OLEH:
KELOMPOK 3 (Tiga):
2021
KATA PENGANTAR
dari segi penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.2 ISOHIDRIS
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pembuatan sediaan obat steril dalam bentuk injeksi volume besar, disebut
juga sediaan infus steril. Sediaan infus, merupakan salah satu bentuk sediaan steril
tubuh melalui kulit atau selaput lendir (Syamsuni, 2007). Pembuatan sediaan ini
mikroba ataupun bahan asing. Persyaratan sediaan injeksi antara lain: isotonis,
isohidris, bebas dari endotoksin bakteri dan bebas pirogen (Lachman, 1993).
Menurut hukum fisika, jika dua larutan ditempatkan pada setiap sisi
lebih encer menuju larutan yang lebih pekat untuk menyeimbangkan konsentrasi.
Proses ini dikenal sebagai osmosis, dan tekanan yang bertanggung jawab untuk
terlarut yang ada. Jika zat terlarut adalah suatu nonelektrolit, larutannya hanya
mengandung molekul yang tak terionisasi dan tekanan osmosis hanya ditentukan
oleh konsentrasi zat terlarut. Jika zat terlarut adalah suatu elektrolit larutannya
akan mengandung ion dan tekanan osmosis ditentukan tidak hanya oleh
konsentrasi zat terlarut tetapi juga oleh tingkat disosiasinya. Zat terlarut yang
terdisosiasi memiliki jumlah partikel yang relatif lebih besar dalam larutan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang
terhadap cairan lainnya bila memiliki tekanan osmosa yang sama. Bila cairan
yang satu tekanan osmosanya lebih tinggi daripada yang lain, maka cairan yang
lebih tinggi dikatakan hipertonis terhadap yang lebih rendah, sebaliknya cairan
yang memiliki tekanan osmosa yang lebih rendah disebut hipotonis terhadap
cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya. Tekanan osmosa cairan tubuh, darah,
air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmosa larutan Natrium Klorida
0,9%, penyuntikan atau pemasukan larutan yang tidak isotonis kedalam tubuh
darah, dan cairan sitoplasma. Cairan ini mempunyai tonisitas setara dengan
ditujukan untuk aplikasi selaput lendir sensitif organ seperti mata, telinga, dan
Bentuk-bentuk sediaan harus idealnya bebas dari efek samping yang tidak
kasus kanker agen kemoterapi. Namun, setiap efek samping yang tidak
diinginkan, bahkan sekecil iritasi, sehingga dari eksipien atau bentuk sediaan jadi
tidak dapat diterima dan tidak boleh ditoleransi. Hal ini dikhawatirkan adalah
normal tubuh manusia untuk memberikan obat. Oleh karena itu, formulasi apapun
yang datang dalam kontak dengan mukosa yang sensitif membran organ seperti
mata tidak harus menghasilkan iritasi jaringan dan nyeri disebabkan formulasi
sendiri. Salah satu cara fisikokimia oleh formulasi yang dapat menyebabkan sakit
dan jaringan iritasi disebabkan oleh konsentrasi non-fisiologis zat terlarut yang
Larutan isotonis ialah larutan dimana kedua sisi yang dipisahkan membran
sel memiliki konsentrasi yang sama, tidak terjadi migrasi air ke satu arah,
kemungkinan terjadi pertukaran air saja, jumlah air dikedua larutan tetap, bentuk
sel tidak terjadi perubahan, misalkan konsentrasi larutan diluar sel dan di dalam
sel sama.
Larutan Hipertonik ialah konsentrasi larutan diluar sel (larutan yang satu)
lebih tinggi dibanding didalam sel (larutan lainnya), sehingga air berpindah dari
dalam sel keluar sel secara osmosis, sehingga terjadi penciutan sel (krenasi).
Larutan Hipotonik ialah konsentrasi larutan diluar sel (larutan yang satu)
lebih rendah dibanding didalam sel (larutan lainnya), sehingga air berpindah dari
luar sel kedalam sel secara osmosis, sehingga terjadi pembengkakan sel bahkan
PEMBAHASAN
kepekatan larutan, karena makin pekat larutan maka makin tinggi pula
mempunyai titik beku yang sama dengan titik beku cairan tubuh.
Keterangan :
a = Penurunan titik beku air, yang disebabkan oleh zat terlarut dan
volume.
b. Metode Liso
Keterangan :
univalent = 3,4
BM = berat molekul
V = volume
c. Ekivalen NaCl
tekanan osmosa yang sama dengan 1 gram dari sesuatu zat terlarut
yang sama dengan 0,20 gram NaCl. Tetapan E ini diturunkan oleh
Wells dari angka penurunan titk beku molal. Hal ini berdasarkan
Keterangan :
Keterangan :
BM NaCl = 58,45
L NaCl = 3,41
dengan metode ekivalensi NaCl (E), Penurunan titik beku (∆Tf) dan Metode Liso.
Dalam prakteknya masing-masing metode dapat dipakai tergantung data zat aktif
dan eksipien yang tersedia. Jika tidak tersedia data E/∆Tf, data tersebut dapat
hanya zat yang terlarut saja yang berkontribusi dalam tonisitas sediaan
(Kemenkes, 2016)
0,9% NaCl. Perlu diingat bahwa tidak semua sediaan bisa dibuat
isotonis dengan menambahkan pengisotonis NaCl. Nilai E dapat
(E) dapat dihitung volume air yang dibutuhkan untuk membuat larutan
Keterangan:
Contoh Perhitugan:
Diketahui:
¿ 2 % x 0 ,15
¿0,3%
¿ 0 , 9 %−0 , 3 %
¿0,6%
titik beku (∆Tf) sebanyak 0,520 dari titik beku pelarut murni yang
digunakan. ∆Tf 0,520 ini adalah penurunan titik beku yang diakibatkan
oleh 0,9% NaCl atau 5,5% Dekstrosa dalam air. Dengan ini kita pun
apabila data zat aktif dan eksipien terlarut ada yang berupa data E dan
∆Tf. Ada 2 cara dalam menghitung tonisitas dengan metode ini yaitu:
Cara 1
Cara 2
n = jumlah ion
KH₂PO₄ 1,5 mg
1% zat)
c. Metode Liso
Metode ini dipakai jika data E dan ∆Tf tidak diketahui. Dengan
menggunakan Liso dapat dicari harga E atau ∆Tf zat lalu perhitungan
E = Ekivalensi NaCl
Keterangan:
3.2 ISOHIDRIS
cairan-cairan tubuh lain seperti darah, air mata, cairan lumbal (Anief, 2003).
Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan
tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan
tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal (Sulistyaningsih, 2007).
larutan dapar. Umumnya digunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar boraks dan
i.m nyeri masih dapat muncul, dalam kasus nini disarankan memakai anestetika.
Menurut buku formulasi steril, Isohidris adalah kondisi suatu larutan zat
yang pHnya sesuai dengan pH fisiologis tubuh sekitar 7,4.. dan menurut buku
ilmu resep, Isohidri adalah pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain
adalah 7,4. Contoh: injeksi aminofilin dibuat sangat basa karena pada kondisi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil adalah:
dengan metode ekivalensi NaCl (E), Penurunan titik beku (∆Tf) dan
Metode Liso.
tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke
4.2 Saran
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Cetakan ke Sembilan,
Anief, M. 2003. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Yogyakarta.: Gadjah
Republik INDONESIA
Lachman, H.A., Leon, I., 1993. Pharmaceutical Dosage Form. 2nd Edition. New
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Martin, A., Swarbick, J., dan Cammarata, A., 1990, Farmasi Fisik Dasar dan
Amoksilin Dalam Aqua Pro Injeksi Pada Variasi Suhu Penyimpanan Dan
Syamsuni, A., H.2007. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani