Shofa' Zra - Xii Mipa (B.indo)
Shofa' Zra - Xii Mipa (B.indo)
Demam berdarah dengue (DBD) menjadi salah satu ancaman wabah penyakit
menjelang dan saat musim hujan. Penyebab DBD adalah nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
tersebut bereproduksi pada air melimpah dan menggenang. Kini penanggulangan DBD sudah
menjadi fokus perhatian Pemerintah. DPR meminta Menteri Kesehatan segera berkoordinasi
dengan seluruh Dinas Kesehatan di daerah. Bahkan, Kemenkes dianjurkan segera menyediakan
stok obat yang diperlukan agar tidak terjadi penundaan dalam penanggulangannya.
Di Lampung Timur, setidaknya ada 136 warganya yang terjangkit DBD, di Lampung
Selatan juga ada puluhan. Kemudian, di Lampung Barat dan Lampung Utara penyakit itu sudah
memakan korban jiwa. Seorang bocah, Aulia Rahman. (11), meninggal dunia karena terserang
penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Namun, belum ada pernyataan resmi Pemprov Lampung masuk kondisi luar biasa
(KLB) DBD atau tidak hingga kini. Angka pasti jumlah penderita atau korban wabah DBD pun
belum ada. Padahal pada Februari tahun lalu, se-Indonesia ada 16.692 kasus dan 169 orang di
antaranya dinyatakan meninggal dunia. Walaupun tidak masuk lima besar, jangkitan DBD di
Bumi Ruwa Jurai mencapai ribuan orang dengan tiga orang meninggal dunia.
Oleh karena itu, perlu ada upaya sungguh- sungguh Pemerintah Provinsi dan
kabupaten/ kota di Lampung untuk menangani jangkitan DBD ini. Jika sudah mulai
menjangkit, satu hal yang dapat dilakukan dengan pengasapan. Namun, alangkah baiknya
melakukan upaya pencegahan sebelum datangnya wabah atau sebelum DBD menjadi teror bagi
kita semua.
Pemerintah dapat berupaya dengan memberi kesadaran masyarakat untuk menjalankan
hidup sehat, baik badan maupun lingkungan. Pola hidup sehat (PHS) itu menjadi solusi paling
sederhana dan ampuh. Cara ini tidak memberi ruang serangga pembawa penyakit itu hidup dan
berkembang.
Walaupun tidak mudah untuk menggugah kesadaran masyarakat, Pemerintah mem-
punyai tanggung jawab untuk menekan angka jangkitan DBD itu. Artinya, dengan perangkat
dan aparat yang ada, upaya maksimal mengantisipasi, memberantas, dan menggugah kesadaran
publik harus dilakukan. Pajak yang dibayar rakyat itu salah satunya untuk mendapatkan
kenyamanan hidup menuju kesejahteraan seperti yang diamanatkan konstitusi. Akan tetapi,
masyarakat tidak boleh hanya diam menunggu gerak Pemerintah untuk mengantisipasi DBD
dengan membersihkan lingkungan. Gotong royong yang menjadi budaya luhur nenek moyang
harus bisa menjadi senjata terbaik dalam mengalahkan DBD.
Keterangan:
1. Struktur Teks Editorial
• Warna merah : Pernyataan pendapat
• Warna biru : Argumentasi7
• Warna hijau : Penegasan ulang