Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : RIKA FITRIA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042608224

Tanggal Lahir : 15-12-2000

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4429 / Manajemen Pelayanan Umum

Kode/Nama Program Studi : 50 / ILMU ADMINISTRASI NEGARA S1

Kode/Nama UPBJJ : 18/ PALEMBANG

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa, 27 Desember 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : RIKA FITRIA


NIM : 042608224
Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4429 / Manajemen Pelayanan Umum
Fakultas : HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ( FHISIP)
Program Studi : 50 / ILMU ADMINISTRASI NEGARA S1
UPBJJ-UT : 18/ PALEMBANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Lahat, 27 Desember 2022

Yang Membuat Pernyataan

Rika Fitria
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. 1. Mengenali mandat yang berkembang dalam lembaga perwakilan rakyat sebagai political marketplace. Seorang
pejabat birokrasi harus memahami dan mengetahui betul aspirasi para wakil rakyat tentang apa yang harus dia
kerjakan dalam bidang tugasnya.
2. Menganalisis bagaimana kelemahan dan kelebihan organisasi. Analisis ini bisa dilakukan melalui berbagai macam
konsep seperti analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat). Pejabat publik harus mengetahui apa
kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki oleh organisasi dalam melaksanakan tugas yang
diberikan.
3. Mengidentifikasi siapa saja yang harus dia hitung sebagai stakeholders organisasinya. Dalam konteks sebuah
rumah sakit misalnya, maka stakeholders-nya adalah masyarakat yang memakai jasa rumah sakit, lembaga
perlindungan konsumen, asosiasi konsumen, organisasi profesi dokter dan perawat, supplier alat dan produk
kesehatan, dan sebagainya.
4. Menjaring dan menyerap suara warga masyarakat umum tentang keinginan yang hendak mereka wujudkan
dalam bidang tugasnya. Kepala Rumah Sakit misalnya, harus mengetahui persis cita-cita masyarakat terhadap
karakteristik jasa yang harus dihasilkan dalam bidang kesehatan, dan pelayanan ideal yang harus dilakukan oleh
Rumah Sakit. Dalam kaitan ini maka survei, komunikasi, diskusi, dan konsultasi dengan stakeholders menjadi sangat
penting.
5. Melakukan “proses produksi” agar dapat menghasilkan barang dan jasa yang dikehendaki oleh rakyat. Kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan program Rumah Sakit adalah merupakan “proses produksi" agar barang dan jasa
yang dikehendaki rakyat dapat terwujud.
Dalam istilah sederhana, konsep public value memunculkan adanya lima pertanyaan utama bagi manajer publik,
yang membentuk kerangka bertindak (log-frame) bagi pelayanan yang berhasil :
1. Apa mandat dan tujuan organisasi? Apabila kita adalah seorang manajer (dan pegawai) instansi pemerintah,
maka kita wajib mengetahui latar belakang mengapa negara mengamanatkan dibentuknya institusi tempat mereka
bekerja. Kita perlu mengetahui mandat agar supaya dapat senantiasa fokus dalam menjalankan tugas. Akan tetapi,
kita juga perlu mengetahui secara konstruktif keterkaitan tugas instansi kita dengan instansi lain dalam kerangka
tujuan kolektif negara/daerah.
2. Kepada siapa tanggung jawab (akuntabilitas) diberikan? Kita juga harus tahu kepada siapa saja
pertanggungjawaban kinerja kita diberikan. Kita perlu mengetahui seluk beluk peraturan yang mengatur skema dan
tata cara pertanggungjawaban tersebut, termasuk kepada lembaga perwakilan (DPR/D), pejabat eksekutif, dan
(mungkin juga) lembaga audit. Kita perlu mengetahui skema akuntabilitas ini untuk memastikan bahwa kita
senantiasa berada pada jalur yang sah/legal dalam melaksanakan pelayanan.
3. Apa saja keinginan konsumen? Selanjutnya kita perlu mengidentifikasi apa sajakah keinginan pengguna jasa kita:
'apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai. Untuk memperdalam jawaban terhadap pertanyaan ini, kita juga
perlu melihat dari perspektifkonsumen: bila kita jadi mereka, apa yang kita harapkan dari jenis pelayanan kita.
4. Kriteria apakah yang bisa menunjukkan bahwa kita telah berhasil?, Lalu, kita perlu membuat tolok ukur bersama-
sama dengan konsumen (dan stakeholders lain yang lebih luas) tentang keadaan apa yang bisa memastikan bahwa
kita berhasil dalam menjalankan tugas.
5. Bagaimana kita tahu kalau konsumen telah puas? Pada akhirnya, kita perlu senantiasa mengevaluasi apakah
konsumen kita telah puas terhadap pelayanan kita dengan menggunakan ukuran keberhasilan yang telah dibuat
bersama. Secara berkala, kita perlu mengadakan survei kepuasan konsumen dan mendapatkan masukan (feedback)
dari mereka.
Tujuannya dari kerangka itu adalah untuk menggunakan instrumen pemerintahan deliberatif untuk memastikan
bahwa organisasi mereka responsif terhadap preferensi dan keinginan warga negara.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2. Di Indonesia Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengatur agar
setiap Unit Kerja Pelayanan Publik (UKPP) wajib meningkatkan kualitas layanan serta menjamin
agar penyediaan pelayanan publik dilaksanakan sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan
dan korporasi yang baik (good govermance), serta dapat memberikan perlindungan bagi setiap
warga negara dan penduduk dari penyalahgunan wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan
publik yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat.Lebih lanjut pemerintah melalui
Permen PAN Nomor:14 Tahun 2017,telah mengembangkan 9 unsur/variabel IKM yang dianggap
relevan, valid dan reliabel,sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks
kepuasan masyarakat. Ke-9 unsur tersebut adalah sebagai berikut.
1. Persyaratan.Persyaratan adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis
pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif.
2. Prosedur. Prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan, termasuk pengaduan.
3. Waktu pelayanan. Waktu pelayanan adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.
4. Biaya/Tarif. Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam
mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.
5. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah hasil pelayanan
yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan ini
merupakan hasil dari setiap spesifikasi jenis pelayanan.
6. Kompetensi Pelaksana Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan yangharus dimiliki oleh
pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman
7. Perilaku Pelaksana. Perilaku pelaksana adalah sikap petugas dalam memberikan pelayanan.
8. Penanganan pengaduan,Saran dan Masukan. Penanganan Pengaduan, Saran, dan Masukan.
Adalah tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.
9. Sarana dan Prasarana. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Sarana digunakan untuk
benda yang bergerak (komputer, mesin) dan prasarana untuk benda yang tidak bergerak (gedung).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. Nilai-nilai itu biasanya tercermin dalam peraturan-peraturan yang berkaitan dengan “Pedoman
Bertindak” atau “Code of Conduct" bagi pegawai dan aparatur negara. Secara umum inti dari etika
pelayanan setidaknya meliputi empat hal: integritas, kejujuran, objektivitas, keadilan, dan
ketidakberpihakan.
1. Integritas
Adalah prinsip untuk menempatkan kewajiban pelayanan publik di atas kepentingan pribadi;
pegawai/pejabat harus menyadari bahwa posisi mereka adalah amanat rakyat untuk melayani,
bukan semata-mata untuk berkuasa atau mencari gaji dan keuntungan materi lainnya. Dalam
standar perilaku Integritas, pegawai biasanya memiliki batasan-batasan tertentu untuk bertindak
yang diperbolehkan dan yang dilarang. Sebagai contoh, PNS di beberapa negara diwajibkan untuk:
a. memenuhi tugas dan kewajiban secara bertanggung jawab
b. selalu bertindak dengan cara yang profesional dan yang layak dan mempertahankan
kepercayaan dari semua orang yang berurusan dengan mereka
c.melaksanakan kewajiban fidusia secara bertanggung jawab(yang membuat publik yakin bahwa
uang dan sumber daya lain digunakan dengan baik dan efisien);
d.membuat kesepakatan dengan masyarakat dan urusan mereka secara adil, efisien, cepat, efektif
dan sensitif, untuk yang terbaik dari kemampuan PNS
e.menyimpan catatan resmi yang akurat dan menangani informasi seterbuka mungkin dalam
kerangka hukum,dan
f.mematuhi hukum dan menjunjung tinggi administrasi peradilan.
g.Sebaliknya,seorang pegawai biasanya dilarang:
h.menyalahgunakan posisi resmi, misalnya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dalam
tugas resmi mereka untuk kepentingan pribadi atau orang lain
i. menerima hadiah atau pemberian atau menerima manfaat lain dari siapapun yang mungkin untuk
berkompromi atas penilaian pribadi atau integritas;atau
j. mengungkapkan informasi tanpa otoritas resmi (kewajiban ini biasanya terus berlaku setelah
mereka meninggalkan tugas sekalipun).

2. Kejujuran
Adalah prinsip yang mewajibkan pegawai/pejabat berlaku jujur dan terbuka;mereka harus
menyadari bahwa jabatan, pekerjaan,kewenangan,dan fasilitas kedinasan bukanlah milik pribadi
yang dapat dikelola secara rahasia dan tertutup, melainkan milik publik yang pelaksanaannya
boleh diketahui dan dimonitor oleh masyarakat.
Pelanggaran nilai kejujuran dalam ranah publik biasanya lebih mudah dibuktikan daripada di
swasta, karena pelanggaran nilai kejujuran atau penipuan oleh pejabat publik dapat mencakup
perilaku yang paling tidak etis, sedangkan pelanggaran nilai kejujuran oleh individu swasta hanya
mencakup lebih sedikit perilaku yang tidak etis. Penegakan hukum umumnya mengenali dua
bidang utama pelanggaran nilai kejujuran di sektor publik: suap (langsung atau tidak langsung) di
mana seorang pejabat publik dibayar dalam beberapa cara untuk melakukan keputusan atau
tindakan tertentu yang melanggar prinsip hukum dan etika, dan kegagalan untuk mengungkapkan
konflik kepentingan, sehingga mengutamakan keuntungan pribadi.
Dalam melaksanakan prinsip kejujuran tersebut, PNS diharapkan bertindak dengan:
a. menetapkan fakta-fakta dan isu-isu yang relevan secara jujur, dan memperbaiki kesalahan
secepat mungkin; dan
b. menggunakan sumber daya hanya untuk kepentingan umum resmi yang disediakan untuk
mereka.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. Objektivitas
Adalah prinsip untuk mendasarkan saran dan keputusan pada analisis yang bukti dan data yang
ketat dan akurat, bukan karena keinginan pribadi dan kelompok tertentu saja. Dalam kaitan ini,
biasanya PNS diharapkan bertindak dengan:
a.memberikan informasi dan saran, termasuk saran kepada Menteri, atas dasar bukti, dan akurat
menyajikan pilihan dan fakta;
b. mengambil keputusan pada kasus tersebut;dan
c. memperhitungkan tempo ahli dan nasihat profesional.
Selanjutnya pegawai/pejabat tidak diperkenankan untuk mengabaikan fakta-fakta nyaman atau
pertimbangan yang relevan ketika memberikan saran atau membuat keputusan.

4. Keadilan
Adalah prinsip tindakan sesuai dengan persyaratan hukum. Dalam hal ini keadilan terdiri dari
aturan umum untuk semua warga negara yang muncul dari semacam konsensus. Pelanggaran
terhadap aturan disebut sebagai "tidak adil." Dalam arti sempit, keadilan adalah “fairness”
(ketepatan). Ini adalah tindakan yang berusaha untuk bekerja dengan nyaman dan mengadopsi
prosedur yang menyerupai aturan permainan (rule ofthe game). PNS diharapkan bekerja untuk
memastikan bahwa orang menerima pelayanan dengan "adil" dan berproses dalam sistem
"permainan yang adil (fair play)."
PNS diharapkan untuk:
melaksanakan tanggung jawab dengan cara yang adil, dan merata dan mencerminkan komitmen
pelayanan sipil untuk kesetaraan dan keragaman.
Sebaliknya, PNS diharapkan tidak boleh:
bertindak dengan cara yang dibenarkan nikmat atau mendiskriminasikan individu atau kepentingan
tertentu.
5. Ketidakberpihakan
Adalah prinsip netralitas untuk bertindak semata-mata sesuai dengan kasus tersebut (bukan untuk
kepentingan politik) dan melayani rakyat dan Pemerintah yang berbeda keyakinan atau partai
politik secara setara dan sama baiknya. PNS diharapkan:
a. melayani pemerintah yang sah dengan cara yang terbaik dari kemampuan dengan tetap
mempertahankan kenetralan politik dan sesuai dengan persyaratan, tidak peduli apa keyakinan
politik mereka sendiri;
b. mematuhi larangan yang telah ditetapkan pada kegiatan politik.
Sebaliknya, PNS diharapkan tidak boleh:
a. bertindak dengan cara yang ditentukan oleh pertimbangan partai politik, atau menggunakan
sumber dinas untuk tujuan politik partai; atau
b. memberikan pandangan politik pribadi untuk menentukan saran dan tindakan yang diberikan.
Prinsip-prinsip tersebut menetapkan standar perilaku yang diharapkan dari setiap PNS yang
biasanya ditetapkan dalam undang-undang. Di samping prinsip-prinsip umum tersebut, masing-
masing departemen juga mungkin memiliki misi terpisah mereka sendiri dan nilai-nilai pernyataan
lain berdasarkan pada nilai-nilai inti, termasuk standar perilaku yang diharapkan dari PNS ketika
mereka berhubungan dengan masyarakat.
Nilai-nilai inti tersebut mendukung pemerintahan yang baik dan menjamin tercapainya standar
tertinggi dalam pelayanan Pegawai Negeri Sipil. Hal ini pada gilirannya akan membantu setiap
instansi untuk mendapatkan dan mempertahankan kehormatan dari Menteri, DPR, masyarakat dan
pengguna jasanya.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Yang perlu diwaspadai dalam pelaksanaan etika adalah fakta bahwa aparatur pemerintah tidak
sepenuhnya “independen” untuk bertindak, atau tidak selalu mampu menegakkan etika. Hal ini
utamanya karena terdapat kontradiksi untuk menjaga keseimbangan antara penerapan peraturan
secara merit dan obyektif, dengan kenyataan bahwa karakteristik masyarakat publik yang
bervariasi sehingga kelompok tertentu seperti kaum minoritas, miskin, cacat (difabel)
membutuhkan perlakuan khusus. Melakukan pelayanan secara seragam dan memperkerjakan
pegawai dengan prinsip “the right man on the right job" (ketepatan antara orang dengan
pekerjaannya) belum tentu sesuai secara etis, karena dapat menghasilkan ketidakadilan bagi
kelompok-kelompok tadi.
Oleh karena itu,secara etis perlu ada kebijakan afirmatif (affirmative action) untuk memberi ruang
yang lebih luas bagi kaum minoritas, miskin, dan cacat,untuk menjadi pegawai atau mendapat
pelayanan khusus. Harus ada kompromi antara kebebasan dengan kesetaraan (reconciliation of
liberty and equality). Hal ini adalah suatu pilihan moral (moral choice) yang dapat diambil oleh
birokrat berdasarkan prinsip “justice- as-fairness” sebagaimana pendapat John Rawls (1971)
bahwa distribusi kekayaan, otoritas,dan kesempatan sosial akan terasa adil bila hasilnya
memberikan kompensasi keuntungan kepada setiap orang, dan khususnya terhadap anggota
masyarakal yang paling tidak beruntung

4.Beberapa persoalan yang menonjol dalam penerapan TIK pada instansi pemerintah adalah
(Setiyono 2012: 206):
Pertama, ongkos yang mahal. Bagi pemerintah dan penduduk dunia ketiga, komputer dan fasilitas
Internet adalah masih merupakan barang yang mewah. Belum lagi perangkat dan peralatan TIK
senantiasa berkembang dengan cepat dari waktu ke waktu. Selain itu, juga adanya biaya yang
mahal untuk sambungan telepon dan pembayaran pulsa bulanan. Dengan demikian masyarakat
secara individual tentu belum siap memakai fasilitas pelayanan berbasis TIK ini. Terlebih lagi
masih banyak kebutuhan dasar rakyat seperti sandang, pangan, papan, dan pendidikan yang
belum terpenuhi secara layak. Dalam konteks semacam ini, pemerintah perlu menyediakan
fasilitas TIK bagi publik secara komunal. Akan tetapi, apabila pemerintah mengeluarkan anggaran
yang besar bagi aplikasi TIK, maka sering timbul pertanyaan:apakah tidak sebaiknya anggaran
tersebut dialokasikan untuk bidang lain yang sifatnya lebih penting? Oleh karenanya penting bagi
pemerintah membuat skala prioritas dan pengalokasian anggaran yang tepat supaya aplikasi TIK
tidak berimplikasi banyak pada bidang-bidang lain yang lebih vital.
Kedua,keterbatasan infrastruktur. Penggunaan TIK tentu membutuhkan jaringan infrastruktur yang
memadai. Padahal kebanyakan negara berkembang semacam kita belum memiliki infrastruktur
pendukung TIK semacam jaringan telepon. Bila pemerintah memprogramkan pelayanan lewat TIK,
maka dapat timbul persoalan keadilan, di mana mereka yang daerahnya tidak memiliki jaringan
tidak dapat mendapatkan pelayanan pemerintah tersebut.
Dalam konteks ini, maka sebaiknya pemerintah membuat program perencanaan yang terstruktur
dan bertahap dalam pengadaan infrastruktur TIK. Daerah terpencil,terutama,harus menjadi
perhatian utama agar mereka yang hidup di sana dapat tetap mendapatkan pelayanan pemerintah.
Ketiga, keterbatasan sumber daya manusia. TIK adalah merupakan sesuatu yang masih baru bagi
penduduk di negara berkembang seperti Indonesia.Jangankan bagi pegawai pemerintah,bagi
pegawai swasta-pun TIK masih merupakan perangkat teknologi yang belum banyak dikenal dan
digunakan. Oleh karena itu dapat dimaklumi apabila sebagian besar aparatur pemerintah kita
belum mengenal, menggunakan, apalagi memikirkan aplikasinya dalam unit kerja mereka. Sering
terjadi, peralatan komputer yang mereka miliki fungsinya masih sebatas untuk menggantikan mesin
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

ketik manual, bukan dipakai untuk membuat program-program baru yang memperlancar tugas dan
pelayanan publik. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus membuat program publikasi,
sosialisasi, training, dan capacity building, bukan hanya untuk para pegawai pemerintah, melainkan
juga masyarakat secara luas. Media yang dipakai juga hendaknya memiliki jangkauan yang masif,
seperti iklan di TV, radio, baliho, pamflet, leaflet, dan sebagainya. Masyarakat harus dididik secara
komunal untuk sadar dan mengerti TIK serta tahu penggunaannya dalam pelayanan publik. Yang
harus diingat, seluruh program itu harus dilaksanakan secara profesional dan obyektif. Program itu
tidak boleh ditumpangi, misalnya, oleh agenda-agenda politik yang hanya akan mengacaukan
tujuan dan menghambat keinginan partisipasi publik.
Keempat, munculnya risiko yang kompleks. Institusi publik adalah organisasi yang memiliki dimensi
yang berbeda dengan organisasi swasta. Bila organisasi swasta pedoman geraknya utamanya
berdasar pada rasionalitas ekonomi, maka organisasi publik bergerak dengan rasionalitas yang
serba kompleks: politik, sosial budaya, hukum, ekonomi, dan sebagainya. Oleh karena itu
penerapan TIK dalam organisasi birokrasi juga harus berkalkulasi dengan segala macam dampak
yang timbul dari dimensi-dimensi yang kompleks itu. Dalam organisasi birokrasi, sekali pilihan
dijatuhkan dan program dijalankan, maka imbas dan akibat dari pilihan dan program itu bisa
berdampak pada segmen masyarakat yang sangat luas. Kesalahan dalam proses perpajakan,
registrasi penduduk, pengurusan perijinan, dan sebagainya akan berpengaruh pada seluruh aspek
kehidupan masyarakat. Karena permasalahan ini, maka penerapan TIK dalam pelayanan publik
perlu dilaksanakan secara hati-hati dan terkontroI dengan baik. Suatu program penerapan TIK
harus terlebih dahulu berkali-kali diujicobakan dan direvisi sebelum program itu diluncurkan ke
masyarakat.
Contoh kasus persoalan TIK di daerah saya dan pernah saya alami :

Penggunaan sarana dan prasarana IT adalah syarat utama suatu layanan dapat dikatakan
berbasis IT atau tidak. Penggunaan sarana yang berbasis IT ini mencakup dari sarana itu sendiri
dan sarana penunjang keberlangsungan layanan. Sebaran sarana IT di tiap desa pun berbeda.
Kabupaten Lamongan juga merupakan daerah yang telah menerapkan aplikasi PADE untuk
layanan pada masyarakat. Dalam menunjang pelaksanaan PADE, sarana IT di tiap desa sudah
memadai walaupun masih belum merata. Misalnya saja Desa Babatkumpul yang memiliki 2
komputer edisi baru dan 1 laptop, berbeda dengan keadaan desa Padenganploso yang hanya
memiliki 1 komputer lama dan 1 laptop yang juga lama. Di sisi lain, jaringan internet sebagai
penunjang juga masih belum masuk di 4 desa yang digunakan sebagai sampel, namun,
Pemerintah Kabupaten Lamongan telah berencana untuk memasang jaringan wifi ke semua
tempat pusat keramaian di Kabupaten Lamongan. Tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika (telematika). Selain itu, Tempat dan lokasi serta sarana 19
pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika. (Kepmenpan, 2003) Sarana dan Prasarana juga menjadi perhatian
penting dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal dengan penyediaan sarana dan prasarana
pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 72 tahun 2005, pada ayat (2) poin “e” menyatakan bahwa terbentuknya suatu desa
harus memenuhi syarat Sarana dan Prasarana Pemerintahan. Sarana dan prasarana adalah suatu
sayarat yang harus dipenuhi untuk memberikan layanan sesuai dengan yang Kepmenpan No. 63,
th 2003. Sarana teknologi dan pendukungnya merupakan fokus dari pelayanan yang berbasis IT,
semakin canggih sarana IT maka semakin bagus layanan yang dapat diberikan pada masyarakat.
Sesuai dengan pendapat (Charalabidis et al, 2006) untuk layanan e-publik, teknologi yang dimiliki
oleh tiap pemberi layanan harus dapat mencakup semua segi yang telah dijabarkan, dan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

sayangnya ini masih belum dapat dipenuhi oleh semua desa yang dijadikan sampel. Jadi
kesimpulan yang dapat diambil adalah mayoritas desa terkait sarana komputer sudah memadai
dan yang perlu menjadi perhatian terkait sarana pendukung adalah jaringan internet yang perlu
dipasang merata.
Dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) :
Kesiapan SDM untuk layanan IT administrasi Desa masih kurang. Ada beberapa hal yang menjadi
kendala, diantaranya adalah (a) kemampuan SDM dalam penguasaan IT; (b) belum meratanya
SDM yang ahli; dan (c) mutasi pegawai. Kemampuan SDM untuk penguasaan IT di Kabupaten
Lamongan dapat dikatakan sudah baik dan memadai. Hal ini ditunjukkan dengan berjalannya
implementasi PADE di 3 dari 4 desa yang dijadikan sampel, selain itu 3 desa yang sudah
melaksanakan PADE ini sudah menerapkan aplikasi layanan yang lain, yaitu Abinduk. Kekurangan
yang ada adalah pemerataan kemampuan aparat, karena operator aplikasi tersebut masih terbatas
pada aparat yang telah menerima pelatihan. Hakekat pelayanan publik adalah pemberian
pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah
sebagai abdi masyarakat. (2003). Dengan pendapat ini, harusnya tiap aparat pelayan publik harus
mempu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi untuk memberikan layanan prima pada
masyarakat. Adapun permasalahanpermasalahan yang dihadapi Aparat Birokrasi Kelurahan/Desa
dalam mengoptimalkan kegiatan Pemerintahan Desa meliputi permasalahan internal yang berupa
ketatalaksanaan, sumber daya manusia atau kompetensi Aparat Pemerintah Kelurahan/Desa,
ketatalaksanaan, penggunaan teknologi administrasi yang masih kurang, dan manajemen birokrasi
itu sendiri. Sedangkan masalah eksternal berupa dinamika masyarakat dan tumbuh kembangnya
masalah yang dihadapi masyarakat (Lulita, 2011). Menurut (lulita, 2011) kelemahankelemahan
aparat layanan yaitu: (a) Kurang responsif; (b) Kurang informatif; (c) Kurang accessible; (d) Kurang
koordinasi; (e) Birokratis; (f) Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat; dan (f)
Inefisien. Jadi, SDM masih menjadi kendala dalam penerapan IT di Kabupaten Lamongan Jawa
Timur. Padahal seharusnya sesuai dengan teori, dalam usaha untuk memaksimalkan layanan
dengan penerapan IT tiap aparat pelayan publik harus mampu menyesuaikan diri dengan
kemajuan teknologi. Pernyataan dari teori yang menyebutkan kelemahan-kelemahan dari aparat
layanan memang sesuai dengan temuan di lapangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
diperlukan kemampuan dibidang perencanaan pembangunan dan pemberian pelayanan yang baik
dan berkualitas oleh para aparatur desa/kelurahan kepada masyarakat.
Saran :
 Meningkatkan jumlah SDM yang mampu mengoperasikan TIK di tingkat desa. Pelatihan-
pelatihan peningkatakan kapasitas terkait IT tidak hanya untuk operator, karena di masa
mendatang pelayanan administrasi akan sangat banyak melibatkan IT. Terbatasnya SDM
yang menguasai TIK akan menimbulkan permasalahan layanan apabila yang bersangkutan
berhalangan masuk kantor sehingga pelayanan menjadi terhambat.
 Anggaran Pemerintah selalu terbatas dan 22 dibatasi oleh program prioritas sehingga tidak
bisa melakukan penganggaran sekaligus dalam satu tahun anggaran. Pengadaan sistem
dan segala kebutuhan terkait TIK perlu dianggarkan setiap tahun agar dapat memenuhi
kebutuhan di setiap desa.

Anda mungkin juga menyukai