Anda di halaman 1dari 33

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

MAKALAH

“ PENYUSUNAN KARYA ILIMIAH BAB III “

Dosen Pengampu : Dwi Restiana,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6

MUHAMMAD INDRA ARIO : 01412.111.17.2022 (PAI)


NUR MAHMUDAH : 01417.111.17.2022 (PAI)
UMMI SALAMAH : 01427.111.17.2022 (PAI)
WAHYUNI : 01428.111.17.2022 (PAI)
MUKARROM ZAMZAM : 01301.211.17.2019 (AHS)

PROGRAM STUDI (AKHWAL SYAHSIYYAH)


DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
TUANKU TAMBUSAI
PASIR PENGARAIAN
ROKAN HULU
RIAU
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan berlimpah nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada
Kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami, Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu
bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini. Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah
sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
menginspirasi para pembaca.

Pasir Pengaraian,7 April 2023

kELOMPOK 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumuan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Metode Penelitian.........................................................................................3
B. Populasi dan Sampel..................................................................................15
C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................22
D. Teknik Pengolahan Data............................................................................26
E. Teknik Analisis Data..................................................................................26
F. Tempat dan Jadwal Penelitian....................................................................27
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................29
B. Saran ..........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode Penelitian merupakan bagian penting yang harus diperhatikan penelit.
Meskipun masalah sudah dirumuskan, jika pemilihan metode peneltian tidak
dapat tepat pastilah hasil penelitian tidak akan sesuai dengan harapan. Metode
yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang
digunakan. Prosedur dan alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok
dengan metode penelitian yang digunakan, oleh karenanya sebelum penelitian
dilaksanakan peneliti ada baiknya menjawab tiga pertanyaan pokok, yakni:
1. Urutan kerja apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian
2. Alat – alat apakah yang gunakan dalam mengumpulkan dan mengukur data
dilapangan
3. Bagaimanakah melaksanakan penelitian tersebut
Dengan menjawab ketiga pertanyaan tersebut penelitian akan dituntun untuk
dapat mengetahui metode penelitian apakah yang tepat digunakan dalam
penelitiannya. Misalnya, apabila suatu penelitian dilakukan dengan menggunakan
instrument dalam pengumpulan data penelitian maka yang dibicarakan disini
adalah teknik penelitian. Bila seseorang berbicara tentang cara melakukan
percobaan dilapangan, maka sudah barang tentu harus diperhatikan dimana
percobaan penelitian lapangan dilakukan, dan akan ditentukan blok – blok sesuai
dengan kebutuhan. Dalam hal ini, yang dibicarakan adalah prosedur penelitian.
Selanjutnya jika membicarakan bagaimana secara berturut – turut suatu penelitian
dilakukan (dengan alat apa, prosedur bagaimana) maka yang dibicarakan adalah
metode penelitian. Dalam hal ini, banyak orang mencampur adukkan antara
prosedur penelitian dengan metode penelitian, atau antara metode dengan teknik
penelitian. (Nazir dalam Lijan Poltak Sinambela(2014)). Sesungguhnya hal ini
berbeda meskipun terdapat kemiripan diantaranya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian ?
b. Bagaimana populasi dan teknik pengambilan sampel ?

1
c. Bagaimana teknik pengumpulan data ?
d. Bagaiamna teknik pengolahan data ?
e. Bagaimana teknik analisis data ?
f. Apakah yang dimaksud dengan tempat dan jadwal penelitian ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui perngertian dari metode penelitian
b. Untuk mengetahui populasi dan teknik pengambilan sampel
c. Untuk memahami teknik pengumpulan data
d. Untuk memahami teknik pengolahan data
e. Untuk memahami teknik analisis data
f. Untuk mengetahui tempatdan jadwal dari penelitian

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Penelitian
Dalam membuat suatu karya ilmiah, tentu kita harus menentukan menetukan
metode penelitiannya dan mendesain rencana penelitiannya. Dalam hal ini peneliti
perlu memikirkan : prosedur yaitu bagaimana urutan kerja penelitiannya ; teknik
yaitu apa alat pengukuran dan pengumpulan data yang akan dilakukan ; dan
metode yakni bagaimana cara melaksanakan penelitian.
Menurut Nasir dalam Lijan Poltak Sinambela (2014) metode penelitian terdiri
dari
1. Eksperimen
2. Sejarah
3. Psikologis
4. Studi kasus
5. Survey
6. Membuat kurikulum
7. Analisis pekerjaan
8. Wawancara
9. Kuesioner
10. Observasi
11. Pegukuran
12. Statistic
13. Table dan grafik
14. Teknik perpustakaan
Menurut Buchari (2004) metode penelitian dapat berbentuk :
1. Penelitian survey
2. Penelitian Ex Post Facto
3. Penelitian eksperimen
4. Penelitian naturalistic
5. Penelitian kebijakan
6. Penelitian tindakan

