Mutiah1*, Sundari 1
1*Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka
1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas
Terbuka
E-mail : tiaifanynasution12@gmail.comSundaridedy@gamil.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan hasil belajar kognitif pada
mata pelajaran IPA pada peserta didik dengan metode outdoor study di sekolah dasar. Jenis
Penelitian ini adalah penelitian tindkaan kelas dengan 2 siklus. Teknik pengumpulan data meliputi
observasi dan evaluasi. Penelitian dilakukan dengan melibatkan siswa kelas IV SDN 155/V yang
terletak dikelurahan Muara Danau Renah Mendaluh. Penelitian ini menggunakan metodologi yang
terdiri dari emapat tahap : persiapan, tindakan, penialaian, dan refleksi. Metodologi ini didasarkan
pada Kimmis dan Mc.Taggart. prosedur memperoleh data termasuk berbagai alat yang berbeda,
meliputi lembar tanggapan observasi, angket, dan tes. Setelah intervensi siklus I, hanya 62,50
persen siswa yang telah mencapai kentutasan belajar klasikal, dan hanya enam siswa yang
memperoleh nilai dibawah 75. Tindakan perbaikan siklus II, 14 siswa mampu meningkatkan
pemahamannya. Pendidikan klasikal menjadi lebih dari 87,50 persen selama siklus II. Disimpulkan
bahwa penelitian pembelajaran melalui penereapan metode outdoor study pada pesrta didik kelas
IV dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran pada guru dan peserta didik.
Kata Kunci: hasil belajar IPA. metode, outdoor study, sekolah dasar
ABSTRAK
Research is being conducted in the classroom at the moment. This type of research aims to describe
efforts to improve cognitive learning outocomes in science subjects for students using the outdoor
study method in elementary schools.This type of research includes observation and evaluation. The
research was conducted by involing fourth grade students at SDN 155/V which is located in Muara
Danau Renah Mendaluh Village. This study uses a methodology consisting of four stages: 1)
preparation, 2) action, 3) assesment and 4) reflection. This methodology is based on Kimmis and
MC. Taggart. Procedures for obtaining data include a variety of different tools, including
observation response sheets, questionnaires, and test. After the first cycle of intervention, only
62.50 percent of students had achiaved complete clasisical learning, and only six students scored
below 75. Cycle II corrective action, 14 students were able to increase their understanding.
Classical education became more than 87.50 percent during cycle II. It was concluded that
learning research through the application of the outdoor study method to fourth grade students
culd increase learning activities for teacghers and students.
Keywords: Science learning outcomes, methods, outdoor study, elementary school
2
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan alam yaitu usaha manusia dalam memahami alam semesta dengan
pengamatan, proses, dan penalaran yang akurat untuk mencapai suatu kesimpulan.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar membantu peserta didik dalam memhami ide atau
aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari pendidikan IPA harus memasukkan dan
mengkombinasikan ide- ide ilmiah serta pendekatan pembelajaran. (Sarwanto, 2014).
Menurut Setiyoroni. (2018) pembelajaran IPA yaitu pembelajaran yang metodis tentang
lingkungan alam dengan mengumpulkan data dari kejadian alam. Pembelajaran adalah suatu
sistem yang yang memmuat beberapa komponen yang utama pada suatu pembelajaran yaitu
peserta didik sebagai subjek belajar dan guru sebagai fasilitator untuk melaksanakan
aktivitas dan mengkatkan hasil pembelajaran. (Erwin Widiasworo, 2017).
Berdasarkan penemuan dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti bersama
guru mata pelajaran IPA kelas IV di Sekolah Dasar Muara Danau selama berlangsung
proses belajar mengajar ditemukan bawa peserta didik kurang aktif dalam proses
pembelajaran dikarenakan guru tidak menggunakan media ataupun model pembelajaran
yang bisa menarik minat belajar peserta didik agar bersemangat didalam proses
pembelajaran sehingga peserta didik kurang aktif dalam penanggapi permasalahan IPA yang
memiliki dampak pada kemampuan kognitif peserta didik. Menurut Evayani (2020), bahwa
metode outdoor dapat dikatakan efektif dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar peserta didik .
Penelitian dan instruktur Kelas IPA di Muara Danau, Kecamatan Renah Mendaluh,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat menemukan rata-rata nilai ujian peserta didik masih di
bawah nilai minimum yang ditetapkan sekolah yaitu: antara 68 dan 73. Hal ini terbukti
menjadi kasus ketika membandingkan hasil peserta didik dengan ambang minimal. Pada
ulangan tengah semester dan akhir semester ada total 16 peserta didik, tujuh peserta didik
tersebut mencapai nilai lebih tinggi dari kriteria ketuntasan (43,75 persen), sedangkan
Sembilan peserta didik lainnya memilki nilai lebih rendah dari batas ketuntasan (56,25
persen). Masalah yang dihadapi peserta didik metode yang dilakukan guru terlalu monoton
dengan cermah, kemudian guru kurang kreatif dalam menyajikan media pembelajaran.
Agar metode dan hasil pembelajaran IPA di lokasi ini dapat memenuhi standar yang telah
ditetapkan tentu masalah ini memrlukan solusi.
3
Penggunaan metode outdoor study sudah ada yan meneliti sebelumnya, di antaranya :
(1) Sarwanto (2014) karakteristik pembelajaran IPA; (2) Asiah & Mintohori (2014)
penerapan metode outdoor agtivity dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil
belajar siswa sekolah dasar; (3) Hikmah (2022) penerapan outdoor untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada muatan pelajaran SBDP di sekolah dasar; (4) Ediyanto (2019)
peningkatan kerja sama dan hasil belajar kognitif mata pelajaran IPA dengan metode
outdoor study, (5) Husamah (2013) pembelajaran luar kelas outdoor learning.
Penelitian sekarang berbeda dengan penelitian terdahulu yang relevan, kebaharuan
pada penelitian adalah subyeknya peserta didik kelas IV sekolah dasar, pembelajaran IPA,
metode outdoor study sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar pada peserta
didik. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis peningkatan proses
dan hasil belajar IPA dengan menggunakan metode outdoor study bagi peserta didik kelas
IV sekolah dasar.
METODE PENELITIAN
Sudjana, (2013)
Keterangan :
NP = Nilai Rata-
rata Σ = Jumlah
Nilai
N = Jumlah peserta didik yang hadir mengikuti tes
NP = NS X 100%
n
Keterangan :
NP = Ketuntasan Belajar Klasikal
NS = Jumlah Peserta Didik yang mendapat nilai 7.5 ke
atas N = Jumlah Peserta didik yang hadir mengikuti tes
Hasil belajar kognitif peserta didik yang menggunakan alat penilaian IPA terbukti
meningkat ketika mengikuti kegiatan outdoor eduction. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
pengalaman yang diperoleh dalam setting alami untuk bertujuan untuk menyajikan
informasi dengan cara yang jelas dan sederhana. Dalam pertemuan yang berlangsung setiap
minggu, kegiatan yang membentuk setiap siklus pembelajran di bahas. Pada akhir setiap
iterasi, evaluasi dilakukan. Akademisi berpartisipasi dalam refleksi diri setelah kesimpulan
dari setiap siklus untuk meningkatkan proses belajar sebelum siklus berikutnya.
Siklus I
Perencanaan
Sebelum melakukan tindakan apapun, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan strategi
dengan melakukan percakapan tentang hal itu dengan pengamatan luar, yang juga salah satu
guru kelas redaman. Adalah peserta. Mereka sampai pada keputusan tentang keterampilan
dasar dan sumber daya yang harus digunakan dalam pelaksanaan proyek.
5
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dilaksanakan pada semester genap, Adapun
materi yang diajarkan yaitu mendiskripsikan hubungan antara struktur dan fungsi bagian
tumbuhan. Pelaksanaan tindakan ini mempunyai tiga tahap kegiatan, kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir yaitu sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal (15 menit)
Kegiatan di awal dengan menyambutan teman sekelas dan penataan kelas,
dilanjutkan dengan doa bersama yang didasari oleh keyakinan masing-masing, dan
di akhiri dengan absensi kelas. Peserta didik, menyanyikan lagu wajib bersama
peserta didk, selanjutnya membentuk kelompok menyampaiakan materi pelajaran
pada hari ini.
Kegiatan Inti (45 menit)
Kegiatan inti ini yang dilaksanakan oleh guru terutama menunjukan bagian
tanaman yang digunakan dalam meyampaikanmateri struktur dan fungsi bagian
tumbuhan. Dalammeyampaikanmateri guru menggunakan metode outdoor studi.
2) Kegiatan Penutup (15 menit)
Kegiatan penutup ini dilakukan oleh guru dan peserta didik dengan menarik
kesimpulan atas materi serta tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan.
Pengamatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari catatan observasi peserta didik dan instruktur.
Desain instruksional ini memasukkan tiga fase aktivitas kedalam proses pembelajaran, awal,
tengah, dan akhir. Sedangkan menurut Andini (2018), rumus berikut dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai median:
Penentuan Skor = jumlah skor yang diperoleh x 100%
Jumlah 1061
Rata-rata 66,3
6
Tabel 1 tentang hasil tes dia atas menunjukkan bahwa terdapat 6 orang yang mencapai
dengan nilai 76 sampai 85 jika persentasekan 37,50%, dan terdapat 10 orang yang
memperoleh kriteria kurang dengan nilai dari 45 sampai 75 jika dipersentasekan 62,50%.
Maka dapat disimpulkan pelaksanaan pembelejaran siklus I sebelum sepenuhnya berhasil
meskipun telah ada peningkatan. Hal ini dibuktikan oleh hasil tes yang dieroleh yang masih
banyak dibawah kriteria yang di tetapkan yaitu bahwa nilai 75, jika dipersentasekan hanya
62,50% peserta didik yang memperoleh nilai kriteria yang ditetapkan yaitu 75
8 LZ 45 48 93 46,5 B. Tuntas
9 WF 75 80 155 77,5 Tuntas
10 MI 40 50 90 45 B. Tuntas
11 HB 48 55 103 51,5 B. Tuntas
Refleksi
Dari temuan ujian yang diberikan diawal semester dan percakapan selanjutnya yang
7
terjadi antara pengajar dan peserta didik, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
penyampaian materi melalui pembelajaran dengan menggunakan teknik outdoor study sudah
sesuai dengan rencana. Jika perkiraan waktu yang digunakan terlalu singkat. Baik
akademisi maupun pegamat luar berpendapat bahwa lebih banyak waktu harus dihabiskan
untuk pelaksanaan pendidikan semacam ini. Hasil pengujian siklus pertama juga
mengungkapkan bahwa peserta didik belum sepenuhnya menguasai materi yang diajarkan di
kelas. Selain itu, instruktur terus mengalami kesulitan mengatur ruang kelas mereka peserta
didik terpilih terus bertengkar satu sama lain.
2. Siklus II
Perencanaan
Sebelum mengambil kepusan, menurut Muafiah & Nandu (2023) para cendikiawan
sudah menyampaiakan kemungkinan untuk melanjutkan pembicaraan dengan guru kelas
menetukan sumber daya mana yang akan digunakan beberapa kali selama proses
implementasi dan menemukan keterampilan kritis. Pada pengajaran siklus kedua,peserta
didik pendapatkan pemahaman tentang dasar-dasar pengembnagan tanaman melalui kerja
lapangan. Berikut ini adalah daftar indikasi yang diinginkan untuk mengambil tindakan
selama siklus kedua:
1) Menentukan isi perangkat tumbuhan dan peran masing- masing unsur dalam
operasi tumbuhan secara keseluruhan.
Kegiatan yang membentuk siklus kedua akan berlangsung sepanjang semester musim
gugur ini. Informasi yang digunakan dalam latihan ini dipusatkan pada peran yang
dimainkan oleh berbagai komponen tumbuhan, dan tindakan tersebut di pecah menjadi tiga
tahap: awal, tengah, dan kesimpulan, membahas hasil dari siklus refleksi pertama. Ini
termasuk memprediksi jumlah waktu yang dioerlakukan untuk melakukan teknik belajar
diluar ruangan, memusatkan perhatian peserta didik, dan topic serupa lainnya.
Pengamatan
Dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari survey guru dan siswa, kita dapat
menyimpulkan bahwa persentase peserta didik yang lulus standar kemampuan kognitif pada
8
menunjukkan bahwa kemampuan belajar IPA peserta didik meningkat antara siklus I dan II.
Selain itu, layak untuk mendapatkan nilai 70 untuk kategori Tanpa Tumps dengan meminta
total dua orang membayar tariff pajak sebesar 12,50%.
Refleksi
Siklus refleksi kedua berpokus pada tiga aspek utama dari situasi. Sebagai permulan.
Aktivitas guru siklus II telah berhasil mencapai setiap indicator yang ditetapkan pada
cakrawala pengamatan secara keseluruhan. Namun, yang sudah termasuk kategori “baik”
perlu diperkuat dan dipertahankan agar tetap bertahan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
proses pebelajaran secara keseleruhan telah meningkat dan tidak ada bidang lain yang dapat
ditingkatkan. Kedua, keseluruhan aktivitas dasar pengamatan peserta didik sekolah dasar
pada siklus kedua juga telah memenuhi atau melampaui semua metric yang ditentukan
9
mendidik peserta didik di usia sekolah dasar (sekitar usia 6 hingga 12 tahun), instruktur
harus lebih berkonsentrasi pada pendekatan pengajaran yang memungkinkan anak terlibat
secara aktif dalam peroses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki apakah
kepercayaan tersebut benar atau tidak. Karena itu, peserta didik akan lebih mudah
mempelajari konten Karena akan lebih mudah bagi mereka untuk membuat hubungan antara
ide-ide abstrak dan situasi nyata.
100.00
%
90.00%
87.50
80.00% %
70.00%
60.00% 62.50
%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00% siklus I siklus II
SIKLUS I Siklus II
Column1
professor mereka.
