PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Dalam bidang hukum perdata, hukum perikatan merupakan salah satu hal
Hukum Perikatan diatur dalam Buku III BW (Buku KUH Perdata) yang
secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu pertama, perikatan pada umumnya
dan, baik yang lahir dari undang-undang dan yang kedua, adalah perikatan yang
perikatan yang lahir dari perjanjian tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa,
Dalam membuat suatu perjanjian ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu azaz - azaz dalam melakukan suatu perjanjian, syarat sah nya suatu perjanjian,
unsur-unsur suatu perjanjian, agar dapat menjadi suatu perjanjian yang kuat
didalam hukum.
1
Prof. Dr. Miru Ahmadi, S.H., M.S., Sakka Pati, S.H., M.H., Hukum Perikatan Penjelasan Makna
Pasal 1233 sampai 1456 BW” (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 1
2
ibid
1
2
- Identifikasi Masalah
2. Bagaimana Hukum Perikatan dalam tradisi common law dan civil law?
5. Apa yang anda ketahui tentang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku
Ketiga?
BAB 2
TINJAUAN UMUM
Hukum Perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih
didalam lapangan harta kekayaan dimana satu pihak mempunyai hak dan pihak
Civil Perancis. Dengan demikian berarti perikatan adalah kewajiban pada salah satu
bersumber dari suatu persetujuan atau perjanjian. Hukum perikatan yang demikian
perikataan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak
hukum adalah: “Suatu hubungan hukum mengenai kekayaan harta benda antara dua
orang yang memberi hak kepada pihak yang satu untuk menuntut sesuatu barang
dari pihak yang lainnya sedangkan pihak yang lainnya diwajibkan untuk memenuhi
3
Muljadi Kartini & Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), hal. 18
4
tuntutan tersebut. Pihak yang berhak menuntut adalah pihak yang berpihutang
berhutang (debitur) sementara barang atau sesuatu yang dapat dituntut disebut
dengan prestasi”.
2.2 Hukum Perikatan dalam tradisi Civil Law dan Common Law
internasional. Kondisi yang tak dapat disangkal adalah ketika pihak-pihak yang
akan mengikatkan diri berasal dari negara berbeda dan memiliki sistem hukum yang
berbeda pula. Setiap sistem hukum memiliki persamaan dan perbedaan baik secara
fungsi maupun penamaan yang perlu ditelaah lebih mendalam. Proses pengkajian
dan perbedaan antara sistem hukum tersebut serta aplikasi dalam realita.
perikatan selain Hukum. Untuk meninjau hukum perikatan antara Civil Law dan
Common Law, maka dapat dibantu dengan skema stistem hukum perikatan
keduanya4.
4
Johannes Gunawan dan Budiono Kusumohamidjojo, “Bahan Kuliah Perbandingan Hukum
Kontrak”, 2014.
5
Bagan 2.2.1
Bagan Skema Sistem Civil Law dalam Hukum Perikatan
Perjanjian
Bagan 2.2.1
Bagan Skema Sistem Common Law dalam Hukum Perikatan
Contract
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan akibat hukum
berupa pemenuhan hak dan kewajiban (prestasi) pada masing-masing pihak, dalam
bidang hukum harta kekayaan5. Prestasi dapat berupa menyerahkan suatu benda;
berbuat sesuatu; dan tidak berbuat sesuatu. Berdasarkan skema tersebut perikatan
merupakan hasil dari perjanjian/ kontrak dan/ atau hukum, maka perjanjian/ kontrak
5
Subekti, “Pokok-Pokok Hukum Perdata”, 1989, hal 122; Johannes Gunawan dan Budiono
Kusumohamidjojo, “Bahan Kuliah Perbandingan Hukum Kontrak”, 2014.
6
dan/ atau hukum merupakan sumber dari terjadinya perikatan6. Namun tentu
sumber hukum Civil Law dan Common Law memiliki penekanan yang berbeda
Dari kedua skema tersebut, terlihat perbedaan antara perbuatan sesuai hukum
Civil Law
pihak mengikatkan diri secara sukarela mewakili urusan orang lain dengan
6
Subekti, “Pokok-Pokok Hukum Perdata”, 1989, hal 123.
7
Johannes Gunawan dan Budiono Kusumohamidjojo, “Bahan Kuliah Perbandingan Hukum
Kontrak”, 2014; Subekti dan Tjitrosudibio, “Burgerlijk Wetboek/ Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata”, 1979;
8
Subekti, “Pokok-Pokok Hukum Perdata”, 1989, hal 132; Subekti dan Tjitrosudibio, “Burgerlijk
Wetboek/ Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, 1979, cetakan kesebelas, hal 309.
7
mengembalikannya9.
Common Law
untuk memulihkan suatu keadaan yang merugikan suatu pihak secara tidak
adil10. Melihat definisi dari quasi contract, maka sangat identik dengan
Civil Law dan Common Law. Namun penulis merasa kecewa karena tidak
Common Law.
9
Johannes Gunawan dan Bernadette Waluyo, “Dkitat Perkuliahan Hukum Perikatan”, hal 39;
Johannes Gunawan dan Budiono Kusumohamidjojo, “Bahan Kuliah Perbandingan Hukum
Kontrak”, 2014; Subekti dan Tjitrosudibio, “Burgerlijk Wetboek/ Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata”, 1979, cetakan kesebelas, hal 309.
10
Johannes Gunawan dan Budiono Kusumohamidjojo, “Bahan Kuliah Perbandingan Hukum
Kontrak”, 2014
8
dan undang-undang, dan sumber dari undang-undang dapat dibagi lagi menjadi
perbuatan manusia dibagi lagi menjadi perbuatan yang menurut hukum dan
(zaakwaarneming).
yaitu :
sesuatu;
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu
Perikatan adalah suatu hubungan hukum diantara dua orang atau dua pihak,
dimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak
yang lainnya itu berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pihak yang
berhak menuntut dinamakan kreditur (si berpiutang), sedangkan pihak lainnya yang
tindakan para pihak adalah untuk memperoleh seperangkat hak dan kewajiban yang
akan mengatur hubungan mereka, sehingga inisiatif munculnya hak dan kewajiban
dimana hak dan kewajiban yang muncul bukan merupakan motivasi para pihak
pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yaitu “suatu
11
http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/Perikatan.pdf#targetText=Perjanji
an%20diatur%20dalam%20pasal%201313,perjanjian%20merupakan%20suatu%20perbuatan%20
hukum.
10
perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih”. Berbeda dengan perikatan yang merupakan suatu hubungan
Tabel. 2.4.1
PERJANJIAN PERIKATAN
UNTUK MENDAPAT
PRESTASI SEDANGKAN
DEBITOR MEMBERIKAN
PRESTASI
BELUM TENTU
PERJANJIAN
11
Buku III tentang perikatan memuat hukum kekayaan yang mengenai hak-
tertentu.12
diumumkan secara resmi pada tanggal 30 April 1847 (St. No.23/1847).Dari tahun
pengundangannya jelas dapat kita ketahui,BW yang dalam Buku III mengatur
Buku III ini terdiri dari 18 BAB yang rincinya dapat digambarkan melalui
tabel yang disusun agar lebih mudah memahami sistematika bab per bab dalam
12
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata Edisi Revisi, Bandung: P.T. Alumni,
2010, hlm. 30.
13
M.Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian,PT.Alumni,Bandung,1986,hlm.3.
14
Muhammad Mubarak Chadyka Putra, Makalah Intisari Kitab Untang-Undang Hukum Perdata,
Makasar; 2014
12
tentang perikatan-perikatan
Bagian kedelapan, pasal 1278-
tanggung renteng atau tanggung
1295.
menanggung.
tentang perikatan-perikatan yang
Bagian kesembilan, pasal 1296- dapat dibagi-bagi dan perikatan-
1303. perikatan yang tak dapat dibagi-
bagi.
tentang perikatan-perikatan
Bagian kesepuluh 1304-1312.
dengan ancaman hukuman.
ketentuan-ketentuan khusus
Bagian kelima, pasal 1533-1540. mengenai jual-beli piutang dan
lain-lain hak tak bertubuh.
Sahnya perkumpulan,
kepengurusan perkumpulan, surat
tentang
BAB 9 Diatur dalam pasal 1653-1665. pendirian, hak dan kewajiban
perkumpulan.
anggota, berakhirnya suatu
perkumpulan.
Bagian kesatu, pasal 1666-1675. ketentuan-ketentuan umum.
tentang kewajiban-kewajiban
BAB tentang pinjam Bagian kedua, pasal 1744-1749. seorang yang menerima pinjaman
12 pakai. sesuatu.
tentang kewajiban-kewajiban
Bagian ketiga, pasal 1750-1753.
orang yang meminjamkan.
tentang kewajiban-kewajiban
Bagian kedua, pasal 1759-1762.
BAB tentang pinjam orang yang meminjamkan.
13 mengganti.
tentang kewajiban-kewajiban si
Bagian ketiga, pasal 1763-1764.
peminjam.
Bagian keempat, pasal 1765- tentang meminjamkan dengan
1769. bunga.
ketentuan umum, pengangsuran
BAB tentang bunga tetap utang dan tenggatnya,
Diatur dalam pasal 1770-1773.
14 atau bunga abadi. keterpaksaan mengembalikan
uang pokok, kebebasan dari utang.
Bagian kesatu, pasal 1774. ketentuan-ketentuan umum.
BAB tentang persetujuan Bagian kedua, pasal 1775-1787. tentang perjanjian bunga cagak
15 untung-untungan. (pasal 1783 dihapuskan) hidup dan akibat-akibatnya.
- Subjek perikatan.
- Objek perikatan.
- Sumber perikatan.
- Jenis-jenis perikatan.
- Pengertian perjanjian.
17
- Unsur-unsur perjanjian.
- Jenis perjanjian.
- Hapusnya perjanjian.
yang sah.
- Jual beli.
- Sewa menyewa.
- Pemberian kuasa.
dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik
yang telah di simpulkan dalam pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata yang
disimpulkan dalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi:
perkembangannya, asas Pacta Sunt Servanda diberi arti Pactum yang berarti
Dapat dianalisis dari ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
- Asas Kepercayaan;
- Asas Keseimbangan;
- Asas Moral;
- Asas Kepatuhan;
- Asas Perlindungan.
hukum perikatan :
menerima secara riil dalam bentuk tindakan nyata, pihak yang satu
dari pihak lain. Dengan kata lain, persetujuan kehendak (ijab kabul)
pihak lainnya tidak memperoleh hak dalam perikatan? dalam hal ini
adalah setiap barang dan hak halal yang dapat dimiliki dan dinikmati
tersebut adalah :
berwujud;
halal;
pemiliknya;
- Benda itu dalam penguasaan pihak lain berdasar alas hak sah.
prestasi bagi kedua belah pihak. Prestasi yang dimaksud harus halal,
BAB III
Berikut adalah contoh Hukum Perikatan dalam hal Perjanjian Kerja Sama
Pada hari ini, hari Senin tanggal 17 bulan April tahun 2017, kami
yang bertanda tangan dibawah ini:
1. Nama : XXX
No. KTP/Identitas : XXX
Alamat : XXX
Bertindak selaku atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut PIHAK PERTAMA;
2. Nama : XXX
No. KTP/Identitas : XXX
Alamat : XXX
Bertindak selaku atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA;
3. Nama : XXX
No. KTP/Identitas : XXX
Alamat : XXX
Bertindak selaku atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut PIHAK KETIGA;
24
4. Nama : XXX
No. KTP/Identitas : XXX
Alamat : XXX
Bertindak selaku atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut PIHAK KEEMPAT;
PASAL 1
KETENTUAN UMUM
1. Para Pihak adalah selaku pemilik modal yang menyerahkan
sejumlah tenaga dan uang tertentu untuk dipergunakan
sebagai modal usaha untuk jenis usaha Retail Fashion.
2. Para Pihak akan mendapatkan keuntungan bagi hasil usaha
menurut persentase keuntungan yang telah disepakati
bersama sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat 2.
3. Masing-masing pihak memiliki andil dalam usaha ini, baik
modal maupun tenaga yang besar maupun pembagiannya.
PASAL 2
NAMA DAN TEMPAT USAHA
Usaha dagang ini adalah usaha penjualan dalam bidang Retail
Fashion dengan nama “XXX” yang berkedudukan di Jakarta..
25
PASAL 3
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Melakukan usaha yang bergerak dalam bidang Perdagangan
Retail Fashion dalam arti seluas-luasnya, termasuk
perdagangan Jam Tangan dan segala jenis yang berkaitan
dengan Fashion.
2. Melakukan usaha yang bergerak dalam bidang Industri Retail
Fashion dalam arti yang seluas-luasnya.
PASAL 4
RUANG LINGKUP
1. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas tadi,
maka usaha dagang ini berhak untuk menjalankan semua
dan segala usaha-usaha serta tindakan yang berhubungan
langsung dengan maksud dan tujuan tersebut di atas tadi,
asal dapat memperoleh keuntungan yang sah dan halal.
2. Rapat Umum Pemegang Saham akan dilaksanan setiap 3
bulan pada tahun pertama dan untuk seterusnya akan
dilaksanakan setiap 6 bulan, dimana dalam prosesnya dapat
dirumuskan kondisi dan hasil usaha selama periode
berlangsung beserta penyelesaian masalah apabila terjadi
sesuatu.
3. Pengadaan Rapat Umum selain Rapat Umum Pemegang
Saham dapat dilakukan apabila dianggap perlu oleh minimal
salah satu Pihak Pertama atau Kedua menyetujui.
26
PASAL 5
MODAL USAHA
1. Besar uang yang disetorkan Pihak Keempat adalah sebesar
Rp.72.750.000, - (Tujuh Puluh Dua Juta Tujuh Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah).
2. Pihak Pertama, Kedua dan Ketiga berjanji akan menyetorkan
modal awal dengan nominal mengikuti jumlah sesuai dengan
kebutuhan produksi HARDEN atau sebesar Rp.100.000.000,
- (Seratus Juta Rupiah) dengan ketentuan mengikuti jadwal
pembayaran produksi.
3. Sisa modal awal yang tertuang dalam pasal 5 ayat 2 harus
sesegera mungkin disetorkan oleh Pihak Pertama, Kedua dan
Ketiga paling lambat 1 (satu) bulan setelah Pihak Keempat
menyetorkan modal tersebut.
PASAL 6
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pihak Pertama dan Kedua akan menjadi perwakilan dalam
pengambilan keputusan dan akan mengambil tindakan
tertentu sebagai respon terhadap peluang atau masalah yang
dihadapi. Segala keputusan yang dibuat dan dilakukan Pihak
Pertama dan Kedua harus bertujuan untuk menghasilkan
keuntungan dan manfaat bagi HARDEN.
2. Pengambilan keputusan sebagai respon terhadap masalah
yang dibuat dan dilakukan Pihak Pertama dan Kedua tentu
saja bertujuan untuk mengatasi masalah atau hambatan
yang mengancam kinerja HARDEN.
3. Pengambilan keputusan dapat dilakukan sepihak oleh Pihak
Pertama dan Kedua dengan berlandaskan justifikasi dan
kondisi yang dapat dipertanggungjawabkan kepada
perusahaan.
27
PASAL 7
KEUNTUNGAN
1. Keuntungan usaha adalah keuntungan bersih (Nett Profit),
berupa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha (Cash
Profit).
2. Persentase keuntungan usaha untuk Pihak Pertama adalah
sebesar 25%, sedangkan Pihak Kedua, Pihak Ketiga dan
Pihak Keempat adalah masing-masing sebesar 22.5% dari
keuntungan yang dapat dibagikan kepada seluruh pemegang
saham setelah semua tanggung jawab terpenuhi.
3. Sisa persentase keuntungan sebesar 7.5% saham dibiarkan
kosong.
4. 2.5% dari sisa persentase keuntungan yang dimaksudkan
dalam pasal 7 ayat 3 ini diberikan kepada Head of
Operational.
5. Pada periode awal, Pihak Kedua ditunjuk sebagai Head of
Operational “HARDEN” dengan periode tidak ditentukan
sampai dinyatakan perlu untuk diganti oleh para pemegang
saham.
6. Pembagian Keuntungan diatas ditentukan oleh persetujuan
bersama dengan melihat kondisi usaha, selama 1 (satu)
tahun pertama, akan diadakan rapat per 3 (tiga) bulan untuk
pembahasan keuntungan bersih yang dimiliki oleh HARDEN.
7. Keuntungan tersebut dapat diberikan melalui transfer
rekening antar bank yang telah ditunjuk/disepakati atau
dapat berupa pemberian cash secara langsung kepada
seluruh pihak dengan bukti dokumen yang ditentukan.
28
PASAL 8
KERUGIAN
1. Jika terjadi kerugian usaha yang disebabkan oleh suatu hal
diluar kesalahan Pihak manapun sebagaimana hal itu terjadi
maka ditanggung oleh seluruh pihak dengan ketentuan,
seluruh Pihak akan menerima pengembalian modal setelah
dikurangi dari jumlah kerugian yang diderita dan
pengembalian hutang atau tanggung jawab perusahaan.
2. Jika terjadi kerugian usaha yang disebabkan kelalaian oleh
masing – masing Pihak, maka akan diselesaikan secara
musyawarah melalui RUPS sesuiai dengan Pasal 4 Ayat 3.
PASAL 9
JANGKA WAKTU KERJASAMA
1. Masa berlaku kontrak ini adalah dengan jangka waktu yang
tidak ditentukan lamanya, dan telah dimulai sejak saat
ditandatanganinya kontrak kerjasama ini.
2. Kontrak dapat diperpanjang waktunya dan/atau
ditambahkan nilai uang pokok investasi yang diatur dalam
kontrak Baru dan/atau addendum kontrak, atas
kesepakatan para pihak.
PASAL 10
AHLI WARIS
Apabila Para Pihak sebagai pengelola investasi dalam masa Kontrak
mengalami halangan tetap atau meninggal dunia sehingga tidak
bisa melanjutkan atau mengelola usaha ini, maka segala urusan
yang mengikat dalam Kontrak ini akan dilanjutkan oleh ahli waris
atau kuasa yang ditunjuk (secara tertulis) berdasarkan
kesepakatan ahli waris Pihak masing-masing.
29
PASAL 11
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1. Yang termasuk dalam Force Majeure adalah akibat dari
kejadian-kejadian di luar kuasa dan kehendak dari para pihak
diantaranya termasuk tidak terbatas bencana alam, banjir,
badai, topan, gempa bumi, kebakaran, perang, huru-hara,
pemberontakan, demonstrasi, pemogokan.
2. Jika dalam pelaksanaan perjanjian ini terhambat ataupun
tertunda baik secara keseluruhan ataupun sebagian yang
dikarenakan hal-hal tersebut dalam ayat 1 di atas, maka para
pihak akan mencari solusi terbaik dengan cara musyawarah.
PASAL 12
WANPRESTASI
1. Dalam hal salah satu pihak telah melanggar kewajibannya yang
tercantum dalam salah satu Pasal perjanjian ini, telah cukup
bukti dan tanpa perlu dibuktikan lebih lanjut, bahwa pihak
yang melanggar tersebut telah melakukan tindakan
Wanprestasi.
2. Pihak yang merasa dirugikan atas tindakan Wanprestasi
tersebut dalam ayat 1 di atas, berhak meminta ganti kerugian
dari pihak yang melakukan Wanprestasi tersebut atas sejumlah
kerugian yang dideritanya, kecuali dalam hal kerugian tersebut
disebabkan karena adanya suatu keadaan memaksa seperti
tercantum dalam Pasal 11.
PASAL 13
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Bilamana dalam pelaksanaan perjanjian Kerjasama ini terdapat
perselisihan antara para pihak, baik dalam pelaksanaannya
ataupun penafsiran salah satu Pasal dalam perjanjian ini, maka
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Melihat dari kasus pada BAB III dapat kita simpulkan hubungan hukumnya
sebagai berikut :
Peristiwa Hukum
nama dan tempat usaha, maksud dan tujuan, ruang lingkup, modal usaha
Perbuatan Hukum
bersama.
Keadaan Hukum
tersebut di buat.
32
4.2 Saran
Dalam hal ini penulis memberikan saran, bahwa terhadap setiap perikatan
atau perjajian yang dibuat haruslah berdasar pada ketentuan yang berlaku, dalam hal
ini sumber hukum perikatan kita adalah Kitab Undang – Undamg Hukum Perdata
Buku III. Tidak melalaikan syarat sah nya suatu perjanjian yang terkandung dalam
pasal 1320 KUHPer, unsur-unsur dari suatu perjanjian serta asas – asas yang
Disisi lain terkiat dengan perbedaan tradisi hukum Civil Law dan Common
Law penulis memberikan saran terhadap pola pemikiran Civil Law yakni Hal pertama
adalah mengenai hukum. Hukum tidak dapat hanya dikatakan berasal dari undang-
undang. Pemikiran akan definisi hukum yang seperti ini sudah ketinggalan zaman.
harus berubah dengan mencerap nilai dan pemahaman baru dalam masyarakat
hanya pakar hukum dapat mengartikan hukum. Peristiwa ini menyebabkan hukum
sangatlah terbuka lebar dalam masyarakat dan tentunya multi penafsiran. Hukum
harus mampu lepas dari kekangan pemikiran sendiri dan keluar untuk mencari
kalimat yang tepat untuk diaplikasikan. Kalimat ini menandakan bahwa hadirnya
kemanusiaan. Ius contituendum menjadi tumpuan bagi cara pandang hukum agar
Saran terhadap Civil Law, bukan ditujukan agar undang-undang tidak ada
dikatakan sebagai suatu peradaban Civil Law sangatlah sulit tergantikan begitu pun
dengan peradaban Common Law. Maka perspektif hukum yang perlu dikaji adalah
LAMPIRAN
35
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Prof. Dr. Miru Ahmadi, S.H., M.S., Sakka Pati, S.H., M.H., Hukum
Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW” (Jakarta: Rajawali
Pers, 2014), hal. 1
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata Edisi Revisi,
Bandung: P.T. Alumni, 2010, hlm. 30.
Jurnal :
Website :
http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/Perikatan.pdf#target
Text=Perjanjian%20diatur%20dalam%20pasal%201313,perjanjian%20merupaka
n%20suatu%20perbuatan%20hukum.
36
https://www.academia.edu/28155918/HUKUM_PERIKATAN
https://www.academia.edu
http://sitiaisyahfajqodtul.blogspot.com/2013/04/lingkup-hukum-perikatan.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64197/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y