3
7. Penelitian evaluasi
8. Penelitian sejarah
Berikut ini akan dibahas secara ringkas tentang berbagai jenis penelitian dimaksud
1. Penelitan Survey
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu
populasi dan menggunakan kuesinoer sebagai alat pengumpul data yang
pokok. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti karateristik untuk membuktikan
hubungan sebab akibat antara variable tanpa adanya intervensi dari peneliti.
Metode survey dimaknai sebagai metode penlitian yang dilakukan pada
populasi dengan memperoleh data dari sampel untuk melihat hubungan
hubungan antar variable.
Menurut Kerlinger (1996) dalam Bukhari mengatakan bahwa “ penelitian
survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil
teatpi data yang dipelajar adalah data dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan
hubungan antar variable sosiologis maupun psikologis.”
Penelitian survey biasa dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari
pengematan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi dilakukan bisa lebih
akurat bila digunakan sampel yang representative.
Menurut Neuman (2006) dalam Lijan Poltak Sinambela mengatakan
terdapat enam langkah dasar dalam melakukan penelitian survey yakni :
a. Membentuk hipotesis awal, menentukan jenis survey yang akan dilakukan
apakah melalui instrument yang dikirim melalui surel, wawancara, atau
telepon, membuat daftar pertanyaan, menentukan kategori responden dan
menentukan seting penelitian.
b. Merencanakan cara pengolahan data dan melakukan pengujicobaan
instrument yang telah dipersiapkan.
c. Menentukan target populasi dan menetapkan sampel yang akan diteliti,
menyusun kerangka penetapan sampel, menentukan besarnya dan
menetapkan sampel.
d. Menentukan lokasi responden dan mengumpulkan data

4
e. Mengolah data dnegan perangkat yang telah ditentukan dan melakukan
pengujian hipotesis statistic
f. Menjelaskan metode yang digunakan dan menjabarkan hasil penemuan
untuk mendapatkan kritik, serta melakukan evaluasi
Pada umumnya survey menggunakan kuesioner sebagai alat pengambilan
data. Survey menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin besar sampel,
semakin hasilnya mencermikan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk
maksud penjajakan (ekspolratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan
(eksplanatori), yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis,
evaluasi, prediksi atau meramalakan kejadian tertentu dimasa yang akan datang,
operasional dan pengembangan indicator-indikator sosial. Menurut Lijan Poltak
Sinambela (2014) mengatakan terdapat tiga jenis metode survey yaitu : melalui
surat, disebut juga metode mail-questionare, merupakan cara untuk menguji
tanggapan responden melalui pengiriman kuesioner melalui surel atao post;
metode tatap muka, merupakan cara untuk menguji tanggapan responden dengan
bertemu muka atau berhadapan langsung; dan wawancara telepon merupakan cara
memperoleh tanggapan responden melalui telepon.
Kelebihan dan kekurangan metode survey :
 Metode survey
Kelebihan :
- Lebih efesien (hemat dana, waktu)
- Responden dapat memilih waktu tang tepat untuk mengisi kuesioner
Kekurangan :
- Kurang fleksibel
- Kemungkinan berbagai pertanyaan tidak dijawab
 Wawancara tatap muka
Kelebihan Wawancara Langsung
- Wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk
memotivasi orang yang diwawancarai untuk menjawab dengan bebas
dan terbuka terhadap pertanyaa-pertanyaan yang diajukan.

5
- Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan sesuai dengan situasi yang berkembang dan memerlukan
waktu yang panjang.
- Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari
gerak-gerik dan raut wajah orang yang diwawancarai.
- Pewawancara dapat menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak
selalu terjadi.
- Memungkinkan bagi pewawancara untuk memahami kompleksitas
masalah dan menjelaskan maksud penelitian kepada responden.
- Partisipasi responden lebih tinggi dibandingkan teknik kuesioner.
Kelemahan Wawancara Langsung
- Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara
relatif mahal dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
- Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tempat yang
tertentu, misalnya di lokasi-lokasi yang ribut dan ramai.
- Wawancara sangat menganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila
waktu yang dimilikinya sangat terbatas.
- Kemungkinan jawaban responden bias karena terpengaruh
pewawancara.
- Memerlukan banyak biaya dan tenaga jika jumlah responden relatif
banyak dan lokasi
- wawancara secara geografis terpencar.
 Wawancara telefon
Kelebihan Wawancara Telepon
- Dapat menjangkau responden yang letak geografisnya terpencar.
- Biaya lebih murah dan tenaga yang diperlukan relatif sedikit serta
waktu yang diperlukan lebih cepat.
- Memungkinkan menghubungi responden dalam jumlah besar.
- Dapat dilakukan dalam waktu fleksibel.
- Responden merasa lebih mudah dalam berkomunikasi.
Kelemahan Wawancara Telepon

6
- Pewancara tidak dapat mengamati ekspresi responden yang pada
kondisi tertentu diperlukan untuk menyakinkan apakah responden
menjawab sesuai dengan fakta.
- Ada kemungkinan diputuskan sewaktu-waktu jika responden keberatan
untuk menjawab pertanyaan.
- Tidak semua responden mempunyai telepon
- Terbatasnya jumlah dan waktu untuk pertanyaan.
 Proses Penelitian Survey
Menurut Wallace dalam Lijan Poltak Sinambela penelitian survey
digambarkan sebagai suatu proses untuk mentransformasikan lima
komponen informasi ilmiah dan menggunakan enam control metodologis,
sebagaimana terlihat dalam gambar ini

Teori
Penyusunan
konsep,
Interferensi
penyusunan Deduksi logika
logika
proposisi

Generalis Status
asi hipotesis
Hipotesis

Pengukuran,
penyederhanaan Interpretasi,penyusu
informasi perkiraan Pengujian hipotesis nan instrument,
parameter skala, sampel

Observasi

Kelima komponen informasi ilmiah dalam penelitian survey adalah


: (1) teori, (2) hipotesis, (3) observasi, (4) generalisasi empiris, dan (5)
penerimaan atau penolakan hipotesis. Sedangkan keenam control

