Anda di halaman 1dari 20

FIQIH/ PAI KELAS 12

BAB I
‫اﻟﺴﯿﺎﺳﺔاﻟﺸﺮﻋﯿﺔ‬
SIYASAH SYAR’IYAH

A. TADARUS :
Qs.An-Nisa’ ayat 58-63

‫ﺎس أ َ ْن ﺗ َ ْﺤ ُﻜ ُﻤﻮا ِﺑ ْﺎﻟ َﻌ ْﺪ ِل ۚ ِإ ﱠن‬ِ ‫ت ِإﻟَ ٰﻰ أ َ ْھ ِﻠ َﮭﺎ َو ِإذَا َﺣ َﻜ ْﻤﺘ ُ ْﻢ ﺑَﯿْﻦَ اﻟﻨﱠ‬ ِ ‫ ِإ ﱠن ا ﱠ َ َﯾﺄ ْ ُﻣ ُﺮ ُﻛ ْﻢ أ َ ْن ﺗ ُ َﺆدﱡوا ْاﻷ َ َﻣﺎﻧَﺎ‬58
‫ َﯾﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا أ َ ِطﯿﻌُﻮا ا ﱠ َ َوأ َ ِطﯿﻌُﻮا‬59 ‫ﯿﺮا‬ ً ‫ﺼ‬ ِ ‫ﺳ ِﻤﯿﻌًﺎ َﺑ‬ َ َ‫ﻈ ُﻜ ْﻢ ِﺑ ِﮫ ۗ ِإ ﱠن ا ﱠ َ َﻛﺎن‬ ُ ‫ا ﱠ َ ِﻧ ِﻌ ﱠﻤﺎ َﯾ ِﻌ‬
َ‫ﺳﻮ ِل ِإ ْن ُﻛ ْﻨﺘ ُ ْﻢ ﺗُﺆْ ِﻣﻨُﻮن‬ ‫ﺷ ْﻲءٍ ﻓَ ُﺮدﱡوهُ ِإﻟَﻰ ا ﱠ ِ َو ﱠ‬
ُ ‫اﻟﺮ‬ َ ‫ﺳﻮ َل َوأُو ِﻟﻲ ْاﻷ َ ْﻣ ِﺮ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ۖ ﻓَﺈ ِ ْن ﺗَﻨَﺎزَ ْﻋﺘ ُ ْﻢ ﻓِﻲ‬ ُ ‫اﻟﺮ‬
‫ﱠ‬
ُ
‫ﻋ ُﻤﻮنَ أَﻧﱠ ُﮭ ْﻢ آ َﻣﻨُﻮا ﺑِ َﻤﺎ أ ْﻧ ِﺰ َل‬ ُ ‫ أَﻟَ ْﻢ ﺗ َ َﺮ إِﻟَﻰ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﯾَ ْﺰ‬60 ‫ﯾﻼ‬ ْ ٰ
َ ‫ﺑِﺎ ﱠ ِ َو ْاﻟﯿَ ْﻮ ِم ْاﻵ ِﺧ ِﺮ ۚ ذَ ِﻟ َﻚ َﺧﯿ ٌْﺮ َوأ َ ْﺣ‬
ً ‫ﺴ ُﻦ ﺗَﺄ ِو‬
ُ ‫ت َوﻗَ ْﺪ أ ُ ِﻣ ُﺮوا أ َ ْن ﯾَ ْﻜﻔُ ُﺮوا ﺑِ ِﮫ َوﯾُ ِﺮﯾﺪ‬ ِ ‫ﻏﻮ‬ ُ ‫اﻟﻄﺎ‬‫ِإﻟَﯿ َْﻚ َو َﻣﺎ أ ُ ْﻧ ِﺰ َل ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒ ِﻠ َﻚ ﯾُ ِﺮﯾﺪ ُونَ أ َ ْن ﯾَﺘ َ َﺤﺎ َﻛ ُﻤﻮا ِإﻟَﻰ ﱠ‬
‫ْﺖ‬ َ ‫ﺳﻮ ِل َرأَﯾ‬ ُ ‫اﻟﺮ‬‫ َو ِإذَا ﻗِﯿ َﻞ ﻟَ ُﮭ ْﻢ ﺗ َ َﻌﺎﻟَ ْﻮا ِإﻟَ ٰﻰ َﻣﺎ أ َ ْﻧﺰَ َل ا ﱠ ُ َو ِإﻟَﻰ ﱠ‬61 ‫ﺿ َﻼ ًﻻ ﺑَ ِﻌﯿﺪًا‬ َ ‫ﻀﻠﱠ ُﮭ ْﻢ‬ ِ ُ‫ﺎن أ َ ْن ﯾ‬ُ ‫ﻄ‬ َ ‫ﺸ ْﯿ‬‫اﻟ ﱠ‬
‫ﺻﺪُودًا‬ ُ ‫ﺼﺪﱡونَ َﻋ ْﻨ َﻚ‬ ُ ‫ْاﻟ ُﻤﻨَﺎﻓِ ِﻘﯿﻦَ َﯾ‬
58.Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
59 Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
60 Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada
apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak
berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan
bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
61 Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah
turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia)
dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.
Di dalam surat Annisa ayat 58 Alloh SWT menyampaikan tentang kewajiban kewajiban seorang
pemimpin, dalam ayat 59 tentang kewajiban rakyat terhadap pemimpinnya dan dalam ayat 60 dan 61
tentang kewajiban menegakkan hukum hukum Alloh SWT.

MATERI PEMBELAJARAN

Siyasah syariyah
Secara bahasa siasah syar’iyyah berarti politik yang sesuai dengan syariat, Secara syara(ketentuan
Allah dan Rasul-Nya).Pembahasan siyasah syariyah menyangkut permasalahan kekuasaan,fungsi dan
tugas penguasa dalam pemerintahan Islam, serta hubungan pemerintah denganrakyat.
Materi siyasah syar’iyyah sudah menjadi pembahasan para fuqoha pada masa masa awal Islam
sehingga merupakan bab tersendiri dalam ilmu fiqih, maka dalam buku fiqih kelas 12 Madrasah Aliyah
pun Departemen Agama memasukkan bab siyasah syar’iyyah dan khilafah.
Menurut Abdul Wahab khalaf seorang ahli fikih mengemukakan pendapatnya: wewenang penguasa
dalam mengatur kepentingan umum dalam Negara Islam sehingga terjamin kemaslahatan. Dalam siyasah
syariyah, pihak penguasa berhak untuk mengatur segala persoalan Negara Islam sejalan dengan prinsip
pokok yang ada dalam agama. Sedangkan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah bahwa wewenang ditangan
penguasa, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip umum syariat Islam. Dengan demikian siyasah
syariyah mengandung 4 unsur: (1) kebijakan, hukum atau aturan (2) dibuat oleh penguasa (3) diwujudkan
untuk kemaslahatan bersama dan (4) tidak bertentangan dengan prinsip umum syariat Islam.
Diantara unsur siyasah syariyah itu ada penguasa yang menjalankan roda pemerintahan. Dalam
bahasan siyasah syariyah dikenal tiga lembaga kekuasaan:
1) As-Sultah at-Tasyriiyyah (pembuat Undang-undang/ Legislatif)
2) As-Sultah at-Tanfidziyah yang bertugas menjalankan pemerintahan ekskutif dan
3) As-Sultah al-Qadha’iyah (kekuasaan kehakiman/yudikatif).
Tiga lembaga dalam siyasah syariyah inidisebut trias politika. Yaitu lembaga kekuasaan yang kalau di
Indonesia ekskutif yakni presiden, lembaga kekuasaan legislative yaitu MPR/DPR, dan lembaga yudikatif
yakni Mahkamah Agung (MA).

KONSEP NEGARA DALAM ALQURAN DAN ASSUNNAH


Musuh musuh Islam melalui Alghazwul fikri (perang pemikiran) telah berusaha meracuni
pemikiran kaum Muslimin dengan pemikiran sekuler yang memisahkan antara agama dan negara, padahal
Islam itu maju dan mengalami kejayaannya ketika kaum muslimin berpegang teguh pada prinsip prinsip
islam dan tidak memisahkan antara agama dan negara, seperti masa Khulafaurrosyidin dan Kholifah
kholifah sesudahnya, sedangkan umat islam mengalami kemunduran ketika mereka jauh dari islam seperti
kemunduran dan kemerosotan ekonomi Turki ketika diperintah oleh pemerintahan sekuler di masa
Mustofa Kemal Ataturk dan para penerusnya dan Tunisia di masa Habib Bourqiba dan Zaenal Abidin Bin
Ali yang sangat sekuler dan anti islam.
Hal tersebut di atas berbeda dengan kaum nasrani yang mana mereka mengalami kemajuan ketika
mereka meninggalkan agamanya dan memisahkan antara agama dan negara yang dimotori oleh Napoleon
Bonaparte di Perancis, sehingga negara negara Eropa menjadi maju setelah mereka memisahkan antara
gereja dan negara.
Islam adalah agama yang syamil yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari urusan
yang kecil kecil sampai urusan yang besar seperti konsep negara dan sebagainya. Al Islamu Dinun wa
daulatun, Islam adalah agama dan negara, Alquran dan Assunnah telah meletakkan kaidah kaidah umum
dalam konsep kenegaraan, adapun tentang bentuk bentuk pemerintahan menjadi wilayah ijtihadi para
ulama Islam.

Dalil dalil tentang wajibnya penegakan negara dan pengangkatan kepala negara dalam Islam

Abu Hasan Al Mawardi menyampaikan dalam kitabnya Al Ahkam Assultoniyah wal wilayat
Addiniyyah bahwa penegakan negara dan pengangkatan pemimpin dalam Islam hukumnya adalah fardlu
kifayah, dimana apabila tidak ada satupun dari kaum muslimin yang menegakkan negara dan mengangkat
pemimpin islam maka semuanya akan berdosa. Di dalam nash nash Alquran, Assunnah, ijma sahabat dan
lain lain juga disampaikan tentang wajibnya mengagkat pemimpin dan mentaati pemimpin di dalam Islam.

1. Dalil dalil dari Alquran

Surat Annisa ayat 58 sd 61

ُ ‫ﺎس أ َ ْن ﺗَﺤْ ُﻜ ُﻤﻮا ﺑِ ْﺎﻟﻌَ ْﺪ ِل ۚ إِ ﱠن ا ﱠ َ ﻧِ ِﻌ ﱠﻤﺎ ﯾَ ِﻌ‬


َ ‫ﻈ ُﻜ ْﻢ ﺑِ ِﮫ ۗ إِ ﱠن ا ﱠ‬ ِ ‫ إِ ﱠن ا ﱠ َ ﯾَﺄ ْ ُﻣ ُﺮ ُﻛ ْﻢ أ َ ْن ﺗ ُ َﺆد ﱡوا ْاﻷ َ َﻣﺎﻧَﺎ‬58
ِ ‫ت إِﻟَ ٰﻰ أ َ ْھ ِﻠ َﮭﺎ َوإِذَا َﺣ َﻜ ْﻤﺘ ُ ْﻢ ﺑَﯿْﻦَ اﻟﻨﱠ‬
ُ‫ﺷ ْﻲءٍ ﻓَ ُﺮدﱡوه‬ َ ‫ﺳﻮ َل َوأُو ِﻟﻲ ْاﻷ َ ْﻣ ِﺮ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ۖ ﻓَﺈ ِ ْن ﺗَﻨَﺎزَ ْﻋﺘ ُ ْﻢ ﻓِﻲ‬ ‫ ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا أ َ ِطﯿﻌُﻮا ا ﱠ َ َوأ َ ِطﯿﻌُﻮا ﱠ‬59 ‫ﯿﺮا‬
ُ ‫اﻟﺮ‬ ً ‫ﺼ‬ ِ َ‫ﺳ ِﻤﯿﻌًﺎ ﺑ‬ َ َ‫َﻛﺎن‬
‫ﻋ ُﻤﻮنَ أَﻧﱠ ُﮭ ْﻢ آ َﻣﻨُﻮا‬ُ ‫ أَﻟَ ْﻢ ﺗ ََﺮ إِﻟَﻰ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﯾَ ْﺰ‬60 ‫ﯾﻼ‬ ً ‫ﺴ ُﻦ ﺗ َﺄ ْ ِو‬ ٰ
َ ْ‫ﺳﻮ ِل إِ ْن ُﻛ ْﻨﺘ ُ ْﻢ ﺗُﺆْ ِﻣﻨُﻮنَ ﺑِﺎ ﱠ ِ َو ْاﻟﯿَ ْﻮ ِم ْاﻵ ِﺧ ِﺮ ۚ ذَﻟِﻚَ َﺧﯿ ٌْﺮ َوأَﺣ‬ ُ ‫اﻟﺮ‬‫إِﻟَﻰ ا ﱠ ِ َو ﱠ‬
‫ُﻀﻠﱠ ُﮭ ْﻢ‬
ِ ‫ﺎن أ َ ْن ﯾ‬ُ ‫ﻄ‬ ‫ت َوﻗَ ْﺪ أ ُ ِﻣ ُﺮوا أ َ ْن ﯾَ ْﻜﻔُ ُﺮوا ﺑِ ِﮫ َوﯾ ُِﺮﯾﺪُ اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺸ ْﯿ‬ ِ ‫ﻏﻮ‬ ‫ﺑِ َﻤﺎ أ ُ ْﻧ ِﺰ َل إِﻟَﯿْﻚَ َو َﻣﺎ أ ُ ْﻧ ِﺰ َل ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒﻠِﻚَ ﯾ ُِﺮﯾﺪُونَ أ َ ْن ﯾَﺘ َ َﺤﺎ َﻛ ُﻤﻮا إِﻟَﻰ ﱠ‬
ُ ‫اﻟﻄﺎ‬
‫ﺻﺪُودًا‬ُ َ‫ﺼﺪﱡونَ َﻋ ْﻨﻚ‬ ُ َ‫ﺳﻮ ِل َرأَﯾْﺖَ ْاﻟ ُﻤﻨَﺎﻓِﻘِﯿﻦَ ﯾ‬ ‫ َوإِذَا ﻗِﯿ َﻞ ﻟَ ُﮭ ْﻢ ﺗَﻌَﺎﻟَ ْﻮا إِﻟَ ٰﻰ َﻣﺎ أ َ ْﻧﺰَ َل ا ﱠ ُ َوإِﻟَﻰ ﱠ‬61 ‫ﺿ َﻼ ًﻻ ﺑَ ِﻌﯿﺪًا‬
ُ ‫اﻟﺮ‬ َ

58.Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
59 Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
60 Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada
apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak
berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan
bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
61 Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah
turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia)
dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.
Di dalam surat Annisa ayat 58 Alloh SWT menyampaikan tentang kewajiban kewajiban seorang
pemimpin, dalam ayat 59 tentang kewajiban rakyat terhadap pemimpinnya dan dalam ayat 60 dan 61
tentang kewajiban menegakkan hukum hukum Alloh SWT.

2. Dalil dalil dari Alhadis


Sabda Rosululloh SAW: “Jika ada tiga orang yang pergi dalam suatu perjalanan, hendaklah mengangkat
salah seorang diantara mereka sebagai pemimpin”. HR. Abu Dawud
Sabda Rosululloh SAW: “Tidak diperkenankan tiga orang yang menghuni suatu tempat di atas bumi
kecuali harus mengangkat salah seorang dari mereka sebagai pemimpin”. HR.Ahmad
Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya mengangkat seorang pemimpin, sampai tiga orang pun harus
ada pemimpinnya, apalagi sebuah negara.

3. Dalil dari Ijma Sahabat


Ketika Rosululloh wafat, maka seluruh sahabat bersepakat ijma untuk mengangkat pengganti Rosululloh
SAW sebagai pemimpin kaum Muslimin dan mereka bersepakat mengangkat Abu Bakar Assiddiq sebagai
Khalifatu Rosulillah.

4. Dalil lain lain


Prof. Muhammad al Mubarak dalam “Nizham al Islam: al Mulk wad Daulah” menjelaskan setidaknya
terdapat enam alasan pentingnya kedudukan negara dan pemerintahan dalam Islam berdasarkan sumber
dalam Alquran, Sunnah dan praktek Shahabat:
Pertama, Alqur’an memiliki seperangkat hukum yang pelaksanaannya membutuhkan institusi negara dan
pemerintahan. Diantara seperangkat hukum itu adalah hukum yang berkenaan dengan pelaksanaan hudud
dan qishas, hukum yang berkaitan harta benda (mal) serta hukum yang menyangkut kewajiban jihad.
Kedua, Alquran meletakkan landasan yang kokoh baik dalam aspek aqidah, syari’ah dan akhlak yang
berfungsi sebagai bingkai dan menjadi jalan hidup kaum Muslimin. Pelaksanaan dan pengawasan ketiga
prinsip utama dalam peri kehidupan kaum Muslimin membutuhkan intervensi dan peran negara.
Ketiga, terdapat ucapan-ucapan Nabi yang dapat menjadi istidlal bahwa negara dan pemerintahan menjadi
elemen penting dalam ajaran Islam. Ucapan-ucapan Nabi itu meliputi aspek imarah (kepemimpinan), al
walayah (keorganisasian), al hukmu (kepemerintahan) dan al qadha (ketetapan hakim). Beberapa hadist
itu diantaranya:
“Tidak halal bagi tiga orang yang sedang berada di sebuah perjalanan kecuali salah seorang diantara
mereka menjadi pemimpin.” (HR. Ahmad)
Mengomentari hadist ini, Syaikh Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Adalah wajib mengangkat kepemimpinan
sebagai bagian pelaksanaan agama (ad Dien) dan sebagai perbuatan mendekatkan diri kepada Allah.”
“Al Imam adalah pemimpin rakyat dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
“Barang siapa yang mati tidak terikat baiat maka matinya dalam mati jahiliyyah.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan kepada imamnya, maka ia pada hari kiamat
tidak memiliki hujjah.” (HR. Muslim)
Keempat, adanya perbuatan Nabi yang dapat dipandang sebagai bentuk pelaksanaan tugas-tugas negara
dan kepemerintahan. Nabi mengangkat para gubernur, hakim, panglima perang, mengirim pasukan,
menarik zakat dan rampasan perang, mengatur pembelanjaan, mengirim duta, menegakkan hudud, dan
melakukan perjanjian dengan negara lain. R. Strothman dalam Encyclopedia of Islam mengatakan, “Islam
adalah fenomena agama politik sebab pembawanya adalah seorang Nabi dan sekaligus kepala Negara.”
Kelima, setelah wafatnya Nabi, para shahabat menunda pemakaman Nabi dan bergegas bermusyawarah
memilih pengganti (Khalifah) Nabi. Tindakan para shahabat ini menunjukkan betapa pentingnya
kepemimpinan dalam Islam dan kesepakatan (ijma’) mereka dalam hal ini (mengangkat kepemimpinan
pengganti Nabi) dapat menjadi sumber hukum Islam.
Keenam, hal ikhwal kepemimpinan (imarah) telah menjadi bagian kajian dan pembahasan para ahli fiqh
didalam kitab-kita mereka disepanjang sejarah.

Kaidah-Kaidah Dasar Dalam Sistem Politik Islam


Kepemimpinan (Khilafah)
Khalifah adalah bentuk tunggal dari kholafa Yahlufu yang berarti menggantikan orang lain
masdarnya Kholifah yang artinya pengganti. Khilafah (kepemimpinan) kaum muslimin sangat penting
sehingga para shahabat menunda pemakaman Nabi untuk berkumpul diTsaqifah Bani Saidah. Mereka
bermusyarah untuk mengangkat pemimpin (Kholifah) pengganti Nabi terlebih dahulu.
Terminologi Khilafah sendiri dipakai untuk menjelaskan tugas yang diemban para pemimpin kaum
Muslimin pasca kenabian.Ibnu Taimiyah dalam Minhajus Sunnah menjelaskan bahwa “Khulafaur
Rasyidin yang berlangsung tiga puluh tahun adalah kepemimpinan kenabian dan kemudian urusan itu
beralih ke Muawiyyah, seorang raja pertama. Al Mulk (raja-raja) adalah orang-yang memerintah yang
tidak mnyempurnakan syarat-syarat kepemimpinan dalam Islam (khilafah).”
Secara garis besar –menurut Al Mawardi- ada 10 tugas pemimpin dalam Islam, yakni: pertama,
menjaga kemurnian agama. Kedua, membuat keputusan hukum di antara pihak-pihak yang bersengketa.
Ketiga, menjaga kemurnian nasab. Keempat, menerapkan hukum pidana Islam. Kelima, Menjaga
keamanan wilayah dengan kekuatan militer. Keenam, mengorganisir Jihad dalam menghadapi pihak-pihak
yang menentang dakwah Islam. Ketujuh, mengumpulkan dan mendistribusikan harta pampasan perang
dan zakat. Kedelapan, membuat anggaran belanja negara. Kesembilan, melimpahkan kewenangan kepada
orang-orang yang amanah. Kesepuluh, melakukan pengawasan melekat kepada hirarki dibawahnya, tidak
semata mengandalkan laporan bawahannya, sekalipun dengan alasan kesibukan beribadah. Sementara
Ibnu Hazm dalam “Al Mihal wa an Nihal” berpendapat bahwa tugas pemimpin adalah menegakkan
hukum dan konstitusi, menyiarkan Islam, memelihara agama dan menggalang jihad, menerapkan syari’ah,
melindungi hak asasi manusia, menyingkirkan kezaliman dan menyediakan kebutuhan bagi setiap orang.

Karakter Negara Islam


DR.Yusuf Alqordlowi dalam bukunya Min Fiqhiddaulah Fil Islam menyampaikan bahwa
karakteristik negara yang dibangun Islam adalah:
1. Negara Madaniyah yang berdasarkan syariat Islam
Negara Islam bukan negara Teokrasi yang berkuasa atas diri manusia atau sanubari mereka atas
nama hak Tuhan, akan tetapi daulah madaniyah (sipil) yang berkuasa atas nama Islam, berdiri
berdasarkan baiat dan musyawarah para orang orangnya yang terpilih dan terpercaya.
2. Negara berskala internasional
Negara (Daulah) Islamiyah bukan negara nasional atau lokal, ia tidak berdiri berdasarkan tanah
atau letak geografis, pada dasarnya daulah islamiyah bebas dan terbuka untuk semua kaum
muslimin tanpa paksaan dan tekanan, akan tetapi tidak ada salahnya daulah internasional ini
dimulai dari daulah berskala lokal di daerah tertentu.
3. Negara berdasarkan hukum syariat dan konstitusional
Negara Islam adalah negara konstitusional yang merujuk kepada syariat Islam, konstitusinya
tercermin dalam prinsip prinsip Islam yang disebut dalam Alquran dan Assunnah, baik mengenai
Aqidah, Ibadah, Ahlaq, muamalah dan lain lain.
4. Negara yang berdasarkan musyawah dan bukan kekuasaan ala Kerajaan Kisra bukan juga
berdasarkan demokrasi liberal
Negara Islam bukan negara kekuasaan ala Kerajaan Kisra yang bisa diwariskan kepada anak
turunnya atau kepada keluarganya, akan tetapi semuanya berdasarkan musyawarah dan semuanya
mempunyai hak yang sama dalam politik.
Prinsip prinsip negara islam lebih utama daripada sistem demokrasi, tapi bukan kopian dari
demokrasi ala barat, negara islam serupa dengan demokrasi dalam memilih pemimpin yang
dilakukan umat, tidak boleh ada paksaan dalam mengangkat pemimpin apapun keadaannya,
persamaan yang lain pemimpin harus bertanggungjawab kepada majlis syuro/ Ahlul halli wal
‘aqdi. Ustadz DR.Taufiq Asyawi dalam sebuah tulisannya di harian Al Wafd tanggal 11
September 1996, beliau menulis tentang keunggulan sistem Islam dari sistem demokrasi liberal:
“Keunggulan ini terletak pada dua sisi; Pertama: Karena Islam lebih dahulu dalam menerapkan
sistem ini daripada sistem demokrasi modern, Kedua: Apa yang yang ditetapkan islam dalam
sistem ini bisa mencapai suatu titik yang tidak akan bisa dicapai oleh sistem demokrasi modern
manapun sampai kapanpun tidak akan bisa mencapainya walaupun menunggu seribu tahun lagi”.
5. Negara pemberi petunjuk, bukan pengumpul pajak
Tugas negara islam adalah menunjuki manusia ke jalan Alloh, menyingkirkan setiap rintangan dari
jalan Islam, menyeru manusia dengan bahasa dan taraf pendidikan mereka. Negara islam juga
bukan penarik pajak atau jizyah, sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Abdul Aziz ketika
menjawab usulan gubernur Mesir untuk tetap menarik jizyah kepada orang orang nasrani yang
masuk islam: “.... Sesungguhnya Alloh mengutus Muhammad sebagai pemberi petunjuk, bukan
sebagai penarik pajak”.
6. Negara yang melindungi orang yang lemah
Negara Islam adalah negara yang melindungi orang orang yang lemah, negara menarik zakat dari
orang orang yang kaya dan diberikan kepada orang orang miskin, agar kekayaan tidak berputar
dikalangan orang orang yang kaya saja.
7. Negara yang melindungi hak dan kebebasan
Negara Islam adalah negara yang melindungi hak dan kebebasan sebagai pengejawantahan iman
dan komitmen, bukan sekedar bualan dan omong kosong belaka. Hak hidup, hak milik, hak
berkecukupan dalam hidup, hak keamanan beragama, jiwa, kehormatan diri, harta dan keturunan
yang disebut lima urgensi (adhoruriyat al khomsah)dalam pandangan islam.
8. Negara yang berprinsip dan berahlaq
Negara Islam adalah negara yang berprinsip dan berahlaq, komitmen dan tidak menyimpang, di
dalam atau di luar wilayahnya, ketika menghadapi orang yang disukai atau tidak disukai, tidak
bersikap dengan dua wajah, tidak berbicara dengan dua lidah, tidak ingin mencapai kebenaran
dengan cara yang batil.

Syarat-Syarat kepemimpinan dalam Islam


Alqu’ran mensyaratkan seorang pemimpin diangkat karena factor keluasan pengetahuan (ilmi) dan
fisik (jism) dan Muslim(dini) seperti dijelaskan dalam Alquran dan Al Hadis:
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi
rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?"
nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah Telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang
luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah:247)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa
diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.(QS.Almaidah 51)
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa mengangkat seseorang untuk mengurusi perkara kaum Muslimin, lalu mengangkat orang
tersebut, sementara dia mendapatkan orang yang lebih layak dan sesuai daripada orang yang
diangkatnya maka dia telah berkhianat kepada Allah dan Rasulnya.” (HR Hakim)
“jika suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, tunggulah saat kehancurannya.” (HR. Muslim)
Al Mawardi dalam kitabnya Al Ahkam Assultoniyah wal wilayat addiniyah menetapkan tujuh
syarat kepemimpinan yang mencakup adil, memiliki kemampuan berijtid, sehat jasmani, tidak memiliki
cacat fisik yang menghalangi menjalankan tugas, memiliki visi yang kuat, pemberani dalam mengambil
keputusan, memiliki nasab Quraisy. Ibnu Khaldun sendiri mensyaratkan empat hal yang harus dimiliki
pemimpin, yakni: ilmu, keadilan, kemampuan serta keselamatan indera dan anggota tubuh lainnya. Perihal
syarat nasab Quraisy, Ibnu Khaldun memandang bukan syarat utama dan tidak boleh menjadi ketetapan
hukum yang mengikat, adapun syarat islam sudah menjadi keniscayaan, sebab sangat jelas larangan
larangan Alloh tidak boleh memilih pemimpin kafir, seperti dalam surat Almaidah ayat 51.
Jika tidak ada yang memenuhi syarat-syarat tersebut maka diperintahkan mengambil yang lebih
utama atau yang lebih ringan madlorotnya. Misalnya, jika kaum Muslimin dihadapkan kepada situasi
untuk memilih salah satu dari dua pilihan yang buruk, yakni antara seorang pemimpin yang shalih namun
tidak cakap dengan seorang pemimpin yang cakap namun kurang shalih maka menurut Ibnu Taimiyyah
hendaknya didahulukan memilih pemimpin yang cakap sekalipun kurang salih. Karena seorang
pemimpin yang salih namun tidak cakap maka kesalihan tersebut hanya bermanfaat bagi dirinya namun
ketidak cakapannya merugikan masyarakat sebaliknya pemimpin yang cakap namun kurang shalih maka
kecakapannya membawa kemaslahatan bagi masyarakat sementara ketidaksalihannya merugikan dirinya
sendiri.

Mekanisme Pengangkatan Kepemimpinan


Alqur’an dan Assunah tidak menetapkan mekanisme ataupun tata cara pemilihan kepala negara,
maka sistem dan tatacara pemilihan kepala negara menjadi wilayah ijtihadi para ulama, para sahabat
sendiri dalam menentukan pengganti sepeninggal Rasulullah SAW. Mereka memilih empat
khulafaurrosyidin dengan cara yang berbeda. Abu Bakar ditetapkan melalui musyawarah sebagian kaum
Muslimin di Tsaqifah Bani Saidah yang diikuti baiat mayoritas kaum Muslimin kepada Abu Bakar. Umar
bin Khattab dipilih melalui musyawarah Abu Bakar dengan para sahabat terkemuka, Abu Bakar
mengusulkan Umar untuk menggantikannya Para sahabat menyetujuinya kemudian dituangkan dalam
surat wasiat Abu Bakar, selanjutnya Umar ditetapkan sebagai khalifah melalui baiat. Umar menunjuk
enam orang sahabat sebagai majlis syuro untuk memilih salah seorang dari mereka menjadi khalifah.
Keenam sahabat itu adalah Ustman bin Affan, Ali Bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin
Awwam, Saad bin Abi Waqqas dan Abdurrahman bin Auf. Mereka bersepakat memilih Ustman bin Affan
menggantikan Umar bin Khattab dan meminta persetujuan rakyat melalui baiat. Setelah syahidnya Ustman
bin Affan, Ali Bin Abi Thalib secara aklamasi dibaiat menjadi khalifah oleh mayoritas kaum Muslimin
Madinah dan Kufah.

Unsur unsur penting dalam negara Islam


Pada masa Rosululloh SAW unsur unsur penting dalam sebuah negara belum begitu terlihat
pembagiannya, karena Rosululloh bertindak sebagai eksekutif sekaligus yudikatif karena Semua tindakan
Rosululloh masih dibimbing oleh Alloh SWT, adapun fungsi legislatif sebagai pembuat hukum langsung
dari Alloh SWT, Akan tetapi Rosululloh tidak menafikan adanya Majlis Syuro dan hakim yang
independen seperti pengangkatan Muaz bin Jabal sebagai hakim di Yaman dan beberapa orang sahabat
yang diajak musyawarah dalam memutuskan suatu perkara, jadi unsur trias politika sudah ada embrionya
sejak zaman Rosululloh SAW, akan tetapi fungsi legislatif sebatas sebagai majlis syuro saja, tidak
membuat undang undang.

Ahlul Halli Wal ‘aqdi


Secara bahasa, ahlul halli wal aqdiberarti orang yang mempunyai wewenang melonggarkan
(melepaskan) dan mengikat (mengangkat), secara istilah orang yang bertindak selaku wakil umat dalam
menyuarakan hati nurani mereka. Atau orang yang berhak mengangkat dan memberhentikan kepala
negara.
Secara kelembagaan ahlul halli wal ‘aqdi belum ada pada zaman Rosululloh SAW, akan tetapi pada
masa Rosululloh ada majlis sahabat yang diajak Rosululloh untuk memusyawarahkan suatu perkara, ahlul
halli wal ‘aqdi baru ada pada masa daulah Abbasiyah.
Anggota ahlul halli wal aqdi terdiri atas para ulama, pejabat daerah, kepala suku, kelompok
professional dan intelektual yang dipilih dan mewakili rakyat berdasarkan penjelasan Nabi dalam hadist
yang diriwayatkan Bukhari kepada kelompok Anshar untuk mengangkat 12 wakil yang akan mengatur
urusan mereka. Imam Asyahid Hasan al Banna menjelaskan keanggotaan Ahlul Halli Wal Aqdi mencakup
sekurangnya tiga kelompok, yakni: para fuqoha’, para pakar dalam disiplin ilmu tertentu, dan orang-orang
yang memiliki integritas kepemimpinan.

Rotasi Kepemimpinan
Sebagian Ulama terutama para ulama pendukung kerajaan berpandangan bahwa rotasi
kepemimpinan sebelum pemimpinnya meninggal adalah suatu hal yang bid’ah. Padahal, selain dipandang
baik dalam sistem pemerintahan yang demokratis, rotasi kekuasaan secara obyektif dibutuhkan dalam
realitas sosio-politik yang dinamis. Kesalahpahaman ini dalam pandangan Syaikh Yusuf Qaradhawi
terjadi karena mencampuradukkan antara urusan amaliah dan akidah, antara sunnah dan bid’ah (yang
seharusnya dipahami penambahan unsur baru dalam akidah dan ibadah), antara kedudukan sunnah dengan
siroh (sejarah nabi). Siroh hendaknya didudukkan dalam dua hal, yakni pertama, tidak mensyaratkan
sumber periwayatan yang ketat sehingga para ulama tidak memasukkan dalam definisi Sunnah dan kedua,
siroh dikategorikan sebagai perbuatan (fi’li) Nabi SAW yang secara hukum tidak mengikat.
Ada setidaknya empat pandangan perihal pentingnya rotasi kekuasaan dalam sistem
pemerintahan Islam:
1. Rentang waktu kepemimpinan yang lama dipandang memberikan kesempatan bagi pemimpin
mengkonsolidasikan kekuasaan demi kepentingan dirinya dan pemimpin yang memimpin terlalu lama
cenderung untuk menjadi diktator.
2. Pentingnya melakukan regenerasi dan kaderisasi kepemimpinan. Regenerasi dan kaderisasi
dibutuhkan dalam mengoptimalkan potensi demi menjaga eksistensi umat Islam.
3. Rotasi kepemimpinan akan menjaga kedamaian dan ketenangan umat.
4. Dengan adanya rotasi kepemimpinan, maka pemimpin bisa dipimpin oleh orang yang masih sehat dan
menghindarkan kepemimpinan oleh orang tua yang sudah berkurang kemampuannya untuk
memimpin.

DEMOKRASI DAN MULTIPARTAI DALAM PERPEKTIF ISLAM

Islam dan Demokarsi


Partisipasi politik di alam demokrasi, disamping mempunyai akar kebenaran dalam referensi
Islam, juga punya makna strategis bagi perjuangan Islam, bahwa ini adalah upaya meretas jalan bagi umat
secara aman dan bebas untuk membangun dirinya, bahkan memiliki dunianya sendiri. Perbedaan
mendasar antara demokrasi sekuler liberal dengan konsep politik Islam terletak pada pandangan tentang
siapa pemegang kedaulatan. Konsep demokrasi sekuler liberal memberikannya kepada suara rakyat,
sementara Islam kedaulatan sepenuhnya di tangan Alloh SWT. Perbedaan itu sangat mendasar, dan titik
temu keduanya terletak pada konsep partisipasi, di mana rakyat bisa ikut berpartisipasi dalam mengelola
negara, Yang pada dasarnya adalah Jaminan hak asasi pada setiap orang dan persamaan hak untuk
memilih dan dipilih, mendahulukan kepentingan kolektif daripada individu dan menjadikan keragaman itu
sebuah kekuatan.
Dakwah di dunia politik dalam era demokrasi adalah bagaimana mengintegrasikan kebenaran
dengan legalitas, bagaimana membuat sesuatu yang salah dalam pandangan agama menjadi salah juga
dalam pandangan hukum positif (hukum negara), yang pada ahirnya hal hal yang baik dalam pandangan
agama menjadi hal yang baik dan legal di mata hukum positif dan hal hal yang tidak baik menurut agama
menjadi hal yang tidak baik dan tidak legal menurut hukum positif, kemudian terjadinya keselarasan
antara hukum agama dengan hukum negara.
Hal di atas hanya bisa tercapai kalau bisa memenangkan wacana publik, memenangkan wacana
publik tidak hanya dapat disederhanakan dengan memiliki media, apalagi di era medsos sekarang ini
dimana media massa mainstrem bisa dikalahkan oleh medsos,
Memenangkan wacana publik adalah seni tentang bagaimana mempengaruhi dan menyusun
kerangka pemikiran masyarakat atau bagaimana mereka berfikir dengan cara yang kita inginkan,
bagaimana membuat mereka mempersepsikan sesuatu dengan lensa yang kita kenakan kepada mereka.
Dunia politik adalah tempat bersemayan kekuasaan yang secara pasti mempengaruhi kehidupan
orang banyak. Kita ingin mengembalikan kekuasaan ke tempat yang sebenarnya. Tetapi, kekuasaan itu
pedang bermata dua: mungkin kita bisa “membersihkannya”, mungkin juga menodai kita. Itulah sebabnya
kita perlu imunitas, semacam daya tahan terhadap tekanan lingkungan yang tidak Islami, daya tangkal
terhadap pengaruh negatif, atau daya seleksi terhadap pengaruh positif.
Islam bukan musuh demokrasi dan demokrasi bukan kekufuran sebab, hukum itu harus
berlandaskan kepada fiqih muwazanah (perimbangan), jika dilihat ada kemaslahatan bagi Islam dan kaum
muslimin bisa terwujud maka penggabungan tersebut diperbolehkan, sebab demokrasi adalah salah satu
cara untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dan perbedaan pendapat itu kalau tidak diselesaikan
dengan demokrasi atau musyawarah maka akan diselesaikan dengan adu senjata dan itu madhorotnya
lebih besar.

Substansi Demokrasi
Substansi demokrasi adalah suatu proses pemilihan yang melibatkan banyak orang untuk
mengangkat seseorang (kandidat) yang berhak memimpin serta mengurus keadaan mereka dan
menerapkan suatu sistem atau aturan . Tentu saja mereka tidak akan mengangkat seseorang yang tidak
mereka sukai atau sistem yang mereka benci.
Bisa juga demokrasi diartikan sebagai suatu proses untuk menyelesaikan perbedaan pendapat
ketika proses syuro (musyawarah mufakat) sudah tidak memungkinkan lagi menyelesaikannya, maka
voting dengan suara terbanyaklah jalan terbaik untuk menyelesaikannya, itulah subtansi demokrasi.

Substansi Demokrasi Sejalan dengan Islam


Islam menolak orang menjadi imam shalat yang tidak disukai orang-orang yang makmum
dibelakangnya. Di dalam hadis disebutkan, ”Tiga golongan orang yang shalatnya tidak naik di atas kepala
mereka sekalipun hanya sejengkal..., lalu beliau mneyebutkan yang pertama diantaranya, ”Seseorang yang
mengimami suatu kaum dan mereka tidak suka kepadanya.” (Diriwayatkan Ibnu Majah).

Islam melarang semua bentuk kediktatoran dan kesombongan


Alloh SWT mengaitkan antara kediktatoran dengan penyebaran kerusakan dan tindakan
melampaui batas yang menjadi sebab kehancuran umat. Al Qur’an mengistilahkan Ath-thughyan
(diktatori) dengan lafazh ghuluw atau kesombongan dan memaksa manusia untuk tunduk kepada
pelakunya, Allah berfirman dalam Al Qur'an tentang Fir’aun:
“Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui
batas.” (Ad-Dukhan:31)
Jadi kesombongan dan kerusakkan saling berkaitan.
Islam juga melarang untuk membantu para diktator, karena yang paling banyak memikul beban di
samping para diktator adalah perangkat-perangkat kekuasaan, yang di dalam Al Qur’an disebut ‘Junud’
atau tentara atau kekuatan militer yang menjadi cakar dan taring kekuasaan atau cemeti yang sangat
ditakuti rakyat. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. (Al-
Qashas:8)
Sunnah Nabawiyah juga melarang para diktator dan pemimpin yang zhalim, yang berkuasa dengan
menggunakan tongkat dan kekerasan. Jika diktator ini berkata, maka perkataanya tidak boleh disanggah.
Diktator seperti ini akan bergulung-gulung di neraka seperti bergulung diatas tempat tidur. Sunnah juga
melancarkan serangan terhadap orang-orang yang ikut berjalan dalam proses kediktatoran, yaitu orang-
orang yang ikut mendukung kedhalimanya. Hadis Rosulullah SAW:
“Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam ada sebuah lembah, di lembah itu ada sebuah sumur
yang disebut Habhab. Allah akan menempatkan di dalamnya setiap pemimpin yang sewenang-wenang
lagi menentang kebenaran.” (Diriwayatkan Al-Hakim dan Ath-Thabrany).

Pemimpin dalam Perspektif Islam


Pemimpin dalam perspektif islam merupakan wakil dari umat, atau lebih tepatnya pelayan umat.
Pemimpin terbesar setelah Rasulullah SAW, yaitu Al- Khulafaur Rasyidun yang mengikuti petunjuk, kita
diperintahkan untuk mengikuti sunnah mereka

Kelebihan Sistem Demokrasi


Diantara kelebihan sistem demokrasi dalam menghadapi kediktatoran ialah menuntun ke beberapa
bentuk dan sarana yang bisa menghindari kediktatoran, yang hingga kini dianggap satu-satunya sistem
yang memberi jaminan keselamatan bagi rakyat dari jarahan tangan para diktator, sekalipun sistem ini
tidak lepas dari cacat dan kekurangan, yaitu seperti lazimnya perbuatan manusia yang tidak lepas dari
kekurangan.
Tidak ada satupun syariat yang berisi larangan mengambil pemikiran teoritis maupaun pemecahan
praktis dari non-muslim. Sewaktu perang Al-Ahzab Nabi SAW mengambil pemikiran Salman Al Farisi
dengan cara menggali parit, Ini merupakan cara yang biasa dipergunakan dari bangsa Persia. Dari sini kita
bisa mengambil tatacara demokrasi dan kandunganya yang sesuai dengan diri kita dengan cara menyaring
dan membenahinya.

Pemilihan Umum Termasuk Jenis Pemberian Kesaksian


Siapa yang memberikan kesaksian kepada kandidat yang tidak layak untuk dipilih, maka dia telah
melakukan dosa besar, karena sama dengan memberikan kesaksian palsu, bahkan Allah menyebutkan
perbuatan ini setelah syirik kepada Allah.
“Oleh karena itu jauhilah oleh kalian berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-
perkataan dusta.” (Al-Hajj: 30).
Siapa yang memberikan kesaksian atau suara kepada kandidat dengan pertimbangan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi , berarti dia menyalahi perintah Allah. Firmany-Nya,
“Dan, hendaklah kalian tegakkan keadilan itu karena Alloh.” (Ath-Thalaq: 2).
Barang siapa yang tidak menggunakan hak pilihnya, sehingga kandidat yang mestinya layak
dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti dia
telah menyalahi perintah Allah untuk memberikan kesaksian pada saat dia dibutuhkan untuk memberikan
kesaksianya. Firman Allah,
“Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil.” (Al-Baqoroh:
282)

Hukum Rakyat dan Hukum Allah


Memberlakukan sistem demokrasi bukan berarti harus menolak kedaulatan Allah untuk
menetapkan hukum bagi manusia. Yang dimaksudkan dari demokrasi adalah pemberdayaan rakyat untuk
memilih penguasa seperti yang mereka kehendaki, memperhitungkan perilaku mereka, menolak perintah
mereka jika bertentangan dengan aturan Alloh dan undang-undang negara, yang jika diistilahkan Islam:
Jika mereka memerintah kepada kedurhakaan. Mereka berhak mencopot para penguasa itu jika
menyimpang, tidak mau menerima nasehat dan peringataan..

Hukum-hukum Yang Konkrit Tidak Bisa Dicampuri Keputusan Lewat Pengambilan Suara
Tidak ada tempat bagi sistem voting untuk memasuki ketetapan-ketetapan syariat yang sudah
konkrit dan dasar-dasar agama serta hal-hal yang sudah diketahui secara pasti. Sistem voting hanya
berlaku dalam hal-hal yang bersifat ijtihad, yang biasanya bisa mengundang lebih dari satu pendapat, dan
memang bisa dimaklumi jika manusia saling berbeda pendapat, seperti upaya memilih salah seorang dari
beberapa kandidat untuk menduduki suatu jabatan, termasuk jabatan sebagai pemimpin daulah.

Jumlah Yang Banyak Adalah Sesuatu Yang Harus Dipertimbangkan .


Yang diunggulkan selagi terjadi perselisihan pendapat jumlah yang banyak. Pendapat dua orang
lebih dekat pada suatu kebenarana daripada pendapat satu orang. Dalam hadist nabi yang artinya
“Andaikan kalian berdua sama-sama menyepakati satu pendapat, tentu aku tidak akan menyalahi
kalian berdua. “(Diriwayatkan Ahmad)
Pendapat yang menyatakan bahwa pengunggulan hanya berlaku untuk pendapat yang benar
sekalipun hanya mendapat satusuara, dan kesalahan harus ditolak sekalipun mendapat sembilan puluh
sembilan suara. Ini berlaku untuk masalah-masalah yang dikuatkan nash syariat, dengan nash yang kuat,
jelas dan tidak mengundang perbedaan dan perselisihan pendapat. Inilah yang dimaksud dengan “al-
jama’ah” adalah yang sejalan dengan kebenaran, sekalipun engkau hanya sendirian.
Masalah-masalah ijtihadiyah yang tidak ada nash-nya, atau ada nas-nya namun mengandung lebih
dari satu penafsiran, atau ada nash lain yang bertentangan denganya atau lebih kuat darinya, maka tidak
menutup kesempatan untuk menggunakan mana yang lebih diunggulkan agar bisa menuntaskan silang
pendapat. Adapun sistem voting yang sudah disepakati manusia, termasuk pula orang-orang muslim,
merupakan cara yang tepat untuk menyelesaikanya. Tidak ada dalam syariat yang melarang sistem voting
ini.

Otokrasi Politik Merupakan Sumber Musibah Yang Menimpa Umat


Musibah yang pertama kali menimpa umat Islam dalam perjalanan sejarah adalah meremehkan
Syura dan karena sistem khalifah beralih ke sistem kerajaan, yang sebagian sahabat menyebutnya dengan
sistem kekuasaan Kisra Persi atau Qaishar romawi atau dengan kata lain sistem otokrisasi imperium
dialihkan kepada orang-orang muslim, yang dianggap sebagai kekuasaan yang dihadiahkan Allah. Tetapi
sayang, mereka mengimpor sesuatu yang paling buruk dalam kehidupan berpolitik yaitu otokrisasi dan
menyombongkan kekuasaannya di muka bumi. Yang menimpa umat islam pada zaman sekarang tidak
lain karena berasal dari sistem otokrisasi yang mengebiri manusia dengan pedang kehormatan dan
emasnya. Syariat disingkirkan, sekularisme diterapkan, dakwah, harokkah islam digebuki, para da’i
diancam, yang menyimpang dibiaran menyimpang, semuanya harus tunduk pada sistem otokrisasi.

Kebebasan Berpolitik Merupakan Kebutuhan Pokok Pada Zaman Sekarang


Islam tidak akan bangkit, dakwahnya tidak akan menyebar, kebangkitannya tidak akan tampak dan
penyakitnya akan terus menggerogoti, kecuali jika ia diberi kebebasan yang tidak hanya terbatas, sehingga
ada peluang untuk berjalan dengan fitrah manusia yang menyertainya, memperdengarkan adzan yang
dirindukannya dan memberi kepuasan kepada akal.
Peperangan yang dihadapi dakwah, harakah dan kebangkitan Islam pada zaman sekarang adalah
peperangan melawan diktator dan kekangan terhadap kebebasan, maka mereka yang masih memiliki
ghiroh terhadap islam harus membentuk satu barisan untuk terjun ke sana dan sekaligus
mempertahankanya, tidak ada yang dibutuhkan selain kebebasan untuk berdakwah dan menerapkan nilai
nilai Islam.
Banyak orang muslim yang berharap kepada demokrasi sebagai satu bentuk hukum, jaminan untuk
kebebasan, perlindungan keamanan dari kesewenang-wenangan penguasa, sehingga demokrasi yang
hakiki bisa mencerminkan kehendak umat, bukan kehendak penguasa secara pribadi dan golongannya.
Demokrasi dengan sifat-sifatnya sebagai sarana yang mudah untuk mewujudkan tujuan dalam
kehidupan yang terhormat, rakyat mendapatkan kehidupan yang bebas dan terhormat, memperoleh hak
memilih pemimpin, memperhitungkan dan mencopotnya jika menyimpang, tanpa harus mengorbankan
revolusi atau pertumpahan darah. Inilah demokrasi yang sangat diharapkan.

Syura Adalah Lembaga Yang Menetapkan dan Bukan Sekedar Pemberi Masukan
Hingga kini masih ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa Syura hanya sekedar memberi
masukan dan bukan badan yang menetapkan. Pemimpin bisa minta pertimbangan, tetapi tidak harus
tunduk kepada pendapat ahli syura, yang notabenenya merupakan Ahlul-halli wal-aqdi (badan legislatif)
Jika dalam suatu masalah ada dua pendapat, maka tetap saja ada penyataan untuk mengikuti
syura, sekalipun umat kita hingga kini masih dikuasai otokrasi. Sekalipun ada perbedaan pendapat, jika
umat atau segolongan umat berpendapat untuk kembali kepada syura, tentu perbedaan pendapat itu bisa
disingkirkan dan mengikuti suatu pendapat yang memang sudah disepakati bersama merupakan keharusan
menurut syariat. Maka jika seorang pemimpin sudah terpilih dengan syarat-syarat tersebut, dia harus
memenuhinya dan meminta pendapat kepada orang lain. Sementara itu memenuhi janji merupakan suatu
kewajiban.
“Dan, tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji dan janganlah kalian
membatalkan sumpah-sumpah (kalian) itu, sesudah meneguhkanya, sedang kalian telah menjadikan Allah
sebagai saksi kalian. “ (An-Nahl: 91)
Dengan begitu Syura Islam serupa dengan ruh demokrasi. Atau bisa saja engkau berkata,
“Substansi demokrasi serupa dengan ruh Syura dalam Islam”.

MULTI PARTAI DALAM PANDANGAN ISLAM


Tidak ada penghalang dalam syariat tentang keberadaan multipartai politik dalam dunia Islam,
sebab larangan dalam syariat harus ada nash-nya, sementara itu tidak ada satu nash-pun yang melarang,
bahkan boleh jadi multipartai sanget dibutuhkan pada zaman sekarang, sebab hal ini dapat mencegah
kediktatoran, yaitu kekuasaan individu ataupun golongan tertentu yang akan menindas terhadap manusia.
Dua syarat fundamental yang harus dipenuhi untuk keberadaaan partai-partai yang boleh di dukung
umat Islam:
1. Harus mengakui Islam sebagai aqidah dan syariat, tidak memusuhi dan mengingkarinya. Jika partai-
partai harus melakukan ijtihad khusus untuk memahami Islam, maka harus dilakukan menurut dasar-
dasar ilmiah yang sudah ditetapkan.
2. Tidak boleh bertindak untuk suatu tujuan yang memerangi Islam dan umatnya, apapun namanya dan
statusnya. Tidak boleh ada partai yang menyeru kepada ateisme, permisivisme, sekularisme, atau
memojokan agama-agama samawi secara hukum, khususnya Islam atau menganggap enteng hal-hal
yang disucikan Islam, akidahnya, syariatya, Al-qurannya atau nabinya.

Kewajiban Menyampaikan Nasehat dan Meluruskan Pemimpin


Dalam Islam menjadi sebuah hak bahkan kewajiban baik mereka untuk menyampaikan nasihat kepada
pemimpin dan meluruskannya jika menyimpang. Memerintahkannya kepada yang ma’ruf dan mencegah
yang mungkar.
Jika mengabaikan amar ma’ruf nahi mungkar, maka hilanglah rahasia keistimewaan dan kelebihannya,
dan akhirnya akan disusul dengan datangnya laknat seperti yang dialami umat-umat sebelum
mereka.Dalam hadis menyebutkan:
“Sesungguhnya jika manusia melihat orang zhalim, lalu mereka tidak berani bertindak terhadap
dirinya, maka Allah akan segera menyebarkan siksaan dari sisi-Nya kepada mereka” (HR. Abu Daud)
Ketika diangkat pertama kali menjadi khalifah, Umar bin Khatab dan Abu Bakar menyampaikan
dalam pidatonya yaitu keterbukaan untuk dinasehati dan diluruskan jika ada penyimpangan yang
dilakukannya.
Adanya partai politik itu adalah merupakan sarana untuk menyampaikan nasihat kepada penguasa,
sebab penyampaian nasehat lewat lembaga partai politik akan lebih didengar oleh penguasa daripada
nasehat pribadi perorangan.

Menata Nasehat dan Pelurusan Lewat Kekuatan Politik


Pola kehidupan manusia pada zaman sekarang sudah menemuksn formula khusus dalam
melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar dan meluruskan penyimpangan penguasa tanpa harus
menumpahkan darah, yaitu dengan “kekuatan politik” yang tidak dapat ditekuk secara mudah oleh pihak
penguasa, yaitu dengan istilah lain adalah “partai”
Terkadang kaum minoritas dapat mengalahkan penguasa dengan suatu tekanan, yaitu dengan
menggunakan media masa dan sarana-sarana yang memang efektik untuk melakukan perubahan dan
dapat mempengaruhi
Tahapan-tahapan agar kewajiban pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar memiliki makna, kekuatan
dan pengaruh maka harus memiliki konsep yang matang tentang bagaimana caranya memerintah,
melarang, memperingatkan, mengatakan “tidak ada ketaatan” jika ada perintah untuk melakukan
kedurhakaan.
Karena pembentukan partai dan organisai-organisasi ini merupakan sarana yang sangat dibutuhkan
untuk mengahadapi dan memperhitungkan kekuasaan yang menyimpang, lalu mengembalikannya ke jalan
yang benar, atau menggesernya dan menggantinya dengan yang lain.
Jika sesuatu yang wajib tidak bisa menjadi sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itupun
menjadi wajib.

Multipartai dalam Politik di Negara Islam Sama dengan Ragam Madzhab dalam Fiqih
Multipartai yang di syariatkan dalam Islam adalah multi pemikiran,system politik yang memiliki
landasan dan hujjah serta di dukung oleh orang orang yang mempercayai dan melihat tidak ada cara lain
untuk mengadakan perbaikan kecuali dengan mendirikan partai.
Para pengikut partai bisa di serupakan pengikut madzhab dalam fiqih. Masing masing mendukung
mana yang di lihatnya lebih dekat dengan kebenaran dan memang lebih layak untuk di dukung.
Dalam Multipartai apabila salah satu partai memenangkan suara dalam pemilu,maka ia tidak boleh
menindas golongan lain.
Dalam kancah politik dan kancah fiqih tidak di benarkan adanya taqlid dan fanatisme buta,apalagi
menganggap para pemegang kekuasaan sebagai orang suci.
Partai partai (dalam negara Islam) bisa diibaratkan madzhab dalam politik sebagaimana madzhab
diibaratkan partai dalam fiqih.
Multipartai dan Perbedaan Pendapat
Dalam firman Allah surat Al-Imron 103 dan 105 :
“ Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian
bercerai-berai.(Ali Imron:103)
“Dan janganlah menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah dating
keterangan yang jelas kepada mereka.Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang
berat.(Ali Imron:105)

‫اﺧﺗَﻠَﻔُوا ﻓَ َﮭﻠَﻛُوا‬ َ ‫ﻻَ ﺗَ ْﺧﺗَ ِﻠﻔُوا ﻓَ ِﺈ ﱠن َﻣ ْن ﻛ‬


ْ ‫َﺎن ﻗَ ْﺑﻠَ ُﻛ ْم‬
“Janganlah kalian berselisih,karena orang-orang yang sebelum kalian saling berselisih,maka
mereka pun binasa.(muttafaqun ‘alaihi)
Multipartai bukan perselisihan para sahabat juga pernah berselisih dalam masalah furu’dan hal ini
sama sekali tidak menimbulkan mudharat. Contohnya adalah perbedaan pendapat tentang sholat ashar saat
perjalanan ke Bani Quraidzah, Rosul tidak mencela salah satu dari mereka.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa perbedaan pendapat merupakan rahmat. Khalifah Umar Bin
Abdul Azis kurang suka jika sahabat tidak saling berbeda pendapat,sebab dengan perbedaan pendapat
akan terbuka pintu yang luas dan kemudahan bagi para imam untuk mengambil keputusan..
Sementara Alquran menganggap perbedaan sebagai bukti kekuasaan Allah sebagaimana
firmannya:
“ Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasa kalian dan warna kulit kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang mengetahui.(Ar-Rum:22).
Jadi tidak setiap perselisihan itu buruk, perbedaan keberagaman itu dipuji sedangkan perbedaan
pertentangan itu dicela.

Multijama’ah Aktivis Islam


Dalam buku ash-shahwah al-islamiyah bainal ikhtilaf al masyru’ wat tafarruq al madzmum tidak
ada sesuatu yang menghalangi munculnya sekian banyak jama’ah aktivis islam,selagi
perdamaian,persatuan dalam jama’ah tersebut mereka bisa jagadengan perbedaan tujuanataupun cara yang
di tempuh juga taraf keilmuan mereka.
Multijma’ah harus merupakan multi keagamaan dan spesifikasi,bukan multi pertentangan dan
perlawanan,semua harus membentuk barisan yang membidangi berbagai masalah yang berkait dengan
eksistensi, aqidah dan umat Islam.
Apapun keadaan suatu jama’ah harus saling berbaik sangka dan menerima alasan,karena
merupakan keutamaan yang di miliki setiap pihak,tanpa harus melemparkan dosa, menyalahkan juga
menyesatkan dan mengkafirkan orang lain.
Setiap jama’ah harus mampu memberi nasehat kepada kebenaran dan
kesabaran,mempertimbangkan hikmah,keteladanan yang baik dan cara berdebat dalam suatu masalah
dengan cara yang paling baik.
Perbedaan itu adalah rahmat, jadi tidak perlu dikhawatirkan dan tidak perlu dirisaukan karena
memang sudah sunnatullah sesuai dengan sabda Rosulullah S.A.W: “Jika kalian menemukan perbedaan di
antara kalian kembalilah pada Al-Quran dan Assunnah”.

Kepada Siapa Loyalitas Diberikan


Loyalitas orang muslim hanya terhadap Allah,Rosulnya dan jama'ah mukminin. Sebagaimana
firmannya dalam Qs Al- Maidah ayat 55-56 yaitu:
“Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah,Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman,yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat,seraya mereka tunduk(kepada Allah). Dan barang siapa
mengambil Allah,Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya,maka sesungguhnya
pengikut (agama Allah) itulah yang pasti menang.(Al-Maidah:55-56).
Penyandaran seorang muslim kepada kabilah,daerah,kelompok,golongan organisasi atau
partainya,tidak bertentangan dengan penyandaran dan loyalitasnya kepada daulah.Sebab berbagai bentuk
loyalitas dan penyandaran ini bermuara kepada satu dasar,yaitu loyalitas kepada Allah,RosulNya,dan
orang orang muslim.
Peringatan yang tegas adalah loyal kepada orang orang kafir dan menjadikan mereka sebagai
penolong dengan mengabaikan orang orang mukmin.
dalam firman Allah:surat An-Nisa:139,yaitu:

“ Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?Maka sesungguhnya senua kekuatan
kepunyaan Allah.(An-Nisa’:139)

CONTOH SOAL FIQIH UNTUK KELAS 12 BAB 2, 3, 4 DAN 5 UNTUK BAB 1 YANG MATERINYA DI ATAS,
TIDAK ADA CONTOH SOALNYA, DAN SOAL PAS BANYAK DARI BAB 1 DI ATAS
1. Menurut Syaih Abdurrozaq bin Abdul Muhsin Al ‘Abad, devinisi jihad yang terbaik adalah devinisi Ibnu
Taimiyyah yang berbunyi
a. Jihad dengan pedang adalah memerangi kaum musyrikin atas nama agama
b. Mengerahkan semua kemampuan untuk mendapatkan yang dicintai dan diridloi Alloh dan
menolak yang dibenci Alloh
c. Mengerahkan semua kemampuan untuk mendapatkan apa yang dicita citakan
d. Menahan semua keinginan atas apa apa yang tidak diridloi Alloh
e. Semua benar
ANSWER: E
2. Jihad qital/perang menjadi wajib bagi seseorang apabila dalam keadaan seperti di bawah ini, kecuali
a. Musuh Islam memerangi kaum muslimin di mana saja
b. Dirinya telah masuk dalam medan pertempuran, tidak boleh lari/mundur
c. Imam/ Kepala negara memobilisasi masyarakat secara umum untuk berperang
d. Musuh telah mengepung suati daerah dan dia ada di dalamnya
e. Diirinya adalah orang yang sangat dibutuhkan dalam peperangan seperti dokter, pilot, sopir dll
ANSWER: A
3. Sabda Rosululloh SAW : “Man ro’a minkum munkaron fal yughoyyirhu biyadihi fa in lam yastati’ fa bi
lisanihi fain lam yastati’ fa bi qolbihi, wa dzalika ad’aful Iman”. Hadis tersebut sebagai dasar kewajiban
Jihad memerangi kedzoliman dan kemungkaran dalam beberapa tingkatan di bawah ini kecuali
a. Dengan kekuatan tangan apabila mampu
b. Apabila tidak mampu dengan tangan, maka dengan lisan
c. Apabila tidak mampu dengan lisan maka dengan isyarat
d. Apabila tidak mampu dengan lisan maka dengan hati
e. Merubah kemungkaran dengan hati adalah selemah lemah iman
ANSWER: C

4. Dalam berbagai ayat, Alquran menetapkan pedoman yang jelas tentang etika perang yang dibolehkan
Islam sebagai berikut. Kecuali
a. Memerangi lawan politik
b. Mempertahankan diri, keluarga atau negara
c. Ketika negara kafir menyerang negara Islam
d. Negara lain menindas/menjajah kaum Muslimin
e. Menegakkan Kalimatulloh
ANSWER: A
5. Berikut tingkatan jihad menurut Ibnul Qoyyum, kecuali
a. Jihad terhadap diri sendiri (hawa nafsu)
b. Jihad melawan godaan syetan
c. Jihad memerangi orang orang kafir
d. Jihad terhadap orang orang munafiq
e. Jihad memerangi lawan politik
ANSWER: E
6. Diantara bentuk Jihad ta’limi (Jihad di bidang pendidikan) adalah ......, kecuali
a. Mendirikan sekolah Islam
b. Belajar ilmu Islam dan umum
c. Mendukung pemerintahan Islam
d. Mengajarkan ilmu Islam dan umum
e. Membantu dana untuk sekolah Islam
ANSWER: C
7. Diantara bentuk Jihad Iqtisodi (Ekonomi) adalah ....., Kecuali
a. Mendirikan Masjid
b. Mendirikan perusahaan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi umat Islam
c. Mengutamakan untuk membeli barang barang produksi orang Islam
d. Berusaha maksimal untuk tidak membeli barang barang produksi orang kafir
e. Bermuamalah dengan bank syariah dan menghindari bermuamalah dengan bank konfensional
ANSWER: A
8. Diantara bentuk Jihad Siyasi (Politik) adalah ..., kecuali
a. Mendukung pemimpin atau wakil rakyat yang berkomitmen kepada Islam
b. Memilih pemimpin atau wakil rakyat yang punya komitmen terhadap Islam
c. Apabila diberikan amanah sebagai pemimpin bersikap adil, jujur dan bijaksana dan berusaha
menerapkan syariat Islam semaksimal mungkin
d. Sebagai pemimpin berlaku demokratis dan mengabulkan semua keinginan rakyat
e. Berusaha semaksimal mungkin untuk menegakkan dan mendukung berlakunya syariat Islam
ANSWER: D
9. Diantara bentuk Jihad ijtima’i (Sosial) adalah ..., kecuali
a. Mendirikan lembaga amil zakat
b. Menjadi relawan di daerahn bencana
c. Bersikap baik kepada tetangga
d. Berinfaq untuk orang lain yang membutuhkan
e. Mengajar anak anak ngaji di TPA
ANSWER: E
10. Diantara bentuk jihad fanni (Seni budaya) adalah ..., kecuali
a. Mengembangkan seni yang Islami
b. Tidak menonton atau mendengarkan seni yang tidak Islami
c. Mengunjungi situs situs bersejarah
d. Tidak membeli kaset atau CD seni Islami yang bajakan
e. Berusaha untuk menonton atau mendengar seni Islami
ANSWER: C
11. Usaha optimal untuk memerangi hawa nafsu dalam rangka menaati Alloh SWT, dikenal dengan istilah
a. Fi to’atillah
b. Fi Hirosatillah
c. Mujahatun nafsi
d. Fi sabilillah
e. Semua benar
ANSWER: C
12. Kaum musyrikin Makkah menyerang kaum muslimin di Madinah sebanyak 3 kali dalam perang
a. Badr, Tabuk dan Uhud
b. Uhud, Hunain dan Khondaq
c. Badr, Uhud dan Khodaq
d. Badar, Uhud dan Khoibar
e. Semua salah
ANSWER: C
13. Sumber Hukum yang disepakati dalam Islam adalah ..... Kecuali .....
a. Alquran
b. AlHadis
c. Al Ijma
d. Syar’u Man qoblana
e. Alqiyas
ANSWER: D
14. Sumber hukum dalam Islam yang belum disepakati dalam Islam adalah..... Kecuali .....
a. Al Istihsan
b. Maslahatul Mursalah
c. Al Urf dan Madzhab Shohabi
d. Al Qiyas
e. Syar’u man qoblana
ANSWER: D
15. Kemaslahatan umum adalah pengertian dari
a. Al Istihsan
b. Maslahatul Mursalah
c. Al Urf dan Madzhab Shohabi
d. Al Qiyas
e. Syar’u man qoblana
ANSWER: B
16. Kita melakukan puasa Dawud yang merupakan syariat nabi Dawud, hal itu disebut
a. Al Istihsan
b. Maslahatul Mursalah
c. Al Urf dan Madzhab Shohabi
d. Al Qiyas
e. Syar’u man qoblana
ANSWER: E
17. Abdulloh bin Umar pernah terjebak salju di Rusia selama 4 bulan dan selama 4 bulan itu Beliau
menjama’ dan mengqosor sholat, hal ini dijadikan dasar bagi orang yang tinggal di suatu tempat
dalam waktu yang agak lama dan tidak berniat muqim boleh menjam’a dan mengqosor sholat, dasar
ini termasuk
a. Al Istihsan
b. Maslahatul Mursalah
c. Madzhab Shohabi
d. Al ‘Urf
e. Syar’u man qoblana
ANSWER: C
18. Kata jihad dalam bahasa Arab merupakan bentuk mashdar dari kata jâhada yujâhidu jihâdan wa
mujâhadatan. Asal katanya adalah jahada yajhadu jahdan/juhdan yang berarti kekuatan (al-thâqah)
dan upaya jerih payah (al-masyaqqah). Secara bahasa jihad berarti mengerahkan segala kekuatan dan
kemampuan untuk membela diri dan mengalahkan musuh, secara istilah jihad berarti
a. Jihad dengan pedang adalah memerangi kaum musyrikin
b. Menjalan kan apa dicintai dan diridloi Alloh dan menolak yang dibenci Alloh
c. Usaha untuk mendapatkan apa yang dicita citakan
d. Menahan semua keinginan
e. Upaya sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seorang Muslim dalam melawan kejahatan dan
kebatilan, mulai dari yang terdapat dalam jiwa akibat bisikan dan godaan setan, sampai pada
upaya memberantas kejahatan dan kemungkaran dalam masyarakat.
ANSWER: E
19. Di bawah ini termasuk macam macam jihad kecuali
A. Jihad melawan hawa nafsu
B. Jihad melawan syetan
C. Jihad melawan orang kafir, munafiq dan fasik
D. Jihad melawan orang yang Jin
E. Semua salah
ANSWER : D
20. Di bawah ini termasuk macam macam orang kafir kecuali
A. Kafir Harbi (orang kafir yang memerangi Islam dan kaum Muslimin
B. Kafir Dzimmi (orang kafir yang dalam perlindungan negara Islam)
C. Kafir Irhabi (kafir teroris)
D. Kafir mukatab (Orang kafir yang punya perjanjian damai dengan umat Islam)
E. Semua salah
ANSWER : C
21. Jihad qital/perang menjadi wajib bagi seseorang apabila dalam keadaan seperti di bawah ini, kecuali
a. Musuh Islam memerangi kaum muslimin di mana saja
b. Dirinya telah masuk dalam medan pertempuran, tidak boleh lari/mundur
c. Imam/ Kepala negara memobilisasi masyarakat secara umum untuk berperang
d. Musuh telah mengepung suatu daerah dan dia ada di dalamnya
e. Dirinya adalah orang yang sangat dibutuhkan dalam peperangan seperti dokter, pilot, sopir dll
ANSWER: A
22. Sabda Rosululloh SAW : “Man ro’a minkum munkaron fal yughoyyirhu biyadihi fa in lam yastati’ fa bi
lisanihi fain lam yastati’ fa bi qolbihi, wa dzalika ad’aful Iman”. Hadis tersebut sebagai dasar
kewajiban Jihad memerangi kedzoliman dan kemungkaran dalam beberapa tingkatan di bawah ini
kecuali
a. Dengan kekuatan tangan/kekuasaan/ tindakan apabila mampu
b. Apabila tidak mampu dengan tangan, maka dengan lisan
c. Apabila tidak mampu dengan lisan maka dengan isyarat
d. Apabila tidak mampu dengan lisan maka dengan hati
e. Merubah kemungkaran dengan hati adalah selemah lemah iman
ANSWER: C
23. Dalam berbagai ayat, Alquran menetapkan pedoman yang jelas tentang etika perang yang dibolehkan
Islam sebagai berikut. Kecuali
a. Memerangi lawan politik
b. Mempertahankan diri, keluarga atau negara
c. Ketika negara kafir menyerang negara Islam
d. Negara lain menindas/menjajah kaum Muslimin
e. Menegakkan Kalimatulloh
ANSWER: A
24. Berikut tingkatan jihad menurut Ibnul Qoyyum, kecuali
a. Jihad terhadap diri sendiri (hawa nafsu)
b. Jihad melawan godaan syetan
c. Jihad memerangi orang orang kafir
d. Jihad terhadap orang orang munafiq
e. Jihad memerangi lawan politik
ANSWER: E
25. Diantara bentuk Jihad ta’limi adalah ......, kecuali
a. Mendirikan sekolah Islam
b. Belajar ilmu Islam dan umum
c. Mendukung pemerintahan Islam
d. Mengajarkan ilmu Islam dan umum
e. Membantu dana untuk sekolah Islam
ANSWER: C
26. Diantara bentuk Jihad Iqtisodi adalah ....., Kecuali
a. Mendirikan Masjid
b. Mendirikan perusahaan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi umat Islam
c. Mengutamakan untuk membeli barang barang produksi orang Islam
d. Berusaha maksimal untuk tidak membeli barang barang produksi orang kafir
e. Bermuamalah dengan bank syariah dan menghindari bermuamalah dengan bank konfensional
ANSWER: A
27. Diantara bentuk Jihad Siyasi adalah ..., kecuali
a. Mendukung pemimpin atau wakil rakyat yang berkomitmen kepada Islam
b. Memilih pemimpin atau wakil rakyat yang punya komitmen terhadap Islam
c. Apabila diberikan amanah sebagai pemimpin bersikap adil, jujur dan bijaksana dan berusaha
menerapkan syariat Islam semaksimal mungkin
d. Sebagai pemimpin berlaku demokratis dan mengabulkan semua keinginan rakyat
e. Berusaha semaksimal mungkin untuk menegakkan dan mendukung berlakunya syariat Islam
ANSWER: D
28. Diantara bentuk Jihad ijtima’i adalah ..., kecuali
a. Mendirikan lembaga amil zakat
b. Menjadi relawan di daerahn bencana
c. Bersikap baik kepada tetangga
d. Berinfaq untuk orang lain yang membutuhkan
e. Mengajar anak anak ngaji di TPA
ANSWER: E
29. Diantara bentuk jihad fanni/ hadhori adalah ..., kecuali
a. Mengembangkan seni yang Islami
b. Tidak menonton atau mendengarkan seni yang tidak Islami
c. Mengunjungi situs situs bersejarah
d. Tidak membeli kaset atau CD seni Islami yang bajakan
e. Berusaha untuk menonton atau mendengar seni Islami
ANSWER: C
30. Usaha optimal untuk memerangi hawa nafsu dalam rangka menaati Alloh SWT, dikenal dengan istilah
a. Fi to’atillah
b. Fi Hirosatillah
c. Mujahatun nafsi
d. Fi sabilillah
e. Semua benar
ANSWER: C
31. Kaum musyrikin Makkah menyerang kaum muslimin di Madinah sebanyak 3 kali dalam perang
a. Badr, Tabuk dan Uhud
b. Uhud, Hunain dan Khondaq
c. Badr, Uhud dan Khodaq
d. Badar, Uhud dan Khoibar
e. Badar, Uhud dan Muktah
ANSWER: C

Anda mungkin juga menyukai