Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM SBGAI ANAK KORBAN


TINDAKAN PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DALAM
SPREKPETIF ETIMOLOGIS

OLEH
SRISKA ASKIA AHIRI
H1120085

Proposal diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

PROGRAM STRATA SATU (S-1)


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERLINDUNGAN HUKUM SBGAI ANAK KORBAN


TINDAKAN PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DALAM
SPREKPETIF ETIMOLOGIS

OLEH
SRISKA ASKIA AHIRI
H1120085

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Syarat Mengajukan Penelitian


Pada Fakultas Hukum Universitas Ichsan Gorontalo
Disetujui Oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal…….2023

Menyetujui :
PEMBIMBING I PEMBIMBING II

ILHAM, S.Hi,MH VICKY IBRAHIM SH, MH


NIDN :0924098401 NIDN :9990069445

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERLINDUNGAN HUKUM SBGAI ANAK KORBAN


TINDAKAN PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DALAM
SPREKPETIF ETIMOLOGIS

OLEH
SRISKA ASKIA AHIRI
H1120085

PROPOSAL PENELITIAN

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada Tanggal ..........................


Tahun 2023 dan dinyatakan lulus dan telah memenuhi syarat

Gorontalo Utara, ........................2023


Disahkan Oleh
1. Ketua ( )
2. Anggota ( )
2. Anggota ( )
2. Anggota ( )
2. Anggota ( )

Menyetujui
Dekan Fakultas Hukum

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

ii
Dr. Rusmulyadi, S.H., M.H.
NIDN : 0906037503
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena hanya dengan
izin dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal dengan
judul “PERLINDUNGAN HUKUM SBGAI ANAK KORBAN TINDAKAN
PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DALAM SPREKPETIF ETIMOLOGIS”.
Penulis menyadari Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis memohon masukan untuk kesempurnaan Proposal ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
membantu terselesainya Proposal ini :

1. Bapak Mohamad Ichsan Gaffar, S.E, M.AK, Selaku ketua Yayasan


Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Universitas Ichsan
Gorontalo;
2. Bapak Dr. Abdul Gaffar Ladjoke M.Si, Sebagai Rektor Universitas Ichsan
Gorontalo;
3. Bapak Dr. Rusmuliyadi, SH, MH Selaku Dekan Di Fakultas Hukum
Universitas Ichsan Gorontalo;.
4. Bapak Saharudin SH., MH selaku Wakil Dekan I Fakultas HukumUniversitas
Ichsan Gorontalo.
5. Bapak Suardi Rais, SH., MH selaku Wakil Dekan II Fakultas
HukumUniversitas Ichsan Gorontalo.
6. Bapak Jupri, SH., MH selaku Wakil Dekan III Fakultas HukumUniversitas
Ichsan Gorontalo.
7. Ibu Dr. Hijrah Lahaling,SH., MH selaku Prodi Studi Ilmu Hukum Universitas
Ichsan Gorontalo.
8. Bapak Ilham, S.H., MH selaku Pembimbing utama yang telah memberikan
banyak saran dan kritikan membangun untuk kesempurnaan proposal
penelitian ini.

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

iii
9. Bapak Vicky Ibrahim SH, MH selaku Pembimbing pendamping yang telah
memberikan saran dan pemikiran untuk menunjang penelitian ini..
10. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan yang ada di Universitas Ichsan
Gorontalo Utara yang tak sempat disebutkan satu persatu atas ilmu yang telah
diberikan.
11. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan bimbingan moral
maupun materil yang tak terhingga kepada penulis.
12. Kepada seluruh teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat
hingga Proposal ini dapat terselesaikan.

Semoga segala amal dan perbuatan yang telah diberikan mendapatkan rahmat dan
balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap proposal
penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua.

Gorontalo, September 2023

SRISKA ASKIA AHIRI


H1120085

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI............................................................................................................v

BAB I.......................................................................................................................7

PENDAHULUAN...................................................................................................7

1.1 Latar Belakang..........................................................................................7

1.2 Rmusuan Masalah...................................................................................12

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................13

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................13

BAB II....................................................................................................................14

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................14

2.1 Tinjauan Umum Kewenangan.................................................................14

2.2 Tinjauan Pustaka.....................................................................................17

2.2.1 Sistem...............................................................................................17

2.2.2 Unsur – unsur Sistem.......................................................................17

2.2.3 Ciri - ciri Sistem...............................................................................17

2.2.4 Informasi..........................................................................................19

2.2.5 Sistem Informasi..............................................................................20

2.2.6 Perangkat Lunak Yang Digunakan..................................................21

2.2.7 Unified Modelling Language (UML)...............................................23

2.2.8 Pengujian Sistem..............................................................................30

2.3 Kerangka Pemikiran................................................................................34


1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

v
BAB III..................................................................................................................35

METODE PENELITIAN.......................................................................................35

3.1 Jenis Penelitian........................................................................................35

3.2 Objek Penelitian......................................................................................36

3.3 Lokasi Penelitian.....................................................................................36

3.4 Jenis Dan Sumber Data...........................................................................36

3.5 Populasi Dan Sampel...............................................................................37

3.6 Teknik Pengumpulan Data......................................................................37

3.7 Teknik dan Analisa Data.........................................................................37

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38

LAMPIRAN...........................................................................................................42

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

vi
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkembangan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan1 Seorang anak memiliki hak untuk

dilindungi sebagaimamana tertera pada Undang-undang No. 35 Tahun 2014 pasal

1 ayat (2) “perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi hakhaknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi..

Namun merebaknya berbagai kasus kekerasan terhadap anak tentunya

memprihatinkan kita semua. Keluarga sebagai pelindung utama untuk anak

ternyata belum sepenuhnya mampu menjalankan perannya dengan baik. Kasus

perceraian, disharmoni keluarga, perilaku ayah atau ibu yang salah, dan berbagai

permasalahan lainnya, menjadi salah satu pemicu terabaikannya hak-hak anak

dalam keluarga, sedangkan seharusnya keluarga merupakan tempat paling utama

untuk memelihara kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak. Orang tua

wajib memelihara dan mendidik anak yang belum dewasa sampai anak-anak

bersangkutan dewasa dan mampu berdiri sendiri.