7
metodologis adalah (1) deduksi logis: (2) interpretasi, penyusunan
instrument, penyusunan skala dan penentuan sampel; (3) pengukuran,
penyederhanaan informasi dan perkiraan para meter; (4) pengujian
hipotesis; (5) inferensi logika, (6) formulasi konsep, formulasi proposisi,
dan penataan proposisi.
2. Penelitian Ex Post Facto
Menurut Sugiyono dalam Buchari mengemukakan bahwa “ penelitian ex
post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa
yang telah terjadi dan kemudian melihat kebelakang untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat menimbulkan kegiatan tersebut.” Lebih lanjut
dikatakan penelitian ini menggunakan logika dasar yang samaa dengan
penelitian ini menggunkan logika dasar yang sama dengan penelitin
eksperimen yaitu jika X, maka Y, hanya saja dalam penenliitan ini tidak
ada manipulasi langsung terhadap variable bebas (independen).
3. Penelitian Eksperimen
Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang
berusaha mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain
dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Penelitian eksperimen ini pada
umumnya dilakukan pada laboratorium.
4. Penelitian Naturalistik
Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif. Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data
dilakukan secara induktif (penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan-
keadaan yang khusus untuk diperlakukan secara umum). Hasil penelitian
kualitatif yang lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
5. Penelitian Kebijakan (Policy Research)
Policy research ( penggunaan metode penelitian kebijakan) dimulai karena
adanya masalah, dan masalah ini pada umumnya dimiliki oleh para
administrator, manager atau para pengambil keputusan pada suatu

8
organisasi. Penelitian kebijakan sangat relevan bagi perencana dan
perencanaan kasus-kasus sosial. Menurut majchrzak dalam buchari (2004)
penelitian kebijakan adalah suatu proses penelitian yang dilakukan pada
masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga hasil temuannya dapat
direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara
praktis dalam menyelesaikan kasus-kasus di tempat kerjanya.
6. Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan PTK adalah
penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di
kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam
bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Oleh karenanya penelitian
kelas adalah suatu penelitian tentang praktik pembelajaran yang dilakukan
oleh guru itu sendiri. Penelitian tindakan kelas merupakan hasil dari
perkembangan dari penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah
penelitian yang diprakarsai untuk memecahkan masalah langsung atau
pemecahan proses reflektif masalah progresif yang dipimpin oleh individu
dengan bantuan orang lain dalam tim atau sebagian dari suatu “komunitas
praktek” untuk memperbaiki cara mereka mengatasi masalah dan
memecahkan masalah. Penelitian tindakan melibatkan proses aktif
berpartisipasi dalam suatu perubahan organisasi selama melakukan
penelitian . penelitian tindakan juga dapat dilakukan oleh organisasi yang
lebih besar atau lembaga, dibantu atau dipandu oleh peneliti profesional,
dengan tujuan untuk meningkatkan prakik strategi dan pengetahuan
tentang lingkungan dimana mereka berlatih.
1. Syarat Penyusunan PTK
Dalam menyusun PTK syarat yang harus dilakukan adalah:
a. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi didalam pembelajaran
dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

9
b. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus- menerus, objektif,
dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk
menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti.
c. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang
berurutan.
d. Tejadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah di tentukan,
dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
e. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga
pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang
dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
f. Harus benar – benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh
sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.
2. Unsur – Unsur Penelitian Tindakan Kelas
Setiap penelitian tentu ada subyek dan obyek penelitian. Sesuai dengan
namanya PTK, maka yang menjadi obyek penelitian adalah sesuatu yang
aktif dan dapat dikenai aktifitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa
gerak. Unsur – unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut
adalah :
a. Siswa
b. Guru
c. Materi pelajaran
d. Peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang
dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan
oleh sekolah, apapun perlatan yang disediakan dan digunakan di
kelas dan di laboratorium.
e. Hasil pembelajaran
f. Lingkungan
g. Pengelolaan, hal yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan
misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru
memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk
siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa.

10
3. Tahap – tahap PTK
Agar PTK mencapai hasil yang optimal dan sesuai dengan harapan, maka
penyusunan PTK harus melalui tahap – tahap penyusunan PTK. Tahap –
tahap penyusunan PTK adalah sebagai berikut:
a) Menyusun rancangan tindakan atau perencanaan (planning) dalam
tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian
tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara
pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses
yang dijalankan.
b) Pelaksanaan tindakan (acting) tahap ini merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Dalam
tahap ini dilaksanakan kegiatan belajar mengajar yang telah
direncanakan.
c) Pengamatan (observing) yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan
oleh pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi
sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk
perbaikan siklus berikutnya. Tahap ini bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan dan pada akhir tindakan.data yang dikumpulkan selama
pelaksanaan tindakan misalnya observasi perilaku siswa dan observasi
terhadap jalannya PBM.
d) Refleksi (reflecting) merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Tahap ini disebut sebagai tahap
refleksi kritis, dan refleksi diri. Yang dimaksud dengan refleksi kritis
adalah pemahaman secara mendalam atas temuan dalam siklus
tersebut, sedangkan refleksi diri adalah tahap mengkaji kelebihan dan
kekurangan yang terjadi selama siklus pelaksanaan PTK. Dalam tahap
ini, guru berusaha untuk menemukan hal – hal yang sudah dirasakan
memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara
cermat mengenali hal hal yang masih perlu diperbaiki. Dengan kata

