Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN MODEL

PEMBELAJARAN PJBL BERBASIS


GREEN CHEMISTRY DENGAN
PENDEKATAN STEM

Pendidikan STEM telah menjadi pendekatan pengajaran


dan pembelajaran yang semakin populer pada abad ke-21. STEM,
yang singkatan dari Science, Technology, Engineering, and
Mathematics, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, pemecahan masalah, dan inovasi pada siswa, sambil
mempersiapkan mereka untuk karir di bidang terkait STEM.
Namun, model pendidikan STEM tradisional telah dikritik karena
kurang fokus pada keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan.

Kimia hijau, juga dikenal sebagai kimia berkelanjutan,


adalah disiplin ilmu yang berusaha mengurangi atau
menghilangkan zat berbahaya dalam produk dan proses kimia.
Dengan menerapkan prinsip kimia hijau pada pendidikan STEM,
kita dapat menciptakan model pembelajaran yang mendorong
keberlanjutan lingkungan dan penemuan ilmiah. Artikel ini akan
menjelaskan Model Pembelajaran STEM Berbasis Kimia Hijau,
manfaatnya, dan bagaimana cara mengimplementasikannya di
dalam kelas.

A. MODEL PEMBELAJARAN STEM


Pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and
Mathematics) telah menjadi pendekatan pengajaran dan
pembelajaran yang semakin populer pada abad ke-21. STEM
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
pemecahan masalah, dan inovasi pada siswa, sekaligus
mempersiapkan mereka untuk karir di bidang STEM terkait. Model
pembelajaran STEM yang efektif dapat memberikan pengalaman
pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa, sekaligus
membuka peluang karir dan inovasi di masa depan. Model
Pembelajaran STEM adalah pendekatan pengajaran dan
pembelajaran yang terintegrasi dan lintas disiplin ilmu,
menggabungkan mata pelajaran sains, teknologi, rekayasa, dan
matematika untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang
holistik dan praktis.

Model pembelajaran ini tidak hanya mempelajari satu mata


pelajaran secara terpisah, tetapi mengintegrasikan keseluruhan
ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan
memberikan solusi yang inovatif. Sebagai contoh, dalam model
pembelajaran STEM, siswa tidak hanya belajar tentang teknologi,
tetapi juga cara membangun teknologi yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan. Selain itu, model pembelajaran STEM juga
mengintegrasikan pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan
kreativitas dalam pengajaran. Model ini mendorong siswa untuk
berpikir secara kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah,
yang akan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari dan di
tempat kerja di masa depan.
Namun, meskipun model pembelajaran STEM memiliki
banyak manfaat, model ini juga memiliki beberapa kelemahan.
Salah satu kelemahan utama dari model ini adalah biaya yang
tinggi. Diperlukan sumber daya yang cukup untuk mengefektifkan
model pembelajaran STEM, seperti perangkat teknologi yang
canggih, bahan ajar yang berkualitas, dan pelatihan bagi guru untuk
mengajar model ini dengan baik. Model pembelajaran STEM juga
dapat mengalami kesulitan dalam menyesuaikan kurikulum
dengan perkembangan teknologi dan perkembangan ilmiah
terbaru. Dalam model ini, guru dan siswa harus selalu
memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka agar tetap
relevan dan sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan terbaru.

Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran STEM,


perlu ada upaya dari semua pihak, termasuk guru, siswa, dan
institusi pendidikan. Guru dapat melakukan penelitian dan
berpartisipasi dalam pelatihan untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang model pembelajaran STEM. Siswa dapat
memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka dengan
mengikuti program pelatihan dan praktikum di luar sekolah.
Institusi pendidikan dapat mengalokasikan sumber daya yang
cukup untuk mendukung model pembelajaran STEM, seperti
perangkat teknologi dan laboratorium yang memadai.

B. Green Chemistry
Green Chemistry adalah suatu pengaplikasian dengan dasar-
dasar pengurangan senyawa berbahaya dalam pembentukan bahan
kimia dan bertujuan untuk menumbuhkan teknik dan produk kimia
yang ramah lingkungan. Secara harfiah Green Chemistry
didefinisikan sebagai suatu falsafah atau konsep yang mendorong
desain dari sebuah produk ataupun proses yang mengurangi
ataupun mengeliminasi penggunaan dan penghasilan zat-zat
(substansi) berbahaya (Mitarlis et al., 2018). Green Chemistry
mencari solusi terhadap proses industri yang lebih bersih, produk
kimia yang lebih aman, dan peningkatan penggunaan sumber daya
terbarukan dalam pembuatan produk (Zidny & Eilks, 2022).

Menurut Anastas & Warner (1998), dalam Green Chemistry


terdapat 12 azas atau prinsip yang dapat diaplikasikan pada sikap
dan tindakan manusia dalam upaya penyelamatan lingkungan,
diantaranya adalah:

1) Mengedepankan usaha mencegah timbulnya limbah dibanding


usaha menangani limbah
2) Ekonomi atom
3) Mengurangi pemakaian bahan kimia beracun dan berbahaya
4) Mendesain produk yang lebih ramah lingkungan
5) Menggunakan pelarut dan reaksi kimia yang aman
6) Mendesain pemakaian energi yang efisien
7) Lebih mengutamakan penggunaan bahan dasar yang dapat
diperbaharui
8) Melakukan proses sintesis yang relatif lebih pendek
9) Mengutamakan penggunaan katalisis dibandingkan reaksi
stoikiometri
10) Mendesain produk yang dapat didaur ulang
11) Melakukan metode analitik pada usaha pencegahan polusi
12) Meminimalisasi potensi kecelakaan kerja

Dari 12 prinsip diatas kemudian diidentifikasi sebagai dasar


analisis nilai karakter sains berwawasan green chemistry dalam
rangka mewujudkan green education yang terbagi menjadi 7
prinsip yang mendasari analisis karakter sains yaitu: pencegahan
limbah, penggunaan bahan terbarukan, prinsip ekonomi atom,
efisiensi energi, merancang bahan yang dapat terdegradasi, analisis
waktu nyata untuk mencegah polusi, dan penciptaan kondisi aman
dan mencegah terjadinya kecelakaan (Mitarlis et al., 2018).
Pembelajaran green chemistry menggabungkan prinsip dan ide,
dari perspektif green chemistry itu sendiri ke dalam pendidikan
kimia yang bertujuan untuk merancang ulang kurikulum, cara
mengajar, proses belajar, dan indikator capaian yang sesuai
(Paschalidou et al., 2022).

C. MODEL PEMBELAJARAN STEM BERBASIS


KIMIA HIJAU

Model Pembelajaran STEM Berbasis Kimia Hijau adalah


pendekatan pedagogis yang mengintegrasikan prinsip-prinsip
kimia hijau ke dalam pendidikan STEM. Pendekatan ini melibatkan
desain kegiatan dan proyek STEM yang menekankan pentingnya
keberlanjutan, ramah lingkungan, dan penggunaan sumber daya
alam yang bertanggung jawab. Ini juga mendorong siswa untuk
berpikir kritis tentang dampak penemuan dan inovasi ilmiah
mereka pada lingkungan.
Model Pembelajaran STEM Berbasis Kimia Hijau didasarkan pada
12 prinsip kimia hijau, yang dikembangkan oleh Paul Anastas dan
John Warner pada tahun 1998. Prinsip-prinsip ini meliputi:

A. Pencegahan limbah dan polusi


B. Desain bahan kimia dan produk yang lebih aman
C. Penggunaan bahan baku terbarukan
D. Penggunaan proses yang efisien secara energi
E. Penggunaan kimia yang inherently lebih aman
F. Penggunaan katalisis
G. Desain untuk degradasi
H. Penggunaan analisis waktu nyata untuk pencegahan polusi
I. Kimia yang inherently lebih aman untuk pencegahan
kecelakaan
J. Penggunaan sumber energi terbarukan
K. Mengurangi derivatif
L. Mengkatalisis reaksi

Dengan menggabungkan prinsip-prinsip ini ke dalam pendidikan


STEM, Model Pembelajaran STEM Berbasis Kimia Hijau bertujuan
untuk menciptakan masyarakat yang lebih berkelanjutan, ramah
lingkungan, dan bertanggung jawab secara sosial.

D. Manfaat Model Pembelajaran STEM Berbasis


Green Chemistry

Model Pembelajaran STEM Berbasis Kimia Hijau memiliki beberapa


manfaat bagi siswa, pendidik, dan lingkungan.
1) Pertama, model ini memberikan pemahaman yang lebih
holistik terhadap mata pelajaran STEM dengan
mengintegrasikan keberlanjutan dan tanggung jawab
lingkungan ke dalam pembelajaran. Pendekatan ini mendorong
siswa untuk berpikir di luar laboratorium dan
mempertimbangkan implikasi dunia nyata dari penemuan dan
inovasi mereka.
2) Kedua, model Pembelajaran STEM Berbasis Kimia Hijau
mendorong kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah,
dan inovasi pada siswa. Dengan menantang mereka untuk
merancang solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
terhadap masalah dunia nyata, siswa mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan
kompleks dalam karir mereka di masa depan.
3) Ketiga, model Pembelajaran STEM Berbasis Kimia Hijau
mempromosikan keberlanjutan lingkungan dan tanggung
jawab sosial. Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia
berbahaya di dalam kelas dan mendorong penggunaan sumber
daya terbarukan, pendekatan ini membantu menciptakan masa
depan yang lebih berkelanjutan untuk planet kita.

E. Implementasi Model Pembelajaran STEM


Berbasis Kimia Hijau

Implementasi Model Pembelajaran STEM Berbasis Kimia Hijau di


dalam kelas memerlukan pergeseran dari metode pengajaran
tradisional. Berikut adalah beberapa strategi untuk
mengintegrasikan pendekatan ini ke dalam kurikulum STEM:
1) Integrasikan prinsip kimia hijau ke dalam rencana pelajaran:
Saat merancang aktivitas dan proyek STEM, gabungkan prinsip
kimia hijau, seperti mengurangi limbah dan polusi,
menggunakan sumber daya terbarukan, dan merancang produk
yang lebih aman.
2) Gunakan eksperimen dan demonstrasi kimia hijau: Gabungkan
eksperimen dan demonstrasi yang menekankan pentingnya
keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan, seperti
membuat biodiesel dari minyak nabati atau menggunakan
sumber daya energi terbarukan untuk menggerakkan mesin
sederhana.
3) Kolaborasi dengan organisasi lokal: Jalin kemitraan dengan
organisasi lokal yang mempromosikan keberlanjutan
lingkungan, seperti pusat daur ulang, fasilitas kompos, atau
perusahaan energi terbarukan. Ini akan memberikan siswa
contoh dunia nyata dari kimia hijau yang sedang berlangsung
dan membantu mereka menghubungkan pengetahuan mereka
dengan praktik yang ada di dunia nyata.
F. Pustaka Acuan
Anastas, P., & Warner, J. C. (1998). Green Chemistry:
Theory and Practice. Oxford University Press.
107–115. https://doi.org/10.24114/jpkim.v11i3.15739
Mitarlis, O. :, Azizah, U., Yonatha, B., & Kimia, J. (2018).
Pemanfaatan indikator alam dalam mewujudkan
pembelajaran kimia berwawasan green chemistry.
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 3(1), 1–7.
http://journal.unesa.ac.id/index.php/jppipa
Paschalidou, K., Salta, K., & Koulougliotis, D. (2022).
Exploring the connections between systems thinking
and green chemistry in the context of chemistry
education: A scoping review. Sustainable Chemistry
and Pharmacy, 29.
https://doi.org/10.1016/j.scp.2022.100788
 

Anda mungkin juga menyukai