Saat ini tindak kekerasan terhadap anak di Indonesia masih sangat tinggi,

salah satu penyebabnya adalah paradigma atau cara pandang yang keliru

mengenai anak. Hal ini menggambarkan seolah-olah kekerasan terhadap anak sah-

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

vii
sah saja karena anak dianggap sebagai hak milik orang tua yang dididik dengan

sebaik-baiknya.3

Kekerasan seksual kini telah menjadi masalah sosial yang cukup serius dan

memprihatinkan. Tindak pidana ini tidak hanya dialami oleh orang dewasa saja,

tetapi korbannya juga banyak dari anak-anak. Peristiwa ini merupakan masalah

hukum yang sangat penting untuk dikaji, karena dalam hal ini dapat berakibat

pada korban yang biasa mengalami trauma baik secara psikis maupun fisiknya.

Tindakan pidana kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk kejahatan

yang paling merusak dan melanggar hak-hak asasi manusia, terutama anak-anak.

Anak-anak yang menjadi korban tindakan pidana kekerasan seksual memerlukan

perlindungan hukum yang kuat untuk memastikan keadilan dan pemulihan

mereka. Namun, pemahaman terhadap perlindungan hukum bagi anak korban

kekerasan seksual dapat diperdalam dengan menganalisis aspek etimologis, yaitu

melalui kajian asal usul kata-kata dan konsep hukum yang terkait.

Kekerasan seksual kini telah menjadi masalah sosial yang cukup serius dan

memprihatinkan. Tindak pidana ini tidak hanya dialami oleh orang dewasa saja,

tetapi korbannya juga banyak dari anak-anak. Peristiwa ini merupakan masalah

hukum yang sangat penting untuk dikaji, karena dalam hal ini dapat berakibat

pada korban yang biasa mengalami trauma baik secara psikis maupun fisiknya.

Kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia seperti fenomena gunung es,

angka kekerasan seksual terhadap anak bisa jadi lebih besar namun, banyak

korban tidak memiliki keberanian untuk melapor kepada lembaga-lembaga


1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

viii
perlindungan anak atau pihak berwajib. Penyebabnya Antara lain adalah adanya

ancaman yang didapatkan serta korban takut akan stigma buruk dan pandangan

cemooh dari masyarakat terhadap dirinya sebagai orang yang sudah tercemar.4

Dalam hal ini hendaknya masyarakat sekitar memahami keadaan anak

korban kekerasan seksual tersebut dan berusaha ikut serta membantu proses

penyelesaian kasus tersebut dengan berdasarkan keadilan restoratif, sebagaimana

konsep yang mengedepankan pemulihan, perlindungan, dan kerugian anak korban

kekerasan seksual.

Pada umumnya anak yang menjadi korban kekerasan seksual akan

mengalami tekanan psikologis seperti ketakutan, malu, stres bahkan ada yang

ingin bunuh diri karena tidak mampu bangkit dari rasa depresi yang dialamainya.

Sangat sulit ketika menyembuhkan trauma dari anak, apalagi jika anak menjadi

semakin terpuruk, merasa takut bahkan dikemudian hari jika sudah tumbuh

dewasa bisa melampiaskan dendamnya yang dulu pernah dialaminya. Karena

secara fisik dan psikis, mereka tidak berdaya saat menghadapi kekerasan yang

dilakukan orang dewasa.5

Dampak yang ditimbulkan dari tindak kekerasan seksual terhadap anak

tergantung pada tingkat kekerasan seksual yang dialaminya. Semakin sering anak

menerima tindak kekerasan seksual, maka semakin besar juga trauma yang timbul

dan membutuhkan waktu pemulihan yang cukup panjang. Maka dari itu orang tua

harus berperan aktif dalam mengawasi dan mendidik anak, anak harus diberikan

edukasi sesuai usianya agar anak mengetahui batasan-batasan mengenai dirinya.

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

ix
Luka fisik mungkin bisa disembuhkan dalam waktu yang tidak lama, namun luka

psikis akan terekam dan teringat oleh anak dalam waktu yang cukup lama.

Perkembangan fisik dan psikis serta mental anak juga akan ikut terluka dan

terhambat.

Perhatian Negara Indonesia terhadap anak dan penanganan permasalahan

anak memang sudah begitu jelas. Ini terlihat pada dasar konstitusi sebagaimana

telah tertuang pada UUD 1945. Kemudian lahir peraturan lainnya sebagai wujud

kepedulian terhadap anak. Diantaranya; Undang-Undang No.35 Tahun 2014

tentang perubahan atas Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan

anak, yang mempertegas tentang perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda

bagi pelaku kejahatan terhadap anak terutama kepada kejahatan seksual yang

bertujuan untuk memberikan efek jera, serta mendorong adanya langkah konkrit

untuk memulihkan kembali fisik, psikis dan sosial anak.6

Berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak, secara substansial telah memberikan perlindungan khusus terhadap anak

korban kekerasan seksual, yang termuat dalam Pasal 59 ayat (1) bahwa:

“Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk memberikan Perlindungan Khusus kepada Anak.” Di

antara pasal 59 dan 60 disisipkan menjadi 1 (satu) pasal yakni pasal 59A, yang

berbunyi;

Perlindungan khusus bagi anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat

(1) dilakukan melalui upaya:

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

x
a. Penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/atau rehabilitasi secara

fisik, psikis, dan sosial, serta pencegahan penyakit dan gangguan

kesehatan lainnya;

b. Pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan;

c. Pemberian bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga tidak

mampu

d. Pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap proses peradilan

Melihat catatan tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap

Perempuan, yang mencatat kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan, di tahun

2020 ini sampai bulan maret tercatat kekerasan terhadap anak perempuan (KTAP)

melonjak sebanyak 2.341 kasus, tahun sebelumnya sebanyak 1.417 kasus,

kenaikan dari tahun lalu mencapai 65%.7 Pada data tersebut dapat disimpulkan

bahwa kekerasan seksual terhadap anak harus ditanggulangi secara lebih serius.

Untuk mengganti kerugian atas penderitaan akibat kekerasan seksual,

pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bagi anak yang menjadi korban

kekerasan seksual sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

43 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak yang Menjadi Korban

Tindak Pidana. Selain itu secara lebih khusus melalui Peraturan Menteri

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 1 Tahun 2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak

Korban Kekerasan yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah bertanggung

jawab menyediakan layanan dan fasilitas bagi perempuan dan anak korban

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xi
kekerasan. Sebagai wujud dari peraturan tersebut setiap daerah berwenang dan

bertanggung jawab untuk menyediakan fasilitas dan layanan bagi korban

kekerasan seksual.8

Hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik ingin mengetahui tentang

faktor masalah anak yang menjadi korban dan bagaimana proses yang dilakukan

lembaga pemerintah dalam melakukan upaya perlindungan anak korban kekerasan

seksual, karena penegakan hak anak sebagai korban kekerasan seksual yang

dilakukan merupakan sebagai ujung tombak pelayanan yang memegang peranan

penting dalam penanganan korban kekerasan seksual agar korban diharapkan

dapat kembali melakukan aktifitasnya dan berkembang seperti halnya anak yang

lain, maka dari itu permasalahan ini akan diangkat sebagai kajian dalam bentuk

proposal yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM SBGAI ANAK

KORBAN TINDAKAN PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DALAM

SPREKPETIF ETIMOLOGIS”

I.2 Rmusuan Masalah


Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Pengembangan Ilmu

Diharapkan penelitian ini memberikan solusi pemikiran dan dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan komputer pada umumnya, khususnya

dalam pembuatan Sistem Informasi Pengolahan Data Potensi Dan Sumber

Kesejahteraan Sosial (PSKS) Dikantor Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo

Utara.

2. Praktisi
1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xii
Sebagai bahan masukan kepada Developer website agar efektif untuk

Sistem Informasi Pengolahan Data Potensi Dan Sumber Kesejahteraan

Sosial (PSKS) Dikantor Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo Utara bisa lebih

optimal.

3. Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai implementasi

pengembangan website, serta memperoleh pengalaman dalam

menganalisa, membuat dan mengimplementasikan suatu sistem.

I.3 Tujuan Penelitian

I.4 Manfaat Penelitian

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xiii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum Kewenangan


Beberapa penelitian berkaitan dengan membangun rancangan aplikasi

pembelajaran berbasis Android sebelumnya, yang menjadi acuan dan sumber

beberapa penelitian tersebut adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi Surya dkk dengan judul “Sistem

Informasi Pengolahan Data Bersama (SIKUBE) Pada Kantor Dinas Sosial

Kota Jambi Berbasis Website”. Proses pengolahan data yang sama berkali-

kali terjadi sehingga kurang efisien, kurang memadainya penyimpanan data

serta lambannya penyampaian informasi menjadi topik utama masalah yang

dialami. untuk meningkatkan kinerja petugas dalam mengelola data - data

Kelompok Usaha Bersama menjadi lebih terorganisir dan efektif. Untuk itu

dibutuhkan suatu aplikasi sistem informasi untuk mengatasi masalah. Proses

pengolahan data dalam perancangan infrastruktur aplikasi menggunakan

metode Waterfall, pemodelan data menggunakan Data Flow Diagram.

Sistem ini dirancang dan dibangun dengan menggunakan bahasa

pemrograman HTML, PHP, Framework Bootstrap, dan Database

PhpMyAdmin. Dari penelitian ini menghasilkan aplikasi Sistem Informasi

Pengolahan Data Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Berbasis Website. [3]

2. Penelitian yang dilakukan oleh Pandu Wibisono dkk dengan judul

“Perancangan Sistem Informasi Pengolahan Data Karyawan Cv Sds Group

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xiv
Jakarta”, masalah yang terdapat pada cv sds group jakarta yaitu sistem

pengolahan data karyawan masih menggunakan sistem manual, yaitu

membuat sebuah sistem informasi pengolahan data karyawan yang efektif

dan efisien sehingga dapat mempermudah kinerja admininstrator dalam

mengolah data karyawan dan pembuatan laporan yang di perlukan. Sistem

informasi ini dirancang menggunakan sistem berbasis java dan terintergrasi

dengan database yang dirancang menggunakan MySQL serta metode

penelitian yang digunakan adalah metode grounded (grounded research)

yaitu merupakan sebuah prosedur penelitian kualitatif yang sistematik, di

mana peneliti suatu teori yang menjelaskan konsep, proses, tindakan, atau

interaksi mengenai suatu topik pada level konseptual yang luas untuk

mendapatkan data dan informasi secara lengkap. [4]

3. Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Rachmat dkk dengan judul

“Perancangan Sistem Informasi Pengolahan Data Laporan Hasil Produksi

Pada Pt.Central Sarana Pancing”, Dalam pengolahan data laporan hasil

produksi yang dilakukan masih ada beberapa kekurangan yaitu proses

pencatatan laporan hasil produksi yang dilakukan masih menggunakan kertas

dan tidak bisa melakukan penginputan laporan hasil produksi di hari yang

sama karena laporan hasil produksi dicatat di form hasil produksi

menggunakan kertas sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama dalam

mengolah data dan penyimpanan data-datanya masih kurang aman dan

kurang tertata dengan baik karena tidak adanya tempat penyimpanan data

yang baik seperti kertas laporan hasil produksi bertumpuk diatas meja

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xv
sehingga laporan hasil produksi bisa hilang ataupun bisa tercampur dengan

laporan hasil produksi yang sudah di input. Maka dari itu, perancangan

aplikasi pengolahan data laporan hasil produksi yang mudah dioperasikan

dengan cepat, membuat sistem yang mudah di akses oleh bagian produksi

dan mempunyai tempat penyimpanan data yang aman sehingga data-data

yang ada tidak mudah hilang dan juga penyimpanan data menjadi lebih

terintegrasi. dalam metode peracangan ini penulis menggunakan Unified

Modeling Language (UML) untuk menganalisa sistem yang ada pada

perusahaan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan program

Unified Modeling Language (UML) untuk menjabarkan rancangan prosedur

sistem yang berjalan. [5]

Dari ketiga penelitian yang ada, Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi

Surya dkk dengan judul Sistem Informasi Pengolahan Data Bersama

(SIKUBE) Pada Kantor Dinas Sosial Kota Jambi Berbasis Website,

Penelitian yang dilakukan oleh Pandu Wibisono dkk dengan judul

Perancangan Sistem Informasi Pengolahan Data Karyawan Cv Sds Group

Jakarta, Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Rachmat dkk dengan judul

Perancangan Sistem Informasi Pengolahan Data Laporan Hasil Produksi Pada

Pt.Central Sarana Pancing. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis

dengan penelitian yang dilakukan pada penelitian terkait yaitu adalah objek

penelitian serta perbedaan dalam hal perancangan sistem.

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xvi
II.2 Tinjauan Pustaka

II.2.1 Sistem

Sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan hal atau kegiatan atau

elemen atau subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan

dengan cara - cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk

melaksanakan suatu fungsi guna untuk mencapai suatu tujuan.

II.2.2 Unsur – unsur Sistem


Untuk dapat mengetahui apakah segala sesuatu itu bisa dianggap sistem

maka mesti mencakup lima unsur utama yakni sebagai berikut.

a. Adanya kumpulan objek

b. Adanya hubungan atau interaksi antara unsur-unsur atau elemen-

elemen.

c. erdapat sesuatu yang mengikat unsur-unsur tersebut menjadi suatu satu

kesatuan.

d. Berada pada suatu lingkungan yang utuh dan kompleks.

Terdapat tujuan bersama sebagai hasil akhirnya. [6]

II.2.3Ciri - ciri Sistem


Ciri-ciri sistem terbagi atas 8 bagian yaitu sebagai berikut:

a. Komponen Sistem Suatu sistem terdiri atas sejumlah komponen yang

saling berhubungan, yang berarti saling berkerjasama untuk

membentuk satu kesatuan. Pada komponen sistem tersebut terdiri

atas komponen berupa bagian-bagian dari sistem atau subsistem.

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xvii
b. Batasan Sistem (Boundary). Batasan sistem termasuk daerah yang

membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan

lingkungan luarnya. Batasan pada sistem tersebut memungkinkan

suatu sistem itu dipandang sebagai suatu kesatuan. Batasan suatu

sistem menampilkan ruang lingkup atau scope pada sistem tersebut.

c. Lingkungan Luar Sistem Lingkungan luar sistem yaitu diuar batas

dari sistem yang telah mempengaruhi operasi sistem tersebut.

Lingkungan bisa saja bersifat menguntungkan yang harus tetap

dijaga dan yang tidak menguntungkan mesti dijaga dan dikendalikan,

kalau tak akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem tersebut.

d. Penghubung Sistem (Interface) Penghubung sistem adalah media

penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya.

Lewat penghubung tersebut maka dapat memungkinkan sumber-

sumber daya akan mengalir dari subsistem kepada subsistem yang

lainnya. Output atau keluaran dari subsistem akan menjadi input atau

masukan untuk subsistem yang lainnya lewat penghubung.

e. Masukan Sistem atau input Masukan yaitu energi yang dimasukkan

pada suatu sistem yang bisa berupa perawatan atau maintenance

input dan signal input atua masukan sinyal. Maintenance Input

merupakan energi yang dimasukkan supaya sistem bisa berjalan atau

beroperasi. Signal input merupakan energi yang telah diproses untuk

memperoleh keluaran. Contoh, suatu sistem program komputer

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xviii
merupakan maintenance input sedangkan data yaitu signal input

untuk mengolah menjadi informasi.

f. Keluaran sistem atau output. Keluaran sistem merupakan hasil dari

energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi output yang

bermanfaat dan sisa pembuangan. Contoh, komputer yang

menghasilkan panas termasuk sisa pembuangan, sedangkan

informasi merupakan keluaran yang dibutuhkan.

g. Pengolah sistem Suatu sistem menjadi suatu bagian pengolah yang

akan mengubah masukan menjadi keluaran. Sistem produksi akan

mengolah bahan baku tersebut menjadi bahan jadi. Sistem akuntantsi

akan mengolah data menjadi beberapa laporan keuangan.

Sasaran suatu sistem pasti memiliki goal atau tujuan atau sasaran berupa

objek. Sasaran dari sistem tersebut sangat menentukan masukan atau input yang

dibutuhkan oleh sistem dan keluaran yang akan dihasilkan oleh sistem. [7]

II.2.4 Informasi
“Informasi dapat didefinisikan sebagai hasildari pengolahan data dalam

suatu bentukyang lebih berguna dan lebih berartibagi penerimanya yang

menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata yang digunakan

untuk pengambilan keputusan” [8]. Data yang masuk akan diolah sehingga

keluarannya data tersebut akan berupa informasi, akan tetapi data yang diolah

tersebut bisa saja tidak langsung menjadi informasi, tetapi disimpan dulu dalam

tempat penyimpan yang disebut Basis Data (Database).

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xix
Informasi juga tidak selalu diolah dari data yang baru dimasukkan, tetapi

dapat pula dihasilkan dari data yang sudah ada di dalam basis data atau informasi

didapat dari hasil gabungan antara data yang telah disimpan dengan data yang

baru masuk. Suatu informasi mungkin dapat berguna bagi seseorang, tetapi belum

tentu berguna bagi orang lain.

Jadi, Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,

bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan

pihak luar tertentu dengan laporan - laporan yang diperlukan.

II.2.5 Sistem Informasi

II.2.5.1 Website
Website adalah sebuah penyebaran informasi melalui internet. Sebenarnya

antara www (world wide web) dan web adalah sama karena kebanyakan orang

menyingkat www menjadi web saja. Web merupakan hal yang tidak dapat

dipisahkan dari dunia internet [9]. melalui web, setiap pemakai internet bisa

mengakses informasi-informasi di situs web yang tidak hanya berupa teks, tetapi

juga dapat berupa gambar, suara, film, animasi, dll. Sebenarnya, web merupakan

kumpulan-kumpulan dokumen yang banyak tersebar di beberapa komputer server

yang berada di seluruh penjuru dunia dan terhubung menjadi satu jaringan melalui

jaringan yang disebut internet.

Website dapat diartikan sekumpulan halaman situs yang saling berhubungan

menampilkan berbagai macam informasi maupun data berupa teks, gambar diam

ataupun bergerak, data animasi, suara, video maupun gabungan dari semuanya
1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xx
yang bisa diakses dimana saja kapan saja diseluruh dunia. Dimana website

dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Web Statis

Adalah web yang berisi/menampilkan informasi-informasi yang sifatnya

statis (tetap). Disebut statis karena pengguna tidak dapat berinteraksi

dengan web tersebut. Pengguna hanya dapat melihat isi dokumen pada

halaman web dan apabila diklik akan berpindah kehalaman web yang

lain. Interaksi pengguna terbatas hanya melihat informasi yang

ditampilkan, tetapi tidak bisa mengolah informasi yang dihasilkan.

Biasanya merupakan HTML yang ditulis pada editor teks dan disimpan

dalam bentuk html atau htm.

2. Web Dinamis

Adalah web yang menmpilkan informasi serta dapat berinterksi dengan pengguna.

Web yang dinamsi memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan form

sehingga dapat mengolah informasi yang ditampilkan. Bersifat teraktif, tidak

kaku, dan terlihat lebih indah.

II.2.6 Perangkat Lunak Yang Digunakan

1. Personal home pages (PHP)

PHP dikenal sebagai sebuah bahasa scripting yang menyatu dengan tag-

tag HTML, ditempatkan dalam server dan dieksekusi di server, dan digunakan

untuk membuat halaman web yang dinamis, yang hasilnya dikirimkan ke client

tempat pemakai menggunakan browser[10].

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxi
Versi pertama PHP dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995. Versi

pertama ini berupa sekumpulan script PERL yang digunakan oleh Rasmus Lerdrof

untuk membuat halaman web yang dinamis pada home page pribadinya. Rasmus

menulis ulang script-script PERL tersebut menggunakan bahasa C, kemudian

menambahkan fasilitas untuk form HTML, koneksi MySql dan meluncurlah PHP

versi kedua yang diberi nama PHP/FI pada tahun 1996.

PHP versi ketiga dirilis pertengahan tahun 1997. Pada versi ini

membuatnya tidak lagi oleh Rasmus sendiri, tetapi juga melibatkan beberapa

programmer lain yang antusias untuk mengembangkan PHP.

Gambar 2.2.1. Logo PHP

2. My SQL

MySQL(My Strukture Query Langguage) menggunakan SQL( Strukture

Query Language) sebagai bahasa dasar untuk mengakses databasenya[11]. Selain

itu, iya bersifat free (tidak perlu membayar untuk menggunakannya) berbagai

platform (kecuali pada windows, yang bersifat shareware atau perlu membayar

setelah melakukan evaluasi dan memutuskan untuk digunakan pada keperluan

produksi). Pada MySQL, sebuah database mengandung satu atau sejumlah table.

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxii
Table terdiri atas sejumlah baris dan setiap baris mengandung stu atau beberapa

kolom.

Kelebihan-kelebihan MySQL disbanding program lain.

1. Sifatnya gratis dan open source

2. Memiliki kemampuan menampung kapasitas yang besar, maka MySQL


menjadi yang popular hingga saat ini.

II.2.7 Unified Modelling Language (UML)

Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yg telah

menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan

mendokumentasikan sistem piranti lunak. UML menawarkan sebuah standar

untuk merancang model sebuah sistem[12]. Dengan menggunakan UML kita

dapat membuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi

tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun,

serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun. Tetapi karena UML juga

menggunakan class dan operation dalam konsep dasarnya, maka ia lebih cocok

untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa - bahasa berorientasi objek seperti C+

+, Java, C# atau VB.NET. Walaupun demikian, UML tetap dapat digunakan untuk

modeling aplikasi prosedural dalam VB atau C.

Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan syntax/semantik.

Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan

berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, dan UML

syntax mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan.


1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxiii
Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebelumnya: Grady

Booch OOD (Object-Oriented Design), Jim Rumbaugh OMT (Object Modeling

Technique), dan Ivar Jacobson OOSE (Object-Oriented Software Engineering).

Sejarah UML sendiri cukup panjang. Modeling UML yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Use Case Modeling

Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari

sebuah sistem[15]. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan

bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi

antara aktor dengan sistem. Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu,

misalnya login ke sistem, meng-create sebuah daftar belanja, dan sebagainya.

Seorang/sebuah aktor adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang

berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Use

case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun requirement

sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang

test case untuk semua feature yang ada pada sistem. Berikut merupakan

simbol yang digunakan dalam Use Case diagram.

Tabel 1 Use Case Diagram

NO GAMBAR NAMA KETERANGAN

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxiv
Menspesifikasikan himpuan

peran yang pengguna mainkan


1 Actor
ketika berinteraksi dengan use

case.

Hubungan dimana perubahan

yang terjadi pada suatu elemen

mandiri (independent) akan


2 Dependency
mempengaruhi elemen yang

bergantung padanya elemen yang

tidak mandiri (independent).

Hubungan dimana objek anak

Generalizatio (descendent) berbagi perilaku dan


3
n struktur data dari objek yang ada

di atasnya objek induk (ancestor).

Menspesifikasikan bahwa use


4 Include
case sumber secara eksplisit.

Menspesifikasikan bahwa use

case target memperluas perilaku


5 Extend
dari use case sumber pada suatu

titik yang diberikan.

Apa yang menghubungkan antara


6 Association
objek satu dengan objek lainnya.

7 System Menspesifikasikan paket yang


1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxv
menampilkan sistem secara

terbatas.

DeProposal dari urutan aksi-aksi

yang ditampilkan sistem yang


8 Use Case
menghasilkan suatu hasil yang

terukur bagi suatu aktor

Interaksi aturan-aturan dan

elemen lain yang bekerja sama

9 Collaboration untuk menyediakan prilaku yang

lebih besar dari jumlah dan

elemen-elemennya (sinergi).

Elemen fisik yang eksis saat

aplikasi dijalankan dan


10 Note
mencerminkan suatu sumber daya

komputasi

Sebuah use case dapat meng-include fungsionalitas use case lain sebagai

bagian dari proses dalam dirinya. Secara umum diasumsikan bahwa use case

yang di-include akan dipanggil setiap kali use case yang meng-include

dieksekusi secara normal. Sebuah use case dapat di-include oleh lebih dari

satu use case lain, sehingga duplikasi fungsionalitas dapat dihindari dengan

cara menarik keluar fungsionalitas yang common. Sebuah use case juga dapat

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxvi
meng-extend use case lain dengan behaviour-nya sendiri. Sementara

hubungan generalisasi antar use case menunjukkan bahwa use case yang satu

merupakan spesialisasi dari yang lain.

2. Activity Diagram

Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem

yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang

mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir [13]. Activity diagram juga

dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa

eksekusi. Activity diagram merupakan state diagram khusus, di mana

sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi di-trigger oleh

selesainya state sebelumnya (internal processing).

Oleh karena itu activity diagram tidak menggambarkan behaviour internal

sebuah sistem (dan interaksi antar subsistem) secara eksak, tetapi lebih

menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara

umum. Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih.

Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara use case

menggambarkan bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan

aktivitas. Berikut adalah simbol – simbol yang digunakan dalam Acivity

Diagram :

Tabel 2.1 Simbol Activity Diagram

NO GAMBAR NAMA KETERANGAN

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxvii
Memperlihatkan bagaimana masing-

1 Actifity masing kelas antarmuka saling

berinteraksi satu sama lain

State dari sistem yang mencerminkan


2 Action
eksekusi dari suatu aksi

Bagaimana objek dibentuk atau


3 Initial Node
diawali.

Actifity Bagaimana objek dibentuk dan


4
Final Node dihancurkan

Satu aliran yang pada tahap tertentu


5 Fork Node
berubah menjadi beberapa aliran

Sama seperti state, standar UML menggunakan segiempat dengan sudut

membulat untuk menggambarkan aktivitas. Decision digunakan untuk

menggambarkan behaviour pada kondisi tertentu. Untuk mengilustrasikan

proses-proses paralel (fork dan join) digunakan titik sinkronisasi yang dapat

berupa titik, garis horizontal atau vertikal. Activity diagram dapat dibagi

menjadi beberapa object swimlane untuk menggambarkan objek mana yang

bertanggung jawab untuk aktivitas tertentu.

3. Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di

sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxviii
yang digambarkan terhadap waktu[13]. Sequence diagram terdiri atar dimensi

vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait).

Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau

rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event

untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger

aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal

dan output apa yang dihasilkan. Simbol untuk sequence diagram adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Simbol Sequencen Diagram

NO GAMBAR NAMA KETERANGAN

Objek entity, antarmuka yang saling


1 LifeLine
berinteraksi.

Spesifikasi dari komunikasi antar

objek yang memuat informasi-


2 Message
informasi tentang aktifitas yang

terjadi

3 Message Spesifikasi dari komunikasi antar

objek yang memuat informasi-

informasi tentang aktifitas yang

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxix
terjadi

Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal. Message

digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Pada fase

desain berikutnya, message akan dipetakan menjadi operasi/metoda dari class.

Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya diawali

dengan diterimanya sebuah message.

II.2.8 Pengujian Sistem

II.2.8.1 White Box

Metode White box ini adalah suatu metode desain test case yang

menggunakan struktur control desain procedural untuk memperoleh test case

Dengan menggunakan metode pengujian white box, perekayasaan sistem dapat

melakukan test case yang dapat :

a. Memberikan jaminan bahwa semua jalur independen pada suatu modul

telah digunakan paling tidak satu kali.

b. Menggunakan semua keputusan logis pada sisi true dan false.

c. Mengeksekusi semua loop (perulangan) pada batasan mereka dan pada

batas operasional mereka.

1. Komponen Dalam Pengujian White Box

a. Uji Coba Basis Path

Merupakan teknik uji coba white box yang diusulkan Tom McCabe.

Metode ini memungkinkan perancang test case mendapatkan ukuran kompleksnya


1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxx
logical dari perancangan prosedural dan menggunakan ukuran ini sebagai

petunjuk untuk mendefinisikan basis set dari jalur pengerjaan. Pengujian white

box perangkat lunak didasarkan pada pengamatan yang teliti terhadap detail

prosedural[14]. Test case yang didapat digunakan untuk mengerjakan basis set

yang menjamin pengerjaan setiap perintah minimal satu kali selama uji coba.

Gambar 2.2.2. Notasi Diagram Alir

Lingkaran (node), menggambarkan satu/lebih perintah prosedural. Urutan proses

dan keputusan dapat dipetakan dalam satu node. Tanda panah (edge),

menggambarkan aliran kontrol. Setiap node harus mempunyai tujuan node.

Region adalah daerah yang dibatasi oleh edge dan node.

b. Cyclomatic Complexity

Cyclomatic complexity adalah metrik software yang menyediakan ukuran

kuantitatif dari kekompleksan logikal program. Apabila digunakan dalam konteks

metode uji coba basis path, nilai yang dihitung untuk cyclomatic complexity

menentukan jumlah jalur independen dalam basis set suatu program dan memberi

batas atas untuk jumlah uji coba yang harus dikerjakan untuk menjamin bahwa

seluruh perintah sekurang-kurangnya telah dikerjakan sekali.

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxxi
Jalur independent adalah jalur yang melintasi atau melalui program dimana

sekurang-kurangnya terdapat proses perintah yang baru atau kondisi yang baru.

c. Melakukan Test Case

Metode uji coba basis path juga dapat diterapkan pada perancangan

prosedural rinci atau program sumber. Prosedur rata-rata pada bagian berikut akan

digunakan sebagai contoh dalam pembuatan test case.

Langkah-Iangkah pembuatan test case

a) Dengan mempergunakan perancangan prosedural atau program sumber

sebagai dasar, digambarkan diagram alirnya.

Gambar 2.2.3. Diagram Alir prosedur Data

b) Tentukan cyclomatic complexity untuk diagram alir yang telah dibuat:

V(G) = 6 region

V(G) = 17 edge - 13 node + 2 = 6

V(G) = 5 predicate node + 1 = 6


1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxxii
c) Tentukan independent path pada flowgraph

Dari hasil perhitungan cyclomatic complexity terdapat 6 independent path

Yaitu :

Path 1 : 1-2-10-11-13

Path 2 : 1-2-10-12-13

Path 3 : 1-2-3-10-11-13

Path 4 : 1-2-3-4-5-8-9-2-..

Path 5 : 1-2-3-4-5-6-8-9-2-..

Path 6 : 1-2-3-4-5-6-7-8-9-2-...

d). Buat test case yang akan mengerjakan masing-masing path pada basis

set. Data yang dipilih harus tepat sehingga setiap kondisi dari predicate

node dikerjakan semua.

II.2.8.2 Black Box

Metode ujicoba black box memfokuskan pada keperluan fungsional dari

software. Karna itu ujicoba black box memungkinkan pengembang software untuk

membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat-syarat

fungsional suatu program. Menurut Ladjadmudin[14], pengujian black box

berkaitan dengan pengujian yang dilakukan pada interface perangkat lunak.

Ujicoba black box bukan merupakan alternatif dari ujicoba white box, tetapi

merupakan pendekatan yang melengkapi untuk menemukan kesalahan lainnya,

selain menggunakan metode white box.

Ujicoba black box berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa

kategori, diantaranya :
1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxxiii
1. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang

2. Kesalahans interface

3. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal

4. Kesalahan performa

5. kesalahan inisialisasi dan terminasi

Tidak seperti metode white box yang dilaksanakan diawal proses, ujicoba black

box diaplikasikan dibeberapa tahapan berikutnya. Karena ujicoba black box

dengan sengaja mengabaikan struktur kontrol, sehingga perhatiannya difokuskan

pada informasi domain.

II.3 Kerangka Pemikiran

MASALAH (PROBLEMS)
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan
masalah yang didapat adalah sebagai berikut: Bagaimana merancang Sistem
Informasi Pengolahan Data Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)
Pada Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo Utara

PENDEKATAN (APPROACH)
SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA POTENSI DAN SUMBER
KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) DI KANTOR DINAS SOSIAL KABUPATEN
GORONTALO UTARA

PENGEMBANGAN (DEVELOPMENT)

Konstruksi:
Analisa dan Perancangan :
Android Studio, Framework
UML : Use Case, Activty
1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.
Android API 22, PHP,
Diagram, Sequence Diagram
2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.
HTML, JAVASCRIPT
xxxiv

PENGUJIAN (TESTING)
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Dinas Sosial merupakan instansi pemerintah yang memiliki peran dalam

meningkatkan kualitas kesejahteraan sosial perorangan, kelompok dan

masyarakat. Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo Utara juga disebut DINSOS,

ditetapkan Berdasarkan Peraturan Bupati Gorontalo Utara Nomor 27 Tahun 2016

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas

Sosial Kabupaten Gorontalo Utara. Sebagai salah satu Organisasi Perangkat

Daerah. Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo Utara juga memiliki SDM dengan

status non aparatur atau pendamping sosial berbasis masyarakat atau relawan yang

tersebar di berbagai daerah dengan lokus wilayah: kecamatan dan desa/kelurahan.

Keberadaan SDM non aparatur tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Gorontalo

Utara. SDM non aparatur merupakan para relawan sosial, Tenaga Kesejahteraan

Sosial Kecamatan (TKSK), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Karang Taruna dan

pendamping sosial lainnya serta penyelenggara pelayanan sosial pada lembaga

kesejahteraan sosial.

Tahap Analisis

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan pengembangan sistem yang

melingkupi beberapa hal di bawah ini :

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxxv
III.2 Objek Penelitian
Penyebab Permasalahan, seperti yang telah bahas diatas yaitu proses

pengolahan data masih menggunakan cara manual sehinga memakan waktu pada

proses peholahan data Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo Utara.

III.3 Lokasi Penelitian


Jenis dan sumber pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam

penelitian ini yaitu menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder,

berikut penjelasannya:

1. Data primer

2. Peneliti mendapatkan data diperoleh dari sumbernya dengan cara

melakukan wawancara langsung dengan Masyarakat dan pemilik jasa

Penjahitan.

3. Data sekunder

Peneliti memperoleh data dalam bentuk dokumen-dokumen, catatan-

catatan, buku, jurnal, dan informasi lainnya yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti.

III.4 Jenis Dan Sumber Data


Jenis Pengumpulan data yang digunakan adalah data premier dan data

sekunder. Data premier data yang didapatkan langsung dari objek yang di teliti,

sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan melalui referensi dari

jurnal-jurnal yang berkaitan erat dengan kajian masalah yang diteliti.

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxxvi
III.5 Populasi Dan Sampel
1. Data primer diperoleh dari sumber primer, dimana peneliti secara

langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian–kejadian yang

dituliskan. Data Primer, data primer dipandang memiliki otoritas sebagai

bukti tangan pertama dan diberi otoritas dalam pengumpulan data, dalam

hal ini melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait. Data

primer dalam penelitian ini yaitu segala data yang ditemui pada saat

obeservasi di kantor dinas sosial kabupaten gorontalo utara.

2. Data Sekunder, data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu

penulis mengumpulkan data-data dan referensi yang dibutuhkan untuk

menyempurnakan penulisan proposal ini, contohnya yaitu referensi

Sistem Informasi Pengolahan Data PSKS Dikantor Dinas Sosial

Kabupaten Gorontalo Utara.

III.6 Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi, teknik ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung

di tempat penelitian, yaitu Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo Utara.

2. Interview, pengumpulan data dengan cara tatap muka dan tanya jawab

langsung dengan sumber data, yaitu kepada bapak Marzuki Pulumoduyo,

S.Sos, MH belia selaku pimpinan dinas Sosial kabupaten gorontalo utara.

3. Dokumentasi, pengumpulan data-data yang terkait dengan sistem

pengolahan data pada dinas sosial kabupaten gorontalo utara

III.7 Teknik dan Analisa Data

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxxvii
DAFTAR PUSTAKA

[1] I. LUCIAWATI, “Analisis Dan Implementasi Sistem Informasi Pendataan


Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (Pmks) Di Dinas Sosial Dan
Tenaga Kerja Kota Pangkalpinang Menggunakan Aplikasi Desktop
Berbasis Java,” J. SIFOM STMIK Atma Luhur Pangkalpinang, 2021.

[2] Arief M Rudian, "Pemograma Web Dinamis menggunakan PHP dan


MySQL,". C.V ANDI OFFSET. Yogyakarta, 2019.

[3] A. R. M. Salahuddin Dan, Rekayasa Perangkat Lunak Struktur dan


Berorientasi Objek. Bandung: Informatika, 2020.

[4] C. Tristianto, “Penggunaan Metode Waterfall Untuk Pengembangan Sistem


Monitoring,” vol. XII, no. 01, pp. 8–22, 2019.

[5] STMIK ICHSAN Gorontalo, Buku Pedoman Penulisan Proposal &


Proposal, Gorontalo: STMIK Ichsan Gorontalo, 2016.

[6] H. Jakaria, "Website Penjualan Barang Perlengkapan Hand Phone Di


Zildan Cell Singaparna Kabupaten Tasikmalaya," Jumantaka , vol. I, pp.
61-64, 2018.

[7] A. Dennisq, B. H. Wixom and D. Tegarden, Systems Analysis and Design


with UML Version 2.0, United States of America: Leyh Publishing, 2005.

[8] I. "Perancangan Sistem Informasi Sekolah Kejuruan," Jurnal Pendidikan,


vol. 12, pp. 88-90, 2021.

[9] A. Suhendi, "Penerapan Pengelolaan Transaksi Keuangan Menggunakan


1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxxviii
Modul Accounting And Finance Odoo 10 Studi Kasus Yayasan," Jurnal
Informatika Terpadu, vol. IV, pp. 3-7, 2018.

[10] D. Salahudin, "Sistem Informasi Geografis Penentuan Lokasi Objek Pajak


Menggunakan Algoritma Dijkstra," Jurnal Ilmu Komputer ILKOM, pp. 23-
30, January 2018.

[11] M. F. Mubarak, "Aplikasi Pelaporan Pelayanan Publik Berbasis Website,"


repositori.uin-alauddin.ac.id/, Makassar, 2018.

[12] A. Dennisq, B. H. Wixom and D. Tegarden, Systems Analysis and Design


with UML Version 2.0, United States of America: Leyh Publishing, 2019

[13] N. E. Alfia, "Perancangan Data Pada Database MySQL," (Jurnal Sistem


Informasi Dan E-Bisnis, vol. II, pp. 360-365, 2020.

[14] Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, Bandung:


Alfabeta, 2019.

[15] Sudaryono, S. Guritno and U. Rahardja, Theory and Application of IT


Research, Yogyakarta: Andi Offset, 2017.

[16] Haviluddin, “Memahami Penggunaan UML ( Unified Modelling


Language ),” Memahami Pengguna. UML (Unified Model. Lang., vol. 6,
no. 1, pp. 1–15, 2020.

[17] M. F. Londjo, “Implementasi White Box Testing Dengan Teknik Basis


Path
Pada Pengujian Form Login,” J. Siliwaangi, vol. 7, no. 2, pp. 35–40, 2021.

[18] M. F. Londjo, “Implementasi White Box Testing Dengan Teknik Basis Path
Pada Pengujian Form Login,” J. Siliwaangi, vol. 7, no. 2, pp. 35–40, 2021.

[19] R. C. Buwono, “Web Services Menggunakan Format JSON,” Respati, vol.

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xxxix
14, no. 2, pp. 1–10, 2019.

[20] F. Salsabila and S. M. Intani, “Sejarah Web Service Beserta Arsitektur Dan
Penggunaannya,” Www.Researchgate.Net, no. March, 2019

[21] Sri Haryati, “( R & D ) Sebagai Salah Satu Model Penelitian Dalam Bidang
Pendidikan,” Academia, vol. 37, no. 1, p. 13, 2019.

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xl
1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xli
LAMPIRAN

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xlii
Source Code Program

<!-- Masthead-->
<header class="masthead">
<div class="container">
<div class="masthead-subheading">Selamat Datang!</div>
<div class="masthead-heading text-uppercase">DINAS SOSIAL
GORONTALO UTARA</div>
<a class="btn btn-primary btn-xl text-uppercase js-scroll-
trigger" href="#profil">Lihat Profil</a>
</div>
</header>

<!-- profil-->
<section class="page-section" id="profil">
<div class="container">
<div class="text-center">
<h2 class="section-heading text-uppercase">Profil</h2>
<h3 class="section-subheading text-muted">Dinas Sosial
Kabupaten Gorontalo Utara</h3>
</div>
<div class="row text-justify pl-5 pr-5">
<p>Renstra Dinas Sosial merupakan sebuah alat manajemen
yang digunakan untuk
mengelola kondisi saat ini dalam melakukan proyeksi kondisi pada
masa depan. Karena itu
Renstra disebut juga sebagai “manajemen strategis”, yaitu strategi
atau disain yang memuat
sejumlah rencana yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada
yang mencakup:
kelembagaan, sumber daya manusia, anggaran, dan sistem proses bisnis
serta waktu yang
diperlukan. Renstra diperlukan untuk menjawab tantangan-tantangan
atau tujuan yang ingin
dicapai selama lima tahun yang akan datang.
Agenda pembangunan sosial khususnya bidang penangan kemiskinan dan
PMKS
untuk periode Tahun 2018-2023 dituangkan dalam Renstra Dinas Sosial
yang merupakan
penjabaran dari RPJMD Tahun 2018-2023. Renstra Dinas Sosial Tahun
2018-2023 memuat
substansi penanganan Kemiskinan dan PMKS yang mapan, komprehensif,
berkesinambungan

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xliii
dan merupakan perpaduan sinergis antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah serta
antarsektoral untuk meringankan dampak kemiskinan dan kesenjangan
yang dituangkan dalam
penjelasan tentang kondisi umum, potensi dan permasalahan, visi,
misi, tujuan, sasaran
strategis, arah kebijakan dan strategi, kerangka regulasi, kerangka
kelembagaan, target kinerja
(sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan) serta
kerangka pendanaan
pembangunan bidang sosial.
Oleh karena itu efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah
daerah perlu
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
susunan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Potensi dan keanekaragaman daerah,
peluang dan tantangan
persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya
kepada daerah
disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi
daerah dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan bagian integral dari
pembangunan
nasional, pembangunan kesejahteraan sosial di Kabupaten Gorontalo
Utara yang dilaksanakan
oleh Dinas Sosial melalui program dan kegiatan, yang didanai dari
dana APBD, dan
Dekonsentrasi (APBN), telah mampu memberikan warna dan kontribusi
secara nyata dalam
penanganan masalah kesejahteraan sosial melalui upaya penanganan
untuk meminimalisir
menambahnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan bantuan
Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Sangat disadari sejalan dengan perkembangan kondisi sosial saat ini
maka
perkembangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial turut
berkembang baik secara
kuantitas maupun kompleksitasnya dan tidak hanya berbentuk
permasalahan kesejahteraan
sosial yangsifatnya konvensional juga munculnya permasalahan
kesejahteraan sosial
kontemporer.
1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xliv
</p>
</div>
</div>
</section>

<!-- struktur -->

</div>
</div>

<div class="container">
<div class="text-center">
<h2 class="section-heading text-uppercase">Info</h2>
<h3 class="section-subheading text-muted">Dinas Sosial
Kabupaten Gorontalo Utara</h3>
</div>
<div class="row text-justify pl-5 pr-5">
<p>Dalam rangka mengantisipasi dan menjawab tantangan
kedepan yang makin berat
dengan permasalahan yang semakin berkembang khususnya di Kabupaten
Gorontalo Utara,
maka Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo Utara Sebagai Satuan
Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Gorontalo Utara yang menangani Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial
berupaya menyusun perencanaan kerja pembangunan Kesejahteraan Sosial
yang lebih
terencana, terkoordinas, sinergis, terpadu dan berkesinambungan
sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gorontalo Utara
Tahun 2018-
2023.</p>
</div>
</div>

</div>
</div>
</section>

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xlv
1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xlvi
KONSULTASI PROPOSAL

Nama Mahasiswa : IRIYANTO ASWAN


NIM : 21915055

Tgl Materi Bimbingan Paraf Dosen

Mengetahui,
Pembimbing Utama

Ifriandi Labolo, S.Kom., M.Kom


1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xlvii
KONSULTASI PROPOSAL

Nama Mahasiswa : IRIYANTO ASWAN


NIM : 21915055

Tgl Materi Bimbingan Paraf Dosen

Mengetahui,
Pembimbing Pendamping

Rahmawati, S.Ag., M.Hum

1 Undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Butir 1.

2 Undang-undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Buutir 2.

xlviii

Anda mungkin juga menyukai