11
lain tahap ini berupa analisis data, pemaknaan hasil analisis,
pembahasan dan penarikan kesimpulan.
4. Manfaat PTK
Fraenkel dkk (2012) dalam lijan poltak sinambela menyebutkan sekurang
– kurangnya 5 manfaat penelitian tindakan kelas, yaitu :
a) PTK dapat dilakukan oleh hampir semua ahli disemua tipe sekolah,
semua level, guru kelas baik secara individu maupun berkelompok
ataupun pimpinan sekolah
b) PTK dapat memperbaiki praktik pendidikan : membantu praktisi
pendidikan (guru, pimpinan sekolah) dalam meningkatkan kompetensi
terhadap apa yang mereka lakukan.
c) PTK memberi ruang kepada guru atau praktisi lain untuk mengadakan
penelitian mereka sendiri sehingga dapat mengembangkan cara-cara
yang lebih efektif untuk mempraktikan keahlian – keahlian mereka
sendiri
d) PTK membantu guru mengidentifikasi masalah – masalah dan isu –
isu secara sistematis
e) PTK dapat membangun sebuah komunitas yang berorientasi penelitian
ilmiah di dalam sekolah itu sendiri
5. Prinsip – prinsip PTK
Penyusunan PTK harus mengacu pada prinsip – prinsip PTK. Hopkins
dalam lijan poltak sinambela mengemukakan ada 6 prinsip yang harus
diperhatikan dalam PTK
a) Metode PTK yang diterapkan seyogyanya tidak mengganggu
komitmen sebagai pengajar
b) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu
yang berlebihan karena dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran
c) Metodologi yang digunakan harus reliable
d) Masalah program yang diusahakan adalah masalah yang merisaukan,
dan didasarkan pada tanggung jawab profesional

12
e) Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten
dan memiliki kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang
berkaitan dengan pekerjaan.
f) PTK tidak dilakukan sebatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran
tertentu melainkan dengan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
6. Metode sejarah
Secara umum, sejarah meliputi pengalaman masa lampau untuk membantu
mengetahui apa yang harus dikerjakan sekarang dan apa yang akan
dikerjakan pada masa depan. Menurut Nervins dalam lijan poltak
sinambela mengatakan metode sejarah adalah suatu pengetahuan yang
tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang
terpadu dari keadaan – keadaan masa lampau yang ditulis berdasarkan
penelitian untuk mencari kebenaran. Adapun berbagai ciri metode sejarah
antara lain adalah :
1. Data tergantung pengamatan di masa lampau
2. Data lebih berorientasi pada primer dibandingkan sekunder
3. Data lebih tuntas dan lebih mendalam
4. Sumber data dinyatakan secara lengkap definitif
5. Data lebih tuntas dan lebih mendalam.
Sumber data dalam penelitian sejarah pada dasarnya diperoleh dari dua
sumber utama yaitu : remain dan dokumen. Remain adalah pengamatan terhadap
peninggalan yang tidak sengaja baik berupa fisik maupun nonfisik. Dokumen
adalah laporan dari kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran manusia di
masa lalu. Penelitian sejarah dilihat dari perolehan data, dibagi dua yakni data
primer dan data sekunder, dimana data primer dianggap lebih baik karena data
kejadian masa lampau yang diperoleh dari saksi mata atau telinga secara
langsung. Oleh karenanya, data primer yaitu data yang diperoleh dari orang
terlibat secara langsung dalam suatu kejadian yang diteliti, (tempat yang asli dari
peristiwa sejarah atau sumber dasar) jika mengambil contoh sejarah reformasi di
Indonesia maka masih banyak tokoh yang memotori gerakan reformasi tersebut.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari orang yang mengetahui kejadian,

13
meskipun dia sendiri tidak secara langsung terlibat dalam sejarah yang diteliti,
(catatan tentang adanya suatu peristiwa yang jaraknya jauh dari sumber asli).
Sumber data dalam sejarah menurut nevins dalam lijan poltak sinambela
(2014) ada tujuh, yaitu :
1. Pertinggal fisi: tempat – tempat bersejarah, piramida, pot pot, senjata,
gedung dan sebagainya
2. Cerita secara oral : yaitu materi yang dipindahkan dari mulut ke mulut
sperti balada, cerita rakyat, tradisi, legenda dan lain sebagainya.
3. Materi inskripsi : yaitu materi – materi pada tulisan tidak sperti biasa
seperti tulisan pada : pot – pot, piring, patung dan lain lain
4. Materi tulisan tangan : papyrus, hieroglif, dokumen – dokumen modern
dan sebagainya
5. Buku dan cetakan : bahan – bahan yang terpublikasikan
6. Bahan audio visual : film, televisi, mikrofilm, radio, kaset, dan
sebagainya
7. Observasi langsung : hasil pengamatan penulis atau pengamatan oleh
orang – orang yang diwawancarai.
Dalam metode sejarah data harus sebanyak mungkin digunakan dalam data
primer ( data yang asli). Sepanjang data yang tersedia, jika tidak dapat
digunakan data sekunder. Data primer adalah tempat atau gudang
penyimpanan yang original dari data sejarah. Data primer merupakan sumber
– sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang
lalu. Sedangkan data sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa,
ataupun catatan – catatan yang jaraknya telah jauh dari sumber orisinil.
 Jenis penelitian sejarah
Menurut nazir dalam Lijan Poltak Sinambela (2014) penelitian sejarah
banyak sekali jenisnya. Meskipun demikian nazir membagi dalam empat jenis
yaitu :
a. Penelitian komparatif, yaitu penelitian yang membandingkan berbagai
fenomena sejenis pada suatu periode masa lampau.

14
b. Yuridis yaitu penelitian yang dilakukan berhubungan dengan hukum,
baik formal maupun informal di masa lalu.
c. Penelitian biografi, yaitu penelitian yang menilitik kehidupan seseorang
dengan melihat hubungannya dengan masyarakat sekitarnya
d. Penelitian bibliografi, yaitu penelitian yang mencari, menganalisis dan
membuat interpretasi serta generalisasi dari fakta – fakta yang
merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau suatu
organisasi.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah obyek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karateristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karateristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek
atau obyek itu. Menurut Nasir dalam Lijan Poltak Sinambela (2014), populasi
adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan.
Menurut Sugiyono dalam Buchari populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karateristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
populasi merupakan obejk atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Ada dua jenis populasi yaitu :
a. Populasi Terbatas
Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya
secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya
b. Populasi Tak Terbatas (Tak terhingga)

15
Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan
batasan-batasannya sehingga relative tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk jumlah.
Berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi
homogeny dan populasi heterogen.
a. Populasi Homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang
sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi Heterogen adalh sumber dat yang unsurnya memiliki sifat atau
keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-
batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
Subana dalam Buchari (2004) mengatakan bahwa “hasil dari objek pda
populasi yang diteliti harus dianalisis untuk ditarik kesimpulan dan kesimpulan itu
berlaku untuk seluruh populasi.”
Dalam melaksanakan penelitian, walaupun tersedia populasi yang terbatas dan
homogeny, adakalanya peneliti tidak melakukan pengumpulan data secara
populasi, tetapi mengambil sebagain dari populasi yang dianggap mewakili
populasi (representative). Hal ini berdasarakan pertimbangan yang logis, seperti
kepraktisan, keterbatasan, biaya, waktu, tenaga dan adanya percobaan yang
bersifat merusak.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Menurut Malhotra dalam Lijan Poltak Sinambela (2014),
sampel adalah sub kelompok dari elemen dari populasi yang dipilh untuk
berpartisipasi dalam suatu penelitian. Arikunto dalam Buchari (2004)
mengatakan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi
yang diteliti).
Keuntungan menggunakan sampel antara lain :
 Memudahkan peneliti untuk jumlah smapel lebih sedikit dibandingkan
dnegan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar
dikhawatirkan akan terlewati.

16
 Penelitian lebih efesian (dalam arti penghematan uang, waktu, dan
tenaga).
 Lebih diteliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subjeknya
banyak dikhawatirkan adanya bahaya bisa dari orang yang
mengumpulkan data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpulan
data mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat.
 Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak) yang
menggunkaan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa merusak
semua bahan yang ada serta biasa digunakan untuk menjaring populasi
yang jumlahnya banyak. Sedangkan besar kecilnya sampel yang diambil
akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : besar biaya yang
tersedia, tenaga (orang) yang ada, waktu dan kesempatan peneliti, serta
peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel.
Cooper, Schindler dalam Lijan Poltak Sinambela mengatakan bahwa
terdapat beberapa alasan untuk menetapkan sampel terutama setidaknya karena
empat alasan yakni:
 Biaya Murah. Jika populasinya sangat besar dan terdistribusi dalam
wilayah yang sangat luas, maka sudah barang tentu penelitian akan
membutuhkan biaya yang sangat besar. Dengan penetapan sampel
misalnya hanya menggunakan 10% dari populasi, maka h sudah dapat
menghemat biaya 90%.
 Hasilnya Lebih Akurat. Menurut Deming dalam Lijan Poltak
Sinambela (2014), bahwa kualitas penelitian sering lebih baik dengan
penetapan sampel dibandingkan dengan sensus. Semakin banyak
populasi dan dilakukan sensus, maka memperoleh data yang valid
khususnya jika dilakukan wawancara akan memperoleh data yang
lebih akurat, meskipun agak memberatkan.
 Lebih cepat mengumpulkan data. Karena tidak melakukan sensus,
maka pengumpulan data akan lebih cepat dilaksanakan
 Ketersediaan unsur populasi. Keuntungan sampling dibandingkan
sensus sangatlah besar jika populasi penelitian tinggi. Kondisi yang

17
sesuai untuk pelaksanaan sensus adalah (1) baik dilaksanakan ketika
populasi kecil dan (2) diperlukan bila unsur-unsur yang sangat berbeda
satu sama lain atau terdapat heterogenitas populasi sehingga
perbedaan-perbedaan yang ada harus menjadi perhatian. Ketika
populasi kecil, masih menggunakan sampling maka kemungkinan
sampel yang ditetapkan tidak akan mewakili populasi yang kecil
tersebut, sehingga harapan memperoleh nilai-nilai ynag dihasilkan dari
sampel tidak dapat dilakukan untuk mengestimasikan nilai populasi.
Dalam kondisi seperti ini sebaiknya dilakukan sensus.
Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan data, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili). Selanjutnya, jika sampel itu tidak representatif, ibarat orang tunanetra
diminta mengobservasi dan menyimpulkan karakteristik gajah, satu orang
memegaang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang
kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok
besar. Satu orang lagi memegnag ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil,
bulat seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang diambil tidak representatif,
maka ibarat 3 orang tunanetra itu yang membuat kesimpulan salh tentang gajah,
karena tidak mengobservasi secara menyeluruh. Oleh karenanya jika seorang
tunanetra tadi yang diminta mendeskripsikan gajah maka ia harus diberikan
arahan agar mengobservasi gajah dari berbagai dimensi, sehingga dapat
memberikan kesimpulan yang tepat tentang gajah.
Terkait dengan hal itu,terdapat berbagai permasalahan yang harus
diperhatikan dalam penarikan sampel, diantaranya cara penarikan sampel dan
ukuran besar sampel (Gulo:2002). Penarikan sampel tentu saja menjadi persoalan
tersendiri, mengingat populasi pasti memiliki karakteristik yang amat beragam.
Demikian juga ukuran sampel akan menjadi perhatian tersendiri yakni berapakah
sampel yang baik? Jawaban kedua persoalan tersebut tentu saja sangat tergantung

18
pada sifat atau variasi dari populasi itu sendiri, terutama pada ketersebaran
anggota dalam wilayah penelitian atau pada kategori-kategori tertentu. Dengan
demikian, sebelum menentukan teknik sampel dan besaran sampel terlebih dahulu
harus dipelajari karakteristik dan sebaran populasi.
Sampel yang baik adalah sampel yang dapat merepresentasikan populasi,
dengan kata lain sampel yang baik adalah sampel yang memiliki aspek validitas.
Adapun validitas sampel ditentukan dua hal yaitu: ketelitian dan tingkat presisi
(Wahyuni, 1994). Sementara Cooper, Schindler (2001), mengemukakan sampel
yang baik adalah sampel yang memiliki akurasi dan durasi.
Pertama ketelitian. Sampel yang memiliki tingkat ketelitian sangatlah
dibutuhkan untuk dapat menghindari pembiasan, sampel yang tidak membias akan
meberikan keseimbangan diantara anggota sampelnya. Artinya apabila satu sisi
terjadi overestimate, disisi lain aka nada yang underestimate dengan demikian
akan terjadi keseimbangan diantara anggotanya. Sampel yang membias akan
terjadi systematic variance yakni suatu penyimpangan dalam pengukuran yang
akan mempengaruhi skor secara keseluruhan. Ketika populasi heterogen maka
penetapan sampel haruslah memperhatikan seluruh elemen populasi tersebut. Hal
yang senada dengan ketelitian adalah akurasi yang dikemukakan oleh Cooper,
Schindler.
Kedua, tingkat presisi. Selain memperhatikan ketelitian dalam penetapan
sampel juga harus memperhatikan tingkat presisi. Maksudnya adalah rendahnya
tingkat kesalahan estimasi. Pada hakikatnya sampel tidak ada yang dapat
sepenuhnya (100) dapat mewakili populasi. Nilai statistik sampel mungkin
berbeda dari nilai parameternya sebagai hasil dari fluktuasi random dalam proses
pengambilan sampel. Penyimpangan seperti ini disebut error variance atau
sampling error. Secara teoretik sampling error ini hanya kesalahan karena
fluktuasi random, sekalipun tanpa disadari mungkin juga termasuk error variance.
Tinggi rendahnya tingkat presisi ditunjukkan oleh besar kecilnya standard error
of estimate artinya semakin kecil estimasi standar error menunjukkan semakin
tinggi tingkat presisi sampel.

19
Apabila populasi homogeny penetapan sampel tidak terlalu persoalan, akan
tetapi jika populasi heterogen maka penetapan sampel harus dipertimbangkan
dengan memperhatikan minimal dua hal (Zuriah, 2006) yaitu:
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas. Ketika populasi
heterogen maka perlu dipahami berbagai kategori yang ada, selanjutnya
berbagai kategori tersebut hendaknya terwakili dalam penetapan sampel.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori. Jumlah sampel dalam setiap
kategori juga perlu dipertimbangkan secara proporsional, kategori yang
jumlahnya besar seyogyanya sampelnya juga lebih besar.
Pertanyaan berikutnya yang sering muncul adalah berapakah sampel yang
tepat dalam suatu penelitian? Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang
baku, mengingat besar tidaknya sampel, tentu saja ditentukan berbagai
pertimbangan yang akan diperhatiakn oleh peneliti. Menurut Margono
(1997) cara paraktis untuk memperoleh sampel minimal adalah dengan
menggunakan rumus berikut:
a. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil
sampel yang reprensitatif dari populasi. Pengabilan sampel ini harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili
dan dapat mewakili dan dapat mengambarkan keadaan populasi yang sebnarnya.
Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum
dilakukan yaitu :
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang
yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel,
yang tergolong teknik probability sampel, yaitu :
a) Simple Random Sampling
Simple random samplinh adalah cara pengambilan sampel dari anggota
populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata
(tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila
anggota populasi dianggap homogen.

20
b) Proportionate Stratified Random Sampling
Proportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sampel dari
anggota populasi secara acak dan bersrata secara proporsional, dilakukan
sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).
c) Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sa,pel
dari anggota populasi secara acak dan tetap sebagian ada yang kurang
proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila anggta
populasi heterogen (tidak sejenis).
d) Area Sampling (Kluster Sampling)
Area sampling ialah teknik sampling yag diilakukan dengan cara
mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada. Teknik untuk
mendapatkan sampel kluster mula-mula secara acak diambil sampel yang
terdiri dari SD tingkat provinsi, dari tiap SD tingkat provinsi dalam
sampel, di sebut SD tingkat provinsi sampel.
2. Non Probability Sampling
Non probabllity sampling ialah teknik sampling yang tidak memberikan
kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota
sampel. Teknik non probability sampling antara lain:
a) Sampling sistematis
Sampling sistematis ialah pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari
populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari
populasi pada jarak interval waktu, ruang dengan urutan yang seragam.
b) Sampling kuota
Sampling kuota ialah teknik penentuan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau
pengambilan sapel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
tertentu dari peneliti. Cara menetapkan besar jumlah sampel yang
diperlukan, kemudian menetapkan jumlah (jatah yang diinginkan), maka
jatah itulah yang dijadiakn dasar untuk mengambil unit sampelyang
diperlukan.

21
c) Sampling Aksidental
Sampling aksidental ialah teknik penentuan sampel berdasarkan factor
spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan
peneliti dan sesuai dengan karateristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut
dapat digunakan sebagai samel (responden).
d) Purposive Sampling
Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah
teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampel atau
penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Hanya mereka yang ahli yang
patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang
diperlukan. Oleh karena itu, samoling ini cocok untuk studi kasus yang
mana aspek dari kasus tunggalyang reprensitatif diamati dan dianalisis.
e) Sampling jenuh
Sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi
digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus.
Sampling jenuuh dilakukan bila populasinya kurang dari 30 orang.
f) Snowball Sampling
Snowball sampling cara getuk tular (bahasa jawa) yaitu teknik sampling
yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel (responden)
mengajak para temannya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga
jumlah sampel semakin membengkak jumlahnya seperti (bola salju
sedang menggelinding semakin jauh semakin besar).
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan
data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan
reliable. Jangan semua teknik pengumpulan data (angket, observasi, wawancara)
dicantumkan kalau sekiranya tidak dapat dilaksanakan. Selain itu konsekuensi
dari mencatumkan ketiga teknik pengumpulan data itu adalah : setiap teknik
pengumpulan data yang dicantumkan harus ada datanya. Metode pengumpulan

22
data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data.
Metode (cara atau tekni) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak
diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaaannya melalui:
angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainnya.
Instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.
Metode dan instrument pengumpulan data
No. Jenis metode Jenis instrumen
1. Angket (questionnaire) a. Angket
b. Daftar cocok
c. Skala
d. Inventori
2. Wawancara a. Pedoman wawancara
( interview) b. Daftar cocok
3. Pengamatan a. Lembar pengamatan
(observation) b. Panduan pengamatan
c. Panduan observasi
d. Daftar cocok
4. Ujian atau tes (test) a. Soal ujian
b. inventori
5. Dokumentasi a. daftar cocok
b. table
Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji
hipotesis atau menjawa pertanyaa yang telah dirumuskan, karena data yang
diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan, data yang
dikumpulakan harusah data yang benar. Agar data yang dikumpulakn baik dan
benar, instrument pengumpulan datanya pun harus baik.
Ada beberapa instrument pengumpulan yang akan dibahas berikut ini sesuai
dengan teknik pengumpulan data.

23
1. Angket (Questionner)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan
pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah dan responden tapa merasa khawatir bila responden
memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian
daftar pertanyaan.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan
bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta
jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus
informasi dalam wawancara, yaitu :
Pewawancara adalah petugas pengumpul informasi yang diharapkan dapat
menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan merangsang responden untuk
menjawab semua pertanyaan dan mencatat semua informasi yang dibutuhkan
dengan benar.
Responden adalah pemberi informasi yang diharapakn dapat menjawab
semua pertanyaan jelas dan lengkap. Dalam pelaksaan wawancara, diperlukan
kesediaan dari responden dan pewawancara.
Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang biasanya
dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat
berjalan dengan baik.
Situasi wawancara ini berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara.
Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan
pewawancara merasa canggung untuk mewawancarai dan responden enggan
untuk menjawab pertanyaan .
Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi :
 Wawancara terpimpin
Dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan
yang telah disusun.

24
 Wawancara bebas
Pada wawancara ini, terjadi Tanya jawab bebas antara pewawancara dan
responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai
pedoman. Kebaikan wawancara ini adalah responden tidak menyadari
sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai.
 Wawancara bebas terpimpin
Wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan
terpimpin. Dalam pelaksanaannya, pewawancara membawa pedoman yang
hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
3. Pengamatan (Observation)
Observasu yaitu melakukan pengamatan secara langsung keobjek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila
objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia fenomena alam
(kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan
responden kecil.
4. Tes (test)
Tes sebagai instrument pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan
atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan,
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok .
Ada beberapa macam tes intrumen pengumpul data, antara lain :
 Tes kepribadian adalah tes yang digunakan untuk mengungkapkan
kepribadian seseorang.
 Tes bakat adalah tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui
bakat seseorang.
 Tes presentasi adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang setelah mempelajari sesuatu.
 Tes intelegensi adalah tes yang digunakan untuk membuat penaksiran atau
perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan
berbagai tugas kepada orang yang diukur intelegensinya.

25
 Tes sikap adalah tes yang digunakan untuk mengadakan pengukuran
terhadap berbagai sikap seseorang.
D. Teknik Pengolahan Data
1. Pengujian validitas instrument
Berkaitan dengan pengujjian validitas instrument Arikunto dalam Buchari
(2004) menjelaskan bahwa oyang dimaksud dengan validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat keandaian atau kesahilan suatu alat
ukur.jika instrument dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data itu sehingga valid berarti instrument
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dari pengertian itu dapat di artikan secara lebih luwes lagi bahwa valid itu
mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Misalnya timbangan yang
valid dapat digunakan untuk mengukur berat, karena timbangan memang
pas untuk mengukur berat baik badan, beras, daging dan lain – lain.
Timbangan menjadi tidak valid ketika buat mengukur panjang atau jarak
tempuh. Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam
pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid (saheh).
Untuk menguji validitas – validitas konstruksi (construct validity), dapat
digunakan pendapat dari ahli (judgment experts).
Instrumen yang disetujui para ahli dicobakan pada sampel dari
mana populasi di ambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka
pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu
dengan mengkorelasikan antara skor item instrument dengan rumus
Pearson Product.
E. Teknik Analisis Data
1. Persiapan Analisis Data
Setelah data yang dikumpulkan terkumpul, langkah awal yag dilakukan
peneliti adalah memriksa kembali apakah seluruh data yang dikumpulkan telah
terkumpul dengan lengkap. Jika data telah lengkap, langkh berikutnya adalah
memeriksa semua instrument yang telah terisi, melakukan koding sesuai dengan

26
ketentuan yang telah ditetapkan, menetapkan skor masing-masing item,
membuat table-tabel sesuai dengan kebutuhan.
Tahap editing dilaksanakan untuk memeriksa berbagai instrument yang telah
diedarkan. Interviewer yang melaksanakan tugas dilapangan menyatakan bahwa
semua instrument yang diperoleh dilapangan telah diperiksa. Oleh karenanya
editing sebagai upaya untuk menguji kembali ketelitian dan ketekunan
interviewer dalam melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini, editing perlu
memeriksa apakah:
 Data yang dihimpun sudah akurat?
 Data sudah kosisten sesuai dengan fakta yang ada?
 Keseragaman dalam pemasukan/ pemberian tanda dari kriteria jawaban?
 Semua data sudah lengkap?
Dengan menjawab ke empat pertanyaan tersebut, dapat dilanjutkan pen-
skoran dan pentabulasian data.
Proses pengkodean adalah suatu proses pemberian tanda dengan angka atau
symbol atau semua jawababn yang terdapat dalam instrument. Semua jawaban
responden atas instrument diberikan angka sesuai dengan panduan yang diatur
pada saat mendesain instrument. Setelah itu dilakukan pengelompokkan data
berdasarkan penyusunan data dala berbagai table. Dengan pengelompokan data
yang diperlukan data asli tidak dapat lagi terlihat, akan tetapi tahaan ini akan
dapat memmudahkan penganalisian data. Katergorisasi ini akan memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Terdapat 4 hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penusunan data yaitu hanya memasukan data yang :
 Terpenting dan dibutuhkan
 Objektif
 Autentik
 Informasi yang sesungguhnya, buka kesan pribadi informal.
F. Tempat dan Jadwal Penelitian
Pada bagian ini menguraikan tentang tempat penelitian yang sedang
dilakukan sesuai dengan lokasi penelitian (misalnya : provinsi, kabupaten/kota,

27
kecematan, kelurahan, dinas, lembaga, perusahaan, laboratorium, instansi, sekolah
, dll). Supaya proses penelitian dapat dikendalikan dan selesai dalam waktu yang
telah ditentukan.
Bersamaan dengan tempat atau lokasi penelitian perlu juga dilengkapi
dengan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam jadwal berisi kegiatan apa
saja yang akan dikerjakan, dan berap lama akan dilakukan.

28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Metode disini menjelaskan tentang metode apa yang digunakan dalam
penelitian. Metode penelitian dapat berbentuk : metode penelitian survey,
ex post facto, eksperimen, naturalistic, policy research, penelitian
tindakan, evaluasi dan sejarah.
2. Populasi adalah obyek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karateristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian
ditarik kesimpulannya.Sedangkan Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
3. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik
pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat
data yang valid dan reliable. Jangan semua teknik pengumpulan data
(angket, observasi, wawancara) dicantumkan kalau sekiranya tidak dapat
dilaksanakan.
4. Teknik pengolahan data terbagi atas : Pengujian validitas instrument,
pengujian reliabilitas instrument, pengujian persyaratan analisis.
5. Analisis data menjadi bagian penting sebab sebaik apapun data yang
peroleh jika tidak dianalisis dengan metode yang tepat maka tidak akan
dapat memberikan kesimpualn yang baik dan tepat.
6. Tempat dan jadwal penelitian menguraikan tentang Tempat penelitian
yang sedang dilakukan sesuai dengan lokasi penelitian. Supaya proses
penelitian dapat dikendalikan dan selesai dalam waktu yang telah
ditentukan.
A. Saran
Penulis meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
tentunya penulis sangat mengharapkan adanya tanggapan dari para pembaca
sekalian. Semoga tulisan ini memberikan manfaat terhadap pengembangan Pola
Bindalmin di lingkungan Peradilan Agama pada era peradilan modern saat ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

Sinambela Lijan Poltak, 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. PT Graha Ilmu.


Yogyakarta.

Alma Buchari. 2004. Belajar Mudah Pelnelitian untuk Guru –Karyawan dan
peneliti Pemula. PT Alfa Beta. Bandung

Anonym. 2015. Kelebihan dan Kelemahan Survey

Anda mungkin juga menyukai