Anda di halaman 1dari 32

PRINSIP KIMIA HIJAU DALAM MENDUKUNG UPAYA PELESTARIAN

LINGKUNGAN

1. INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Guru : Nurul Hidayah, S.Pd.
Jenjang Sekolah : SMA
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Makarti Jaya
Tahun Ajaran : 2022/2023
Kelas : 10
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan ke :2

B. KOMPETENSI AWAL
Kompetensi yang harus dimiliki sebelum mempelajari pokok bahasan ini yaitu peserta didik
telah : memahami proses kimia dan reaksi kimia dalam kehidupan sehari-hari dan memahami
pengertian dan pentingnya kimia hijau.

C. PPP
Profil Pelajar Pancasila yang diharapkan dapat tercapai yaitu Kreatif, Gotong royong / Kerja
sama, dan Mandiri.

D. SARANA PRASARANA
 HP / Komputer / Laptop
 Jaringan internet, Buku Paket Peserta Didik, Alat Tulis dan Bahan Ajar

E. TARGET PESERTA DIDIK


Peserta didik yang menjadi target yaitu :
 Peserta didik regular / tipikal : umum, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami
materi ajar.
 Peserta didik dengan kesulitan belajar : memiliki gaya belajar terbatas hanya satu gaya.
 Peserta didik dengan pencapaian tinggi : mencerna dan memahami dengan cepat, mampu
mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS), dan memilki kemampuan
memimpin.

F. MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran yang digunakan Guided Discovery Learning untuk moda Pembelajaran
Jarak Jauh (blended learning).
2. KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menentukan solusi untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan
melalui pemanfaatan prinsip kimia hijau.

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik mengetahui cara memanfaatkan bahan kimia di
lingkungan sekitar yang sesuai dengan prinsip kimia hijau untuk melestarikan lingkungan.

C. PERTANYAAN PEMANTIK
Bagaimana kita bisa menerapkan prinsip kimia hijau untuk memberikan kontribusi terhadap
pelestarian lingkungan ?

D. KEGIATAN PEMBEJARAN
Tahapan Kegiatan Waktu
Daring via e-Learning
PENDAHULUAN

1. Guru memberi salam dan menyapa peserta didik melalui e-Learning


2. Peserta didik dan guru berdoa untuk memulai pelajaran
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik melalui e-Learning 10 Menit
4. Guru melakukan Apersepsi : masih ingatkah kalian dengan pengertian
dan pentingnya prinsip kimia hijau dalam kehidupan ?

STIMULUS / PEMBERIAN RANGSANGAN


Guru meminta peserta didik mengamati lingkungan di sekitar. Adakah
sampah yang berserakan di sekitar peserta didik.
IDENTIFIKASI MASALAH
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin pertanyaan. Misalnya : 15 Menit
1. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pencemaran
lingkungan ?
2. Bagaimana agar penggunaan bahan kimia di rumah dapat memberikan
kontribusi terhadap prinsip kimia hijau ?
PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Guru dapat membagi peserta didik menjadi enam kelompok yang
maksimal terdiri 5 orang menyesuaikan jumlah peserta didik.
Guru membagikan LKPD dan peserta didik membaca petunjuk,
KEGIATAN INTI

mengamati LKPD 45 Menit


Peserta didik dalam kelompok mencermati ke-12 prinsip kimia hijau
yang terdapat pada LKPD dan menghubungkan ke-12 prinsip kimia
hijau (atau beberapa dari 12 prinsip tersebut) terhadap kegiatan atau
proses kimia
dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik dalam kelompok mencari permasalahan yang selama ini
menyimpang dari prinsip kimia hijau dan menggali informasi dari
berbagai sumber untuk menemukan solusi atau cara mengatasinya.
Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan yang diberikan
guru terkait dengan prinsip kimia hijau.
Guru memotivasi peserta didik dalam kelompok atau individual untuk
menuliskan dan menanyakan permasalahan yang belum dipahami dari
masalah yang disajikan dalam LKPD serta guru mempersilahkan peserta
didik dalam kelompok lain atau secara individual untuk memberikan
tanggapan, bila diperlukan guru memberikan bantuan komentar secara
klasikal.
Beberapa perwakilan kelompok atau secara individual menyajikan secara
tertulis dan lisan hasil pembelajaran atau apa yang telah dipelajari pada
tingkat kelas atau tingkat kelompok mulai dari apa yang telah dipahami
berkaitan dengan permasahan kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil
diskusi dan pengamatan.
Peserta didik yang lain dan guru memberikan tanggapan dan
menganalisis hasil presentasi meliputi tanya jawab untuk
mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, melengkapi
informasi ataupun tanggapan lainnya.
PEMBUKTIAN / VERIFIKASI
Peserta didik membuktikan hasil pekerjaannya dengan membaca literatur dan 5 Menit
mencocokan jawabannya.
PENARIKAN KESIMPULAN
Peserta didik melakukan refleksi, resume dan membuat kesimpulan secara
lengkap, komprehensif dan dibantu guru dari materi yang terkait prinsip 5 Menit
kimia hijau.
Guru dan peserta didik merangkum bersama
Guru mengingatkan tentang materi untuk pertemuan berikutnya tentang
PENUTUP Proses Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Terkait Hal-hal yang Tidak 10 Menit
Sesuai dengan Prinsip Kimia Hijau
Guru dan peserta didik mengucapkan salam dan berdoa penutup

E. ASESMEN
Bentuk asesmen :
Sikap (Profil Pelajar Pancasila) berupa : observasi, penilaian diri, dan penilaian teman
sebaya. Performa berupa : Presentasi dan unjuk kerja
Tertulis (tes objektif : Essay dan Pilihan Ganda)

F. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


Soal Pengayaan untuk peserta didik yang telah mencapai tujuan pembelajaran.
Soal Remedial untuk peserta didik yang belum mencapai tujuan pembelajaran.
3. LAMPIRAN

A. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


Tabel 1. Prinsip Kimia Hijau
12 PRINSIP KIMIA HIJAU
Kimia hijau adalah pendekatan kimia yang bertujuan memaksimalkan efisiensi dan meminimalkan
pengaruh bahaya bagi Kesehatan manusia dan lingkungan. Memang tidak ada reaksi kimia yang hijau
sempurna, namun keseluruhan efek negatif baik pada penelitian kimia maupun industri kimia dapat
dikurangi melalui implementasi 12 prinsip kimia hijau.
1. Mencegah Limbah 7. Menggunakan Bahan Baku Terbarukan
Mengutamakan pencegahan Bahan baku terbarukan
limbah daripada penanggulangan biasanya berasal dari produk
atau pembersihan limbah yang
pertanian atau hasil alam,
muncul setelah proses sintesis
sedangkan bahan baku tak
serta meminimalkan limbah pada
terbarukan berasal dari bahan
setiap proses.
bakar fosil seperti minyak
bumi, gas alam, batu bara,
dan bahan tambang lainnya.
2. Memaksimalkan Nilai Ekonomi suatu Atom 8. Mengurangi Bahan Turunan Kimia
Mengurangi limbah pada level Mengurangi bahan turunan
molekul dengan memaksimalkan kimia untuk mengurangi tahapan
jumlah atom dari semua pereaksi reaksi, tambahan bahan kimia,
menjadi produk akhir. Atom dan produksi limbah.
ekonomi di sini untuk
mengevaluasi efisiensi reaksi.

3. Sintesis Kimia yang Bahaya-nya Sedikit 9. Menggunakan Katalis


Mendesain reaksi kimia dan Penggunaan katalis berperan
rute sintesis seaman mungkin. pada peningkatan selektivitas,
Mempertimbangkan semua mengurangi limbah, waktu
bahan yang berbahaya selama reaksi, dan energi dalam
reaksi berlangsung termasuk suatu reaksi.
limbah.
4. Mendesain Proses yang Melibatkan Bahan 10. Mendesain Bahan Kimia dan Produk
Kimia yang Aman yang Terdegradasi setelah digunakan

Memprediksi dan mengevaluasi Bahan kimia harus mudah


aspek meliputi sifat fisika,
terdegradasi dan tidak
toksisitas, dan lingkungan.
terakumulasi di lingkungan.

5. Menggunakan Pelarut dan Kondisi Reaksi 11. Menganalisis secara Langsung untuk
yang Lebih Aman Mencegah Polusi
Memilih pelarut yang paling Metode analisis yang dilakuakan
aman dalam tiap proses serta secara real-time untuk mencegah
meminimalkan jumlah pelarut pembentukan bahan berbahaya
agar tidak menghasilkan bagi lingkungan.
persentase limbah yang besar.
6. Mendesain Efisiensi Energi 12. Mencegah Potensi Kecelakaan
Memilih jalan reaksi kimia Memilih bahan kimia yang
yang paling kecil energinya. digunakan dalam reaksi kimia
Menghindari pemanasan dan dan mengembangkan
pendinginan juga tekanan dan prosedur untuk menghindari
kondisi vakum. kecelakaan.

Aktivitas 3.2

HOTS SIKAP
 Mandiri
Literasi  Analisis
 Kreatif
 Evaluasi
 Kerja sama

Petunjuk melakukan Aktivitas :


1) Cermati dan maknai ke-12 prinsip kimia hijau pada tabel 1. (Stimulus)
2) Temukan permasalahan yang selama ini menyimpang dari prinsip kimia hijau, lalu
sarankan solusi untuk mengatasinya. (Identifikasi Masalah)
3) Carilah informasi yang diperlukan dari berbagai sumber. (Pengumpulan Data)
4) Rangkumlah hasil diskusi Kalian lalu tulis dalam bentuk tabel
(Lihat Contoh pada tabel 2).
5) Komunikasikanlah hasil diskusi Kalian dalam diskusi kelas.
6) Cocokkanlah jawaban hasil diskusi dengan literatur yang telah dibaca.
Cantumkan sumber literatur sebagai wujud perilaku jujur Kalian. (Pembuktian)

Tabel 2. Hubungan prinsip kimia hijau terhadap fakta dan solusi dalam mendukung upaya pelestarian
lingkungan.

Prinsip kimia hijau ke-1


Topik kimia hijau Mencegah limbah
1) Indonesia penyumbang sampah plastik terbesar ke-2 di dunia (1,23 million
Permasalahan metric ton).
2) Banyak sampah plastik di rumah saya.
Solusi 1) Menggunakan bioplastik dari pati singkong yang tidak menghasilkan limbah
telah dilakukan oleh tim peneliti dari LIPI sejak tahun 2016 hingga kini.
2) Membawa tas belanja dari rumah saat berbelanja.
3) Mengolah plastik bekas kemasan sebagai tas, tempat pena, tempat sampah, pot
bunga, dan lainnya.
1) https://www.givengain.com/cc/plastic-free-oceans/?gclid=EAIaIQobChMI-
Yaw8d-o8gIVwRwrCh2QRAPeEAAYAiAAEgK4APD_BwE
Sumber informasi
2) https://www.liputan6.com/regional/read/3925727/bioplastik-plastik-ramah-
lingkungan-dari-singkong
Prinsip kimia hijau ke-
Topik kimia hijau

Permasalahan

Solusi

Sumber informasi

Prinsip kimia hijau ke-


Topik kimia hijau

Permasalahan

Solusi

Sumber informasi

Prinsip kimia hijau ke-


Topik kimia hijau

Permasalahan

Solusi
Sumber informasi

KESIMPULAN
Buatlah kesimpulan pembelajaran pada kolom berikut.

LATIHAN SOAL

Untuk lebih memahami prinsip kimia hijau, jawablah beberapa pertanyaan berikut.
1. Bagaimana cara mempraktikkan prinsip yang lebih hijau untuk meletarikan lingkungan?
2. Sebutkan satu contoh penerapan prinsip kimia “mendesain proses yang melibatkan bahan
kimia yang aman” .

LEMBAR JAWABAN
1.

2.
B. PENILAIAN RANAH SIKAP
1) LEMBAR OBSERVASI
No Aspek yang dinilai Teknik penilaian Waktu penilaian Instrument
1 Kreatif Pengamatan Proses dan tugas Lembar observasi
2 Kerja sama Pengamatan Proses dan tugas Lembar observasi
3 Mandiri Pengamatan Tugas Lembar observasi

Aspek Sikap yang dinilai


Jumlah Skor Kode
No. Nama Peserta Didik Kerja
Kreatif Mandiri Skor Sikap Nilai
sama
1 Richardus Ngabut
2
3

RUBRIK PENILAIAN SIKAP


ASPEK INDIKATOR NILAI
Peserta didik memiliki rasa ingin tahu 25
Peserta didik tertarik dalam mengerjalan tugas 25
Kreatif
Peserta didik berani dalam mengambil resiko 25
Peserta didik tidak mudah putus asa 25
TOTAL 100
Peserta didik terlibat aktif dalam bekerja kelompok 25
Peserta didik bersedia melaksanakan tugas sesuai kesepakatan 25
Kerja sama Peserta didik bersedia membantu temannya dalam satu
25
kelompok yang mengalami kesulitan
Peserta didik menghargai hasil kerja anggota kelompok 25
TOTAL 100
Peserta didik mampu memecahkan masalah 25
Peserta didik tidak lari atau menghindari masalah 25
Mandiri
Peserta didik mampu mengambil keputusan 25
Peserta didik bertanggung jawab 25
TOTAL 100
SKOR TOTAL 300

CATATAN :

Kode nilai / predikat :


75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡
50,01 – 75,00 = Baik (B) 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
2) LEMBAR PENILAIAN DIRI
Penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu tujuan
dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi yang akan dinilai, kemudian menentukan
kriteria penilaian yang akan digunakan, dan merumuskan format penilaiannya Jadi,
singkatnya format penilaiannya disiapkan oleh guru terlebih dahulu.
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
1 Selama diskusi, saya ikut serta
100
mengusulkan ide / gagasan.
2 Ketika kami berdiskusi, setiap
anggota mendapatkan kesempatan 100 250 83,33 SB
untuk berbicara.
3 Saya ikut serta dalam membuat
50
kesimpulan hasil diskusi kelompok.

CATATAN :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 3 x 100 = 300
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 300) x 100 = 83,33
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)

3) LEMBAR PENILAIAN TEMAN SEBAYA


Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya sendiri.
Sama halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan
penilaian, membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format penilaiannya.
Nama teman yang diamati :
Pengamat :
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
1 Mau menerima pendapat teman. 100
2 Memberikan solusi terhadap
100
permasalahan.
350 87,5 SB
3 Memaksakan pendapat sendiri kepada
50
anggota kelompok.
4 Marah saat diberi kritik. 100
CATATAN :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif, sedangkan
untuk pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = (3 x 100) + (1 x 50) =
350
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (350 : 400) x 100 = 87,5
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)

C. PENILAIAN RANAH KETERAMPILAN

RUBRIK PENILAIAN UNJUK KERJA


ASPEK INDIKATOR NILAI
Penggunaan tata bahasa baik dan benar
Kesesuaian respon Jawaban yang relevan dengan pertanyaan
dengan pertanyaan Menjawab sesuai dengan materi
Mengaitkan jawaban dengan kehidupan sehari-hari
Keterlibatan anggota kelompok
Aktif bertanya dan menanggapi
Aktifitas diskusi
Mencatat hasil diskusi dengan sistematis
Memperhatikan dengan seksama saat berdiskusi
Dipresentasikan dengan percaya diri
Kemampuan Dapat mengemukakan ide dan berargumen dengan baik
Presentasi Manajemen waktu presentasi dengan baik
Seluruh anggota kelompok berpartisipasi presentasi
Bersedia membantu orang lain dalam satu kelompok
Kerjasama dalam
Kesediaan melakukan tugas sesuai dengan kesepakatan
kelompok
Terlibat aktif dalam bekerja kelompok

SKOR TOTAL SEMUA ASPEK = 1500

KRITERIA PENILAIAN (SKOR)


75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB) 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎
50,01 – 75,00 = Baik (B) 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
D. PENILAIAN RANAH PENGETAHUAN
A) ASESMEN DIAGNOSTIK
1. ASESMEN NON-KOGNITIF
1) Apa kabar semuanya pada hari ini?
2) Apa saja yang dilakukan sebelum belajar di pagi ini ?
3) Apa harapan kalian setelah mengikuti pembelajaran ini ?

2. ASESMEN KOGNITIF
Jenis Soal : Essay
1) Apa yang dimaksud dengan Kimia Hijau ?
Jawaban
Kimia hijau adalah proses kimia atau teknologi yang dapat memperbaiki lingkungan
dan kualitas hidup. (Skor 2)
2) Mengapa kita harus mempelajari reaksi kimia hijau ?
Jawaban
Karena reaksi kimia hijau berperan dalam upaya memperbaiki lingkungan dan
memecahkan masalah lingkungan. (Skor 2)

B) ASESMEN FORMATIF
Jenis Soal : Essay

1. Bagaimana cara mempraktikkan prinsip yang lebih hijau untuk meletarikan lingkungan?
2. Sebutkan satu contoh penerapan prinsip kimia “mendesain proses yang melibatkan
bahan kimia yang aman” .

Jawaban
1. Cara mempraktikkan prinsip yang lebih hijau untuk melestarikan lingkungan yaitu
dengan menerapkan 12 prinsip kimia hijau.
(Skor 2)
2. Contoh penerapan prinsip kimia “mendesain proses yang melibatkan bahan kimia yang
aman” yaitu pembuatan sabun ramah lingkungan menggunakan buah lerak.
(Skor 2)

Skor Total = 4
KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN :
Rumus Penilaian : 90 - 100% = Baik Sekali
80 - 89% = Baik
Skor yang diperoleh 70 - 79% = Cukup
Nilai = x 100
Skor total < 70% = Kurang
C) ASESMEN SUMATIF
JENIS
SOAL
SOAL
PG 1. Berikut ini merupakan wujud kontribusi terhadap prinsip kimia hijau :
i. Menggunakan bahan kimia secukupnya
ii. Membuang bahan kimia pada tempatnya
iii. Menyimpan bahan kimia dengan cara yang benar
iv. Mengganti bahan kimia berbahaya dengan bahan alam yang lebih ramah
lingkungan
v. Menggunakan kembali bahan plastik
Pernyataan yang benar mengenai prinsip kimia hijau terdapat pada nomor…..
A. i dan ii
B. ii dan iii
C. iii dan iv
D. iv dan v
E. semua benar
2. Siapakah tokoh yang mengembangkan prinsip kimia hijau adalah ?
A. Paul Anastas dan Herry
B. John C Warner dan Augusto
C. Paul Anastas dan John C. Warner
D. John C. Warner dan Herry
E. Augusto dan Herry
3. Prinsip kimia hijau dikemukakan pada
tahun……. A. 1999
B. 2000
C. 1998
D. 1997
E. 2001
4. Salah satu pokok bahasan yang terdapat pada prinsip kimia hijau yaitu……
A. Cara untuk mengurangi dampak dari produksi bahan-bahan kimia
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia
B. Menambah wawasan pelestarian lingkungan melalui prinsip kimia hijau
C. Mengurangi penggunaan bahan kimia sintesis yang berbahaya terhadap
lingkungan
D. Penggunaan bahan baku komersial
E. Pemanfaatan bahan kimia yang berasal dari alam
5. “Transformasi kimia untuk meminimalkan produksi limbah berbahaya
merupakan langkah pertama yang penting dalam pencegahan polusi”
merupakan tujuan dari prinsip kimia……….
A. Mencegah limbah
B. Memaksimalkan nilai ekonomi suatu atom
C. Sintesis kimia yang bahayanya sedikit
D. Mengurangi bahan turunan kimia
E. Mendesain proses yang melibatkan bahan kimia yang aman
6. Apa tujuan dari memaksimalkan nilai ekonomi suatu atom ?
A. Mendesai reaksi kimia dan rute sintesis yang aman
B. Mengurangi tahapan reaksi, tambahan bahan kimia, dan produksi limbah
C. Memudahkan bahan kimia terdegradasi dan tidak terakumulasi di
lingkungan
D. Mengurangi limbah pada level molekul dengan memaksimalkan jumlah
atom dari semua pereaksi menjadi produk akhir
E. Meningkatkan selektifitas, mengurangi limbah, waktu reaksi, dan energi
dalam suatu reaksi
7. Perhatikan beberapa simbol berikut :
i. iv.

ii. v.

iii.

Yang merupakan simbol dari menggunakan bahan baku terbarukan terdapat


pada gambar nomor ……….
A. i
B. ii
C. iii
D. iv
E. v
8. Senyawa yang digunakan sebagai biosida ramah lingkungan yang dibuat
oleh Albright dan Wilson adalah……..
A. 2,3-dinatrium-2-pentil-3-isotyiazolin-3-ol
B. 3,4-dibromo-2-heksil-4-isotyiazolin-3-ol
C. 2,5-difluoro-2-nonil-4-isotyiazolin-2-ol
D. 4,5-dikloro-2-oktil-4-isotyiazolin-3-on
E. 2,3-dikloro-2-oktil-4-isotyiazolin-2-on
9. Senyawa yang banyak dimanfaatkan sebagai pelarut dalam industri oleh
karena memiliki kandungan racun yang rendah adalah…….
A. Natrium klorida
B. Hidrogen peroksida
C. hidrogen sulfida
D. Kalsium oksida
E. Super kritikal karbon dioksida
10. Bahan baku yang dapat menggantikan bensin sebagai bahan bakar
kendaraan adalah…..
A. Biomassa
B. Minyak jagung
C. Etanol dan biodiesel
D. Distilasi plastik
E. n-butanol

JAWABAN DAN PEMBAHASAN


Nomor Option
Skor Pembahasan
Soal Jawaban
1 E 1 Wujud kontribusi terhadap prinsip kimia hijau :
a. Menggunakan bahan kimia secukupnya
b. Membuang bahan kimia pada tempatnya
c. Menyimpan bahan kimia dengan cara yang benar
d. Mengganti bahan kimia berbahaya dengan bahan
alam yang lebih ramah lingkungan
e. Menggunakan kembali bahan plastik

Semua pernyataan benar.


2 C 1 Tokoh yang mengembangkan prinsip kimia hijau adalah
Paul Anastas dan John C. Warner
3 C 1 Prinsip kimia hijau dikemukakan pada tahun 1998 oleh
Paul Anastas dan John C. Warner
4 A 1 Pokok bahasan yang terdapat pada prinsip kimia hijau :
a. Cara untuk mengurangi dampak dari produksi bahan-
bahan kimia terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia.
b. Prioritas penelitian dalam pengembangan teknologi
kimia hijau.
5 A 1 “Transformasi kimia untuk meminimalkan produksi
limbah berbahaya merupakan langkah pertama yang
penting dalam pencegahan polusi” merupakan tujuan
dari
prinsip kimia mencegah limbah.
6 D 1 Tujuan dari memaksimalkan nilai ekonomi suatu atom
yaitu untuk mengurangi limbah pada level molekul
dengan memaksimalkan jumlah atom dari semua
pereaksi
menjadi produk akhir.
7 A 1 i. iv.

Menggunakan Menganalisis
bahan baku secara langsung
terbarukan untuk mencegah
polusi
ii. v.

Mencegah Memaksimalkan
potensi nilai ekonomi
kecelakaan suatu atom
iii.

Menggunakan
pelarut dan
kondisi reaksi
yang lebih aman
8 D 1 Senyawa yang digunakan sebagai biosida ramah
lingkungan yang dibuat oleh Albright dan Wilson adalah
4,5-dikloro-2-oktil-4-isotyiazolin-3-on
9 E 1 Senyawa yang banyak dimanfaatkan sebagai pelarut
dalam industri oleh karena memiliki kandungan racun
yang rendah adalah super kritikal karbon dioksida.
10 C 1 Bahan baku yang dapat menggantikan bensin sebagai
bahan bakar kendaraan adalah etanol dan biodiesel
Skor Total = 10
Rumus Penilaian : KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN :
90 - 100% = Baik Sekali
Skor yang diperoleh 80 - 89% = Baik
Nilai = x 100 70 - 79% = Cukup
Skor total
< 70% = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, maka dapat diteruskan dengan
Kegiatan Belajar selanjutnya. Namun jika masih di bawah 80%, maka harus mengulang
materi Kegiatan Belajar ini, terutama bagian yang belum dikuasai.

D) SOAL PENGAYAAN
Jenis Soal : Essay

1. Mengapa prinsip kimia hijau sangat memberikan kontribusi terhadap pelestarian


lingkungan ?
2. Salah satu penerapan prinsip kimia hijau yaitu membangun kota cerdas. Jelaskan 6
indikator kota cerdas yang didasarkan pada standar internasional.
3. Mengapa kimia hijau memainkan peranan penting pada evolusi berkelanjutan kota
cerdas?

PEMBAHASAN DAN SKOR


No. Pembahasan Skor
1 Prinsip kimia hijau sangat memberikan kontribusi terhadap pelestarian
lingkungan karena merupakan suatu metode yang didasarkan pada
3
pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya, baik dari
segi perancangan maupun proses.
2 Smart City atau kota cerdas memiliki 6 (enam) indikator yaitu :
1) Smart governance, pemerintahan transparan, informatif, dan responsif
2) Smart economy, menumbuhkan produktivitas dengan kewirausahaan
dan semangat inovasi
3) Smart people, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan fasilitas
hidup layak 6
4) Smart mobility, penyediaan sistem transportasi dan infrastruktur
5) Smart environment, manajemen sumber daya alam yang ramah
lingkungan
6) Smart living, mewujudkan kota sehat dan layak huni.
3 Kimia hijau memainkan peranan penting pada evolusi berkelanjutan kota
cerdas karena dapat mengendalikan tingkat polusi, mengelola sumber daya, 2
dan mengalokasikan energi.
Skor Total 11
Rumus Penilaian : KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN :
90 - 100% = Baik Sekali
Skor yang diperoleh 80 - 89% = Baik
Nilai = x 100 70 - 79% = Cukup
Skor total
< 70% = Kurang

E) SOAL REMEDIAL
Jenis Soal : Essay

1. Menganalisis secara langsung untuk mencegah polusi merupakan salah satu dari 12
prinsip kimia hijau. Apa tujuan dari prinsip tersebut ?
2. Tuliskan 4 peran katalis pada proses transformasi.
3. Jelaskan 5 prinsip rekayasa hijau (green engineering).

PEMBAHASAN DAN SKOR


No. Pembahasan Skor
1 Tujuan dari menganalisis secara langsung untuk mencegah polusi yaitu
melakukan secara real-time untuk mencegah pembentukan bahan berbahaya 2
bagi lingkungan.
2 Empat peran katalis pada proses transformasi yaitu :
a. Meningkatkan selektivitas reaksi
b. Mengurangi suhu transformasi
c. Meningkatkan tingkat konversi produk 4
d. Mengurangi limbah reagen (karena mereka tidak dikonsumsi selama
reaksi)
3 Empat prinsip rekayasa hijau (green engineering) :
a. Maximize Efficiency (Memaksimalkan Efisiensi). Produk, proses, dan
sistem harus dirancang untuk memaksimalkan efisiensi pemakaian 2
massa, energi, ruang, dan waktu.
b. Output-Pulled Versus Input-Pushed (Mengambil keluaran daripada
Mendorong Masukan). Produk, proses, dan sistem harus dilakukan 2
dengan “mengambil output ” daripada “memperbesar input” melalui
penggunaan energi dan material.
c. Converse Complexity (Konservasi Kompleksitas). Entropi dan
kompleksitas yang melekat harus dilihat sebagai investasi pada saat 2
membuat pilihan desain pada daur ulang, penggunaan kembali, atau
disposisi yang bermanfaat.
d. Durability Rather Than Immortality (Tahan lama Daripada Lekas
rusak). Sasaran desain ditujukan pada masa pakai produk tahan
lama, bukan 2
sekali pakai dan cepat rusak.
e. Meet Need, Minimize Excess (Memenuhi Kebutuhan, Meminimalkan
Kelebihan). Desain untuk kapasitas atau kemampuan yang tidak perlu
harus dianggap sebagai cacat desain (misalnya, “satu ukuran cocok 2
untuk
semua”).
Skor Total 16

Rumus Penilaian :
KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN :
90 - 100% = Baik Sekali
Skor yang diperoleh 80 - 89% = Baik
Nilai = x 100
Skor total 70 - 79% = Cukup
< 70% = Kurang

E. PRINSIP KIMIA HIJAU DALAM MENDUKUNG UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN


Kimia hijau bukan hanya terkait dengan penggunaan dan produksi bahan kimia yang
aman saja. Prinsip kimia hijau dapat Kalian terapkan sendiri di rumah. Bahan kimia apa saja
yang digunakan di rumah? Bagaimana cara Kalian menggunakannya? Bagaimana agar
penggunaan bahan kimia di rumah dapat memberikan kontribusi terhadap prinsip kimia hijau?
Menggunakan bahan kimia secukupnya, membuang bahan kimia pada tempatnya, menyimpan
bahan kimia dengan cara yang benar, mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan
alam yang lebih ramah lingkungan, serta menggunakan kembali bahan plastik merupakan
wujud kontribusi Kalian terhadap prinsip kimia hijau. Prinsip kimia hijau sangat memberikan
kontribusi terhadap pelestarian lingkungan.

Gambar 1. Hasil aktivitas penerapan Gambar 2. Bioplastik dari kulit pisang


prinsip kimia hijau sebagai penerapan prinsip kimia hijau
Sumber : Puspaningsih, R. Ayuk. Tjahjadarmawan, Elizabeth. Krisdianti, R. Niken. (2021). Ilmu Pengetahuan
Alam SMA Kelas X.

Pada tahun 1998, Paul Anastas bersama dengan John C. Warner mengembangkan prinsip
yang dijadikan sebagai pdanuan dalam praktik kimia hijau. Kedua belas prinsip tersebut
membahas berbagai cara untuk mengurangi dampak dari produksi bahan-bahan kimia terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia, serta juga menunjukkan prioritas penelitian dalam
pengembangan teknologi kimia hijau. Dua belas prinsip kimia hijau yang dikembangkan oleh
Paul Anastas dan John Warner, yaitu :

1. Mencegah terjadinya limbah lebih baik daripada mengolah dan membersihkannya


Yaitu bagaiamana kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi kimia untuk
meminimalkan produksi limbah berbahaya merupakan langkah pertama yang penting dalam
pencegahan polusi. Dengan mencegah generasi sampah, kita meminimalkan bahaya yang
berhubungan dengan limbah, transportasi, penyimpanan dan perawatan.

2. Ekonomi atom, metoda sintesis yang efisien


Sebuah konsep perancangan proses kimia yang bisa mengubah semaksimal mungkin
bahan baku menjadi produk target ketimbang menghasilkan senyawa sampingan (side
product). Metode sintetis seharusnya didesain untuk memaksimalkan penggabungan dari
semua bahan yang digunakan dalam proses menjadi produk akhir.
Pemanfaatan atom, efisiensi atom atau konsep ekonomi dari atom merupakan sarana
yang sangat berguna untuk mempercepat evaluasi jumlah limbah yang dihasilkan pada
proses alternatif. Efisiensi atom dihitung dari massa molekul produk dibagi dengan jumlah
total massa molekul senyawa yang terbentuk pada kondisi reaksi stoikiometrik yang
terlibat.

3. Melakukan sintesis kimia yang tidak berbahaya


Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau
hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya. Memilih metode yang lebih
aman dikimia adalah seperti menggunakan obeng bukan pisau untuk mengencangkan
sekrup. Pisau mungkin mampu mengencangkan sekrup, tapi itu berbahaya.
Contoh dari konsep ini adalah penggantian reaksi klorinasi dalam pembentukan
intermediet 4-aminodifenilamina pada produksi karet dimana klorin merupakan senyawa
yang beracun, yang diganti dengan rekasi kopling langsung aniline dengan nitrobenzene
yang teraktifkan oleh basa. Hasil dari penggantian tersebut berupa limbah organic,
anorganik, dan air yang masing-masing 70%, 99%, dan 97% lebih kecil.

4. Mendesain senyawa kimia yang tak beracun


Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan fungsi sebagaimana
yang diinginkan dan memberikan toksisitas seminimal mungkin. Misalnya biosida ramah
lingkungan yang berbasis pada 4,5-dikloro-2-oktil-4-isotyiazolin-3-on yang dibuat oleh
Albright dan Wilson Americas sebagai pengganti biosida konvensional yang sangat beracun
pada organisme air dan manusia.

5. Pemakaian pelarut dan bahan-bahan yang aman


Pelarut sangat diperlukan dalam sebagian besar reaksi karena pelarut merupakan
media untuk campur, transfer panas, dan kadang mengontrol reaktifitas pereaksi.
Penggunakan pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh karena itu penurunan
volume pelarut atau bahkan penghapusan total pelarut akan lebih baik. Dalam kasus di
mana pelarut
diperlukan, hendaknya perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang cukup aman.
Kebanyakan pelarut bersifat mudah terbakar atau beracun, dan hamper semuanya
merupakan senyawa organic yang mudah menguap sehingga menyumbang pencemaran
udara.
Supercritical Carbon Dioxide adalah karbon dioksida (CO 2) yang berada dalam fase
cair (liquid phase), yang berada pada temperatur dan tekanan kritis yakni temperatur lebih
dari 31,1℃ dan tekanan 73,3 atm. Zat ini banyak dimanfaatkan sebagai pelarut dalam
industri oleh karena zat ini memiliki kandungan racun yang rendah dan tidak memiliki
dampak lingkungan yang berarti. Selain itu, rendahnya temperatur dari proses dan stabilitas
CO2 memungkinkannya berfungsi sebagai pelarut layaknya aqua distilata.

6. Mendesain pemakaian energi yang efisien


Kebutuhan energi yang berdampak pada lingkungan dan ekonomi harus diminimalkan. Jika
mungkin, metode sintetis dan pemurnian harus dirancang untuk suhu dan tekanan ruang,
sehingga biaya energi yang berkaitan dengan suhu dan tekanan ekstrim dapat diminimalkan.

7. Pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui


Minyak bukan merupakan sumber daya terbarukan. Sebanyak 90% - 95% dari produk yang
kita gunakan (botol plastik, farmasi, cat, non-stick coating, kain, dll) berasal dari minyak.
Bahan baku terbarukan (jagung, kentang, biomassa) dapat digunakan untuk membuat
banyak Produk : bahan bakar (etanol dan bio-diesel), plastik dan lainnya.

8. Mengurangi senyawa turunan yang tak perlu


Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan kelompok blocking, proteksi / deproteksi,
modifikasi sementara proses fisika / proses kimia) harus dikurangi atau dihindari jika
mungkin, karena langkah-langkah seperti ini membutuhkan reagen tambahan dan dapat
menghasilkan limbah. Transformasi Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan atau
mengurangi kebutuhan untuk proteksi gugus fungsi. Selain itu, urutan sintetis alternatif
dapat menghilangkan kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi dengan ada gugus fungis
lain yang lebih sensitif.

9. Pemakaian katalis sangat baik secara stoikiometris


Secara stoikiometri katalis dengan selektivitas yang tinggi memang lebih unggul dalam
reaksi. Katalis dapat memainkan beberapa peran dalam proses transformasi, antara lain
dapat meningkatkan selektivitas reaksi, mengurangi suhu transformasi, meningkatkan
tingkat konversi produk dan mengurangi limbah reagen (karena mereka tidak dikonsumsi
selama reaksi). Dengan mengurangi suhu, kita dapat menghemat energi dan berpotensi
menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.

10. Desain produk yang mudah terdegradasi


Produk kimia seharusnya didesain hingga pada akhir fungsinya nanti mereka dapat terurai
menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya ketika mereka dilepaskan ke lingkungan.
Disinilah arti pentingnya sintesis material sehari-hari yang biodegradable, misalnya
biopolimer, plastik ramah lingkungan, dan lainnya.
11. Pencegahan polusi lingkungan
Metodologi analitis perlu lebih dikembangkan untuk memungkinkan real-time proses
monitoring dan kontrol sebelum pembentukan zat berbahaya. Waktu analisis riil untuk ahli
kimia adalah proses "memeriksa kemajuan reaksi kimia seperti yang terjadi.

12. Pencegahan terhadap kecelakaan


Salah satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah memilih pereaksi dan
pelarut yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran dan kecelakaan yang tak disengaja.
Risiko yang terkait dengan jenis kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi dengan
mengubah bentuk (padat, cair atau gas) atau komposisi dari reagen.

Prinsip-prinsip teknologi hijau didasarkan pada pengembangan Rekayasa Hijau (Green


Engineering) oleh Paul Anastas dan Julie Zimmerman. Prinsip-prinsip rekayasa ini
menjelaskan tentang proses atau produk kimia yang lebih hijau, dengan 12 prinsip (ACS,
2018b) sebagai berikut :
1. Inherent Rather Than Circumstantial (Inheren daripada Sirkumtansial). Para perancang
harus memastikan input dan output bahan dan energi bersifat tidak berbahaya.
2. Prevention instead of Treatment (Pencegahan daripada Pengolahan). Lebih baik mencegah
limbah daripada mengolah atau membersihkan limbah setelah terbentuk.
3. Design for Separation (Desain untuk Pemisahan). Operasi pemisahan dan pemurnian harus
dirancang untuk meminimalkan konsumsi energi dan penggunaan bahan.
4. Maximize Efficiency (Memaksimalkan Efisiensi). Produk, proses, dan sistem harus
dirancang untuk memaksimalkan efisiensi pemakaian massa, energi, ruang, dan waktu.
5. Output-Pulled Versus Input-Pushed (Mengambil keluaran daripada Mendorong Masukan).
Produk, proses, dan sistem harus dilakukan dengan “mengambil output ” daripada
“memperbesar input” melalui penggunaan energi dan material.
6. Converse Complexity (Konservasi Kompleksitas). Entropi dan kompleksitas yang melekat
harus dilihat sebagai investasi pada saat membuat pilihan desain pada daur ulang,
penggunaan kembali, atau disposisi yang bermanfaat.
7. Durability Rather Than Immortality (Tahan lama Daripada Lekas rusak). Sasaran desain
ditujukan pada masa pakai produk tahan lama, bukan sekali pakai dan cepat rusak.
8. Meet Need, Minimize Excess (Memenuhi Kebutuhan, Meminimalkan Kelebihan). Desain
untuk kapasitas atau kemampuan yang tidak perlu harus dianggap sebagai cacat desain
(misalnya, “satu ukuran cocok untuk semua”).
9. Minimize Material Diversity (Meminimalkan Keragaman Material). Keragaman material
dalam produk multikomponen harus diminimalkan untuk memudahkan pembongkaran dan
pemrosesan kembali.
10. Integrate Material Flow dan Energy (Mengintegrasikan Aliran Bahan dan Energi). Desain
produk, proses, dan sistem harus mencakup integrasi dan interkoneksi dengan aliran energi
dan material yang tersedia.
11. Design for Commercial “Afterlife” (Desain untuk Komersial “Pascapakai”). Produk, proses,
dan sistem harus dirancang untuk kinerja komersial pascapakai.
12. Renewable Rather Than Depleting (Terbarukan Daripada Kelangkaan). Input material dan
energi harus dapat diperbarui daripada menggunakan sumber daya yang habis dan tak
terbarukan.

CONTOH PENERAPAN PRINSIP KIMIA HIJAU DALAM MENDUKUNG TERCAPAINYA


KOTA CERDAS (SMART CITY)

Visi Kota Cerdas/Smart City, adalah perkotaan masa depan, yang dikembangkan agar
memiliki lingkungan yang aman, terjamin, hijau serta efisien. Semua sistem dan strukturnya –
baik sumberdaya listrik dan gas, air, transportasi dan sebagainya dirancang, dibangun, dan
dikelola dengan memanfaatkan kemajuan di bidang materi terintegrasi, sensor, elektronik, dan
jejaring yang dihubungkan dengan sistem komputer untuk database, pelacakan, dan algoritma
untuk pengambilan keputusan (Calvillo, Sanchez-Miralles, & Viilar, 2016). Untuk
mewujudkan hal ini diperlukan penelitian dan teknologi dari berbagai bidang seperti Fisika,
Kimia, Biologi, Matematika, Ilmu Komputer, serta Teknik-teknik Sistem, Mekanika,
Elektronika dan Sipil (Woinaroschy, 2016).
Konsep kota cerdas diperkenalkan untuk mengusahakan tersedianya kehidupan
perkotaan yang baik bagi penduduknya melalui pengelolaan optimal berbagai sumberdaya
yang diperlukan. Konsep kota cerdas merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk
membuat perkotaan menjadi nyaman untuk kehidupan penduduknya dan siap menghadapi
berbagai tantangan yang mungkin muncul. Tahun 2008 para walikota di Eropa telah
menyepakati kebijakan- kebijakan pembangunan kota berkelanjutan, yaitu mencapai tujuan
20-20-20 (20% reduksi gas buang/emisi, 20% energi terbarukan, dan 20% peningkatan
efisiensi energi) pada tahun 2020 (Woinasroschy, 2016).
Kota cerdas digambarkan dengan atribut kecerdasan dalam hal bangunan, infrastruktur,
teknologi, energi, mobilitas, penduduk, administrasi, dan pendidikan (Albino, Berardi, &
Dangelico, 2015). Atribut-atribut itu secara terintegrasi diterapkan dalam mengelola
sumberdaya, mengendalikan tingkat polusi, dan mengalokasikan energi. Sebagai penggiat
pengembangan ekonomi terutama pada industri modern seperti elektronik, teknologi
informasi, bio dan nanoteknologi, yang memainkan peran penting pada struktur dan
pengelolaan kota cerdas, industri kimia yang menerapkan prinsip Kimia Hijau dapat
memainkan peranan penting pada evolusi berkelanjutan kota cerdas.
Untuk Indonesia, standar kota cerdas sedang dikembangkan, yang didasarkan pada
standar internasional (Prihadi, 2016). Smart City atau kota cerdas memiliki 6 (enam) indikator
yaitu smart governance, pemerintahan transparan, informatif, dan responsif; smart economy,
menumbuhkan produktivitas dengan kewirausahaan dan semangat inovasi; smart people,
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan fasilitas hidup layak; smart mobility,
penyediaan sistem transportasi dan infrastruktur; smart environment, manajemen sumber daya
alam yang ramah lingkungan; dan smart living, mewujudkan kota sehat dan layak huni.
Menurut Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Suhono Harso
Supangkat, yang juga adalah inisiator kota cerdas di Indonesia, kota-kota besar di Indonesia
sedang berusaha mencapai standar kota cerdas, yang saat ini baru tercapai pada level 60.
Belum sempurnanya
kota cerdas di Indonesia, menurut beliau, karena belum adanya sumber daya manusia yang
mencukupi yang menguasai berbagai teknologi pengeloaan kota cerdas dan belum adanya satu
kesatuan soal standar nasional pengelolaan kota cerdas.
Dari total 514 kabupaten atau kota di Indonesia, ada 50 yang ditargetkan oleh Dewan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) dapat memenuhi kriteria kota
cerdas (Windhi, 2016). Pemerintah juga menunjuk lima universitas untuk membuat kriteria
nasional dan melakukan sosialisai mengenai kota cerdas ini. Enam kriteria yang telah
didefinisikan sebelumnya juga menjadi pertimbangan tim Wantiknas ini. Indonesia telah
mencanangkan kriteria kota cerdas dengan menerbitkan Perpres Nomor 96 tahun 2014, yang
memuat Rencana Pita Lebar Indonesia atau RPI, yang diharapkan dapat bermanfaat,
terjangkau, dan memberdayakan warga kota (Windhi, 2016). Indonesia telah merencanakan
tercapainya prinsip kota cerdas yang layak huni, aman dan nyaman pada tahun 2025,
tercapainya kota hijau dan ketahanan terhadap perubahan iklim dan kejadian bencana pada
tahun 2035, dan terciptanya kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi pada tahun
2045 (Barus, 2017).
Peranan Ilmu dan Teknologi Kimia dalam pembentukan kota cerdas, antara lain, dengan
diperkenalkannya konsep Kimia Hijau / Green Chemistry untuk pengelolaan pembangunan
berkelanjutan. Kimia Hijau / Green Chemistry, yang berfokus pada produksi dan teknologi
penerapan Ilmu Kimia yang ramah lingkungan, diperkenalkan pada awal 1990-an (Anastas &
Warner, 1998). Kimia hijau ini merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan
baik dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses, ataupun tahapan reaksi yang digunakan.
Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan
dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari segi perancangan maupun proses. Bahaya
bahan kimia yang dimaksudkan dalam konsep Kimia Hijau ini meliputi berbagai ancaman
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, perubahan
iklim global, dan penipisan sumber daya alam.
Anastas dan Warner (1998) menguraikan tentang konsep Kimia Hijau sebagai gabungan
dari 12 prinsip. Prinsip pertama menggambarkan ide dasar dari Kimia Hijau, yaitu
pencegahan. Prinsip pertama ini menegaskan bahwa pencegahan limbah lebih diutamakan
daripada perlakuan terhadap limbah. Selanjutnya prinsip pertama ini diikuti oleh prinsip-
prinsip berikutnya yang memdanu pelaksanaan prinsip pertama. Prinsip-prinsip Kimia Hijau
yang dapat diterapkan untuk pembentukan dan pengelolaan kota cerdas, adalah atom
economy, penghindaran toksisitas, pemanfaatan solven dan media lainnya dengan konsumsi
energi seminimal mungkin, pemanfaatan bahan mentah dari sumber terbarukan, serta
penguraian produk kimia menjadi zat-zat nontoksik sederhana yang ramah lingkungan
(Dhage, 2013).
Definisi aspek pengelolaan kota cerdas adalah terdiri dari sistem pengelolaan air,
infrastruktur, transportasi, energi, pengelolaan limbah, dan konsumsi bahan mentah (Albino,
Berardi, & Dangelico, 2015). Dengan demikian Ilmu dan teknologi Kimia, melalui
pendekatan kimia hijau dapat membuat aspek-aspek ini dikembangkan dan dikelola dengan
lebih berkelanjutan, yaitu dengan menerapkan efisiensi energi dan anggaran yang lebih efektif
dan pemanfaatan materi yang ramah lingkungan. Selanjutnya uraian dalam artikel ini akan
membahas peranan Ilmu dan Teknologi Kimia Hijau pada masing-masing aspek yang
membangun kota cerdas.
F. GLOSARIUM

Atom ekonomi : Penghematan atom-atom yang bereaksi secara kimia untuk mengurangi
penggunaan bahan kimia.
Biodegradable : Mudah terurai secara biologis.
Bioplastik : Jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat
diperbarui, seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota.
Degradasi : Terurainya senyawa kimia organik yang berlangsung melalui tahap-
tahap tertentu menjadi senyawa senyawa yang lebih sederhana.
Kimia hijau : Pendekatan kimia yang bertujuan memaksimalkan efisiensi dan
meminimalkan pengaruh bahaya bagi Kesehatan manusia dan
lingkungan.
Rute sintesis : Tahapan dalam pembuatan suatu senyawa
Toksisitas : Tingkat kekuatan racun dari suatu zat
Vakum : Daerah gas dengan tekanan kurang dari 1 atm

G. DAFTAR PUSTAKA

Puspaningsih, R. Ayuk. Tjahjadarmawan, Elizabeth. Krisdianti, R. Niken. (2021). Ilmu


Pengetahuan Alam SMA Kelas X. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan
Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi.
Rakhmat, Putra. (2016). Prinsip-Prinsip Kimia Hijau. [Online]. Diakses :
https://greentech.undip.ac.id/scientech/ [09 Juli 2021]
Mustafa, Dina. ( ). Peranan Kimia Hijau (Green Chemistry ) dalam Mendukung
Tercapainya Kota Cerdas (Smart City). 167 – 170.
Manahan, Stanley. (2006). Green Chemistry dan the Ten Commdanments of Sustainability.
Columbia : ChemChar Research, Inc.

Anda mungkin juga menyukai