.
2. Pergerakan leher
Pergerakan leher pekerja saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 400 flexsion, sehingga skornya adalah 2.
3. Posisi kaki
Posisi kaki saat pekerja memasukkan nata de coco kedalam lemari pendingin
adalah duduk dengan beban terdistribusi merata di kedua kaki dan lutut
membentuk sudut 600 flexsion, sehinga skornya adala 1+1=2.
4. Berat beban
Berat beban yang diangkat oleh pekerja adalah <5kg, sehingga skornya adalah
0
Group B:
1. Pergerakan lengan atas
Pergerakan lengan atas pada saat pekerjaan memasukkan nata de coco kedalam
lemari pendingin adalah sebesar 350 flexsion, sehingga skornya adalah 2.
2. Pergerakan lengan bawah
Pergerakan lengan bawah pada saat pekerja memasukkan nata de coco
kedalam lemari pengingin adalah sebesar 80 0 flexsion, sehingga skornya
adalah 1.
3. Pergerakan pergelangan tangan
Pergerakan pergelangan tangan pada saat pekerja memasukkan nata de coco
kedalam lemari pendingin adalah sebesar 150 extension + twisting, sehingga
skornya adalah 2.
4. Coupling
Coupling berada pada kategori good karena pegangan pas dan tepat ditengan,
genggaman kuat sehingga skornya adalah 0.
5. Aktifitas
Aktifitas dilakukan berulang sebanyak lebih dari 4 kali per menit sehingga
skornya adalah 1.
Gambar 1.4 perhitungan REBA
4.2.2 Biomekanika
b. RWL Akhir
L = 45 kg
V = 65 cm
H = 48 cm
LC = 23
D = 7 cm
A = 00
Coupling termasuk dalam kategori poor = 0,90
DM = 0,82 + 4,5/D
= 0,82 + 4,5/7 = 1,46
AM = 1 – 0,0032.A= 1 – 0,0032.0 = 1
F = 30 kali/60 menit = 0,5
FM = 0,92
CM = 0,90
= 14,16
Lifting index,
L 5
L1 = = =0 , 35
RWL 14 , 16
Dari hasil lifting index tersebut diperoleh nilai L1 < 1 , hal ini berarti
aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang bagi
pekerja dan sebaiknya metode kerja ini dipertahankan dan data tersebut
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam perekrutan pekerja
baru
4.2.3 Antropometri
K = 95% = 2
S = 10% = 0,1
1. Pada dimensi tinggi bahu duduk (Tbd)
∑x = 1750,7
¿ 2) = 102307,7
∑ ( x ) 2 = 3064950,49
2
= 1,30
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil N’ < N
hal ini berarti data dianggap cukup.
5. Pada dimensi pantat popliteal (Ppo)
∑x = 1365,5
¿ 2) = 62511,43
∑ ( x ) 2 = 1864590
2
= 1,40
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil N’ < N hal ini
berarti data dianggap cukup.
2. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai lebih dari batas
keseragaman atas dan tidak ada data yang bernilai dibawah batas keseragaman bawah.
2. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi lebar bahu (Lb)
σ 2=4 ,39
BKA = X̄ +kσ
= 40,4 + 2 (4,39) = 49,17
BKB = X̄ - kσ
= 40,4 – 2 (4,39) = 31,60
60
50
40
BKA
30 Data Pengukuran
20 Rata-rata
BKB
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang melebihi batas
keseragaman atas dan dibawah batas keseragaman bawah.
Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman bawah dan dibawah batas keseragaman bawah.
4. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi tinggi popliteal
(Tpo)
σ 4=2 ,37
BKA = X̄ +kσ
= 40,8 + 2 (2,37) = 45,56
BKB = X̄ -kσ
= 40,8 – 2 (2,37) = 36,08
50
45
40
35
30 BKA
25 Data Pengukuran
20 Rata-rata
15 BKB
10
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman bawah dan dibawah batas keseragaman bawah
.
5. Standar deviasi dan keseragaman data pada dimensi pantat
popliteal(ppo)
σ 5=3 ,51
BKA = X̄ +kσ
= 45,5 + 2 (3,51) = 52,54
BKB = X̄ -kσ
= 45,5 – 2 (3,51) = 38,48
60
50
40
BKA
30 Data Pengukuran
20 Rata-rata
BKB
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Data tersebut dinyatakan seragam, karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman atas dan tidak ada data yang bernilai dibawah batas keseragaman bawah.
Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman atas dan tidak ada data yang bernili dibawah batas keseragaman bawah.
Data tersebut dinyatakan seragam karena tidak ada data yang bernilai diatas batas
keseragaman atas dan tidak ada data yang bernilai dibawah batas keseragaman bawah.
3. Persentil
1. Persentil pada tinggi bahu duduk (Tbd)
P95 = X̄ +1,645σ = 58,4 + 1,645 (2,21) = 62,03
2. Persentil pada tinggi lebar bahu (Lb)
P95 = X̄ +1,645σ = 40,4 + 1,645 (4,57) = 47,91
3. Persentil pada tinggi siku duduk (Tsd)
P5 = X̄ - 1,645σ = 24,0 - 1,645 (2,31) = 20,20
4. Persentil pada tinggi popliteal (Tpo)
P5 = X̄ -1,645σ = 40,8 - 1,645 (2,37) = 36,90
5. Persentil pada pantat popliteal (Ppo)
P95 = X̄ +1,645σ = 45,5 + 1,645 (3,51) = 51,27
6. Persentil pada tinggi lebar pinggul (Lp)
P95 = X̄ +1,645σ = 36,8 + 1,645 (4,42) = 44,07
7. Persentil yang digunakan pada panjang siku sampai ujung jari (Psj)
P95 = X̄ +1,645σ = 42,9 + 1,645 (2,58) = 47,14
3.3.4 Pengolahan Data SPSS
a. Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
b. Persentil data
Tabel 3. Persentil data
Percentiles
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Weighted Average(Definition Tbd 54.2750 55.3100 57.0250 58.3500 59.6250 61.9500 62.2250
1) Lb 32.5700 34.2100 36.9500 40.5000 43.3500 46.8400 49.0000
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Weighted Average(Definition Tbd 54.2750 55.3100 57.0250 58.3500 59.6250 61.9500 62.2250
1) Lb 32.5700 34.2100 36.9500 40.5000 43.3500 46.8400 49.0000
4.2.4 Usabilitas
4.2.5 Lingkungan Kerja Fisik
Max :
Min :
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisa
5.1.1 Postur
a. Metode Rula
Berdasarkan hasil perhitungan RULA diatas dimana score A diperoleh
nilai 4, skor ini dapat dilihat dari skor pergerakan lengan atas,
pergerakan lengan bawah, pergerakan pergelangan tangan dan putaran
pergelangan tangan yang ada berdasarkan tabel A dalam metode
RULA, lalu skor A ditambah dengan skor otot yang bernilai 1 dan
ditambah dengan skor energi yang bernilai 4, sehingga didapat skor C
yang bernilai 9.
Lalu diperoleh juga skor B dengan nilai 4, skor ini dapat dilihat dari
skor leher, punggung, dan kaki yang ada berdasarkan tabel B dalam
metode RULA , lalu skor B ditambah dengan skor otot yang bernilai 1,
dan ditambah dengan skor energy yang bernilai 4, sehingga didapat
skor D yang bernilai 9.
Dari skor C dan skor D diatas dapat diperoleh nilai grand skor yaitu
bernilai 7, nilai grand skor dapat dilihat berdasarkan nilai C dan D yang
ada dalam table grand scor pada metode RULA.
Dari hasil grand skor yang bernilai 7, dapat menentukan action level
yaitu berada pada level 4. kondisi ini berbahaya sehingga diperlukan
tindakan perbaikan dan pemeriksaan dilakukan saat itu juga untuk
mengurangi atau mencegah kecelakaan dan kelelahan pada pekerja
secara terus menerus. Karena jika tidak dilakukan perbaikan, pekerja
akan mengalami musculoskeletal disorders.
b. Metode Reba
Berdasarkan hasil perhitungan REBA diatas didapat skor A 5, skor ini
diperoleh dari nilai skor punggung, leher, kaki yang bernilai 5
berdasarkan tabel A pada metode REBA lalu ditambah dengan skor
beban yang diangkat adalah 0 karena beban <5 kg.
Didapat juga skor B yaitu 2, nilai ini didapat dari nilai skor pergerakan
lengan atas, pergerakan lengan bawah, dan pergelangan tangan yang
bernilai 2 berdasarkan tabel B yang ada pada metode REBA, lalu
ditambah dengan coupling yang bernilai 0 karena coupling termasuk
dalam kategori good.
Setelah mendapat skor A dan skor B, kita bisa mendapat skor C yang
didapat dari tabel C berdasarkan nilai skor A dan B. Skor C ini lalu
ditambah dengan nilai aktifitas yang bernilai 1 untuk mendapat skor
REBA. Disini skor REBA yang diperoleh adalah 5.
Dengan mengetahui skor REBA kita bisa menentukan action level
yang ada yaitu berada pada level 2, dengan level resiko sedang
sehingga perlu diadakannya perbaikan baik dalam hal administrasi
kerja ataupun dengan alat bantu.
5.1.2 Biomekanika
a. Metode RWL
Dari hasil perhitungan LC, HM, VM, DM, AM, FM, CM pada awal
dan akhir kita dapat menghitung RWL awal dan RWL awal. Dari
perhitungan RWL tersebut kita bisa memperoleh hasil lifting index.
Lifting index ini yang nantinya akan menentukan apakah pekerjaan
tersebut aman dilakukan oleh pekerja tersebut atau pekerjaan tersebut
mengandung resiko bagi pekerja. Dari hasil pengamatan dan
perhitungan diatas diperoleh nilai RWL awal sebesar 15,41 dan lifting
index awal sebesar 0,32, nilai ini berarti L1 < 1, nilai ini menunjukan
bahwa pekerjaan tersebut aman dilakukan dan tidak menandung resiko.
Sedangkan, pada perhitungan RWL akhir diperoleh nilai 14,16 dan
liftin index awal sebesar 0,35, nilai ini berate L1<!, nilai ini
menunjukan bahwa pekerjaan tersebut aman dilakukan oleh pekerja
tersebut dan tidak menandung resiko terjadi kelelahan pada pekerja.
Dari kedua hasil perhitungan RWL, yaitu RWL awal dan RWL akhir
dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tersebut aman dilakukan oleh
pekerja dan tidak mengandun resiko kelelahan dan kecelakaan kerja.
Sebaiknya metode kerja yang seperti ini dipertahankan dan dapat
dijadikan perbandingan saat penerimaan karyawan baru.
b. Metode MPL
Dari hasil perhitungan WH, WLA, WUA, WT kita bisa menghitung W
total, W total ini yang nantinya akan digunakan untuk menghitung gaya
tekan pada L5/S1. W total yang didapat adalah sebesar 320,9 N.
Setelah menghitung W total selanjutnya kita menghitung segmentasi
telapak tangan, perhitungan segmentasi telapak tangan ini ada 2 yaitu
menghitung FYW hasil yang didapat adalah sebesar 27,7 N dan juga
menghitung Mw, hasil yang didapat adalah 1,08 Nm.
Lalu kita menghitung segmentasi segmentasi lengan bawah,
perhitungan segmentasi lengan bawah juga ada 2 yaitu menghitung
Fye dengan hasil yang didapat sebesar 35,35 N dan menghitung Me
dengan hasil yang didapat sebesar 5,84 Nm. Tahap selanjutnya adalah
menghitung segmentasi lengan atas, perhitungan segmentasi lengan
atas ada 2 yaitu menghitung Fys hasil yang didapat adalah sebesar
47,95 N dan menghitung Ms hasil yang didapat adalah sebesar 8,79
Nm.
Selanjutnya kita bisa menghitung segmentasi punggung, perhitungan
segmentasi punggung juga ada 2 yaitu menghitung Fyt dengan hasil
yang diperoleh sebesar 320,9 N dan juga menghitung Mt dengan hasil
yang didapat sebesar 64,78 Nm.
Setelah itu kita bisa menghitung Tekanan perut (PA) dengan hasil yang
didapat sebesar 0,36 N/cm2 dan juga bisa menghitung Gaya Perut (FA)
dengan hasil yang didapat sebesar 167,4 N. Dari hasil perhitungan
diatas kita bisa menghitung gaya tekan yang terjadi pada L5/S1 yang
bernilai 946,122 N. Hasil perhitungan gaya tekan inilah yang nantinya
akan menentukan apakah pekerjaan tersebut beresiko dan kita bisa
menentukan langkah perbaikan apa yang seharusnya dilakukan agar
pekerja tidak mengalami rasa sakit.
5.1.3 Antropometri
5.1.4 Usabilitas
5.1.5 Lingkungan Kerja Fisik
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pada pengamatan pertama didapat kebisingan maksium sebesar 87,2db kebisingan
minimum sebesar 81,7db. Pencahayaan maksimum sebesar 78 lux, pencahayaan
minimum sebesar 74,9 lux. Suhu sebesar 29,8 0C. sedangkan pada pengamatan
kedua kebisingan maksimum sebesar 86,7dB kebisingan minimum sebesar
85,5dB, suhu sebesar 28,5C , pencahayaan maksimum sebesar 81 lux dan
pencahayaan minimum sebesar 78 lux.
a. Analisis temperatur
Dari hasil data penelitian yang didapat, kondisi suhu / temperatur ruangan
sebesar 29,80C dirasa kurang nyaman nyaman, karena batas kenyamanan
suasana kerja untuk daerah tropis yaitu sebesar 26-27 derajat (Grandjean,
1986). Kondisi temperatur yang berada sedikit diatas batas kenyamanan daerah
tropis membuat operator kurang produktif dalam melakukan pekerjaan.
b. Analisis pencahayaan
Dari hasil data penelitian yang didapat,pada pengamatan pertama didapat
pencahayaan maksimum sebesar 78 lux, pencahayaan minimum sebesar 74,9
lux sedangkan pada pengamatan kedua didapat pencahayaan maksimum
sebesar 81 lux dan pencahayaan minimum sebesar 78 lux dirasa cukup
memberikan kondisi penglihatan yang baik bagi operator dalam menempatkan
bahan yang tersedia, dapat melihat objek secara tepat,maka dapat
memudahkan operator dalam bekerja.
Tabel Kriteria Lingkungan Kerja Fisik
No Keterangan Temperatur Pencahayaan
6.1 Kesimpulan
1. Hasil skor dari perhitungan RULA didapat nilai 7, nilai ini menentukan
action level yang ada yaitu pada level 4, hal ini menunjukkan bahwa
kondisi itu berbahaya dan memerlukan tindakan segera. Hasil skor dari
perhitungan REBA didapat nilai 7, nilai ini menentukan action level yang
ada yaitu pada level 2, dengan level resiko sedang sehingga perlu
diadakannya beberapa perbaikan dan alat bantu yang harus digunakan.
Perbaikan itu meliputi:
a. Bekerja dengan menggunakan alat bantu kursi kecil (dingklik) agar
pekerja lebih nyaman dalam melakukan pekerjaan.
b. Perbaikan shift kerja, yang biasanya 8 jam perhari menjadi 6 jam
perhari.
c. Pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan sering, misalnya sehari 1
kali saja.
3. Berdasarkan hasil uji kecukupan data pada ketujuh dimensi tersebut semua
data dinyatakan normal. Pada uji keseragaman data dari ketujuh dimensi
tersebut semua data dinyatakan seragam. Pada uji normalitas data pada
ketujuh dimensi tersebut semua data dinyatakan normal. Sehingga dapat
mendesain kursi yang lebih ergonomis sesuai persentil pada masing-
masing dimensi dan sesuai dengan ukuran antropometri tubuh pekerja.
Agar pekerja merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya dan
produktivitas akan maksimal.
4.
5.
6.2 Saran
1. Mengatur kembali lingkungan kerja fisik seperti pencahayaan dan temperatur agar
pekerja leih nyaman.
2. Kursi kasir diganti dengan kursi yang sesuai antropometri tubuh pekerja, seperti
yang kami sarankan pada penelitian ini.
3. Lebih memperhatikan shift kerja dan gerakan pekerja saat melakukan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA