Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum wr wb

Bismillahirohmanirohim

Alhamdulillahirobbilalamin wabihi nasta'in wa ala umuriddunya waddin

washolatu wassalamu ala asrofil anbiya iwal mursalin wa ala alihi wasohbihi ajma’in amma ba’du.

Kepada dewan juri yang kami hormati

Serta sahabat-sahabat yang berbahagia

Apa kabar semuanya?

Perkenankan pada kesempatan kali ini saya (nama siswa) akan membawakan cerita sejarah mengenai
keteladanan Sunan Kalijaga

Saya mulai ya!!

Sunan Kalijaga merupakan salah satu tokoh walisongo yang sangat berperan dalam menyebarkan
ajaran agama Islam di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga mempunyai nama asli Raden Said beliau adalah
seorang anak Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilantikta. Raden Said dikenal suka
menolong rakyat-rakyat miskin yang kelaparan.

Alkisah pada suatu hari terjadilah musim paceklik di mana banyak rakyat-rakyat miskin yang
menderita akibat kemarau panjang sementara mereka diwajibkan membayar pajak jauh dari
kemampuan mereka. Suatu hari, Raden Said mempunyai niat untuk membebaskan penderitaan
rakyatnya. Disaat penjaga gudang kadipaten tertidur lelap, Raden Said mengambil sebagian bahan
makanan di gudang kadipaten dan memberikannya pada rakyat-rakyat miskin yang kelaparan. Hingga
suatu ketika Raden Said ketahuan oleh penjaganya dan dibawa ke hadapan ayahnya.

“Wahai anakku, kenapa Kamu mencuri, sungguh memalukan sekali perbuatanmu itu!”

“Mohon maafkan hamba ayahanda, hamba mencurinya untuk menolong rakyat-rakyat miskin yang
kelaparan, kasihan mereka ayahanda sudah berhari-hari mereka tidak makan.” (ucap Raden Said)

“Sebagai balasan dari perbuatanmu yang tercela, kamu harus dihukum cambuk dan keluar dari istana
ini,,

Pergi dari kadipaten Tuban ini!! ” (kata Adipati Wilantikta)

Setelah diusir dari kadipaten Tuban Raden Said pun mengembara dengan tetap melakukan aksinya
itu dan menetap di hutan Jatiwangi.

Sampai suatu ketika Raden Said bertemu dengan orang yang memakai jubah putih dan membawa
tongkat seakan-akan tongkat tersebut terbuat dari emas. Raden Said pun merebutnya secara paksa
dan menyebabkan orang tersebut jatuh tersungkur dan terisak sedih.

“Aduh,, apa yang tuan lakukan, astaghfirullahaladzim”

Raden Said heran melihat orang itu menangis, dan segera mengembalikan tongkatnya.

“Maafkan saya, saya kira tongkatmu ini terbuat dari emas, eh padahal ternyata cuma tongkat biasa.
Jangan menangis ini tongkatmu aku kembalikan!.”
“Bukan tongkat ini yang ku tangisi, lihatlah aku telah berbuat dosa, rumput-rumput ini tercabut
sewaktu aku terjatuh tadi astaghfirullahaladzim.”

“Hanya beberapa helai rumput saja kau merasa berdosa?.” Tanya Raden Said heran

“Ya, memang berdosa karena kau mencabutnya tanpa suatu keperluan, bila untuk pakan ternak itu
tidak apa, tapi bila untuk sebuah kesia-siaan sungguh sebuah dosa astaghfirullahaladzim.”

Lagi pula perbuatanmu selama ini ibarat mencuci pakaian yang kotor menggunakan air kencing
bukannya menjadikan wangi dan bersih pakaian ini hanya menambah kotor dan bau pakaian itu saja.

Kalau kau ingin harta, ini aku beri pohon ajaib berbuah emas, (kakek tua mengayunkan tongkatnya
dan cling,,)

Raden Said semakin dibuat terpukau dengan keajaiban dari tongkat yang dimiliki oleh orang berjubah
putih tersebut yang tak lain beliau adalah Kanjeng sunan Bonang. Muncullah keinginan Raden Said
untuk berguru pada beliau, tetapi sebagai syaratnya Raden Said disuruh menjaga tongkat yang
ditancapkan di pinggir kali selama 3 tahun.

Waktu berlalu hari demi hari berganti, tubuh Raden Said pun ditumbuhi dengan rumput-rumput liar
karena kegigihannya beliau mendapatkan gelar sunan Kalijaga dan dianggap menjadi anggota
Walisongo.

Nah teman-teman inilah sepenggal cerita dari keteladanan sunan Kalijaga pesan yang dapat kita petik
adalah tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara-cara yang baik. Dan kita harus bisa menjaga
amanah dengan sebaik-baiknya.

Sekian dulu ya ceritanya!

Lihat TV dapat berita

Jangan lupa nonton bola

Kalau ada salah dalam bercerita

Saya mohon maaf ya!!

Saya akhiri wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai