PERENCANAAN LAPANGAN
TERBANG
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
BANTEN
2022 – 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW,
kepada para keluarganya, sahabatnya serta kita selaku umatnya yang insyaallah
dicintainya aamiin.
Dalam penyelesaiannya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ibu
Dwi Esti Intari, S, T., M.Sc. selaku dosen pengampu yang telah senantiasa
Semester Pendek 2022/2023 dan juga saudari Denisa Athaullah Mina selaku asisten
dosen yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Dari sana semua
kesuksesan laporan ini berasal, semoga ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
membuka kritik dan saran untuk ke depannya agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Mohon maaf jika ada kesalahan kata atau data yang dicantumkan, karena manusia
tidak luput dari kesalahan. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
LEMBAR ASISTENSI...................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan......................................................................................................2
BAB 2 METODOLOGI
7.1 Kesimpulan..............................................................................................77
7.2 Saran........................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel 3.4 Analisa data penumpang tahunan dengan regenerasi sampai tahun 2037
Rencana
PENDAHULUAN
mempunyai batas tertentu untuk pesawat udara khusus dalam mendarat dan lepas
Sedangkan bandar udara adalah suatu sistem yang meliputi manajemen operasional dan
kelancaran, keteraturan arus lalu lintas pesawat udara, pergerakan penumpang, pos
transportasi udara yang menjadi pusat dari beberapa pertemuan jalur penerbangan
sesuai dengan ketentuan. Bandar udara menjadi penyedia akses dalam kegiatan
Dalam Tugas Besar ini, kami akan meninjau dan melakukan perancangan pada Bandar
Adapun ruang lingkup dalam tugas besar ini yaitu sebagai berikut:
mendatang.
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 METODOLOGI
Berisi sistematika pengerjaan (diagram alir dan tahapan studi) dan teori dasar.
perhitungan jumlah penumpang tahunan dan harian serta analisis jam puncak sesuai
daerah KKOP sesuai dengan pedoman pada Aerodrome Design Manual Part 2.
Berisi perhitungan dan perancangan luas terminal penumpang dan luas lapangan parkir
Berisi perancangan perkerasan kaku dan perkerasan lentur dengan metode empiris.
BAB 7 KESIMPULAN
METODOLOGI
Bagan Alir Perencanaan. Bagan alir perencanaan dipergunakan sebagai gambaran langkah-
langkah yang akan diambil analisis kebutuhan Bandar Udara Husein Sastranegara.
Berikut ini adalah diagram alir dari pengerjaan Tugas Besar Lapangan Terbang.
mendatang.
tempat pesawat mendarat dan lepas landas menurunkan penumpang, bongkar muat
barang, dan tempat perpindahan serta antar moda transportasi yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas dasar dan fasilitas
pelayanan yang sesuai berdasarkan rute penerbangan dan peran pemerintah dapat
sumber (Dirjen Perhubungan Udara), panjang minimum runway yang dimiliki bandar
udara menurut klasifikasinya yaitu Bandar Udara Internasional 2.350 m, Bandara Pusat
Bandara udara digunakan untuk pemrosesan penumpang dan bagasi untuk pertemuan
dengan pesawat dan moda transportasi darat lainnya. Bandara juga digunakan untuk
Udara, yaitu: Mempercepat arus lalu lintas penumpang, barang dan jasa melalui
strategis sebagai sarana transportasi yang menyatukan seluruh wilayah dan dampaknya
Faktor - faktor yang mempengaruhi dalam menentukan ukuran bandar udara terdiri
terbang dinyatakan dengan ukuran, berat, kapasitas dan kebutuhan panjang landas
2.2.2 Runway
Landas pacu (runway) adalah suatu bidang persegi panjang tertentu di dalam lokasi
Bandar udara yang berupa suatu perkerasan yang disiapakan untuk pesawat
melakukan kegiatan pendaratan dan tinggal landas. Elemen dasar runway meliputi
TUGAS BESAR LAPANGAN TERBANG
7
perkerasan yang secara struktural cukup untuk mendukung beban pesawat yang
tertentu yaitu:
1. Ruway tunggal
2. Runway sejajar
3. Runway berpotongan
4. Runway bersilangan
Dipandang dari aspek keselamatan persyaratan yang bersifat mutlak dan harus
2. Persyaratan Operasional:
udara diatas bandar udara yang dikontrol Bandar udara, tempat pesawat udara
Kebutuhan panjang landas pacu (runway) dipengaruhi oleh beberapa factor antara
lain :
1. Karakteristik pesawat kritis (critical aircraft) yang akan beroperasi baik untuk
kemiringan(slope) permukaan
4. Lokasi Bandar udara yaitu ketinggian atau elevasi dari permukaan laut yang akan
𝑊𝑅 = 𝑇𝑀 + 2𝐶
(2.1)
Keterangan:
2.2.3 Taxiway
Fungsi utama Taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari landasan
pemeliharaan. Taxiway diatur sedemikian rupa agar pesawat yang baru mendarat,
tidak mengganggu peswat lain yang sedng taxi,siap menuju ujung lepas landas.
Dipelabuhan udara yang sibuk dimana lalu lintas pesawat taxi diperkirakan bergerak
sama banyak dari dua arah, harus dibuat pararel taxiway terhadap landasan untuk
taxi satu arah, rutenya dipilih jarak terpendek dari bangunan terminal menuju
Dilihat dari segi pendaratan, pembuatan taxiway harus bisa dipakai oleh pesawat
secepatnya keluar landasan, sehingga landasan bisa dipakai mendarat oleh pesawat
lain tanpa menunggu lama. Taxiway ini disebut “Exit Taxiway” atau Trun Off.
Hingga sejauh mungkin membuat taxiway dengan rute melintasi landasan aktif
selama lalu lintas puncak, yaitu ketika pesawat yang harus dilayani landasan
Hal ini memudahkan mengatur lalu linta udara (PLLU) atau Air Traffic Controll
(ATC) memberijarak yng lebih dekat satu pesawat kepada pesawat yang lain,
sehingga kapasitas landasan meningkt, atau dalam pemanfaatan waktu pesawat yang
akan lepas landas bisa ditempatkan diantara dua pesawat yang berurutan akan
mendarat.
2.2.4 Apron
Apron adalah suatu bidang tertentu di dalam Bandara yang disediakan sebagai
Penumpang, Muatan pos dan kargo dari pesawat, Pengisian bahan bakar Parkir dan
perawatan pesawat. Apron harus mampu mendukung beban pesawat pada muatan
1. Kemiringan (slope)
2. Jarak lebar antara pesawat yang sedang parkir dengan bangunan terdekat dengan
Posisi Parkir Pesawat pada Apron yang sering digunakan oleh Pesawat Udara:
1. Sejajar
Konfigurasi dari parkir sejajar ini adalah yang paling mudah untuk manuver
pesawat. Dalam hal kebisingan dan blast jet dapat dikurangi karena tidak
diperlukan gerakan memutar yang tajam. Baik pintu depan dan pintu belakang
pesawat dapat digunakan oleh penumpang untuk keluar dan masuk. Namun
2. Nose in
konfigurasi nose in ini pesawat diparkir tegak lurus dengan terminal, dengan
melakukan manuver pada posisi parkir tanpa bantuan alat penarik, tetapi untuk
paling kecil, menimbulkan tingkat kebisingan yang lebih rendah karena pesawat
3. Nose out
Dalam hal ini kepala pesawat mengarah kelandasan dimana gerak pesawat untuk parkir
4. Angled nose in
Konfigurasi ini sama dengan konfigurasi nose in tetapi badan pesawat bersudut
pesawat dapat melakukan manuver saat masuk dan keluar dari pintu hubung
Dalam konfigurasi angled nose out tersebut pesawat diparkir dengan hidung
konfigurasi dasar.
1. Landasan Tunggal
perhitungan bahwa kapasitas landasan tunggal dalam kondisi Visuil Flight Rule
2. Landasan Paralel
pemisahan/penjarakan antara dua landasan. Yang biasa adalah dua landasan sejajar
Jarang ada landasan sejajar tiga, sampai saat ini belum ada landasan sejajar lebih
dari empat, tampaknya orang juga tidak akan membangun landasan sejajar lima
atau enam karena membutuhkan tanah yang luas dan dengan landasan sejajar
empat orang masih bisa mengatur lalu lintas udara betapapun sibuknya. Dilain
pihak bila ada lima atau enam landasan sejajar, pengaturan lalu lintas udara akan
semakin rumit serta ruang udara yang diperlukan untuk “Holding” sangat luas.
a) Berdekatan (Cloos)
b) Menengah (Intermediate)
5000 ft = 1524 m. Dalam kondisi IFR kedatangan pada satu landasan tidak
c) Jauh (Far)
Dalam kondisi IFR dua landasan dapat di operasikan tanpa tergantung satu
Perhitungan luas apron terdiri dari panjang apron, lebar dan kapasitas apron
maksimum turning radius pesawat (R) + clearance between two wing span.
( 2R × X ) + ( X – 1 ) x C (2.2)
( 2R + C + Wingspan ) (2.3)
Keterangan :
DEMAND FORECASTING
adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan)
yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan
dan pergerakan pesawat. Fungsi dari Bandar udara adalah mempercepat arus lalu lintas
penumpang, kargo dan servis melalui transportasi udara di setiap pelosok Indonesia,
wawasan nusantara, juga Bandar udara berfungsi untuk mengembangakan transportasi yang
Klasifikasi bandara terdiri atas beberapa kelas bandar udara yang ditetapkan berdasarkan
kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Kapasitas pelayanan merupakan
kemampuan bandar udara untuk melayani jenis pesawat udara terbesar dan jumlah
a. Kode angka (code number) yaitu perhitungan panjang landasan pacu berdasarkan
b. Kode huruf (code letter) yaitu perhitungan sesuai lebar sayap dan lebar/jarak roda
terluar pesawat.
15 m <= WS < 24
2 800 m <= ARFL <1200 m B 4.5 m <= OMG < 6 m
m
24 m <= WS < 36
3 1200 m <= ARFL < 1800 m C 6 m <= OMG < 9 m
m
36 m <= WS < 52
4 1800 m <= ARFL D 9 m <= OMG < 14 m
m
52 m <= WS < 56
E 9 m <= OMG < 14 m
m
56 m <= WS < 80
F 14 m <= OMG < 16 m
m
yang melayani penumpang dan/atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi
perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai provinsi. Macam-macam bandar udara
pengumpul:
1. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer yaitu bandar udara sebagai salah
satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani
penumpang dengan jumlah lebih besar atau sama dengan 5.000.000 (lima juta) orang
pertahun.
2. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yaitu bandar udara sebagai
salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani
3. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yaitu bandar udara sebagai salah
satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) terdekat yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau
sama dengan 500.000 (lima ratus ribu) dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta) orang
pertahun.
Bandar Udara Pengumpan merupakan bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan
dan mempengaruhi perkembangan ekonomi lokal, bandar udara tujuan atau bandar udara
penunjang dari bandar udara pengumpul dan bandar udara sebagai salah satu prasarana
Dalam melakukan suatu peencanaan tentu dibutuhkan data statistik jumlah penumpang
keberangkatan dan kedatangan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Berikut adalah
Jumlah Data Penumpang Keberangkatan dan Kedatangan Bandar Udara Sultan Hasanuddin
dalam periode 10 tahun dari tahun 2013 sampai 2022 yang didapat dari Badan Pusat Statistik
(BPS).
Tabel 3.3 Jumlah Penumpang Keberangkatan dan Kedatangan Bandar Udara Internasional
2013 3.892.185
2014 3.729.278
2016 4.514.953
2017 5.462.696
2018 4.219.786
2019 2.822.824
2020 2.114.082
2021 6.656.878
2022 4.717.287
(Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi)
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa data memiliki pola tertentu. Jumlah penumpang cenderung
mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Hal ini bisa diindikasikan sebagai pola
kecenderungan. Oleh karena itu, dari data tersebut dapat diolah dengan menggunakan regresi dan
Jumlah 2
Tahun XiYi Xi
Penumpang
2013 3.892.185 7834968405 4052169
2014 3.729.278 7510765892 4056196
2015 3.894.860 7848142900 4060225
2016 4.514.953 9102145248 4064256
2017 5.462.696 11018257832 4068289
2018 4.219.786 8515528148 4072324
2019 2.822.824 5699281656 4076361
2020 2.114.082 4270445640 4080400
2021 6.656.878 13453550438 4084441
2022 4.717.287 9538354314 4088484
Total 84791440473 40703145
(Sumber: Hasil Analisis, 2023)
Berikut ini akan ditampilkan plotting jumlah penumpang dan tahun dalam grafik yang berguna untuk
mengaitkan hubungan antara periode lamanya tahun dengan keberangkatan dan kedatangan Bandar
4,000,000
Jumlah Pnumpang
3,000,000 Linear (Series 1)
2,000,000
1,000,000
0
13 15 17 19 21
20 20 20 20 20
Tahun
Jam puncak dapat didefinisikan sebagai volume penumpang yang dilayani mencapai titik optimum.
Sedangkan volume jam puncak adalah volume lalu lintas terbesar yang terjadi selama satu jam
Tabel 3.4 Analisa Data Penumpang Tahunan dengan Regresi sampai Tahun 2035
2013 3.892.185
2014 3.729.278
2015 3.894.860
2016 4.514.953
2017 5.462.696
2018 4.219.786
2020 2.114.082
2021 6.656.878
2022 4.717.287
2035 42.024.829
Kemudian menghitung volume penumpang harian, dengan cara membagi jumlah penumpang
tahunan dengan jumlah hari dalam satu tahun (asumsikan 365 hari)
4.717 .287
Sebagai contoh jumlah penumpang harian tahun 2022 = = 12.92407 orang
365
Pada analisi jam puncak diperlukan koefisien jam puncak atau (Typical Peak Hour Passanger) yang
4.717 .287
VJP pada tahun 2022 = x 0,05 = 646 orang
365
= 0,411167
Menentukan jumlah pesawat permodulasi yang akan melayani penumpang pada saat volume jam
puncak. Jumlah modul ini ditentukan dengan menggunakan metode trial and error, sampai diperoleh
kapasitas yang nilainya lebih dari VJP. Dalam perhitungan ini diasumsikan load factor sebagai 90%.
A320-200 186
A300 B4 189
A310 189
A380 74
B767-300 132
B737-500 396
B737-300 149
Adapun analisis pada modul berdasarkan kapasitas pesawat adalah sebagai berikut.
Maka, presentase peningkatan jumlah penumpang pesawat pada tahun mulai beroperasi (2023) dan
2020 2.114.082
53,535
2035 115291879,2
coverage (airport usability factor) memenuhi paling tidak 95% crossind coverage. Runway yang
A320-200 186
A300 B4 189
A310 189
B380 74
B767-300 132
B737-200 335
B737-500 396
B707-300 149
(Sumber: Data Tugas Besar, 2023)
Dari tabel di atas, diketahui pesawat yang terbesar yaitu B737-300. Kemudian diperlukan data berupa
wingspan dan aeroplane reference field length dari sumber antara lain FAA dan katalog pesawat.
Berdasarkan Tabel 4.2 Aerodome Reference Code, pesawat yang dilayani masuk kedalam kategori
TUGAS BESAR LAPANGAN TERBANG
25
code element 4-E. Berdasarkan code element dan runway length yang diperoleh dapat ditentukan
besarnya design crosswind value dalam windrose berdasarkan Tabel 4.3 adalah 20 knots.
Untuk menentukan orientasi runway, akan digunakan analisis windrose dengan syarat minimal
digunakan runway tambahan sampai memenuhi syarat tersebut. Langkah-langkah analisis windrose
DATA ANGIN 4
Wind Percentage of Wind Total
Directio 0-4 mph 4-8 mph 8-12 12-18 18-24 24-31 31-38 38-47
n mph mph mph mph mph mph
N 0,15 0,96 1,38 0,72 0,26 1,34 1,37 0,43 6,60
NNE 1,23 1,10 1,37 1,25 1,38 0,20 0,17 0,85 7,55
NE 1,13 0,09 1,29 1,31 0,84 1,52 1,34 1,19 8,70
ENE 1,05 0,81 0,05 1,40 0,96 0,17 1,17 0,20 5,80
E 0,79 0,00 1,20 0,85 0,06 0,00 0,88 0,52 4,31
ESE 0,67 0,88 0,85 1,13 0,58 0,79 0,06 1,17 6,13
SE 1,38 0,67 0,62 0,47 0,14 1,48 0,94 0,47 6,18
SSE 0,38 1,03 0,32 0,05 1,17 1,13 1,16 1,41 6,65
S 0,70 1,22 0,87 0,08 0,87 1,05 0,58 0,81 6,16
SSW 0,32 0,96 0,87 1,40 0,91 0,65 1,17 0,11 6,39
SW 1,22 0,84 0,99 0,11 0,00 1,02 0,56 0,93 5,66
WSW 0,87 1,00 0,47 0,97 0,79 0,85 0,84 0,29 6,09
W 1,17 0,43 1,14 1,19 0,62 0,21 0,33 0,15 5,25
WNW 1,11 1,26 0,20 0,08 0,72 0,18 1,46 0,09 5,10
NW 1,35 0,08 0,75 0,97 0,53 1,31 1,05 1,17 7,21
NNW 0,55 0,02 1,14 0,84 0,65 1,52 0,84 0,68 6,24
(Sumber : Spesifikasi Tugas Besar Bandar Udara, 2023)
2) Melakukan plotting data di atas pada autocad, maka diperoleh gambar sebagai berikut:
3) Menggambar runway pada windrose yang sudah dibuat dengan menggunakan lebar jari-jari 20
knots. Jika lebar dijadikan mph, maka dapat dilihat hasil dari gambar runway pada windrose
Setelah plotting pada data angin, selanjutnya menggambar runway pada wind rose yang sudah dibuat
dengan menggunakan lebar jari-jari 20 knots atau 23,0156 mph. Maka dapat dilihat hasil dari gambar
4) Kemudian menentukan total probabilitas angin yang masuk dalam runway tersebut. Untuk
menghitung bagian yang tidak terarsir, maka hitung probabilitas menggunakan perbandingan luas
arsiran.
Sebagai contoh pada E dengan range kecepatan 18-24 mph, diperoleh luas arsiran 18,84 satuan
dan untuk luas arsiran dalam batasan sebesar 49,22. Maka untuk nilai probabilitas pada area E
adalah :
(0 , 06 x 18 ,84 )
Probabilitas Parsial = =0 ,02
49 , 22
Dengan menggunakan cara tersebut, didapat nilai dari crosswind coverage untuk runway pada
Menentukan total probabilitas angin yang masuk dalam gambar runway tersebut. Untuk
menghitung bagian yang tidak terarsir, maka hitung probabilitas menggunakan perbandingan luas
arsiran.
5) Dengan cara seperti langkah sebelumnya, didapat nilai crosswind coverage untuk masing-masing
Orientasi Presentage
Runway Coverage
0° 83,90
10° 83,28
20° 82,83
30° 81,79
40° 80,05
50° 78,58
60° 77,68
70° 78,43
80° 77,67
90° 78,06
100° 77,98
110° 78,73
Karena dari seluruh arah tidak memenuhi syarat coverage seesar 95%, maka diperlukan runway
tambahan agar dapat memenuhi syarat. Arah dengan coverage terbesar yaitu pada sudut 160°, akan
dijadikan runway tetap dan arah lainnya dilakukan perhitungan seperti langkah sebelumnya. Berikut
Untuk menentukan crosswind coverage pada runway dengan dua arah, dilakukan tahapan yang
sama seperti perhitungan runway satu arah dengan menentukan persentase luas tiap bagian. Dari
hasil Analisa yang dilakukan maka diperoleh nilai crosswind coverage yang memenuhi syarat
terjadi pada orientasi 160° untuk runway 1 dan 70° untuk runway 2.
Runway adalah bagian dari lapangan terbang dimana dataran berbentuk persegi panjang dan
diperkeras untuk keperluan landing dan take off. Jumlah runway sangat bergantung pada volume lalu
lintas, dan orientasi runway yang tergantung pada arah angin dominan. Runway juga sangat
dipengaruhi oleh penghubungnya yaitu taxiway dan exit taxiway. Dalam analisis dimensi runway
yang perlu diketahui dahulu adalah karakteristik pesawat rencana yang akan beroperasi di bandar
udara. Peraturan yang digunakan pada perancangan runway ini mengacu pada Aerodrome Design
Manual - Part 1: Runways edisi ketiga tahun 2006. Peraturan-peraturan yang dipakai dalam
mendesain geometri
runway sendiri berdasar pada jenis-jenis pesawat yang secara internasional disamakan dalam
bentuk kode bernama Aerodrome Reference Code (ARC). Hal yang perlu diperhatikan dalam
mendesain geometri runway adalah panjang dan lebar runway, longitudinal slopes, runway
shoulder, runway strip, runway end safety area (RESA), clearway dan stopway.
a. Langkah pertama adalah menentukan nilai ARFL pada tiap-tiap modulasi pesawat.
Tabel 4.6 Data ARFL Tiap Pesawat
A320-200 186
A300 B4 189
A310 189
B380 74
B767-300 132
B737-200 335
B737-500 396
B707-300 149
(sumber: FAA, 2021)
b. Setelah data didapatkan, tentukan koreksi elevasi, suhu, dan kemiringan runway dengan
rumus:
Didapatkan rekapitulasi nilai koreksi sebagai berikut:
Tabel 4.7 Data Elevasi, Suhu, dan Slope
Koreks Nilai
i
Fe 1,0035
Ce 3394,841
Ft 1,141
Ct 3873,428
Fc 1,0010
Cs 3877,302
(Sumber: Hasil Analisis Kelompok Bandar Udara, 2023)
Pada penentuan Aerodrome Reference Code (ARC) sesuai dengan Tabel 4.2, diketahui
bahwa ARC pesawat masuk kedalam kelompok 4-E. Maka, dapat ditentukan dimensi
perancangan runway dengan acuan Aerodrome Design Manual- Part 1: Runways edisi ketiga
tahun 2006 sebagai berikut:
1. Dimensi Runway
2. Longitudinal Slopes
1. Bahu Runway
2. Runway Strip
Dari data diatas diketahui Panjang runway strip yang digunakan yaitu 60 m dan
dan lebarnya sama dengan dua kali dari lebar runway yaitu 90 m
4. Clearway
Berdasarkan aturan tersebut, lebar clearway yaitu 75 m, dan panjangnya setengah dari
Berdasarkan klasifikasi di atas, lebar stopway yang digunakan adalah sama dengan lebar
Taxiway (landasan hubung) adalah suatu jalur tertentu di dalam lokasi bandar udara yang
menghubungkan landas pacu (runway) dengan landas parkir (apron) di daerah bangunan terminal dan
sebaliknya. Sebagian besar landas hubung mempunyai permukaan keras yang merupakan lapisan
aspal atau beton, walaupun bandar udara yang lebih kecil terkadang menggunakan batu kerikil atau
rumput.
data:
b. Kemiringan Taxiway
Design Manual part 2 taxiways, aprons, and holding boys (2005). Slope
c. Taxiway Strip
Untuk menentukan taxiway strip didapat dari ICAO Aerodrome Design
Manual part 2 Taxiways, Aprons and Holding Boys (2005). Taxiway strip
juga tergantung pada code letter pesawat kritis (4E).
design manual part 2 Taxiways, aprons, and holding boys (2005). Slope
e. Exit Taxiway
Untuk menentukan lokasi exit taxiway didapat dari ICAO Aerodrome Design
Manual part 2 Taxiways, Aprons and Holding Boys (2005). Exit Taxiway
dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1) Exit Taxiway bergeometrik tegak lurus dengan runway (right angle)
2) Exit Taxiway bersudut tajam (Acute Angle) atau rapid exit taxiway.
Rapid Exit Taxiway berfungsi untuk mengurangi durasi pesawat saat berada
operasi atau lebih. Taxiway tegak lurus dapat ditempatkan di kedua ujung
(S1+S2+S3), yaitu:
(Vth-15)2-V2ex
S3= = 1489,083 m
8a
Untuk itu, lokasi rapid exit taxiway dari titik pesawat landing adalah
sebagai berikut.
S= S1 + S2 + S3
Apron adalah bagian dari bandar udara yang digunakan sebagai tempat parkir
pesawat terbang. Selain untuk parkir, pelataran pesawat digunakan sebagai tempat
untuk mengisi bahan bakar, menurunkan penumpang, dan mengisi penumpang
pesawat terbang. Pelataran pesawat berada pada sisi udara (Air Side) yang
langsung bersinggungan dengan bangunan terminal, dan juga dihubungkan
dengan jalan rayap (Taxiway) yang menuju ke landas pacu (Runway).
Dalam merancang Apron dapat digunakan ICAO Aerodrome Design Manual Part
2 Taxiway, Apron, and Holding Boys (2005). Berdasarkan analisis perhitungan di
awal, pada saat jam sibuk jumlah pesawat terbanyak pada tahun rencana 2036
adalah sebanyak 3 buah dengan jumlah pesawat terbanyak A333. Jumlah pesawat
per jam sangat sedikit, maka apron dapat diaplikasikan menggunakan konsep
apron linear concept.
Untuk menentukan nilai dari clearance¸yaitu jarak di titik tengah taxiway menuju
objek terdekat dan jarak dari apron taxiway ke objek, dapat dilihat melalui acuan
gambar berikut:
Gambar 4.18 Design Criteria for Apron
Code letter untuk kriteria apron yang ditentukan adalah 4–E dengan spesifikasi
sebagai berikut.
a. Clearance: 7,5 m
b. Center Line to Object: 47,5 m
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas diperoleh bahwa clearance pesawat adalah 7,5 m
dengan jarak dari apron taxiway ke objek adalah minimum 47,5 m. Selain itu,
dikarenakan bendara masuk kedalam kategori E, maka jarak dari garis tengah
taxiway ke garis tengah objek yang berada di atas taxiway adalah 47,5 m
yang menjadi penghubung sistem transportasi darat dan sistem transportasi udara yang
menampung kegiatan-kegiatan transisi antara akses dari darat ke pesawat udara atau
sebaliknya. Berdasarkan Peraturan Menteri nomor PM 77 Tahun 2015, sisi darat adalah
wilayah bandar udara yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan operasi
penerbangan.
Kerb adalah fasilitas pejalan kaki yang membatasi bangunan terminal dengan daerah
perkerasan jalan. Selain itu juga kerb digunakan menjadi tempat untuk menaik dan
menurunkan penumpang dalam waktu singkat. Untuk menghitung panjang kerb dapat
Keterangan :
Pada bab 3 telah diketahui jumlah penumpang pada jam puncak ditahun 2035 sebesar
25757 orang. Maka nilai kerb kedatangan dapat dihitung sebagai berikut:
TUGAS BESAR LAPANGAN TERBANG
43
L = 0,095 x 83 x 5757 x 0,6
L = 272,36 m
b. Hall Keberangkatan
Luas hall ini harus dapat menampung banyaknya penumpang pada jam sibuk
sebelum memasuki area untuk melakukan check in. Luas dari hall
keberangkatan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
A = 0,75 × [a × (1 + f)] + b × 1,1 (5.2)
Keterangan:
c. Check In Counter
Pada bagian ini dihitung jumlah meja check in yang dibutuhkan agar dapat
melayani seluruh penumpang pada jam sibuk dengan memberikan tingkat
kenyamanan yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penumpang
mengantri terlalu lama. Dapat dihitung dengan rumus:
N = [( a + b) / 60] × t1 × 1,1 (5.3)
Keterangan :
a = jumlah penumpang berangkat pada jam puncak
b = jumlah penumpang transfer, dianggap 20% dari nilai a
t1 = diasumsikan waktu pengecekan sebesar 0,5 menit per orang
Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh jumlah meja untuk check
in sebesar:
N = [(5757 + 53,535) / 60 ] × 0,5 × 1,1
N = 53 meja
(5.8) Keterangan:
c = jumlah penumpang pada jam puncak
u = rata-rata waktu menunggu (60 menit)
i = proporsi penumpang menunggu terlama (0,6)
v = rata-rata waktu menunggu tercepat (20 menit)
k = proporsi penumpang menunggu tercepat (0,4)
Maka diperoleh luas ruang tunggu sebesar:
A = 5757 x [ ( 60 x 0,6 ) x ( 20 x 0,4 ) / 30 ] x 1,1
TUGAS BESAR LAPANGAN TERBANG
46
A = 1823,817 m2
A = 52,999 m2 ≈53 m2
(5.12) Keterangan:
c = jumlah penumpang pada jam puncak
q = proporsi penumpang datang menggunakan wide body aircraft
r = proporsi penumpang datang menggunakan narrow body aircraft
Maka didapat nilai q dan r:
q = (148,8 + 105,6) : 581,6 = 0,437
Dengan mengambil safety factor maka pesawat rencana yang dipilih adalah
tipe B737-200 dengan kapasitas sebesar 125 penumpang dan memiliki nilai N
sebesar 20. Maka panjang nya adalah :
L = ( 5 x 20 ) / 3
L = 33,33 m
N. Luas Toilet
Dihitung dengan menggunakan rumus:
A = 0,2 x a x 1,1 (5.15)
Maka luas toilet yang dibutuhkan sebesar :
A = 0,2 x 5757 x 1,1
A = 1266,54 m2
O. Hall Kedatangan
Luas ruangan ini dapat dihitung menggunakan rumus :
A = 0,375 x [ b + c + ( 2 x c x f ) ] x 1,1 (5.16)
Keterangan:
b = jumlah penumpang berangkat pada jam puncak
c = jumlah penumpang transfer, dianggap 20% dari nilai a
f = jumlah pengunjung per penumpang dan diasumsikan bernilai
2 Maka diperoleh luasan ruang kedatangan sebesar:
A = 0,375 x [53,535 + 53,535+ ( 2 x 53,535 x 2 ) ] x 1,1
A = 128,484 m2
P. Kerb Kedatangan
Luas ruangan ini dapat dihitung menggunakan rumus :
A = 0,095 x c x p x 1,1 (5.17)
Keterangan:
c = jumlah penumpang transfer, dianggap 20% dari nilai a
Selain itu, terdapat beberapa fasilitas tambahan pada Bandara sebagai berikut:
Tabel 5.3 Daftar Fasilitas Tambahan Bandara
Luas Total
Data Jumlah Luas (m2)
(m2)
Meja Informasi dan Costumer Service 4 15 44
Money Changer 2 60 62
RM. Pagi Sore 1 137 137
Dunkin Donuts 1 53 53
MCD 1 55 55
Roti O 1 53 53
Transit, Waiting Room, and Lounge 1 3951 3951
ATM 1 30 30
Mushola 1 94 94
Area Merokok 1 42 42
Minimart 1 110 110
(Sumber: Hasil Analisis, 2022)
Maka dari itu untuk mengetahui kapasitas parkir tiap jam nya tidak dapat diambil
dari nilai maksimum ataupun rata-rata, namun dapat diambil nilai kapasitas parkir
yang dapat menampung jumlah kendaraan penumpang selama 24 jam. Dalam
kasus ini dapat diambil nilai kapasitas parkir sebesar 130 kendaraan/jam.
Dari penjabaran tersebut, makan didapatkan hasil grafik kebutuhan parkir bandara
sebagai berikut:
Akumulasi Parkir
Series1 Series2
250
200
Jumlah Kendaraan
150
100
50
0
1:00 AM
2:00 AM
3:00 AM
4:00 AM
5:00 AM
6:00 AM
7:00 AM
8:00 AM
9:00 AM
10:00 AM
11:00 AM
2:00 PM
12:00 AM
12:00 PM
1:00 PM
3:00 PM
4:00 PM
5:00 PM
6:00 PM
7:00 PM
8:00 PM
9:00 PM
10:00 PM
11:00 PM
Jam
Penentuan luas satu petak parkir diambil berdasarkan ketentuan SAA (1986) yaitu
sebesar 4,75 m x 2,5 m, sehingga luas parkir untuk Internasional Sultan
Hasanuddin adalah:
L = 2 x 200 x 4,75 x 2,
= 4750 m2
VJP 5757
Saat merencanakan struktur perkerasan, dua metode dapat digunakan: metode empiris dan
metode mekanistik. Laporan ini menggunakan metode empiris yang mengacu pada FAA AC
150/5320-6D. Berdasarkan pada FAA, desain ini didasarkan pada kurva yang terdapat dalam
referensi ini. Dalam metode ini, ketebalan perkerasan dihitung untuk setiap modulasi bidang
tahunan. Setelah itu, pesawat yang biasa beroperasi di bandara ini dijadikan pesawat terbang.
Perkerasan yang digunakan dalam perencanaan perkerasan bandara adalah perkerasan lunak
dan perkerasan keras. Perkerasan lunak ini digunakan untuk landasan pacu, sedangkan
perkerasan keras digunakan untuk taxiway dan apron. Penggunaan jenis perkerasan ini
disesuaikan dengan beban dan karakteristik perkerasan. Pada jalan yang menggunakan
perkerasan lunak, perkerasan lunak ini dapat digunakan jika ada beban impak akibat beban
yang bergerak dengan kecepatan tinggi, sehingga diperlukan perkerasan dengan kelenturan
tinggi dan tekstur kasar. Taxiway dapat dirancang sebagai perkerasan yang keras, berkekuatan
tinggi, dan bertekstur sedang. Perkerasan kaku digunakan di apron karena beban maksimum
Selain itu juga dibutuhkan data-data seperti modul pesawat, jumlah pergerakan
pesawat tiap tahunnya, MTOW, gear type, nilai CBR tanah dasar dan nilai CBR
Untuk data pergerakan pesawat tahun rencana pada tahun 2035 dapat
Setelah itu dapat dilakukan penentuan tebal perkerasan untuk tiap-tipe pesawat
dengan menggunakan grafik yang ada, berikut akan dicontohkan cara memeroleh
ketebalan perkerasan untuk tipe pesawat A310 dengan gear type dual Tandem,
nilai CBR 7,5%, MTOW 209169 lbs dan annual departure sebesar 2370.
Ketebalan Perkerasan
No Tipe Pesawat
inch cm
1 A320-200 30 65,98
2 A300 B4 37 129,76
3 A310 39 48,78
4 A380 26 47,87
5 B767-300 25 81,23
6 B737-200 26 67,23
7 B737-500 23 125,28
8 B707-300 39 123,19
Pada tabel di atas, diketahui nilai perkerasan yang paling tebal dimiliki oleh
pesawat tipe A310. Sedangkan untuk pesawat rencana dapat diambil dari
pesawat ke pesawat rencana. Dalam hal ini dilihat berdasarkan gear type.
= 3287 x 0,5
= 1643,5
= 4211,825
Kritis
Total Lapisan
inch m
Total 30 0,762
Surface + Base 15 0,381
Sub Base 7 0,1778
Surface 5 0,127
terdapat pada FAA AC 150/5320-6D. Selain itu juga dibutuhkan data-data seperti
modul pesawat, jumlah pergerakan pesawat tiap tahunnya, MTOW, gear type,
nilai K tanah dasar dan nilai K pondasi bawah. Maka data tersebut berupa:
menggunakan regresi dari data yang sudah diperoleh. Setelah itu dapat dilakukan
penentuan tebal perkerasan untuk tiap tipe pesawat dengan menggunakan grafik
yang ada, berikut akan dicontohkan cara memeroleh ketebalan perkerasan untuk
680 psi, MTOW 209169 lbs, K sebesar 100 psi dan annual departure sebesar 94877.
Gambar 6.3 Grafik Regresi Untuk Ketebalan Pada Pesawat Type A333
inch. Untuk jenis pesawat lainnya dapat dicari ketebalan perkerasan menggunakan
grafik yang sesuai dengan type gear tiap jenis pesawat, maka dari itu diperoleh
nilai sebesar :
Ketebalan Perkerasan
No Tipe Pesawat
inch cm
1 A320-200 16 40,64
2 A300 B4 19 48,26
3 A310 12 30,48
4 A380 12 30,48
5 B767-300 16 40,64
6 B737-200 18 45,72
7 B737-500 26 66,04
8 B707-300 22 55,88
pesawat tipe A380. Sedangkan untuk pesawat rencana dapat diambil dari
rencana. Dalam hal ini dilihat berdasarkan gear type sesuai dengan Tabel
diperoleh tebal lapisan total dan tebal pondasi bawah menggunakan grafik sebagai
berikut:
Gambar 6.4 Grafik Regresi CBR Untuk Menentukan Nilai Tebal Kaku Total
Dapat kita tentukan nilai tebal lapis permukaan atau nilai surface + base
dengan menggunakan data yang sama tetapi pada nilai concrete flexural strength
= 0,281 m
Dengan nilai CBR 7,5% sesuai grafik di atas maka Tbc min = 6 inch. Maka dapat
Kritis
Total Lapisan
inch m
Total 13 0,3302
Surface + Base 9 0,2286
Sub Base 8 0,2032
Surface 9 0,2286
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari tugas besar lapangan terbang dengan referensi Bandar Udara Internasional
1. Jumlah penumpang di tahun 2035 adalah Jumlah penumpang di tahun 2035 adalah
sekitar 115,1365 penumpang per tahun atau 5757 penumpang per hari. Jumlah modul
3. Untuk perencanaan taxiway memiliki lebar sebesar m dengan bahu taxiway sebesar
m.
kemiringan sebesar
7. Luas gate hold room sebesar 2249,2 m2 dan luas parkir yang direncanakan
6.2 Saran
Dari perencanaan yang telah dilakukan , maka diperoleh saran sebagai berikut:
1. Menghitung data dengan teliti agar nilai yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan.
2. Memahami materi yang diberikan secara matang agar mempermudah selama proses
pengerjaan
https://digilib.sttkd.ac.id/1766/3/BAB%20II%20SKRIPSI%20-%20Dyah%20Alifa
%20Azminingtyas_3.pd . Diakses pada hari Minggu, 19 Juli 202
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/52/Giant_planes_comparison.svg.
Diakses pada hari Minggu, 19 Juli 2023.
https://eprints.umm.ac.id/45531/3/jiptummpp-gdl-vitaramant-44909-3-babii.pdf. Diakses
pada hari Minggu, 19 Juli 2023.