Siklus 1 tuntas
14
14 Siklus 1 tidak
12 Siklus 2 Tuntas
8 10 Siklus 2 Tidak
6
6
4
2
2
0
Tuntas Tidak Tuntas Tidak
Siklus I Siklus II
Berdasarkan data ini, kita dapat menyimpulkan bahwa kualitas evaluasi pengetahuan
yang diperoleh peserta didik meningkat dari siklus pertama ke siklus kedua. Peningkatan
nilai kognitif ini tidak lepas dari upaya yang dilakukan instruktur untuk meningkatkan
pembelajaran yang tidak terlaksana dengan baik pada siklus I. meneliti prestasi peserta
didik pada tes selama siklus I dan II.Berdasarkan data tersebut terdapat peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Senada dengan Sarwanto (2014); Asiah & Mintohori (2014); Husmah
(2013); Ediyanto (2019); Hikmah (2022) yang menyatakan bahwa dengan melakukan
metode outdoor Study yang di terapkan oleh guru dalam pembelajaran IPA dapat
menghasilkan hasil belajar peserta didik meningkat. Kelebihan metode outdoor study mudah
diterapkan, tidak menyulitkan dan menambah wawasan dalam pembelajaran, serta tidak
membosankan bagi peserta didik, sehingga akan lebih cepat merespon materi yang teah
disampaiakan dan memenuhi tujuan dari pembelajaran tersebut. Dan pada materi yang
terdahulu dengan peneliti yang sekarang berbeda penyampain dan tingkat kesulitan atau
masalah yang dihdapi peserta didik pada setiap jenjangnya berbeda.
KESIMPULAN
12
Dari siklus pertama kesiklus kedua, kegiatan pembelajaran, termasuk instruktur dan
peserta didik, sangat diperluas yang memungkinkan mereka memenuhi persyaratan untuk
kategori terbaik. Pendidikan Pemanfaatan metode outdoor study dapat meningkatkan hasil
belajar kognitif pada mata pelajaran IPA pada peserta didik di sekolah dasar, dibuktikan nilai rata-
rata tes pada siklus I adalah 66,31% sedangkan nilai tes prediksi adalah 62,50%, meningkat
pada hasil belajar siklus II nilai rata-rata tes adalah 91,25% sedangkan nilai tes proyeksi
adalah 87,50%.
Hendaknya dalam memperbaikipebelajaran guru juga perlu memahami kesulitan
yang di alami peserta didik dalam proses belajar mengajar. Semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi guru dalam pembelajaran IPA materi penyajian dan data dan
diharapkan dengan adanya alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam peningkatan
pehaman konsep materi penyajian data sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA
Husamah, (2013). Pembelajaran Luar Kelas (Outdor Learning). In Prestasi Pustaka Raya
Andini, Nisye Frisca. (2018). Pengaruh Pembelajaran Outdoor Study Terhadap Sikap Kepedulian
Lingkungan bagi Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi STKIP Ahlusunnah
bukittinggi Jurnal Kepemenpinan dan Pengurusan Sekolah,3(2), 109-118 https;//
dx.doi.org/1034125/KP.V312.297
Evayani, N. L, P. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Metode
Outdoor dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar. Indonesian journal of
Educational development, 1(3), 391-400. https:// doi.org/10.5281/zenodo.4284193
Sarwanto. (2014). Karakteristik pembelajaran IPA. Jakarta: Kencana Media.
Nur, A. Muafiah & Nandu, Astuti, Nasrah. (2023). Metode Outdoor Learning dalam
Penerapannya Terhadap Hasil Belajar Siwa UPT SDN 49 Lappo ASE Kabupaten
Bone. Jurnal Kajian Pendidikan Dasar. 8(1), 1-12.
http//doi.org/10.26618/jkpd.v8i1.9804
Setiyorini, N, D. (2018). Pembelajaran Kontekstual IPA Melalui Outdoor Learning di SD Alam
Ar-Ridho Semarang. Journal AL-KUDARRIS, 1(1), 30-38, https: //
13
doi.org/10.32478/al-mudarris.v1i1.97
Seni, R. A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Widiasworo, Erwin. (2017). Strategi dan Metode Mengajar Siswa di Luar Kelas (outdoor
learning) Secara aktif, Kreatif, Inspiratif & Komunikatif, Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media
Hikmah, Nurul. (2022). Penerapan Outdoor untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Muatan Pelajaran SBDP di Sekolah Dasar. Jurnal Bimbingan Dan konsling. 6(2), 1-
8, https:// doi.org/10.31316/g.couns.v6i2.3468
Susanto Ahmad. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta : Prenada
Media
Mukmin, Cintami, (2018). Efektivitas Outdoor Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi
Berdasarkan Locus Of Control di SMA Kota Palembang. Jurnal Ilmu-Ilmu
Sosial. 15(2). 30-40, https://doi.org/10.21831/socio/v15i2.22675.
Widiantono, N., & Harjono, N. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Interktif Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Sd. Jurnal
Pendidikandan Kebudayaan, 7(3), 199-208.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.v7.i3.p199-2013