Anda di halaman 1dari 120

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA


PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

(Studi Kasus: Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol Medan)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat untuk


Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

SHERLY MEYKLYA SEMBIRING


09 0424 066

BIDANG STUDI STRUKTUR


PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

(Studi Kasus: Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol Medan)


TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh


Ujian Sarjana Teknik Sipil

Dikerjakan oleh :

SHERLY MEYKLYA SEMBIRING


09 0424 066

Pembimbing :

Ir. Syahrizal, MT
NIP : 19611231 198111 1 001
Penguji I Penguji II

Ir. Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc. Yusandy Aswad, ST, MTNIP.


NIP. 19560326 198103 1003 NIP. 19731109 200012 1 001

Mengesahkan

Koordinator, PPSE Ketua

Departemen T. Sipil FT USU Departemen T. Sipil FT USU

Ir. Zulkarnain A. Muiz, M. Eng.Sc Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan


NIP: NIP:19560326 198103 1003 NIP : 19561224 198103 1 002

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini

dengan baik. Adapun judul tugas akhir ini adalah:

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG
(Studi Kasus: Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol Medan)

Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat untuk menempuh ujian sarjana ekstensi pada Fakultas Teknik Departemen

Teknik Sipil Universiatas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan,

bantuan dan dorongan moril serta spiritual dari berbagai pihak sehingga dapat

menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk itu, dengan kerendahan hati dan rasa hormat

penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universiatas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Dosen Pembimbing dan Sekretaris Departemen

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universiatas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc, selaku Dosen Penguji dan Koordinator

PPSE Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universiatas Sumatera

Utara.

4. Bapak Yusandy Aswad, ST, MT, selaku Dosen Penguji Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universiatas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


5. Bapak dan Ibu staff pengajar Departemen Teknik Sipil yang telah membimbing

dan mendidik penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

6. Pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Universiatas Sumatera Utara.

7. Bapak Ronald Sembiring, ST, selaku SHEO kontrak PP (Persero).

8. Bapak Drs. Ir. Tagor MR Simatupang, M.Hum, selaku Ketua A2K4 Wilayah

Propinsi Sumatera Utara.

9. Ayahanda tercinta Mehamat Sembiring dan Ibunda tercinta Kelan Surbakti yang

sangat mendukung baik dalam dorongan moral maupun material.

10. Seluruh sahabat mahasiswa stambuk ‟09 ekstensi dan rekan-rekan lainnya yang

turut berperan serta dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna, namun

diharapkan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

pengembangan dalam bidang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Medan, Desember 2013

Penulis

Sherly Meyklya Sembiring


NIM : 090424066

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian


dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pelaksanaan penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung
Siloam Hospital dan mengetahui tingkat keberhasilan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek tersebut.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan
analisis univariat. Kuantitatif ialah pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah
ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode
ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek
pembangunan gedung Siloam Hospital berdasarkan hasil penyebaran kuesioner. Data
yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan penyebaran kuesioner. Penyebaran
kuesioner diberikan kepada 9 responden untuk pekerja dan 9 responden untuk
pegawai/staff manajemen yang berdasarkan 5 kriteria dalam SMK3 yang masing-
masing memiliki elemen. Setiap elemen diberi nilai yang apabila „ya‟ bernilai (+1)
dan „tidak‟ bernilai (0). Nilai tersebut menghasilkan frekuensi dan persentase yang
menyimpulkan keberhasilan penerapan SMK3 di proyek tersebut.
Penelitian ini menghasilkan hasil evaluasi untuk nilai tingkat keberhasilan
penerapan SMK3 di proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dengan perincian;
Kebijakan K3 (92.19%), Perencanaan (87.54%), Penerapan dan Operasi Kegiatan
(91.05%), Evaluasi (92%) dan Tinjauan Manajemen (96.29%). Maka diperoleh total
penerapan SMK3 sebesar 91.81 % yang tergolong dalam kategori nomor 3 yaitu
tingkat pencapaian 85-100% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan
peringkat bendera emas.

Kata Kunci: SMK3, proyek konstruksi, evaluasi.

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x

DAFTAR NOTASI.................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................... 4

1.5. Batasan Maasalah .......................................................................................... 5

1.6. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 5

1.7 Sistematika Penulisan .......................................... …………………………..6

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………. .8

2.1. Umum ............................................................................................................ 8

2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................................ 8

2.2.1. Keselamatan Kerja .............................................................................. 9

2.2.2. Kesehatan Kerja........................................................................................ 10

2.3. Tujuan Penerapan K3 .................................................................................. 11

2.4. Kecelakaan Kerja......................................................................................... 11

2.5. Alasan Mendasar Perlunya Standar K3 ....................................................... 13

iv

Universitas Sumatera Utara


2.6. Defenisi SMK3 ............................................................................................ 14

2.7. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan ...................................... 17

2.8. Acuan/Elemen-Elemen Penerapan SMK3 .................................................. 20

2.8.1. Komitmen dan Kebijakan K3 ........................................................... 20

2.8.2. Perencanaan ...................................................................................... 21

2.8.2.1. Perencanaan IBPR ......................................................................... 22

2.8.2.2. Pemenuhan UU dan Persyaratan Lainnya ...................................... 23

2.8.2.3. Sasaran dan Program K3 ................................................................ 26

2.8.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan ...................................................... 27

2.8.3.1. Sumber Daya, S. Organisasi, Pertanggungjawaban ....................... 27

2.8.3.2. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian ......................................... 28

2.8.3.2. Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultansi ................................... 29

2.8.4. Evaluasi/Pemeriksaan ....................................................................... 32

2.8.4.1. Pengukuran dan Pemantauan ......................................................... 33

2.8.4.2. Evaluasi dan Kepatuhan ................................................................. 33

2.8.4.3. Penyelidikan Insiden, dan Pencegahan .......................................... 34

2.8.4.4. Pengendalian Rekaman .................................................................. 35

2.8.4.5. Audit Internal ................................................................................. 35

2.8.5. Tinjauan Manajemen......................................................................... 36

2.9. Pengendalian Resiko ................................................................................... 38

2.10. Program Kerja K3...................................................................................... 39

2.11. Perlengkapan dan Peralatan K3 ................................................................. 42

2.12. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data .............................................. 48

2.11.1. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 48

2.11.2. Teknik Pengolahan Data ................................................................. 49

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODOLOGI PENELITIAN …...…………………………...…… .54

3.1. Uraian Umum .............................................................................................. 54

3.2. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 55

3.3. Tahap dan Prosedur Penelitian .................................................................... 55

3.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................... 56

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 56

3.4.2. Teknik Pengolahan Data ................................................................... 14

3.5. Hasil Analisis Data ...................................................................................... 58

3.6. Bagan Alir Metodologi Penelitian ............................................................. 60

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…...…….…………………...62

4.1. Umum .......................................................................................................... 62

4.2. Profil Perusahaan ......................................................................................... 63

4.2.1. Deskripsi Proyek ............................................................................... 63

4.2.2. Data Teknis Proyek ........................................................................... 63

4.2.3. Lokasi Proyek ................................................................................... 64

4.3. Visi dan Misi Perusahaaan .......................................................................... 64

4.4. Pelaksanaan Penerapan SMK3 Proyek Siloam Hospital ............................. 65

4.4.1. Komitmen dan Kebijakan Perusahaan K3 ........................................ 65

4.4.2. Perencanaan (Safety Plan) Perusahaan ............................................. 66

4.4.2.1. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko ............................... 66

4.4.2.2. Pemenuhan Undang-undang K3 .................................................... 68

4.4.2.3. Sasaran dan Program Kerja K3 ...................................................... 70

4.4.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan ...................................................... 73

4.4.3.1. Sumber Daya, S.Organisasi & Pertanggungjawaban ..................... 73

vi

Universitas Sumatera Utara


4.4.3.2. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian ......................................... 14

4.4.3.3. Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultansi ................................... 75

4.4.4. Pengukuran dan Evaluasi .................................................................. 79

4.4.4.1. Audit Internal ................................................................................. 79

4.4.5. Tinjauan Manajemen......................................................................... 80

4.5. Keberhasilan Penerapan SMK3 Proyek Siloam Hospital ........................... 81

4.5.1. Evaluasi Penerapan SMK3 untuk Para Pekerja ................................ 82

4.5.1.1. Kebijakan K3 ................................................................................. 82

4.5.1.2. Perencanaan ................................................................................... 83

4.5.1.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan ................................................... 84

4.5.2. Jumlah Frekuensi untuk Pekerja ....................................................... 86

4.5.3. Evaluasi Penerapan SMK3 untuk Pegawai/Staff ............................. 88

4.5.3.1. Adanya Kebijakan K3 .................................................................... 88

4.5.3.2. Adanya Perencanaan ...................................................................... 89

4.5.3.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan ................................................... 91

4.5.3.4. Evaluasi .......................................................................................... 92

4.5.3.5. Tinjauan Manajemen...................................................................... 95

4.5.4. Jumlah Frekuensi untuk Pegawai/Staff ............................................. 97

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.……...………………………................102

5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 102

5.2. Saran ......................................................................................................... 103

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Jadwal Pelaksanaan Program SHE ............................................................ 79

4.2. Jumlah Reponden Kriteria Kebijakan K3 ................................................... 76

4.3. Jumlah Reponden Kriteria Perencanaan K3 ............................................... 83

4.4. Jumlah Reponden Kriteria Penerapan dan Operasi Kegiatan ..................... 85

4.5. Jumlah Persentase untuk Pekerja ................................................................ 87

4.6. Jumlah Reponden Kriteria Kebijakan K3 ................................................... 88

4.7. Jumlah Reponden Kriteria Perencanaan K3 ............................................... 90

4.8. Jumlah Reponden Kriteria Penerapan dan Operasi Kegiatan ..................... 92

4.9. Jumlah Reponden Kriteria Evaluasi ........................................................... 94

4.10. Jumlah Reponden Kriteria Tinjauan Manajemen ...................................... 96

4.11. Jumlah Persentase untuk Pegawai/Staff Manajemen ................................. 97

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Bagan Alir (Flow Chart) Metodologi Penelitian......................................... 61

4.1. Denah Lokasi Proyek .................................................................................. 64

4.2. Struktur Organisasi Tanggap Darurat……………………………………... 73

4.3. Kebijakan K3 .............................................................................................. 83

4.4. Perencanaan K3 .......................................................................................... 84

4.5. Penerapan dan Operasi Kegiatan ................................................................ 86

4.6. Kebijakan K3 .............................................................................................. 89

4.7. Perencanaan K3 .......................................................................................... 91

4.8. Penerapan dan Operasi Kegiatan ................................................................ 93

4.9. Evaluasi/Pemeriksaan ................................................................................ 95

4.10. Tinjauan Manajemen................................................................................. 96

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

P2K3 : Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SHE : Safety Health Environmental

SHEO : Safety Health Environmental Officer

SOM : Site Operational Manager

SAM : Site Administrasi Manager

SEM : Site Engineering Manager

GSP : General Super Intendant

SP : Super Intendant

PM : Project Manager

QC : Quality Control

IBPR : Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko

SIB : Surat Ijin Berkendara

APD : Alat Pelindung Diri

P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

PPE : Personal Protective Equipment (Alat Pelindung Diri)

Rata-rata

jumlah keseluruhan persentase

jumlah masing-masing persentase terhadap kriteri

: jumlah kriteria

xi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian


dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pelaksanaan penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung
Siloam Hospital dan mengetahui tingkat keberhasilan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek tersebut.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan
analisis univariat. Kuantitatif ialah pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah
ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode
ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek
pembangunan gedung Siloam Hospital berdasarkan hasil penyebaran kuesioner. Data
yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan penyebaran kuesioner. Penyebaran
kuesioner diberikan kepada 9 responden untuk pekerja dan 9 responden untuk
pegawai/staff manajemen yang berdasarkan 5 kriteria dalam SMK3 yang masing-
masing memiliki elemen. Setiap elemen diberi nilai yang apabila „ya‟ bernilai (+1)
dan „tidak‟ bernilai (0). Nilai tersebut menghasilkan frekuensi dan persentase yang
menyimpulkan keberhasilan penerapan SMK3 di proyek tersebut.
Penelitian ini menghasilkan hasil evaluasi untuk nilai tingkat keberhasilan
penerapan SMK3 di proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dengan perincian;
Kebijakan K3 (92.19%), Perencanaan (87.54%), Penerapan dan Operasi Kegiatan
(91.05%), Evaluasi (92%) dan Tinjauan Manajemen (96.29%). Maka diperoleh total
penerapan SMK3 sebesar 91.81 % yang tergolong dalam kategori nomor 3 yaitu
tingkat pencapaian 85-100% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan
peringkat bendera emas.

Kata Kunci: SMK3, proyek konstruksi, evaluasi.

iii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang cukup banyak menggunakan

berbagai peralatan, baik canggih maupun manual. Peralatan ini dilaksanakan di lahan

yang terbatas luasnya dalam berbagai jenis kegiatan sehingga menyebabkan resiko

tinggi terhadap kecelakaan. Di samping peralatan, berkurangnya pengetahuan

pekerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta kepedulian dalam hal

pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

Berdasarkan data PT Jamsostek Provinsi wilayah I, jumlah kasus kecelakaan

kerja di Sumatera Utara tahun 2009 cabang Medan sebanyak 744 kasus kecelakaan

kerja, sedangkan sepanjang tahun 2012 telah terjadi kecelakaan kerja 2062 kasus dan

berdasarkan data Agustus 2013 telah terjadi 1197 kecelakaan Kerja. (Suaraburuh,

2013). Dalam hal klasifikasi kondisi kerja ditemukan bahwa kecelakaan dengan alat

pengaman tidak sempurna mencapai angka yang cukup dominan yaitu 78.87% dan

kecelakaan dengan menggunakan peralatan tidak seharusnya mencapai 6.21%.

Sementara untuk klasifikasi berdasarkan sumber kecelakaan dengan menggunakan

mesin (press, bor dan gergaji) mendominasi angka 39.88% dan dengan perkakas

kerja tangan mencapai 14.44% (Shaleh, 2009).

Dilihat dari data kecelakaan yang ada, menunjukkan bahwa pekerjaan

konstruksi merupakan kegiatan yang beresiko tinggi terhadap kecelakaan. Banyak

penyebab kecelakaan kerja yang sering terjadi dalam pekerjaan konstruksi

mengurangi keberhasilan proyek tersebut. Penyebab utama kecelakaan kerja adalah

kurang optimalnya pelaksanaan K3, sedangkan penyebab dasar yang sebenarnya

Universitas Sumatera Utara


adalah Mis Management yang artinya manajemen tidak melakukan upaya

pencegahan kecelakaan kerja seiring dengan kegiatan manajemen perusahaan. Oleh

karena itu, pelatihan dan implementasi K3 sangat penting untuk mengurangi resiko

kecelakaan kerja dan meminimalisir korban jiwa dan meningkatkan produktivitas

kerja karyawan sebab usaha menyelamatkan kehidupan manusia juga merupakan

tanggung jawab moral yang sangat mendasar dari semua pihak yang terkait terlepas

dari tingkat pemahamannya terhadap aturan, besar kecilnya skala proyek ataupun

jenis posisi jabatan yang diembannya pada proyek konstruksi. (Santoso, 2004)

Pelatihan dan implementasi K3 dapat dilihat dalam suatu pendekatan sistem yaitu

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Karena

pada prinsipnya kecelakaan kerja akibat perbuatan manusia (human error) bisa

dicegah dengan pengawasan dan kualifikasi SMK3 yang diperketat oleh pengawasan

dari pemerintah pusat maupun dinas. (Rifki, 2013)

SMK3 merupakan sistem yang lebih bertanggung jawab dalam berupaya

untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera beserta bebas

dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Logawa, 2007). Sistem manajemen ini

juga merupakan suatu set elemen yang saling terkait yang digunakan untuk

menetapkan kebijakan, sasaran dan pencapaian sasaran. Sasaran tersebut meliputi

struktur organisasi, rencana aktivitas (termasuk analisa risiko dan penetapan

objektif), tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya. SMK3 terdiri

dari lima prinsip dasar acuan elemen yaitu kebijakan, perencanaan, penerapan dan

operasi kegiatan, evaluasi atau pemeriksaan dan tinjauan manajemen atau usaha

tindakan perbaikan.

Prinsip dasar SMK3 sebenarnya sudah ada dalam perundang-undangan sejak

tahun 1970. Dalam peraturan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun

Universitas Sumatera Utara


1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa bahwa setiap tenaga kerja

berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

Salah satu kendala yang mengganjal penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek konstruksi adalah adanya

anggapan bahwa penerapan SMK3 di sektor konstruksi memakan biaya tinggi dan

pengusaha yang peduli keselamatan kerja para karyawannya apabila memasukkan

biaya K3 dalam dokumen penawarannya kemungkinan jadi pemenang tender sebab

tawarannya pasti bukanlah tawaran yang terendah. Begitu pula survei ILO

menyatakan bahwa dari tingkat competitiveness karena faktor K3 Indonesia adalah

negara ke 2 dari bawah dari lebih 100 negara yang disurvei. (Suparno, 2007).

Namun dengan adanya dalam ketentuan yang jelas tertulis dalam Permen PU

Nomor: 09/PRT/M/2008 pasal 11 butir 2 yang menjelaskan bahwa “Penyedia Jasa

wajib memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan

Umum dalam harga penawaran pengadaan jasa konstruksi..dst”.

Keberhasilan penerapan SMK3 di dalam suatu proyek dapat dilihat dari

pencapaian target menuju kondisi nol kecelakaan (zero accident). Untuk itu, maka 5

kriteria dasar SMK3 dalam suatu proyek dievaluasi kebenarannya yang menandakan

nilai ukur keberhasilan penerapan SMK3 suatu proyek. Keberhasilannya dapat

terlihat dari tingkat pencapaian nilai ukur menurut standar nilai yang tertulis dalam

suatu Peraturan Pemerintah. Dalam penyusunan tugas akhir ini, akan dievaluasi

bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital yang dilihat dari tingkat

keberhasilan penerapannya. Evaluasi penerapan SMK3 dilaksanakan di proyek ini

karena sebagaimana juga telah disebutkan bahwa proyek tersebut memiliki visi

Universitas Sumatera Utara


sebagai Sustaining Performance with Sustanable Environment Through Green

Construction yang artinya memiliki komitmen yang tinggi terhadap lingkungan yang

menjadi bahagian dari kesehatan lingkungan dan mempunyai misi dan target

„Menjadi Juara dalam Quality, Safety and House Keeping Award‟.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang disusun dalam penyusunan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital?

2. Kendala apa yang dapat menghambat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek ini?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pelaksanaan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital.

2. Mengetahui tingkat keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Penyusunan tugas akhir ini diharapkan akan sangat bermanfaat bagi:

1. Masyarakat jasa konstruksi sebagai bahan masukan terutama bagi perusahaan-

perusahaan penyedia jasa yang baru akan memulai penerapan SMK3 di

perusahaan masing-masing.

Universitas Sumatera Utara


2. Bahan masukan untuk para instansi pengguna jasa yang dalam ketentuan SMK3

disebut juga sebagai pihak yang turut berperan dalam kegiatan penerapan SMK3.

3. Penulis sendiri sebagai bahan pengalaman dan penambahan pengetahuan dan

wawasan.

1.5. Batasan Masalah

Bagaimana kondisi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dan

apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja pada proyek tersebut.

1.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyusunan tugas akhir ini

ada dalam langkah sebagai berikut:

1. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi atau hal-hal yang diketahui oleh responden. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan metode kuesioner dengan sistem check list dimana responden

membubuhkan tanda check () pada kolom yang sesuai.

2. Analisis Data

Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan SMK3, digunakan metode

deskriptif kualitatif. Pengertian dari deskriptif adalah penggambaran terhadap suatu

permasalahan, sedangkan kualitatif adalah cara penyajian terhadap suatu

permasalahan. Maka dari itu metode deskriptif kualitatif dalam penulisan tugas akhir

ini ialah menggambarkan kegiatan dan pengelolaan SMK3 pada proyek

pembangunan gedung Siloam Hospital secara sederhana dan menyeluruh.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan SMK3 di

proyek ini digunakan metode kuantitatif dan analisis univariat. Kuantitatif ialah

pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah ada, sedangkan analisis univariat

ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode ini dipakai untuk mengukur

tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung Siloam

Hospital berdasarkan hasil penyebaran kuesioner.

3. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka diperoleh dari bacaan buku-buku, makalah, majalah dan

internet yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau untuk penulisan Tugas

Akhir ini yang di dalamnya terdapat susunan seperti pengertian, undang-undang,

faktor-faktor terbentuknya dan gambaran prinsip dasar Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dan pembahasan laporan Tugas Akhir ini disusun

sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang pemilihan topik penelitian, permasalahan yang ada,

pembatasan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai dan sistematika

pembahasannya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian mengenai teori dasar tentang penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diteliti langsung dalam studi kasus

Universitas Sumatera Utara


pembangunan gedung Siloam Hospital, serta teori Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut undang-undang.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan dan cara pengumpulan

data dalam studi kasus pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital.

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan berdasarkan penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ada di lapangan,

serta memuat perbandingan dan kesimpulan antara studi kasus di lapangan dan

penerapan SMK3 menurut undang-undang.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang penutup dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan dari hasil

penelitian yang dilaksanakan, serta saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Umum

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memiliki peranan penting dan

sangat menentukan dalam kegiatan perusahaan. Dalam melaksanakan pekerjaannya,

setiap tenaga kerja akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan kesehatan kerja

yang datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut karena setiap perusahaan yang

memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih mempunyai potensi

bahaya dalam kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan

penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, dengan adanya Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) akan membawa iklim keamanan dan

ketenagaan kerja, sehingga membantu hubungan tenaga kerja dan pengusaha yang

merupakan landasan kuat bagi kelsncaran produksi. Begitu juga, sudah saatnya para

pelaku insustri jasa konstruksi secara bersama-sama memikirkan penerapan SMK3

konstruksi yang lebih baik dalam pelaksanaan proyek. (Sutarto, 2008)

Dari keinginan tersebut, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) yang secara berkesinambungan merupakan hal yang perlu

didorong agar dapat lebih meyakinkan tercapainya lingkungan kerja yang aman,

sehat dan sejahtera. Penerapan SMK3 merupakan suatu kebijaksanaan yang

mempunyai arti penting dalam upaya peningkatan kualitas SDM maupun

perlindungan tenaga kerja dari aspek ekonomi, sosial, budaya dan politis.

2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan pemberian perlindungan

kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara


pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan

lingkungan sekitar tempat kerja. (Permen, 2008). K3 juga merupakan suatu hal yang

penting dalam sektor konstruksi demi kelancaran suatu pembangunan pada setiap

proyek maupun dalam proses operasionalnya. Perusahaan harus menjunjung tinggi

keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Bekerja dengan selamat lebih

diutamakan dari produksi. Keselamatan kerja dan kesehatan kerja memiliki

pengertian yang berbeda sebagai berikut:

2.2.1. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan suatu pekerjaan. (Suma‟mur, 1981)

Keselamatan kerja dapat berkenaan di suatu tempat kerja konstruksi bangunan yang

berhubungan dengan para pekerja dan karyawan. Keselamatan kerja juga

menyangkut segenap produksi dan distribusi baik barang maupun jasa serta sarana

untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.

Adapun tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas

nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efsien. (Silalahi,

1985).

Dalam upaya melaksanakan pekerjaan dengan selamat, perlu

dipertimbangkan beberapa faktor yaitu; manusia, mesin, material, metode kerja dan

lingkungan kerja. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor manusia merupakan

Universitas Sumatera Utara


faktor kecelakaan terbesar yaitu sebesar 85%. Maka dari itu, usaha keselamatan

selain ditujukan kepada teknik mekanik, juga harus memperhatikan secara khusus

untuk aspek manusiawi. Dalam hal ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan

kerja kepada tenaga kerja merupakan sarana penting. (Suma‟mur, 1981)

2.2.2. Kesehatan Kerja

Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan oleh

manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor

kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris „health‟ yang tidak hanya berarti

terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat

secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat

secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan

bahwa pengertian kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial

kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Kesehatan adalah

konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi serta kemampuan fisik.

Sedangkan menurut Suma‟mur pada tahun 1981 defenisi kesehatan kerja adalah

spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar

pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau

mental maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan

dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Kesehatan kerja memang harus diperhatikan, untuk itu perlu dilakukan

pemeriksaaan terhadap seluruh karyawan yang mencakup hal berikut:

a. Pemeriksaan kesehatan karyawan (pekerja baru dan pekerja lama).

b. Lingkungan tempat kerja (debu, kebisingan, pencahayaan, getaran dan gas-gas

berbahaya).

10

Universitas Sumatera Utara


c. Ergonomis (tempat duduk, alat kerja, dimensi kerja dan lain-lain).

2.3. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ialah sebagai

berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan baik secara

fisik, sosial dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dengan

seefektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Luckyta, 2012)

2.4. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak

terduga dikarenakan di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan lebih

dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang

berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Penyebab dari kecelakaan di

berbagai tempat kegiatan konstruksi tidak sama. Namun memiliki kesamaan umum

yang dibedakan dalam 2 golongan:

a. Tindakan atau perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human acts) yang berarti manusialah penyebab dari kecelakaan. Tindakan yang

membahayakan (unsafe human acts) dapat berupa sikap sebagai berikut:

11

Universitas Sumatera Utara


1) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan (bekerja bukan pada

kewenangannya).

2) Gagal menciptakan keadaan yang baik sehingga menjadi tidak aman atau

memanas.

3) Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya.

4) Memakai Alat Pelindung Diri (APD) atau safety hanya berpura-pura.

5) Menggunakan peralatan yang tidak layak.

6) Pengurusan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi

manusia.

7) Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja di tempat kerja.

8) Mengangkat dan mengangkut beban yang berlebihan.

b. Keadaan lingkungan yang tidak nyaman (unsafe conditions) yang berarti situasi

atau keadaan lingkungan sekitarlah yang menyebabkan kecelakaan. Kondisi yang

membahayakan (unsafe conditions) dapat berupa situasi sebagai berikut:

1) Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan.

2) Alat dan peralatan yang sudah tidak layak digunakan.

3) Terjadi kemacetan dalam penggunaan alat/mesin (congestion).

4) Sistem peringatan yang berlebihan (in adequate warning system).

5) Ada api di tempat yang berbahaya. Misalnya, tempat yang mengandung bensin

atau sejenisnya yang mendatangkan bahaya api.

6) Alat penjaga atau pengaman gedung kurang standar.

7) Kondisi suhu (atmosfir) yang membahayakan seperti; terpapar gas, fumes dan

lain-lain.

8) Terpapar bising.

9) Terpapar radiasi.

12

Universitas Sumatera Utara


10) Pencahayaan dan ventilasi yang kurang ataupun berlebihan. (Santoso, 2004)

2.5. Alasan Mendasar Perlunya Standar K3

Adapun beberapa alasan yang mendasari perlunya standar K3 dapat ditinjau

dari 3 aspek yaitu:

a. Aspek Moral (Kemanusiaan)

Faktor ini sangat penting karena jiwa manusia tidak dapat dihitung secara

ekonomi, tetapi dengan menonjolkan faktor ini dan mengabaikan faktor ekonomi

adalah kurang bijaksana. Setiap pekerja tidak seharusnya mendapatkan risiko cedera

dan sakit di tempat kerja, begitu juga setiap orang yang berhubungan dalam

lingkungan kerja. Faktor ini sangat ditonjolkan pemerintah dan organisasi pekerja,

sehingga kriteria accident adalah bila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan

meninggalnya manusia atau cacat permanen.

b. Aspek Ekonomis

Rendahnya kinerja K3 dengan adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

yang berakibat:

1) Peningkatkan biaya negara dan biaya sosial (melalui pembayaran keamanan

sosial, biaya pengobatan, kerugian, hilangnya kesempatan bekerja bagi pekerja,

terganggu dan menurunnya produktifitas semua pihak yang terkena dampaknya),

2) Perusahaan pengguna dan organisasi pengerah tenaga kerja juga menanggung

biaya atas kejadian kecelakaan (biaya administrasi resmi, denda, kompensasi

kerusakan dan kecelakaan, waktu penyelidikan, terhentinya produksi, hilangnya

kepercayaan dari tenaga kerja, dari pelanggan dan dari masyarakat luas).

13

Universitas Sumatera Utara


c. Alasan Hukum

Persyaratan K3 harus diperkuat oleh peraturan hukum perdata dan pidana.

Karena tanpa dorongan ekstra tindakan pengaturan/penuntutan hukum yang tegas,

banyak perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban moralnya. (Beesono, 2012)

Sesuai ketentuan pada Pasal 4 ayat 1 Permen PU No.9 Tahun 2008 kegiatan

jasa konstruksi yang dilaksanakan oleh pengguna jasa terdiri dari jasa pemborongan,

jasa konsultansi dan kegiatan swakelola yang aktifitasnya melibatkan tenaga kerja

dan peralatan kerja. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan, wajib

menyelenggarakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

2.6. Defenisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian

dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. (Permen, 2008)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05/MEN/1996

Bab 1 Pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah

bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan

produktif. Pada dasarnya SMK3 merupakan implementasi ilmu dan fungsi

14

Universitas Sumatera Utara


manajemen dalam melakukan perencanaan, implementasi, maupun evaluasi program

K3 di tempat kerja dalam suatu sistem.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup

hal-hal sebagai berikut; struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung

jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan

penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Tujuan dan sasaran manajemen k3 adalah menciptakan sistem keselamatan

dan kesatuan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga

kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan

mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang

aman dan efisien, dan produktif. (Sastrohadiwiryo, 2001).

Elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam mengembangkan program

keselamatan kerja adalah; komitmen perusahaan, kebijakan pemimpin, ketentuan

penciptaan lingkungan kerja, ketentuan pengawaasan selama proyek berlangsung,

pendelegasian wewenang, penyelidikan pelatihan dan pendidikan, mengukur kinerja

program K3 dan pendokumentasian yang memadai secara kontinu. (Ervianto, 2009).

Penanggulangan kecelakaan dan penyakit akibat kerja hanya akan berhasil

apabila:

a. Manajemen sungguh-sungguh menyadari bahwa akar dari setiap kecelakaan atau

penyakit akibat kerja terletak pada manajemen.

b. Manajemen memberi wewenang penuh kepada manajer K3.

c. Kebijakan K3 yang ditetapkan.

d. Perlengkapan kebijkan K3 dimasyarakatkan kepada karyawan.

15

Universitas Sumatera Utara


Pemahaman tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) yang benar dari semua aspek sangat berguna untuk pencegahan kecelakaan

dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi meningkat dengan

meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan kecelakaan.

Sesuai dengan Bab III pasal 3 ayat 1, Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Nomor: PER.05/MEN/1996 tentang penerapan SMK3 diwajibkan yang kepada

perusahaan dengan syarat:

a. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau

lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik

proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja se[erti

peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan

Sistem Manajemen K3.

b. Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan

oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.

Pada lampiran IV dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.

05/MEN/1996, penerapan SMK3 diwajibkan yang kepada perusahaan dengan tingkat

penerapan sebagai berikut:

a. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus menerapkan

sebanyak 64 (enam puluh empat) elemen.

b. Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah harus

menerapkan sebanyak 122 (seratus dua puluh dua) elemen.

c. Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan

sebanyak 166 (seratus enam puluh enam) elemen.

Dilihat dari tingkat penerapan di atas, maka pembangunan proyek gedung

Siloam Hospital termasuk kategori perusahaan besar yang menerapkan sebanyak 166

16

Universitas Sumatera Utara


elemen yang terdapat dalam SMK3. Hal dikarenakan proyek ini memiliki pekerja

lebih dari 100 orang.

Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker Nomor:

05/MEN/1996 sebagai berikut:

a. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan perundangan

(nonconformance) dikenai tindakan hukum.

b. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera perak.

c. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.

Ditinjau dari segi kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi

bidang Pekerjaan Umum menurut Permen PU Nomor: 09/PRT/2008 terbagi menjadi

3 bagian, yaitu:

a. Baik, bila mencapai hasil penilaian > 85%.

b. Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%.

c. Kurang, bila mencapai hasil penilaian < 60%.

2.7. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan

Prinsip dasar SMK3 yang terdapat dalam perundang-undangan dalam

mengatur dan mendefenisikan mengenai K3 sudah ada sejak tahun 1970.

Perlindungan untuk setiap tenaga kerja terlihat dalam Peraturan Undang-undang

Republik Indonesia No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa

bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam

melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

Sedangkan pada undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat prinsip dasar

SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya berisi:

17

Universitas Sumatera Utara


1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manjemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manjemen keselamatan dan kesehatan

kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Setelah peraturan SMK3 dalam undang-undang, maka dikeluarkan peraturan

pelaksanaan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER. 05/MEN/1996 tentang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan pelaksanaan ini

ditujukan untuk kegiatan industri yang terdiri dari ayat (b), (c) dan (d) sebagai

berikut:

1. Ayat (b) menyatakan bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga

kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi,

proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Ayat (c) menyatakan bahwa dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi

perdagangan.

3. Ayat (d) menyatakan bahwa untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi demi

tercapainya keamanan K3, maka ditetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman

SMK3 kontruksi bidang Pekerjaan Umum. Menteri Pekerjaan Umum pada tahun

2008 telah menerbitkan sebuah regulasi baru berupa Permen PU No. 09 Tahun 2008

tentang SMK3 yang ditindaklanjuti dengan penandatanganan fakta komitmen pada

tanggal 12 februari tahun 2009 di Jakarta. (Simatupang, 2008). Dalam komitmen

bersama antara kementrian tenaga kerja (Kemenaker) dan Pekerjaan Umum (PU)

18

Universitas Sumatera Utara


yang salah satu diantaranya sarat pekerjaan konstruksi itu adalah “mengutamakan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi faktor kunci sukses

penyelenggaraan konstruksi”. Dengan demikian penyelenggaraan jasa konstruksi di

Indonesia telah memasuki era baru yang pantas disambut lega oleh para pemerhati

masalah keselamatan tenaga kerja konstruksi di Indonesia. Salah satu kendala yang

mengganjal penerapan SMK3 pada proyek konstruksi adalah adanya anggapan

bahwa penerapan SMK3 di sektor konstruksi memakan biaya tinggi dan pengusaha

yang peduli keselamatan kerja para karyawannya jelas tidak akan mungkin jadi

pemenang tender apabila memasukkan biaya K3 dalam dokumen penawarannya

sebab tawarannya pasti bukanlah tawaran yang terendah. Namun karena adanya yang

tertulis dalam Permen PU No. 09/PRT/M/2008 tersebut pada pasal 11 butir 2 yang

menjelaskan “Penyedia jasa wajib memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3

konstruksi bidang Pekerjaan Umum dalam harga penawaran pengadaan jasa

konstruksi..dst. Maka salah satu kendala yaag ada telah terhapuskan karena semua

peserta tender sudah diwajibkan memasukkan biaya penyelenggaraan K3 dalam

dokumen.

Peraturan Menteri tentang Pedoman SMK3 kontruksi bidang Pekerjaan

Umum Nomor: 09/PRT/2008 tercantum dalam ayat (a), (b) dan (c) sebagai berikut:

1. Ayat (a) menyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan

pekerjaan konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi

syarat-syarat keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan

konstruksi.

2. Ayat (b) menyatakan bahwa agar penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan,

kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi bidang Pekerjaan Umum dapat

terselenggara secara optimal, maka diperlukan suatu pedoman pembinaan dan

19

Universitas Sumatera Utara


pengendalian sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan

konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

3. Ayat (c) menyatakan bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman

Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi bidang Pekerjaan

Umum.

2.8. Acuan/Elemen - Elemen Penerapan SMK3

Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3.

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keselamatan

dan kesehatan kerja.

3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan

dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan

sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan

perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara

berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan

Umun Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang pedoman SMK3 konstruksi bidang

Pekerjaan Umum tercantum elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh Penyedia

Jasa sebagai berikut:

20

Universitas Sumatera Utara


2.8.1. Komitmen dan Kebijakan K3

Pengurus dan pengusaha menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga

mengeluarkan suatu kebijakan K3 demi memulai sebuah aturan terhadap pelaksanaan

SMK3 di proyek konstruksi.

Kebijakan K3 suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha

dan pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad

melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan

secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasinal. (Permenaker, 1996)

Adapun persyaratan kebijakan K3 yang diatur dalam permen Nomor:

09/PRT/M/2008 adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan

konstruksi yang dilaksanakan.

b. Pimpinan Penyedia Jasa harus mengesahkan Kebijakan K3.

c. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Sesuai dengan sifat dan kategori resiko K3 bagi Penyedia Jasa.

2) Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3.

3) Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan

persyaratan lain yang terkait dengan K3.

4) Sebagai kerangka untuk menyusun dan mengkaji sasaran K3.

5) Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.

6) Dikomunikasikan kepada semua personil yang bekerja di bawah pengendalian

Penyedia Jasa agar peduli K3.

7) Dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan.

21

Universitas Sumatera Utara


8) Dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan K3 masih

relevan dan sesuai.

2.8.2. Perencanaan K3

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai

keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat

diukur. Perencanaan juga memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang

diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya penilaian dan

pengendalian resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil

pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

(Sastrohadiwiryo, 2001)

2.8.2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko

(IBPR)

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan produk,

barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk

memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus diterapkan dan dipelihara prosedurnya

sebagai berikut yang diatur dalam Permen Nomor: 09/PRT/M/2008 berikut:

1) Penyedia Jasa harus menetapkan Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan

pengendaliannya secara berkesinambungan.

2) Prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya harus

mempertimbangkan:

 Mengakomodasi kegiatan rutin.

 Mengakomodasi kegiatan non rutin.

 Kegiatan semua orang yang memiliki akses di tempat kerja.

 Perilaku manusia, kemampuan dan factor manusia lainnya.

22

Universitas Sumatera Utara


 Mengidentifkasi bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan krselamatan personil di tempat kerja.

 Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan kegiatan kerja

penyedia jasa.

 Sarana dan prasarana, peralatan dan bahan di tempat kerja yang disediakan oleh

penyedia jasa atau pihak lain.

 Modifikasi pada SMK3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya pada

operasi, proses dan kegiatannya.

 Beberapa kewajiban perundangan yang digunakan terkait dengan penilaian

resiko dan penerapan dan pengendaliannya.

 Desain lokasi kerj, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi dan

instruksi kerja termasuk penyesuaian terhadap kemampuan manusia.

3) Penyedia Jasa harus menerapkan prosedur untuk identifkasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

4) Penyedia Jasa harus memelihara prosedur untuk identifkasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

5) Penyedia Jasa harus mendokumentasikan dan menjaga rekaman hasil identifkasi

bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

2.8.2.2. Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya

Pemenuhan perundang-undangan dan persyaratan lainnya merupakan bagian

dari perencanaan (safety plan) yang di dalamnya terdapat item pekerjaan yang resiko

bahaya pengendaliannya diatur oleh perundang-undangan.

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi,

identifikasi dan pemahaman pemenuhan perundangan dan persyaratan lainnya yang

berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.

23

Universitas Sumatera Utara


Pengurus harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada

setiap tenaga kerja. (Sastrohadiwiryo, 2001)

Dalam hal ini, Penyedia Jasa wajib melaksanakan peraturan sebagaimana

yang terdapat dalam permen Nomor: 08/PRT/M/2008 berikut:

1) Membuat prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan dan

persyaratan K3 yang digunakan.

2) Menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan dan

persyaratan K3 yang digunakan.

3) Memelihara prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan dan

persyaratan K3 yang digunakan.

4) Memperhatikan perundang-undangan dan peraturan lain yang berlaku dalam

membuat, menerapkan dan memelihara SMK3.

5) Memelihara informasi ini selalu mutakhir.

6) Mengkomunikasikan informasi persyaratan peraturan dan persyaratan lain yang

relevan untuk personil yang bekerja dalam pengendalian Penyedia Jasa dan pihak

terkait yang relevan.

7) Memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum

dalam harga penawaran pengadaan jasa konstruksi.

8) Membuat pra „„RK3K‟‟ sebagai salah satu kelengkapan penawaran lelang dalam

proses pengadaan barang/jasa yang diikuti sepanjang tidak bertentangan dengan

peraturan yang berlaku.

9) Menyusun tingkat risiko kegiatan yang akan dlaksanakan untuk dibahas dengan

PPK yang disusun pada awal kegiatan.

10) Melibatkan Ahli K3 Konstruksi pada setiap paket pekerjaan yang mempunyai

resiko K3 tinggi.

24

Universitas Sumatera Utara


11) Melibatkan sekurang-kurangnya Petugas K3 Konstruksi pada setiap paket

pekerjaan yang mempunyai resiko K3 sedang dan kecil.

12) Melakukan kerja sama untuk membentuk kegiatan SMK3 Konstruksi bidang

Pekerjaan Umum bila ada dua atau lebih Penyedia Jasa yang bergabung dalam

suatu kegiatan. Kerja sama kegiatan SMK3 Konstruksi bidang Pekerjaan Umum

tesebut dipimpin oleh penanggung jawab utama Penyedia Jasa.

13) Membentuk P2K3 bila :

 Mengelola pekerjaan yang memperkerjakan pekerja dengan jumlah paling

sedikit 100 orang.

 Mengelola pekerjaan yang memperkerjakan pekerja kurang dari 100 orang,

akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai resiko

besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran

radioaktif.

14) Melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat sesuai ketentuan yang

berlaku.

15) Membuat laporan rutin kegiatan P2K3 ke Dinas enaga Kerja setempat dan

tembusannya disampaikan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

16) Melaksanakan audit internal K3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

17) Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan

Umum sebagai bagian dari dokumen serah terima kegiatan pada akhir kegiatan.

18) Melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Dinas Tenaga Kerja

setempat tentang kejadian berbahaya dan kecelakaan.

19) Menindaklanjut surat peringatan yang diterima dari PPK.

20) Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja konstruksi.

21) Melakukan pengendalian resiko K3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum yang

25

Universitas Sumatera Utara


meliputi; inspeksi tempat pekerja, peralatan dan sarana pencegahan kecelakaan

kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.

22) Memiliki sertifikat K3 perusahaan yang diterbitkan oleh lembaga sertikasi yang

telah terakreditasi oleh Komite Akrediatsi Nasional (KAN) apabila melaksanakan

pekerjaan dengan tingkat resiko tinggi.

2.8.2.3. Sasaran dan Program K3

Penetapan sasaran dan program kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan

wakil tenaga kerja, Ahli K3, P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait. Tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan

perkembangan. (Permenaker, 1996)

Sasaran dan program kebijakan K3 yang ditetapkan oleh perusahaan

setidaknya harus memenuhi kualifikasi oleh Penyedia Jasa sebagaimana yang

tercantum dalam permen Nomor: 08/PRT/M/2008 sebagai berikut:

1) Membuat sasaran K3 yang terdokumentasi.

2) Menyusun sasaran K3 dengan ketentuan:

 Relevan pada fungsi dan tingkat yang di dalam perusahaan Penyedia Jasa.

 Dibuat secara spesifik dan terukur.

 Dideklarasikan secara eksplisit.

 Disosialisaikan kepada pihak terkait yang relevan.

 Sesuai dengan Kebijakan K3.

 Ditinjau ulang dalam rangka peningkatan berkelanjutan.

3) Memelihara sasaran K3 yang terdokumentasi.

4) Mengukur tingkat pencapaian sasaran.

5) Mengkaji tingkat pencapaian sasaran.

6) Membuat program untuk mencapai sasarannya.

26

Universitas Sumatera Utara


7) Menerapkan program untuk mencapai sasarannya.

8) Memelihara program untuk mencapai sasarannya.

9) Menyusun program dengan ketentuan.

10) Mengkaji program secara rutin dan terencana dan menyesuaikannya jika perlu,

untuk memastikan sasaran itu tercapai.

11) Membuat RK3K, dengan ketentuan:

 Dibuat pada awal kegiatan.

 Mencantumkan kategori resiko pekerjaan yang telah dicantumkan bersama PPK.

 Pada awal dimulainya kegiatan, penyedia jasa mempresentasikan RK3K kepada

PPK untuk mendapat persetujuan.

 Melakuan tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian yang memang perlu

dilakukan kaji ulang) dilakukan setiap bulan secara berkesinambungan selama

pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.

12) Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan.

2.8.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan

Dalam mencapai tujuan K3, perusahaan harus menunjuk personel yang

mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Adapun

kualifikasi yang tercantum dalam Permen No. 9 tahun 2008 adalah sebagai berikut:

2.8.3.1. Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban

Perusahaan harus menyediakan petugas yang memiliki sumber daya, struktur

organisasi dan pertanggung jawaban yang memadai sesuai SMK3 yang diterapkan.

Dalam penerapan SMK3 yang efektif perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pimpinan puncak harus mengambil tanggungjawab utama untuk K3 dan SMK3

2) Pimpinan puncak harus menunjukkan komitmennya dengan:

27

Universitas Sumatera Utara


 Menjamin ketersediaan sumber daya yang utama dalam membangun,

menerapkan, memelihara dan meningkatkan SMK3.

 Menentukan peranan, pembagian tanggung jawab dan memberi kewenangan

kepada pelaksana SMK3.

 Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan ketentuan-ketentuan yang di atas

kepada personil yang diberi tanggung jawab dan wewenang.

3) Penyedia jasa harus menentukan penanggungjawab K3 untuk:

 Menjamin bahwa SMK3 dibuat, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan

pedoman yang berlaku.

 Menjamin kinerja SMK3 dilaporkan kepada pimpinan puncak untuk dikaji ulang

dan digunakan sebagai dasar peningkatan SMK3.

 Penyedia jasa harus dapat memotivasi karyawan di tempat kerja. (Permen, 2008)

2.8.3.2. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian

Penerapan dan pengembangan SMK3 yang efektif ditentukan oleh

kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan

merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan K3. Prosedur untuk melakukan identifikasi

standar kompetensi kerja dan penerapannya melalui program pelatihan harus

tersedia.

Setelah penilaian kemampuan gambaran kompetensi kerja yang dibutuhkan

dilaksanakan, program pelatihan harus dikembangkan sesuai dengan hasil

penilaiannya. Prosedur pendokumentasian pelatihan yang telah dilaksanakan dan

dievaluasi efektifitasnya harus ditetapkan. Kompetensi kerja harus diintegrasikan ke

dalam rangkaian kegiatan perusahaan mulai dari penerimaan, seleksi dan penilaian

kinerja tenaga kerja serta pelatihan.

28

Universitas Sumatera Utara


Adapun persyaratan kompetensi, pelatihan dan kepedulian yang tercantum dalam

Permen Nomor: 09/PRT/M/2008 adalah sebagai berikut:

1) Menjamin setiap karyawan yang terlibat dalam pekerjaan yang mengandung risiko

K3 memiliki kompetensi atas dasar pendidikan dan pelatihan atau pengalaman

yang sesuai.

2) Mengidentifikasi dan melaksanakan pelatihan K3.

3) Mengevaluasi keefektifan pelatihan.

4) Membuat, menerapkan dan memlihara prosedur kerja karyawan.

5) Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkatan untuk:

 Tanggung jawab, kemampuan, keterampilan bahasa dan pendidikan.

 Resiko.

2.8.3.3. Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultansi

a. Komunikasi

Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber

penting dalam penerapan SMK3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi tenaga kerja

dan semua pihak yang terkait dapat digunakan untuk memotivasi dan mendorong

penerimaan serta pemahaman umum dalam upaya perusahaan untuk meningkatkan

kinerja K3. Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menjamin bahwa informasi

K3 terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan. Dalam kaitannya

dengan bahaya K3, penyedia jasa harus membuat menerapkan dan memelihara

prosedur untuk:

1) Komunikasi internal.

2) Komunikasi dengan pemasok.

3) Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi kritik saran dari pihak luar.

29

Universitas Sumatera Utara


b. Keterlibatan dan Konsultansi

Keterlibatan dan konsultansi keterlibatan kerja mencakup dalam beberapa

hal sebagai berikut:

1) Membuat, menerapkan dan memelihara keterlibatan kerja dalam hal:

 Identifikasi bahaya, pnilaian resiko dan menentukan pengendalian.

 Penyelidikan insiden.

 Pengembangan dan pengkajian kebijakan dan sasaran K3.

 Konsultansi jika ada beberapa perubahan yang mempengaruhi K3.

 Sebagai perwakilan atas hal-hal yang berkaitan dengan K3.

2) Menginformasikan kepada pekerja tentang pengaturan keterlibatannya, termasuk

siapa yang mewakili jika terkait dengan hak-hal K3.

3) Konsultansi dengan pemasok dan sub kontraktor jika ada perubahan pelaksanaan

kegiatan yang berhubungan dengan K3.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan unsur utama dari setiap sistem manajemen dan

harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan prosedur kegiatan

perusahaan harus ditentukan, didokumentasikan dan diperbarui apabila diperlukan.

Perusahaan harus dengan jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya

yang efektif. Pendokumentasian SMK3 juga mendukung kesadaran tenaga kerja

dalam rangka mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja K3.

Bobot dan mutu pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan

perusahaan. Apabila unsur SMK3 terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan

secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus diintegrasikan dalam

keseluruhan dokumentasi yang ada. Dokumentasi SMK3 meliputi:

1) kebijakan K3.

30

Universitas Sumatera Utara


2) sasaran K3.

3) uraian lingkup SMK3.

4) uraian unsur-unsur utama dari SMK3 dan kaitannya.

5) acuan yang terkait.

6) rekaman yang diperlukan.

7) hal-hal penting untuk menjamin efektivitas perencanaan, operasi dan pengendalian

proses dikaitkan dengan risiko K3.

d. Pengendalian Dokumen

Pengendalian dokumen memenuhi ketentuan seperti berikut:

1) Dokumen yang diperlukan oleh SMK3 dan pedoman ini harus dikendalikan.

2) Penyedia jasa harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:

 menyetujui dokumen untuk kecukupannya sebelum dikeluarkan.

 mengkaji ulang dan memutakhirkan seperlunya dan menyetujui kembali

dokumen tersebut.

 menyimpan dokumen tersebut dan diidentifikasi (diberi penomoran) sehingga

mempunyai kemampuantelusur.

 memastikan versi terbaru dari dokumen yang dipakai telah teridentifikasi dan

tersedia di tempat-tempat yang digunakan.

 memastikan dokumen eksternal asli yang penting unutuk perencanaan dan

operasi SMK3 telah diidentifikasi dan dikendalikan pendistribusiannya.

 menjaga pengggunaan yang tidak diinginkan dari dokumen tersebut disimpan

untuk tujuan tertentu.

31

Universitas Sumatera Utara


e. Pengendalian Operasional

1) Penyedia jasa harus menentukan jenis kegiatan yang bahayanya telah

diidentifikasi guna untuk mengelola resiko K3.

2) Untuk kegiatan tersebut Penyedia Jasa juga wajib menerapkan:

 pengendalian operasional.

 mendokumentasikan pengendalian.

 menentukan kriteria pengendalian operasional.

f. Kesiagaan dan Tanggap Darurat

1) Membuat, mengidentifikasian, menerapkan dan memelihara prosedur situasi

darurat.

2) Tanggap terhadap situasi darurat dan mencegah atau meminimalkan kerugian

yang ditimbulkan.

3) Perencanaan tanggap darurat harus memperhitungkan keberadaan pihak-pihak

terkait antara lain pemadam kebakaran, kantor polisi dan rumah sakit.

4) Secara berkala menguji prosedur tanggap darurat dengan melibatkan pihak-pihak

terkait yang diperlukan, apakah masih dapat diterapkan dalam menanggapi situasi

darurat.

5) Secara berkala mengkaji ulang dan merevisi prosedur kesiagaan dan tanggap

darurat khususnya setelah pengujian berkala dan sesudah terjadinya situasi

darurat.

2.8.4. Pemeriksaan (Evaluasi)

Pemeriksaan myerupakan pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja

SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk

melakukan identifikasi tindakan perbaikan.

32

Universitas Sumatera Utara


Seperti yang terdapat pada pasal 10 pada Permen Nomor: 09/PRT/M/2008

menyatakan bahwa dalam hal materi penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang

Pekerjaan Umum yang dijadikan salah satu bahan evaluasi dalam proses pemilihan

penyedia jasa, maka PPK wajib menyediakan acuannya. PPK (Pejabat Pembuat

Komitmen) ialah pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

anggaran belanja. Berikut ini adalah peraturan dalam setiap evaluasi atau pengukuran

kinerja SMK3:

2.8.4.1. Pengukuran dan Pemantauan

Adapun syarat dalam pengukuran dan pemantauan adalah sebagai berikut:

1) Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk pengukuran dan

pemantauan kinerja K3 secara teratur yang meliputi:

 pengukuran kualitatif dan kuantitatif.

 pemantauan lebih luas terhadap keseuaian dengan sasaran K3 penyedia jasa.

 pemantauan efektivitas.

 pemantauan penyakit, insiden (termasuk kecelakaan, hampir kena) dan bukti

historis.

 pencatatan data, hasil pemantauan dan pengukuran harus dapat mencukupi

kebutuhan untuk analisa tindakan perbaikan dan pencegahan.

2) Merencanakan memelihara prosedur kalibrasi peralatan.

2.8.4.2. Evaluasi Kepatuhan

Adapun syarat dalam evaluasi kepatuhan adalah sebagai berikut:

1) Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur secara berkala sehingga dapat

mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

2) Mengevaluasi kepatuhan terhadap persyaratan lainnya yang diikuti.

33

Universitas Sumatera Utara


3) Penyedia jasa dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kepatuhan

terhadap peraturan yang mengacu dalam prosedur terpisah.

2.8.4.3. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan &

Pencegahan

a. Penyelidikan Insiden

Adapun syarat/peraturan dalam hal penyelidikan insiden adalah:

1) Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

mencatat, menyelidiki dan menganalisa insiden untuk:

 Identifikasi kebutuhan tindakan dan perbaikan.

 Identifikasi peluang untuk tindakan pencegahan.

 Identifikasi peluang untuk peningkatan berkelanjutan.

 Mengkomunikasikan hasil penyelidikan kepada pemangku kepentingan.

2) Penyelidikan harus tepat waktu.

3) Beberapa identifikasi memerlukan tindakan perbaikan atau peluang tindakan

pencegahan harus sesuai dengan klausul.

b. Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang

SMK3 didokumentasi dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan

pencegahan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan

efektif. Adapun syarat untuk membuat dan memelihara prosedur untuk menentukan

potensi ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan ialah:

1) Memperbaiki ketidaksesuaian dan mengambil tindakan untuk mencegah resiko

K3.

34

Universitas Sumatera Utara


2) Menyelidiki ketidaksesuaian, menentukan penyebab dan mengambil keputusan

untuk menghindari terjadi kembali.

3) Mengevaluasi tindakan perbaikan dan pencegahan agar tidak terjadi

ketidaksesuaian.

4) Mengkomunikasikan hasil tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil

kepada pihak yang berkepentingan.

5) Mengakaji ulang keefektifan tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil.

2.8.4.4. Pengendalian Rekaman

Adapun hal yang dilaksanakan pada saat pengendalian rekaman adalah

sebagai berikut:

1) Membuat dan memelihara rekaman yang diperlukan.

2) Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk identifikasi, penyimpanan

kemamputelusuran, masa simpan dan pemusnahan rekaman.

3) Rekaman harus dapat terbaca dan teridentifikasi dengan mudah diperoleh.

2.8.4.5. Audit Intenal

Audit internal merupakan pemeriksaan berkala secara terencana yang

dilakukan terhadap penerapan program K3.

1) Memastikan audit internal SMK3 dilaksanakan pada interval waktu yang telah

direncanakan untuk:

 Mengendalikan kesesuaian SMK3.

 Memberikan informasi hasil-hasil audit kepada manajemen.

2) Program audit harus direncanakan, dibuat, diterapkan dan dipelihara oleh

penyedia jasa.

35

Universitas Sumatera Utara


3) Program audit harus didasarkan atas hasil penilaian resiko dari kegiatan penyedia

jasa dan hasil audit sebelumnya.

4) Program audit harus dibuat, diterapkan dan dipelihara yang mengacu kepada:

 Tanggung jawab, kompetensi dan persyaratan untuk merncanakan dan

melaksanakan audit, melaporkan hasil dan menyimpan rekaman yang terkait.

 Penetuan kriteria, lingkup, frekuensi dan metode audit.

5) Pelaksanaan audit harus objektif dan auditor harus memiliki integritas. (Permen,

2008)

2.8.5. Tinjauan Manajemen

Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan manajemen SMK3

secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan

dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3. Ruang lingkup tinjauan manajemen yaitu

mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk

dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Tinjauan manajemen SMK3 meliputi hal

sebagai berikut:

1) Pimpinan puncak harus melakukan tinjauan SMK3 pada interval waktu yang telah

direncanakan untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifan secara

berkelanjutan.

2) Peninjauan harus memasukkan analisa peluang untuk peningkatan dan perlunya

perubahan SMK3 termasuk kebijakan dan sasaran K3.

3) Tinjauan manajemen mencakup:

 Hasil audit internal dan evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan peraturan dan

persyaratan lainnya.

 Hasil keterlibatan dan konsultansi.

 Komunikasi dari pihak luar yang relevan termasuk kritik dan sasaran.

36

Universitas Sumatera Utara


 Kinerja K3.

 Perluasan sasaran yang telah dicapai.

 Status penyelidikan insiden tindakan perbaikan dan pencegahan.

 Tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya.

 Perubahan lingkup termasuk pengembangan dari persyaratan, peraturan dan

persyaratan lainnya yang terkait dengan K3.

 Rekomendasi bagi peningkatan.

4) Hasil tinjauan manajeman harus sesuai dengan komitmen perusahaan untuk

peningkatan berkelanjutan.

5) Hasil tinjauan manajeman harus berupa keputusan untuk perbaikan:

 Kinerja K3.

 Kebijakan dan sasaran K3.

 Sumber daya.

 Unsur-unsur lain dari SMK3.

6) Hasil tinjauan manajemen harus dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

Resiko K3 adalah perpaduan antara peluang dan frekuensi terjadinya

peristiwa K3 dengan akibat yang ditimbulkannya dalam konstruksi. Resiko K3

memiliki 3 jenis kategori yakni:

 Resiko tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya beresiko

membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan

serta terganggunya kegiatan konstruksi.

 Resiko sedang, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya beresiko

membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya kegiatan

konstruksi.

37

Universitas Sumatera Utara


 Resiko kecil, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak

membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya kegiatan

konstruksi. (Permen, 2008)

Setelah melihat kategori resiko tersebut, maka proyek pembangunan Siloam

Hospital termasuk kategori resiko tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang

pelaksanaannya dapat beresiko membahayakan keselamatan umum, harta benda,

jiwa manusia dan lingkungan serta terganggunya kegiatan konstruksi.

2.9. Pengendalian Resiko

Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan

kerja yang terbagi atas 5 hierarki sebagai berikut:

a. Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempa kerja.

b. Substitusi, yaitu mengganti bahan dengan proses yang lebih aman. Contohnya

seperti:

1) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta.

2) Proses pengecatan spray dengan pencelupan.

c. Engineering, yaitu melakukan perubahan atau modifikasi terhadap desain

peralatan, proses dan lay out. Hierarki ini dapat dilihat dalam hal pekerjaan

sebagai berikut:

1) Pemasangan alat pelindung mesin/guarding.

2) Penambahan alat sensor otomatis.

d. Administrasi, yaitu cara kerja yang aman dengan melakukan pengontrolan dari

sistem administrasi. Hierarki ini dapat diterapkan dalam hal pekerjaan sebagai

berikut:

1) Pemisahan lokasi kerja/penempatan material.

2) Izin kerja/working permit.

38

Universitas Sumatera Utara


3) Training.

e. Alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari sabuk pengaman, sarung tangan,

pelindung kepala, pelindung wajah (masker) dan lain-lain.

Kelima hierarki di atas memperlihatkan adanya hierarki cara berfikir yang

harus ditanamkan kepada pelaksana dalam rangka mengendalikan resiko. Pelaksana

harus memulai dari butir a (eliminasi), kemudian butir b (substitusi), lalu ke butir c

(engineering), demikan seterusnya sampai butir e. Sebuah kesalahan apabila

pelaksana pekerjaan langsung loncat atau melangkah ke butir e tanpa berfikir terlebih

dahulu tentang butir-butir sebelumnya. Pada kasus lain, meskipun pelaksana

pekerjaan sudah memulai tahap-tahap sesuai hierarki di atas dikarenakan nilai resiko

yang diterima sedimikian besarnya, maka pelaksana pekerjaan diharuskan untuk

tetap sampai pada hierarki terakhir (e=alat pelindung diri).

Pengendalian resiko akan direalisasikan ke dalam Program Kerja K3 yang

terdiri dari:

1) Item program kerja.

2) Durasi masing-masing program kerja.

3) Waktu dimulainya program kerja.

4) Keterkaitan satu program kerja dengan program kerja lainnya.

5) Penanggung jawab masing-masing program kerja. (BPKSDM, 2009)

2.10. Program Kerja K3

Hasil dari IBPR diutamakan dalam penyusunan sasaran dan program K3

konstruksi, yaitu merencanakan kebutuhan fasilitas dan kegiatan K3 yang diperlukan

dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Perlindungan dari bahaya kecelakaan

harus diprogramkan dengan cara memberi keterampilan kerja dengan memperhatikan

upaya K3 agar terlindung dan mencegah dari resiko bahaya yang mengancam kepada

39

Universitas Sumatera Utara


setiap personil yang berada di lokasi proyek konstruksi sampai pada batas yang dapat

diterima. Program K3 harus dibuat tidak terlepas dari program pembelajaran yang

harus dilakukan untuk menerapkan K3 dalam melaksanakan pekerjaan proyek

konstruksi agar semua pihak yang berkepentingan dalam proyek tersebut memahami

kondisi proyek yang beresiko tinggi.

Adapun beberapa bagian dari program kerja Keselamtan dan Kesehatan Kerja

(K3) adalah sebagai berikut:

a. Kelengkapan Administrasi K3

Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan

administrasi K3, meliputi:

1) Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat.

2) Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (Astek).

3) Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan proyek.

4) Ijin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan yang menuju

lokasi untuk lalu lintas alat berat.

5) Keterangan layak pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang

berwenang memberikan rekomendasi.

6) Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempat.

b. Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lapangan

meliputi:

1) Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan melalui kerja sama

dengan instansi yang terkait K3 yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.

2) Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:

40

Universitas Sumatera Utara


 Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang

melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan

yang memiliki resiko kecelakaan.

 Safety supervisor, yaitu petugas yang ditunjuk manajer proyek untuk

mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3.

 Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan safety

patrol maupun safety supervisor.

3) Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat, ringan, korban meninggal dan

peralatan berat. (Beesono, 2012)

c. Pelatihan K3

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terdiri atas 2 bagian yaitu

pelatihan secara umum dan pelatihan khusus:

1) Pelatihan secara umum diberikan dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di

proyek, misalnya:

 Pedoman praktis pelaksanaan K3 pada proyek bangunan gedung.

 Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material.

 Pengarahan K3 dalam pekerjaan sipil, finishing luar, mekanikal dan elektrikal,

finishing dalam, bekisting, pembesian, sementara, rangka baja, struktur khusus,

pembetonan, pondasi pile dan strutting, pembongkaran.

2) Pelatihan khusus proyek yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah

periode pelaksanaan proyek sebagai penyegaran dengan peserta seluruh petugas

yang terkait dalam pengawasan proyek dan materi pengetahuan umum tentang

K3 atau safety plan proyek yang bersangkutan. (Beesono, 2012)

41

Universitas Sumatera Utara


2.11. Perlengkapan dan Peralatan K3

Dalam bidang konstruksi ada beberapa perlengkapan dan peralatan yang

digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang

kemungkinan bisa terjadi dalam proses konstruksi. Perlengkapan dan peralatan ini

wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu lingkungan konstruksi.

Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini

untuk digunakan sebab K3 adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya,

semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan

peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau personal protective equipment (PPE)

untuk semua karyawan yang bekerja. Perlengkapan dan peralatan penunjang program

K3 meliputi hal sebagai berikut:

a. Pengendalian Administrasi

Pengendalian administrasi ini mencakup promosi program keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) yang terdiri dari:

1) Pemasangan bendera K3, bendera RI dan bendera perusahaan,

2) Pemasangan sign board K3 yang berisi slogan-slogan yang mengingatkan

perlunya bekerja dengan selamat.

b. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)

Dalam pekerjaan konstruksi, ada peralatan yang digunakan untuk melindungi

seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan

dalam pelaksanaan konstruksi. Namun banyak pekreja yang tidak menyadari

pentingnya arti peralatan ini. Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut

perlengkapan perlindungan diri atau personal protective equipment (PPE)

diantaranya adalah:

42

Universitas Sumatera Utara


1) Pelindung Kepala (Helmet)

Helmet sangat penting digunakan karena sudah merupakan keharusan bagi

setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengaan benar sesuai peraturan

pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya. Helmet dibuat dari lapisan

yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala. Sistem suspensi

yang ada di dalamnya bertindak sebagai penahan goncangan dan dirancang supaya

tahan terhadap sengatan listrik, melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan bahu dari

percikan, tumpahan dan tetesan. Namun sering kita lihat bahwa kedisiplinan pekerja

untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri

sendiri.

2) Pelindung Mata

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari serpihan kayu,

pecahan batu, atau serpihan besi yang terpental dan beterbangan. Mengingat partikel-

partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata, maka

perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata

seperti dalam pekerjaan mengelas.

3) Pelindung Wajah

Pelindung wajah tediri dari 2 jenis yaitu helm pengelas dan masker yang

tercantum sebagai berikut:

 Helm Pengelas (Welding Protect)

Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari percikan benda asing saat

bekerja. Misalnya pada pekerjaan mengelas atau menggerinda.

 Masker

43

Universitas Sumatera Utara


Masker merupakan pelindung bagi pernapasan yang sangat diperlukan untuk

pekerjaan konstruksi karena mengingat berbagai kejadian dan kondisi lokasi proyek

itu sendiri. Alat ini juga melindungi wajah dari berbagai material konstruksi

berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan,

misalnya serbuk kayu yang berasal dari sisa bahan dalam kegiatan memotong,

mengampelas dan pengerutan kayu. Apabila seorang pekerja yang secara terus

menerus menghisapnya dapat mengalami gangguan pada pernapasan yang akibatnya

tidak dirasakan langsung pada saat itu.

4) Pelindung Telinga (Ear Muff)

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang

dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.

Bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini, maka

kemungkinan efeknya cukup panjang. Namun demikian, bukan berarti seorang

pekerja tidak dapat bekerja bila tidak menggunakan alat ini. Pelindung pendengaran

yang paling banyak digunakan seperti foam earplugs, PVC earplugs dan earmuffs.

5) Pelindung Tangan (Sarung Tangan)

Alat pelindung tangan (sarung tangan) terbuat dari bermacam-macam bahan

disesuaikan kebutuhan. Yang sering digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi

adalah:

 Sarung Tangan Kain

Alat ini digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya dibiasakan bila

memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam lainnya.

 Sarung Tangan Asbes

44

Universitas Sumatera Utara


Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap

bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila setiap memegang benda

yang panas, seperti pada pekerjaan mengelas dan pekerjaan menempa (pande besi).

 Sarung Tangan Kulit

Sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari ketajaman

sudut pada pekerjaan pengecoran. Perlengkapan ini dipakai pada saat harus

mengangkat atau memegang bahan tersebut.

 Sarung Tangan Karet

Sarung tangan karet berfungsi untuk menjaga tangan dari bahaya pembakaran

asam atau melindungi dari kepedasan cairan pada bak atau panic dimana pekerjaan

tersebut berlangsung. Sarung tangan karet digunakan pada pekerjaan pelapisan

logam seperti pernikel dan perkhrom. Sarung tangan karet juga digunakan untuk

melindungi kerusakan kulit tangan karena hembusan udara pada saat membersihkan

bagian-bagian mesin dengan menggunakan kompresor.

6) Pelindung Kaki (Sepatu Kerja)

Sepatu kerja berfungsi untuk melindungi kaki dari jatuhnya barang berat

maupun hantaran listrik yang akan menyambar pekerja apabila kaki terkontak

langsung ke tanah. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang

tebal agar dapat bebas berjalan di lokasi manapun tanpa terluka oleh benda-benda

tajam atau kemasukan oleh kotoran bagian bawah. Umumnya, sepatu kerja

disediakan dua pasang dalam setahun.

7) Pelindung Tubuh

Tujuan memakai pelindung tubuh ialah melindungi badan manusia terhadap

pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang biasa melukai badan. Alat

45

Universitas Sumatera Utara


pelindung tubuh terbuat dari bermacam-macam bahan disesuaikan kebutuhan seperti

berikut:

 Pakaian pelindung

Pakaian pelindung biasanya terbuat dari kulit yang digunakan agar terhindar

dari percikan api, terutama pada waktu mengelas dan menempa. Lengan baju jangan

digulung, sebab lengan baju akan melindungi tangan dari sinar api.

 Apron

Apron kulit dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala api.

Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus dibiasakan di luar baju kerja.

 Jas Hujan

Perlindungan terhadap cuaca terutama bagi pekerja pada saat bekerja adalah

dengan menggunakan jas hujan. Pelaksanaan kegiatan di proyek selalu

bersinggungan langsung dengan panas matahari ataupun hujan karena dilaksanakan

di ruang terbuka. Tujuan utama dari jas hujan tidak lain adalah untuk kesehatan para

pekerja.

8) Pelindung Bahaya Jatuh (Safety Belt)

Bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau

pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt.

Fungsi utama talai pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan

kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.

Tali pengaman (safety harness) berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di

ketinggian diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

Pakaian penahan bahaya jatuh ini dirancang dengan desain yang nyaman bagi si

pemakai dimana pengikat pundak, dada dan tali paha dapat disesuaikan menurut

pemakaiannya. Pakaian penahan bahaya jatuh ini dilengkapi dengan cincin “D”

46

Universitas Sumatera Utara


(high) yang terletak di belakang dan di depan dimana tersambung tali pengikat, tali

pengaman atau alat penolong lain yang dapat dipasangkan. (Ervianto, 2009)

c. Sarana Peralatan Lingkungan

Sarana peralatan lingkungan terdiri dari sebagai berikut:

a) tabung pemadam kebakaran,

b) pagar pengamanan,

c) penangkal petir darurat,

d) pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja,

e) jaring pengaman pada bangunan tinggi,

f) pagar pengaman lokasi proyek,

g) tangga,

h) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

Pertolongan pertama dilakukan di proyek apabila terjadi kecelakaan kerja

baik yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerjaan konstruksi. Untuk itu,

pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk

pertolongan pertama. (Ervianto, 2009).

d. Rambu-Rambu Peringatan

Rambu-rambu peringatan dapat berfungsi sebagai berikut:

 peringatan bahaya dari atas, bahaya dari benturan kepala, bahaya longsor dan api.

 peringatan tersengat listrik.

 penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai).

 penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara dan penunjuk batas ketinggian

penumpukan material.

 larangan memasuki area tertentu dan larangan membawa bahan-bahan berbahaya,

 petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek).

47

Universitas Sumatera Utara


 peringatan untuk memakai alat pengaman kerja dan peringatan ada alat/mesin yang

berbahaya (untuk lokasi tertentu).

 peringatan larangan untuk masuk ke lokasi power listrik (untuk orang-orang

tertentu). (Beesono, 2012)

2.12. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

2.12.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran

kuesioner mengenai SMK3 dan permasalahan K3 yang terdapat di lapangan. Sumber

data yang diperoleh terdiri dalam 2 bagian yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli

(langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut. (Idrus, 2009)

Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner.

Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan

dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang

mempunyai makna. Keterangan-keterangan yang diperoleh dengan mengisi daftar

pertanyaan dapat dilihat dari segi siapa yang mengisi daftar pertanyaan tersebut.

Dalam pembuatan kuesioner perlu diperhatikan bahwa kuesioner disamping

bertujuan untuk menampung data sesuai dengan kebutuhan, juga merupakan suatu

kertas kerja yang harus ditatalaksanakan dengan baik. Dalam hubungannya dengan

leluasa dan tidaknya responden untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan, maka jenis pertanyaan yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup ialah pertanyaan yang dibuat

sedemikian rupa, sehingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban kepada

beberapa alternatif saja ataupun kepada satu jawaban saja, sehingga dapat lebih

48

Universitas Sumatera Utara


dimengerti. (Nazir, 1983). Oleh karena itu, jawaban responden untuk pengisian

kuesioner dibuat dengan jawaban “ya” dan “tidak”. Setiap pertanyaan dalam

kuesinoer dibuat berdasarkan acuan Peraturan Pemerintah Nomor: 09/PRT/M/2008.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang

pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data tersebut. (Idrus, 2009). Data

sekunder dapat diambil dari bacaan, buku-buku refrensi dan informasi lain yang

berhubungan dengan penelitian.

2.13.2. Teknik Pengolahan Data

a. Metode Deskriptif Kualitatif

Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan penerapan SMK3, digunakan

metode deskriptif kualitatif. Secara sederhana penelitian kualitatif adalah meneliti

informan sebagai subjek penelitiannya, sedangkan deskriptif kualitatif berarti

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang pengertiannya adalah

penggambaran secara mendalam terhadap situasi atau proses yang diteliti. (Idrus,

2009) Oleh karena itu, metode deskriptif kualitatif dalam penulisan tugas akhir ini

ialah menggambarkan kegiatan dan pengelolaan SMK3 pada proyek pembangunan

gedung Siloam Hospital secara sederhana dan menyeluruh. Pengumpulan informasi

berupa data sekunder seperti; hasil wawancara, gambar, foto dan observasi langsung

ke proyek konstruksi tersebut. Dengan data tersebut juga akan diperoleh faktor-faktor

yang mempengaruhi penerapan SMK3 di proyek tersebut.

b. Metode Kuantitatif

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek

pembangunan gedung Siloam Hospital, maka metode yang digunakan adalah metode

49

Universitas Sumatera Utara


kuantitatif dan analisis univariat. Kuantitatif ialah pengukuran berdasarkan teori-teori

yang sudah ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel.

(Prasetyo, 2005) Kedua metode ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan

penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital berdasarkan

hasil penyebaran kuesioner. Penggunaan kuantitatif dan analisis univariat dimulai

dengan penentuan kriteria atau kategori yang ingin diteliti. Kriteria yang diteliti

terdiri dari 5 prinsip dasar yaitu; kebijakan K3, perencanaan, penerapan dan operasi

kegiatan, evaluasi atau pemeriksaan dan tinjauan manajemen.

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penggunaan metode kuantitatif

yang terdiri atas 3 bagian sebagai berikut:

1) Pengkodean Data

Pengkodean data ialah pemberian kode-kode terhadap suatu item jika item

tersebut tidak diberi skor. Koding hanya sekedar membedakan, bukan berarti angka

yang ada memiliki makna kelipatannya ataupun rasio antarjawaban yang satu dengan

yang lainnya. (Idrus, 2009)

Pengkodean setiap data dibuat dalam setiap pertanyaan yang dijawab oleh

responden. Jawaban responden menghasilkan nilai atau ukuran. Ada 2 konsep yang

sering digunakan dan terkait pada pembuatan alat ukur yaitu indeks dan skala. Untuk

mengukur, harus membuat pertanyaan seputar topik/pembahasan. Jika data telah

dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan, maka diakumulasikan nilai-nilai

jawaban yang diperoleh ke dalam kategori-kategori. Dalam mengevaluasi penerapan

SMK3 ini, maka konsep yang dilakukan yaitu dengan konsep indeks yang dibuat dari

akumulasi nilai-nilai yang diberikan pada atribut-atribut individual tanpa melihat ada

tidaknya bobot. Jadi setiap pertanyaan dianggap memiliki nilai yang sama, tetapi

untuk jawaban responden dihitung skor/nilainya. Pemberian skor ini tergantung

50

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan. Responden yang menjawab “ya” diberikan skor lebih tinggi dibanding

responden yang menjawab “tidak”. Untuk jawaban responden yang menyatakan “ya”

diberi skor 1 (satu) dan jawaban responden yang menyatakan “tidak” diberi skor 0

(nol). (Prasetyo, 2005)

2) Pemindahan Data

Pemindahan data adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode

ke dalam komputer. (Prasetyo, 2005). Dalam hal ini, data yang dipindahkan adalah

data jumlah responden yang berasal dari data mentah hasil penyebaran kuesioner.

Selanjutnya data tersebut dihitung jumlah bobot nilai yang terdapat dalam jawaban

responden dan dipersentasekan jumlahnya. Kemudian setiap elemen dicari rata-rata

persentasenya dengan cara menjumlahkan poin kriteria yang menyatakan “ya” yang

berarti (+1), lalu dibagi dengan jumlah kriteria setiap elemen.

3) Penyajian Data

Penyajian data merupakan bentuk hasil pengolahan data. Jumlah responden

yang menyatakan “ya” dan “tidak” dipersentasekan dalam bentuk hasil pengolahan

data. Adapun bentuk hasil pengolahan data terdiri dari 2 bagian yaitu:

a. Numerik atau dalam bentuk angka: hasil pengolahan data yang berupa numerik

dapat disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel. Contoh yang dipakai untuk

numerik atau angka ialah tabel frekuensi.

b. Grafik atau dalam bentuk gambar: penyajian data dengan menggunakan grafik

harus memperhatikan tingkat pengukuran yang dipergunakan. Contoh yang

dipakai untuk grafik ialah seperti polygon dan piechart. (Prasetyo, 2005)

51

Universitas Sumatera Utara


Penyajian data untuk jumlah responden dan rata-rata persentase yang

digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk angka (tabel distribusi frekuensi)

dan gambar yang disajikan dalam bentuk piechart.

c. Metode Analisis Univariat

Penganalisiasan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan

data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data

dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. Dalam penyusunan tugas

akhir ini, analisis pengolahan data yang dipakai ialah analisis univariat. Analisis

univariat adalah analisis tehadap suatu variabel. (Prasetyo, 2005)

Untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3 dipakai rumus ukuran

pemusatan. Dalam hal ini ukuran pemusatan yang dipakai adalah nilai rata-rata

hitung. Untuk menentukan nilai rata-rata hitung dapat dilakukan tergantung dari

sekumpulan data yang dipunyai, atau dengan kata lain apakah data-data itu masih

merupakan kumpulan data yang belum disusun ke dalam tabel frekuensi ataukah

data-data yang dipunyai telah disusun menjadi suatu daftar tabel frekuensi, sehingga

perhitungan nilai rata-ratanya dikategorikan ke dalam model. Berikut ini adalah

formulasi rata-rata hitung terbagi atas 2 jenis yaitu:

Rata-rata hitung untuk data yang belum dikelompokkan

- Perhitungan nilai rata-rata untuk data yang belum dikelompokkan ke dalam

daftar distribusi frekuensi, dinyatakan dengan rumus:

52

Universitas Sumatera Utara


Rata-rata hitung untuk data yang sudah dikelompokkan

Untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3, maka dipakai rumus

ukuran pemusatan dengan perhitungan nilai rata-rata yang belum dikelompokkan

dengan rumus:

(Supangat, 2007)

Keterangan : = Rata-rata

jumlah keseluruhan persentase

= jumlah masing-masing persentase terhadap kriteria

= jumlah kriteria

53

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Uraian Umum

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan

analisis univariat. Kuantitatif ialah pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah

ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode

ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek

pembangunan gedung Siloam Hospital berdasarkan hasil penyebaran kuesioner.

Penggunaan kuantitatif dan analisis univariat dimulai dengan penentuan kriteria atau

kategori yang ingin diteliti. Kriteria yang diteliti terdiri dari 5 prinsip dasar yaitu;

kebijakan atau komitmen, perencanaan, penerapan dan operasi kegiatan, evaluasi

atau pemeriksaan dan tinjauan manajemen atau tindakan perbaikan.

Penggunaan metode kuantitatif dimulai dari pengkodean data, pemindahan

data dan penyajian data. Untuk pengkodean dan pemindahan data disusun

sedemikian rupa dalam bentuk tabel untuk mengetahui banyaknya jumlah responden

yang menyatakan “ya” dan “tidak” untuk setiap kategori, sedangkan penyajian data

dibuat dalam bentuk numerik (angka) yang disajikan dalam tabel frekuensi dan

dalam bentuk grafik (gambar) yang disajikan dalam piechart. Jumlah responden

sudah diubah dalam bentuk persen (%), maka dicari rata-rata atau ukuran

pemusatannya dengan menggunakan metode analisis univariat. Analisis data yang

berdasarkan analisis univariat dibuat atas susunan data dalam suatu tabel yang telah

diklasifikasikan menurut kriteria atau kategori-kategori tertentu sehingga diperoleh

jumlah dan rata-rata persentase untuk setiap kategori.

Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan penerapan SMK3, digunakan

metode deskriptif kualitatif. Secara sederhana penelitian kualitatif adalah meneliti

54

Universitas Sumatera Utara


informan sebagai subjek penelitiannya, sedangkan deskriptif kualitatif berarti

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang pengertiannya adalah

penggambaran secara mendalam terhadap situasi atau proses yang diteliti. Oleh

karena itu, metode deskriptif kualitatif dalam penulisan tugas akhir ini ialah

menggambarkan kegiatan dan pengelolaan SMK3 pada proyek pembangunan gedung

Siloam Hospital secara sederhana dan menyeluruh. Pengumpulan informasi berupa

data sekunder seperti; hasil wawancara, gambar, foto dan observasi langsung ke

proyek konstruksi tersebut. Dengan data tersebut juga akan diperoleh faktor-faktor

yang mempengaruhi penerapan SMK3 di proyek tersebut.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Medan pada proyek pembangunan gedung

Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol. Proyek ini digunakan untuk penelitian karena

sudah menetapkan kebijakan atau komitmen mengenai Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

3.3. Tahap dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini dapat dilihat dari beberapa tahap sebagai berikut:

a. Penetapan sasaran studi.

b. Penyusunan kriteria yaitu; kebijakan, perencanaan, penerapan dan operasi

kegiatan, evaluasi dan tinjauan manajemen.

c. Pengumpulan data primer melalui kuesioner untuk mencari jumlah responden

dalam setiap kriteria dan data sekunder melalui perolehan data dari proyek.

d. Analisis data primer dengan metode kuantitatif untuk menyusun banyaknya

jumlah responden dalam setiap kriteria dan analisis univariat untuk mencari

persentase pelak data sekunder dengan metode deskriptif kualitatif.

55

Universitas Sumatera Utara


e. Total hasil nilai disajikan dalam hasil metode kuantitatif dan analisis univariat.

3.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terdiri dalam 2 bagian yaitu data primer dan data

sekunder sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh dan diketahui langsung

dari objek penelitian. Data primer yang dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner

dan pertanyaannya dibuat berdasarkan acuan Permen Nomor: 09/PRT/M/2008.

Dalam hubungannya yang leluasa dan tidaknya responden untuk memberikan

jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, maka jenis pertanyaan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup ialah

pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga responden dibatasi dalam

memberikan jawaban kepada beberapa alternatif saja ataupun kepada satu jawaban

saja sehingga dapat lebih dimengerti. Kuesioner disebarkan kepada 9 pekerja dan 9

pegawai/staff manajemen. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas

lima yaitu; kebijakan K3, perencanaan, penerapan dan operasi kegiatan, evaluasi atau

pemeriksaan dan tinjauan manajemen.

Kuesioner yang dibuat untuk pekerja mencakup 3 elemen yaitu kebijakan,

perencanaan, dan penerapan operasi kegiatan. Tujuan dari 3 elemen yang digunakan

untuk para pekerja ialah sebagai berikut:

1) Kebijakan K3: untuk mengetahui apakah para pekerja mengetahui kebijakan K3 di

proyek tersebut.

56

Universitas Sumatera Utara


2) Perencanaan: untuk mengetahui apakah para pekerja mengetahui adanya rencana

kerja program K3 yang dibentuk oleh petugas yang berwenang dengan kewajiban

memberikan dan membuat:

- perlengkapan keamanan K3.

- pembentukan dan laporan rutin P2K3.

- pelatihan khusus proyek mengenai pengetahuan umum K3.

- tanggungjawab perusahan terhadap kecelakaan kerja.

- motivasi pekerja agar bertanggungjawab terhadap aspek K3.

- daftar hadir atau absensi harian untuk para pekerja.

- prosedur penanggulangan situasi tanggap darurat.

3) Penerapan dan operasi kegiatan: untuk mengetahui apakah para pekerja

melaksanakan dan mematuhi atau bahkan melanggar program K3 yang telah

dibentuk oleh petugas yang berwenang dan menggunakan dengan baik fasilitas

keamanan yang telah diberikan. Di samping itu juga, untuk mengetahui apakah

petugas telah menerapkan program K3 yang telah dibentuk sebelumnya dalam

perencanaan serta memberikan fasilitas baik dari segi keamanan menurut

keselamatan para pekerja.

Kuesioner untuk para pegawai/staff manajemen mencakup 5 elemen karena

mereka merupakan bagian instansi SMK3 yang bergerak di bidangnya. Adapun

pembagian jumlah elemen masing-masing menurut kriteria adalah sebagai berikut:

1. Untuk pekerja berdasarkan 3 kriteria yang terdiri dari:

 Kebijakan K3 : 2 elemen.

 Perencanaan : 9 elemen.

 Penerapan dan operasi kegiatan : 36 elemen.

2. Untuk pegawai/staff manajemen berdasarkan 5 kriteria yang terdiri dari:

57

Universitas Sumatera Utara


 Kebijakan K3 : 10 elemen.

 Perencanaan : 47 elemen.

 Penerapan dan operasi kegiatan : 43 elemen.

 Evaluasi : 25 elemen.

 Tinjauan Manajemen : 15 elemen.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh berupa dokumen-dokumen

yang terdapat dalam proyek yang mencakup:

- Data pernyataan kebijakan K3 perusahaan yang sudah disetujui oleh Direktur

Utama PP (Persero)

- Data umum proyek (sertifikat penghargaan penerapan SMK3)

- Program kerja K3 di lapangan.

- Data perencanaan yang mencakup; identifikasi pengendalian bahaya dan resiko

(IBPR), daftar undang-undang K3, sasaran dan program K3 dan matriks

pengendalian resiko.

- Dokumentasi penerapan K3 (foto-foto yang diambil pada saat peninjauan di

lapangan)

- Data audit internal perusahaan.

3.4.2. Teknik Pengolahan Data (Analisa Data)

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek

pembangunan gedung Siloam Hospital digunakan 2 metode yaitu:

 Metode Kuantitatif

58

Universitas Sumatera Utara


Metode ini dipakai untuk mengetahui banyaknya jumlah responden yang

terdapat dalam susunan kriteria. Pengolahan data melalui metode ini terdapat dalam

3 tahap yaitu:

a. Pengkodean data: Dalam hal ini diberi bobot/nilai untuk jawaban responden yang

dibuat berdasar pertanyaan-pertanyaan setiap kriteria yang terdapat dalam

kuesioner dimulai dari A1-A10, B1-B47, C1-C43, D1-D26 dan E1-E15. Beri

nilai/bobot untuk kuesioner yang dimana responden membubuhkan tanda check

(√) pada kolom YA dan TIDAK. Apabila YA bernilai 1 (satu) dan apabila TIDAK

bernilai 0 (nol).

b. Pemindahan data: memindahkan data yang sudah dihitung jumlah bobot nilai yang

terdapat dalam jawaban responden. Dalam hal ini, data yang dipindahkan adalah

data jumlah responden yang berasal dari data mentah hasil penyebaran kuesioner.

Selanjutnya data tersebut dihitung jumlah bobot nilai yang terdapat dalam

jawaban responden dan dipersentasekan jumlahnya. Kemudian setiap elemen

dicari rata-rata persentasenya dengan cara menjumlahkan poin kriteria yang

menyatakan YA yang berarti (+1), lalu dibagi dengan jumlah kriteria setiap

elemen.

c. Penyajian data: penyajian data untuk jumlah responden dan rata-rata persentase

yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk angka disajikan dalam

bentuk tabel frekuensi dan gambar yang disajikan dalam bentuk piechart.

 Metode Analisis Univariat

Metode ini dipakai untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3.

Analisis univariat dipakai dalam satu variabel yang telah diklasifikasikan menurut

kriteria tertentu sehingga diperoleh jumlah dan rata-rata persentase untuk setiap

kriteria.

59

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3 dipakai rumus ukuran

pemusatan sebagai berikut:

3.5. Hasil Analisis Data

Hasil analisis data berdasarkan rata-rata untuk setiap persentase yang ada

dalam 5 elemen penerapan SMK3 tersebut yang sudah diperoleh dari hasil evaluasi,

sehingga mendapatkan kesimpulan untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan

SMK3 di Siloam Hospital ini berdasarkan penentuan nilai keberhasilan yang tertulis

dalam Permenaker Nomor: 05 tahun 1995.

60

Universitas Sumatera Utara


3.6. Diagram Alir Penelitian

Data Primer untuk analisis Data Sekunder untuk analisis


keberhasilan SMK3 di lapangan pelaksanaan penerapan SMK3
Hasil penyebaran kuesioner berdasarkan - Data pernyataan kebijakan K3
jawaban responden yang memperoleh: perusahaan
- Jumlah responden untuk kategori - Data identifikasi pengendalian bahaya
kebijakan/komitmen K3 di proyek dan resiko
- Jumlah responden untuk kategori - Daftar undang-undang K3
perencanaan (safety plan) di proyek - Program kerja K3 di lapangan
- Jumlah responden untuk kategori - Data umum proyek
penerapan & operasi kegiatan di - Dokumentasi penerapan K3/Foto
proyek - Evaluasi K3 (Safety Asessment)
- Jumlah responden untuk kategori
pemeriksaan K3 di proyek
- Jumlah responden untuk kategori
tinjauan ulang di proyek

Analisis Pelaksanaan SMK3


Analisis Keberhasilan SMK3
 Metode Deskriptif Kualitatif
 Metode Kuantitatif untuk menyusun
mengetahui:
banyaknya jumlah responden dalam
Pelaksanaan SMK3 di lapangan
setiap kriteria yang terdiri dari 3 tahap:
berdasarkan 5 kriteria dasar;
- Pengkodean data
kebijakan, perencanaan, penerapan
- Pemindahan data
dan operasi kegiatan, evaluasi dan
- Penyajian data
tinjauan manajemen
 Metode Analisis Univariat untuk
mengetahui:
- Persentase jumlah frekuensi SMK3

Hasil Analisis

Berdasarkan Permen Nomor 5 tahun 1996 Berdasarkan Hasil Audit Internal di


(Klasifikasi nilai ukur pencapaian lapangan
keberhasilan SMK3) (Safety Asessment)
Tingkat atau kategori pencapaian keberhasilan Nilai pelaksanaan penerapan SMK3 di proyek
penerapan SMK3

Faktor yang mempengaruhi


penerapan SMK3

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1.: Bagan Alir Penelitian

61

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Umum

Pembangunan gedung Siloam Hospital yang berlokasi di Jln. Imam Bonjol

Medan ini merupakan pembangunan proyek konstruksi yang dibangun oleh PT PP

(Persero) yang berlandaskan green construction. Sebagaimana juga telah disebutkan

bahwa proyek tersebut memiliki visi sebagai “Sustaining performance with

sustanable environment through green construction” yang artinya memiliki

komitmen yang tinggi terhadap lingkungan serta menjadi bagian dari kesehatan

lingkungan. Sedangkan misi dan targetnya adalah “Menjadi juara dalam quality,

safety and house keeping award”. Dalam hal ini, keselamatan dan kesehatan kerja

pada proyek sangatlah diperhatikan. Agar tercapainya misi dan visi yang bertujuan

untuk keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek ini, maka dibuatlah Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Sebab tujuan dan sasaran

SMK3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja di tempat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja

yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit

akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) terdiri dari 5 elemen sebagai

berikut:

1. Kebijakan K3

2. Perencanaan K3

3. Penerapan dan operasi kegiatan

4. Evaluasi/ Pemeriksaan

62

Universitas Sumatera Utara


5. Tinjauan manajemen K3

Dalam bab ini akan dibahas mengenai evaluasi penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan tujuan penelitian Tugas

Akhir dalam 5 elemen yang tercakup di dalamnya.

4.2. Profil Perusahaan

4.2.1. Deskripsi Proyek

Adapun deskripsi umum pembangunan gedung Siloam Hospital di Medan ini

tercantum sebagai berikut:

Nama Proyek : Siloam Hospital Medan

Pemilik : PT. BANGUN KARYA SEMESTA

Kontraktor : PT. PP (Persero) Tbk.

Lingkup Pekerjaan : Struktur dan arsitektur

Nilai Kontrak : Rp. 64.270.000.000,00 ( Excld. PPN 10%)

Waktu Pelaksanaan : 10 bulan

Sifat Kontrak : Lump sum

4.2.2. Data Teknis Proyek

Adapun data umum teknis proyek pembangunan Siloam Hospital adalah

sebagai berikut:

Jenis Bangunan : High risk building.

Fungsi : Rumah Sakit.

Luas Lahan : 27.829,98 m².

Luas Total Bangunan : 2.441,70 m².

Jumlah Lantai : Basement 3 lantai dan upper structure 10 lantai.

Kondisi eksisting : Dikelilingi bangunan tinggi dan sudah terdapat dinding

63

Universitas Sumatera Utara


penahan tanah.

4.2.3. Lokasi Proyek

Siloam Hospital terletak di Jln. Imam Bonjol Medan, Petisah, Medan Sumut.

Di bawah ini merupakan denah peta lokasi di sekitaran Siloam Hospital yang

ditandai dengn huruf berwarna merah yang menunjukkan lokasi proyek tersebut.

Gambar 4.1.: Denah Lokasi Proyek

4.3. Visi dan Misi Perusahaaan

Proyek pembangunan gedung Siloam Hospital ini dibangun oleh Perusahaan

Perumahan (PP) yang berlandaskan sustaining performance with sustanable

environment through green construction yang artinya memiliki komitmen yang tinggi

terhadap lingkungan yang menjadi bahagian dari kesehatan lingkungan. Adapun visi

dan misi perusahaan ini adalah sebagai berikut:

Visi : Menyetarakan dengan standard proyek-proyek percontohan Cabang 1 dengan

mengedepankan zero accident dan green contractor.

Misi : - Menjaga ketenangan dan kenyamanan lingkungan di sela aktifitas kerja yang

tinggi untuk menuju hasil kerja yang baik dan sempurna.

- Menerapkan program K3 menjadi kebutuhan pekerja.

64

Universitas Sumatera Utara


- Pengendalian waste management dan aspek lingkungan.

- Mengendalikan kebisingan dan emisi gas buang.

4.4. Pelaksanaan Penerapan SMK3 Proyek Siloam Hospital

4.4.1. Komitmen dan Kebijakan K3

Kebijakan K3 merupakan pernyataan tertulis dari manajemen puncak

perusahaan tentang niat perusahaan tersebut untuk membangun K3 dalam aktifitas

sehari-hari perusahaan.

Proyek pembangunan Siloam Hospital adalah proyek yang dibangun oleh PT

PP (Persero). Sebagai perusahaan yang bergerak dalam uasaha jasa konstruksi dan

investasi, PT PP (Persero) menetapkan kebijakan di bidang kualitas, K3 dan

lingkungan yang berlaku bagi seluruh unit di perusahaan yang dimana telah terdapat

item-item perjanjian yang akan dipatuhi oleh para pekerja serta pihak-pihak yang

bersangkutan. Kebijakan ini disetujui dan ditandatangani oleh direktur utamanya di

Jakarta.

Adapun komitmen dan kebijakan dalam bidang K3 yang tercantum secara

tertulis untuk pembangunan proyek ini adalah sebagai berikut:

a. Mencegah terjadinya cedera dan sakit akibat kerja.

b. Melakukan perbaikan yang berkesinambungan terhadap K3 dan pengelolaan

lingkungan dengan melibatkan pihak terkait.

c. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mempertimbangkan dampak

lingkungan dalam setiap kegiatan kerja.

d. Penerapan sistem manajemen SHE selalu mentaati peraturan-peraturan dan

persyaratan lain yang berlaku.

Adapun tujuan dan sasaran pembentukan K3 dalam proyek ini adalah:

65

Universitas Sumatera Utara


a. Menjamin agar dalam pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit

akibat kerja.

b. Menjamin produktifitas tidak terganggu.

c. Menuju kondisi nol kecelakaan (zero accident).

Adapun implementasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam proyek

ini adalah sebagai berikut:

a. Membentuk tim safety patrol yang secara periodik melaksanakan inspeksi.

b. Tindakan langsung di lapangan untuk hal-hal yang membahayakan.

c. Laporan/record safety patrol untuk dibahas dalam rapat lapangan.

4.4.2. Perencanaan K3 (Safety Plan) Perusahaan

Sebelum memulai penerapan atau pelaksanaan K3, maka dibuatlah

perencanaan K3 demi mencapai target dan sasaran keselamatan setiap pekerja dan

karyawan yang bekerja di proyek tersebut. Perencanaan di perusahaan ini memuat

hal sebagai berikut:

4.4.2.1. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko (IBPR)

Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian (IBPR) merupakan

salah satu bagian perencanaan yang utama dilaksanakan sebelum memulai penerapan

dan operasi kegiatan. IBPR yang terdapat dalam proyek ini terdiri atas beberapa

kegiatan konstruksi yang disusun menurut konsep item pelaksanaan dengan potensi

bahaya yang bisa terjadi, serta berhubungan dengan tingkat resiko menurut tinggi

rendahnya. Kegiatan yang terdapat dalam IBPR terdiri dari:

1) Kegiatan kantor, meliputi beberapa kegiatan seperti; pemadaman api dengan

APAR, membuat jalur evakuasi, bekerja di dalam ruangan, mengatur parkir,

66

Universitas Sumatera Utara


menangkap pencuri, mengoperasikan genset, menanggulangi huru-hara,

pemakaian AC dan mengendarai kendaraan.

2) Pekerjaan persiapan, meliputi beberapa kegiatan yang cukup beresiko tinggi

seperti; pembuatan pagar proyek, bongkar muat barang secara manual, Instalasi

listrik untuk pekerjaan sementara, bongkar muat barang menggunakan alat,

erection tower crane dan pembersihan lokasi.

3) Pekerjaan struktur, meliputi beberapa kegiatan yang cukup beresiko tinggi seperti;

galian pondasi, pembesian pondasi, pengecoran pondasi, pembesian kolom

praktis, pengecoran kolom, install plat deck, pengoperasian TC, erection rangka

baja, pekerjaan pengelasan dan pembongkaran bekisting.

4) Pekerjaan arsitektur/finishing, meliputi beberapa kegiatan yang cukup beresiko

tinggi seperti; Pekerjaan kulit luar, pekerjaan water proofing membrane roof top/

couting, pekerjaan pasangan batu bata, plester dan acian, pemasangan pintu dan

jendela, pekerjaan plafond, pengecatan plafond, pekerjaan marmer dan keramik,

pengecatan dinding gedung, sanitary dan pemasangan railing.

Kegiatan konstruksi di atas merupakan bagian dari kegiatan yang beresiko

tinggi karena mempunyai potensi bahaya tinggi dan dibutuhkan penanganan khusus

untuk menanggulanginya. Untuk itu, maka IBPR sangat penting dibuat agar setiap

pekerja dan karyawan yang bekerja di proyek tersebut mengetahui resiko dan bahaya

dalam setiap pelaksanaan kegiatan konstruksi.

Pengendalian resiko atau penanggulangan resiko yang dibuat untuk

meminimalkan kecelakaan dapat dilihat dalam matriks rekomendasi control potensi

bahaya signifikan yang dibuat dalam 12 jenis pekerjaan berdasarkan 5 cara

pengendalian resiko yaitu:

67

Universitas Sumatera Utara


1) Eliminasi, tidak dilakukan pada proyek ini karena tidak ada bahaya yang

signifikan untuk menghilangkan sumber bahaya yang ada di tempat kerja.

2) Substitusi, tidak dilakukan karena tidak ada proses penggantian bahan untuk

penanggulangan bahaya resiko.

3) Engineering control, mencakup cover atau pemberitahuan bahaya kerja berupa

slogan-slogan K3.

4) Pengendalian administrasi, mencakup rambu K3 dan SIB (Surat Ijin Berkendara).

Rambu K3 dilakukan seperti pada pekerjaan patroli K3 dan pemasangan lift,

sedangkan SIB digunakan pada saat mengendarai kendaraan.

5) Pemakaian APD, mencakup helmet (pelindung kepala), sarung tangan (pelindung

tangan, sepatu safety (pelindung kaki), baju kerja, live jacket dan apron

(pelindung tubuh), masker, masker kimia dan welding protect (pelindung wajah),

ear plug dan ear muff (pelindung telinga), eye goggle (pelindung telinga), safety

belt (pelindung bahaya jatuh).

4.4.2.2. Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya

Pemenuhan perundang-undangan dan peryaratan lainnya dibuat dalam setiap

item pekerjaan yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan. Perundang-undangan ini

dibuat agar para pekerja dan karyawan mematuhi setiap peraturan yang berlaku

dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi dan mengetahui apa saja sanksi akibat

pelanggaran peraturan yang telah dibuat. Perundang-undangan yang dipakai dalam

proyek ini ada dalam peraturan:

1) PER 01/MEN/1980 terdapat pada pasal 51 dan pasal 58 yang ada pada ayat (1)

dan (2):

68

Universitas Sumatera Utara


 Pasal 51: Mesin-mesin pekerjaan kayu yang digunakan harus dipelihara dengan

baik sehingga terjamin keselamatan dan kesehatan dalam pemakaiannya.

 Pasal 58 Ayat (1): Traktor dan truck yang digunakan harus dipelihara

sedemikian rupa untuk menjamin agar dapat menahan tekanan dan muatan

maksimum yang diijinkan dan dapat dikemudikan serta direm dengan aman

dalam situasi bagaimanapun juga.

 Pasal 58 Ayat (2): Traktor dan truck tersebut ayat (1) pasal ini hanya boleh

diijinkan oleh pengemudi yang terlatih.

Permenaker ini dipakai pada kegiatan kantor, pekerjaan

arsitektur/finishing dan pada pekerjaan mekanikal/elektrikal.

2) Undang-undang No.1 thn 1970, III.pasal 3 (ayat (b), (f), (h), (l) dan (q).

 Ayat (b): mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

 Ayat (f): memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

 Ayat (h): mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

 Ayat (l): memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

 Ayat (q): mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

Undang-undang ini dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan persiapan,

pekerjaan struktur dan pekerjaan arsitektur/finishing.

3) SKB Menaker dan MenPU No.174/Men/86 dan No.104/Kpts/86 tentang

Pedoman Teknis K3 pada Tempat Kegiatan Konstruksi, XIII.13.12 terdapat pada

pasal:

 (Pasal 2): Setiap pengurus kontraktor, pemimpin pelaksanaan pekerjaan atau

bagian pekerjaan dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi, wajib memenuhi

syarat-syarat K3 seperti ditetapkan dalam buku pedoman tersebut pasal 1.

69

Universitas Sumatera Utara


 (Pasal 3): Menteri Pekerjaan Umum berwenang memberikan sanksi administrasi

terhadap pihak-pihak yang tersebut pada pasal 2 dalam hal tidak mentaati

ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam buku pedoman.

SKB Menaker dan MenPU ini digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan

struktur dan pekerjaan arsitektur/finishing.

4) Keputusan Direktur Jenderal PPK Nomor: 45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja bekerja pada ketinggian dengan menggunakan

akses tali (Rope Access). Peraturan ini terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan

struktur.

5) Kepmenaker No: KEP-196/MEN/1999. Peraturan ini terdapat dalam pelaksanaan

pekerjaan mekanikal/elektrikal.

4.4.2.3. Sasaran dan Program K3

Sasaran dan program K3 merupakan tujuan dan target yang dilaksanakan

melalui program kerja K3 demi mencapai keselamatan dan kesehatan kerja bagi

pekerja dan karyawan yang bekerja di proyek ini. Sasaran dalam pelaksanaan proyek

ini adalah:

1) Menjamin agar dalam pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit

akibat kerja.

2) Menjamin agar produktivitas tidak terganggu.

3) Menuju kondisi nol kecelakaan (zero accident).

Sedangkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ada di

proyek Siloam Hospital terdiri atas:

1) Perencanaan K3 (Safety Health Environmental Plan)

Perencanaan K3 merupakan petunjuk atau gambaran pelaksanaan SHE di

area proyek (safety plan).

70

Universitas Sumatera Utara


2) Target

Target dari program kerja keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah agar

tidak adanya sama sekali kecelakaan (zero accident).

3) Induksi K3 (SHE Induction)

SHE induction merupakan pendekatan dan pegarahan tentang SHE,

housekeeping dan ketertiban proyek kepada pekerja baru dan pekerja sebelum

melakukan pekerjaan yang berpotensi bahaya.

4) Himbauan K3 (SHE Talk)

SHE talk adalah salah satu program kerja yang terdapat di proyek Siloam

Hospital yang merupakan himbauan yang diberikan kepada pekerja oleh pihak

project manager dan bagian SHEO di lapangan. Dari hasil survey, himbauan-

himbauan tersebut dapat kita lihat sebagai berikut:

 Tetap menjaga K3 di sela kegiatan kerja yang padat sesuai dengan target yang telah

direncanakan.

 Memperkuat koordinasi pekerjaan untuk menghindari ada kerjaan yang tertinggal

karena akan menghambat target waktu pelaksanaan proyek.

 Mengumpulkan data kecelakaan 2 minggu terakhir.

 Penegasan terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) menurut kegiatan dan

aktivitasnya.

 Kabel, kran air dan fasilitas yang telah disediakan harus dijaga, apabila ada

kerusakan maka segera dilaporkan ke bagian peralatan.

5) Inspeksi K3 (Inspeksi SHE)

Inspeksi K3 adalah inspeksi yang dilakukan untuk memonitor pelaksanaan

SHE dan untuk menjaga konsistensi penerapan SHE di proyek. Inspeksi SHE

dilakukan setiap hari sabtu jam 09-10.00.

71

Universitas Sumatera Utara


6) K3 Patrol (SHE Patrol)

SHE patrol merupakan bagian dari program kerja K3 yang dalam elemen

perencanaan ini dibuat sebuah schedule safety patrol time yang telah mendaftarkan

para pegawai/staff yang berkepentingan. Persyaratan yang terdapat dalam schedule

perencanaan SHE patrol ini adalah sebagai berikut:

 Safety patrol wajib diikuti oleh setiap personil PP (Persero) yang terdaftar.

 Seluruh mandor dan personil subkontraktor yang terdaftar dalam schedule safety

patrol wajib mengikuti safety patrol.

 Bagi pihak yang tidak dapat mengikuti safety patrol harus memberitahukan kepada

petugas safety sehari sebelumnya.

7) Rapat K3 (SHE Meeting)

SHE meeting dapat diistilahkan sebagai pertemuan atau rapat untuk

membahas masalah yang mungkin terjadi dan tindakan pencegahannya serta

melaporkan kecelakaan yang terjadi dan langkah-langkah perbaikannya. SHE

meeting dapat berupa masalah-masalah yang harus ditangani segera seperti berikut:

 Safety Induction: misalnya, ada beberapa pekerja yg belum diberi pengarahan.

 Surat ijin bekerja (SIB): misalnya, surat ijin bekerja tidak berjalan per harinya.

 Alat pelindung diri (APD).

 Bon peminjam alat.

 Pembersihan area kerja.

8) House Keeping

House keeping merupakan target kerja lingkungan bersih, rapi dan sehat.

9) Pelatihan K3 (Training SHE)

72

Universitas Sumatera Utara


Training SHE atau peltihan K3 dalam proyek ini ditujukan kepada karyawan,

mandor, subkontraktor mengenai dasar-dasar K3, P3K, cara pemadaman api dan

tanggap darurat serta cara pembuangan sampah yang tepat.

4.4.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan

Penerapan dan operasi kegiatan merupakan bagaimana pelaksanaan SMK3

yang diterapkan di lapangan menurut perencanaannya (safety planning). Penerapan

di proyek ini mencakup beberapa hal sebagai berikut:

4.4.3.1. Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban

Pimpinan puncak berkewajiban memberi sumber daya yang ada kepada

penyedia jasa demi penerapan dan peningkatan SMK3 dan penyedia jasa harus

mempertanggungjawabkan kinerja SMK3 tersebut. Adapun tim yang dibentuk dalam

situasi tanggap darurat terdapat dalam struktur organisasi. Struktur organisasi

dibentuk berdasarkan jabatan dan kegunaannya masing-masing. Struktur organisasi

tanggap darurat yang ada di proyek Siloam Hospital dapat dilihat dalam gambar

sebagai berikut:

Gambar 4.2: Struktur Organisasi Tanggap Darurat

Peran dan tanggung jawab organisasi merupakan orang-orang atau bagian

yang bertanggung jawab dalam pembentukan SMK3 dalam suatu proyek yang telah

73

Universitas Sumatera Utara


diberi tugas masing-masing sesuai jabatannya masing-masing. Orang-orang atau

bagian yang terbentuk dalam organisasi ini adalah sebagai berikut:

a. Ketua Team, bertugas untuk menindaklanjuti laporan hasil invesitigasi.

b. SAM/SOM (Koordinator Kantor/ Koordinator Lapangan)

Adapun tugas dan kewajiban dari SAM/SOM adalah sebagai berikut:

 Melaporkan hasil investigasi ke PM.

 Menindaklanjuti laporan hasil investigasi.

c. SHEO (Koordinator Lingkungan)

SHEO memiliki tugas dalam hal sebagai berikut:

 Melakukan investigasi dan membuat laporan investigasi lapangan.

 Melakukan pencegahan penyebaran bahan kimia yang lebih luas apabila terjadi

tumpahan.

d. Bagian Peralatan (Koordinator Pemadam Kebakaran)

Bagian peralatan dalam hal pemadaman kebakaran memiliki tugas sebagai

berikut:

 Pemadaman api bila terjadi kebakaran.

 Melaporkan ke SAM/SOM bila terjadi keadaan darurat / kebakaran.

 Melakukan pendataan terhadap orang yang berkumpul di area aman setelah

proses evakuasi.

e. SEM/GSP (Koordinator Evakuasi)

Koordinator evakuasi yang dilaksanakan oleh SEM/GSP memiliki tugas

sebagai berikut:

 Melakukan evakuasi terhadap seluruh pekerja yang berada di area gedung bila

terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya.

 Melakukan pencarian bila masih ada orang yang belum berkumpul di area aman.

74

Universitas Sumatera Utara


 Melaporkan ke SAM/SOM bila terjadi kondisi darurat.

f. Security/satpam (Koordinator Keamanan)

Adapun tugas kewajiban security ada dalam hal sebagai berikut:

 Memeriksa dan menindaklanjut bila terjadi kondisi darurat.

 Memeriksa secara rutin kondisi tabung pemadam kebakaran.

 Memeriksa secara rutin kondisi penempatan dan pewadahan limbah B3.

 Memadamkan api bila terjadi kebakaran.

 Memeriksa keadaan ruang gedung bila terlihat asap / api kecil.

 Memadamkan api bila terjadi kebakaran.

 Melaporkan ke SAM/SOM bila terjadi keadaan darurat/kebakaran.

 Melakukan pendataan terhadap orang yang berkumpul di area aman setelah

proses evakuasi.

 Memadamkan aliran listrik bila terjadi kondisi darurat.

 Menutup pintu area kerja bila terjadi huru hara.

4.4.3.2. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian

Kompetensi, pelatihan dan kepedulian di proyek ini dapat dilihat dalam

pelaksanaan program kerja K3 pada awal sebelum memulai proyek sampai selesai.

Sebelum memulai pekerjaan di proyek ini, maka dibuatlah prosedur demi penjagaan

keselamatan yang digunakan selama berlangsungnya pekerjaan. Prosedur ini terbagi

atas 3 bagian yaitu:

1) Penunjukan Sub Kontraktor/Mandor

Penunjukan sub kontraktor/mandor dilakukan sebelum memulai awalnya

pekerjaan. Hal ini dilaksanakan agar mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-

masing mandor. Adapun penunjukan subkontrakror/mandor ini adalah:

 Dilakukan oleh Site Engineering Manager (SEM).

75

Universitas Sumatera Utara


 Pengarahan K3 berlaku untuk sub kontrator/mandor baru oleh SEM.

 Pemberian form Surat Ijin Memulai Pekerjaan (SIMP) oleh SEM.

2) Pengajuan Surat Ijin Bekerja (SIB) di Lokasi Proyek

SIB diajukan sewaktu masa kerja di proyek agar setiap sub

kontraktor/mandor yang siap bekerja di proyek tersebut memenuhi segala peraturan

yang telah disusun di proyek tersbut. Adapun pengajuan surat ijin bekeja di lokasi

proyek Siloam Hospital ini adalah sebagai berikut:

 Setiap sub kontraktor/mandor yang baru wajib mengajukan SIB.

 SIB diajukan maximal saat akan melaksanakan pekerjaan.

 SIB diajukan ke SHEO (safety health environmental officer).

 SHEO menjelaskan peraturan-peraturan yang berlaku di proyek dan syarat-syarat

safety yang wajib dilaksanakan oleh sub kontraktor/mandor.

3) Pemeriksaan Safety

Pemeriksaaan safety yang dilaksanakan di proyek pembangunan gedung

Siloam Hospital ini dapat dilihat sebagai berikut:

 SHEO memeriksa semua peralatan yang sudah direkomendasikan untuk disediakan

oleh sub kontraktor/mandor pada saat pengajuan SIB.

 SHEO meneruskan SIB ke GSP apabila subkontraktor/mandor sudah memenuhi

persyaratan safety sesuai dengan yang tertera pada SIB dan setelah

penandatanganan SIB oleh SHEO.

 GSP tidak diperbolehkan mengijinkan sub kontraktor/mandor memulai pekerjaan

sebelum SHEO menandatangani SIB.

 SHEO mengadakan safety induction kepada pekerja baru yang memasuki lokasi

proyek.

76

Universitas Sumatera Utara


4) Target

Target pencapaian tahap-tahap prosedur yang dilaksanakan sebelum memulai

pekerjaan adalah tidak adanya kecelakaan (zero accident), tidak mencemari

lingkungan sekitar dan proyek bersih, rapi, sehat dan nyaman.

4.4.3.3. Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultasi

Dalam hal keterlibatan dan konsultansi, penyedia jasa sudah menerapkan

pekerja dalam hal pelaksanaan untuk siap siaga terhadap setiap item pekerjaan yang

terdapat dalam IBPR demi tercapainya tujuan dan sasaran K3 di proyek ini. Begitu

juga dengan para pemasok dan sub kontraktor, penyedia jasa mengadakan konsultasi

kerjasama mengenai keselamatan kerja. Kerjasama dalam hal konsultasi ini terdapat

dalam lampiran dokumentasi.

a. Dokumentasi

Pelaksanaan program K3 yang sudah dibuat dalam program kerja K3

disimpan dan didokumentasi sebagai bukti pelaksanaannya dan supaya mengetahui

secara jelas apa saja kekurangan yang terdapat dalam perencanaan yang sudah dibuat

dalam suatu program. Dokumentasi pada proyek Siloam Hospital ini terdapat dalam

lampiran dokumentasi.

b. Pengendalian Dokumen

Pengendalian dokumen diperiksa secara berkala untuk mengetahui

kekurangan dan upaya peningkatan dokumen dalam hal identifikasi dokumen.

Dokumen disimpan dan selalu diberi penomoran agar mengetahui dokumen mana

yang sudah berlalu dan berlanjut digunakan sampai pada akhirnya pelaksanaan

pekerjaan. Dokumen tersebut disetujui oleh pihak yang berwenang dan disimpan

oleh SHEO untuk memelihara dan menjaga dari hal yang tidak diinginkan.

77

Universitas Sumatera Utara


c. Pengendalian Operasional

Dalam pengendalian operasional, Penyedia jasa menentukan jenis kegiatan

pekerjaan yang bahayanya telah diidentifikasi sesuai yang terdapat dalam IBPR

untuk mengelola resiko K3.

d. Kesiagaan dan Tanggap Darurat

Struktur organisasi tanggap darurat yang telah dibentuk melaksanakan

kewajiban sesuai tugas dan tanggungjawab yang diembannya untuk meminimalkan

kerugian yang ditimbulkan. Adanya perencanaan tanggap darurat harus

memperhitungkan keberadaan pihak-pihak terkait antara lain pemadam kebakaran,

kantor polisi dan rumah sakit. Pihak instansi yang dihubungi adalah yang terdekat.

Rumah sakit terdekat untuk tanggap darurat pada proyek ini ialah RS. Malahayati

yang beralamat di Jl. P. Dipanegoro No. 2-4 Medan dan instansi pemadam kebakaran

terletak di Jl. Candi Borobudur No. 2, Medan. Kesiagaan dan tanggap darurat

direvisi secara berkala setelah terjadinya siatuasi darurat.

e. Pelaksanaan Program Kerja

Program kerja yang terdiri dari safety induction, safety talk, K3 meeting,

Inspeksi K3, SHE Patrol, training K3, simulasi tanggap darurat, rekomendasi K3

dan housekeeping telah diatur dalam schedule pelaksanaan jadwal masing-masing

program. Berikut adalah jadwal pelaksanaan program SHE:

78

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Program K3

4.4.3. Pengukuran dan Evaluasi

Pengukuran dan evaluasi merupakan tahap pemeriksaan apakah SMK3 di

proyek pembangunan gedung Siloam Hospital telah terukur dengan baik.

Pengukuran dan evaluasi yang dilaksanakan di proyek Siloam Hospital ini terdapat

dalam audit internal.

4.4.3.1. Audit Internal

Audit internal terdiri atas hasil pemeriksaan/evaluasi K3 (Safety Assessment)

oleh perusahaan ini. Evaluasi K3 di proyek ini dilaksanakan melalui item-item

pekerjaan apakah sudah memenuhi target atau belum. Hasil evaluasi di proyek

Siloam Hospital ini sudah mencapai 92.34% yang artinya istimewa menurut

pengukuran nilai di proyek ini.

Pencapaian nilai tidak sampai 100% karena dalam proyek ini ada beberapa

item pekerjaan yang kurang memenuhi pencapaian nilai yang baik seperti:

79

Universitas Sumatera Utara


 Pertemuan rapat K3, masih kurang adanya kerjasamanya antara pihak

subkontraktor dan mandor sehingga jarang dilaksanakannya rapat ini.

 Pada pekerjaan railing pengaman, dipasang di beberapa tempat seperti di lubang

lift, sekitar void dan tepi bangunan. Namun di bagian tangga tidak dipasang. Hal

ini dapat menyebabkan kecelakaan apabila ada pekerja yang bekerja terburu-buru

dan tidak memperhatikan tidak adanya railing pengaman ketika membawa beban.

 Pada pekerjaan keamanan K3 (safety patrol), dibentuk oleh sebuah tim menurut

fungsi dan kegunaannya dan dibuat jadwal pelaksanaannya. Namun tim tidak

membuat checklist kehadiran setiap anggota dalam tim yang berarti kurang adanya

kedisiplinan kerjasama pada pekerjaan ini.

 Pada pekerjaan pengamanan benda jatuh dari atas, tidak dipasang papan

pengumuman (sign board) di sekitar tower crane yang berarti tidak ada

pemberitahuan dalam pengamanan apabila terdapat benda yang jatuh dari atas

sebelumnya untuk berhati-hati di lokasi tersebut.

Pada pekrejaan alat angkat tower crane, tidak ada checklist alat harian dan 3 bulanan

yang artinya tidak ada daftar pengecekan keefektifan alat tersebut untuk setiap hari

dan dalam setiap pemeriksaan 3 kali dalam sebulan.

4.4.4.Tinjauan Manajemen

Dari hasil penelitian di proyek ini, tinjauan manajemen sudah efektif

dilaksanakan tindakan perbaikan dan pencegahan yang berkelanjutan pada saat

pelaksanan. Hal ini dilihat dari hasil audit internal dan evaluasi kepatuhan terhadap

persyaratan peraturan dan persyaratan lainnya.

1) Hasil keterlibatan dan konsultansi.

2) Komunikasi dari pihak luar yang relevan termasuk kritik dan sasaran.

3) Kinerja K3.
80

Universitas Sumatera Utara


4) Perluasan sasaran yang telah dicapai.

5) Status penyelidikan insiden tindakan perbaikan dan pencegahan.

6) Tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya.

7) Perubahan lingkup termasuk pengembangan dari persyaratan, peraturan dan

persyaratan lainnya yang terkait dengan K3.

8) Rekomendasi bagi peningkatan.

Menurut kriteria penilaian yang terdapat pada audit internal ada 4 keterangan

nilai yang ditandai dengan warna:

1) Merah, pencapaian nilai kurang dari 55% yang berarti memiliki nilai yang kurang.

2) Kuning, pencapaian nilai >55%-75% yang berarti memiliki nilai yang cukup.

3) Hijau, pencapaian nilai >75%-90% yang berarti memiliki nilai yang baik.

4) Biru, pencapaian nilai >90% yang berarti memiliki nilai yang istimewa.

Hasil pencapaian evaluasi K3 berdasarkan audit internal yang terdapat dalam

di proyek ini sebesar 92.34%. Maka disimpulkan bahwa pelaksanaan Penerapan

SMK3 Proyek Pembangunan Gedung Siloam Hospital mencapai nilai yang istimewa

karena bernilai >90%.

4.5. Keberhasilan Penerapan SMK3 Proyek Siloam Hospital

Keberhasilan penerapan SMK3 di proyek ini dapat dilihat dalam 5 kriteria

dasar SMK3 yang datanya berasal dari penyebaran kuesioner yang menunjukkan

jumlah responden dalam setiap elemen. Jumlah tersebut diolah menjadi bilangan

persentase dalam rangkaian metode kuantitatif dan dianalisa dengan cara mencari

rata-rata (ukuran pemusatan) dengan metode analisis univariat. Hasil dari ukuran

pemusatan yang menyatakan rata-rata penjumlahan antara pekerja dan pegawai/staff

manajemen menunjukkan keberhasilan penerapan SMK3.

81

Universitas Sumatera Utara


4.5.1. Evaluasi Penerapan SMK3 Pada Para Pekerja

Evaluasi ini dimulai dengan peninjauan penerapan SMK3 pada para pekerja

untuk melihat jumlah respondennya yang dipersentasekan hingga hasilnya dicari

ukuran pemusatannya dengan penjumlahan para pegawai/staff manajemen. Adapun

evaluasi untuk para pekerja ini terbagi atas 3 elemen yaitu:

4.5.1.1. Kebijakan K3 di Perusahaan

Kebijakan K3 merupakan arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses

kerja dan organisasi perusahaan. Kebijakan K3 menggarisbawahi hubungan kerja

manajemen karyawan dan pekerja dalam rangka pelaksanaan program K3 yang

efektif. Berikut ini adalah jumlah persentase banyaknya responden yang mengetahui

adanya kebijakan di perusahaan.

Tabel 4.2.: Jumlah Responden Berdasarkan Kriteria Kebijakan K3

Mengetahui Adanya Kebijakan K3


No. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
A1 8 1 9
A2 8 1 9
Jumlah 16 2 18

Banyaknya jumlah responden yang mengetahui adanya kebijakan K3 dibuat

ke dalam diagram sebagai berikut:

82

Universitas Sumatera Utara


Kebijakan K3

11.11 %

Ya
Tidak
88.89 %

Gambar 4.3.: Kebijakan K3

Keterangan: A1 dan A2 terdapat dalam lampiran kuesioner.

Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa

para pekerja yang mengetahui adanya kebijakan sebesar 88.89% dan yang tidak

mengetahui adanya kebijakan sebesar 11.11%.

4.5.1.2. Perencanaan K3 (Safety Plan)

Perencanaan memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan

dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya penilaian dan pengendalian

resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan

tinjauan awal terhadap K3. Berikut ini adalah jumlah persentase yang mengetahui

adanya perencanaan K3.

Tabel 4.3.: Jumlah Responden Berdasarkan Kriteria Perencanaan K3

Mengetahui Adanya Perencanaan K3


No. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
B1 9 0 9
B2 6 3 9
B3 8 1 9
B4 4 5 9
B5 9 0 9
B6 9 0 9
B7 8 1 9
83

Universitas Sumatera Utara


Mengetahui Adanya Perencanaan K3
No. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
B8 9 0 9
B9 9 0 9
Jumlah 71 10 81

Banyaknya jumlah responden yang mengetahui adanya perencanaan dibuat

ke dalam diagram persentase sebagai berikut:

Perencanaan K3

12.35 %

Ya

87.65%
Tidak

Gambar 4.4.: Perencanaan K3

Keterangan: B1 sampai B9 terdapat dalam lampiran kuesioner.

Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa

para pekerja yang mengetahui adanya perencanaan sesuai dengan elemen-elemen

yang terdapat di dalamnya sebesar 87.65% dan yang tidak mengetahui adanya

perencanaan sesuai dengan elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar

12.35%.

4.5.1.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan K3

Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan harus

menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang

diterapkan. Berikut ini adalah jumlah persentase banyaknya para pekerja yang

84

Universitas Sumatera Utara


mengetahui dan melaksanakan penerapan dan operasi kegiatan sesuai dengan

elemen-elemen yang terdapat di dalamnya kebijakan di perusahaan.

Tabel 4.4.: Jumlah Responden Berdasarkan Kriteria Penerapan dan Operasi Kegiatan

Mengetahui dan Melaksanakan Penerapan &


No. Operasi Kegiatan Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
C1 8 1 9
C2 9 0 9
C3 9 0 9
C4 9 0 9
C5 8 1 9
C6 8 1 9
C7 9 0 9
C8 9 0 9
C9 5 4 9
C10 8 1 9
C11 7 2 9
C12 8 1 9
C13 9 0 9
C14 8 1 9
C15 8 1 9
C16 3 6 9
C17 8 1 9
C18 9 0 9
C19 9 0 9
C20 9 0 9
C21 9 0 9
C22 8 1 9
C23 7 2 9
C24 3 6 9
C25 8 1 9
C26 8 1 9
C27 9 0 9
C28 8 1 9
C29 9 0 9
C30 9 0 9
C31 6 3 9
C32 8 1 9
C33 8 1 9
C34 8 1 9
C35 9 0 9
C36 9 0 9
Jumlah 285 39 324

85

Universitas Sumatera Utara


Banyaknya jumlah responden mengetahui dan melaksanakan penerapan dan

operasi kegiatan dibuat ke dalam diagram persentase sebagai berikut:

Penerapan dan Operasi Kegiatan

12.04 %

Ya
Tidak
87.96 %

Gambar 4.5.: Penerapan dan Operasi Kegiatan

Keterangan: C1 sampai C36 terdapat dalam lampiran kuesioner.

Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa

para pekerja yang mengetahui dan melaksanakan penerapan dan operasi kegiatan

sesuai dengan elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar 87.96% dan yang

tidak mengetahui adanya perencanaan sesuai dengan eelemen-elemen yang terdapat

di dalamnya sebesar 12.04%.

4.5.2. Jumlah Frekuensi Penerapan SMK3 Pada Para Pekerja

Dari hasil evaluasi pengolahan data survey yang telah dibuat dalam tabel dan

diagram di atas, maka penerapan SMK3 untuk para pekerja yang terdiri dari

kebijakan, perencanaan dan penerapan & operasi kegiatan dipersentasekan agar

mendapat hasil persenatse keberhasilan penerapan SMK3 di proyek Siloam Hospital

Medan. Survey ini yang disajikan kepada 9 responden dan dievaluasi hasilnya

dengan elemen-elemen yang sesuai dengan kriteria. Rata-rata persentase terlihat

dalam tabel frekuensi sebagai berikut:

86

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5.: Jumlah Frekuensi SMK3 untuk Para Pekerja

No. Kebijakan K3 Perencanaan K3 Penerapan dan Rata-Rata


(%) (%) Operasi Kegiatan (%)
(%)
1 100 88.8 100 96.26
2 100 88.8 100 96.26
3 100 100 88.8 96.26
4 100 88.8 91.6 93.46
5 100 88.8 91.6 93.46
6 100 88.8 91.6 93.46
7 100 88.8 88.8 92.53
8 0 66.67 58.3 41.75
9 100 88.88 88.8 92.53
Rata-Rata 88.88 87.85 88.83 88.63
(%)

Seperti yang terlihat dalam tabel 4.5. dimana terdapat evaluasi jumlah

frekuensi dalam penerapan SMK3. Jumlah frekuensi ini telah diakumulasikan

berdasarkan survey dari 9 responden yang dinyatakan sebagai pekerja di proyek

Siloam Hospital. Dari tabel tersebut terlihat rata-rata jumlah persentase yang

dijabarkan sebagai berikut:

1. Kebijakan: jumlah responden yang mengetahui adanya kebijakan K3 di

perusahaan tersebut sebesar 88.88%.

2. Perencanaan: jumlah responden yng mengetahui adanya perencanaan K3 di

perusahaan tersebut sebesar 87.85%.

3. Penerapan dan operasi kegiatan K3: jumlah responden yang mengetahui,

melaksanakan serta menjalankan penerapan dan operasi kegiatan K3 di

perusahaan tersebut sebesar 88.83%.

Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diambil dari rata-rata

penjumlahan kebijakan, perencanaan serta penerapan dan operasi kegiatan K3 yang

telah dipersentasekan sebesar 88%.

87

Universitas Sumatera Utara


4.5.3. Evaluasi Penerapan SMK3 Pada Pegawai/Staff Manajemen

Setelah peninjauan penerapan SMK3 pada para pekerja, maka ditinjau

evaluasi penerapan SMK3 kepada para pegawai/staff manajemen untuk melihat

jumlah respondennya. Jumlah responden akan dipersentasekan hingga hasilnya dicari

ukuran pemusatannya (rata-rata). Adapun evaluasi untuk para pegawai/staff

manajemen ini terbagi atas 3 elemen yaitu:

4.5.3.1. Kebijakan K3

Kebijakan K3 merupakan arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses

kerja dan organisasi perusahaan. Kebijakan K3 menggarisbawahi hubungan kerja

manajemen pekerja dan karyawan/staff manajemen dalam rangka pelaksanaan

program K3 yang efektif. Berikut ini adalah jumlah persentase banyaknya

pegawai/staff manajemen yang mengetahui adanya kebijakan di perusahaan.

Tabel 4.6.: Jumlah Responden Berdasarkan Kebijakan K3

Kebijakan K3
No. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
A1 9 0 9
A2 9 0 9
A3 8 1 9
A4 9 0 9
A5 9 0 9
A6 9 0 9
A7 9 0 9
A8 8 1 9
A9 9 0 9
A10 7 2 81
Jumlah 86 4 90

Banyaknya jumlah responden (karyawan/staff manajemen) yang mengetahui

adanya kebijakan K3 dibuat ke dalam diagram persentase sebagai berikut:

88

Universitas Sumatera Utara


Kebijakan K3

4.45 %

Ya
Tidak
95.5 %

Gambar 4.6.: Kebijakan K3

Keterangan: A1 sampai A10 terdapat dalam lampiran kuesioner.

Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa

para pegawai/staff manajemen yang mengetahui adanya kebijakan sebesar 95.5%

dan yang tidak mengetahui adanya kebijakan sebesar 4.45%.

4.5.3.2. Perencanaan K3

Perencanaan yang efektif berguna untuk mencapai keberhasilan penerapan

SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan memuat tujuan,

sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan

identifikasi sumber bahaya penilaian dan pengendalian resiko sesuai dengan

persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap

K3. Berikut ini adalah jumlah persentase banyaknya para pegawai/staff manajemen

yang mengetahui dan melaksanakan penerapan dan operasi kegiatan sesuai dengan

elemen-elemen yang terdapat di dalamnya.

89

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7. : Jumlah Responden Berdasarkan Perencanaan K3

Perencanaan K3
NO. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
B1 9 0 9
B2 9 0 9
B3 7 2 9
B4 9 0 9
B5 8 1 9
B6 7 2 9
B7 9 0 9
B8 9 0 9
B9 8 1 9
B10 9 0 9
B11 9 0 9
B12 9 0 9
B13 9 0 9
B14 9 0 9
B15 8 1 9
B16 8 1 9
B17 6 3 9
B18 6 3 9
B19 9 0 9
B20 9 0 9
B21 9 0 9
B22 7 2 9
B23 5 4 9
B24 9 0 9
B25 6 3 9
B26 8 1 9
B27 7 2 9
B28 6 3 9
B29 7 2 9
B30 9 0 9
B31 9 0 9
B32 9 0 9
B33 8 1 9
B34 8 1 9
B35 8 1 9
B36 7 2 9
B37 9 0 9
B38 8 1 9
B39 6 3 9
B40 7 2 9
B41 9 0 9
B42 8 1 9
B43 6 3 9

90

Universitas Sumatera Utara


Perencanaan K3
NO. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
B44 7 2 9
B45 6 3 9
B46 8 1 9
B47 7 2 9
Jumlah 369 54 423

Banyaknya jumlah responden (karyawan/staff manajemen) yang mengetahui

dan menjalankan adanya perencanaan K3 dibuat ke dalam diagram persentase

sebagai berikut:

Perencanaan K3

12.77 %

Ya
Tidak
87.23%

Gambar 4.7.: Perencanaan K3

Keterangan: B1sampai B47 terdapat dalam lampiran kuesioner.

Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa

para pegawai/staff manajemen yang mengetahui adanya perencanaan sesuai dengan

elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar 87.23% dan yang tidak

mengetahui adanya perencanaan sesuai dengan elemen-elemen yang terdapat di

dalamnya sebesar 12.77%.

4.5.3.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan K3

Dalam mencapai tujuan K3, perusahaan harus menunjuk personel yang

mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Berikut ini

91

Universitas Sumatera Utara


adalah jumlah persentase banyaknya pegawai/staff manajemen yang mengetahui dan

melaksanakan penerapan dan operasi kegiatan sesuai dengan elemen-elemen yang

terdapat di dalamnya kebijakan di perusahaan.

Tabel 4.8.: Jumlah Responden Berdasarkan Penerapan dan Operasi Kegiatan K3

Penerapan dan Operasi Kegiatan


NO. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
C1 8 1 9
C2 9 0 9
C3 9 0 9
C4 8 1 9
C5 9 0 9
C6 9 0 9
C7 9 0 9
C8 9 0 9
C9 8 1 9
C10 8 1 9
C11 7 2 9
C12 7 2 9
C13 8 1 9
C14 9 0 9
C15 9 0 9
C16 8 1 9
C17 8 1 9
C18 9 0 9
C19 9 0 9
C20 7 2 9
C21 8 1 9
C22 8 1 9
C23 8 1 9
C24 9 0 9
C25 8 1 9
C26 9 0 9
C27 8 1 9
C28 8 1 9
C29 9 0 9
C30 9 0 9
C31 9 0 9
C32 9 0 9
C33 9 0 9
C34 8 1 9
C35 9 0 9
C36 9 0 9
C37 9 0 9

92

Universitas Sumatera Utara


Penerapan dan Operasi Kegiatan
NO. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
C38 9 0 9
C39 7 2 9
C40 9 0 9
C41 8 1 9
C42 8 1 9
C43 7 2 9
Jumlah 361 26 387

Banyaknya jumlah responden (karyawan/staff manajemen) yang mengetahui

dan menjalankan penerapan dan operasi kegiatan dibuat ke dalam diagram persentase

sebagai berikut:

Penerapan dan Operasi Kegiatan

6.72 %

Ya
Tidak
93.28 %

Gambar 4.8.: Penerapan dan Operasi Kegiatan K3

Keterangan: C1 sampai dengan C43 terdapat dalam lampiran kuesioner.

Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa

para pegawai/staff manajemen yang mengetahui dan melaksanakan penerapan dan

operasi kegiatan sesuai dengan elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar

93.28%. Dan yang tidak mengetahui dan melaksanakan penerapan dan operasi

kegiatan sesuai dengan elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar 6.72%.

93

Universitas Sumatera Utara


4.5.3.4. Evaluasi/Pemeriksaan

Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan

mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen K3 dan hasilnya harus dianalisis guna

menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan.

Berikut ini adalah jumlah karyawan/staff manajemen yang mengetahui dan

melaksanakan evaluasi.

Tabel 4.9.: Jumlah Responden Berdasarkan Evaluasi/Pemeriksaan K3

Evaluasi
No. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
D1 9 0 9
D2 8 1 9
D3 9 0 9
D4 9 0 9
D5 8 1 9
D6 9 0 9
D7 9 0 9
D8 6 3 9
D9 7 2 9
D10 9 0 9
D11 9 0 9
D12 8 1 9
D13 9 0 9
D14 9 0 9
D15 9 0 9
D16 8 1 9
D17 9 0 9
D18 9 0 9
D19 9 0 9
D20 8 1 9
D21 8 1 9
D22 9 0 9
D23 7 2 9
D24 6 3 9
D25 7 2 9
Jumlah 207 18 225

Banyaknya jumlah responden (karyawan/staff manajemen) yang mengetahui

dan menjalankan evaluasi dibuat ke dalam diagram persentase sebagai berikut:

94

Universitas Sumatera Utara


Evaluasi/Pemeriksaan

8 %

Ya
Tidak
92 %

Gambar 4.9.: Evaluasi

Keterangan: D1 sampai D25 terdapat dalam lampiran kuesioner.

Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa

para pegawai/staff yang mengetahui dan melaksanakan evaluasi sesuai dengan

elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar 92% dan yang tidak mengetahui

adanya evaluasi sesuai dengan elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar

8%.

4.5.3.5. Tinjauan Manajemen

Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan SMK3 secara berkala

untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam

pencapaian kebijakan dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Ruang lingkup

tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan,

produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Berikut

ini adalah tabel tinjauan manajemen yang menunjukkan banyaknya jumlah

responden yang mengetahui dan menjalankan tinjauan manajemen di perusahaan ini.

95

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10.: Jumlah Responden Berdasarkan Tinjauan Manajemen K3

Tinjauan Manajemen K3
No. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
E1 9 0 9
E2 9 0 9
E3 9 0 9
E4 8 1 9
E5 8 1 9
E6 9 0 9
E7 9 0 9
E8 9 0 9
E9 8 1 9
E10 9 0 9
E11 9 0 9
E12 9 0 9
E13 8 1 9
E14 9 0 9
E15 8 1 9
Jumlah 130 5 135

Banyaknya jumlah responden (karyawan/staff manajemen) yang mengetahui

dan menjalankan tinjauan manajemen dibuat ke dalam diagram persentase sebagai

berikut:

Tinjauan Manajemen K3

3.71 %

Ya
Tidak
96.29 %

Gambar 4.10.: Tinjauan Manajemen

Keterangan: E1 sampai E15 terdapat dalam lampiran kuesioner.

96

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa

para pegawai/staff manajemen yang mengetahui dan melaksanakan tinjauan

manajemen sesuai dengan elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar 96.29%

dan yang tidak mengetahui adanya tinjauan manajemen sesuai dengan elemen-

elemen yang terdapat di dalamnya sebesar 3.71%.

4.5.4. Jumlah Frekuensi untuk Pegawai/ Staff Manajemen

Rata-rata persentase untuk pegawai/staff manajemen yang bersangkutan

dapat kita lihat dalam tabel jumlah frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.11.: Jumlah Frekuensi SMK3 untuk Pegawai/Staff Manajemen

No. Kebijakan Perencan Penerapan & Evaluasi/Pe Tinjauan Rata-


K3 aan K3 Op. Kegiatan meriksaan Manajemen Rata
( %) (%) (%) (%) (%) (%)
1 100 93.61 97.67 100 100 98.25
2 100 87.23 97.67 100 100 96.98
3 100 82.9 79.06 80 100 88.39
4 90 87.23 97.67 92 100 93.38
5 100 93.71 100 100 100 98.82
6 100 97.87 100 100 100 99.57
7 80 68 79.06 76 66.66 73.94
8 100 85.1 100 100 100 97.02
9 90 93.71 90.69 80 100 90.86
Rata-Rata 95.6 87.7 93.6 92 96.3 93.1
(%)

Seperti yang terlihat dalam tabel 4.12. dimana terdapat evaluasi jumlah

frekuensi dalam penerapan SMK3. Jumlah frekuensi ini telah diakumulasikan

berdasarkan survey kepada pegawai/staff manajemen yang bekerja di proyek Siloam

Hospital. Dari tabel tersebut terlihat rata-rata persentase yang dijabarkan sebagai

berikut:

1. Kebijakan K3: jumlah responden yang mengetahui adanya kebijakan K3 di

perusahaan tersebut sebesar 95.6%.

97

Universitas Sumatera Utara


2. Perencanaan: jumlah responden yng mengetahui adanya perencanaan di

perusahaan tersebut sebesar 87.23%.

3. Penerapan dan operasi kegiatan: jumlah responden yang mengetahui,

melaksanakan serta menjalankan penerapan dan operasi kegiatan di perusahaan

tersebut sebesar 93.28%.

4. Evaluasi: jumlah responden yang menjalankan, melaksanakan dan memelihara

evaluasi atau pemeriksaan di perusahaan ini sebesar 92%.

5. Tinjauan manajemen: jumlah responden yang menjalankan, melaksanakan dan

memelihara tinjauan manajemen di perusahaan tersebut sebesar 96.29%.

Dari hasil evaluasi tersebut dapat diperoleh keberhasilan penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diambil dari rata-rata

penjumlahan kebijakan, perencanaan, penerapan dan operasi kegiatan, evaluasi serta

tinjauan manajemen adalah sebesar 92.86%.

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil survey penelitian di atas menunjukkan bahwa penerapan SMK3

yang dilaksanakan oleh para pekerja dan pegawai/staff manajemen dideskripsikan

sebagai berikut:

1. Kebijakan K3: jumlah responden yang mengetahui adanya kebijakan K3 di

perusahaan tersebut untuk pekerja sebesar 88.88%, sedangkan jumlah responden

yang mengetahui adanya kebijakan K3 untuk pegawai/staff manajemen sebesar

95.5%. Maka nilai rata –rata untuk kriteria kebijakan K3 adalah:

Rata-rata Kebijakan K3 ( ) = = 92.19%

98

Universitas Sumatera Utara


2. Perencanaan K3: jumlah responden yang mengetahui adanya perencanaan di

perusahaan tersebut untuk pekerja sebesar 87.85%. Sedangkan jumlah responden

yang mengetahui adanya perencanaan di perusahaan tersebut untuk pegawai/staff

manajemen sebesar 87.23%. Maka nilai rata –rata untuk kriteria perencanaan K3

adalah:

Rata-rata Perencanaan ( ) = = 87.54%

3. Penerapan dan operasi kegiatan: jumlah responden yang mengetahui,

melaksanakan serta menjalankan penerapan dan operasi kegiatan di perusahaan ini

untuk pekerja sebesar 88.83%, sedangkan jumlah responden yang mengetahui,

melaksanakan serta menjalankan penerapan dan operasi kegiatan untuk

pegawai/staff manajemen sebesar 93.28%. Maka nilai rata–rata untuk kriteria

penerapan dan operasi kegiatan adalah:

Rata-rata Penerapan dan Operasi Kegiatan = = 91.05%

4. Evaluasi: jumlah responden yang menjalankan, melaksanakan dan memelihara

evaluasi di perusahaan ini sebesar 92 %.

5. Tinjauan manajemen: jumlah responden yang menjalankan, melaksanakan dan

memelihara tinjauan manajemen perusahaan ini sebesar 96.29%.

Setelah mendapat nilai rata-rata 5 kriteria SMK3 di atas, maka dihitung rata-

rata penjumlahannya dengan untuk mendapat Keberhasilan penerapan SMK3 di

proyek ini.

99

Universitas Sumatera Utara


Keberhasilan penerapan SMK3 ( = = 91.81%.

Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk para pekerja

dan untuk para pegawai/staff manajemen pada proyek pembangunan gedung Siloam

Hospital sebesar 91.81 %.

Sesuai dengan teori sebelumnya yang terdapat dalam landasan teori bahwa

keberhasilan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker Nomor: PER. 05/MEN/1996

sebagai berikut:

a. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan perundangan

(nonconformance) dikenai tindakan hukum.

b. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera perak.

c. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.

Dari ketentuan permenaker tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa hasil

dari evaluasi keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) di proyek pembangunan gedung Siloam Hospital yang mencapai nilai

91.81% tergolong dalam kategori nomor 3 yaitu tingkat pencapaian penerapan 85-

100% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera emas.

100

Universitas Sumatera Utara


Ditinjau dari pelaksanaan dan tingkat keberhasilan penerapan SMK3 di

proyek ini yang tidak mencapai tingkat kesempurnaan atau 100 % dikarenakan:

- Dilihat dari segi pelaksanaan, masih kurangnya kerjasama antara para

pegawai/staff manajemen dan pekerja dalam hal mematuhi program K3 yang ada

seperti mengikuti jadwal pertemuan dalam induksi dan inspeksi K3 demi

pengetahuan dan peningkatan penerapan SMK3 yang ada di proyek.

- Masih kurangnya kesadaran para pekerja dalam menggunakan APD yang telah

disediakan perusahaan, karena terbukti penerapan SMK3 pada pekerja sebesar

88.63 % dan hal itu terlihat dalam persentase terendah pada kriteria penerapan dan

operasi kegiatan sebesar 88.83 %.

101

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi dan analisis penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup

program-program dalam setiap kriteria sebagai berikut:

 Kebijakan K3: penerapan kebijakan yang diambil cukup teralisasi dengan baik

dan diketahui oleh para pekerja.

 Perencanaan K3: perencanaan yang mencakup IBPR (identifikasi pengendalian

bahaya dan resiko), pemenuhan Undang-Undang K3, alat pelindung diri (APD)

serta sasaran dan program dibuat secara lengkap dan terealisasi dengan baik.

 Penerapan dan operasi kegiatan: penerapan yang dibuat melalui perencanaan

sudah diikuti programnya oleh semua pihak yang terkait termasuk pekerja.

 Evaluasi: ada evaluasi/pemeriksaan pekerjaan yang disusun dalam audit

internal.

 Tinjauan manajemen: ada perbaikan yang berkesinambungan sewaktu

pelaksanakan guna mencapai sasaran K3.

2. Nilai tingkat keberhasilan penerapan untuk masing-masing elemen adalah sebagai

berikut:

 Kebijakan K3 : 92.19%

 Perencanaan K3 : 87.54%

 Penerapan dan operasi kegiatan : 91.05%

102

Universitas Sumatera Utara


 Evaluasi/Pemeriksaan : 92.00%

 Tinjauan manajemen : 96.29%

3. - Berdasarkan hasil penelitian, total penerapan SMK3 sebesar 91.81% tergolong

dalam kategori nomor 3 yaitu tingkat pencapaian penerapan 85-100% yang

pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera emas.

- Berdasarkan hasil audit internal sebesar 92.34% tergolong dalam kategori >90%

yang pengertiannya termasuk pencapaian nilai yang istimewa.

4. Berdasarkan evaluasi pelaksanaannya, faktor-faktor yang mempengaruhi

penerapan SMK3 adalah sebagai berikut:

 Kurang adanya kerjasama antara para karyawan/staff manajemen dengan

pekerja dalam pelaksanaan program K3 demi mencapai sasaran zero accident.

 Kurangnya kesadaran para pekerja untuk menjaga, menggunakan, serta

merawat alat pelindung diri (APD) yang telah diberikan perusahaan.

5.2. Saran

1. Perusahaan sebaiknya memberikan pengertian dan peringatan kepada pekerja agar

tetap menjaga alat pelindung diri (APD) seperti sepatu, sarung tangan dan

sebagainya agar tidak ada pemborosan waktu dan biaya.

2. Perlunya pengawasan yang lebih baik dalam pengecekan dan perawatan APD

secara berkala agar terjaminnya pemenuhan pelaksanaan program SMK3 yang

ada.

3. Setiap pihak yang terkait dalam perusahaan sebaiknya bekerjasama memiliki

kesadaran untuk tetap taat dalam peraturan program SMK3.

103

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pembinaan Konstruksi dan SDM Departemen PU. (2009). Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Jakarta: Departemen PU.

Beesono, S. (2012). K3 Konstruksi. Didownload pada tgl 13, 2013. Dari Google

Web: http://belajar-k3.blogspot.com/p/blog-page_6572.html.

Ervianto. W. (2009). Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hutabarat, R. (2008). Penerapan Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja yang

Berpengaruh Terhadap Produktifitas Tenaga Kerja. Kuesioner Teknik Sipil. Jakarta:

UI.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Logawa, G. (2007). Bunga Rampai Manajemen Proyek Konstruksi. Jakarta:

Universitas Trisakti.

Luckyta, D.T., Partiwi, S.G. (2012). Evaluasi dan Perancangan SMK3 dalam Rangka
Perbaikan Safety Behaviour Pekerja. Jurnal Teknik ITS. Vol. 1, No.1. Hal. A 510-
514. Surabaya: ITS.

Menteri Pekerjaan Umum RI. (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

09/PRT/M/2008 tentang SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta:

Departemen Pekerjaan Umum.

Menteri Tenaga Kerja. (1996). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.

05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan . Jakarta.

Nazir. (1983). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

104

Universitas Sumatera Utara


Prasetyo, B., Jannah, L. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Republik Indonesia. (1970). Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja. Jakarta.

Republik Indonesia. (2003). Undang-undang No.13 tahun 2003 Pasal 87 Tentang

Ketenagakerjaan. Bandung.

Rifki. (2013). Pengawasan SMK3 Lemah, Kecelakaan Kerja Makin Marak.

Didownload pada tanggal Agustus 5, 2013. Dari Google Web:

http://www.jamsostek.co.id./content/news.php?id=3906.

Santoso, G. (2004). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surabaya.

Sastrohadiwiryo, S. (2001). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Bandung: Bumi

Aksara.

Shaleh, H. (2009). Kecelakaan Kerja di Sumut Capai 4.586 Kasus. Didownload pada

tgl Agustus 5, 2013. Dari Google Web: http://suaramerdeka.com.

Silalahi, B., Silalahi, R. B. (1985). Manajemen K3. Jakarta: PT. Pustaka Binaman

Pressindo.

Suaraburuh. (2013). Sepanjang Tahun 2012, Terjadi 2062 Kasus Kecelakaan Kerja.

Dari google Web: http://suaraburuhnasional.blogspot.com/2013/09/sepanjang-tahun-

2012-terjadi-2062-kasus.html.

105

Universitas Sumatera Utara


Suma‟mur, P. K. (1981). Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:

CV. Haji Masagung.

Supangat, Andi. (2007). Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan

Nonparametrik. Bandung: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Suparno. E., Harjono. (2007). Visi, Misi, Kebijakan Strategi dan Program Kerja (K3)

Nasional 2007-2010. Jakarta: Dewan K3 Nasional (DK3N).

Sutarto, Agung. (2008). Peranan SMK3 pada Peningkatan Kinerja Proyek


Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan. Vol. 10, No. 2. Hal. 115-126.
Semarang: UNNES.

106

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai