Anda di halaman 1dari 13

1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY


BAGI PESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR

Mutiah1*, Sundari 1
1*Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka
1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas
Terbuka

E-mail : tiaifanynasution12@gmail.comSundaridedy@gamil.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan hasil belajar kognitif pada
mata pelajaran IPA pada peserta didik dengan metode outdoor study di sekolah dasar. Jenis
Penelitian ini adalah penelitian tindkaan kelas dengan 2 siklus. Teknik pengumpulan data meliputi
observasi dan evaluasi. Penelitian dilakukan dengan melibatkan siswa kelas IV SDN 155/V yang
terletak dikelurahan Muara Danau Renah Mendaluh. Penelitian ini menggunakan metodologi yang
terdiri dari emapat tahap : persiapan, tindakan, penialaian, dan refleksi. Metodologi ini didasarkan
pada Kimmis dan Mc.Taggart. prosedur memperoleh data termasuk berbagai alat yang berbeda,
meliputi lembar tanggapan observasi, angket, dan tes. Setelah intervensi siklus I, hanya 62,50
persen siswa yang telah mencapai kentutasan belajar klasikal, dan hanya enam siswa yang
memperoleh nilai dibawah 75. Tindakan perbaikan siklus II, 14 siswa mampu meningkatkan
pemahamannya. Pendidikan klasikal menjadi lebih dari 87,50 persen selama siklus II. Disimpulkan
bahwa penelitian pembelajaran melalui penereapan metode outdoor study pada pesrta didik kelas
IV dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran pada guru dan peserta didik.

Kata Kunci: hasil belajar IPA. metode, outdoor study, sekolah dasar
ABSTRAK
Research is being conducted in the classroom at the moment. This type of research aims to describe
efforts to improve cognitive learning outocomes in science subjects for students using the outdoor
study method in elementary schools.This type of research includes observation and evaluation. The
research was conducted by involing fourth grade students at SDN 155/V which is located in Muara
Danau Renah Mendaluh Village. This study uses a methodology consisting of four stages: 1)
preparation, 2) action, 3) assesment and 4) reflection. This methodology is based on Kimmis and
MC. Taggart. Procedures for obtaining data include a variety of different tools, including
observation response sheets, questionnaires, and test. After the first cycle of intervention, only
62.50 percent of students had achiaved complete clasisical learning, and only six students scored
below 75. Cycle II corrective action, 14 students were able to increase their understanding.
Classical education became more than 87.50 percent during cycle II. It was concluded that
learning research through the application of the outdoor study method to fourth grade students
culd increase learning activities for teacghers and students.
Keywords: Science learning outcomes, methods, outdoor study, elementary school
2

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan alam yaitu usaha manusia dalam memahami alam semesta dengan
pengamatan, proses, dan penalaran yang akurat untuk mencapai suatu kesimpulan.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar membantu peserta didik dalam memhami ide atau
aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari pendidikan IPA harus memasukkan dan
mengkombinasikan ide- ide ilmiah serta pendekatan pembelajaran. (Sarwanto, 2014).
Menurut Setiyoroni. (2018) pembelajaran IPA yaitu pembelajaran yang metodis tentang
lingkungan alam dengan mengumpulkan data dari kejadian alam. Pembelajaran adalah suatu
sistem yang yang memmuat beberapa komponen yang utama pada suatu pembelajaran yaitu
peserta didik sebagai subjek belajar dan guru sebagai fasilitator untuk melaksanakan
aktivitas dan mengkatkan hasil pembelajaran. (Erwin Widiasworo, 2017).
Berdasarkan penemuan dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti bersama
guru mata pelajaran IPA kelas IV di Sekolah Dasar Muara Danau selama berlangsung
proses belajar mengajar ditemukan bawa peserta didik kurang aktif dalam proses
pembelajaran dikarenakan guru tidak menggunakan media ataupun model pembelajaran
yang bisa menarik minat belajar peserta didik agar bersemangat didalam proses
pembelajaran sehingga peserta didik kurang aktif dalam penanggapi permasalahan IPA yang
memiliki dampak pada kemampuan kognitif peserta didik. Menurut Evayani (2020), bahwa
metode outdoor dapat dikatakan efektif dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar peserta didik .
Penelitian dan instruktur Kelas IPA di Muara Danau, Kecamatan Renah Mendaluh,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat menemukan rata-rata nilai ujian peserta didik masih di
bawah nilai minimum yang ditetapkan sekolah yaitu: antara 68 dan 73. Hal ini terbukti
menjadi kasus ketika membandingkan hasil peserta didik dengan ambang minimal. Pada
ulangan tengah semester dan akhir semester ada total 16 peserta didik, tujuh peserta didik
tersebut mencapai nilai lebih tinggi dari kriteria ketuntasan (43,75 persen), sedangkan
Sembilan peserta didik lainnya memilki nilai lebih rendah dari batas ketuntasan (56,25
persen). Masalah yang dihadapi peserta didik metode yang dilakukan guru terlalu monoton
dengan cermah, kemudian guru kurang kreatif dalam menyajikan media pembelajaran.
Agar metode dan hasil pembelajaran IPA di lokasi ini dapat memenuhi standar yang telah
ditetapkan tentu masalah ini memrlukan solusi.
3

Penggunaan metode outdoor study sudah ada yan meneliti sebelumnya, di antaranya :
(1) Sarwanto (2014) karakteristik pembelajaran IPA; (2) Asiah & Mintohori (2014)
penerapan metode outdoor agtivity dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil
belajar siswa sekolah dasar; (3) Hikmah (2022) penerapan outdoor untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada muatan pelajaran SBDP di sekolah dasar; (4) Ediyanto (2019)
peningkatan kerja sama dan hasil belajar kognitif mata pelajaran IPA dengan metode
outdoor study, (5) Husamah (2013) pembelajaran luar kelas outdoor learning.
Penelitian sekarang berbeda dengan penelitian terdahulu yang relevan, kebaharuan
pada penelitian adalah subyeknya peserta didik kelas IV sekolah dasar, pembelajaran IPA,
metode outdoor study sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar pada peserta
didik. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis peningkatan proses
dan hasil belajar IPA dengan menggunakan metode outdoor study bagi peserta didik kelas
IV sekolah dasar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metodologi yang dikenal sebagai penelitian berbasis


kelas, serta strategi penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC Taggart menurut
Thaniredja (2017), prosedur desain untuk Kemmis dan MC Taggart terdiri dari empat tahap:
tahap brainstotming, tahap menggabar, tahap meneliti, dan tahap penyempurnaan.
Penelitian ini dilakukan di SDN 155/V Muara Danau Kecamatan Renah Mendaluh.
Ini akan di mulai pada bulan April dan berlanjut hingga tanggal 30 bulan April yang
sama untuk mencapai kesimpulannya. Partisipan dalam penelitian ini adalah 16 anak kelas
IV SDN 155/V di lingkungan masyarakat Muara Danau selama tahun pelajaran 2023.
Selama ini, penekanan penelitian ini adalah bagaimana peserta didik kelas IV di SDN
155/V Muara Danau mendapat manfaat dari penerapan pendekatan outdoor study. Hasil
ujian standar pengetahuan peserta didik terdiri dari pertanyaan dengan jawaban pilihan
ganda menjadi sumber informasi utama untuk penelitian ini. Setelah di peroleh dari ujian
peserta didik, data nilai ujian mereka kemudian di periksa secara deskriptif. Tes akhir siklus
untuk unit tata bahasa terakhir setiap siklus terdiri dari pertanyaan pilihan ganda dan jawan
singkat. Menurut Hikmah (2022), akademis dapat menggunakan rubrik untuk mengevaluasi
kualitas pengajaran ketika mereka menilai data yang berkaitan dengan kinerja peserta didik.
Nilai Rata-rata
NP = Σ N
4

Sudjana, (2013)
Keterangan :
NP = Nilai Rata-
rata Σ = Jumlah
Nilai
N = Jumlah peserta didik yang hadir mengikuti tes

Pesentase Ketuntasan Belajar Klasikal

NP = NS X 100%

n
Keterangan :
NP = Ketuntasan Belajar Klasikal
NS = Jumlah Peserta Didik yang mendapat nilai 7.5 ke
atas N = Jumlah Peserta didik yang hadir mengikuti tes

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar kognitif peserta didik yang menggunakan alat penilaian IPA terbukti
meningkat ketika mengikuti kegiatan outdoor eduction. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
pengalaman yang diperoleh dalam setting alami untuk bertujuan untuk menyajikan
informasi dengan cara yang jelas dan sederhana. Dalam pertemuan yang berlangsung setiap
minggu, kegiatan yang membentuk setiap siklus pembelajran di bahas. Pada akhir setiap
iterasi, evaluasi dilakukan. Akademisi berpartisipasi dalam refleksi diri setelah kesimpulan
dari setiap siklus untuk meningkatkan proses belajar sebelum siklus berikutnya.
Siklus I
Perencanaan
Sebelum melakukan tindakan apapun, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan strategi
dengan melakukan percakapan tentang hal itu dengan pengamatan luar, yang juga salah satu
guru kelas redaman. Adalah peserta. Mereka sampai pada keputusan tentang keterampilan
dasar dan sumber daya yang harus digunakan dalam pelaksanaan proyek.
5

Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dilaksanakan pada semester genap, Adapun
materi yang diajarkan yaitu mendiskripsikan hubungan antara struktur dan fungsi bagian
tumbuhan. Pelaksanaan tindakan ini mempunyai tiga tahap kegiatan, kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir yaitu sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal (15 menit)
Kegiatan di awal dengan menyambutan teman sekelas dan penataan kelas,
dilanjutkan dengan doa bersama yang didasari oleh keyakinan masing-masing, dan
di akhiri dengan absensi kelas. Peserta didik, menyanyikan lagu wajib bersama
peserta didk, selanjutnya membentuk kelompok menyampaiakan materi pelajaran
pada hari ini.
Kegiatan Inti (45 menit)

Kegiatan inti ini yang dilaksanakan oleh guru terutama menunjukan bagian
tanaman yang digunakan dalam meyampaikanmateri struktur dan fungsi bagian
tumbuhan. Dalammeyampaikanmateri guru menggunakan metode outdoor studi.
2) Kegiatan Penutup (15 menit)
Kegiatan penutup ini dilakukan oleh guru dan peserta didik dengan menarik
kesimpulan atas materi serta tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan.

Pengamatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari catatan observasi peserta didik dan instruktur.
Desain instruksional ini memasukkan tiga fase aktivitas kedalam proses pembelajaran, awal,
tengah, dan akhir. Sedangkan menurut Andini (2018), rumus berikut dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai median:
Penentuan Skor = jumlah skor yang diperoleh x 100%

Jumlah skor maksimal


Berdasarkan hasil survey yang diberikan kepada peserta didik, diketahui bahwa siklus
ini memakan waktu sekitar 40,5% dari total waktu belajar peserta didik. Mengingat fakta
bahwa tindakan yang termasuk dalam siklus-I dilakukan, temuan berikut dapat diperoleh
dari evaluasi kami terhadap kecakapan akademik peserta didik:

Jumlah 1061
Rata-rata 66,3
6

Tabel 1 tentang hasil tes dia atas menunjukkan bahwa terdapat 6 orang yang mencapai
dengan nilai 76 sampai 85 jika persentasekan 37,50%, dan terdapat 10 orang yang
memperoleh kriteria kurang dengan nilai dari 45 sampai 75 jika dipersentasekan 62,50%.
Maka dapat disimpulkan pelaksanaan pembelejaran siklus I sebelum sepenuhnya berhasil
meskipun telah ada peningkatan. Hal ini dibuktikan oleh hasil tes yang dieroleh yang masih
banyak dibawah kriteria yang di tetapkan yaitu bahwa nilai 75, jika dipersentasekan hanya
62,50% peserta didik yang memperoleh nilai kriteria yang ditetapkan yaitu 75

Tabel 1 Hasil Tes Peserta Didik pembelajaran IPA pada Siklus 1

No Nama Nilai Jumlah Rata-rata Keterangan


P1 P2

1 HZ 75 82 157 78,5 Tuntas


2 AF 60 70 130 65 B. Tuntas
3 NS 50 60 110 55 B. Tuntas
4 LA 85 86 171 85,5 Tuntas
5 NR 65 63 128 64 B. Tuntas

6 NZ 85 80 165 82,5 . Tuntas


7 SP 55 50 105 52,5 B. Tuntas

8 LZ 45 48 93 46,5 B. Tuntas
9 WF 75 80 155 77,5 Tuntas

10 MI 40 50 90 45 B. Tuntas
11 HB 48 55 103 51,5 B. Tuntas

12 ZS 75 80 155 77,5 Tuntas


13 MIL 60 65 125 62,5 B. Tuntas
14 FI 65 70 135 67,5 B. Tuntas
15 NN 90 85 175 87,5 Tuntas
16 RR 60 65 125 62,5 B. Tuntas

Refleksi

Dari temuan ujian yang diberikan diawal semester dan percakapan selanjutnya yang
7

terjadi antara pengajar dan peserta didik, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
penyampaian materi melalui pembelajaran dengan menggunakan teknik outdoor study sudah
sesuai dengan rencana. Jika perkiraan waktu yang digunakan terlalu singkat. Baik
akademisi maupun pegamat luar berpendapat bahwa lebih banyak waktu harus dihabiskan
untuk pelaksanaan pendidikan semacam ini. Hasil pengujian siklus pertama juga
mengungkapkan bahwa peserta didik belum sepenuhnya menguasai materi yang diajarkan di
kelas. Selain itu, instruktur terus mengalami kesulitan mengatur ruang kelas mereka peserta
didik terpilih terus bertengkar satu sama lain.

2. Siklus II

Perencanaan

Sebelum mengambil kepusan, menurut Muafiah & Nandu (2023) para cendikiawan
sudah menyampaiakan kemungkinan untuk melanjutkan pembicaraan dengan guru kelas
menetukan sumber daya mana yang akan digunakan beberapa kali selama proses
implementasi dan menemukan keterampilan kritis. Pada pengajaran siklus kedua,peserta
didik pendapatkan pemahaman tentang dasar-dasar pengembnagan tanaman melalui kerja
lapangan. Berikut ini adalah daftar indikasi yang diinginkan untuk mengambil tindakan
selama siklus kedua:

1) Menentukan isi perangkat tumbuhan dan peran masing- masing unsur dalam
operasi tumbuhan secara keseluruhan.

2) Mengidentifikasi banyak komponen tumbuhan batang dan peran yang


dimainkannya bagi tumnuhan secara keseluruhan.
Pelaksanaan

Kegiatan yang membentuk siklus kedua akan berlangsung sepanjang semester musim
gugur ini. Informasi yang digunakan dalam latihan ini dipusatkan pada peran yang
dimainkan oleh berbagai komponen tumbuhan, dan tindakan tersebut di pecah menjadi tiga
tahap: awal, tengah, dan kesimpulan, membahas hasil dari siklus refleksi pertama. Ini
termasuk memprediksi jumlah waktu yang dioerlakukan untuk melakukan teknik belajar
diluar ruangan, memusatkan perhatian peserta didik, dan topic serupa lainnya.
Pengamatan

Dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari survey guru dan siswa, kita dapat
menyimpulkan bahwa persentase peserta didik yang lulus standar kemampuan kognitif pada
8

siklus 2 jauh lebih tinggi daripada siklus 1 dan pembelajaran Pra-Sekunder.

Tabel 2 Kemampuan belar Siklus II

No Nama Nilai Jumlah Rata-rata Keterangan


P1 P2
Hasil pengujian siklus kedua menunjukkan bahwa kemampuan belajar IPA peserta
1 HZ 90 80 170 85 Tuntas
didik meningkat
2 AF 60 80 140 70 B. Tuntas
anatar siklus
3 NS 80 80 170 85 Tuntas
pertama dan kedua
4 LA 100 100 200 100 Tuntas
lihat tabel 5 NR 100 100 200 100 Tuntas di atas
untuk 6 NZ 100 100 200 100 . Tuntas rinciannya,
14 peserta 7 SP 100 100 200 100 Tuntas didik
mendap 8 LZ 90 90 180 90 Tuntas skor 85
9 WF 100 100 200 100 Tuntas
atau lebih pada ujian
10 MI 80 100 180 90 Tuntas
dari siklus kedua,
11 HB 80 100 180 90 Tuntas
yaiyu 87,5 12 ZS 100 80 180 100 Tuntas persen.
Hasil 13 MIL 60 80 140 70 B. Tuntas pengujian
siklus I 14 FI 90 90 180 90 Tuntas
15 NN 90 100 190 95 Tuntas
16 RR 100 90 190 95 Tuntas
Jumlah 1460
Rata-rata 91,25

menunjukkan bahwa kemampuan belajar IPA peserta didik meningkat antara siklus I dan II.
Selain itu, layak untuk mendapatkan nilai 70 untuk kategori Tanpa Tumps dengan meminta
total dua orang membayar tariff pajak sebesar 12,50%.

Refleksi

Siklus refleksi kedua berpokus pada tiga aspek utama dari situasi. Sebagai permulan.
Aktivitas guru siklus II telah berhasil mencapai setiap indicator yang ditetapkan pada
cakrawala pengamatan secara keseluruhan. Namun, yang sudah termasuk kategori “baik”
perlu diperkuat dan dipertahankan agar tetap bertahan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
proses pebelajaran secara keseleruhan telah meningkat dan tidak ada bidang lain yang dapat
ditingkatkan. Kedua, keseluruhan aktivitas dasar pengamatan peserta didik sekolah dasar
pada siklus kedua juga telah memenuhi atau melampaui semua metric yang ditentukan
9

didalamnya. Peserta didik mendapatkan pemahaman tentang pentingnya mempertahankan


tingkat motivasi yang tinggi, mengambil bagian aktif dalam proses pembelajaran, dan
berkolaborasi dengan teman sekelas mereka. Kinerja peserta didik dalam pembelajaran TK
sampai kelas V.
Hanya ada dua mahasiswa semester dua yang belum mendapatkan hasil ujian akhir
namun emapat belas orang telah memproleh skor lebih dari 75, menghasilkan peringkat
kelas rata-rata 91,25 dan persentase kelulusan 87,50%. Standar dasar pembelajaran
Depdiknas menetapkan bahwa kurang- kurangnya tujuh puluh lima persen peserta didik
yang terdaftar pada siklus kedua kelas ini harus mencapai nilai ujian IPA tujuh puluh lima
atau lebih tinggi. Hingga dapat dilakukan penelitan tindakan kelas tentang pemanfaatan
lingkungan belajar di luar ruangan untuk mempelajari struktur dan fungsi tumbuhan.
Mengacu pada karya peneliti yang juga praktisi dan guru, serta karya instruktur kelas
yang juga pengamat, untuk menghasilkan temuan mereka. Para peneliti membuat gambar di
lihat di atas dengan menyusun data pengamatan peserta didik dari priode evaluasi pertama
dan kedua. Tujuan mereka adalah untuk menggambarkan bagaiman proses pembelajaran
meningkat selama kedua siklus. Sejalan dengan Susanto Ahmad (2013), kemajuan ini di
mungkinkan dengan penerapan kerangka pembelajaran IPA kedalam pengalaman kelas
peserta didik melalui penggunaan pembelajaran di luar ruangan. Terbukti bahwa proses
belajar di ruangan IPA telah meningkat dari sesi-sesi yang di adakan sebelum konferensi
siklus II ini.
Dapat ditarik kesimpulan, berdasarkan data yang dikumpulkan, bahwa para akademisi
yang bekerja pada siklus kedua persekolahan telah melakukan pekerjaan yang sangat baik.
Fakta bahwa metode pembelajaran dan kemampuan belajar IPA peserta didik meningkat
selama semester kedua menunjukkan hal ini. Oleh karena itu, siklus kedua dan pertemuan
kedua adalah akhir dari penyelidakan ini.
Informasi yang di kumpulkan oleh instruktur dan mahasiswa selama dua semester
akademik akhir menunjukkan peningkatan pretasi yang konsisten. Pada siklus II, kegiatan
guru kategori terlaksana memproleh skor rata-rata 40,25, sedangkan kategori terlaksana
memperoleh skor 57. Sebaliknya keterlibatan peserta didik di dalam kelas meningkat dari
skor rata-rata 40,50 pada kategori kurang optimal. Pelaksanaan pada siklus I dengan skor
rat-rata 56,50 dengan kategori pelaksanaan sangat efektif pada siklus II. Hal ini merupakan
akibat langsung dari adanya peningkatan nilai rata-rata keterlibatan guru dan peserta didik
dalam proses pedagogic IPA yang menggunakan pendikatan outdoor study.
Peneitian ini sejalan dengan gagasan Mukmin & Cintamani (2018) bahwa saat
10

mendidik peserta didik di usia sekolah dasar (sekitar usia 6 hingga 12 tahun), instruktur
harus lebih berkonsentrasi pada pendekatan pengajaran yang memungkinkan anak terlibat
secara aktif dalam peroses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki apakah
kepercayaan tersebut benar atau tidak. Karena itu, peserta didik akan lebih mudah
mempelajari konten Karena akan lebih mudah bagi mereka untuk membuat hubungan antara
ide-ide abstrak dan situasi nyata.

100.00
%
90.00%
87.50
80.00% %
70.00%
60.00% 62.50
%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00% siklus I siklus II

SIKLUS I Siklus II
Column1

Gambar 1 Persentase Hasil Belajar Persiklus

Penilaian kognitif di siklus I belum mencapai tingkat pembelajaran yang di


persyaratkan secara konvensional, yaitu seekitar 62,50 persen, dan hanya enam peserta didik
dari seluruh kelas yang memperoleh skor 75 atau lebih pada evaluasi kognitif. Hal ini hal ini
terkait erat dengan fakta bahwa baik guru maupun peserta didik tidak memberikan upaya
terbaik mereka saat kelas sedang berlangsung. Kesalahan yang ditemukan pada iterasi
pertama siklus menjadi dasar untuk koreksi yang dilakukan pada iterasi kedua siklus. Dari
14 peserta didik yang memperoleh nilai 75 berdasarkan kinerjanya pada kurikulum semester
2, termasuk di antara 87,50% pesert didik yang telah mencapai kompetensi membaca dan
berhitung dasar. Nilai ini didasrkan pada kinerja peserta didik dalam kurikulum semester
kedua ujian ini di berikan menilai sejauh mana peserta didik dapat menerapkan apa yang
telah mereka pelajari di kelas; dengan memberikan ujian seperti itu, peserta didik dapat
menemukan sendiri beberapa baik mereka mengikuti intruksi yang mereka dapatkakan dari
11

professor mereka.

Siklus 1 tuntas
14
14 Siklus 1 tidak
12 Siklus 2 Tuntas
8 10 Siklus 2 Tidak
6
6
4
2
2
0
Tuntas Tidak Tuntas Tidak
Siklus I Siklus II

Gambar 2. Jumlah Ketuntasan Persiklus

Berdasarkan data ini, kita dapat menyimpulkan bahwa kualitas evaluasi pengetahuan
yang diperoleh peserta didik meningkat dari siklus pertama ke siklus kedua. Peningkatan
nilai kognitif ini tidak lepas dari upaya yang dilakukan instruktur untuk meningkatkan
pembelajaran yang tidak terlaksana dengan baik pada siklus I. meneliti prestasi peserta
didik pada tes selama siklus I dan II.Berdasarkan data tersebut terdapat peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Senada dengan Sarwanto (2014); Asiah & Mintohori (2014); Husmah
(2013); Ediyanto (2019); Hikmah (2022) yang menyatakan bahwa dengan melakukan
metode outdoor Study yang di terapkan oleh guru dalam pembelajaran IPA dapat
menghasilkan hasil belajar peserta didik meningkat. Kelebihan metode outdoor study mudah
diterapkan, tidak menyulitkan dan menambah wawasan dalam pembelajaran, serta tidak
membosankan bagi peserta didik, sehingga akan lebih cepat merespon materi yang teah
disampaiakan dan memenuhi tujuan dari pembelajaran tersebut. Dan pada materi yang
terdahulu dengan peneliti yang sekarang berbeda penyampain dan tingkat kesulitan atau
masalah yang dihdapi peserta didik pada setiap jenjangnya berbeda.
KESIMPULAN
12

Dari siklus pertama kesiklus kedua, kegiatan pembelajaran, termasuk instruktur dan
peserta didik, sangat diperluas yang memungkinkan mereka memenuhi persyaratan untuk
kategori terbaik. Pendidikan Pemanfaatan metode outdoor study dapat meningkatkan hasil
belajar kognitif pada mata pelajaran IPA pada peserta didik di sekolah dasar, dibuktikan nilai rata-
rata tes pada siklus I adalah 66,31% sedangkan nilai tes prediksi adalah 62,50%, meningkat
pada hasil belajar siklus II nilai rata-rata tes adalah 91,25% sedangkan nilai tes proyeksi
adalah 87,50%.
Hendaknya dalam memperbaikipebelajaran guru juga perlu memahami kesulitan
yang di alami peserta didik dalam proses belajar mengajar. Semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi guru dalam pembelajaran IPA materi penyajian dan data dan
diharapkan dengan adanya alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam peningkatan
pehaman konsep materi penyajian data sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih kepada ibu dosen pembimbing karya ilmiah yang telah membantu dalam
membuat artikel ini, terima kasih kepada teman-teman sejawat yang ada di SDN 155/V
Muara Danau atas support dan motivasinya dalam menyelesaikan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA
Husamah, (2013). Pembelajaran Luar Kelas (Outdor Learning). In Prestasi Pustaka Raya
Andini, Nisye Frisca. (2018). Pengaruh Pembelajaran Outdoor Study Terhadap Sikap Kepedulian
Lingkungan bagi Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi STKIP Ahlusunnah
bukittinggi Jurnal Kepemenpinan dan Pengurusan Sekolah,3(2), 109-118 https;//
dx.doi.org/1034125/KP.V312.297
Evayani, N. L, P. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Metode
Outdoor dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar. Indonesian journal of
Educational development, 1(3), 391-400. https:// doi.org/10.5281/zenodo.4284193
Sarwanto. (2014). Karakteristik pembelajaran IPA. Jakarta: Kencana Media.
Nur, A. Muafiah & Nandu, Astuti, Nasrah. (2023). Metode Outdoor Learning dalam
Penerapannya Terhadap Hasil Belajar Siwa UPT SDN 49 Lappo ASE Kabupaten
Bone. Jurnal Kajian Pendidikan Dasar. 8(1), 1-12.
http//doi.org/10.26618/jkpd.v8i1.9804
Setiyorini, N, D. (2018). Pembelajaran Kontekstual IPA Melalui Outdoor Learning di SD Alam
Ar-Ridho Semarang. Journal AL-KUDARRIS, 1(1), 30-38, https: //
13

doi.org/10.32478/al-mudarris.v1i1.97
Seni, R. A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Widiasworo, Erwin. (2017). Strategi dan Metode Mengajar Siswa di Luar Kelas (outdoor
learning) Secara aktif, Kreatif, Inspiratif & Komunikatif, Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media
Hikmah, Nurul. (2022). Penerapan Outdoor untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Muatan Pelajaran SBDP di Sekolah Dasar. Jurnal Bimbingan Dan konsling. 6(2), 1-
8, https:// doi.org/10.31316/g.couns.v6i2.3468
Susanto Ahmad. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta : Prenada
Media
Mukmin, Cintami, (2018). Efektivitas Outdoor Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi
Berdasarkan Locus Of Control di SMA Kota Palembang. Jurnal Ilmu-Ilmu
Sosial. 15(2). 30-40, https://doi.org/10.21831/socio/v15i2.22675.
Widiantono, N., & Harjono, N. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Interktif Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Sd. Jurnal
Pendidikandan Kebudayaan, 7(3), 199-208.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.v7.i3.p199-2013

Anda mungkin juga menyukai