Anda di halaman 1dari 14

DOI: 10.5281/zenodo.

7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

PROBLEMATIKA KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU


YANG MEMENGARUHI KARAKTER PESERTA DIDIK

oleh
Gede Sutrisna Gede Sidi Artajayaii
i*,

Universitas Dwijendrai*
Universitas PGRI Mahadewa Indonesiaii
gedesutrisna07@gmail.com*,gedesidiartajaya@gmail.com

Abstrak
Kepribadian merupakan karakteristik individu yang menjadi ciri khas tersendiri yang
membedakan suatu individu dengan yang lainnya. Karakteristik yang dimaksud disini
bersifat internal dengan kata lain berkaitan dengan emosi, perasaan, pembawaan yang
berpengaruh pada perilaku individu. Selama ini para guru kurang menyadari jika
kepribadian yang mereka tunjukkan didepan anak didiknya sangat berpengaruh pada
perkembangan karakter anak didik itu sendiri. Para guru cenderung hanya menunaikan
tugas utama mereka yaitu mengajar, tanpa memperhatikan jika apa yang mereka lakukan
dilihat, didengar, dan ditiru oleh peserta didiknya. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji
problematika kompetensi kepribadian guru yang mempengaruhi perkembangan karakter
peserta didik. Penelitian ini merupakan studi pustaka atau library research yang
dilakukan dengan mengumpulkan berbagai sumber dan literasi terkait dengan topik
bahasan. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan karakter serta moralitas peserta didik
merupakan cerminan dari kompetensi kepribadian guru itu sendiri. Oleh sebab itu, guru
harus mampu menjadi good role-model serta menampilkan kepribadian yang terpuji
untuk dicontoh oleh peserta didiknya.

Kata kunci: Kompetensi Kepribadian, Guru, Perkembangan Karakter

THE ISSUES OF TEACHERS’ PERSONALITY COMPETENCE


THAT AFFECT STUDENTS’ CHARACTER
Abstract
Personality is an individual unique characteristic that distinguishes one individual from
another. It relates to emotions, feelings, traits that affect individual behavior. So far,
teachers are not aware that the personality they show towards their students is very
influential on the character development of the students themselves. Teachers tend to only
carry out their teaching, without considering that what they are doing is seen, heard, and
imitated by their students. This article aims to examine the issues of teachers’ personality
competence that affect the students’ character development. This research is a library
research conducted by collecting various sources and literacy related to the topic of
discussion. It could be concluded that students’ morality and character development is
reflection of teachers’ personality competence. Therefore, teachers must be able to be
good role models and exhibit noble personality to be adopted by their students.

Keyword: Teachers, Personality Competence, Character Development

1
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

1. PENDAHULUAN tercermin dari kepribadian yang ada

P endidikan yang berkualitas tidak


hanya ditentukan oleh hebatnya
pada dirinya. Melalui kepribadian
yang dimilikinya, guru diharapkan
kurikulum yang digunakan, fasilitas – mampu menginspirasi, menuntun, dan
fasilitas penunjang yang bernilai membentuk karakter anak didiknya
tinggi ataupun besaran dana untuk menjadi insan yang beriman
pendidikan yang dihabiskan untuk dan bertakwa kepada Tuhan Yang
mendukung berjalannya proses Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
pendidikan tersebut. Namun, guru berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
yang berkualitas juga ikut menjadi warga negara yang
berkontribusi sebagai faktor penentu demokratis serta bertanggung jawab
terciptanya pendidikan berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan
(Sutrisna, 2021). Guru berkualitas nasional yang terdapat pada Undang-
yang dimaksudkan disini adalah guru Undang Republik Indonesia Nomor
yang tidak hanya memiliki 20 tahun 2003 tentang Sistem
kemampuan intelektual yang tinggi, Pendidikan Nasional. Dengan kata
namun juga memiliki kepribadian lain, guru yang berkepribadian baik
yang mampu menjadi teladan bagi akan melahirkan siswa yang
peserta didiknya. Seperti dalam berkarakter baik pula. Untuk
pepatah “guru kencing berdiri, murid mewujudkannya, seorang guru harus
kencing berlari”, maka sudah menampilkan dan mencerminkan
sepatutnya guru memberikan contoh kepribadian yang selayaknya dimiliki
yang baik agar dapat ditiru oleh anak oleh seorang guru untuk kemudian
didiknya. diteladani oleh anak didiknya.
Guru harus tetap menjadi orang Dalam PP No. 19 Tahun 2005
yang digugu dan ditiru. Pernyataan tentang Standar Nasional Pendidikan,
tersebut mengandung makna sebagai kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik, guru diharapkan seorang guru mencakup empat
mampu menjadi panutan yang kompetensi yaitu kompetensi

2
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

pedagogik, kompetensi kepribadian, mempunyai kepribadian tidak baik.


kompetensi sosial dan kompetensi Hal inilah yang berpengaruh buruk
professional. Penguasaaan pada perkembangan karakter peserta
kompetensi kepribadian merupakan didik. Guru yang seharusnya
hal yang penting bagi seorang guru. mengayomi dan membimbing anak
Sudah seharusnya seorang guru juga didiknya meraih masa depan yang
memperhatikan kompetensi lebih baik malah menjadi oknum
kepribadian yang dimilikinya selain yang menjerumuskan mereka ke
tiga kompetensi lainnya yaitu dalam lembah kegelapan.
kompetensi pedagogik, kompetensi Kepribadian guru yang tidak sesuai
sosial dan kompetensi professional. dengan norma-norma tersebut hanya
Selama ini para guru kurang akan menjadi model yang buruk bagi
menyadari jika kepribadian yang siswa dan mencoreng nama baik guru
mereka tunjukkan didepan anak sebagai pencetak generasi bangsa
didiknya sangat berpengaruh pada yang berbudi luhur. Sebagai sosok
perkembangan karakter anak didik itu yang berperan dalam melahirkan
sendiri. Para guru cenderung hanya generasi yang intelektual dan unggul
menunaikan tugas utama mereka dalam karakter, seorang guru
yaitu mengajar, tanpa memperhatikan seharusnya mampu meningkatkan
jika apa yang mereka lakukan dilihat, kompetensi kepribadian yang
didengar, dan ditiru oleh peserta dimilikinya agar dapat menjadi
didiknya. teladan atau model karakter bagi
Beberapa kasus yang terjadi di peserta didik. Oleh karena itu,
lapangan seperti tindakan kekerasan, diperlukan usaha untuk selalu
tindakan diskriminasi, ataupun memperbaiki diri demi terciptanya
tindakan asusila (ekploitasi) yang penguasaan kompetensi kepribadian
dilakukan guru terhadap peserta yang lebih optimal demi
didiknya sendiri menunjukkan bahwa perkembangan dan kemajuan peserta
masih ada beberapa oknum guru yang didik sehingga dapat berkontribusi

3
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

bagi kemajuan sekolah dan dunia 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


pendidikan. A. Kompetensi Kepribadian Guru
Dewi, Suharsono & Haris
2. METODE (2014) menyatakan kompetensi ini
Metode penelitian yang sebagai kemampuan personalitas, jati
digunakan dalam penelitian ini adalah diri sebagai seorang tenaga pendidik
studi pustaka atau library research. yang menjadi panutan bagi peserta
Penelitian dilakukan dengan cara didik. Kompetensi inilah yang selalu
mengumpulkan berbagai sumber dan menggambarkan prinsip bahwasannya
literasi terkait dengan topik bahasan guru adalah sosok yang patut digugu
yang dibahas oleh peneliti. Teknik dan ditiru. Dengan kata lain, guru
pengumpulan data yang dilakukan adalah teladan bagi peserta didik atau
meliputi beberapa langkah berikut: 1) guru menjadi sumber dasar bagi
pengumpulan sumber-sumber serta peserta didik, apalagi untuk jenjang
literasi seperti buku, buku digital, pendidikan dasar atau taman kanak-
jurnal penelitian, serta artikel kanak. Pada tahap ini anak cenderung
mengenai kompetensi kepribadian meniru apa yang dilihat dan
guru dan perkembangan karakter didengarnya atau sering disebut
peserta didik; 2) melakukan proses sebagai proses meniru (imitasi).
pengumpulan data dengan Kompetensi dan subkompetensi
mempelajari referensi yang sudah kepribadian sesuai dengan Peraturan
terkumpul melalui proses Menteri Pendidikan Nasional Nomor
pemahaman, penelaahan, sintesis, dan 16 tahun 2007 tentang Standar
penyimpulan; 3) memasukkan Kualifikasi Akademik dan
kerangka teori atau simpulan yang Kompetensi Guru diuraikan sebagai
dihasilkan kedalam sub topik yang berikut :
sesuai dengan sub topik yang 1) Bertindak sesuai dengan norma
terformulasikan dalam penelitian. agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.

4
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

Guru tidak hanya bekerja teladan bagi peserta didik dan


mentransfer ilmu pengetahuan tetapi masyarakat.
juga menjadi pemberi teladan nilai- Menjadi guru yang jujur berarti
nilai moral yang dianut oleh berani untuk mengakui kekurangan
masyarakat. Seorang guru diharapkan dan kelemahannya serta bersedia
mampu memberikan teladan moral untuk memperbaiki diri. Maka dari itu
yang tercermin dalam sikap, perilaku, seorang guru diharapkan terbuka
dan cara hidupnya. Melalui tugas ini terhadap masukan, kritik atau saran,
juga, guru harus menjadi penjaga bagi serta bersedia mendengarnya dengan
sikap dan perilaku masyarakat dalam lapang. Sebagai guru yang jujur, guru
kaitan dengan pelaksanaan norma- juga diharapkan berjalan dan berbuat
norma yang ada. Guru hendaknya sesuai dengan kata hati nurani.
menjadi sumber pencerahan bagi Seorang guru harus berani menolak
terlaksananya norma-norma dalam bahkan melawan kecurangan,
kehidupan di sekolah dan masyarakat. kelicikan, atau praktik-praktik kotor
Implikasi dari poin ini adalah seorang yang dijumpai dalam menjalankan
guru diharapkan mampu menghargai tugasnya sebagai pendidik.
peserta didik tanpa membedakan Selain bertindak jujur, guru juga
keyakinan yang dianut, suku, adat- harus menampilkan diri sebagai
istiadat daerah asal dan gender pribadi yang memiliki akhlak yang
dengan kata lain seorang guru mulia sehingga dapat menjadi sumber
diharapkan tidak bertindak rasis teladan bagi siswa maupun
(rasisme). Selain itu, guru juga harus masyarakat. Berakhlak mulia berarti
bersikap sesuai dengan agama yang guru harus menampilkan sikap dan
dianut, hukum dan norma sosial yang perilaku yang terpuji, mengedepankan
berlaku dalam masyarakat serta sopan santun dan tata krama dan
kebudayaan nasional yang beragam. menjauhkan perilaku - perilaku yang
2) Menampilkan diri sebagai pribadi buruk. Guru harus menjadi pribadi
yang jujur, berakhlak mulia, dan yang bermoral atau memiliki

5
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

keteladanan moral, bertindak sesuai menempatkan diri, mengelola diri dan


dengan nilai-nilai luhur yang tidak emosinya sehingga dapat berinteraksi
bertentangan dengan harkat dan secara efektif dengan siswa. Guru
martabatnya sebagai pendidik. harus dapat mengelola emosi
Guru seharusnya mampu sedemikian rupa sehingga dapat
menjadi teladan bagi siswanya. Guru menampilkan sikap dan perilaku yang
diharapkan bisa menjadi model yang positif. Kecerdasan emosi sangat
memperlihatkan sikap dan perilaku penting untuk dikembangkan agar
yang pantas dicontoh. Kata-kata dapat dapat mengelola emosi sehingga guru
menggerakkan, namun teladanlah dapat menampilkan pribadi yang
yang memikat. Karena itu nilai-nilai stabil dan mantap.
yang diajarkan guru tidak sekedar Guru yang memiliki
kata-kata tetapi harus terpancar dalam kepribadian dewasa dimaknai dengan
sikap dan cara hidupnya. menampilkan kemadirian dalam
3) Menampilkan diri sebagai pribadi bertindak sebagai pendidik dan
yang mantap, stabil, dewasa, arif, memiliki etos kerja sebagai guru.
dan berwibawa. Sedangkan menampilkan tindakan
Guru haruslah memiliki pribadi yang didasarkan pada kemanfaatan
yang stabil secara emosional sehingga peserta didik, sekolah dan masyarakat
mampu membimbing siswa secara serta menunjukkan keterbukaan
efektif. Menjadi guru yang matang dalam berfikir dan bertidak adalah
secara emosional berarti guru harus makna dari kepribadian yang arif
mampu mengendalikan diri, hawa (Suyanto & Djihad, 2013)
nafsu, dan kecenderungan- Guru harus menampilkan diri
kecenderungan tertentu yang sebagai pribadi yang berwibawa.
dimilikinya. Berhadapan dengan Wibawa adalah pengaruh tertentu
siswa yang berasal dari berbagai yang timbul dari dalam diri seseorang
macam latar belakang, watak dan sehingga menyebabkan orang lain
karakter, guru harus dapat memberikan rasa hormat atau

6
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

penghargaan kepadanya. Menjadi keseluruhan. Guru yang memiliki etos


pribadi yang berwibawa tidak berarti kerja yang tinggi selalu menjunjung
guru harus gila hormat tetapi tinggi semangat pengabdian tanpa
penghormatan atau penghargaan yang pamrih. Ia mengedepankan
diberikan oleh siswa kepada guru kewajiban-kewajiban yang harus
bersumber dari pancaran kepribadian dipenuhi dan mengutamakan
yang mulia. Keteladanan guru pelayanan prima kepada siswa atau
sekaligus menjadi sumber pihak-pihak lain yang
kewibawaannya. Guru dihormati membutuhkannya.
bukan karena posisi atau jabatannya Guru yang bertanggung jawab
sebagai guru melainkan karena adalah guru yang setia kepada tugas
pribadi yang memperlihatkan yang diembannya yakni tugas dalam
keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai mengajar, membimbing dan
yang dihayati. mendampingi siswa (Sutrisna, 2021).
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung Seorang guru harus berani
jawab yang tinggi, rasa bangga bertanggung jawab terhadap
menjadi guru, dan rasa percaya keputusan-keputusan profesional
diri. yang dilakukannya yang dilandasi
Guru profesional adalah guru pertimbangan-pertimbangan etis dan
yang memiliki etos kerja yang tinggi rasional.
dan bertanggung jawab terhadap Guru profesional juga harus
tugas dan pekerjaannya. Etos kerja memiliki kebanggaan terhadap
tercermin dalam kedisplinan dan profesinya. Seorang guru yang
ketaatannya dalam bekerja, bangga terhadap profesinya harus
keberanian mengambil tanggung mencerminkan sikap bahwa menjadi
jawab dan kesediaan melakukan guru adalah panggilan hidupnya.
inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi Guru yang memiliki kepribadian ini
perkembangan siswa maupun bagi haruslah berfokus pada pemenuhan
peningkatan mutu pendidikan secara kebutuhan-kebutuhan siswa melalui

7
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

pelayanan yang tanpa pamrih. Sikap terikat dengan kode etik


bangga terhadap profesi juga dapat profesionalnya, karena itu sudah
ditunjukkan dengan tidak melakukan menjadi kewajiban bagi guru untuk
pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak menjunjung tinggi dan melaksanakan
menunjang profesionalisme sebagai kode etik profesional itu secara
guru. Oleh karena itu guru diharapkan konsisten. Guru dalam tugas
tidak mengabaikan tugasnya sebagai pengabdian, dalam tutur kata dan
pendidik demi melakukan pekerjaan perbuatannya haruslah
sampingan sebagai alternatif mencari memperhatikan kode etik sebagai
tambahan. pedoman kerja dan pelayanannya.
Rasa bangga menjadi guru juga Pelanggaran terhadap kode etik
harus ditunjukkan melalui sekaligus juga merupakan pelecehan
kepercayaan diri yang kokoh. terhadap martabat guru sebagai
Seorang guru diharapkan memiliki profesional karena itu harus
sikap percaya diri terhadap mendapatkan sanksi tertentu.
kompetensi yang dimilikinya untuk
menunjang pelaksanaan tugas-tugas B. Masalah – Masalah yang timbul
profesionalnya. Sikap percaya diri ini terkait dengan Kompetensi
dapat ditunjukkan dengan menerima Kepribadian Guru
dan melakukan tugas atau pekerjaan 1. Ketidakmampuan guru dalam
yang dibebankan dengan sepenuh mengendalikan emosi akibat
hati. stress atau tekanan.
5) Menjunjung tinggi kode etik Sebagai seorang yang
profesi guru. berhubungan dengan orang banyak
Menjunjung tinggi kode etik baik sesama guru, pegawai, siswa,
guru, yaitu bahwa seorang guru harus dan orang tua siswa, guru sangat
mampu memahami dan menerapkan rentan mengalami stres. Stres yang
serta berperilaku sesuai dengan kode sulit diatasi dapat menghambat
etik profesi guru. Guru profesional guru dalam melaksanakan

8
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

tugasnya, menggangu proses diselesaikan diluar kelas, bukan


hubungan dengan orang di sekitar, justru dilampiaskan kepada siswa
mengurangi semangatnya, yang tidak ada sangkut pautnya
mengganggu kinerjanya dan sama sekali. Kemampuan guru
sebagainya. Terkait dengan dalam mengendalikan emosi
kinerjanya sebagai seorang berbanding lurus pada semangat
pendidik, ketidakmampuan guru dan antusiasme belajar siswa.
dalam mengendalikan emosi akibat Emosi yang terkendali akan
stress atau tekanan secara personal menjaga suasana belajar yang
maupun impersonal sering kali kondusif.
diluapkan pada siswa. Hal tersebut 2. Kurangnya semangat, perhatian
tidak dapat menjadi teladan yang dan kepedulian guru dalam
baik bagi siswa, karena hanya mengayomi siswa dengan
melahirkan siswa – siswa dengan karakteristik yang beragam.
kepribadian temperamental, brutal, Siswa dengan kemampuan
pembangkang, dan sebagainya. dan sifat yang berbeda-beda
Seperti yang dijelaskan dalam poin seringkali menjadi kesulitan bagi
ketiga dalam kompetensi guru. Kesulitan dan kegagalan
kepribadian guru yaitu dalam mendidik dan mengajar
“Menampilkan diri sebagai siswa dengan latar belakang yang
pribadi yang mantap, stabil, berbeda satu sama lain sering
dewasa, arif, dan berwibawa”, berpengaruh pada menurunnya
guru seharusnya mampu semangat dan perhatiannya kepada
menstabilkan emosinya, bersikap siswa. Hal ini menyebabkan guru
lebih dewasa dan lebih bijak dalam terkadang kurang peduli terhadap
menilai suatu permasalahan. siswa yang mengalami kesulitan
Permasalahan yang dialami baik dalam mengikuti pembelajaran
personal maupun impersonal harus (slow learner), siswa yang tidak
dibedakan dan sebaiknya disiplin, siswa yang nakal dan

9
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

sebagainya (Sutrisna & Artini, ketidakmampuan guru


2020). Selain itu, sikap ini akan mengatur waktu dalam
memunculkan timbulnya menyeimbangkan tugas –
perbedaan perlakuan guru yang tugas yang diembannya.
dirasakan oleh siswa. Siswa tipikal Tugas seorang guru yang
slow learner dan berkarakter begitu banyak, baik dalam
negatif akan semakin jauh melaksanakan tugas utama
tertinggal dari siswa tipikal fast mengajar, melakukan penilaian
learner. Sebagai akibatnya, akan belajar, mengerjakan tugas
muncul kesenjangan antara siswa administratif, dan kadang-kadang
yang berkemampuan rendah memangku suatu jabatan di
dengan siswa yang berkemampuan sekolah membuat guru menjadi
tinggi. Seorang guru idealnya sangat sibuk. Berdasarkan hasil
mampu memfasilitasi anak pengamatan secara real time,
didiknya terlepas dari latar beberapa guru mengatakan bahwa
belakang mereka dan mereka mengalami dilema
memandangnya sebagai tanggung mendalam terkait dengan
jawab yang merupakan bagian dari kebijakan pemerintah yang dinilai
kewajiban yang harus tidak tepat guna. Di satu sisi tugas
dilaksanakan sepantasnya oleh utama sebagai seorang pendidik
seorang guru. Hal tersebut sesuai harus dijalankan, namun disisi lain
dengan poin keempat dalam tuntutan dalam menyelesaikan
kompetensi kepribadian guru yaitu administrasi sangat besar. Mau
menunjukkan etos kerja, tanggung tidak mau, tugas tersebut harus
jawab yang tinggi, rasa bangga dilaksanakan demi terpenuhinya
menjadi guru, dan rasa percaya pembayaran tunjangan walaupun
diri. harus menyita waktu yang
3. Terabaikannya pengajaran semestinya dialokasikan untuk
dan pembinaan siswa akibat mengajar siswa. Hal ini berdampak

10
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

pada terabaikannya pengajaran dan kompetensi kepribadian guru


pembinaan siswa yang seharusnya memiliki keterkaitan dengan
menjadi prioritas utama. Guru pengembangan karakter peserta didik.
tidak dapat memahami Studi kualitatif yang dilakukan Sri
permasalahan serta memberikan Rahayu (2008) menunjukkan bahwa
bimbingan secara langsung terkait kompetensi kepribadian guru
masalah yang dihadapi siswa. memiliki kontribusi terhadap kondisi
Sehubungan dengan hal itu, guru moral siswa. Hasil penelitian
seharusnya mampu mengatur Mulyanah, dkk (2013) menunjukkan
waktu sebaik mungkin (time bahwa kepribadian guru menentukan
management) agar semua tugas terhadap kepribadian atau akhlak
yang dibebankan padanya tidak siswa, artinya guru yang memiliki
menghambat perannya sebagai kepribadian baik akan memberikan
seorang pendidik. Seorang guru kepribadian baik pula terhadap
juga diharapkan mampu siswanya. Dalam hal ini penampilan
memprioritaskan tugas-tugasnya dan sikap guru akan menjadi cermin
sebagai pendidik untuk bagi siswa. Ketika guru
membentuk karakter siswa yang berpenampilan rapi, bersih, dan
unggul dibalik sederetan tugas lain bersahaja akan membuat siswa
yang harus dilaksanakan. tertarik dan tidak menutup
kemungkinan guru ini akan menjadi
C. Pengaruh penguasaan model bagi siswa, sehingga siswapun
kompetensi kepribadian guru akan menampilkan kepribadian yang
terhadap pengembangan demikian, bahkan secara akademik
karakter siswa siswa juga akan antusias dalam
Handayani, Widiharto & belajar. Dalam kenyataan sering
Yulianti, (2014) menguraikan dijumpai bahwa siswa mengalami
beberapa hasil penelitian yang nilai akademik yang rendah karena
menunjukkan bahwa penguasaan tidak tertarik dengan guru.

11
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

Hasil penelitian Saleh (2013) Sementara itu, Sukarno (2014)


tentang profesionalisme guru dalam dalam tesisnya yang berjudul
kenangan siswa menunjukkan ada “Pengaruh Kompetensi Kepribadian
beragam pendapat siswa tentang Guru, Persepsi Guru tentang Silabus
sosok guru yang masih dikenangnya Berkarakter, dan Budaya Sekolah
sampai sekarang. Dari beragam terhadap Pembelajaran Karakter”
pendapat tersebut, dapat membuktikan bahwa kompetensi
dideskripsikan pada tiga kelompok, kepribadian guru berpengaruh
yaitu guru dikenang karena: (1) terhadap pembelajaran karakter.
menjadi sosok “protagonis”; (2) Semakin baik kompetensi kepribadian
menjadi sosok “antagonis”; (3) guru akan semakin baik kualitas
berkesan antagonis demi pembelajaran karakter yang
menampilkan sosok yang tegas. dilaksanakannya kepada peserta
Dengan demikian, seperti halnya didik.
siswa-siswa “tertentu” yang lebih Berdasarkan uraian hasil
dikenal oleh guru, ternyata guru penelitian diatas dapat disimpulkan
dengan karakteristik tertentu juga bahwa kompetensi kepribadian guru
lebih dikenal dan dikenang siswa sangat berpengaruh terhadap
daripada guru pada umumnya. pengembangan karakter siswa. Siswa
Meskipun demikian, guru dengan yang berkepribadian baik adalah
sosok “protagonis” juga akan cerminan dari guru yang memiliki
mencetak siswa dengan kepribadian kepribadian baik, terpuji, dan berbudi
demikian, dan sebaliknya guru luhur. Sebaliknya, guru dengan
dengan sosok “antagonis” juga akan kepribadian yang tidak baik atau tidak
mencetak siswa dengan kepribadian terpuji akan memberikan dampak
yang antagonis. Pada dasarnya apa negatif pada siswa yang dididiknya.
yang dilakukan guru, baik secara
sengaja ataupun tidak akan memantul 4. PENUTUP
terhadap kepribadian siswa.

12
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

Kompetensi guru merupakan Dewi, L. R., Suharsono, N., & Haris,


I. A. (2014). Pengaruh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan
Kompetensi Pedagogik dan
sikap yang harus dihayati, dimiliki Kompetensi Profesional
terhadap Hasil Belajar Siswa
dan dikuasai oleh seorang guru dalam
Dalam Mata Pelajaran Ekonomi
melaksanakan tugas dan pekerjaan. Kelas X SMAN 4
Singaraja. Jurnal Pendidikan
Kompetensi guru juga dapat dimaknai
Ekonomi Undiksha, 4(1).
sebagai gambaran tentang apa yang
Handayani, A., Widiharto, C. A., &
idealnya dapat dilakukan oleh seorang
Yulianti, P. D. (2014).
guru dalam melaksanakan tugasnya, Penguasaan Kompetensi
Kepribadian Guru Dalam
baik berwujud kegiatan, perilaku
Upaya Pengembangan Karakter
maupun hasil yang dapat ditunjukkan Siswa. In Seminar Nasional dan
Bedah Buku.
secara bertanggung jawab dan layak.
Dalam kompetensi kepribadian, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 16 Tahun 2007
seorang guru diharapkan (1) bertindak
Tentang Standar Kualifikasi
sesuai dengan norma agama, hukum, Akademik dan Kompetensi
Guru.
sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia, (2) menampilkan diri Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun
sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
2005 Tentang Standar Nasional
mulia, dan teladan bagi peserta didik Pendidikan.
dan masyarakat, (3) menampilkan diri
Sukarno, S. (2014). Pengaruh
sebagai pribadi yang mantap, stabil, Kompetensi Kepribadian Guru,
Persepsi Guru tentang Silabus
dewasa, arif, dan berwibawa, (4)
Berkarakter, dan Budaya
menunjukkan etos kerja, tanggung Sekolah terhadap Pembelajaran
Karakter. Jakarta : Program
jawab yang tinggi, rasa bangga
Pascasarjana Universitas Budi
menjadi guru, dan rasa percaya diri, Luhur.
https://heriyantolim.files.wordp
(5) menjunjung tinggi kode etik
ress.com
profesi guru. /2014/04/kompetensi-
kepribadian-guru-persepsi-
guru-budaya-sekolah.pdf
REFERENSI (diakses pada 9 April 2022).

13
DOI: 10.5281/zenodo.7416908

Stilistika Volume 11, Nomor 1, November 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

Sutrisna, G., & Artini, L. P. (2020). Literature Review of Innovative


Does Problem-Based Learning Vocabulary Teaching
Affect Students’ Speaking Skill Strategies. Yavana Bhasha:
and Attitude toward Journal of English Language
ELL?. RETORIKA: Jurnal Ilmu Education, 4(1), 8-17.
Bahasa, 6(2), 131-138.
Suyanto, A. D., & Djihad, A. (2013).
Sutrisna, G. (2021). Implementasi Bagaimana menjadi calon guru
Pendidikan Karakter dalam dan guru
Pembelajaran Bahasa profesional. Yogyakarta: Multi
Inggris. Widya Accarya, 12(1), Pressindo.
117-127.
Undang Undang Nomor 20 Tahun
Sutrisna, G. (2021). Vocabulary 2003 tentang Sistem Pendidikan
Acquisition in EFL: A Nasional.

14

Anda mungkin juga menyukai