Anda di halaman 1dari 5

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2016

Kebijakan Ekonomi

Sebanyak 14 Paket Kebijakan Ekonomi telah dikeluarkan pemerintah dari tahun 2015. Rinciannya, tahun
2015 sejumlah 8 paket kebijakan. Sedangkan sepanjang 2016 terdapat 6 paket kebijakan ekonomi yang
diterbitkan beragam dari berbagai sektor.

1. Paket Kebijakan Ekonomi IX

Awal Januari 2016 dibuka dengan diterbitnya Paket Kebijakan Ekonomi IX. Ada tiga sektor yang menjadi
fokus dari paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pada 27 Januari 2016 itu. Ketiganya adalah
percepatan pemenuhan kebutuhan listrik rakyat melalui pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan,
kestabilan pasokan dan harga daging sapi serta deregulasi logistik.

2. Paket Kebijakan Ekonomi X

Pada Februari 2016, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi X, fokusnya berupa
perlindungan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Melalui paket kebijakan ini,
pemerintah menambah 19 bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKM dan Koperasi (UMKMK)
melalui revisi Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal atau yang lebih dikenal
sebagai Daftar Negatif Investasi (DNI).

Selain itu terdapat 39 bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK, diperluas nilai pekerjaanya, dari
yang semula hanya Rp1 miliar, diperluas sampai dengan Rp50 miliar. Kegiatan itu mencakup jenis usaha
jasa konstruksi, seperti pekerjaan konstruksi untuk bangunan komersial, bangunan sarana kesehatan,
dan lain-lain.

3. Paket Kebijakan Ekonomi XI

Maret 2016, Pemerintah kembali mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi XI yang terfokus kepada
peningkatan daya saing ekspor UMKM. Hal ini ditempuh dengan cara memberikan fasilitas Kredit Usaha
Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE). Fasilitas kredit ini diberikan sebagai stimulus kepada UMKM untuk
meningkatkan daya saing produk ekspor berbasis kerakyatan. Melalui fasilitas kredit ini diharapkan
kualitas dan nilai tambah produk ekspor UMKM lebih meningkat. Selain pemberian fasilitas KURBE,
Pemerintah juga menyediakan Fasilitas Pajak Penghasilan dan Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan
Bangunan (BPHTB) Untuk Penerbitan Dana Investasi Real Estate (DIRE).

4. Paket Kebijakan Ekonomi XII

Pada April 2016, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi XII mengenai pemangkasan izin,
prosedur, waktu, dan biaya untuk kemudahan UMKM. Hal ini berangkat dari arahan Presiden
tentangpentingnya menaikkan peringkat Ease of Doing Business (EODB) atau Kemudahan Berusaha
Indonesia hingga ke posisi 40. Untuk itu harus dilakukan sejumlah perbaikan, bahkan upaya ekstra, baik
dari aspek peraturan maupun prosedur perizinan dan biaaya, agar peringkat kemudahan berusaha di
Indonesia, terutama bagi UMKM, semakin meningkat.

5. Paket Kebijakan Ekonomi XIII

Agustus 2016, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi XIII mengenai rumah murah untuk
rakyat. Hal ini sejalan dengan Program Nasional Pembangunan 1 juta rumah sebagai wujud dari butir
kedua yang tertuang dalam amanah Nawacita. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga akhir
tahun 2015 lalu, masih ada 17,3% atau sekitar 11,8 juta rumah tangga yang tinggal di hunian non milik
(sewa, kontrak, numpang, rumah dinas atau tidak memiliki rumah sama sekali). Sementara,
pengembang perumahan mewah masih banyak yang enggan menyediakan hunian menengah dan
murah karena untuk membangun hunian murah seluas 5 ha, memerlukan proses perizinan yang lama
dan biaya yang besar.

6. Paket Kebijakan Ekonomi IV

Sedangkan di November 2016, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIV yang berisi
tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik atau Roadmap E-Commerce.
Melalui paket kebijakan ini, pemerintah berharap akan tercipta sekitar 1000 technopreneur dan valuasi
bisnis kurang lebih AS$10 miliar.

https://www.hukumonline.com/berita/a/ini-paket-kebijakan-ekonomi-pemerintah-sepanjang-2016-
lt585a6838b3278

Prioritas Pembangunan Ekonomi

Kementerian PPN Bappenas menilai pertumbuhan ekonomi tahun 2016 akan lebih baik. Hal tersebut
sebagaimana yang disampaikan Direktur Keuangan Negara dan Analisa Moneter Kementerian
PPN/Bappenas Sidqy L. P. Suyitno, yang memperkirakan pada kuartal pertama tahun 2016 pertumbuhan
ekonomi Indonesia dapat berada di atas 5 persen. Sidqy mengatakan bahwa realisasi proyek-proyek
infrastruktur pada awal tahun 2016 dapat menjadi pendorong meningkatnya ekonomi domestik. Belanja
infrastruktur Pemerintah yang ada dalam APBN 2016 mencapai Rp 313 triliun dan dapat menyumbang
1,8 persen terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini. “Mestinya bisa naik. Apalagi Januari lalu,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Perhubungan sudah
bisa langsung ‘lari’, dan langsung mengerjakan proyek-proyek,” jelas Sidqy kepada wartawan, Selasa
(1/3) di Gedung Bappenas.

https://www.bappenas.go.id/id/berita/pertumbuhan-ekonomi-tahun-2016-akan-meningkat

Angka Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Indonesia tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
harga berlaku mencapai Rp12.406,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp47,96 juta atau US$3.605,1.
Ekonomi Indonesia tahun 2016 tumbuh 5,02 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun 2015 sebesar
4,88 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan
Asuransi sebesar 8,90 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah tangga sebesar 6,62 persen.

https://www.bps.go.id/pressrelease/2017/02/06/1363/ekonomi-indonesia-tahun-2016-tumbuh-5-02-
persen-lebih-tinggi-dibanding-capaian-tahun--2015--sebesar-4-88-persen.html#:~:text=US
%243.605%2C1.-,Ekonomi%20Indonesia%20tahun%202016%20tumbuh%205%2C02%20persen%20lebih
%20tinggi,dicapai%20oleh%20Komponen%20Pengeluaran%20Konsumsi

Perkembangan Inflasi

Pada Desember 2016 terjadi inflasi sebesar 0,42 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar
126,71. Dari 82 kota IHK, 78 kota mengalami inflasi dan 4 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi
di Lhokseumawe sebesar 2,25 persen dengan IHK sebesar 124,94 dan terendah terjadi di
Padangsidimpuan dan Tembilahan masing-masing sebesar 0,02 persen dengan IHK masing-masing
sebesar 125,36 dan 129,89. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,52 persen dengan
IHK sebesar 125,64 dan terendah terjadi di Tegal sebesar 0,09 persen dengan IHK sebesar 122,49.

Tingkat inflasi tahun kalender(Januari–Desember) 2016 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember
2016 terhadap Desember 2015) masing-masing sebesar 3,02 persen. Komponen inti pada Desember
2016 mengalami inflasi sebesar 0,23 persen; tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–
Desember) 2016 dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Desember 2016 terhadap Desember
2015) masing-masing sebesar 3,07 persen.

https://www.bps.go.id/pressrelease/2017/01/03/1284/desember-2016-inflasi-0-42-persen.html

Nilai Tukar Rupiah

Perekonomian Indonesia tahun 2016 terbilang cukup kondusif di tengah ketidakpastian global. Mengacu
data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada 1 Januari berada di level 13.830, setelah pada penghujung 2015
ditutup di level 13.788. Pada 20 Januari yang ada di level 13.964. Hingga pada 15 Desember berada di
level 13.384 meskipun sebelumnya Rupiah baru mengalami sedikit pelemahan 0,68 persen setelah
diumumkannya penaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, sehingga posisi 15 Desember.
Namun Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Kamis (15/12/2016) menyatakan, pemerintah optimistis
nilai tukar rupiah akan terus membaik seiring dengan masuknya dana-dana repatriasi tax amnesty.

https://money.kompas.com/read/2016/12/20/130000426/
menengok.perjalanan.rupiah.sepanjang.2016?page=all#page3
Perdagangan Internasional [ Ekspor Impor ]

Memasuki akhir tahun 2016, kinerja ekspor Indonesia yang direkam Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Oktober 2016 kembali menurun. Faktor ekonomi global dan pelemahan harga komoditas ekspor masih
dituding sebagai penyebab utamanya. Suhariyanto mengatakan, secara kumulatif, nilai ekspor pada
periode Januari-Oktober 2016 mencapai US$ 117,09 miliar. Nilainya turun 8,04 persen dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Sementara ekspor kumulatif non migas mencapai US$ 106,36 miliar atau
turun 4,65 persen.

Badan Pusat Statistik mencatat, secara umum impor yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan
sebanyak 4,94 persen dibandingkan 2015 kemarin. Penurunan impor itu ditandai dari sektor migas
sebanyak 23,92 persen dan impor non migas turun sebanyak 0,98 persen. Pada Desember 2016 lalu
tercatat nilai impor migas mencapai 1.69 miliar dolar Amerika. Sedangkan impor non migas mencapai
11,09 miliar dolar Amerika. Peningkatan impor non migas terbesar pada Desemver 2016 didukung
perhiasan dan permata sebesar 48,96 persen. Namun untuk jenis mesin dan peralatan listik menurun
sebesar 7,07 persen.

https://ekonomi.republika.co.id/berita/ojvf3e319/impor-indonesia-pada-2016-turun-494-persen

Pengangguran dan Kemiskinan

Jumlah pengangguran di Indonesia pada 2016 dinilai mencapai titik terendah sejak 1998. Kementerian
Ketenagakerjaan mencatat jumlah pengangguran pada 2016 mencapai 5,5 persen atau sekitar 7,02 juta
orang atau lebih rendah dibanding 2015 yakni sebesar 5,81 atau setara dengan 7,45 juta orang. Menteri
Ketenagakerjaan, M Hanif Dhakiri, memaparkan data tersebut di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta,
Senin (24/10/2016) saat menyampaikan paparan Dua Tahun Pemerintahan Jokowi-JK bersama sejumlah
menteri Kabinet Kerja dengan dimoderatori Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki, dan Staf Khusus
Presiden, Johan Budi.

https://tirto.id/jumlah-pengangguran-indonesia-2016-capai-702-juta-orang-bW8T

Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86 persen), berkurang sebesar
0,50 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13
persen). Selama periode September 2015–Maret 2016, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
turun sebanyak 0,28 juta orang (dari 10,62 juta orang pada September 2015 menjadi 10,34 juta orang
pada Maret 2016), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 0,22 juta orang (dari 17,89 juta
orang pada September 2015 menjadi 17,67 juta orang pada Maret 2016).

https://www.bps.go.id/pressrelease/2016/07/18/1229/persentase-penduduk-miskin-maret-2016-
mencapai-10-86-persen.html
Hutang Luar Negeri Indonesia

Bank Indonesia (BI) melansir data terbaru mengenai posisi utang luar negeri Indonesia. Per Desember
2016, utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar USD 316,97 miliar atau setara dengan Rp 4.225 triliun
(kurs hari ini). Angka utang ini turun tipis dibanding bulan sebelumnya atau November 2016 yang
tercatat USD 316,15 miliar. Posisi utang per Desember 2016 ini juga turun dibanding Oktober 2016 yang
mencapai USD 324,15 miliar. Dikutip dari data resmi Bank Indonesia, utang luar negeri Indonesia sebesar
USD 316,97 miliar ini terdiri dari utang luar negeri pemerintah bersama Bank Indonesia serta swasta.

https://www.merdeka.com/uang/desember-2016-utang-luar-negeri-indonesia-tembus-rp-4225-
triliun.html

Anda mungkin juga menyukai