Anda di halaman 1dari 111

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Permodelan Struktur


IV.1.1 Data Permodelan
1. Fungsi bangunan : Gedung Perkantoran
2. Struktur : Struktur beton bertulang
3. Lokasi : Malang, Jawa Timur
4. Sistem struktur : Sistem Struktur Rangka Gedung
5. Tipe tanah : Tanah sedang
6. Jumlah lantai : 10 lantai
7. Tinggi bangunan : 41 meter
8. Spesifikasi beton :
a. Kuat tekan beton (F’c) : 30 Mpa
b. Modulus elastisitas beton : 4700*(f”c)^0,5 = 25742,960 Mpa
c. Berat jenis beton : 2400 kg/m3
9. Spesifikasi baja tulangan :
Tabel 4. 1 Spesifikasi baja tulangan
Keterangan Baja tulangan lentur Baja tulangan geser

Mutu baja BJ 55 BJ 37

Tegangan leleh minimum (Fy) 290 Mpa 240 Mpa

Tegangan putus minimum (Fu) 1,5*Fy = 435 Mpa 1,5*Fy = 360 Mpa

Tegangan leleh yang diharapkan (Fye) 1,1*Fy = 319 Mpa 1,1*Fy = 264 Mpa

Tegangan putus yang diharapkan (Fue) 1,5*Fye = 478,5 Mpa 1,5*Fye = 296 Mpa

Modulus elastisitas baja 200000 Mpa

Berat jenis baja 7850 kg/m3


IV.1.2Permodelan Struktur
Semua model struktur pada penelitian ini yaitu bangunan gedung 10
lantai. Jumlah modul arah x = 8 modul dan arah y sejumlah 7 modul. Terdapat
beberapa variasi permodelan struktur yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4. 2 Variasi Permodelan Struktur

No. MODEL Keterangan


1. MDGS Model Dinding Geser Simetris
2. MDGTX Model Dinding Geser Tak Simetris
Sumbu X Bangunan
3. MDGTY Model Dinding Geser Tak Simetris
Sumbu Y Bangunan
4. MDGTXY Model Dinding Geser Tak Simetris
Sumbu XY Bangunan

1. Model Dinding Geser Simetris (MDGS)


Model MDGS merupakan model struktur yang digunakan sebagai
bangunan kontrol antara gedung yang memiliki dinding geser simetris
dan gedung yang memiliki dinding geser yang tak simetris.
Gambar 4. 1 Denah Ruang Model Bangunan Kontrol

Gambar 4. 2 Keyplan Balok, Kolom, Dan Dinding Geser Model Bangunan


Kontrol Lt 1-10
(a) (b)
Gambar 4. 3 (a) Gambar portal arah-X As 1 dan (b) Gambar portal arah-X As 4

(a)
(b)
Gambar 4. 4 (a) Gambar portal arah-Y As A dan (b) Gambar portal arah-Y As D
Gambar 4. 5 Model 3D Bangunan Dinding Geser Simetris

2. Model Dinding Geser Tak Simetris Sumbu X Bangunan (MDGTX)


Model MDGTX merupakan model struktur dinding geser yang tak
simetris searah sumbu-X bangunan, dengan dinding geser terletak pada
As 3-4/B-D dan As 4-5/F-H bangunan.

Gambar 4. 6 Keyplan Balok, Kolom, Dan Dinding Geser Model Bangunan MDGTX
Lt 1-10
Gambar 4. 7 Gambar Portal Arah-X MDGTX As 4

(a) (b)
Gambar 4. 8 (a) Gambar Portal Arah-X MDGTX As 1 dan (b) Gambar Portal Arah-X
MDGTX As 7
(a) (b)
Gambar 4. 9 (a) Gambar Portal Arah-Y MGDTX As B Dan (b) Gambar Portal Arah-
Y MGDTX As F

(a) (b)
Gambar 4. 10 (a) Gambar Portal Arah-Y MGDTX As A Dan (b) Gambar Portal
Arah-Y MGDTX As F
Gambar 4. 11 Model 3D Bangunan MGDTX

3. Model Dinding Geser Tak Simetris Sumbu Y Bangunan (MDGTY)


Model MDGTY merupakan model struktur dinding geser yang tak
simetris searah sumbu-Y bangunan, dengan dinding geser yang terletak
pada As 2-4/C-D dan As 4-6/ F-G bangunan.

Gambar 4. 12 Keyplan Balok, Kolom, Dan Dinding Geser Model Bangunan MDGTY
Lt 1-10
Gambar 4. 13 Gambar Portal Arah-X MGDTY As 4

(a) (b)
Gambar 4. 14 (a) Gambar Portal Arah-X MGDTY As 1 dan Gambar Portal Arah-X MGDTY As 7
(a) (b)
Gambar 4. 15 (a) Gambar Portal Arah-Y MGDTY As C Dan (b) Gambar Portal Arah-Y MGDTY As F

(a) (b)
Gambar 4. 16 (a) Gambar Portal Arah-Y MGDTY As A,I Dan (b) Gambar Portal
Arah-Y MGDTY As B,H
Gambar 4. 17 Model 3D Bangunan MGDTY

4. Model Dinding Geser Tak Simetris Sumbu XY Bangunan (MDGTXY)


Model MDGTXY merupakan model struktur dinding geser yang tak
simetris searah sumbu-X dan sumbu-Y bangunan, dengan dindning geser
terletak pada As 4-6/C-D dan As 3-4/F-H bangunan.

Gambar 4. 18 Keyplan Balok, Kolom, Dan Dinding Geser Model Bangunan


MDGTXY Lt 1-10
Gambar 4. 19 Gambar Portal Arah-X MGDTXY As 4

(a) (b)
Gambar 4. 20 (a) Gambar Portal Arah-X MGDTXY As 6 dan (b) Gambar Portal
Arah-X MGDTXY As 7
(a) (b)

Gambar 4. 21 (a) Gambar Portal Arah-X MGDTXY As 2 dan (b) Gambar Portal
Arah-X MGDTXY As 1

(a) (b)

Gambar 4. 22 (a) Gambar Portal Arah-Y MGDTXY As C Dan (b) Gambar Portal
Arah-Y MGDTXY As F
(a) (b)
Gambar 4. 23 (a) Gambar Portal Arah-Y MGDTXY As A Dan (b) Gambar Portal Arah-Y MGDTXY As B

(a) (b)
Gambar 4. 24 (a) Gambar Portal Arah-Y MGDTXY As H Dan (b) Gambar Portal
Arah-Y MGDTXY As I
Gambar 4. 25 Model 3D Bangunan MGDTXY

IV.2 Perhitungan Dimensi Balok, Kolom, Pelat, dan Dinding Geser


IV.2.1 Estimasi Dimensi Balok
Panjang bentang balok untuk semua model struktur MDGS, MDGTX,
MGDTY, dan MDGTXY dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 3 Panjang Bentang Balok

No. Arah Sumbu Bentang balok (m)


1 L1 X 4m
2 L2 X 6m
3 B1 Y 4m
4 B2 Y 6m

Persamaan yang di gunakan dalam menentukan perhitungan dimensi


elemen balol pada semua permodelan struktur yaitu persamaan (3.1) dan
persamaan (3.2) seperti berikut.

1. Pada balok L1
hb = 1/10*L1 = 1/10*400 cm = 40 cm → diambil 40 cm
bb = ½*hb = ½*40 cm = 20 cm → diambil 30 cm
Jadi dimensi balok L1 yang dipakai yaitu b/h = 30/40
2. Pada balok L2
hb = 1/10*L2 = 1/10*600 cm = 60 cm → diambil 60 cm
bb = ½*hb = ½*60 cm = 30 cm → diambil 30 cm
Jadi dimensi balok L2 yang dipakai yaitu b/h = 30/60
3. Pada balok B1
hb = 1/10*B1 = 1/10*400 cm = 40 cm → diambil 40 cm
bb = ½*hb = ½*20 cm = 30 cm → diambil 30 cm
Jadi dimensi balok B1 yang dipakai yaitu b/h = 30/40
4. Pada balok B2
hb = 1/10*B2 = 1/10*600 cm = 60 cm → diambil 60 cm
bb = ½*hb = ½*60 cm = 30 cm → diambil 30 cm
Jadi dimensi balok B2 yang dipakai yaitu b/h = 30/60

IV.2.2 Estimasi Dimensi Kolom


Penentuan dimensi kolom pada setiap model struktur ditentukan
berdasarkan total beban mati dan beban hidup pada sistem struktur di atasnya
yang di terima 1 kolom. Perhitungan estimasi dimensi kolom setiap model
bangunan adalah sebagai berikut.

1. Melakukan justifikasi modul area load terbesar, yaitu modul 6 x 6


5m

5m

Gambar 4. 26 Modul area load


2. Data perencanaan dimensi kolom
Data perencanaan dimensi kolom yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 4 Data Beban Kolom

No Nama Bahan Berat Jenis Satuan


1 Beton 2400 Kg/m3
2 Plafon kalsiboard 6mm 8,52 Kg/m2
3 Bata ringan 60 Kg/m2
4 Granit tile 30 Kg/m2
5 Spesi penutup lantai per 1 cm 21 Kg/m3
6 Penggantung plafon 11 Kg/m2
7 Air hujan 1000 Kg/m3
8 Screed waterproof (7cm) 21 Kg/m3
9 Mekanikal Elektrikal (ME) 25 Kg/m2

3. Menghitung beban mati

Berat pelat 12 cm = 0,12 x 6 x 6 x 2400 x 10 = 103680


Berat spesi granit tile = 6 x 6 x 21 x 9 = 6804
Granit tile = 6 x 6 x 22 x 10 = 7920
Berat plafon = 6 x 6 x 8,25 x 10 = 3067,2
Berat penggantung = 6 x 6 x 11 x 10 = 3960
Berat ME = 6 x 6 x 25 x 10 = 9000
Screed waterproof (7 cm) = 0,07 x 6 x 6 x 21 x 1 = 52,92
B. kolom estimasi (70/70) = 0,7 x 0,7 x 3,6 x 2400 x 10 = 42336
Berat Dinding bata ringan = 5 x 3,6 x 60 x 9 = 9720
Berat balok B1 = 60 x 0,4 x 0,3 x 2400 x 10 = 103680
Berat balok B2 = 60 x 0,3 x 0,6 x 2400 x 10 = 155520
Berat balok L1 = 60 x 0,4 x 0,3 x 2400 x 10 = 80640
Berat Tie beam = 60 x 0,3 x 0,6 x 2400 x 10 = 120960
Berat balok anak = 60 x 0,4 x 0,3 x 2400 x 10 = 23040
DL = 670380 kg
4. Menghitung beban hidup

Berat loby = 6 x 6 x 479 x 1 = 17244


Berat lantai kantor = 6 x 6 x 240 x 1 = 8640
Berat lantai atap = 6 x 6 x 300 x 1 = 10800
Beban Toilet = 4 x 4 x 200 x 1 = 3200
LL = 39884 kg
5. Menghitung beban terfaktor
a. Pu = 1,2 DL + 1,6 LL
= (1,2 x 670380) + (1,6 x 39884)
= 868271 kg = 8682705 N
b. Mutu beton (f’c) = 30 Mpa
c. Kuat leleh tulangan lentur (fy) = 290 Mpa
d. Luas tulangan (ast) diambil pmib = 2% = 0,02 x Ag
6. Menghitung kapasitas aksial kolom konsentris
a. Pn = 0,8 x [0,85 x f’c x (Ag-Ast) + fy x Ast]
= 0,8 x [0,85 x 30 x (Ag-0,02Ag) + 290 x 0,02Ag]
= [26,392Ag] N/mm2
b. Qpn = Pu
c. Ag = Pn / 26,393
= (Pu/Q)
26,393
= (8682705/0,65)
26,393
= 50287,51 mm2
Diambil kolom persegi, bk=hk
Maka tinggi kolom
Hk2 = Ag
hk = (Ag)0,5
hk = (50287,51)0,5
hk = 711,420
Maka dimensi kolom yang digunakan pada setiap model bangunan lt 1-
10 adalah kolom dimensi 75/75

IV.2.3 Estimasi Dimensi Pelat


Tebal pelat lantai (hp) ditentukan untuk memenuhi syarat aman terhadap
lendutan yaitu jika nilai hp yang direncanakan > hp min dan hp min di hitung
sebagai berikut.

