Anda di halaman 1dari 2

Kompak Mengalahkan DBD

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi salah satu ancaman wabah penyakit
menjelang dan saat musim hujan. Penyebab DBD adalah nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
tersebut bereproduksi pada air melimpah dan menggenang. Kini penanggulangan DBD sudah
menjadi fokus perhatian Pemerintah. DPR meminta Menteri Kesehatan segera berkoordinasi
dengan seluruh Dinas Kesehatan di daerah. Bahkan, Kemenkes dianjurkan segera menyediakan
stok obat yang diperlukan agar tidak terjadi penundaan dalam penanggulangannya.
Di Provinsi Lampung, penyakit yang dikategorikan berbahaya itu sudah mulai
menjangkiti sejumlah daerah. Di Lampung Timur, setidaknya ada 136 warganya yang
terjangkit DBD, di Lampung Selatan juga ada puluhan. Kemudian, di Lampung Barat dan
Lampung Utara penyakit itu sudah memakan korban jiwa. Seorang bocah, Aulia Rahman. (11),
meninggal dunia karena terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Namun, belum ada pernyataan resmi Pemprov Lampung masuk kondisi luar biasa
(KLB) DBD atau tidak hingga kini. Angka pasti jumlah penderita atau korban wabah DBD pun
belum ada. Padahal pada Februari tahun lalu, se-Indonesia ada 16.692 kasus dan 169 orang di
antaranya dinyatakan meninggal dunia. Walaupun tidak masuk lima besar, jangkitan DBD di
Bumi Ruwa Jurai mencapai ribuan orang dengan tiga orang meninggal dunia.
Oleh karena itu, perlu ada upaya sungguh- sungguh Pemerintah Provinsi dan
kabupaten/ kota di Lampung untuk menangani jangkitan DBD ini. Jika sudah mulai
menjangkit, satu hal yang dapat dilakukan dengan pengasapan. Namun, alangkah baiknya
melakukan upaya pencegahan sebelum datangnya wabah atau sebelum DBD menjadi teror bagi
kita semua.
Pemerintah dapat berupaya dengan memberi kesadaran masyarakat untuk menjalankan
hidup sehat, baik badan maupun lingkungan. Pola hidup sehat (PHS) itu menjadi solusi paling
sederhana dan ampuh. Cara ini tidak memberi ruang serangga pembawa penyakit itu hidup dan
berkembang.
Walaupun tidak mudah untuk menggugah kesadaran masyarakat, Pemerintah mem-
punyai tanggung jawab untuk menekan angka jangkitan DBD itu. Artinya, dengan perangkat
dan aparat yang ada, upaya maksimal mengantisipasi, memberantas, dan menggugah kesadaran
publik harus dilakukan. Pajak yang dibayar rakyat itu salah satunya untuk mendapatkan
kenyamanan hidup menuju kesejahteraan seperti yang diamanatkan konstitusi. Akan tetapi,
masyarakat tidak boleh hanya diam menunggu gerak Pemerintah untuk mengantisipasi DBD
dengan membersihkan lingkungan. Gotong royong yang menjadi budaya luhur nenek moyang
harus bisa menjadi senjata terbaik dalam mengalahkan DBD.

Disadur dari: https://www.lampost.co/berita-kompak-

Struktur editorial :
A.Masalah/Pernyataan Pendapat
Paragraf 1 (warna biru)
B.Argumentasi
Paragraf 2 dan 3 (warna ijo)
c.penegasan Ulang
Paragraf 4,5 dan 6 (warna kuning)

Kaidah Kebahasaan :
A.kata populer
-DBD
-wabah
-stok
-penanggulangan
-Dikategorikan
-korban jiwa
B.kata ganti petunjuk
-Nyamuk tersebu
-Berbahaya itu
-Penyakit itu
-Pola hidup sehat itu
-Rakyat itu
C.Konjungsi Kausalitas
-Karena
-Oleh karena itu

Anda mungkin juga menyukai