Anda di halaman 1dari 27

Anggota Kelompok 6 : Ornella Arnia Florensia NIM 223010208011

Istiqomah Yusuf Sholehatun NIM 223010208012


Faisal NIM 223010208017
Mata Kuliah : KIMIA LINGKUNGAN

Riview Jurnal 1
Judul Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan di Indonesia :
Studi Pencemaran Tanah di Brebes
Jurnal Journal of Multidisciplinary Studies
Volume & Halaman Vol. 09/96-102
Tahun 2018
Penulis Nurul Isna Ramadhan
Tanggal 02 Desember
Link jurnal https://journal.uniku.ac.id/index.php/logika/article/view/2468/2014

Identifikasi Masalah pencemaran tanah yang disebabkan oleh penggunaan pestisida


dalam pertanian. Pestisida merupakan bahan yang memberikan
manfaat dalam bidang pertanian, namun juga memiliki potensi
untuk menimbulkan dampak yang tidak diinginkan terhadap
kualitas tanah . Pencemaran tanah dapat dilihat dari indikator
seperti derajat pelurusan air dan kadar pH tanah
Tujuan Penelitian menganalisis pengaturan mengenai pencemaran tanah dan
mengevaluasi kualitas tanah di daerah Brebes yang terkena
dampak penggunaan pestisida dalam pertanian
Populasi & Sampel lahan pertanian di Brebes yang terkena dampak penggunaan
pestisida dan tanah yang diambil dari lahan pertanian di daerah
Brebes
Hasil Penelitian penggunaan pestisida dalam pertanian di daerah Brebes
menyebabkan pencemaran tanah. Penurunan kualitas tanah dapat
dilihat dari indikator seperti derajat pelurusan air yang masih
rendah dan kadar pH tanah yang rendah di bawah 7,0. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi tanah di daerah tersebut mengalami
kerusakan ringan hingga sedang. Pencemaran tanah dapat
berdampak langsung pada manusia melalui kontak langsung atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya
Kesimpulan penggunaan pestisida dalam pertanian di daerah Brebes
menyebabkan pencemaran tanah. Hal ini terlihat dari penurunan
kualitas tanah yang ditandai dengan derajat pelurusan air yang
rendah dan kadar pH tanah yang rendah di bawah 7,0.
Pencemaran tanah ini dapat berdampak langsung pada manusia
melalui kontak langsung atau dapat mencemari air tanah dan
udara di atasnya. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan yang
lebih baik terkait penggunaan pestisida dalam pertanian untuk
mencegah pencemaran tanah yang lebih lanjut
Opini
bahwa penggunaan pestisida dalam pertanian di daerah Brebes
menyebabkan pencemaran tanah yang dapat berdampak negatif
pada kualitas tanah. Hal ini dapat mengancam keberlanjutan
pertanian dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya
pengaturan yang lebih baik terkait penggunaan pestisida dalam
pertanian untuk mencegah pencemaran tanah yang lebih lanjut

Riview Jurnal 2
Judul ANALISIS PENCEMARAN TANAH DI DESA GEMBOL
PENJAWARAN BANJARNEGARA
Jurnal Jurnal Pendidikan dan Sains
Volume & Halaman Vol 3/935-940
Tahun 2023
Penulis Yogi Syaifullah & Fenia Taasa Wati
Link jurnal https://ejournal.yasin-alsys.org/index.php/masaliq/article/view/
1512

Identifikasi Masalah pencemaran tanah yang terjadi di Desa Gembol diakibatkan dari
penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dalam proses
penanaman kentang. Penggunaan pupuk kimia tersebut
mengakibatkan penurunan kualitas tanah sehingga hasil panen
yang diperoleh petani juga menurun setiap kali panen.
Hasil analisis data diperoleh petani kentang di Desa Gembol
mengalami penurunan jumlah panen sebesar 100kg setiap 2-
3tahun terakhir
Tujuan Penelitian menganalisis pencemaran tanah yang terjadi di Desa Gembol,
Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Wonosobo
Populasi & Sampel Populasi: wawancara kepada salah satu petani kentang di Desa
Gembol
Sampel:tanah yang tercemar
Hasil Penelitian zat-zat dari pertisida yang digunakan oleh petani. Tanah yang
sudah terkontaminasi menyebabkan kualitas tanah menurun,
sehingga tidak dapat memperoleh hasil panen sesuai
dengan perkiraan yang seharusnya dihasilkan. Tanah yang sudah
tercemar oleh zat-zat kimia dari penggunaan pestisida yang
berlebihan sangat berdampak pada kelangsungan pertanian
kedepannya.
Kesimpulan Pencemaran tanah adalah kondisi di mana tanah terkontaminasi
atau tercemar oleh
bahan-bahan kimia, bahan berbahaya, atau zat-zat pencemar
lainnya. Pencemaran tanah
dapat terjadi akibat aktivitas manusia maupun alam. Pencemaran
tanah akibat aktivitas
manusia dapat terjadi karena aktivitas pertanian yang berlebihan,
sehingga tanah
terkontaminasi oleh zat-zat dari pertisida yang digunakan oleh
petani. Pencemaran tanah yang
terjadi dapat menurunkan kualitas tanah sehingga berpengaruh
pada hasil panen yang dialami
oleh petani kentang, khususnya di Desa Gembol, Kecamatan
Pejawaran, Kabupaten
Banjarnegara
Opini Pencemaran tanah dapat memiliki dampak yang merugikan
terhadap produktivitas pertanian dan kualitas hasil panen Untuk
mengatasi masalah pencemaran tanah ini, perlu dilakukan analisis
mendalam terhadap kondisi tanah di Desa Gembol Dengan
memahami sumber pencemaran tanah dan dampaknya, langkah-
langkah penanggulangan yang tepat dapat diambil Selain itu,
pendidikan dan kesadaran lingkungan juga perlu ditingkatkan agar
masyarakat dapat ikut serta dalam menjaga kebersihan dan
kualitas tanah di Desa Gembol Dengan demikian, kualitas tanah
dapat dipulihkan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman
yang sehat dan produktif Dalam kesimpulannya, pencemaran
tanah di Desa Gembol menjadi permasalahan yang perlu ditangani
secara serius Dengan melakukan analisis pencemaran tanah,
mengidentifikasi sumber pencemarannya, serta mengambil
tindakan penanggulangan dan rehabilitasi yang tepat, diharapkan
dapat memulihkan kualitas tanah dan meningkatkan keberlanjutan
pertanian di desa ini Pencemaran tanah akibat aktivitas manusia
dapat terjadi karena aktivitas pertanian yang berlebihan, sehingga
tanah terkontaminasi oleh zat-zat dari pertisida yang digunakan
oleh petani Tanah yang sudah terkontaminasi menyebabkan
kualitas tanah menurun, sehingga tidak dapat memperoleh hasil
panen sesuai dengan perkiraan yang seharusnya dihasilkan....

Riview Jurnal 3
Judul Pencemaran Tanah Oleh Pestisida di Perkebunan Sayur
Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi
(Studi Keberadaan Jamur Makroza dan Cacing Tanah)
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi
Volume & Halaman Vol 1/460-466
Tahun 2021
Penulis Supriatna, Sondang Siahaan Indah Restiaty
Link jurnal http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/1348/857

Identifikasi Masalah Sayuran yang sehat hanya di dapat dari tanah pertanian yang sehat
dan bebas pencemaran, termasuk pencemaran
pestisida. Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah
mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air
hujan
dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di
tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air
tanah sehingga menurunkan fungsi tanah sebagai tempat tumbuh
dan berkembangnya tanaman.
Tujuan Penelitian Ingin mengetahui gambaran pencemaran tanah oleh pestisida dan
keberadaan cacing tanah serta jamur mikoriza dalam tanah
Populasi & Sampel Populasi: tanah di area perkebunan sayuran di Eka Jaya, Kota
Jambi
Sampel:tanah yang tercemar secara komposit pada kedalaman
0±20 cm
Hasil Penelitian tanah di area perkebunan sayuran di Eka Jaya, Jambi,
terkontaminasi pestisida, yang mempengaruhi kesuburan tanah.
Keberadaan cacing tanah dan jamur mikoriza juga diamati dalam
tanah yang terkontaminasi . Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus, dengan fokus
pada lokasi khusus perkebunan sayuran di Eka Jaya, Jambi .
Analisis data meliputi analisis univariat untuk mendapatkan tabel
distribusi frekuensi untuk variabel yang diteliti . Penelitian ini
mengumpulkan total 6 sampel tanah dari area yang terkontaminasi
dan melakukan pemeriksaan laboratorium di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pertanian dan Perkebunan di Jambi . Isolasi jamur
mikoriza dilakukan menggunakan teknik ekstraksi spora,
sedangkan pemeriksaan cacing tanah melibatkan penggalian
lubang dengan kedalaman 20 cm dan pengambilan sampel tanah .
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi saat ini
dari kontaminasi tanah dan dampaknya terhadap keberadaan
cacing tanah dan jamur mikoriza
Kesimpulan Pencemaran tanah oleh pestisida pada petani sayur
Kelurahan Eka Jaya Kota Jambi terjadi pada lokasi B
dan E.
1. Masih terdapat Jamur mikoriza sebagai indikator
tidak terjadi pencemaran tanah oleh pestisida pada
petani sayur Kelurahan Eka Jaya Kota Jambi kecuali
lokasi B.
2. Masih ditemui keberadaan cacing tanah sebagai
indikator tidak terjadi pencemaran tanah oleh
pestisida pada petani sayur Kelurahan Eka Jaya Kota
Jambi namun kepadatan terendah pada lokasi E
Opini hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa tanah di area
perkebunan sayuran di Eka Jaya, Jambi, terkontaminasi dengan
pestisida dan hal ini berdampak pada kesuburan tanah.
Keberadaan cacing tanah dan jamur mikoriza juga terpengaruh
oleh kontaminasi ini. Penelitian ini memberikan pemahaman yang
lebih dalam tentang kondisi tanah dan dampaknya terhadap
ekosistem pertanian di daerah tersebut. Namun, penelitian ini
memiliki keterbatasan dalam jumlah sampel yang diambil dan
lokasi penelitian yang terbatas pada satu area perkebunan sayuran.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel
yang lebih representatif dan melibatkan area perkebunan sayuran
lainnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif
tentang kontaminasi tanah dan dampaknya.

Riview Jurnal 4
Judul DAMPAK PENCEMARAN TANAH DAN LANGKAH
PENCEGAHAN
Jurnal AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian
Volume & Halaman Vol 2/
Tahun 2015
Penulis Muslimah, S.Si,M.Si
Link jurnal https://ejurnalunsam.id/index.php/jagris/article/view/224/169

Identifikasi Masalah Penggunaan pupuk secara berlebihan dalam pertanian juga dapat
merusak struktur tanah dan mengurangi kesuburan tanah [1].
Penggunaan pestisida yang berlebihan juga dapat membunuh
mikroorganisme yang berguna dalam tanah dan menyebabkan
hama tanaman menjadi kebal terhadap pestisida
Tujuan Penelitian memahami sumber-sumber pencemaran tanah, dampaknya
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, serta langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan mengatasi
masalah pencemaran tanah.
Populasi & Sampel Populasi: semua area yang terkena dampak pencemaran tanah di
Indonesia
Sampel: dipilih secara acak dari berbagai daerah yang mewakili
berbagai tingkat pencemaran tanah di Indonesia.

Hasil Penelitian 1. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dalam pertanian


dapat menyebabkan peningkatan kadar nutrien seperti
nitrogen dan fosfor dalam tanah. Hal ini dapat
mengakibatkan eutrofikasi dan pencemaran air tanah oleh
aliran limpasan yang mengandung nutrien berlebih .
2. Penggunaan pestisida dalam pertanian juga dapat
menyebabkan pencemaran tanah. Pestisida yang
digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit
tanaman dapat mencemari tanah dan merusak
mikroorganisme yang penting untuk kesuburan tanah .

3. Praktik pengolahan tanah yang tidak tepat, seperti


penggunaan alat berat yang berlebihan atau pengolahan
tanah secara berlebihan, dapat menyebabkan erosi tanah.
Erosi tanah dapat mengakibatkan hilangnya lapisan tanah
yang subur dan mengurangi kesuburan tanah .

4. Penggunaan limbah pertanian, seperti pupuk organik dan


limbah ternak, yang tidak dikelola dengan baik dapat
menyebabkan pencemaran tanah. Limbah pertanian yang
tidak diolah dengan benar dapat mengandung zat-zat
berbahaya dan mencemari tanah serta sumber air tanah .

5. Penggunaan air irigasi yang tercemar dalam pertanian juga


dapat menyebabkan pencemaran tanah. Air irigasi yang
mengandung bahan kimia berbahaya atau limbah industri
dapat mencemari tanah dan mengurangi kualitas tanah
Kesimpulan pertanian memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
pencemaran tanah. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan,
penggunaan pestisida, praktik pengolahan tanah yang tidak tepat,
penggunaan limbah pertanian yang tidak dikelola dengan baik,
dan penggunaan air irigasi yang tercemar merupakan faktor-faktor
utama yang menyebabkan pencemaran tanah akibat pertanian.
Pencemaran tanah akibat pertanian dapat memiliki dampak
negatif terhadap kualitas tanah, kesehatan manusia,
keanekaragaman hayati, dan sumber air tanah. Oleh karena itu,
diperlukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan
yang efektif, seperti pengelolaan limbah yang baik, penggunaan
teknologi ramah lingkungan, dan edukasi masyarakat tentang
pentingnya menjaga kualitas tanah.
Opini pertanian memiliki dampak yang signifikan terhadap pencemaran
tanah. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan pestisida,
praktik pengolahan tanah yang tidak tepat, penggunaan limbah
pertanian yang tidak dikelola dengan baik, dan penggunaan air
irigasi yang tercemar merupakan faktor-faktor utama yang
menyebabkan pencemaran tanah akibat pertanian .

Pencemaran tanah akibat pertanian dapat mengancam kualitas


tanah, kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan sumber air
tanah. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah pencegahan
dan penanggulangan yang efektif, seperti pengelolaan limbah
yang baik, penggunaan teknologi ramah lingkungan, dan edukasi
masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas tanah .
Penting untuk diingat bahwa opini ini didasarkan pada penelitian
yang telah dilakukan dan dapat bervariasi tergantung pada konteks
geografis dan kondisi pertanian yang berbeda.

Jurnal 5
Judul Dampak Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Riau Terhadap
Ekosistem Lingkungan
Jurnal Government Affairs and Administration
Volume & Halaman -
Tahun -
Penulis Afifah khairunnisa
Link jurnal https://www.researchgate.net/profile/Afifah-Khairunnisa/
publication/
325312235_Dampak_Industri_Perkebunan_Kelapa_Sawit_di_R
iau_Terhadap_Ekosistem_Lingkungan/links/
5b04f8214585154aeb080127/Dampak-Industri-Perkebunan-
Kelapa-Sawit-di-Riau-Terhadap-Ekosistem-Lingkungan.pdf

Identifikasi Masalah Penggunaan bahan kimia berlebihan: Penggunaan pestisida dan


pupuk berbasis kimia dalam pertanian dapat menyebabkan
pencemaran tanah. Bahan kimia ini dapat mencemari tanah dan
merusak kualitasnya
Metode pertanian konvensional yang menggunakan pestisida dan
pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan pencemaran
tanah. Bahan kimia ini dapat merusak keseimbangan ekosistem
tanah dan mengurangi kesuburan tanah .
Tujuan Penelitian engidentifikasi dan memahami masalah-masalah yang terkait
dengan pencemaran tanah yang disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti penggunaan bahan kimia berlebihan, pembuangan limbah
industri yang tidak tepat, dan pertanian konvensional. Penelitian
ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya
menjaga kualitas tanah dan mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan oleh aktivitas manusia terhadap lingkungan. Dengan
mengetahui masalah-masalah yang ada, diharapkan dapat diambil
langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi pencemaran tanah
dan menjaga keberlanjutan ekosistem.
Populasi & Sampel Populasi: area atau wilayah yang terkena dampak pencemaran
tanah
Sampel: petani atau masyarakat yang tinggal di sekitar area
perkebunan kelapa sawit dan terpapar langsung dengan dampak
pencemaran tanah.
Hasil Penelitian beberapa masalah yang terkait dengan aktivitas manusia, seperti
penggunaan bahan kimia berlebihan, pembuangan limbah industri
yang tidak tepat, dan pertanian konvensional. Dampak dari
pencemaran tanah ini antara lain menurunnya kualitas tanah,
kerusakan ekosistem, dan pencemaran air tanah.

Penggunaan bahan kimia berlebihan, seperti pestisida dan pupuk


kimia, dapat merusak kualitas tanah dan mengurangi kesuburan
tanah . Pembuangan limbah industri yang tidak tepat juga dapat
mencemari tanah dan merusak kualitasnya . Selain itu, pertanian
konvensional yang menggunakan pestisida dan pupuk kimia
secara berlebihan juga dapat menyebabkan pencemaran tanah .

Dampak dari pencemaran tanah ini juga berdampak pada


kerusakan ekosistem. Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa
sawit mengakibatkan hilangnya fungsi hutan alam sebagai
pengatur tata air dan penghasil air . Selain itu, pencemaran tanah
juga dapat mencemari air tanah, yang dapat berdampak negatif
pada ekosistem akuatik .
Kesimpulan Aktivitas manusia seperti penggunaan bahan kimia berlebihan,
pembuangan limbah industri yang tidak tepat, dan pertanian
konvensional menyebabkan masalah pencemaran tanah. Dampak
dari pencemaran tanah ini termasuk menurunnya kualitas tanah,
kerusakan ekosistem, dan pencemaran air tanah.

Penggunaan bahan kimia berlebihan dalam pertanian, seperti


pestisida dan pupuk kimia, merusak kualitas tanah dan
mengurangi kesuburan tanah. Pembuangan limbah industri yang
tidak tepat juga mencemari tanah dan merusak kualitasnya. Selain
itu, pertanian konvensional yang menggunakan bahan kimia
secara berlebihan juga menyebabkan pencemaran tanah.

Dampak dari pencemaran tanah ini juga berdampak pada


kerusakan ekosistem. Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa
sawit mengakibatkan hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata
air dan penghasil air. Pencemaran tanah juga mencemari air tanah,
yang berdampak negatif pada ekosistem akuatik.

Dalam kesimpulannya, pencemaran tanah merupakan masalah


serius yang perlu ditangani dengan serius. Diperlukan langkah-
langkah untuk mengurangi penggunaan bahan kimia berlebihan,
meningkatkan pengelolaan limbah industri, dan mendorong
pertanian berkelanjutan untuk menjaga kualitas tanah dan
keberlanjutan ekosistem.
Opini penelitian tentang pencemaran tanah adalah bahwa masalah ini
merupakan isu yang sangat penting dan harus segera ditangani.
Pencemaran tanah dapat memiliki dampak yang merugikan bagi
lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, diperlukan
upaya yang serius untuk mengurangi penggunaan bahan kimia
berlebihan, meningkatkan pengelolaan limbah industri, dan
mendorong pertanian berkelanjutan.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan pentingnya kesadaran


masyarakat akan pentingnya menjaga kualitas tanah dan
lingkungan. Edukasi dan sosialisasi mengenai bahaya pencemaran
tanah perlu dilakukan agar masyarakat dapat mengambil langkah-
langkah yang tepat dalam menjaga keberlanjutan ekosistem.

Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih banyak


tantangan yang harus dihadapi dalam mengatasi pencemaran
tanah, seperti kebijakan yang kurang tegas dan kurangnya
kesadaran masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama
antara pemerintah, industri, dan masyarakat dalam mengatasi
masalah ini.

Jurnal 6
Judul PENCEMARAN LIMBAH DOMESTIK DAN PERTANIAN
TERHADAP AIRTANAH BEBAS DI KABUPATEN
BANDUNG
Jurnal 1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Volume & Halaman Vol 25/87-97
Tahun 2015
Penulis Anna Fadliah Rusydi1Wilda Naily1Hilda Lestiana1
Link jurnal https://jrisetgeotam.lipi.go.id/index.php/jrisgeotam/article/
view/201/pdf_76

Identifikasi Masalah Tingkat pH asam dalam air tanah: Beberapa lokasi (KB-04, KB-
05, KB-07, KB-08, KB-09, KB-10, dan KB-11) memiliki tingkat
pH air tanah di bawah 6, yang menunjukkan keasaman. Hal ini
dapat memiliki efek negatif pada kesehatan gigi dan dapat
mengkorosi peralatan rumah tangga .
Konsentrasi Total Suspended Solids (TSS) yang tinggi: Sebagian
besar lokasi yang diamati memiliki konsentrasi TSS yang
melebihi batas standar yang ditetapkan oleh PP No.82 tahun 2001.
TSS dapat mengindikasikan adanya bakteri, nutrisi, pestisida, atau
logam berat dalam air .

Pencemaran dari limbah domestik dan pertanian: Daerah


penelitian, Kabupaten Bandung, memiliki kepadatan penduduk
yang tinggi dan mengandalkan air tanah sebagai sumber air
minum. Penggunaan tangki septik dan aliran air dari kegiatan
domestik dan pertanian dapat mencemari air tanah dengan nitrat,
nitrit, amonium, dan bakteri koliform.
Tujuan Penelitian Mengevaluasi kualitas air tanah di Kabupaten Bandung,
khususnya dalam hal tingkat pH, konsentrasi Total Suspended
Solids (TSS), dan kontaminasi oleh limbah domestik dan
pertanian. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi
sumber pencemar yang berkontribusi terhadap masalah kualitas
air tanah di daerah tersebut.
Populasi & Sampel Populasi: seluruh wilayah Kabupaten Bandung, yang memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi dan mengandalkan air tanah
sebagai sumber air minum.

Sampel: 21 contoh air tanah bebas yang diambil dari beberapa


lokasi di Kabupaten Bandung, yaitu kecamatan Pangalengan,
Banjaran, Margahayu, Margaasih, Rancaekek, dan Ciparay.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan adanya beberapa masalah dalam
kualitas air tanah di Kabupaten Bandung. Berdasarkan
pengukuran pH, beberapa lokasi (KB-04, KB-05, KB-07, KB-08,
KB-09, KB-10, dan KB-11) memiliki tingkat pH di bawah 6, yang
menunjukkan keasaman [1]. Selain itu, konsentrasi Total
Suspended Solids (TSS) di sebagian besar lokasi juga melebihi
batas standar yang ditetapkan. Pencemaran dari limbah domestik
dan pertanian juga menjadi masalah, dengan adanya kontaminasi
nitrat, nitrit, ammonium, dan bakteri koliform dalam air tanah
Kesimpulan Ditemukan pencemaran solid (TSS) di 16 lokasi penelitian yang
tersebar di Pangalengan, Banjaran, Margaasih, Margahayu, dan
Rancaekek dengan nilai TSS tertinggi pada KB-03 sebesar 194
mg/L. Pencemaran nitrat ditemukan di 4 lokasi, dengan nilai nitrat
tertinggi ditemukan pada KB-09 di Pangalengan sebesar 40,57
mg/L. Pencemaran ammonium ditemukan pada 9 lokasi penelitian
dengan nilai tertinggi ditemukan pada KB-16 di Ciparay dengan
nilai 18,76 mg/L, dan coliform (total coliform dan fecal coliform)
ditemukan pada 7 lokasi, yaitu di Margahayu, Pangalengan,
Margaasih dan Rancaekek. Pencemar solid bersumber dari limbah
domestik yang didukung dengan kondisi sumur yang terbuka, dan
pencemaran nitrat kemungkinan disebabkan oleh kegiatan
pertanian (perkebunan) yang sudah beroperasi lebih dari seratus
tahun di lingkungan tersebut. Kontaminasi ammonium berasal
dari limbah domestik (urin dan feses) yang ada di sekitar sumur,
sementara kontaminasi coliform berasal dari tinja manusia dan
hewan berdarah panas yang terdapat dalam tangki septik dan
saluran air terbuka yang digunakan sebagai toilet. Dengan
demikian pergerakan kontaminan dari sumber ke airtanah sumur
penduduk dipengaruhi oleh arah aliran atau pola aliran airtanah di
lokasi penelitian.
Opini Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa lokasi memiliki
tingkat pH yang asam, konsentrasi Total Suspended Solids (TSS)
yang tinggi, dan kontaminasi oleh nitrat, ammonium, dan bakteri
koliform.

Pencemaran air tanah ini dapat berdampak negatif pada kesehatan


masyarakat dan keberlanjutan sumber air minum yang aman. Oleh
karena itu, diperlukan tindakan yang segera untuk mengatasi
masalah ini. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan dan mengelola limbah dengan
baik sangat penting. Selain itu, pemerintah juga perlu mengambil
langkah-langkah untuk mengendalikan dan mengurangi
pencemaran air tanah, seperti meningkatkan sistem pengolahan
limbah domestik dan pertanian.

Dalam jangka panjang, perlu dilakukan pemantauan terus-


menerus terhadap kualitas air tanah dan implementasi kebijakan
yang berkelanjutan untuk menjaga keberlanjutan sumber air
minum yang aman dan berkualitas bagi masyarakat Kabupaten
Bandung.
Review Jurnal 7
Judul KERUSAKAN TANAH PADA LAHAN PERKEBUNAN DAN
STRATEGI PENCEGAHAN SERTA PENANGGULANGANNYA
Jurnal Review Penelitian Tanaman Industri
Volume & Halaman Vol.19 NO.2. Hal 105-121
Tahun 2020
Penulis Bariot Hanif
Tanggal Desember
Link jurnal https://www.researchgate.net/publication/
349119457_KERUSAKAN_TANAH_PADA_LAHAN_PERKEBU
NAN_DAN_STRATEGI_PENCEGAHAN_SERTA_PENANGGUL
ANGANNYA_Soil_Deterioration_of_Plantation_Land_and_Strategi
es_for_Its_Prevention_and_Handling

Identifikasi Masalah Kerusakan tanah di lahan pertanian di Indonesia, baik tanah


mineral maupun gambut. Kerusakan ini disebabkan oleh faktor
antropogenik dan karakteristik alam, yang mengakibatkan
perubahan sifat-sifat dasar tanah yang melebihi kriteria standar
untuk pertumbuhan tanaman dan produksi biomassa. Kerusakan
tanah dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan dan
kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan
fungsi ekosistem.
Tujuan Penelitian Mengidentifikasi dan menganalisis masalah kerusakan tanah di
lahan pertanian di Indonesia, baik tanah mineral maupun gambut.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami penyebab kerusakan
tanah, dampaknya terhadap lingkungan dan pertumbuhan
tanaman, serta mencari strategi pencegahan dan penanggulangan
yang efektif. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan
rekomendasi dan solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah kerusakan tanah dan memperbaiki kualitas tanah di lahan
pertanian di Indonesia.
Populasi & Sampel Populasi: tanah pertanian di Indonesia, baik tanah mineral
maupun tanah gambut.
Sampel: sebagian kecil dari populasi tersebut, yang mewakili
kondisi tanah pertanian secara umum di Indonesia
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan tanah di lahan
pertanian di Indonesia, baik tanah mineral maupun tanah gambut,
memiliki dampak yang signifikan terhadap ketersediaan air,
salinitas, produksi makanan dan serat, serta sirkulasi hara.
Kerusakan tanah juga dapat menyebabkan perubahan pada sifat
fisik dan kimia tanah, seperti pemadatan tanah, kandungan logam
berat, residu pestisida, dan perubahan tinggi muka air . Selain itu,
kerusakan tanah juga dapat mempengaruhi aktivitas mikroba
tanah, seperti respirasi tanah dan aktivitas enzim dehydrogenase
dan posfatase.
Kesimpulan kerusakan tanah di lahan pertanian di Indonesia, baik tanah
mineral maupun tanah gambut, memiliki dampak yang signifikan
terhadap ketersediaan air, salinitas, produksi makanan dan serat,
serta sirkulasi hara. Kerusakan tanah juga dapat menyebabkan
perubahan pada sifat fisik dan kimia tanah, seperti pembentukan
sealing/crusting, pemadatan tanah, kandungan logam berat, residu
pestisida, dan perubahan tinggi muka air. Selain itu, kerusakan
tanah juga dapat mempengaruhi aktivitas mikroba tanah, seperti
respirasi tanah dan aktivitas enzim dehydrogenase dan posfatase.

Untuk mengatasi masalah kerusakan tanah, diperlukan tindakan


restorasi dan konservasi tanah, seperti optimalisasi produksi
biomassa, purifikasi dan regulasi air, mitigasi banjir dan iklim,
serta penerapan teknologi konservasi tanah dan air [3]. Penting
juga untuk melakukan pemantauan terhadap indikator kerusakan
tanah, baik secara biologi maupun kimia, guna memperbaiki
kriteria baku dalam penilaian kerusakan tanah.
Opini kerusakan tanah di lahan pertanian di Indonesia memiliki dampak
yang signifikan terhadap berbagai aspek, seperti ketersediaan air,
salinitas, produksi makanan dan serat, serta sirkulasi hara [1].
Kerusakan tanah juga dapat menyebabkan perubahan pada sifat
fisik dan kimia tanah, seperti pemadatan tanah, kandungan logam
berat, residu pestisida, dan perubahan tinggi muka air [2] [6].
Selain itu, kerusakan tanah juga dapat mempengaruhi aktivitas
mikroba tanah.

Untuk mengatasi masalah kerusakan tanah, diperlukan tindakan


restorasi dan konservasi tanah, seperti optimalisasi produksi
biomassa, purifikasi dan regulasi air, mitigasi banjir dan iklim,
serta penerapan teknologi konservasi tanah dan air. Penting juga
untuk melakukan pemantauan terhadap indikator kerusakan tanah,
baik secara biologi maupun kimia, guna memperbaiki kriteria
baku dalam penilaian kerusakan tanah.

Ini menunjukkan bahwa kerusakan tanah merupakan masalah


serius yang perlu segera ditangani. Diperlukan upaya kolaboratif
antara pemerintah, petani, dan para ahli untuk
mengimplementasikan tindakan konservasi tanah yang efektif
guna menjaga keberlanjutan pertanian dan lingkungan .

Review Jurnal 8
Judul ANALISIS NILAI KONDUKTIVITAS TERHADAP
PERUBAHAN UNSUR HARA PADA TANAH INSEPTISOL
Jurnal Jurnal Online of Physics
Volume & Halaman Vol. 8 No.1
Tahun 2022
Penulis Maison, Samsiar, Rista Mutia Angraini,DKK.
Tanggal NOVEMBER
Link jurnal https://online-journal.unja.ac.id/jop/article/view/21089
Identifikasi Masalah Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat seberapa besar
kandungan hara makro yang dapat dideteksi melalui perubahan
nilai konduktivitas tanah. Selain itu, perlu juga memastikan
bahwa pengukuran nilai hara makro dilakukan dengan sempurna
melalui uji laboratorium.

Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian terapan untuk


perancangan sensor kesuburan tanah, parameter terukur di
fokuskan untuk unsur hara makro, oleh karena itu dibutuhkan
penelitian lanjutan untuk melihat barapa besar kandungan hara
makro yang dapat di deteksi melalui perubahan nilai
konduktivitas, pengukuran nilai hara makro dapat dilakukan
melalui uji laboratorium dengan memastikan penguraian telah
terjadi secara sempurna.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penambahan
pupuk NPK terhadap perubahan nilai konduktivitas tanah pada
jenis tanah Inceptisol. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk memodelkan alat kesuburan tanah berdasarkan parameter
nilai konduktivitas.
Populasi & Sampel Populasi: jenis tanah Inceptisol.
Sampel: sampel tanah yang mewakili populasi tersebut. Sampel-
sampel tersebut diberi label sebagai Sampel Tanah 1, Sampel
Tanah 2, Sampel Tanah 3, Sampel Tanah 4, dan Sampel Tanah 5.
Hasil Penelitian Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
penambahan pupuk NPK dengan perubahan nilai konduktivitas
tanah pada jenis tanah Inceptisol. Penambahan pupuk NPK
menyebabkan peningkatan nilai konduktivitas tanah, yang dapat
diamati melalui perubahan nilai impedansi. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa semua jenis sampel tanah memiliki
hubungan linier dengan penambahan pupuk NPK, dengan nilai
regresi lebih dari 99%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
konduktivitas tanah dapat digunakan sebagai parameter untuk
memodelkan alat kesuburan tanah..
Kesimpulan Penambahan pupuk NPK pada jenis tanah Inceptisol dapat
meningkatkan nilai konduktivitas tanah. Penambahan pupuk NPK
menyebabkan peningkatan nilai konduktivitas yang dapat diamati
melalui perubahan nilai impedansi. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa semua jenis sampel tanah memiliki
hubungan linier dengan penambahan pupuk NPK, dengan nilai
regresi lebih dari 99%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
konduktivitas tanah dapat digunakan sebagai parameter untuk
memodelkan alat kesuburan tanah.
Opini penelitian ini dapat memberikan kontribusi penting dalam
memahami hubungan antara penambahan pupuk NPK dengan
perubahan nilai konduktivitas tanah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai konduktivitas tanah dapat digunakan
sebagai parameter untuk memodelkan alat kesuburan tanah. Hal
ini dapat menjadi informasi yang berguna bagi para petani dan
ahli pertanian dalam mengoptimalkan penggunaan pupuk NPK
untuk meningkatkan kesuburan tanah dan hasil pertanian.

Review Jurnal 9
Judul EFEKTIVITAS BIOKOMPOSTING DENGAN KOTORAN
KAMBING DAN ARANG SEKAM PADI DALAM REMEDIASI
TANAH TERCEMAR DI DESA WONOCOLO
Jurnal -
Volume & Halaman -
Tahun 2022
Penulis Ryan Rahmad Kurniawan, Agus Bambang Irawan, Aditya Pandu
Wicaksono
Tanggal 26 NOVEMBER
Link jurnal http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/satubumi/article/view/9486/5309

Identifikasi Masalah Pencemaran tanah oleh minyak bumi di Desa Wonocolo,


Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur [1].
Pencemaran ini disebabkan oleh tumpahan dan percikan minyak
mentah yang terjadi selama proses eksploitasi sumur minyak [1].
Pencemaran tanah oleh minyak bumi memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia karena kandungan
hidrokarbon dalam minyak mentah bersifat toksik, mutagenik, dan
karsinogenik.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemetaan persebaran nilai
TPH di Desa Wonocolo, mengetahui korelasi antara produktivitas
sumur setiap minggu, kedalaman penetrasi minyak ke dalam
tanah, dan nilai TPH. Serta mengetahui efektivitas metode
biokomposting sebagai metode remediasi untuk tanah tercemar .
Populasi & Sampel Populasi: tanah tercemar oleh minyak bumi di Desa Wonocolo.
Sampel: 14 sumur yang terdiri dari 12 sumur yang masih
beroperasi dan 2 sumur yang tidak beroperasi.
Hasil Penelitian 1. Pemetaan distribusi nilai Total Petroleum Hydrocarbon
(TPH) menunjukkan adanya konsentrasi TPH yang lebih
tinggi di sekitar sumur minyak yang masih aktif.
2. Terdapat korelasi positif antara produktivitas sumur
minyak dengan nilai TPH, yang menunjukkan bahwa
semakin tinggi produktivitas sumur, semakin tinggi pula
nilai TPH.
3. Kedalaman penetrasi minyak ke dalam tanah tidak
memiliki korelasi dengan nilai TPH.
4. Metode biokompos dengan penambahan kotoran kambing
dan arang sekam beras memiliki efektivitas sebesar
32,077% dalam mengurangi konsentrasi TPH.
5. Komposisi bahan organik yang ditambahkan dalam
biokompos mempengaruhi nilai awal TPH. Komposisi
dengan perbandingan 1:1 antara tanah tercemar dan bahan
organik memiliki nilai TPH awal yang paling rendah.
6. Metode biokompos dengan perbandingan 1:1 antara tanah
tercemar dan bahan organik memiliki efisiensi degradasi
TPH yang paling tinggi.
7. Penambahan kotoran kambing dan arang sekam beras
sebagai bahan penambah dan sumber nutrisi juga
berkontribusi dalam proses degradasi TPH.

Kesimpulan 1. Terdapat pencemaran tanah oleh minyak bumi di Desa


Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro,
Jawa Timur.
2. Pemetaan persebaran nilai TPH menunjukkan adanya
konsentrasi TPH yang lebih tinggi di sekitar sumur
minyak yang masih aktif [1].
3. Terdapat korelasi positif antara produktivitas sumur
minyak dengan nilai TPH, namun tidak ada korelasi antara
kedalaman penetrasi minyak ke dalam tanah dengan nilai
TPH [1].
4. Metode biokomposting dengan penambahan kotoran
kambing dan arang sekam padi efektif dalam meremediasi
tanah tercemar dengan efisiensi degradasi TPH sebesar
32,077%

Opini Jurnal ini memberikan informasi yang penting mengenai


pencemaran tanah oleh minyak bumi di Desa Wonocolo,
Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur [3].
Penelitian ini berhasil memetakan distribusi nilai Total Petroleum
Hydrocarbon (TPH) di area eksploitasi minyak bumi dan
menunjukkan adanya korelasi positif antara produktivitas sumur
minyak dengan nilai TPH [1]. Selain itu, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa metode biokomposting dengan penambahan
kotoran kambing dan arang sekam padi efektif dalam
meremediasi tanah tercemar dengan efisiensi degradasi TPH
sebesar 32,077% [4].

Namun, jurnal ini memiliki beberapa kelemahan. Pertama,


penelitian ini hanya dilakukan di satu lokasi, yaitu Desa
Wonocolo, sehingga hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasi
ke lokasi lain. Selain itu, penelitian ini juga tidak menyediakan
informasi mengenai dampak jangka panjang dari remediasi tanah
tercemar menggunakan metode biokomposting.

Meskipun demikian, jurnal ini memberikan kontribusi penting


dalam pemahaman tentang pencemaran tanah oleh minyak bumi
dan metode remediasi yang dapat digunakan. Penelitian ini dapat
menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam upaya
melindungi lingkungan dari dampak negatif kegiatan eksploitasi
minyak bumi.
Review Jurnal 10
Judul KOMPLEKSITAS PENGARUH TEMPERATUR DAN
KELEMBAPAN TANAH TERHADAP NILAI pH TANAH DI
PERKEBUNAN JAMBU BIJI VARIETAS KRISTAL. BUMIAJI,
KOTA BATU
Jurnal JURNAL KULTIVASI
Volume & Halaman Vol. 16 No.3
Tahun 2017
Penulis Karamina, H. W. Fikrinda, A.T. Murti
Tanggal 30 Desember
Link jurnal https://jurnal.unpad.ac.id/kultivasi/article/view/13225/7153

Identifikasi Masalah Penggunaan bahan organik yang salah atau tidak tepat dapat
menyebabkan peningkatan logam berat dalam tanah,
meningkatkan salinitas, dan kontaminasi dengan senyawa organik
berbahaya seperti poli khlorat bifenil, fenol, hidrokarburat
polisiklik aromatik, dan asam-asam organik propionic dan butirik.
Selain itu, penggunaan logam berat dalam industri juga dapat
berakhir pada tanah dan terangkut pada jaringan tanaman yang
dikonsumsi oleh manusia atau hewan, yang dapat membahayakan
kehidupan manusia. Selain itu, penggunaan pupuk organik dan
anorganik serta pestisida dalam pemeliharaan tanaman jambu biji
kristal juga dapat menyebabkan pencemaran logam berat dalam
pertanaman tersebut.
Tujuan Penelitian Menginvestigasi pengaruh suhu tanah dan kelembaban tanah
terhadap pH tanah dalam pertanaman jambu biji varietas kristal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana suhu tanah
dan kelembaban tanah mempengaruhi pH tanah dalam
pertanaman jambu biji varietas kristal.
Populasi & Sampel Populasi: tanah dalam pertanaman jambu biji varietas kristal di
kebun Bumiaji Sejahtera, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur,
Indonesia.
Sampel: tanah yang diambil dari 5 pohon jambu biji kristal
dengan umur tanaman 11 tahun, 6 tahun, dan 5 tahun.
Hasil Penelitian Hasil penelitian dalam jurnal ini menunjukkan bahwa suhu tanah
dan kelembaban tanah memiliki pengaruh signifikan terhadap pH
tanah dalam pertanaman jambu biji varietas kristal. Ditemukan
bahwa suhu tanah yang optimal untuk pertumbuhan jambu biji
kristal berkisar antara 30-35°C, sedangkan suhu di atas 35°C
dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain
itu, kelembaban tanah yang baik juga penting untuk menjaga pH
tanah yang netral, sehingga tanaman jambu biji kristal dapat
tumbuh dengan baik.
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah suhu tanah dan kelembaban
tanah memiliki pengaruh signifikan terhadap pH tanah dalam
pertanaman jambu biji varietas kristal. Suhu tanah yang optimal
untuk pertumbuhan jambu biji kristal adalah antara 30-35°C,
sedangkan kelembaban tanah yang baik dapat menjaga pH tanah
tetap netral. Perubahan suhu tanah dan kelembaban tanah dapat
mempengaruhi ketersediaan nutrisi dan aktivitas mikroorganisme
dalam tanah, yang pada gilirannya mempengaruhi pH tanah. Oleh
karena itu, pemantauan dan pengaturan suhu dan kelembaban
tanah sangat penting dalam pemeliharaan pertanaman jambu biji
Kristal.
Opini Bahwa penelitian ini memberikan kontribusi yang berharga dalam
pemahaman tentang pengaruh suhu tanah dan kelembaban tanah
terhadap pH tanah dalam pertanaman jambu biji varietas kristal.
Penelitian ini menggambarkan pentingnya memperhatikan faktor-
faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban tanah dalam
mengelola pertanaman jambu biji kristal. Hasil penelitian ini
dapat menjadi panduan bagi petani dalam mengoptimalkan
kondisi tanah untuk pertumbuhan tanaman yang sehat dan
produktif. Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya
pemahaman tentang pH tanah dalam konteks penyerapan nutrisi
oleh tanaman dan potensi kontaminasi logam berat. Jurnal ini
memberikan informasi yang berguna dan relevan bagi para petani
dan peneliti dalam bidang pertanian.

Review Jurnal 11
Judul Edukasi Terkait Pengolahan dan Pemasaran Limbah Pertanian
Pada Kelompok Tani Karisma di Banjarsengon Kecamatan
Patrang,Jember, Jawa Timur
Jurnal JURNAL PENGABDIAN ILMU KESEHATAN
Volume & Halaman Vol 2
Tahun 2022
Penulis Riskha Dora Candra Dewi
Tanggal 3 november
Link jurnal https://ejurnal.politeknikpratama.ac.id/index.php/JPIKes/article/
download/791/799

Identifikasi Masalah Penggunaan Pestisida: Penggunaan pestisida yang berlebihan dan


tidak terkendali dapat menyebabkan pencemaran tanah. Pestisida
yang digunakan dalam pertanian atau kegiatan lainnya dapat
merusak tanah dan merusak ekosistem tanah serta organisme yang
hidup di dalamnya

Penggunaan Pupuk Kimia: Penggunaan pupuk kimia yang


berlebihan juga dapat menyebabkan pencemaran tanah. Pupuk
kimia yang tidak diserap oleh tanaman dapat mencemari tanah
dan merusak kualitas tanah serta keseimbangan nutrisi yang
diperlukan oleh tanaman
Limbah Pertanian: Limbah pertanian seperti sisa panen, limbah
ternak, dan limbah organik lainnya jika tidak dikelola dengan baik
dapat mencemari tanah. Limbah pertanian yang membusuk di
tanah dapat menghasilkan zat-zat berbahaya dan merusak kualitas
tanah serta keseimbangan ekosistem tanah
Tujuan Penelitian Mengidentifikasi sumber pencemaran tanah: Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran
tanah, seperti penggunaan pestisida, penggunaan pupuk kimia,
limbah industri, limbah pertanian, dan pembuangan sampah yang
tidak teratur

Menganalisis dampak pencemaran tanah: Penelitian ini bertujuan


untuk menganalisis dampak pencemaran tanah terhadap kualitas
tanah, organisme tanah, dan ekosistem tanah secara keseluruhan.
Dampak pencemaran tanah dapat meliputi penurunan kesuburan
tanah, kerusakan ekosistem tanah, dan penurunan produktivitas
pertanian

Penyebaran strategi pengelolaan pencemaran tanah: Penelitian ini


bertujuan untuk mengembangkan strategi pengelolaan
pencemaran tanah yang efektif, seperti penggunaan teknik
pertanian berkelanjutan, pengelolaan limbah yang baik, dan
penggunaan alternatif pestisida dan pupuk yang ramah
lingkungan.

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang polusi tanah:


Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas tanah dan
mengurangi polusi tanah. Hal ini dapat dilakukan melalui
penyuluhan, edukasi, dan kampanye yang bertujuan untuk
mengubah perilaku masyarakat dalam pengelolaan limbah dan
penggunaan bahan kimia
Populasi & Sampel Populasi: populasi penelitian tentang pencemaran tanah di
Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur
Sampel: tanah yang diambil dari berbagai lokasi dalam populasi
tersebut
Hasil Penelitian Pertanian menjadi salah satu sektor yang banyak dimanfaatkan
sebagai mata pencarian oleh masyarakat Indonesia. Karena itu,
akan cukup mudah untuk menemukan lahan pertanian di wilayah
Indonesia. Seiring dengan hal tersebut, limbah pertanian muncul
dan menjadi salah satu permasalahan dalam bidang pertanian.
Limbah pertanian merupakan bagian dari hasil pengelolaan
pertanian yang tersisa atau tidak diperlukan. Dengan kata lain,
limbah pertanian merupakan sampah atau produk buangan dari
hasil pertanian.
Kesimpulan Limbah pertanian terbagi menjadi tiga jenis, yaitu berdasarkan
sumber, waktu, dan wujudnya. Sedangkan strategi pemasaran
meliputi 5 elemen yaitu produk, saluran distribusi, lokasi, harga
dan promosi. Untuk limbah pertanian di Banjarsengon ini selain
dilakukan presentasi tentang teori limbah pertanian dan
pemasarannya. Juga dilakukan praktek pengolahan limbah
pertanian yaitu fermentasi jerami sebagai pupuk. Juga dibuat
simulasi tentang stratgei pemasarannya sebagai gambaran bagi
para peserta edukasi in
Opini Opini kami tentang penelitian ini adalah bahwa penelitian ini
memberikan kontribusi yang penting dalam pemahaman dan
penanganan masalah pencemaran tanah. Dalam penelitian ini,
dilakukan identifikasi sumber pencemaran tanah, analisis dampak
pencemaran tanah, dan strategi pengembangan pengelolaan
pencemaran tanah. Hal ini sangat relevan dan penting mengingat
pentingnya menjaga kualitas tanah dan mengurangi dampak
negatif pencemaran terhadap ekosistem tanah dan kesehatan
manusia.

Selain itu, penelitian ini juga memberikan edukasi kepada


masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah pertanian dan
penggunaan pupuk organik. Dengan mengubah persepsi
masyarakat tentang limbah pertanian menjadi sumber daya yang
bernilai, penelitian ini dapat mendorong pemanfaatan limbah
pertanian secara efektif dan berkelanjutan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa opini saya didasarkan pada


deskripsi umum penelitian ini dan tidak memiliki akses langsung
ke hasil penelitian yang spesifik. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan informasi yang lebih rinci dan valid, disarankan
untuk merujuk langsung ke sumber penelitian yang terkait.

Review Jurnal 12
Judul PERSISTENT ORGANIK POLLUTANTS (POPS) DI
BEBERAPA LOKASI PERTANIAN DI INDONESIA (2010)
Jurnal Ecolab
Volume & Halaman Vol 4
Tahun 2010
Penulis Heny Puspita Rokhwani, Yunesfi Syofyan Ratnaningsih
Tanggal 2 juli
Link jurnal https://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JKLH/
article/view/1490/1346

Identifikasi Masalah Masalah pencemaran tanah yang teridentifikasi adalah adanya


senyawa Polutan Organik Persisten (POPs) dan organoklorin
(OCs) di dalam tanah. Senyawa-senyawa ini terdeteksi dalam
konsentrasi yang bervariasi, mulai dari 0,23 hingga 54,9 ppb
Tujuan Penelitian mengidentifikasi dan memahami masalah pencemaran yang
terjadi di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
jenis dan konsentrasi senyawa pencemar yang ada dalam tanah,
serta memberikan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia. Dengan mengetahui masalah pencemaran tanah, dapat
dilakukan upaya pengendalian dan pengelolaan yang tepat untuk
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh pencemaran tersebut
Populasi & Sampel Populasi: Pengambilan contoh uji dilakukan di
sekitar area pertanian atau perkebunan di Medan dan Karo
(Sumatera Utara), Cianjur dan Karawang (Jawa Barat),
Dieng (Jawa Tengah) dan Batu (Jawa Timur
Sampel:tanah
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan adanya senyawa Polutan Organik
Persisten (POPs) dan organoklorin (OCs) yang terdeteksi dalam
tanah dengan konsentrasi bervariasi. Senyawa-senyawa ini
termasuk DDT dan turunannya seperti p,p'-DDT, o,p-DDT, DDD,
dan DDE. Konsentrasi senyawa DDT dan turunannya dalam tanah
berkisar antara 0,23 ppb hingga 54,9 ppb
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan adanya senyawa
Persistent Organic Pollutants (POPs) dan organoklorin (OCs)
seperti DDT dan turunannya dalam tanah, air, dan sedimen di
lokasi pertanian di Indonesia. Konsentrasi senyawa-senyawa ini
bervariasi, namun masih terdeteksi dalam kisaran yang signifikan.
Hal ini menunjukkan adanya masalah pencemaran tanah oleh
senyawa-senyawa berbahaya tersebut.

Dalam konteks lingkungan, senyawa-senyawa POPs dan OCs


memiliki sifat persisten, mudah berpindah dalam rantai makanan,
dan dapat mengakumulasi dalam tubuh makhluk hidup, termasuk
manusia. Oleh karena itu, keberadaan residu senyawa-senyawa ini
perlu diperhatikan dan diuji lebih lanjut untuk mengevaluasi
dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan.

Penelitian ini menunjukkan perlunya pengendalian dan


pengelolaan yang tepat terhadap pencemaran tanah oleh senyawa-
senyawa POPs dan OCs. Upaya pengujian dan pemantauan
kualitas lingkungan di lokasi pertanian di Indonesia perlu
dilakukan secara teratur untuk mengurangi risiko dan dampak
negatif yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah ini.

Opini Opini tentang penelitian ini adalah bahwa penelitian ini


memberikan kontribusi penting dalam mengidentifikasi masalah
pencemaran tanah oleh senyawa Persistent Organic Pollutants
(POPs) dan organoklorin (OCs) di lokasi pertanian di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan adanya keberadaan senyawa-
senyawa berbahaya ini dalam tanah, air, dan sedimen dengan
konsentrasi yang signifikan. Hal ini menunjukkan adanya risiko
pencemaran yang perlu diperhatikan dan diatasi.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya pengendalian dan


pengelolaan yang tepat terhadap pencemaran tanah oleh senyawa-
senyawa POPs dan OCs. Dengan mengetahui keberadaan dan
konsentrasi senyawa-senyawa ini, dapat dilakukan upaya
pengujian dan pemantauan yang lebih lanjut untuk mengevaluasi
dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Selain
itu, penelitian ini juga dapat menjadi dasar untuk mengembangkan
strategi pengelolaan yang lebih efektif guna mengurangi risiko
dan dampak negatif dari pencemaran tanah ini.

Review Jurnal 13
Judul Agricultural, Plantation, and Livestock Waste
Burden Prediction at Bengawan Solo Watershed in Boyolali
Jurnal -
Volume & Halaman -
Tahun 2020
Penulis Sepfiana Dari Ningsih,Kusnul Khotimah,Fibula Risnanti
Dinda Ayu Nugrahanti,Rashyid Muttaqim Maulana,
Radix Dzakiya Ahmad

Tanggal -
Link jurnal https://ojs.unm.ac.id/Lageografia/article/download/14412/pdf

Identifikasi Masalah Potensi beban pencemar pertanian, perkebunan, dan peternakan


terbawa oleh air larian (Run off) pada saat atau setelah terjadinya
hujan menuju ke DAS Bengawan Solo, yang mana buangan
limbah industri mampu meningkatkan kadar bahan organik BOD
(Biological Oxigen Demand) dan penurunan kadar oksigen
terlarut DO (Dissolved Oxygen) dari hulu ke hilir
Tujuan Penelitian mengetahui potensi beban pencemaran limbah sektor pertanian,
perkebunan dan peternakan terhadap DAS Bengawan Solo di
Kabupaten Boyolali
Populasi & Sampel Populasi: seluruh kecamatan yang termasuk kedalam batas DAS
Bengawan Solo di Kabupaten Boyolali, yang mana meliputi
beberapa kecamatan antara lain:Kecamatan Ampel, Andong,
Banyudono, Boyolali, Cepogo, Gladagsari, Karang Gede,
Klego,Mojosongo, Musuk, Ngemplak, Nogosari, Sambi, Selo,
Simo, Tamansari, dan Teras
Sampel:seluruh Kecamatan yang termasuk kedalam
batas DAS Bengawan Solo di Kabupaten Boyolali, dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling menggunakan sumber
data sekunder.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa potensi beban
pencemaran limbah sector pertanian, perkebunan, dan peternakan
pada Tahun 2018 terhadap DAS Bengawan Solo terdiri

dari 3 kriteria yang di beri warna berbeda pada peta, warna


tersebut antara lain: warna merah merupakan beban pencemaran
limbah tertinggi, warna kuning merupakan beban pencemaran
limbah sedang, dan warna hijau merupakan beban pencemaran
limbah terendah. Kecamatan ang berpotensi mengalami
pencemaran limbah merupakan kecamatan yang dialiri
beberapasungai yang berada dalam batas DAS Bengawan Solo.
Kesimpulan Pemanfaatan lahan di sekitar DAS Bengawan Solo akan
menimbulkan berbagai masalah,salah satunya yakni masuknya
limbah cair dan limbah padat dalam jumlah relatif besar
yangdihasilkan dari produksi industri baik pada sektor pertanian,
perkebunan dan peternakan.Potensi beban pencemaran limbah
terbesar yakni sektor peternakan dan palawija, dimana
sektorpeternakan merupakan sektor yang memiliki hasil produksi
yang lebih banyak daripada sector lainnya sehingga beban
pencemaran yang dikeluarkan cukup banyak. Kecamatan
Cepogodengan nilai beban limbah BOD sebesar 2027 Ton/Tahun
dan nilai beban limbah COD sebesar 26196 Ton/Tahun. Selain
sektor peternakan, sektor palawija merupakan sektor dengan
beban limbah terbesar dibandingkan dengan sektor perkebunan,
dimana nilai beban pencemar limbah BOD sebesar 313Ton/Tahun
dan nilai beban pencemar limbah COD sebesar 469 Ton/Tahun di
Kecamatan Cepogo. Kecamatan Cepogo merupakan kecamatan
yang berpotensi menghasilkan beban pencemaran limbah dari
sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Air limbah
yangtergenang/run off kemudian mengalami proses pengangkutan
menuju ke Sungai Pule, sehingga mampu mencemari kualitas air
sungai tersebut. Kemudian, Sungai-sungai yang melewati
beberapa Kecamatan yang termasuk kedalam DAS Bengawan
Solo antara lain: Sungai cengklik,Sigeneng, Bejoso, Musuk,
Mogol, Pengkol, Slondo, Suren, Brongkol, Logerit, Pepe,
Baran,Ledok, Kotes, Butak, dan Gereng. Sungai-sungai yang
berpotensi menghasilkan beban pencemaran limbah, maka akan
mencemari DAS Bengawan Solo.
Opini Upaya pemerintah Jawa Tengah dalam hal peningkatan mutu
pertanian dengan meningkatkan produktivitas sektor pertanian,
perkebunan, dan peternakan khusunya di Kabupaten Boyolali,
dimana peningkatan produktivitas sektor pertanian, perkebunan,
dan peternakan dilihat dari luas lahan digunakan dan juga jumlah
pekerja yang bekerja pada sektor tersebut Sektor pertanian
Kabupaten Boyolali dapat berkembang dan memenuhi kebutuhan
pasar dengan memanfaatkan sumber air yang berasal dari Sungai
yang berada pada DAS Bengawan Solo Sungai-sungai DAS
Bengawan Solo di Kabupaten Boyolali merupakan sungai yang
berfungsi sebagai sumber pengairan lahan pertanian, sumber
pengairan lahan perkebunan, sumber bahan baku air minum,
sumber bahan baku berbagai macam industri baik industri
makanan maupun minuman, dan juga dimanfaatkan sebagai air
domestik oleh sebagian penduduk Selain memanfaatkan sungai-
sungai yang berada pada DAS Bengawan Solo, alternatif lainnya
yang digunakan yakni dengan menggunakan air bawah tanah
sebagai sumber pengairan Pencemaran air yang terjadi pada DAS
Bengawan Solo yang disebabkan oleh buangan limbah industri
dapat mempengaruhi kualitas air sungai Semakin besar luas lahan
pertanian, perkebunan dan jumlah ternak maka semakin besar
pula potensi beban pencemar yang muncul dan nantinya dapat
mencemari air sungai Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan
identifikasi Potensi Beban Pencemaran Terhadap DAS Bengawan
Solo di Kabupaten Boyolali khususnya di wilayahwilayah
berbatasan dengan DAS Bengawan Solo

METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif


kuantitatif dengan menghitung jumlah potensi beban pencemaran
limbah yang dihasilkan dari sektor pertanian, perkebunan, dan
peternakan terhadap DAS Bengawan Solo Kemudian data yang
ada diolah menjadi data spasial dan dimunculkan dalam bentuk
peta potensi beban pencemaran limbah terhadap DAS Bengawan
Solo....

Review Jurnal 14
Judul KAJIAN KEMANTAPAN AGREGAT TANAH PADA
PEMBERIAN BEBERAPA JENIS BAHAN ORGANIK
DI PERKEBUNAN KOPI ROBUSTA
Jurnal Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan
Volume & Halaman Vol 2/111-117
Tahun 2015
Penulis Budy Satya Utomo, Yulia Nuraini, Widianto*
Tanggal
Link jurnal https://jtsl.ub.ac.id/index.php/jtsl/article/view/120

Identifikasi Masalah PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) merupakan perusahaan


perkebunan yang membudidayakan dan mengelola kopi robusta
dimana memulai pembukaan lahan hutan dengan cara tebang
bakar dan pembersihan permukaan tanah yang dilakukan oleh
perusahaan Belanda pada tahun 1935.Kegiatan alih fungsi lahan
dengan cara tebang bakar tersebut diduga sebagai penyebab
menurunnya kualitas lahan, hal ini dikarenakan pembakaran kayu
dan ranting sisa pembukaan lahan dapat mempercepat proses
pencucian dan pemiskinan tanah sehingga berdampak pada
pemadatan tanah dengan rusaknya struktur tanah baik di lapisan
atas maupun lapisan bawah.
Tujuan Penelitian Perkebunan Nusantara XII melakukan beberapa pengelolaan
terpadu salah satunya dengan pengembalian atau pemberian bahan
organik untuk memulihkan kembali status hara dalam tanah
Populasi & Sampel Populasi: Perkebunan Nusantara XII (Persero)
Sampel:status hara dalam tanah
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya kandungan
bahan organik tanah akan diikuti oleh penurunan berat isi tanah
terutama pada kedalaman 0-10 cm sedangkan pada kedalaman 10-
20 cm dan 20-30 cm tidak menunjukkan penurunan berat isi tanah
yang signifikan karena aplikasi pemupukan hanya dilakukan pada
permukaan tanah. Pemberian bahan organik menunjukkan hasil
yang lebih baik terhadap kandungan bahan organik tanah, berat isi
tanah, dan kemantapan agregat apabila dibandingkan dengan
perlakuan tanpa pemberian bahan organik (Gambar 1, 3, dan 5).
Semakin tinggi bahan organik berdampak terhadap penurunan
berat isi tanah dan peningkatan kemantapan agregat. Tanah
dengan bahan organik rendah menyebabkan peningkatan berat isi
tanah sehingga menurunkan porositas tanah, stabilitas agregat dan
kadar air kapasitas lapang (Li et al., 2007). Hasil pengukuran
kemantapan agregat pada berbagai perlakuan menunjukkan bahwa
peningkatan bahan organik tanah akan meningkatkan kemantapan
agregat terutama pada kedalaman 0-10 cm apabila dibandingkan
pada kedalaman 10-30 cm, seperti halnya penurunan berat isi
tanah. Berdasarkan

Gambar 7 dapat diketahui bahwa pemberian vermikompos


memiliki kemantapan agregat yang tinggi, karena vermikompos
memiliki kandungan bahan organik tanah yang tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lain. Vermikompos dihasilkan
dari proses perombakan bahan organik dengan bantuan aktivitas
cacing tanah (Mullat, 2003). Oleh karena itu, vermikompos
memiliki kandungan bahan organik tanah yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pramana (2014) bahwa pada
perlakuan vermikompos memiliki populasi cacing yang tinggi.
Tanah dengan kandungan bahan organic dan populasi cacing yang
tinggi berpengaruh terhadap berat isi dan kemantapan agregat
tanah, sehingga pada perlakuan vermikompos memiliki berat isi
dan kemantapan agregat tanah yang paling baik dibandingkan
dengan perlakuan lainnya
Kesimpulan kandungan bahan organik tanah lebih tinggi dibandingkan
pemberian pupuk kulit buah kopi, dan pupuk kandang sapi di
kedalaman 0-10 cm. Sementara itu, pemberian beberapa jenis
bahan organik tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap
kandungan bahan organic tanah di kedalaman 10-20 dan 20-30
cm. Pemberian vermikompos, pupuk kulit buah kopi, dan pupuk
kandang sapi mengakibatkan agregat tanah lebih mantap
dibandingkan tanpa pemberian bahan organik (NPK).
Opini Aplikasi pemberian bahan organik yang dilakukan di perkebunan
kopi tersebut diharapkan mampu menyediakan bahan organik
yang cukup dalam mempertahankan kualitas tanah Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian ini guna mengetahui pengaruh
bahan organik berupa vermikompos, pupuk kulit kopi dan pupuk
kandang sapi terhadap kemantapan agregat tanah Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
survei dengan memilih secara acak 3 pohon kopi yang memiliki
kerapatan kanopi dan tinggi pohon yang kurang lebih sama, serta
kemiringan lahan sekitar 3-6% pada tiap plot yang telah
diaplikasikan beberapa jenis bahan organik selama ± 10 tahun
(plot vermikompos, pupuk kulit buah kopi, pupuk kandang sapi,
dan tanpa bahan organik), kemudian dilakukan 113 Jurnal Tanah
dan Sumberdaya Lahan Vol 2 No 1: 111-117, 2015
http://jtsl.ub.ac.id pengambilan contoh tanah pada tiga kedalaman
tanah (0-10 cm, 10-20 cm, dan 20-30 cm)Parameter kesuburan
tanah yang dilakukan meliputi kemantapan agregat, berat isi, dan
kandungan bahan organik tanah Pada berbagai pemberian bahan
organik, vermikompos memiliki kandungan bahan organik tanah
yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kulit buah kopi dan pupuk
kandang sapi di kedalaman 0-10 cm

Review Jurnal 15
Judul Suseptibilitas Magnetik dan Kelimpahan Mineral Magnetik
pada Tanah Sawah di Lawang dan Soekarno-Hatta, Malang
Jurnal (Journal of Physical Science and Engineering)
Volume & Halaman Vol 3/48-54
Tahun 2018
Penulis N Y Daryanti.S Zulaikah, N Mufti,dan D S Haryati
Tanggal
Link jurnal https://dx.doi.org/10.17977/um024v3i22018p048

Identifikasi Masalah Seiring perkembangan pembangunan di wilayah perkotaan


Soekarno-Hatta Malang,tanah sawah menjadi beralih fungsi
sehingga tercipta lingkungan sawah yang berada dekat dengan
aktivitas manusia. Hal tersebut berbeda dengan tanah sawah di
Lawang.
Tujuan Penelitian memahami keadaan lingkungan seperti itu dapat dilakukan
dengan mempelajari sifat mineral magnetik yang terkandung
dalam tanah pertanian atau perkebunan. Sifat magnetic sering
digunakan sebagai indikator keadaan lingkungan dan
perkembangan tanah, terutama untuk memahami sifat magnetik
dan non magnetik tanah sawah
Populasi & Sampel Populasi: Tanah sawah pada umumnya jauh dari permukiman
padat penduduk beserta aktivitasnya
Sampel: tanah sawah di Malang dengan luas sawah ±1.142 Ha
area kota dan ±45.888 Ha
area kabupaten. Letak geografis 112°17’10,90” – 112°57’00” BT
dan 7°44’55,11” – 8°26’35,45” LS.
Hasil Penelitian Nilai suseptibilitas magnetik pada tanah sawah di daerah Lawang
dan Soekarno-Hatta memiliki rentang nilai yang bervariatif, hal
ini dapat disebabkan oleh beberapa hal salah satunya ialah
sumberatau dari mana mineral magnetik tersebut berasal. Adapun
rentang nilainya mencakup rentang nilai suseptibilitas magnetik
frekuensi rendah, tinggi, dan frekuensi dependen dalam persentase
Sampel tanah sawah yang diperoleh sebanyak 40 holder sampel
dari 20 titik pengambilan. Setelah

sampel telah diukur suseptibilitas magnetiknya kemudian segera


dipreparasi untuk dilakukan pengujian XRF (X-Ray Fluoresence).
Uji XRF dilakukan dengan tujuan mendapatkan komposisi unsur
yang terkandung dalam tanah sawah, baik unsur magnetik
maupun unsur non magnetik. Secara keseluruhan sampel yang
telah diuji sebelumnya, kemudian dipilih 2 sampel untuk dilihat
komposisinya. Sampel tanah dipilih dengan kriteria nilai
suseptibilitas magnetik tertinggi dan terendah yang dapat dilihat
melalui tabel rentang di atas (Tabel 1).
Kesimpulan Beberapa komposisi unsur mineral magnetik yang terdapat dalam
tanah sawah diantaranya ada besi (Fe), silika (Si), aluminium
(Al), kalsium (Ca), titanium (Ti). Persentase terbesar yaitu besi
(Fe) 43,55% untuk tanah sawah Lawang dan 40% untuk tanah
sawah Soekarno-Hatta. Unsur terbesarnya merupakan golongan
unsur magnetik sehingga hal ini yang mungkin mengakibatkan
adanya nilai suseptibilitas dalam tanah sawah. Nilai suseptibilitas
yang fluktuatif di setiap titik juga dapat disebabkan oleh
campuran unsur magnetik dan non magnetik dengan persentase
komposisi yang berbeda-beda. Unsur magnetik maupun non
magnetik dalam tanah termasuk dalam unsur hara yang diserap
tumbuhan untuk proses pertumbuhanny
Opini Pengkajian sifat magnetik tanah sawah perlu dilakukan secara
menyeluruh dan intensif, mengingat bahwa sawah merupakan
lahan istimewa dengan masa basah kering yang teratur. Selain itu
juga tanah sawah memiliki peran penting bagi ketahan pangan
bagi masyarakat, sehingga dari sifat magnetiknya dan
mengetahuin unsur yang terkandung di dalamnya dalam
mengendalikan dan menanggulangi pencemaran logam berat pada
tanah sawah.

Anda mungkin juga menyukai