Gambar 4. 27 Modul Area Load Terbesar


1. Perhitungan faktor ß :
Tabel 4. 5 Perhitungan Faktor ß

Pelat Modul Ly Lx bb y bb x Lyn Lxn


Lantai Pelat (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
4x4 4000 4000 300 300 3700 3700
1-10 4x6 4000 6000 300 300 3700 5700
6x6 6000 6000 300 300 5700 5700
Dimana: Lyn = Ly - bx ; Lxn = Lx – by
2. Perhitungan garis netral balok T (Yb) dan balok inersia T (Ib)
Tabel 4. 6 Perhitungan Garis Netral Balok T (Yb) dan Balok Inersia T (Ib)

Modu bb Chec G.n


Pelat l hp hb bb ef. k Yb Ib
Lanta (mm (mm (mm bbef
(mm) (mm) (mm4)
i Pelat ) ) ) >4hp
149,7 2,52E+0
OK !
6x6 120 400 300 860 4 9
149,7 2,52E+0
1-10 OK !
6x4 120 400 300 860 4 9
206,3 9,58E+0
OK !
4x4 120 600 300 1260 4 9
Dimana :
bbef = 2*(hb-hp)+bb dengan syarat tidak lebih kecil dari = 4*hp
Ib = 1/12 x bbef x hp3+ bbef x hp x 0,5 x hp x (yb-hp)2 + 1/3 x bb x (yb-
hp) 3 + 1/3 x bb x ((hb-hp)-(yb-hp))3
3. Perhitungan rasio kekakuan arah (ay), arah melintang (ax), dan rata-rata (am)
Tabel 4. 7 Perhitungan Rasio Kekakuan Arah (ay), Arah Melintang (ax), dan
Rata-Rata (am)

Pelat Modul Ib y = Ib Is y Ib x = Ib Is x
Lantai Pelat (mm4) (mm4) (mm4) (mm4)

6x6 2,5E+09 5,3E+08 2,5E+09 5,3E+08


1-10 6x4 2,5E+09 5,3E+08 2,5E+09 8,2E+08
4x4 9,6E+09 8,2E+08 9,6E+09 8,2E+08
Tabel 4. 8 Lanjutan Perhitungan Rasio Kekakuan Arah (ay), Arah
Melintang (ax), dan Rata-Rata (am)
Pelat Modul b=
ay ax am
Lantai Pelat Lyn/Lxn
6x6 4,74 4,74 4,74 1,00
1-9 6x4 4,74 3,08 3,91 0,65
4x4 11,68 11,68 11,68 1,00
Dimana :
Iby = Ibx = Ib Isy = 1/12 * hp3 * Ly
Isx = 1/12 * hp3 * Lx ay = (Eb*Ib)/(Eby*Isy)
ax = (Eb*Ib) /
(Ebx*Isx) Eby = Eb
Ebx = Eb
4. Perhitungan tebal pelat minimal (hpmin)
Tabel 4. 9 Perhitungan Tebal Pelat Minimal ( hpmin)

hp
hp min Kontrol
Pelat Modul Lyn fy renc.
hp renc > hp
Lantai (mm) (mm) (mm)
Pelat (Mpa) min
4x4 3700 400 87,70 120 OK !
1-10 4x6 3700 400 94,32 120 OK !
6x6 5700 400 135,11 120 Tidak OK!
Dimana:
untuk: am > 0.2 : hp min = 100 mm
untuk: 0.2 < am < 2.0 : hp min = Lyn*[(0.8+(fy/1500)) / (36+5*b*(am-
0.20))]
dan hp min = 100 mm
untuk : am > 2.0 : hp min = Lyn* [(0.8+(fy/1500)) / (36+9*b*)]
dan hp min = 90 mm
 Evaluasi :
Karena Modul (6 x 6) lantai 1-10 hp min > hp rencana, maka perlu dipasang
balok anak dengan estimasi dimensi penampang:
h = (1/12-1/15)L
b = (1/2-2/3)h
Balok anak dipasang di tengah bentang balok yang panjang (Ly/2)
Gambar 4. 28 Modul Area Di Pasang Balok Anak
1. Estimasi dimensi balok anak
Tabel 4. 10 estimasi dimensi balok anak

Pelat Modul Lb=Lx h=1/15Lb b=1/2h Dipakai


Lantai Pelat (cm) (cm) (cm) h b b/h
1-10 6x6 600 40,00 20,00 40,00 30,00 30/40
Setelah dilakukan penambahan balok anak, perlu dilakukan
pemeriksaan pelat setelah dipasang balok anak terhadap lendutan:
2. Perhitungan faktor ß :
Tabel 4. 11 Perhitungan Faktor ß

Pelat Modul Ly Lx bb y bb x Lyn Lxn


Lantai Pelat (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1-10 6x3 6000 3000 300 300 5700 2700
Dimana: Lyn = Ly - bx ; Lxn = Lx – by
3. Perhitungan garis netral balok T (Yb) dan balok inersia T (Ib)
Tabel 4. 12 Perhitungan Garis Netral Balok T (Yb) dan Balok
Inersia T (Ib)
hp bb G.n
Check
Pelat Modul rencana hb bb ef. Yb Ib
bbef
Lantai (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm4)
Pelat >4hp
1-10 6x3 120 600 300 1260 OK ! 206,34 9,58E+09
Dimana :
bbef = 2*(hb-hp)+bb dengan syarat tidak lebih kecil dari = 4*hp
Ib = 1/12 x bbef x hp3+ bbef x hp x 0,5 x hp x (yb-hp)2 + 1/3 x bb x (yb-
hp) 3 + 1/3 x bb x ((hb-hp)-(yb-hp))3
4. Perhitungan rasio kekakuan arah (ay), arah melintang (ax), dan rata-rata
(am)
Tabel 4. 13 Perhitungan Rasio Kekakuan Arah (ay), Arah Melintang (ax),
dan Rata-Rata (am)
Pelat Modul Ib y = Ib Is y Ib x = Ib Is x
Lantai Pelat (mm4) (mm4) (mm4) (mm4)
1-9 6x3 9,58E+09 8,6E+08 9,58E+09 4,3E+08

Tabel 4. 14 Lanjutan Perhitungan Rasio Kekakuan Arah (ay), Arah


Melintang (ax), dan Rata-Rata (am)
Pelat Modul b=
ay ax am
Lantai Pelat Lyn/Lxn
1-10 6x3 11,09 22,19 16,64 2,11
Dimana :
Iby = Ibx = Ib Isy = 1/12 * hp3 * Ly
Isx = 1/12 * hp3 * Lx ay = (Eb*Ib)/(Eby*Isy)
ax = (Eb*Ib) /
(Ebx*Isx) Eby = Eb
Ebx = Eb
5. Perhitungan tebal pelat minimal (hpmin)
Tabel 4. 15 Perhitungan Tebal Pelat Minimal ( hpmin)
hp
hp min Kontrol
Pelat Modul Lyn fy renc.
hp renc > hp
Lantai Pelat (mm) (mm) (mm)
(Mpa) min
1-10 6x3 5700 400 110,55 120 OK !
Dimana:
untuk: am > 0.2 : hp min = 100 mm
untuk: 0.2 < am < 2.0 : hp min = Lyn*[(0.8+(fy/1500)) / (36+5*b*(am-
0.20))] dan hp min = 100 mm
untuk : am > 2.0 : hp min = Lyn* [(0.8+(fy/1500)) / (36+9*b*)] dan hp
min = 90 mm

IV.2.4 Estimasi Dinding Geser


Perhitungan dimensi dinding geser dihitung sesuai dengan persyaratan
SNI 2847-2019 Pasal 11.3.1. sebagai berikut.
Direncanakan :
Tebal dinding geser = 35 cm
Panjang bentang =6m
Tinggi lantai 1 =5m
Tinggi lantai 2-10 =4m
Kontrol :

1. Tebal dinding geser ≥ H/25


− Tebal dinding geser ≥ 500/25
35 cm > 24 cm → ok
− Tebal dinding geser ≥ 400/25
35 cm > 16 cm → ok
2. Tebal dinding geser ≥ L/25
35 cm ≥ 600/25
35 cm > 24 cm → ok
3. Tebal dinding geser > 100 mm
35 cm > 10 cm → ok
IV.3 Pembebanan Struktur
IV.3.1 Beban Gravitasi
Beban gravitasi adalah beban yang berasal dari material yang digunakan
pada bangunan itu sendiri. Terdapat tiga jenis beban, yaitu : Beban Mati (DL),
Beban Mati Tambahan (SDL), Beban Hidup (LL)
1. Beban Mati (DL)
Beban mati (Dead Load), merupakan beban yang berasal dari
komponen elemen struktur bangunan yang terdiri dari balok, kolom, pelat
lantai dan dinding geser. Beban mati dihitung secara otomatis
menggunakan bantuan software SAP 2000. Berikut beban mati yang
digunakan dapat dilihat pada tabel 4.16
Tabel 4. 16 Berat Beban Bahan Bangunan Pada Beban Mati Dead
Load (DL)

No Bahan bangunan Berat satuan Sumber


jenis
1 Plafon kalsi board 6 mm 8,52 Kg/m2 Spesifikasi pabrik
2 Penggantung plafon 11 Kg/m2 SNI 1727-1989F
3 ME 25 Kg/m2 Spesifikasipabrik
4 Spesi granit (2,5 cm) 21 Kg/m2 Spesifikasi pabrik
5 Penutup lantai granit 30 Kg/m2 Spesifikasi pabrik
5 Screed waterproof (7 cm) 24 Kg/m2 Spesifikasi pabrik

2. Beban Mati Tambahan (SDL)


Beban mati tambahan (Super Dead Load) merupakan beban non
struktur yang berupa beban akibat arsitektural dan MEP yang terdapat pada
bangunan. Beban mati tambahan dapat dilihat pada tabel 4.17
Tabel 4. 17 Berat Beban Bahan Bangunan Pada Super Dead Load (SDL)
No Bahan Berat jenis Satuan Sumber
bangunan
1 Bata Ringan 60 Kg/m2 Spesifikasi Pabrik
3. Beban Hidup (LL)
Beban hidup (live load) merupakan beban yang sifatnya tidak
permanen pada bangunan artinya beban ini dapat berubah-ubah tergantung
dari kondisi dan fungsi dari bangunan tersebut. Berikut beban hidup yang
digunakan dapat dilihat pada tabel 4.18
Tabel 4. 18 Berat Beban Hidup Bangunan Pada Live Load (LL)
No Fungsi Berat Satuan Sumber
1 Loby 479 Kg/m3 SNI 1727-2013
2 Ruang kantor 240 Kg/m3 SNI 1727-2013
3 Toilet 200 Kg/m3
4 Atap 300 Kg/m3
Catatan: Beban no. 3 dan 4 asumsi sendiri
4. Beban Gempa
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi yang
berpengaruh pada sebuah struktur. Beban gempa yang digunakan mengacu
pada SNI 1726-2019 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan non-gedung. Analisis beban gempa
dilakukan menggunakan dinamis respon spectrum. Dalam prosedur analisis
strutktur pada SAP2000, beban gempa (E) merupakan input pembebanan
berupa joint load.

IV.3.2 Kombinasi Pembebanan


Kombinasi beban pada metode kekuatan batas (ultimit) diperlukan agar
kekuatan struktur yang direncanakan sama atau lebih besar daripada kekuatan
kuat perlu yang terjadi karena beban berfaktor. Kombinasi beban yang
digunakan untuk analisa struktur mengacu pada SNI 2847-2019 Pasal 9.2.1,
yaitu:
Tabel 4. 19 Kombinasi Pembebanan Berdasarkan Nilai Sds Yang Diperoleh
Dari Peta Gempa Tahun 2017 (SNI 1726-2019)
KOMBINASI DL SDL LL Lr R Ex Ey
Comb 1 1.1 1,4 1,4
2.1 1,2 1,2 1,6 0,5
Comb 2
2.2 1,2 1,2 1,6 0,5
3.1 1,2 1,2 1,0 1,6
Comb 3
3.2 1,2 1,2 1,0 1,6
5.1 (1,2 + 0,2 SDS) (1,2 + 0,2 SDS) 1,0 1,0 0,3
5.2 (1,2 + 0,2 SDS) (1,2 + 0,2 SDS) 1,0 1,0 -0,3
5.3 (1,2 + 0,2 SDS) (1,2 + 0,2 SDS) 1,0 -1,0 0,3
Comb 5 (1,2 + 0,2 SDS) (1,2 + 0,2 SDS)
5.4 1,0 -1,0 -0,3
5.5 (1,2 + 0,2 SDS) (1,2 + 0,2 SDS) 1,0 0,3 1,0
5.6 (1,2 – 0,2 SDS) (1,2 – 0,2 SDS) 1,0 -0,3 1,0
5.7 (1,2 – 0,2 SDS) (1,2 – 0,2 SDS) 1,0 0,3 -1,0
5.8 (1,2 – 0,2 SDS) (1,2 – 0,2 SDS) 1,0 -0,3 -1,0
7.1 (1,2 – 0,2 SDS) (1,2 – 0,2 SDS) 1,0 0,3
7.2 (0,9 + 0,2 SDS) (0,9 + 0,2 SDS) 1,0 -0,3
7.3 (0,9 + 0,2 SDS) (0,9 + 0,2 SDS) -1,0 0,3
Comb 7 (0,9 + 0,2 SDS) (0,9 + 0,2 SDS)
7.4 -1,0 -0,3
7.5 (0,9 – 0,2 SDS) (0,9 – 0,2 SDS) 0,3 1,0
7.6 (0,9 – 0,2 SDS) (0,9 – 0,2 SDS) -0,3 1,0
7.7 (0,9 – 0,2 SDS) (0,9 – 0,2 SDS) 0,3 -1,0
7.8 (0,9 – 0,2 SDS) (0,9 – 0,2 SDS) -0,3 -1,0

IV.4 Analisis Struktur Menggunakan SAP 2000


IV.4.1 Permodelan Struktur Menggunakan SAP 2000
Langkah – langkah dalam permodelan struktur pada SAP 2000 adalah
sebagai berikut.
a. Jalankan program SAP 2000
b. Pilih menu File → New Model
c. Pilih Satuan Kg, m, C, dan pilih 3D Frames → seperti gambar 4.29
Gambar 4. 29 Kotak Dialog New Model
d. Centang Use Custom Grid Spasing and Locate Origin → Edit Grid →
seperti gambar 4.30

Gambar 4. 30 Kotak Dialog 3d Frame


e. Pada X Grid Data isikan panjang dari setiap bentang bangunan arah sumbu
X untuk ke 4 model bangunan. Yaitu: 0,4,10,16,20,24,30,36,40
f. Pada Y Grid Data isikan panjang dari setiap bentang bangunan arah sumbu
Y untuk ke 4 model bangunan. Yaitu: 0,4,10,14,18,24,28
g. Pada Z Grid Data isikan tinggi dari ke 4 model bangunan. Yaitu:
0,5,9,13,17,21,25,29,33,37,41 → seperti pada gambar 4.31.
Gambar 4. 31 Define Grid System Data
h. Klik Ok → maka mucul seperti pada gambar 4.32

Gambar 4. 32 Tampilan Menu Utama Pemodelan MDGS, MDGTX,


MDGTY, MDGTXY

IV.4.2 Penginputan Material Property


Penginputan material property merupakan tahapan yang dilakukan
dimana property material beton bertulang yang akan dihitung, diinput ke
dalam program SAP2000. Data yang diinput pada tahapan ini diperoleh dari
data pada setiap model struktur bangunan yang telah direncanakan. Langkah-
langkah untuk penginputan property material dilakukan sebagai berikut:
1. Menginput data material beton
a. Pilih menu → Difine Materials….
b. Pilih Add New Materials → seperti pada gambar 4.33

Gambar 4. 33 Kotak Dialog Define Materials


c. Pada Add Material Property → seperti pada Gambar 4.34

Gambar 4. 34 Kotak Dialog Add Material Property


- Pada Region pilih user
- Ganti Material Type menjadi concrete (beton)
- Klik OK. Akan muncul kotak material property data. Seperti pada
gambar 4.35
Gambar 4. 35 Kotak Dialog Material Property Data
d. Pada Material Property Data Isikan data-data material beton yang telah
direncanakan, seperti berat jenis beton, mutu beton, dan elastisitas
beton.
- pada materal name masukan isikan Beton F’c 30
- Pada bagian weight and mass dibiarkan default isi = 2400 (berat jenis
beton)
- Di bagian unit pilih dan Klik N, mm, c
- Di bagian modulus of elasticity, E diisi dengan = 4700*(f’c)^0,5 lalu
di-enter atau klik di tempat lain akan keluar nilai E= 25742 (f’c
adalah mutu beton rencana)
- Di bagian poisson, U dan shear modulus G : default (nilai tidak perlu
diubah)
- Di bagian specified dan expected concrete compressive strength f’c
dan expected concrete compressive strength isi : 30 ( mutu beton
rencana)
e. Maka akan muncul seperti pada gambar 4.36
Gambar 4. 36 Kotak Dialog Input Data Material Beton
f. Klik Ok→ Klik Ok
2. Menginput data material baja tulangan lentur
a. Pilih menu Define → Materials…
b. Pilih Add New Materials → seperti pada Gambar 4.37

Gambar 4. 37 Kotak Dialog Define Materials


c. Maka akan muncul seperti pada gambar 4.38
Gambar 4. 38 Kotak Dialog Add Material Property (Rebar)
- Pilih User pada Region
- Ganti Material Type menjadi Rebar (Baja Tulangan)
- Klik Ok. Akan muncul kotak material property data.
d. Isikan data-data material baja tulangan yang telah direncanakan,
seperti mutu baja tulangan lentur dan mutu baja geser.

- Pada kotak di atas pada material name isi : Tul. Lentur BJ50
- Di bagian weight per unit volume isi = 7850 (berat jenis baja)
- Di bagian units, pilih dan Klik N, mm, c
- Di bagian modulus of elasticity E, isi =200000 (Ebaja = 200000
N/mm2)
- Di bagian poisson, U dan shear modulus G : default (tidak perlu
diubah)
- Di bagian other propeties, isi dengan nilai-nilai berikut:
 Minimum Yield Stress, Fy= 290 (mutu baja tulangan lentur BJ
55)
 Minimum Tensile Stress, Fu = 1,5*Fy = 435
 Expected Yield Stress, Fye = 1,1*Fy = 319
 Expected Tensile Stress, Fue = 1,5*Fye = 478,5
e. Klik Ok → Klik Ok. Seperti pada gambar 4.39
Gambar 4. 39 Kotak Input Data Material Baja tulangan lentur
3. Menginput data material baja tulangan geser
Untuk menginput data material baja tulangan geser lakukan hal yang sama
seperti menginput data material baja tulangan lentur seperti pada gambar
4.40

Gambar 4. 40 Kotak Input Data Material Baja tulangan geser


4. Setelah pendefenisian material beton dan tulangan maka tampilan kotak
dialog define material akan muncul seperti pada gambar 4.41 → Klik Ok

Gambar 4. 41 Kotak dialog Difine Materials

IV.4.3 Menginput Balok, Balok Anak, Kolom, Pelat Lantai, dan Dinding Geser
1. Dimensi Balok
Dimensi balok untuk arah B1,B2,L1,L2 pada semua pemodelan struktur,
direncanakan memiliki ukuran yang berbeda yaitu untuk bentang arah B1
30/40 cm, B2 30/60 cm, L1 30/40 cm, dan L2 30/60 cm. Proses penginputan
dimensi balok pada SAP2000 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Pilih Define → Section Properties → Frame Section seperti pada gamber
b. Pilih Add New Property pada kotak Frame Properties → maka akan
muncul seperti gambar 4.42.

Gambar 4. 42 Kotak Dialog Frame Properties


c. Pilih Concrete pada Frame Section Property Type
d. Klik pada Rectanguler seperti gambar 4.43
Gambar 4. 43 Kotak Input Frame Section Property
e. Maka akan muncul seperti pada gambar 4.44

Gambar 4. 44 kotak Input Dimensi Balok


− Di bagian Section Name isi : B1-30/40, B2-30/60, L1-30/40, L2 30/60
− Di bagian Dimensions: Depth B1 disi : 0,40 ; Width isi : 0,30
Gambar 4. 45 Input Dimensi Balok B1-30/40 cm
− Di bagian Dimensions: Depth B2 disi : 0,60 ; Width isi : 0,30

Gambar 4. 46 Input Dimensi Balok B2-30/60 cm


− Di bagian Dimensions: Depth L1 disi : 0,40; Width isi : 0,30

Gambar 4. 47 Input Dimensi Balok B2-30/60 cm


− Di bagian Dimensions: Depth L2 disi : 0,60 ; Width isi : 0,30
Gambar 4. 48 Input Dimensi Balok B2-30/60 cm
− Di bagian Material pilih dan Klik Beton f’c 30 Mpa
f. Klik concrete reinforcement
− Pada bagian longitudinal bars pilih: Tul. Lentur BJ55
− Pada bagian confinement bars pilih: Tul, Geser BJ37
− Pada bagian design type pilih Beam , maka terlihat seperti pada gambar
4.49. dan 4.50
− Klik Ok→ Klik Ok
Gambar 4. 49 Input Concrete Reinforcement Data Balok

Gambar 4. 50 Kotak Frame Properties


2. Dimensi Balok Anak
Dimensi balok anak untuk membuat Proses penginputan dimensi balok anak
pada SAP2000 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
g. Pilih Define → Section Properties → Frame Section seperti pada gamber
h. Pilih Add New Property pada kotak Frame Properties → maka akan
muncul seperti gambar 4.51

Gambar 4. 51 Kotak Dialog Frame Properties


i. Pilih Concrete pada Frame Section Property Type
j. Klik pada Rectanguler seperti gambar 4.52
Gambar 4. 52 Kotak Input Frame Section Property
k. Maka akan muncul seperti pada gambar 4.53

Gambar 4. 53 Kotak Input Dimensi Balok


− Di bagian Section Name isi : BA-30/40
− Di bagian Dimensions: Depth B1 disi : 0,40 ; Width isi : 0,30
Gambar 4. 54 Input Dimensi Balok BA-30/40 cm
1. Tahap selanjutnya adalah input frame baru untuk penempatan balok anak
latai 1-10 dengan cara sebagai berikut.
− Pastikan tampilan gambar kerja SAP XY-Plane lantai 1
− Membuat join ujung balok. Pilih menu Draw → Draw Special Joint.
− Pada Properties of Object bagian Offset X,Y,Z isikan nilai jarak
koordinat dari joint yang di tinjau ke joint yang akan di buat. Seperti
pada gambar 4.55

Gambar 4. 55 Membuat Joint/Titik


2. Setelah membuat joint/titik, lanjut pilih menu Draw → Draw
Frame/Cable/tendon. Seperti pada gambar 4.56

Gambar 4. 56 Membuat Frame/Garis

3. Membuat frame penempatan balok anak lantai 2-10, pilih semua Joint dan
Frame penempatan balok anak lantai 1.
Pilih menu Edit → Replicate → linear
− Pada menu Increments, dz di isi nilai 4 (beda tinggi tiap Lantai)
− Pada Increments Data, Number di isi nilai 8 (jumlah Salinan) seperti
pada gambar 4.57

Gambar 4. 57 Kotak Dialog Replicate


− Lalu akan muncul gambar permodelan gedung dengan balok anak
seperti pada gambar 4.58

Gambar 4. 58 Gambar 3d Dan 2d Permodelan Gedung Dengan Balok Anak


3. Dimensi Kolom
Dalam tugas akhir ini dimensi kolom untuk semua model sama yaitu K-
75/75 cm.. Langkah-langkah untuk menginput dimensi kolom pada program
SAP 2000 adalah sebagai berikut:
a. Pilih Add New Property → Frame Properties → seperti pada Gambar
4.59
Gambar 4. 59 Kotak Dialog Frame Properties
b. Pilih Concrete → Frame Section Property Type → pilih Rectanguler

Gambar 4. 60 Kotak menginput Frame Section Property


c. Maka akan muncul tampilan seperti pada gambar 4.61

Gambar 4. 61 Kotak penginputan Dimensi Kolom K-75/75


d. Pada kotak rectangular sections di atas lakukan:
− Di Section Name isi : K-75/75
− Di Dimensions: Depth isi : 0,75 ; Width isi : 0,75
− Di Material pilih dan Klik Beton F’c 30 Mpa
e. Klik concrete reinforcement
− Pada bagian longitudinal bars pilih: Tul. Lentur BJ 55
− Pada bagian confinement bars pilih: Tul, Geser BJ 37
− Pada Design type pilih column
− Klik OK, kembali ke kotak frame properties → maka akan muncul
seperti pada gambar 4.62

Gambar 4. 62 Menginput Concrete Reinforcement Data Untuk Kolom

Gambar 4. 63 Kotak Dialog Rectangular Section K-75/75


f. Selanjutnya mendefinisikan penampang dimensi kolom pada struktur
- Pilih semua kolok dengan dimensi K-75/75
- Klik Assign → Klik Frame → Klik Frame Sections
- Pilih dan Klik: K-75/75 → Klik Ok
4. Dimensi Pelat Lantai
Pelat lantai dan pelat atap yang direncanakan pada semua model bangunan
memiliki ketebalan yang sama yaitu 12 cm. Langkah-langkah penginputan
penampang pelat lantai dan pelat atap pada SAP 2000 yaitu sebagai berikut:
1. Pilih Define → Section Properties → Area Section → seperti pada
gambar 4.64

Gambar 4. 64 Kotak Dialog Area Section

- Pilih Shell pada Select Section Type To Add


- Klik Add New Section
2. Selanjutnya, pada kotak menginput Shell Section Data seperti pada
gambar 4.65
3. Beri nama penampang pelat pada Section Name, misal Pelat-Lantai dan
Pelat-Atap
4. Pada type pilih Shell – Thin. Tipe shell yaitu gabungan sifat dari plate dan
membrane. Plate adalah elemen luasan yang menahan gaya pada arah
tegak lurus bidang pelat, sedangkan membrane searah bidangnya.
Walaupun elemen pelat lantai hanya menerima beban arah tegak lurus
bidangnya saja, namun karena pada tugas akhir ini menggunakan model
3D, elemen pelat juga akan bergerak ke arah horisontal, dimana bisa
terjadi gaya searah bidang pelat, maka tetap digunakan elemen shell.
Sedangkan ketebalan pelat menggunakan tipe thin karena diperuntukan
untuk struktur gedung. Isikan data penampang pelat lantai dan pelat atap
yang telah ditentukan pada kotak penginputan Shell Section Data. Seperti
pada gambar 4.65

Gambar 4. 65 Kotak Menginput Shell Section Data Untuk Pelat Lantai


5. Tahapan penginputan penampang pelat atap sama dengan tahapan pada
penginputan pelat lantai seperti pada gambar 4.66

Gambar 4. 66 Kotak Menginput Shell Section Data Untuk Pelat Atap


6. Klik Set Modifiers..
- Membrane F11 Modifer isikan 0,25
- Membrane F22 Modifer isikan 0,25
- Membrane F12 Modifer isikan 0,25
- Bending M11 Modifer isikan 0,25
- Bending M22 Modifer isikan 0,25
- Bending M12 Modifer isikan 0,25

Gambar 4. 67 Kotak Modification Factor Pelat

7. Selajutnya mendefinisikan pelat lantai dal pelat atap pada struktur


- Pilih Draw Area → section → Pilih Pelat latai, seperti gambar 4.68

Gambar 4. 68 Kotak Dialog Properties of Object Pelat Lantai


- Menggambar pelat lantai sesuai gambar rencana, seperti pada
gambar 4.69

Gambar 4. 69 Model Plat Lantai 3D dan 2D


5. Dimensi Dinding Geser
Tabal dinding geser didapat dari hasil perhitungan yaitu tabal dinding geser
35 cm. Proses penginputan penampang dinding geser dalam SAP2000
langkah – langkah yang dilakukan sama dengan langkah dalam
penginputan pelat lantai dan pelat atap. Seperti pada gambar 4.70

Gambar 4. 70 Kotak Input Shell Section Data

Gambar 4. 71 Kotak Area sections


Untuk mendefinisikan dinding geser pada struktur berikut langkah-
langkahnya:
1. Pilih Draw Area →Section → dinding geser seperti pada gambar 4.72

Gambar 4. 72 Kotak Dialog Properties of Object Dinding Geser


2. Menggambar dinding geser sesuai rencana seperti pada gambar 4.73

Gambar 4. 73 Dinding geser 3D dan 2D


6. Mendefinisikan tumpuan
Langkah-langkah dalam mendefinisikan tumpuan dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Pilih semua joint bawah (tumpuan), baik secara langsung pada joint atau
windowing di sekitar joint
b. Pilih menu Assign → Joint → Restraints → Klik Ok → seperti gambar
4.74

Gambar 4. 74 Kotak Joint Restrains

IV.4.4 Pembebanan Struktur Pada SAP 2000


1. Beban Mati (DL)
Sebagai mana dijelaskan pada penjelasan sebelumnya bahwa elemen
Struktur (balok, kolom, pelat), dihitung secara otomatis oleh SAP200,
melalui (Self Weight Multiplier), oleh karena itu beban yang dihitung
hanya mengacu pada proses finising pelat. Sehingga semua beban mati
pada setiap model struktur memiliki nilai yang sama. Langkah-langkah
penginputan beban mati pada struktur sebagai berikut:
a. Pilih menu Define → Load Patterns... → seperti pada Gambar 4.75

Gambar 4. 75 Kotak Input Beban Mati


- Isikan nama beban pada Load Pattern Name, → Beban Mati
- Pilih Dead pada type untuk mendefinisikan beban mati (DL)
- Isikan angka nilai 1 (satu) pada Self Weight Multiplier (pengali berat
sendiri). Nilai 1 (satu) pada Self Weight Multiplier berarti bahwa berat
sendiri elemen struktur (balok, kolom, pelat) sudah dihitung otomatis
oleh SAP2000.
- Klik tombol Add New Load Pattern → Klik OK
b. Proses Perhitungan beban mati untuk setiap permodelan dengan
ketinggian 41 m (10 lantai). sebagai berikut:
- Pembebanan Lantai 1 s/d 9
 Berat Granit Tile = 22 kg/m2
 Berat Spesi Granit = 21 kg/m2
 Berat Plafon Kalsi Board 6 mm = 8,52 kg/m2
 Berat Penggantung Plafon = 11 kg/m2
 Berat ME = 25 kg.m2
Jumlah qd (pelat lantai) = 87,52 kg/m2
- Pembebanan Lantai Atap (10)
 Berat Screed Waterproof (t=7 cm) = 126 kg/m2
(0,07*1800)
 Berat Plafon Kalsi Board 6 mm = 8,52 kg/m2
 Berat Penggantung Plafon = 11 kg/m2
 Berat ME = 25 kg/m2
Jumlah qd (atap) = 170,52 kg/m2
c. Tahapan selanjutnya yaitu menginput beban mati yang telah dihitung
pada masing – masing model struktur. Menginput pembebanan (Beban
Mati) pada pelat lantai, terlebih dahulu pilih semua elemen pelat lantai
dengan cara windowing. Selanjutnya langkah-langkah akan dijelaskan
sebagai berikut:
- Pilih menu Assign → Area Loads → Uniform to Frame (Shell) →
seperti pada Gambar 4.76

Gambar 4. 76 Kotak Input Beban Mati untuk Pelat Lantai


- Pada Load Pattern pilih Beban Mati. Pastikan satuan dalam kg,m,C
- Isikan nilai Beban Mati untuk luasan pelat lantai dalam satuan kg/m2
Pilih Two-Way pada Load Distribution. Two way diartikan bahwa
beban didistribusikan ke 2 (dua) arah; memanjang dan melebar. →
Klik OK.
d. Untuk menetapkan pembebanan (Beban Mati) pada pelat atap, lakukan
hal yang sama seperti cara memasukan beban mati pada pelat lantai 1
s/d lantai 10.

Gambar 4. 77 Kotak Input Beban Mati untuk Pelat Atap

Gambar 4. 78 Hasil input beban mati pada SAP200

2. Beban Mati Tambahan (SDL)


Proses penginputan beban super dead berdasarkan dinding pada
denah ruangan masing-masing model dan bahan bangunan yang digunakan
untuk dinding. Tahapan input beban super dead pada masing-masing model
dilakukan sebagai berikut:
a. Pilih menu Define → Load Patterns… → seperti pada Gambar 4.79
Gambar 4. 79 Kotak Input Beban Super Dead Load
- Isikan nama beban pada Load Pattern Name, → Beban Mati
Tambahan (SDL)
- Pilih Super Dead pada type untuk mendefinisikan beban super dead
load (SDL)
- Isikan nilai 0 (nol) pada Self Weight Multiplier (pengali berat sendiri)
- Klik tombol Add New Load Pattern → Klik OK
b. Tahap selanjutnya adalah menetapkan beban super dead load yang
bekerja pada balok (beam). Beban super dead load pada seluruh variasi
permodelan struktur yaitu
- Berat Sendiri Dinding Beton Area Lift
- Berat Sendiri Dinding Penuh Bata Merah Tanpa Opening
- Berat Sendiri Dinding Penuh Bata Merah dengan Opening
- Berat sendiri Dinding Penuh Bata Ringan Dengan Opening
- Berat sendiri Dinding Penuh Bata Ringan Dengan Opening
c. Setelah menetapkan beban super dead load yang akan bekerja, maka
tahap selanjutnya adalah proses perhitungan beban super dead load
yang merupakan berat dinding tersebut.
 Berat Sendiri Dinding Beton Area Lift
= (4 – 0,6) x 0,4 x 2400 = 3264 kg/m
 Berat Berat Sendiri Dinding Penuh Bata ringan Tanpa Opening
= 4 x 60 = 240 kg/m
 Berat Sendiri Dinding Penuh Bata ringan Dengan Opening
= 4 x 60 x 0,9 = 216 kg/m
 Berat Sendiri Dinding Partisi Tanpa Opening
= (4 x 13,4) x 2 = 108,320 kg/m
 Berat Sendiri Dinding Penuh Bata Ringan Dengan Opening
= (4 x 13,4 x 0,9) x 2 = 97,49 kg/m
d. Setelah menghitung beban super dead load yang bekerja, tahap
selanjutnya adalah menginput beban-beban tersebut pada balok ke
dalam seluruh variasi permodelan struktur pada SAP2000 .

Gambar 4. 80 Kotak Input Beban Mati Tambahan untuk Beton Area Lift

Gambar 4. 81 Kotak Input Beban Mati Tambahan untuk Dinding Penuh


Bata Ringan Tanpa Opening
Gambar 4. 82 Kotak Input Beban Mati Tambahan untuk Dinding Penuh
Bata Ringan Dengan Opening

Gambar 4. 83 Kotak Input Beban Mati Tambahan untuk Dinding Partisi


Tanpa Opening

Gambar 4. 84 Kotak Input Beban Mati Tambahan untuk Dinding Partisi


Dengan Opening
Gambar 4. 85 Hasil input beban SDL pada SAP2000

3. Beban Hidup (Live Load)


Proses penginputan beban hidup ke dalam program SAP2000
dilakukan berdasarkan pada denah ruangan masing-masing model dan
beban hidup berdasarkan fungsi ruangan. Tahapan menginput beban hidup
pada masing-masing model dilakukan sama seperti menginput pada beban
mati. Tahapan menginput beban hidup dilakukan sebagai berikut:
a. Pilih menu Define → Load Patterns... → seperti pada Gambar 4.86.

Gambar 4. 86 Kotak Input Beban Hidup


b. Isikan nama beban pada Load Pattern Name, → Beban Hidup (LL)
c. Isikan angka nilai 0 (nol) pada Self Weight Multiplier (pengali berat
sendiri)
d. Klik tombol Add New Load Pattern → Klik OK
Tahap selanjutnya adalah melakukan penginputan beban hidup
berdasarkan fungsi ruangan pada setiap lantai dengan menggunakan menu
assign..:
- Penginputan beban hidup pada pelat lantai yang berfungsi sebagai lobby
- Penginputan beban hidup pada pelat lantai yang berfungsi sebagai
rauang
- Penginputan beban hidup pada pelat lantai yang berfungsi sebagai atap.

Gambar 4. 87 Hasil input beban hidup pada SAP

4. Beban Gempa
Model struktur pada penelita ini di asumsikan berada di Malang, Jawa
timur, dan diasumsikan bangunan memiliki kondisi tanah rata-rata (SD).
Sehingga beban gempa pada semua model struktur memiliki nilai yang
sama jumlahnya. Proses penentuan nilai beban gempa pada program SAP
200 berdasarkan SNI 1726-2019 adalah sebagai berikut.
a. Tinjau peta hazard gempa indonesia 2017 pada peta pulau jawa timur
untuk probabilitas gempa 2% dalam 50 tahun dan menpatkan percepatan
batuan dasar, yaitu:
Gambar 4. 88 Parameter gerak tanah Ss, respon spectrum 0.2 detik
(redaman kritis 5%)

Gambar 4. 89 Parameter gerak tanah S1, Respon Spektrum Periode 1


detik
b. Dari gambar 4.88 dan 4.89, didapat nilai Ss dan S1 yaitu
− Ss = 0,9
− S1 = 0,5
c. Menentukan koefisien situs Fa dan Fv
Dalam menentukan nilai koefisien situs Fa dan Fv ditinjau dari parameter
nilai Ss dan berdasarkan jenis tanah, maka didapat nilai Fa dan Fv yaitu:
− Fa = 1,12
− Fv = 1.9
d. Menentukan Nilai SMS dan SM1
− SMS = Fa x Ss = 1,12 x 0,8 = 1,008
− SM1 = Fa x S1 = 1,9 x 0,4 = 0,950
e. Menentukan nilai SDS dan SD1
− SDS = 2/3 x SMS = 2/3 x 0,896 = 0,672
− SD1 = 2/3 x SM1 = 2/3 x 0,75 = 0,633
f. Menentukan nilai TL
Untuk dapat menetukan nilai TL digunakan peta berikut.

Gambar 4. 90 Transisi Periode Panjang, TL, Wilayah Indonesia


− TL = 20 detik (Kota Malang Jawa Timur)
Berdasarkan Peta TL didapat nilai TL yaitu = 20 detik (Kota Malang)
g. Menggambar grafik Respon Spektrum Desain
Gambar grafik respon spektrum desain dilakukan dengan menggunakan
program SAP2000. Berdasarkan SNI 1726-2019 salah satu acuan
normatif yang digunakan adalah IBC 2018, International Building code
(dalam SAP2000 versi 18.2.0 hanya da IBC 2012). Tahapan selanjutnya
adalah menginput data respon spektrum ke dalam program SAP2000
dengan menggunakan pendekatan acuan IBC 2012 untuk SNI 1726-
2019.
Berikut cara menginput data respons spectrum ke dalam SAP 2000
a. Pilih menu Define → Function → Response Spectrum...maka akan
muncul seperti pada gambar 4.91.

Gambar 4. 91 Kotak Dialog Response Spectrum.


b. Pada Choose Function Type to Add pilih IBC 2012 untuk SNI 1726-
2019, lalu Klik Add New Function→ muncul seperti pada gambar
4.92

Gambar 4. 92 Kotak Dialog Define Respon Spektrum Functions


c. Pada kotak function Name diganti dengan “Respos Spectrum
Malang”, masukan nilai Ss, S1 dan kelas Situs (jenis tanah) dan
masukan nilai TLyang sudah ditentukan.
Gambar 4. 93 Kotak Dialog Input Data Respon Spectrum Functions

d. Klik Ok, maka muncul seperti gambar 4.94 dan Klik Ok lagi

Gambar 4. 94 Kotak Dialog Input Respon Spectrum Function


Definition
IV.4.5 Kombinasi Pembebanan SAP
Kombinasi beban pada metode kekuatan batas (ultimit) diperlukan agar
kekuatan struktur yang direncanakan sama atau lebih besar daripada kekuatan
kuat perlu yang terjadi karena beban berfaktor. Kombinasi beban yang
digunakan untuk analisa struktur mengacu pada SNI 2847-2019 Pasal 9.2.1,
yaitu:
Tabel 4. 20 Kombinasi Pembebanan Berdasarkan Nilai Sds Yang Diperoleh
Dari Peta Gempa Tahun 2017 (SNI 1726-2019)

KOMBINASI DL SDL LL Lr R Ex Ey
Comb 1 1.1 1,4 1,4
2.1 1,2 1,2 1,6 0,5
Comb 2
2.2 1,2 1,2 1,6 0,5
3.1 1,2 1,2 1,0 1,6
Comb 3
3.2 1,2 1,2 1,0 1,6
5.1 1,3344 1,3344 1,0 1,0 0,3
5.2 1,3344 1,3344 1,0 1,0 -0,3
5.3 1,3344 1,3344 1,0 -1,0 0,3
Comb 5 5.4 1,3344 1,3344 1,0 -1,0 -0,3
5.5 1,0656 1,0656 1,0 0,3 1,0
5.6 1,0656 1,0656 1,0 -0,3 1,0
5.7 1,0656 1,0656 1,0 0,3 -1,0
5.8 1,0656 1,0656 1,0 -0,3 -1,0
7.1 1,0344 1,0344 1,0 0,3
7.2 1,0344 1,0344 1,0 -0,3
7.3 1,0344 1,0344 -1,0 0,3
Comb 7 7.4 1,0344 1,0344 -1,0 -0,3
7.5 0,7656 0,7656 0,3 1,0
7.6 0,7656 0,7656 -0,3 1,0
7.7 0,7656 0,7656 0,3 -1,0
7.8 0,7656 0,7656 -0,3 -1,0
IV.4.6Penentuan Massa Struktur dan Diafragma
Didalam menganalisis perilaku dinamis, beban yang diberikan terhadap
struktur berasal dari percepatan gempa yang dikali dengan massa struktur.
Percepatan gempa sudah dimasukkan melalui function dan diberi faktor
pengali lewat analysis case. Pendefinisian massa struktur merupakan salah
satu hal penting dalam proses analisis, jika tidak tepat maka beban gempa
yang dihasilkan terlalu besar atau terlalu kecil. Langkah-langkah dalam
mendefinisikan massa struktur sebagai berikut:
1. Pilih menu Define pilih Mass Source. Seperti pada gambar 4.95.

Gambar 4. 95 Kotak Dialog Mass Source


2. Klik Add New Mass Source pada menu Clik to:
a. Pada kotak menu Mass Source Name beri nama misal “Massa
Bangunan”
b. Pada kotak Mass Sources centang Specified Load Patterns
c. Pada menu Load Pattern Pilih Beban Mati (DL)
d. Pada menu Multiplier Isi nilai 1,0 sebagai faktor pengali → Klik Add
e. Pilih Beban Mati Tambahan (SDL)
f. Pada menu Multiplier Isi nilai 1,0 sebagai faktor pengali → Klik Add
g. Pilih Beban Hidup (LL)
h. Pada menu Multiplier Isi nilai 0,3 sebagai faktor pengali → Klik Add
i. Klik OK
Gambar 4. 96 Kotak Dialog Mass Source Data
From Specified Load Patterns merupakan massa terhitung yang beralas
dari beban mati tambahan dan dari berat sendiri. Diafragma struktural
merupakan konponen seperti plat lantai atau atap yang berfungsi untuk
menyalurkan gaya yang bekerja dalam bidang komponen struktur ke elemen
vertikal sistem penahan gaya gempa. Untuk pendefinisian diafragma pada
SAP 2000 berikut langkah-langkah dibawah ini:
a. Pilih semua joint struktur dengan cara pilih Select → Klik All
b. Pilih menu Assign → Klik Join → Klik Constraints.. maka akan mucul
seperti pada gambar 4.97.

Gambar 4. 97 Kotak Dialog Joint Constrain


c. Klik Define Joint Constrain makan akan mucul seperti pada gambar
4.98.

Gambar 4. 98 Kotak Dialog Define Constraints


d. Pada Choose Constraint Type to Add pilih Diafragma, Klik tombol Add
New Constrsint maka akan muncul seperti pada gambar 4.99.

Gambar 4. 99 Kotak Diafragm Constraint


e. Pada kotak menu Constraint Name beri nama “Lt hx“, Pada Coonstraint
Axis centang Z Axis, centang Assign a different diaphragm contstraint
to each. sehingga SAP 2000 secara otomatis akan mendesain setiap
level Z sebagai lantai hx sesuai tinggi tingkat, sehingga tidak perlu
menginput definisi mengenai diafragma pada tiap lantai. Klik Ok Klik
Ok lagi, maka akan muncul seperti pada gamabar 4.100.
Gambar 4. 100 Kotak Dialog Assign Joint Constraints
f. Pilih Lt hx → Klik Apply → Ok
Untuk mencek apakah diafragma sudah terdefinisi secara otomatis
pada struktur banguna dapat kita lihat dengan cara pilih salah satu join
kemudian Klik kanan maka kita dapat melihat diafragma apakah sudah
terdefinisi atau belum sepeti pada gambar 4.401.

Gambar 4. 101 Mengecek Diafragma pada Struktur

IV.4.7 Analisa Modal


Berdasarkan SNI 1726-2019 pasal 7.9.1 mengenai analisis spektrum
respons ragam, analisis wajib dilakukan untuk menentukan ragam getar alami
pada struktur. Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk
mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi. Proses analisis modal
akan dijelaskan sebagai betikut:
1. Pilih menu Define klik Load Cases.

Gambar 4. 102 Kotak Dialog Define Load Case


2. Pilih MODAL Klik Modify/Show Load Cases
a. Pilih Ritz Vectors pada Types of Modes
b. Pada menu Number of Modes:
 Maximum Number of Modes diisi dengan jumlah lantai pada struktur.
Dengan berasumsi bahwa dalam satu lantai terdapat 3 DOF, sehingga
diambil Maximum Number of Modes = 3 x jumlah lantai, yaitu 3 x
10 = 30
 Minimum Number of Modes di isi dengan lantai terendah, misal = 1

 Target Dynamic Participation Rations (%) = 100 % untuk SNI 1726-


2019

c. Pada menu Load Type pilih Accel (acceleration ialah percepatan, karena
input response spectrum dalam satuan g atau percepatan gravitasi); dan
pada Load Name pilih UX percepatan arah gravitasi
d. Klik Add
e. Pada Load Type pilih Accel (acceleration = percepatan, karena prosess
input response spektrum dibuat dalam percepatan gravitasi) dan pada
Load Name pilih UY (percepatan pada arah Y)
f. Klik Add Klik OK
Gambar 4. 103 Menu Load Case Data – Modal Target
DynamicParticipation Rations (%) = 100 %

IV.5 Kontrol Analisis Terhadap Setiap Permodelan Gedung


IV.5.1 Sistem Rangka Gedung
Berdasarkan SNI 1726-2019 pasal 3.51.2 menjelaskan bahwa, sistem
struktur dengan rangka ruang lengkap untuk memikul beban gravitasi,
sedangkan tahanan terhadap gempa disediakan oleh dinding geser ataupun
oleh rangka breassing.
Berikut langkah-langkah membaca gaya gempa dasar pada SAP2000
a. Klik setiap joint pada lantai dasar yang terdapat dinding geser
b. Pilih menu Display → Show Table → Join Output → Reactions → pada
Select Load Case pilih gaya gempa Respon (RsX dan RsY) → Klik Ok
seperti pada gambar 4.104
Gambar 4. 104 Kotak Dialog Choose Tables For Display dan Select
Output Cases

Gambar 4. 105 Hasil Output Gaya Gempa Dasar Dinding Geser Pada
SAP2000

Hasil dari setiap permodelan struktur didapatkan presentase gaya


lateral dapat dilihat pada tabel 4.21
Tabel 4. 21 Pemeriksaan Syarat Sistem Rangka Gedung

MDGS

Arah Notasi Total Total Gaya Presentase


Fx Rangka - -%
636611,28
Dinding Geser 643781,29 100%
Fy Rangka - -%
665157,87
Dinding Geser 676873,49 100%

MDGTX

Arah Notasi Total Total Gaya Presentase


Fx Rangka - ---%
603638,8
Dinding Geser 608395,2 100%
Fy Rangka 603638,8 ---%
603638,8
Dinding Geser 620373,15 100%

MDGTY

Arah Notasi Total Total Gaya Presentase


Fx Rangka - ---%
516207,09
Dinding Geser 517421,87 100%
Fy Rangka - --- %
583271,55
Dinding Geser 592531,68 100 %

MDGTXY

Arah Notasi Total Total Gaya Presentase


Fx Rangka - ---%
764270,64
Dinding Geser 778394,11 100 %
Fy Rangka - ---%
655512,13
Dinding Geser 684204,95 100 %
Berdasarkan hasil analisis struktur dengan SAP2000 dari semua model
bangunnan sudah memenuhi syarat sistem rangka gedung, bahwa beban
lateral 100% dipikul oleh dinding geser.

IV.5.2 Periode Getaran


1. Periode Getaran Struktur MDGS (Model Dinding Geser Simetris
Horizontal)
Periode getaran struktur yang digunakan memiliki nilai batas maksimmum
dan batas minimum sesuai dengan nilai koefisien Ct dan X pada tabel (2.3)
serta nilai periode sesuai persamaan (2.1)-(2.5) yaitu:
a. Ta min = Ct x hnx = 0,0466 x 410,9 = 1,318
b. Ta maks = Cu x Ta min = 1,4 x 1,318 = 1,845
c. TSAP = 1,395489
(karena nilai SD1 = 0,633, maka Cu = 1,4) didapatkan dari tabel (2.4)
Nilai koefisien untuk batas atas Cu.
Nilai TSAP dapat dilihat pada gambar 4.106.

Gambar 4. 106 Kotak Dialog Dialog Modal Periods and Frequences


Dapat disimpulkan bahwa:
Ta min < TSAP < Ta maks
1,318 < 1,395489 < 1,845
TSAP sudah memenuhi karena, TSAP sudah di antara Ta min dan Ta
maks.
Catatan;
jika TSAP > Ta maks Maka lakukan Running ulang mengunakan Ta
maks dan jika TSAP < Ta min maka lakukan Running ulang mengunakan
Ta min.
2. Periode Getaran Struktur MDGTX (Model Dinding Geser Tidak
Simetris Horizontal Sumbu X Bangunan)
Periode getaran struktur yeng digunakan memiliki nilai batas maksimmum
dan batas minimum sesuai dengan nilai koefisien Ct dan X pada tabel (2.3)
serta nilai periode sesuai persamaan (2.1)-(2.5) yaitu:
a. Ta min = Ct x hnx = 0,0466 x 410,9 = 1,318
b. Ta maks = Cu x Ta min = 1,4 x 1,318 = 1,845
c. TSAP = 1,59825
Nilai TSAp dapat dilihat pada gambar 4.107.

Gambar 4. 107 Kotak Dialog Dialog Modal Periods and Frequences


Dapat disimpulkan bahwa:
Ta min < TSAP < Ta maks
1,318 < 1,59825< 1,845
TSAP sudah memenuhi karena, TSAP sudah di antara Ta min dan Ta
maks.
Catatan;
jika TSAP > Ta maks Maka lakukan Running ulang mengunakan Ta
maks dan jika TSAP < Ta min maka lakukan Running ulang mengunakan
Ta min.
3. Periode Getaran Struktur MDGTY (Model Dinding Geser Tidak
Simetris Horizontal Sumbu Y Bangunan)
Periode getaran struktur yeng digunakan memiliki nilai batas maksimmum
dan batas minimum sesuai dengan nilai koefisien Ct dan X pada tabel
(2.3)serta nilai periode sesuai persamaan (2.1)-(2.5) yaitu:
a. Ta min = Ct x hnx = 0,0466 x 410,9 = 1,318
b. Ta maks = Cu x Ta min = 1,4 x 1,318 = 1,845
c. TSAP = 1,498554
Nilai TSAP dapat dilihat pada gambar 4.108.

Gambar 4. 108 Kotak Dialog Modal Periods and Frequences


Dapat disimpulkan bahwa:
Ta min < TSAP < Ta min
1,318 < 1,498554 < 1,845
TSAP sudah memenuhi karena, TSAP sudah di antara Ta min dan Ta maks.
Catatan;
jika TSAP > Ta maks Maka lakukan Running ulang mengunakan Ta maks
dan jika TSAP < Ta min maka lakukan Running ulang mengunakan Ta min.
4. Periode Getaran Struktur MDGTXY (Model Dinding Geser Tidak
Simetris Horizontal Sumbu XY Bangunan)
Periode getaran struktur yeng digunakan memiliki nilai batas maksimmum
dan batas minimum sesuai dengan nilai koefisien Ct dan X pada tabel (2.3)
serta nilai periode sesuai persamaan (2.1)-(2.5) yaitu:
a. Ta min = Ct x hnx = 0,0466 x 410,9 = 1,318
b. Ta maks = Cu x Ta min = 1,4 x 1,318 = 1,845
c. TSAP = 1,323867
Nilai TSAP dapat dilihat pada gambar 4.109.

Gambar 4. 109 Kotak Dialog Modal Periods and Frequences


Dapat disimpulkan bahwa:
Ta min < TSAP < Ta maks
1,318 < 1,323867 < 1,845
TSAP sudah memenuhi karena, TSAP sudah di antara Ta min dan Ta
maks.
Catatan;
jika TSAP > Ta maks Maka lakukan Running ulang mengunakan Ta
maks dan jika TSAP < Ta min maka lakukan Running ulang mengunakan
Ta min.

IV.5.3 Gaya Gempa Dasar


Nilai gaya gempa dasar pada tiap permodelan struktur dapat ditampilkan
melalui langkah-langkah berikut ini:
a. Pilih menu Display → show table → pilih structure output → base
reaction → pada Select Load Case pilih gaya gempa Respon Spektrum
→ Klik OK → Klik OK .

Gambar 4. 110 Kotak Dialog Choose Table For Display


b. Pada Base Reactions, copy nilai RsX dan RsY

Gambar 4. 111 Kotak Dialog Base Reaction


Nilai berat total (Wt) pada setiap model struktur dapat ditampilkan dengan
langkah sebagai berikut :
a. Pilih menu Display → show table → pilih Other Definitions → Group
Data → Table; groups 3-Massa and Weights → pada Select Load Case
pilih Beban mati, Beban mati tambahan, dan Beban hidup → Klik OK →
Klik OK Seperti pada gambar 4.112

Gambar 4. 112 Kotak Dialog Choose Table For Display


b. Lalu akan muncul nilai Wt seperti pada gambar 4.113

Gambar 4. 113 Kotak Dialog Mass And Weights


1. Gaya Gempa Dasar struktur model MDGS (Model Dinding Geser
Simetris) didapat berdasarkan persamaan (2.8)-(2.9). Nilai koefisien Ie dan
R berturut-turut didapatkan dari Tabel 2.2 dan 2.3.
Menentukan nilai koefisien respon seismic Cs, sebagai berikut:
Cs1 = SDS / (R/Ie) = 0,672 / (6/1) = 0,112
Nilai Cs1 tidak perlu lebih besar dari:
CS maksimum = SD1 / [T*(R/Ie)] = 0,633/ [1,395489 *(6/1)] = 0,0756
Namun, nilai Cs1 tidak boleh kurang dari:
CS minimum = 0,044 × SDS × I = 0,044 × 0,672 × 1 = 0,0295
Keterangan:
a. Nilai SDS sebesar 0,672 didapatkan dari persamaan 2.14
b. Nilai SD1 sebesar 0,633 didapatkan dari Persamaan 2.15
c. Nilai R sebesar 6,0 didapatkan dari Tabel 2.4
d. Nilai Ie sebesar 1,0 didapatkan dari Tabel 2.3
Nilai koefisien respon seismic Cs, yang digunakan yaitu 0,0756, maka nilai
gaya geser nominal statik ekivalen sebesar:
Vstatik = Cs × Wt = 0,0756 × 86184,392= 6151,604 kN
Hasil nilai gaya gempa dasar pada output SAP2000 awal:
VSAP arah X = 6243,024 kN
VSAP arah Y = 6522,972 Kn
Berdasarkan SNI 1726-2019, Pasal 7.9.1.4, VSAP ≥ 100% Vstatik. 100%
Vstatik = 100% × 6151,540 = 6151,540 kN
Dari data yang diatas, bahwa gaya gempa dasar pada SAP2000 telah
memenuhi persyaratan, untuk mencapai syarat tersebut diperlukan faktor
skala. Setelah didapatkan faktor skala maka masukkan nilai sebagai
pengganti skala sebelumnya (I.g/R), kemudian akan dilakukan run analysis
kembali.
2. Gaya Gempa Dasar Struktur MDGTX (Model Dinding Geser Tidak
Simetris Horizontal Sumbu X Bangunan) didapatkan berdasarkan
persamaan (2.8)-(2.9). Nilai koefisien Ie dan R berturut-turut didapatkan
dari Tabel 2.2 dan 2.3.
Menentukan nilai koefisien respon seismic Cs, sebagai berikut:
Cs1 = SDS / (R/Ie) = 0,672 / (6/1) = 0,112
Nilai Cs1 tidak perlu lebih besar dari:
CS maksimum = SD1 / [T*(R/Ie)] = 0,633/ [1,59825 *(6/1)] = 0,0660
Namun, nilai Cs1 tidak boleh kurang dari:
CS minimum = 0,044 × SDS × I = 0,044 × 0,672 × 1 = 0,0295
Keterangan:
a. Nilai SDS sebesar 0,672 didapatkan dari persamaan 2.14
b. Nilai SD1 sebesar 0,633 didapatkan dari Persamaan 2.15
c. Nilai R sebesar 6,0 didapatkan dari Tabel 2.4
d. Nilai Ie sebesar 1,0 didapatkan dari Tabel 2.3
Nilai koefisien respon seismic Cs, yang digunakan yaitu 0,0660, maka nilai
gaya geser nominal statik ekivalen sebesar:
Vstatik = Cs × Wt = 0,0660 × 88886,32= 5867,359 kN
Hasil nilai gaya geser dasar pada output SAP2000 awal:
VSAP arah X = 8568,551 kN
VSAP arah Y = 5799,392 kN
Berdasarkan SNI 1726-2019, Pasal 7.9.1.4, VSAP ≥ 100% Vstatik 100%
Vstatik = 100% × 5867,359 = 5867,359 kN
Dari data yang diatas, bahwa gaya geser dasar pada SAP2000 sudah
memenuhi persyaratan, jika belum memenuhi maka untuk mencapai syarat
tersebut diperlukan faktor skala. Setelah didapatkan faktor skala maka
masukkan nilai sebagai pengganti skala sebelumnya (I.g/R), kemudian
akan dilakukan run analysis kembali
3. Gaya Gempa Dasar Struktur MDGTY (Model Dinding Geser Tidak
Simetris Horizontal Sumbu Y Bangunan) didapatkan berdasarkan
persamaan (2.8)-(2.9). Nilai koefisien Ie dan R berturut-turut didapatkan
dari Tabel 2.2 dan 2.3.
Menentukan nilai koefisien respon seismic Cs, sebagai berikut:
Cs1 = SDS / (R/Ie) = 0,672 / (6/1) = 0,112
Nilai Cs1 tidak perlu lebih besar dari:
CS maksimum = SD1 / [T*(R/Ie)] = 0,633/ [1,498554 * (6/1)] = 0,0704
Namun, nilai Cs1 tidak boleh kurang dari:
CSminimum = 0,044 × SDS × I = 0,044 × 0,672 × 1 = 0,0295
Keterangan:
a. Nilai SDS sebesar 0,672 didapatkan dari persamaan 2.14
b. Nilai SD1 sebesar 0,633 didapatkan dari Persamaan 2.15
c. Nilai R sebesar 6,0 didapatkan dari Tabel 2.4
d. Nilai Ie sebesar 1,0 didapatkan dari Tabel 2.3
Nilai koefisien respon seismic Cs, yang digunakan yaitu 0,0704, maka nilai
gaya geser nominal statik ekivalen sebesar:
Vstatik = Cs × Wt = 0,0704 × 64656,52 = 4551,897 kN
Hasil nilai gaya geser dasar pada output SAP2000 awal:
VSAP arah X = 5062,262 kN
VSAP arah Y = 5719,94 kN
Berdasarkan SNI 1726-2019, Pasal 7.9.1.4, VSAP ≥ 100% Vstatik 100%
Vstatik = 100% × 4551,897 = 4551,897 kN
Dari data yang diatas, bahwa gaya geser dasar pada SAP2000 sudah
memenuhi persyaratan, jika belum memenuhi maka untuk mencapai syarat
tersebut diperlukan faktor skala. Setelah didapatkan faktor skala maka
masukkan nilai sebagai pengganti skala sebelumnya (I.g/R), kemudian
akan dilakukan run analysis kembali..
4. Gaya Gempa Dasar Struktur MDGTXY (Model Dinding Geser Tidak
Simetris Horizontal Sumbu XY Bangunan) didapatkan berdasarkan
persamaan (2.8)-(2.9). Nilai koefisien Ie dan R berturut-turut didapatkan
dari Tabel 2.2 dan 2.3.
Menentukan nilai koefisien respon seismic Cs, sebagai berikut:
Cs1 = SDS / (R/Ie) = 0,627 / (6/1) = 0,112
Nilai Cs1 tidak perlu lebih besar dari:
CS maksimum = SD1 /[T*(R/Ie)] = 0,633/ [1,323867*(6/1) = 0,0797
Namun, nilai Cs1 tidak boleh kurang dari:
CSminimum = 0,044 × SDS × I = 0,044 × 0,672 × 1 = 0,0295
Keterangan:
a. Nilai SDS sebesar 0,672 didapatkan dari persamaan 2.14
b. Nilai SD1 sebesar 0,633 didapatkan dari Persamaan 2.15
c. Nilai R sebesar 6,0 didapatkan dari Tabel 2.4
d. Nilai Ie sebesar 1,0 didapatkan dari Tabel 2.3
Nilai koefisien respon seismic Cs, yang digunakan yaitu 0,0797 , maka
nilai gaya geser nominal statik ekivalen sebesar:
Vstatik = Cs × Wt = 0,0797 × 87722,946 = 6690,710 kN
Hasil nilai gaya geser dasar pada output SAP2000 awal:
VSAP arah X = 7494,932 kN
VSAP arah Y = 6428,378 kN
Berdasarkan SNI 1726-2019, Pasal 7.9.1.4, VSAP ≥ 100% Vstatik 100%
Vstatik = 100% × 6690,710 = 6690,710 kN
Dari data yang diatas, bahwa gaya geser dasar pada SAP2000 sudah
memenuhi persyaratan, jika belum memenuhi maka untuk mencapai syarat
tersebut diperlukan faktor skala.
Setelah didapatkan faktor skala maka masukkan nilai sebagai pengganti
skala sebelumnya (I.g/R), kemudian akan dilakukan run analysis kembali.
IV.5.4 Rasio Partisipasi Massa
Dari hasil pengecekan nilai rasio partisipasi massa pada model dinding
geser simetris horizontal (MDGS), Model Dinding Geser Tidak Simetris
Horizontal Sumbu X Bangunan, (MDGTX), Model Dinding Geser Tidak
Simetris Horizontal Sumbu Y Bangunan (MDGTY), dan model dinding geser
tidak simertis Horizontal Sumbu XY Bangunan (MDGTXY)
Tabel 4. 22 Evaluasi Rasio Partisipasi Massa
MDGS MDGTX MDGTY MDGTXY
Model Sum Sum Sum Sum Sum Sum Sum Sum
UX UY UX UY UX UY UX UY
1 0,68 0,68 0,67 0,68 0,69 0,62 0,65 0,66
2 0,68 0,69 0,69 0,68 0,69 0,72 0,69 0,67
4 0,89 0,69 0,69 0,89 0,91 0,72 0,69 0,88
5 0,89 0,89 0,69 0,89 0,91 0,92 0,69 0,88
-- --- --- --- --- --- --- --- ---
-- --- --- --- --- --- --- --- ---
27 0,99 0,99 0,98 0,99 1 0,99 0,98 0,99
28 0,99 0,99 0,99 0,99 1 1 0,99 0,99
29 1 0,99 1 0,99 1 1 0,99 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1

Kontrol rasio partisipasi massa struktur dari keempat model tersebut


merupakan tercapainya nilai mode shape sama dengan 1,00 (100%) pada
masing-masing variabel ketidak simetrisan dinding geser pada struktur. Mode
shape setiap permodelan struktur akibat perilaku dinamis gempa dibagi
menjadi partisipasi massa arah X (UX) dan rasio partisipasi massa arah Y
(UY).
IV.6 Evaluasi Struktur dengan Metode Respon Spektrum
Evaluasi struktur yaitu tahapan awal sebelum suatu struktur siap untuk
diambil gaya-gaya dalamnya guna proses desain. Hal ini dilakukan untuk
memastikan struktur memenuhi persyaratan periode getar struktur, dan
simpangan antar lantai untuk setiap model berdasarkan SNI 1726-2019 dapat
ditampilkan sebagai berikut:
IV.6.1 Periode Getaran (T)
Detail periode getaran struktur berdasarkan SNI 1726-2019 untuk setiap
model bangunan dapat dilihat pada tabel 4.23.
Tabel 4. 23 Periode Getaran Struktur disetiap model

Periode Getar Struktur


No Nama Model
a b
Model Dinding Geser Simetris
1 1,395489 0,022288
Horizontal (MDGS)
Model Dinding Geser Tidak Simetris
2 Horizontal Sumbu X Bangunan 1,59825 0,020702
(MDGTX)
Model Dinding Geser Tidak Simetris
3 Horizontal Sumbu X Bangunan 1,498554 0,021866
(MDGTY)
Model Dinding Geser Tidak Simetris
4 Horizontal Sumbu X Bangunan 1,323867 0,025045
(MDGTXY)

Keterangan :
Mode a = Mode shape yang memiliki periode terpanjang
Mode b = Mode shape yang memiliki periode terkecil
Periode getaran struktur dari keempat model tersebut kemudian
dievaluasi melalui perbandingan nilai periode getaran pada masing-masing
variabel ketidak simetrisan horizontal dinding geser. Evaluasi perbandingan
periode getaran pada setiap permodelan struktur dilakukan dengan
membandingkan nilai periode getaran mode shape terpanjang dan periode
getaran terkecil serta beberapa persentase perbandingan nilai periode getaran
bangunan dengan variable ketidaksimetrisan horizontal dinding geser terhadap
bangunan kontrol yang memiliki dinding simetris horizontal.
.
IV.6.2 Simpangan Antar Lantai (Drift Story)
Nilai Simpangan antar lantai yang dipilih pada setiap model struktur bangunan hanya pada kombinasi yang ada
beban gempa, pada kombinasi 5 dan 7. Dari hasil analisis yang telah diperoleh akan dipilih (seleksi) kombinasi
yang memiliki nilai simpangan yang terbesar untuk tiap permodelan struktur.
1. Simpangan antar lantai pada Model Dinding Geser Simetris Horizontal (MDGS) berdasarkan SNI 1726-2019.
Dapat diperhatikan pada tabel 4.24 dan tabel 4.25
Tabel 4. 24 Simpangan Antar Lantai Model Dinding Geser Simetris Horizotal Terhadap Gaya Gempa Arah
X
Load tot xe hex a Check
Story Combination Direction CD < a
mm mm mm mm mm
10 LC Max X 43,138 5,210 5 26,048 4,000 80 OK
9 LC Max X 37,928 5,295 5 26,473 4,000 80 OK
8 LC Max X 32,634 5,293 5 26,466 4,000 80 OK
7 LC Max X 27,341 5,204 5 26,018 4,000 80 OK
6 LC Max X 22,147 5,001 5 25,006 4,000 80 OK
5 LC Max X 17,136 4,670 5 23,351 4,000 80 OK
4 LC Max X 12,466 4,196 5 20,980 4,000 80 OK
3 LC Max X 8,270 3,516 5 17,805 4,000 80 OK
2 LC Max X 4,709 2,747 5 13,737 4,000 80 OK
1 LC Max X 1,961 1,961 5 9,806 5,000 100 OK

Tabel 4. 25 Simpangan Antar Lantai Model Dinding Geser Simetris Horizontal Terhadap Gaya Gempa
Arah Y
Load tot xe hex a Check
Story Combination Direction CD < a
mm mm mm mm mm
10 LC Max Y 40,866 4,811 5 24,056 4,000 80 OK
9 LC Max Y 36,055 4,910 5 24,548 4,000 80 OK
8 LC Max Y 31,145 4,930 5 24,649 4,000 80 OK
7 LC Max Y 26,216 4,869 5 24,344 4,000 80 OK
6 LC Max Y 21,347 4,704 5 23,522 4,000 80 OK
5 LC Max Y 16,643 4,424 5 22,118 4,000 80 OK
4 LC Max Y 12,219 4,013 5 20,066 4,000 80 OK
3 LC Max Y 8,206 3,456 5 17,281 4,000 80 OK
2 LC Max Y 4,750 2,713 5 13,653 4,000 80 OK
1 LC Max Y 2,019 2,019 5 10,095 5,000 100 OK
2. Simpangan antar lantai pada Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal Arah X (MDGTX) berdasarkan
SNI 1726-2019. Dapat diperhatikan pada tabel 4.26 dan tabel 4.27
Tabel 4. 26 Simpangan Antar Lantai Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal Sumbu X Terhadap
Gaya Gempa Arah X
Load tot xe hex a Check
Story Combination Direction CD < a
mm mm mm mm mm
10 LC Max X 30,582 3,466 5 17,332 4,000 80 OK

9 LC Max X 27,116 3,570 5 17,849 4,000 80 OK


8 LC Max X 23,546 3,615 5 18,073 4,000 80 OK

7 LC Max X 19,931 3,597 5 17,983 4,000 80 OK


6 LC Max X 16,335 3,499 5 17,495 4,000 80 OK
5 LC Max X 12,836 3,312 5 16,558 4,000 80 OK

4 LC Max X 9,524 3,025 5 15,126 4,000 80 OK


3 LC Max X 6,499 2,629 5 13,145 4,000 80 OK
2 LC Max X 3,670 2,113 5 10,566 4,000 80 OK

1 LC Max X 1,757 1,757 5 8,783 5,000 100 OK


Tabel 4. 27 Simpangan Antar Lantai Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal Sumbu X Terhadap
Gaya Gempa Arah Y
Load tot xe hex a Check
Story Combination Direction CD < a
mm mm mm mm mm

10 LC Max Y 49,776 5,942 5 29,708 4,000 80 OK

9 LC Max Y 48,834 6,050 5 30,249 4,000 80 OK

8 LC Max Y 37,785 6,056 5 30,218 4,000 80 OK


7 LC Max Y 31,728 5,967 5 29,837 4,000 80 OK

6 LC Max Y 25,761 5,754 5 28,769 4,000 80 OK

5 LC Max Y 20,007 5,398 5 26,991 4,000 80 OK

4 LC Max Y 14,609 4,881 5 24,404 4,000 80 OK

3 LC Max Y 9,728 4,179 5 20,893 4,000 80 OK

2 LC Max Y 5,550 3,260 5 16,299 4,000 80 OK

1 LC Max Y 2,290 2,290 5 11,449 5,000 100 OK


3. Simpangan antar lantai pada Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal sumbu Y (MDGTY) berdasarkan
SNI 1726-2019. Dapat diperhatikan pada tabel 4.28 dan tabel 4.29
Tabel 4. 28 Simpangan Antar Lantai Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal Sumbu Y Terhadap
Gaya Gempa Arah X
Load tot xe hex a Check
Story Combination Direction CD < a
mm mm mm mm mm
10 LC Max X 45,087 5,033 5 25,165 4,000 80 OK

9 LC Max X 40,054 4,878 5 24,392 4,000 80 OK


8 LC Max X 35,176 5,673 5 28,364 4,000 80 OK

7 LC Max X 29,503 5,299 5 26,495 4,000 80 OK

6 LC Max X 24,204 5,162 5 25,812 4,000 80 OK

5 LC Max X 19,042 4,894 5 24,468 4,000 80 OK


4 LC Max X 14,148 4,479 5 22,396 4,000 80 OK

3 LC Max X 9,669 3,897 5 19,486 4,000 80 OK

2 LC Max X 5,772 3,141 5 15,703 4,000 80 OK

1 LC Max X 2,631 2,631 5 13,156 5,000 100 OK


Tabel 4. 29 Simpangan Antar Lantai Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal Sumbu Y Terhadap
Gaya Gempa Arah Y
Load tot xe hex a Check
Story Combination Direction CD < a
mm mm mm mm mm

10 LC Max Y 41,594 4,461 5 22,306 4,000 80 OK

9 LC Max Y 37,133 4,681 5 23,405 4,000 80 OK

8 LC Max Y 32,452 4,791 5 23,955 4,000 80 OK

7 LC Max Y 27,661 4,813 5 24,066 4,000 80 OK

6 LC Max Y 22,848 4,725 5 23,624 4,000 80 OK

5 LC Max Y 18,123 4,517 5 22,585 4,000 80 OK

4 LC Max Y 13,606 4,179 5 20,897 4,000 80 OK

3 LC Max Y 9,427 3,693 5 18,464 4,000 80 OK

2 LC Max Y 5,734 3,051 5 15,253 4,000 80 OK

1 LC Max Y 2,683 2,683 5 13,417 5,000 100 OK


4. Simpangan antar lantai pada Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal sumbu XY (MDGTXY)
berdasarkan SNI 1726-2019. Dapat diperhatikan pada tabel 4.30 dan tabel 4.31
Tabel 4. 30 Simpangan Antar Lantai Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal Sumbu XY
Terhadap Gaya Gempa Arah X
Load tot xe hex a Check
Story Combination Direction CD < a
mm mm mm mm mm
10 LC Max X 37,088 4,323 5 21,613 4,000 80 OK

9 LC Max X 32,765 4,745 5 23,725 4,000 80 OK


8 LC Max X 28,020 4,893 5 24,466 4,000 80 OK

7 LC Max X 23,127 3,830 5 19,150 4,000 80 OK

6 LC Max X 19,297 4,205 5 21,023 4,000 80 OK

5 LC Max X 15,093 3,963 5 19,816 4,000 80 OK


4 LC Max X 11,130 3,728 5 18,640 4,000 80 OK

3 LC Max X 7,401 3,051 5 15,257 4,000 80 OK

2 LC Max X 4,350 2,429 5 12,143 4,000 80 OK

1 LC Max X 1,921 1,921 5 9,607 5,000 100 OK


Tabel 4. 31 Simpangan Antar Lantai Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal Sumbu XY
Terhadap Gaya Gempa Arah Y
Load tot xe hex a Check
Story Combination Direction CD < a
mm mm mm mm mm
10 LC Max Y 40,475 4,450 5 22,252 4,000 80 OK

9 LC Max Y 36,025 4,953 5 24,764 4,000 80 OK


8 LC Max Y 31,072 4,803 5 24,013 4,000 80 OK

7 LC Max Y 26,270 4,770 5 23,851 4,000 80 OK

6 LC Max Y 21,499 4,344 5 21,722 4,000 80 OK

5 LC Max Y 17,155 4,689 5 23,444 4,000 80 OK


4 LC Max Y 12,466 4,021 5 20,104 4,000 80 OK

3 LC Max Y 8,445 3,503 5 17,516 4,000 80 OK

2 LC Max Y 4,942 2,809 5 14,044 4,000 80 OK

1 LC Max Y 2,133 2,133 5 10,667 5,000 100 OK

Berikut contoh perhitungan simpangan antar lantai (drift story) pada model dinding geser tidak simetris
horizontal arah X untuk gempa arah X :

tot = 37,088 mm (output dari SAP200)


xe = 37,088 - 32,765 = 4,323 mm

Cd = 5 (Tabel 3.10 Faktor amplikasi simpangan)


∆x = 4,323 x 5 = 21,613 mm
hex = 4000 mm (tinggi lantai 10)

a = 0,02 * 4000 = 80 mm

Kontrol : ∆ < ∆a
21,613 < 80 ….Ok
Selanjutnya lakukan hal yang sama pada setiap lantai. Untuk perhitungan gempa arah Y lakukan hal yang sama
dengan cara diatas.
Simpangan antar lantai (driftstory) struktur dari keempat model tersebut kemudian dievaluasi melalui
perbandingan nilai simpangan antar lantai pada masing-masing variabel ketidaksimetrisan horizontal dinding
geser. Evaluasi perbandingan simpangan antar lantai pada setiap permodelan struktur dilakukan dengan
membandingkan nilai simpangan antar lantai arah X dan simpangan antar lantai arah Y terbesar serta berapa
persentase perbandingan nilai simpangan antar lantai terbesar bangunan dengan variabel MDGTX,
MDGTY,MDGTXY terhadap bangunan kontrol MDGS.
IV.7 Pembahasan dan Hasil
Dari data analisis yang telah diperoleh dari semua model berdasarkan
parameter analisisnya akan dibandingkan dalam bentuk bar chart. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketidaksimetrisan horizontal dinding geser
terhadap periode getaran, gaya geser dasar, rasio partisipasi massa, dan
simpangan antar lantai (drift story) berdasarkan SNI-1726-2019.
IV.7.1 Perbandingan Nilai Periode Getaran Struktur pada Mode MDGTX,
MDGTY dan MDGTXY Terhadap Mode Bangunan MDGS
Hasil analisis periode getaran struktur yang diperoleh pada setiap model
struktur akan ditampilkan dalam bentuk bar chart dan tabel. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui perbandingan nilai periode getar struktur dan berapa
presentase perbedaan nilai periode getar struktur pada model bangunan
MDGTX, MDGTY, MDGTXY terhadap model bangunan kontrol (MDGS).
Gambar bar chart dan tabel akan ditampilkan mengenai perbandingan nilai
periode getar struktur pada mode shape dengan periode terpanjang dan mode
shape dengan periode terpendek pada tiap permodelan struktur. Detail gambar
bar chart dan tabel untuk setiap permodelan struktur dapat dilihat sebagai
berikut
1. Periode Terpanjang (Ta) pada Mode Shape

Gambar 4. 114 Bar Chart Perbandingan Jumlah Mode Shape (Ta)


Terpanjang
Keterangan:
 MDGS = Model Dinding Geser Simetris Horizontal
 MDGTX = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horiontal
Arah X
 MDGTY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horiontal
Arah Y
 MDGTSXY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horiontal
Arah XY
Presentase perbedaan nilai periode mode shape terpanjang pada
model yang ditinjau yaitu model dinding geser simetris horizontal dan
model dinding geser tidak simetris horizontal yang ditampilkan pada tabel
4.32
Tabel 4. 32 Presentase Perbandingan Nilai Periode Mode Shape
Terpanjang Pada Model Yang Ditijau Terhadap Model Dinding
Geser Simetris Horizontal
No Nama Model Periode Selisih Presentase
1 MDGS 1,395489 (detik) -
2 MDGTX 1,59825 (detik) 15 (%)
3 MDGTY 1,498554 (detik) 8 (%)
4 MDGTXY 1,323867 (detik) 5 (%)
Analisis yang dilakukan mengenai pengaruh ketidak simetrisan
vertikal dinding geser pada struktur bangunan terhadap periode getaran
terpanjang (Ta) dengan mode bangunan MDGS sebagai bangunan kontrol
yang memiliki dinding geser simetris horizontal terhadap model MDGTX,
MDGTY dan MDGTXY yang memiliki dinding geser tidak simetris
horizontal. Berdasarkan gambar 4.112 dan tabel 4.32 Mengenai nilai
periode getaran terpanjang (Ta) didapatkan bangunan model MDGTX yang
memilliki nilai periode getaran terpanjang dibandingkan dengan model
bangunan yang di tinjau lainnya sebesar 1,59825 detik, mengalami
peningkatan periode getaran terhadap model bangunan MDGS (bangunan
kontrol) yang memiliki nilai periode getaran terpanjang (Ta) sebesar
1,393529 detik dengan presentase selisih 15 % dan model bangunan
MDGTXY yang memiliki nilai periode terkecil dibandingkan dengan
bangunan lainnya sebesar 1,323867 detik yang mengalami penurunan
periode getaran terhadap bangunan model MDGS (bangunan kontrol)
dengan presentase selisih sebesar 5%.
2. Periode Terpendek (Tb) pada Mode Shape

Gambar 4. 115 Bar Chart Perbandingan Jumlah Mode Shape (Tb)


Terpendek
Keterangan:
 MDGS = Model Dinding Geser Simetris Horizontal
 MDGTX = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horiontal
Sumbu X
 MDGTY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horiontal
Sumbu Y
 MDGTSVXY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horiontal
Sumbu XY
Presentase perbedaan nilai periode mode shape terpendek pada model yang
ditinjau yaitu model dinding geser simetris horizontal dan model dinding
geser tidak simetris horizontal yang ditampilkan pada tabel 4.33.
Tabel 4. 33 Presentase perbandingan Nilai Periode Mode Shape
Terpendek pada Model yang Ditijau terhadap Model Dinding Geser
Simetris Horizontal
No Nama Model Periode Selisih Presentase
1 MDGS 0,022288 (detik) -
2 MDGTX 0,020702 (detik) 7 (%)
3 MDGTY 0,021866 (detik) 2 (%)
4 MDGTXY 0,025045 (detik) 12 (%)
Analisis yang dilakukan mengenai pengaruh ketidak simetrisan
vertikal dinding geser pada struktur bangunan terhadap periode getaran
terpendek (Tb) dengan mode bangunan MDGS sebagai bangunan kontrol
yang memiliki dinding geser simetris horizontal terhadap model MDGTX,
MDGTY dan MDGTXY yang memiliki dinding geser tidak simetris
horizontal. Berdasarkan gambar 4.113 dan tabel 4.33 Mengenai nilai
periode getaran terpendek (Tb) didapatkan bangunan model MDGS
(bangunan kontol) yang memilliki nilai periode getaran terpendek
dibandingkan dengan model bangunan yang di tinjau lainnya sebesar
0,025045 detik, mengalami penurunan periode getaran terhadap model
bangunan MDGTX yang memiliki nilai periode getaran terpendek (Tb)
sebesar 0,020702 detik dengan presentase selisih 7 %.

IV.7.2 Perbandingan Nilai Gaya Gempa Dasar Struktur Pada Model MDGTX,
MDGTY, dan MDGTXY Terhadap Bangunan MDGS
Hasil analisis gaya gempa dasar struktur yang diperoleh pada tiap-tiap
model akan ditampilkan dalam bentuk bar chart dan tabel. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui perbandingan nilai gaya gempa dasar struktur dan berapa
presentase perbedaan nilai gaya gempa dasar struktur pada model bangunan
dengan MDGTX, model bangunan dengan MDGTY, model bangunan dengan
MDGTXY terhadap model bangunan kontrol (MDGS). Gambar bar chart dan
tabel akan ditampilkan mengenai perbandingan nilai gaya gempa dasar arah X
dan gaya gempa dasar arah Y pada struktur. Detail gambar bar chart dan tabel
untuk setiap permodelan struktur dapat dilihat sebagai berikut.
1. Gaya Gempa Dasar Arah X

Gambar 4. 116 Bar Chart Perbandingan Nilai Gaya Gempa Dasar Arah X
(Fx) Pada Model Bangunan Yang Ditijau Terhadap Bangunan Kontrol
Keterangan:
 MDGS = Model Dinding Geser Simetris Horizontal
 MDGTX = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah X
 MDGTY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah Y
 MDGTXY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah XY
Presentase perbedaan nilai gaya gempa gempa dasar arah X pada
model yang ditinjau yaitu model dinding geser simetris horizontal dan
model dinding geser tidak simetris horizontal akan ditampilkan seperti
pada tabel 4.34
Tabel 4. 34 Presentase perbandingan Nilai Gaya Gempa Dasar arah X (Fx)
pada Model yang Ditijau terhadap Model Dinding Geser Simetris
Horizontal
Nilai Gaya
No Nama Model Selisih Presentase
Gempa Dasar
1 MDGS 6234,024 (kN) -
2 MDGTX 8568,551 (kN) 37 (%)
3 MDGTY 5062,262 (kN) 19 (%)
4 MDGTXY 7494,932 (kN) 20 (%)
Analisis yang dilakukan mengenai pengaruh ketidaksimetrisan
horizontal dinding geser pada struktur bangunan terhadap gaya gempa
dasar arah X (Fx), dengan model bangunan MDGS sebagai bangunan
kontrol terhadap model MDGTX, MDGTY dan MDGTXY. Berdasarkan
gambar 4.114 dan tabel 4.34 Mengenai nilai gaya gempa dasar arah X (Fx)
didapatkan model bangunan MDGTX yang memiliki gaya gempa dasar
arah X (Fx) terbesar dibandingkan dengan model bangunan yang ditinjau
lainnya sebesar 8568,551 kN, mengalami penaikan nilai gaya gempa dasar
arah X (Fx) terhadap model bangunan MDGS (bangunan kontol) yang
memiliki gaya gempa dasar sebesar 6234,024 kN dengan selisih presentase
sebesar 37 % dan model bangunan MDGTY memiliki nilai gaya gempa
dasar arah X (Fx) terkecil dibandingkan dengan model bangunan lainnya
sebesar 5062,262 kN mengalami penurunan terhadap model bangunan
MDGS (bangunan kontrol) dengan selisih presentase sebesar 19 %.
2. Gaya Gempa Dasar Arah Y

Gambar 4. 117 Bar Chart Perbandingan Nilai Gaya Gempa Dasar Arah Y
(Fy) Pada Model Bangunan Yang Ditijau Terhadap Bangunan Kontrol
Keterangan:
 MDGS = Model Dinding Geser Simetris Horizontal
 MDGTX = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah X
 MDGTY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah Y
 MDGTXY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah XY
Presentase perbedaan nilai gaya gempa geser dasar arah Y pada
model yang ditinjau yaitu model dinding geser simetris horizontal dan
model dinding geser tidak simetris horizontal akan ditampilkan seperti
pada tabel 4.35.
Tabel 4. 35 Presentase Perbandingan Nilai Gaya Gempa Dasar Arah Y
(Fy) Pada Model Yang Ditijau Terhadap Model Dinding Geser
Simetris Horizontal
Nilai Gaya
No Nama Model Selisih Presentase
Gempa Dasar
1 MDGS 6522,972 (kN) -
2 MDGTX 5799,392 (kN) 11 (%)
3 MDGTY 5719,94 (kN) 12 (%)
4 MDGTXY 6428,379 (kN) 1 (%)
Analisis yang dilakukan mengenai pengaruh ketidaksimetrisan
horizontal dinding geser pada struktur bangunan terhadap gaya gempa
dasar arah Y (Fy), dengan model bangunan MDGS sebagai bangunan
kontrol terhadap model MDGTX, MDGTY dan MDGTXY. Berdasarkan
gambar 4.115 dan tabel 4.35 Mengenai nilai gaya gempa dasar arah Y (Fy)
didapatkan model bangunan MDGTXY yang memiliki gaya gempa dasar
arah Y (Fy) terbesar dibandingkan dengan model bangunan yang ditinjau
lainnya sebesar 6428,378 kN, mengalami penurunan nilai gaya gempa
dasar arah Y (Fy) terhadap model bangunan MDGS (bangunan kontol)
yang memiliki gaya gempa dasar sebesar 6522,972 kN dengan selisih
presentase sebesar 1% dan model bangunan MDGTY memiliki nilai gaya
gempa dasar arah Y (FY) terkecil dibandingkan dengan model bangunan
lainnya sebesar 5719,94 kN mengalami penurunan terhadap model
bangunan MDGS (bangunan kontrol) dengan selisih presentase sebesar
12%.

IV.7.3 Perbandingan Nilai Rasio Partisipasi Massa Struktur pada Model


MDGTX,MDGTY, dan MDGTXY Terhadap Model Bangunan MDGS
Hasil analisis rasio partisipasi massa struktur yang diperoleh pada tiap-
tiap model akan ditampilkan dalam bentuk bar chart dan tabel. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui perbandingan nilai gaya gempa dasar struktur
dan berapa presentase perbandingan nilai rasio partisipasi massa struktur pada
model bangunan dengan MDGTX, model bangunan dengan MDGTY, model
bangunan dengan MDGTXY terhadap model bangunan kontrol (MDGS).
Gambar bar chart dan tabel akan ditampilkan mengenai perbandingan jumblah
mode rasio partisipasi massa UX dan UY untuk mencapai 100%. Detail
gambar bar chart dan tabel untuk setiap permodelan struktur dapat dilihat
sebagai berikut.
1. Rasio Partisipasi Massa (UX)

Gambar 4. 118 Bar chart perbandingan jumblah mode shape rasio


partisipasi massa (UX) terbesar pada model bangunan yang ditinjau
terhadap bangunan kontrol
Keterangan:
 MDGS = Model Dinding Geser Simetris Horizontal
 MDGTX = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah X
 MDGTY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah Y
 MDGTXY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah XY
Persentase perbandingan jumlah mode shape rasio partisipasi massa
(UX) pada model yang ditinjau yaitu model bangunan kontrol dan model
bangunan dengan tonjolan denah akan ditampilkan seperti pada tabel 4.36.
Tabel 4. 36 Persentase Perbandingan Jumlah Mode Rasio Partisipasi
Massa (nx) pada Model yang Ditinjau terhadap Model Bangunan
Kontrol
No Nama Model Jumlah Mode Shape
1 MDGSV 29 (n)
2 MDGTSVX 29 (n)
3 MDGTSVY 27(n)
4 MDGTSVXY 30 (n)
Analisis yang dilakukan mengenai pengaruh ketidaksimetrisan
vertikal dinding geser pada struktur bangunan terhadap rasio partisipasi
massa arah X dengan model bangunan MDGS sebagai bangunan kontrol
terhadap model MDGTX, MDGTY dan MDGTXY. Berdasarkan gambar
4.116 dan tabel 4.35 Mengenai jumlah mode shape yang sudah
mendapatkan partisipasi massa terkombinasi sebesar 100% didapatkan
pada semua model bangunan dengan jumlah mode shape 27-30. Pada mode
shape 27-30 semua model bangunan sudah mendapatkan partisipasi massa
ragam terkombinasi sebesar 100%.
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai ketidaksimetrisan
horizontal dinding geser terhadap rasio partisipasi massa untuk mode
shape terpanjang arah X , Karena semua model struktur sudah
mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar 100% pada
mode shape antara 27 sampai mode shape ke 30.
2. Rasio Partisipasi Massa (UY)

Gambar 4. 119 Bar chart perbandingan jumblah mode shape rasio


partisipasi massa (UY) terbesar pada model bangunan yang ditinjau
terhadap bangunan kontrol
Keterangan:
 MDGS = Model Dinding Geser Simetris Horizontal
 MDGTX = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah X
 MDGTY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah Y
 MDGTXY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah XY
Presentase perbandingan jumlah mode shape rasio partisipasi massa
(UY) pada model yang ditinjau yaitu model bangunan kontrol dan model
bangunan dengan tonjolan denah akan ditampilkan seperti pada tabel 4.37
Tabel 4. 37 Persentase Perbandingan Jumlah Mode Rasio Partisipasi
Massa (ny) pada Model yang Ditinjau terhadap Model Bangunan
Kontrol
No Nama Model Jumlah Mode Shape
1 MDGS 30 (n)
2 MDGTX 30 (n)
3 MDGTY 28 (n)
4 MDGTXY 29 (n)
Analisis yang dilakukan mengenai pengaruh ketidaksimetrisan
horizontal dinding geser pada struktur bangunan terhadap rasio partisipasi
massa arah Y dengan model bangunan MDGS sebagai bangunan kontrol
terhadap model MDGTX, MDGTY dan MDGTXY. Berdasarkan gambar
4.117 dan tabel 4.36 Mengenai jumlah mode shape yang sudah
mendapatkan partisipasi massa terkombinasi sebesar 100% didapatkan
pada semua model bangunan dengan jumlah mode shape 28-30. Pada mode
shape 28-30 semua model bangunan sudah mendapatkan partisipasi massa
ragam terkombinasi sebesar 100%.
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai ketidaksimetrisan
horizontal dinding geser terhadap rasio partisipasi massa untuk mode shape
terpanjang arah Y , Karena semua model struktur sudah mendapatkan
partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar 100% pada mode shape
antara 28 sampai mode shape ke 30.

IV.7.4 Perbandingan Nilai Simpangan Antar Lantai Struktur pada Model


MDGTX, MDGTY, dan MDGTXY Terhadap Model MDGS
Hasil analisis nilai simpangan antar lantai struktur yang diperoleh pada
tiap-tiap model akan ditampilkan dalam bentuk bar chart dan tabel. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui perbandingan nilai simpangan antar lantai struktur
dan berapa presentase perbedaan nilai simpangan antar lantai struktur pada
model bangunan dengan MDGTX, model bangunan dengan MDGTY, model
bangunan dengan MDGTXY terhadap model bangunan kontrol (MDGS).
Gambar bar chart dan tabel akan ditampilkan mengenai perbandingan nilai
simpang antar lantai arah X dan gaya gempa dasar arah Y pada struktur. Detail
gambar bar chart dan tabel untuk setiap permodelan struktur dapat dilihat
sebagai berikut.

1. Simpangan Antar Lantai ( X)

Gambar 4. 120 Bar Chart Perbandingan Nilai Simpangan Antar Lantai (

X) Terbesar Pada Model Bangunan Yang Ditinjau Terhadap Bangunan


Kontrol
Keterangan:
 MDGS = Model Dinding Geser Simetris Horizontal
 MDGTX = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah X
 MDGTY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah Y
 MDGTXY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah XY
Presentase perbandingan nilai simpangan antar lantai ( x) pada

model yang ditinjau yaitu model bangunan kontrol dan model bangunan
ketidaksimetrisan horizontal dinding geser akan ditampilkan seperti pada
tabel 4.38
Tabel 4. 38 Persentase Perbandingan Nilai Simpangan Antar Lantai (

X) Terbesar Pada Model Yang Ditinjau Terhadap Model Bangunan

Kontrol
Nilai
No Nama Model Simpangan Selisih Presentase
antar lantai
1 MDGS 26,473 (mm) -
2 MDGTX 18,073 (mm) 32 (%)
3 MDGTY 28,364 (mm) 7 (%)
4 MDGTXY 24,466 (mm) 8 (%)
Analisis yang dilakukan mengenai pengaruh ketidaksimetrisan horizontal
dinding geser pada struktur bangunan terhadap simpangan antar lantai arah X (

x) dengan model bangunan MDGS sebagai bangunan kontrol terhadap model

MDGTX, MDGTY dan MDGTXY. Berdasarkan gambar 4.118 dan tabel 4.38

Mengenai nilai simpangan antar lantai arah X ( x) didapatkan model bangunan

MDGSY yang memiliki simpangan antar lantai arah X ( x) terbesar

dibandingkan dengan model bangunan yang ditinjau lainnya sebesar 28,364

mm, mengalami penaikan nilai simpangan antar lantai arah X ( x) terhadap

model bangunan MDGS (bangunan kontol) yang memiliki simpangan antar


lantai sebesar 26,473 mm, dengan selisih presentase sebesar 7% dan model

bangunan MDGTX memiliki nilai simpangan antar lantai arah X ( x) terkecil


dibandingkan dengan model bangunan lainnya sebesar 18,073 mm, mengalami
penurunan terhadap model bangunan MDGS (bangunan kontrol) dengan selisih
presentase sebesar 32%.

2. Simpangan Antar Lantai ( Y)

Gambar 4. 121 Bar Chart Perbandingan Nilai Simpangan Antar Lantai (

Y) Terbesar Pada Model Bangunan Yang Ditinjau Terhadap Bangunan


Kontrol
Keterangan:
 MDGS = Model Dinding Geser Simetris Horizontal
 MDGTX = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah X
 MDGTY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah Y
 MDGTXY = Model Dinding Geser Tidak Simetris Horizontal
Arah XY
Presentase perbandingan nilai simpangan antar lantai ( Y) pada

model yang ditinjau yaitu model bangunan kontrol dan model bangunan
ketidaksimetrisan horizontal dinding geser akan ditampilkan seperti pada
tabel 4.39

Tabel 4. 39 Persentase Perbandingan Nilai Simpangan Antar Lantai


(∆Y) Terbesar Pada Model Yang Ditinjau Terhadap Model
Bangunan Kontrol
Nilai
No Nama Model Simpangan Selisih Presentase
antar lantai
1 MDGS 24,649 (mm) -
2 MDGTX 30,281 (mm) 23 (%)
3 MDGTY 24,066 (mm) 2 (%)
4 MDGTXY 24,764 (mm) 0,1 (%)
Analisis yang dilakukan mengenai pengaruh ketidaksimetrisan horizontal
dinding geser pada struktur bangunan terhadap simpangan antar lantai arah Y (

Y) dengan model bangunan MDGS sebagai bangunan kontrol terhadap model

MDGTX, MDGTY dan MDGTXY. Berdasarkan gambar 4.119 dan tabel 4.38

Mengenai nilai simpangan antar lantai arah Y ( Y) didapatkan model bangunan

yang ditinjau MDGTX yang memiliki simpangan antar lantai arah Y ( Y)

terbesar dibandingkan dengan model bangunan yang ditinjau lainnya sebesar

30,281 mm, mengalami penaikan nilai simpangan antar lantai arah Y ( Y)

terhadap model bangunan MDGS (bangunan kontol) yang memiliki simpangan


antar lantai sebesar 24,649 mm, dengan selisih presentase sebesar 23%.
Sedakan model bangunan MDGTXY memiliki simpangan antar lantai arah Y (

Y) terkecil dibandingkan dengan model bangunan yang ditinjau lainnya

sebesar 24,764 mm, mengalami penaikan nilai simpangan antar lantai arah Y (

Y) terhadap model bangunan MDGS (bangunan kontol) yang memiliki

simpangan antar lantai sebesar 24,649 mm, dengan selisih presentase sebesar
0,1%.

IV.8 Hubungan Antara Periode Getaran, Gaya Gempa Dasar dan Simpangan
Antar Lantai Pada Setiap Model Penempatan Ketidaksimetrisan Horizontal
Dinding Geser
Hubungan antara periode getaran, gaya gempa dasar, dan simpangan antar
lantai pada setiap variasi model penempatan dinding geser dapat dilihat pada
tabel 4.40
Tabel 4. 40 Hubungan Antara Periode Getaran, Gaya Gempa Dasar, Dan
Simpangan Antar Lantai Pada Setiap Model Penempatan ketidaksimetrisan
Horizontal Dinding Geser

Gaya Gaya
Simpangan Simpangan
Gempa Gempa
Periode Antar Antar
Dasar Dasar
Nama Getaran Lantai (X) Lantai (Y)
No (X) (Y)
Model
Detik kN kN mm mm

1 MDGS 1,395489 6234,024 6522,972 26,473 24,649


2 MDGTX 1,59825 8568,551 5799,392 18,073 30,281

3 MDGTY 1,498554 5062,262 5719,94 28,364 24,066

4 MDGTXY 1,323867 7494,932 6428,379 24,466 24,764

Berdasarkan teori kinerja struktur, suatu struktur dapat dikatakan aman jika
memenui syarat dimana nilai periode getaran struktur terbesar (+) ,gaya gempa
dasar arah x terkecil (-), dan simpangan antar lantai arah x terkecil (-). Dari tabel
4.40 didapatkan periode getaran arah x terbesar pada MGDTX sebesar 1,59825
detik, gaya gempa dasar arah x terkecil pada MGDTY sebesar 5062,262 kN, nilai
simpangan antar lantai arah x terkecil pada MDGTX sebesar 18,073 mm. Dari
tabel variasi model bagunan, model bangunan arah x yang dapat dipilih adalah
model MGDTX karena lebih dominan dimana periode getaran terbesar, gaya
gempa dasar terbesar, dan simpangan antar lantai terkecil. Meskipun model
bangunan MGDTX tidak menunjukan gaya gempa dasar terkecil, bisa
disebabkan oleh pengaruh penempatan dinding geser yang tidak simetris. Model
bangunan yang harus di hindari adalah MGDTXY karena memiliki nilai periode
getaran terkecil, gaya gempa dasar besar, dan simpangan antar lantai besar,. Ini
berbanding terbalik dengan syarat teori kinerja struktur.
Berdasarkan teori kinerja struktur, suatu struktur dapat dikatakan aman jika
memenui syarat dimana nilai periode getaran struktur terbesar (+) ,gaya gempa
dasar arah y terkecil (-), dan simpangan antar lantai arah y terkecil (-). Dari tabel
4.40 didapatkan periode getaran arah y terbesar pada MGDTX sebesar 1,59825
detik, gaya gempa dasar arah y terkecil pada MGDTY sebesar 5719,94 kN, nilai
simpangan antar lantai arah y terkecil pada MDGTYsebesar 24,066 mm. Dari
tabel variasi model bagunan, model bangunan arah y yang dapat dipilih adalah
model MGDTY karena lebih dominan dimana periode getaran besar, gaya gempa
dasar terkecil, dan simpangan antar lantai besar. Meskipun model bangunan
MGDTY tidak menunjukan periode getaran yang terbesar akan te, ini bisa
disebabkan oleh pengaruh penempatan dinding geser yang tidak simetris. Model
bangunan yang harus di hindari adalah MGDTXY karena memiliki nilai periode
getaran terkecil, gaya gempa dasar besar, dan simpangan antar lantai besar. Ini
berbanding terbalik dengan syarat teori kinerja struktur.

Anda mungkin juga menyukai