TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
Dikerjakan oleh :
Pembimbing :
Ir. Syahrizal, MT
NIP : 19611231 198111 1 001
Penguji I Penguji II
Mengesahkan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini
syarat untuk menempuh ujian sarjana ekstensi pada Fakultas Teknik Departemen
bantuan dan dorongan moril serta spiritual dari berbagai pihak sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk itu, dengan kerendahan hati dan rasa hormat
1. Bapak Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
2. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Dosen Pembimbing dan Sekretaris Departemen
3. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc, selaku Dosen Penguji dan Koordinator
Utara.
4. Bapak Yusandy Aswad, ST, MT, selaku Dosen Penguji Departemen Teknik
8. Bapak Drs. Ir. Tagor MR Simatupang, M.Hum, selaku Ketua A2K4 Wilayah
9. Ayahanda tercinta Mehamat Sembiring dan Ibunda tercinta Kelan Surbakti yang
10. Seluruh sahabat mahasiswa stambuk ‟09 ekstensi dan rekan-rekan lainnya yang
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna, namun
Penulis
ii
iii
Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
DAFTAR NOTASI.................................................................................................... xi
iv
vi
vii
LAMPIRAN
viii
Tabel Halaman
ix
Gambar Halaman
SP : Super Intendant
PM : Project Manager
QC : Quality Control
Rata-rata
: jumlah kriteria
xi
iii
PENDAHULUAN
berbagai peralatan, baik canggih maupun manual. Peralatan ini dilaksanakan di lahan
yang terbatas luasnya dalam berbagai jenis kegiatan sehingga menyebabkan resiko
pekerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta kepedulian dalam hal
kerja di Sumatera Utara tahun 2009 cabang Medan sebanyak 744 kasus kecelakaan
kerja, sedangkan sepanjang tahun 2012 telah terjadi kecelakaan kerja 2062 kasus dan
berdasarkan data Agustus 2013 telah terjadi 1197 kecelakaan Kerja. (Suaraburuh,
2013). Dalam hal klasifikasi kondisi kerja ditemukan bahwa kecelakaan dengan alat
pengaman tidak sempurna mencapai angka yang cukup dominan yaitu 78.87% dan
mesin (press, bor dan gergaji) mendominasi angka 39.88% dan dengan perkakas
karena itu, pelatihan dan implementasi K3 sangat penting untuk mengurangi resiko
tanggung jawab moral yang sangat mendasar dari semua pihak yang terkait terlepas
dari tingkat pemahamannya terhadap aturan, besar kecilnya skala proyek ataupun
jenis posisi jabatan yang diembannya pada proyek konstruksi. (Santoso, 2004)
Pelatihan dan implementasi K3 dapat dilihat dalam suatu pendekatan sistem yaitu
pada prinsipnya kecelakaan kerja akibat perbuatan manusia (human error) bisa
dicegah dengan pengawasan dan kualifikasi SMK3 yang diperketat oleh pengawasan
untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera beserta bebas
dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Logawa, 2007). Sistem manajemen ini
juga merupakan suatu set elemen yang saling terkait yang digunakan untuk
objektif), tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya. SMK3 terdiri
dari lima prinsip dasar acuan elemen yaitu kebijakan, perencanaan, penerapan dan
operasi kegiatan, evaluasi atau pemeriksaan dan tinjauan manajemen atau usaha
tindakan perbaikan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek konstruksi adalah adanya
anggapan bahwa penerapan SMK3 di sektor konstruksi memakan biaya tinggi dan
tawarannya pasti bukanlah tawaran yang terendah. Begitu pula survei ILO
negara ke 2 dari bawah dari lebih 100 negara yang disurvei. (Suparno, 2007).
Namun dengan adanya dalam ketentuan yang jelas tertulis dalam Permen PU
pencapaian target menuju kondisi nol kecelakaan (zero accident). Untuk itu, maka 5
kriteria dasar SMK3 dalam suatu proyek dievaluasi kebenarannya yang menandakan
terlihat dari tingkat pencapaian nilai ukur menurut standar nilai yang tertulis dalam
suatu Peraturan Pemerintah. Dalam penyusunan tugas akhir ini, akan dievaluasi
pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital yang dilihat dari tingkat
karena sebagaimana juga telah disebutkan bahwa proyek tersebut memiliki visi
Construction yang artinya memiliki komitmen yang tinggi terhadap lingkungan yang
menjadi bahagian dari kesehatan lingkungan dan mempunyai misi dan target
Adapun rumusan masalah yang disusun dalam penyusunan tugas akhir ini
perusahaan masing-masing.
disebut juga sebagai pihak yang turut berperan dalam kegiatan penerapan SMK3.
wawasan.
Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dan
apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sistem manajemen keselamatan dan
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyusunan tugas akhir ini
1. Penyebaran Kuesioner
informasi atau hal-hal yang diketahui oleh responden. Dalam hal ini, peneliti
2. Analisis Data
permasalahan. Maka dari itu metode deskriptif kualitatif dalam penulisan tugas akhir
proyek ini digunakan metode kuantitatif dan analisis univariat. Kuantitatif ialah
ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode ini dipakai untuk mengukur
3. Tinjauan Pustaka
internet yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau untuk penulisan Tugas
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
pembahasannya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diteliti langsung dalam studi kasus
Berisi tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan dan cara pengumpulan
data dalam studi kasus pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ada di lapangan,
serta memuat perbandingan dan kesimpulan antara studi kasus di lapangan dan
Berisi tentang penutup dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan dari hasil
LANDASAN TEORI
2.1. Umum
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memiliki peranan penting dan
setiap tenaga kerja akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan kesehatan kerja
yang datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut karena setiap perusahaan yang
memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih mempunyai potensi
penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, dengan adanya Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) akan membawa iklim keamanan dan
ketenagaan kerja, sehingga membantu hubungan tenaga kerja dan pengusaha yang
merupakan landasan kuat bagi kelsncaran produksi. Begitu juga, sudah saatnya para
Kesehatan Kerja (SMK3) yang secara berkesinambungan merupakan hal yang perlu
didorong agar dapat lebih meyakinkan tercapainya lingkungan kerja yang aman,
perlindungan tenaga kerja dari aspek ekonomi, sosial, budaya dan politis.
kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan
lingkungan sekitar tempat kerja. (Permen, 2008). K3 juga merupakan suatu hal yang
penting dalam sektor konstruksi demi kelancaran suatu pembangunan pada setiap
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
Keselamatan kerja dapat berkenaan di suatu tempat kerja konstruksi bangunan yang
menyangkut segenap produksi dan distribusi baik barang maupun jasa serta sarana
untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
nasional.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efsien. (Silalahi,
1985).
dipertimbangkan beberapa faktor yaitu; manusia, mesin, material, metode kerja dan
lingkungan kerja. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor manusia merupakan
selain ditujukan kepada teknik mekanik, juga harus memperhatikan secara khusus
untuk aspek manusiawi. Dalam hal ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan
Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan oleh
manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor
kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris „health‟ yang tidak hanya berarti
terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat
secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat
bahwa pengertian kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Kesehatan adalah
konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi serta kemampuan fisik.
Sedangkan menurut Suma‟mur pada tahun 1981 defenisi kesehatan kerja adalah
berbahaya).
10
Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ialah sebagai
berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan baik secara
seefektif mungkin.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Luckyta, 2012)
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak
terduga dikarenakan di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan lebih
berbagai tempat kegiatan konstruksi tidak sama. Namun memiliki kesamaan umum
human acts) yang berarti manusialah penyebab dari kecelakaan. Tindakan yang
11
kewenangannya).
2) Gagal menciptakan keadaan yang baik sehingga menjadi tidak aman atau
memanas.
manusia.
b. Keadaan lingkungan yang tidak nyaman (unsafe conditions) yang berarti situasi
5) Ada api di tempat yang berbahaya. Misalnya, tempat yang mengandung bensin
7) Kondisi suhu (atmosfir) yang membahayakan seperti; terpapar gas, fumes dan
lain-lain.
8) Terpapar bising.
9) Terpapar radiasi.
12
Faktor ini sangat penting karena jiwa manusia tidak dapat dihitung secara
ekonomi, tetapi dengan menonjolkan faktor ini dan mengabaikan faktor ekonomi
adalah kurang bijaksana. Setiap pekerja tidak seharusnya mendapatkan risiko cedera
dan sakit di tempat kerja, begitu juga setiap orang yang berhubungan dalam
lingkungan kerja. Faktor ini sangat ditonjolkan pemerintah dan organisasi pekerja,
b. Aspek Ekonomis
yang berakibat:
kepercayaan dari tenaga kerja, dari pelanggan dan dari masyarakat luas).
13
Sesuai ketentuan pada Pasal 4 ayat 1 Permen PU No.9 Tahun 2008 kegiatan
jasa konstruksi yang dilaksanakan oleh pengguna jasa terdiri dari jasa pemborongan,
jasa konsultansi dan kegiatan swakelola yang aktifitasnya melibatkan tenaga kerja
dan peralatan kerja. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan, wajib
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
Bab 1 Pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
14
jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
dan kesatuan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
apabila:
15
(SMK3) yang benar dari semua aspek sangat berguna untuk pencegahan kecelakaan
Sesuai dengan Bab III pasal 3 ayat 1, Peraturan Menteri Tenaga Kerja
a. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau
lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja se[erti
oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
a. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus menerapkan
c. Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan
Siloam Hospital termasuk kategori perusahaan besar yang menerapkan sebanyak 166
16
3 bagian, yaitu:
Republik Indonesia No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa
bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam
produktivitas nasional.
SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya berisi:
17
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
ditujukan untuk kegiatan industri yang terdiri dari ayat (b), (c) dan (d) sebagai
berikut:
1. Ayat (b) menyatakan bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi,
proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan
dan Kesehatan Kerja dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi
perdagangan.
SMK3 kontruksi bidang Pekerjaan Umum. Menteri Pekerjaan Umum pada tahun
2008 telah menerbitkan sebuah regulasi baru berupa Permen PU No. 09 Tahun 2008
bersama antara kementrian tenaga kerja (Kemenaker) dan Pekerjaan Umum (PU)
18
Indonesia telah memasuki era baru yang pantas disambut lega oleh para pemerhati
masalah keselamatan tenaga kerja konstruksi di Indonesia. Salah satu kendala yang
bahwa penerapan SMK3 di sektor konstruksi memakan biaya tinggi dan pengusaha
yang peduli keselamatan kerja para karyawannya jelas tidak akan mungkin jadi
sebab tawarannya pasti bukanlah tawaran yang terendah. Namun karena adanya yang
tertulis dalam Permen PU No. 09/PRT/M/2008 tersebut pada pasal 11 butir 2 yang
konstruksi..dst. Maka salah satu kendala yaag ada telah terhapuskan karena semua
dokumen.
Umum Nomor: 09/PRT/2008 tercantum dalam ayat (a), (b) dan (c) sebagai berikut:
konstruksi.
kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi bidang Pekerjaan Umum dapat
19
pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman
Umum.
20
dan pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad
melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasinal. (Permenaker, 1996)
21
2.8.2. Perencanaan K3
keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur. Perencanaan juga memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang
pengendalian resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil
(Sastrohadiwiryo, 2001)
(IBPR)
barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk
memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus diterapkan dan dipelihara prosedurnya
mempertimbangkan:
22
Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan kegiatan kerja
penyedia jasa.
Sarana dan prasarana, peralatan dan bahan di tempat kerja yang disediakan oleh
dari perencanaan (safety plan) yang di dalamnya terdapat item pekerjaan yang resiko
23
relevan untuk personil yang bekerja dalam pengendalian Penyedia Jasa dan pihak
8) Membuat pra „„RK3K‟‟ sebagai salah satu kelengkapan penawaran lelang dalam
9) Menyusun tingkat risiko kegiatan yang akan dlaksanakan untuk dibahas dengan
10) Melibatkan Ahli K3 Konstruksi pada setiap paket pekerjaan yang mempunyai
resiko K3 tinggi.
24
12) Melakukan kerja sama untuk membentuk kegiatan SMK3 Konstruksi bidang
Pekerjaan Umum bila ada dua atau lebih Penyedia Jasa yang bergabung dalam
suatu kegiatan. Kerja sama kegiatan SMK3 Konstruksi bidang Pekerjaan Umum
akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai resiko
radioaktif.
14) Melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat sesuai ketentuan yang
berlaku.
15) Membuat laporan rutin kegiatan P2K3 ke Dinas enaga Kerja setempat dan
Umum sebagai bagian dari dokumen serah terima kegiatan pada akhir kegiatan.
18) Melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Dinas Tenaga Kerja
25
22) Memiliki sertifikat K3 perusahaan yang diterbitkan oleh lembaga sertikasi yang
wakil tenaga kerja, Ahli K3, P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait. Tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan
Relevan pada fungsi dan tingkat yang di dalam perusahaan Penyedia Jasa.
26
10) Mengkaji program secara rutin dan terencana dan menyesuaikannya jika perlu,
Melakuan tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian yang memang perlu
kualifikasi yang tercantum dalam Permen No. 9 tahun 2008 adalah sebagai berikut:
organisasi dan pertanggung jawaban yang memadai sesuai SMK3 yang diterapkan.
Dalam penerapan SMK3 yang efektif perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
27
Menjamin kinerja SMK3 dilaporkan kepada pimpinan puncak untuk dikaji ulang
Penyedia jasa harus dapat memotivasi karyawan di tempat kerja. (Permen, 2008)
kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan
merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang
tersedia.
dalam rangkaian kegiatan perusahaan mulai dari penerimaan, seleksi dan penilaian
28
1) Menjamin setiap karyawan yang terlibat dalam pekerjaan yang mengandung risiko
yang sesuai.
Resiko.
a. Komunikasi
Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber
penting dalam penerapan SMK3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi tenaga kerja
dan semua pihak yang terkait dapat digunakan untuk memotivasi dan mendorong
kinerja K3. Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menjamin bahwa informasi
dengan bahaya K3, penyedia jasa harus membuat menerapkan dan memelihara
prosedur untuk:
1) Komunikasi internal.
29
Penyelidikan insiden.
3) Konsultansi dengan pemasok dan sub kontraktor jika ada perubahan pelaksanaan
c. Dokumentasi
harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan prosedur kegiatan
dalam rangka mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja K3.
1) kebijakan K3.
30
d. Pengendalian Dokumen
1) Dokumen yang diperlukan oleh SMK3 dan pedoman ini harus dikendalikan.
dokumen tersebut.
mempunyai kemampuantelusur.
memastikan versi terbaru dari dokumen yang dipakai telah teridentifikasi dan
31
pengendalian operasional.
mendokumentasikan pengendalian.
darurat.
yang ditimbulkan.
terkait antara lain pemadam kebakaran, kantor polisi dan rumah sakit.
terkait yang diperlukan, apakah masih dapat diterapkan dalam menanggapi situasi
darurat.
5) Secara berkala mengkaji ulang dan merevisi prosedur kesiagaan dan tanggap
darurat.
SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk
32
Pekerjaan Umum yang dijadikan salah satu bahan evaluasi dalam proses pemilihan
penyedia jasa, maka PPK wajib menyediakan acuannya. PPK (Pejabat Pembuat
anggaran belanja. Berikut ini adalah peraturan dalam setiap evaluasi atau pengukuran
kinerja SMK3:
pemantauan efektivitas.
historis.
33
Pencegahan
a. Penyelidikan Insiden
Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang
efektif. Adapun syarat untuk membuat dan memelihara prosedur untuk menentukan
K3.
34
ketidaksesuaian.
sebagai berikut:
1) Memastikan audit internal SMK3 dilaksanakan pada interval waktu yang telah
direncanakan untuk:
penyedia jasa.
35
4) Program audit harus dibuat, diterapkan dan dipelihara yang mengacu kepada:
5) Pelaksanaan audit harus objektif dan auditor harus memiliki integritas. (Permen,
2008)
dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3. Ruang lingkup tinjauan manajemen yaitu
mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk
sebagai berikut:
1) Pimpinan puncak harus melakukan tinjauan SMK3 pada interval waktu yang telah
berkelanjutan.
Hasil audit internal dan evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan peraturan dan
persyaratan lainnya.
Komunikasi dari pihak luar yang relevan termasuk kritik dan sasaran.
36
peningkatan berkelanjutan.
Kinerja K3.
Sumber daya.
konstruksi.
37
b. Substitusi, yaitu mengganti bahan dengan proses yang lebih aman. Contohnya
seperti:
peralatan, proses dan lay out. Hierarki ini dapat dilihat dalam hal pekerjaan
sebagai berikut:
d. Administrasi, yaitu cara kerja yang aman dengan melakukan pengontrolan dari
sistem administrasi. Hierarki ini dapat diterapkan dalam hal pekerjaan sebagai
berikut:
38
e. Alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari sabuk pengaman, sarung tangan,
harus memulai dari butir a (eliminasi), kemudian butir b (substitusi), lalu ke butir c
pelaksana pekerjaan langsung loncat atau melangkah ke butir e tanpa berfikir terlebih
pekerjaan sudah memulai tahap-tahap sesuai hierarki di atas dikarenakan nilai resiko
terdiri dari:
upaya K3 agar terlindung dan mencegah dari resiko bahaya yang mengancam kepada
39
diterima. Program K3 harus dibuat tidak terlepas dari program pembelajaran yang
konstruksi agar semua pihak yang berkepentingan dalam proyek tersebut memahami
Adapun beberapa bagian dari program kerja Keselamtan dan Kesehatan Kerja
a. Kelengkapan Administrasi K3
4) Ijin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan yang menuju
5) Keterangan layak pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang
meliputi:
dengan instansi yang terkait K3 yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.
40
melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan
Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan safety
c. Pelatihan K3
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terdiri atas 2 bagian yaitu
proyek, misalnya:
2) Pelatihan khusus proyek yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah
yang terkait dalam pengawasan proyek dan materi pengetahuan umum tentang
41
kemungkinan bisa terjadi dalam proses konstruksi. Perlengkapan dan peralatan ini
wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu lingkungan konstruksi.
untuk digunakan sebab K3 adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya,
untuk semua karyawan yang bekerja. Perlengkapan dan peralatan penunjang program
a. Pengendalian Administrasi
seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan
pentingnya arti peralatan ini. Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut
diantaranya adalah:
42
pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya. Helmet dibuat dari lapisan
yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala. Sistem suspensi
yang ada di dalamnya bertindak sebagai penahan goncangan dan dirancang supaya
tahan terhadap sengatan listrik, melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan bahu dari
percikan, tumpahan dan tetesan. Namun sering kita lihat bahwa kedisiplinan pekerja
sendiri.
2) Pelindung Mata
pecahan batu, atau serpihan besi yang terpental dan beterbangan. Mengingat partikel-
partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata, maka
3) Pelindung Wajah
Pelindung wajah tediri dari 2 jenis yaitu helm pengelas dan masker yang
Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari percikan benda asing saat
Masker
43
pekerjaan konstruksi karena mengingat berbagai kejadian dan kondisi lokasi proyek
itu sendiri. Alat ini juga melindungi wajah dari berbagai material konstruksi
berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan,
misalnya serbuk kayu yang berasal dari sisa bahan dalam kegiatan memotong,
mengampelas dan pengerutan kayu. Apabila seorang pekerja yang secara terus
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.
Bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini, maka
pekerja tidak dapat bekerja bila tidak menggunakan alat ini. Pelindung pendengaran
yang paling banyak digunakan seperti foam earplugs, PVC earplugs dan earmuffs.
adalah:
memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam lainnya.
44
bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila setiap memegang benda
yang panas, seperti pada pekerjaan mengelas dan pekerjaan menempa (pande besi).
sudut pada pekerjaan pengecoran. Perlengkapan ini dipakai pada saat harus
Sarung tangan karet berfungsi untuk menjaga tangan dari bahaya pembakaran
asam atau melindungi dari kepedasan cairan pada bak atau panic dimana pekerjaan
logam seperti pernikel dan perkhrom. Sarung tangan karet juga digunakan untuk
melindungi kerusakan kulit tangan karena hembusan udara pada saat membersihkan
Sepatu kerja berfungsi untuk melindungi kaki dari jatuhnya barang berat
maupun hantaran listrik yang akan menyambar pekerja apabila kaki terkontak
langsung ke tanah. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang
tebal agar dapat bebas berjalan di lokasi manapun tanpa terluka oleh benda-benda
tajam atau kemasukan oleh kotoran bagian bawah. Umumnya, sepatu kerja
7) Pelindung Tubuh
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang biasa melukai badan. Alat
45
berikut:
Pakaian pelindung
Pakaian pelindung biasanya terbuat dari kulit yang digunakan agar terhindar
dari percikan api, terutama pada waktu mengelas dan menempa. Lengan baju jangan
digulung, sebab lengan baju akan melindungi tangan dari sinar api.
Apron
Apron kulit dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala api.
Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus dibiasakan di luar baju kerja.
Jas Hujan
Perlindungan terhadap cuaca terutama bagi pekerja pada saat bekerja adalah
di ruang terbuka. Tujuan utama dari jas hujan tidak lain adalah untuk kesehatan para
pekerja.
pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt.
Fungsi utama talai pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan
kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
ketinggian diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
Pakaian penahan bahaya jatuh ini dirancang dengan desain yang nyaman bagi si
pemakai dimana pengikat pundak, dada dan tali paha dapat disesuaikan menurut
pemakaiannya. Pakaian penahan bahaya jatuh ini dilengkapi dengan cincin “D”
46
pengaman atau alat penolong lain yang dapat dipasangkan. (Ervianto, 2009)
b) pagar pengamanan,
g) tangga,
baik yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerjaan konstruksi. Untuk itu,
d. Rambu-Rambu Peringatan
peringatan bahaya dari atas, bahaya dari benturan kepala, bahaya longsor dan api.
penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara dan penunjuk batas ketinggian
penumpukan material.
47
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli
(langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut. (Idrus, 2009)
pertanyaan dapat dilihat dari segi siapa yang mengisi daftar pertanyaan tersebut.
bertujuan untuk menampung data sesuai dengan kebutuhan, juga merupakan suatu
kertas kerja yang harus ditatalaksanakan dengan baik. Dalam hubungannya dengan
pertanyaan yang diajukan, maka jenis pertanyaan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup ialah pertanyaan yang dibuat
beberapa alternatif saja ataupun kepada satu jawaban saja, sehingga dapat lebih
48
kuesioner dibuat dengan jawaban “ya” dan “tidak”. Setiap pertanyaan dalam
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang
pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data tersebut. (Idrus, 2009). Data
sekunder dapat diambil dari bacaan, buku-buku refrensi dan informasi lain yang
penggambaran secara mendalam terhadap situasi atau proses yang diteliti. (Idrus,
2009) Oleh karena itu, metode deskriptif kualitatif dalam penulisan tugas akhir ini
berupa data sekunder seperti; hasil wawancara, gambar, foto dan observasi langsung
ke proyek konstruksi tersebut. Dengan data tersebut juga akan diperoleh faktor-faktor
b. Metode Kuantitatif
pembangunan gedung Siloam Hospital, maka metode yang digunakan adalah metode
49
yang sudah ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel.
(Prasetyo, 2005) Kedua metode ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan
dengan penentuan kriteria atau kategori yang ingin diteliti. Kriteria yang diteliti
terdiri dari 5 prinsip dasar yaitu; kebijakan K3, perencanaan, penerapan dan operasi
1) Pengkodean Data
Pengkodean data ialah pemberian kode-kode terhadap suatu item jika item
tersebut tidak diberi skor. Koding hanya sekedar membedakan, bukan berarti angka
yang ada memiliki makna kelipatannya ataupun rasio antarjawaban yang satu dengan
Pengkodean setiap data dibuat dalam setiap pertanyaan yang dijawab oleh
responden. Jawaban responden menghasilkan nilai atau ukuran. Ada 2 konsep yang
sering digunakan dan terkait pada pembuatan alat ukur yaitu indeks dan skala. Untuk
SMK3 ini, maka konsep yang dilakukan yaitu dengan konsep indeks yang dibuat dari
akumulasi nilai-nilai yang diberikan pada atribut-atribut individual tanpa melihat ada
tidaknya bobot. Jadi setiap pertanyaan dianggap memiliki nilai yang sama, tetapi
50
responden yang menjawab “tidak”. Untuk jawaban responden yang menyatakan “ya”
diberi skor 1 (satu) dan jawaban responden yang menyatakan “tidak” diberi skor 0
2) Pemindahan Data
Pemindahan data adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode
ke dalam komputer. (Prasetyo, 2005). Dalam hal ini, data yang dipindahkan adalah
data jumlah responden yang berasal dari data mentah hasil penyebaran kuesioner.
Selanjutnya data tersebut dihitung jumlah bobot nilai yang terdapat dalam jawaban
persentasenya dengan cara menjumlahkan poin kriteria yang menyatakan “ya” yang
3) Penyajian Data
yang menyatakan “ya” dan “tidak” dipersentasekan dalam bentuk hasil pengolahan
data. Adapun bentuk hasil pengolahan data terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Numerik atau dalam bentuk angka: hasil pengolahan data yang berupa numerik
dapat disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel. Contoh yang dipakai untuk
b. Grafik atau dalam bentuk gambar: penyajian data dengan menggunakan grafik
dipakai untuk grafik ialah seperti polygon dan piechart. (Prasetyo, 2005)
51
digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk angka (tabel distribusi frekuensi)
dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. Dalam penyusunan tugas
akhir ini, analisis pengolahan data yang dipakai ialah analisis univariat. Analisis
pemusatan. Dalam hal ini ukuran pemusatan yang dipakai adalah nilai rata-rata
hitung. Untuk menentukan nilai rata-rata hitung dapat dilakukan tergantung dari
sekumpulan data yang dipunyai, atau dengan kata lain apakah data-data itu masih
merupakan kumpulan data yang belum disusun ke dalam tabel frekuensi ataukah
data-data yang dipunyai telah disusun menjadi suatu daftar tabel frekuensi, sehingga
52
dengan rumus:
(Supangat, 2007)
Keterangan : = Rata-rata
= jumlah kriteria
53
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan
ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode
ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek
Penggunaan kuantitatif dan analisis univariat dimulai dengan penentuan kriteria atau
kategori yang ingin diteliti. Kriteria yang diteliti terdiri dari 5 prinsip dasar yaitu;
data dan penyajian data. Untuk pengkodean dan pemindahan data disusun
sedemikian rupa dalam bentuk tabel untuk mengetahui banyaknya jumlah responden
yang menyatakan “ya” dan “tidak” untuk setiap kategori, sedangkan penyajian data
dibuat dalam bentuk numerik (angka) yang disajikan dalam tabel frekuensi dan
dalam bentuk grafik (gambar) yang disajikan dalam piechart. Jumlah responden
sudah diubah dalam bentuk persen (%), maka dicari rata-rata atau ukuran
berdasarkan analisis univariat dibuat atas susunan data dalam suatu tabel yang telah
54
penggambaran secara mendalam terhadap situasi atau proses yang diteliti. Oleh
karena itu, metode deskriptif kualitatif dalam penulisan tugas akhir ini ialah
data sekunder seperti; hasil wawancara, gambar, foto dan observasi langsung ke
proyek konstruksi tersebut. Dengan data tersebut juga akan diperoleh faktor-faktor
Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol. Proyek ini digunakan untuk penelitian karena
dalam setiap kriteria dan data sekunder melalui perolehan data dari proyek.
jumlah responden dalam setiap kriteria dan analisis univariat untuk mencari
55
Teknik pengumpulan data terdiri dalam 2 bagian yaitu data primer dan data
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh dan diketahui langsung
dari objek penelitian. Data primer yang dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner
dilakukan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup ialah
memberikan jawaban kepada beberapa alternatif saja ataupun kepada satu jawaban
saja sehingga dapat lebih dimengerti. Kuesioner disebarkan kepada 9 pekerja dan 9
pegawai/staff manajemen. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas
lima yaitu; kebijakan K3, perencanaan, penerapan dan operasi kegiatan, evaluasi atau
perencanaan, dan penerapan operasi kegiatan. Tujuan dari 3 elemen yang digunakan
proyek tersebut.
56
kerja program K3 yang dibentuk oleh petugas yang berwenang dengan kewajiban
dibentuk oleh petugas yang berwenang dan menggunakan dengan baik fasilitas
keamanan yang telah diberikan. Di samping itu juga, untuk mengetahui apakah
Kebijakan K3 : 2 elemen.
Perencanaan : 9 elemen.
57
Perencanaan : 47 elemen.
Evaluasi : 25 elemen.
b. Data Sekunder
Utama PP (Persero)
pengendalian resiko.
lapangan)
Metode Kuantitatif
58
terdapat dalam susunan kriteria. Pengolahan data melalui metode ini terdapat dalam
3 tahap yaitu:
a. Pengkodean data: Dalam hal ini diberi bobot/nilai untuk jawaban responden yang
kuesioner dimulai dari A1-A10, B1-B47, C1-C43, D1-D26 dan E1-E15. Beri
(√) pada kolom YA dan TIDAK. Apabila YA bernilai 1 (satu) dan apabila TIDAK
bernilai 0 (nol).
b. Pemindahan data: memindahkan data yang sudah dihitung jumlah bobot nilai yang
terdapat dalam jawaban responden. Dalam hal ini, data yang dipindahkan adalah
data jumlah responden yang berasal dari data mentah hasil penyebaran kuesioner.
Selanjutnya data tersebut dihitung jumlah bobot nilai yang terdapat dalam
menyatakan YA yang berarti (+1), lalu dibagi dengan jumlah kriteria setiap
elemen.
c. Penyajian data: penyajian data untuk jumlah responden dan rata-rata persentase
yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk angka disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi dan gambar yang disajikan dalam bentuk piechart.
Analisis univariat dipakai dalam satu variabel yang telah diklasifikasikan menurut
kriteria tertentu sehingga diperoleh jumlah dan rata-rata persentase untuk setiap
kriteria.
59
Hasil analisis data berdasarkan rata-rata untuk setiap persentase yang ada
dalam 5 elemen penerapan SMK3 tersebut yang sudah diperoleh dari hasil evaluasi,
SMK3 di Siloam Hospital ini berdasarkan penentuan nilai keberhasilan yang tertulis
60
Hasil Analisis
61
4.1. Umum
komitmen yang tinggi terhadap lingkungan serta menjadi bagian dari kesehatan
lingkungan. Sedangkan misi dan targetnya adalah “Menjadi juara dalam quality,
safety and house keeping award”. Dalam hal ini, keselamatan dan kesehatan kerja
pada proyek sangatlah diperhatikan. Agar tercapainya misi dan visi yang bertujuan
untuk keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek ini, maka dibuatlah Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Sebab tujuan dan sasaran
SMK3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) terdiri dari 5 elemen sebagai
berikut:
1. Kebijakan K3
2. Perencanaan K3
4. Evaluasi/ Pemeriksaan
62
Dalam bab ini akan dibahas mengenai evaluasi penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan tujuan penelitian Tugas
sebagai berikut:
63
Siloam Hospital terletak di Jln. Imam Bonjol Medan, Petisah, Medan Sumut.
Di bawah ini merupakan denah peta lokasi di sekitaran Siloam Hospital yang
ditandai dengn huruf berwarna merah yang menunjukkan lokasi proyek tersebut.
environment through green construction yang artinya memiliki komitmen yang tinggi
terhadap lingkungan yang menjadi bahagian dari kesehatan lingkungan. Adapun visi
Misi : - Menjaga ketenangan dan kenyamanan lingkungan di sela aktifitas kerja yang
64
sehari-hari perusahaan.
PP (Persero). Sebagai perusahaan yang bergerak dalam uasaha jasa konstruksi dan
lingkungan yang berlaku bagi seluruh unit di perusahaan yang dimana telah terdapat
item-item perjanjian yang akan dipatuhi oleh para pekerja serta pihak-pihak yang
Jakarta.
65
akibat kerja.
perencanaan K3 demi mencapai target dan sasaran keselamatan setiap pekerja dan
salah satu bagian perencanaan yang utama dilaksanakan sebelum memulai penerapan
dan operasi kegiatan. IBPR yang terdapat dalam proyek ini terdiri atas beberapa
kegiatan konstruksi yang disusun menurut konsep item pelaksanaan dengan potensi
bahaya yang bisa terjadi, serta berhubungan dengan tingkat resiko menurut tinggi
66
seperti; pembuatan pagar proyek, bongkar muat barang secara manual, Instalasi
3) Pekerjaan struktur, meliputi beberapa kegiatan yang cukup beresiko tinggi seperti;
praktis, pengecoran kolom, install plat deck, pengoperasian TC, erection rangka
tinggi seperti; Pekerjaan kulit luar, pekerjaan water proofing membrane roof top/
couting, pekerjaan pasangan batu bata, plester dan acian, pemasangan pintu dan
tinggi karena mempunyai potensi bahaya tinggi dan dibutuhkan penanganan khusus
untuk menanggulanginya. Untuk itu, maka IBPR sangat penting dibuat agar setiap
pekerja dan karyawan yang bekerja di proyek tersebut mengetahui resiko dan bahaya
67
2) Substitusi, tidak dilakukan karena tidak ada proses penggantian bahan untuk
slogan-slogan K3.
tangan, sepatu safety (pelindung kaki), baju kerja, live jacket dan apron
(pelindung tubuh), masker, masker kimia dan welding protect (pelindung wajah),
ear plug dan ear muff (pelindung telinga), eye goggle (pelindung telinga), safety
dibuat agar para pekerja dan karyawan mematuhi setiap peraturan yang berlaku
dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi dan mengetahui apa saja sanksi akibat
1) PER 01/MEN/1980 terdapat pada pasal 51 dan pasal 58 yang ada pada ayat (1)
dan (2):
68
Pasal 58 Ayat (1): Traktor dan truck yang digunakan harus dipelihara
sedemikian rupa untuk menjamin agar dapat menahan tekanan dan muatan
maksimum yang diijinkan dan dapat dikemudikan serta direm dengan aman
Pasal 58 Ayat (2): Traktor dan truck tersebut ayat (1) pasal ini hanya boleh
2) Undang-undang No.1 thn 1970, III.pasal 3 (ayat (b), (f), (h), (l) dan (q).
Ayat (h): mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
pasal:
69
terhadap pihak-pihak yang tersebut pada pasal 2 dalam hal tidak mentaati
akses tali (Rope Access). Peraturan ini terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan
struktur.
pekerjaan mekanikal/elektrikal.
melalui program kerja K3 demi mencapai keselamatan dan kesehatan kerja bagi
pekerja dan karyawan yang bekerja di proyek ini. Sasaran dalam pelaksanaan proyek
ini adalah:
1) Menjamin agar dalam pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
70
Target dari program kerja keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah agar
housekeeping dan ketertiban proyek kepada pekerja baru dan pekerja sebelum
SHE talk adalah salah satu program kerja yang terdapat di proyek Siloam
Hospital yang merupakan himbauan yang diberikan kepada pekerja oleh pihak
project manager dan bagian SHEO di lapangan. Dari hasil survey, himbauan-
Tetap menjaga K3 di sela kegiatan kerja yang padat sesuai dengan target yang telah
direncanakan.
Penegasan terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) menurut kegiatan dan
aktivitasnya.
Kabel, kran air dan fasilitas yang telah disediakan harus dijaga, apabila ada
SHE dan untuk menjaga konsistensi penerapan SHE di proyek. Inspeksi SHE
71
SHE patrol merupakan bagian dari program kerja K3 yang dalam elemen
perencanaan ini dibuat sebuah schedule safety patrol time yang telah mendaftarkan
Safety patrol wajib diikuti oleh setiap personil PP (Persero) yang terdaftar.
Seluruh mandor dan personil subkontraktor yang terdaftar dalam schedule safety
Bagi pihak yang tidak dapat mengikuti safety patrol harus memberitahukan kepada
meeting dapat berupa masalah-masalah yang harus ditangani segera seperti berikut:
Surat ijin bekerja (SIB): misalnya, surat ijin bekerja tidak berjalan per harinya.
8) House Keeping
House keeping merupakan target kerja lingkungan bersih, rapi dan sehat.
72
mandor, subkontraktor mengenai dasar-dasar K3, P3K, cara pemadaman api dan
penyedia jasa demi penerapan dan peningkatan SMK3 dan penyedia jasa harus
tanggap darurat yang ada di proyek Siloam Hospital dapat dilihat dalam gambar
sebagai berikut:
yang bertanggung jawab dalam pembentukan SMK3 dalam suatu proyek yang telah
73
Melakukan pencegahan penyebaran bahan kimia yang lebih luas apabila terjadi
tumpahan.
berikut:
proses evakuasi.
sebagai berikut:
Melakukan evakuasi terhadap seluruh pekerja yang berada di area gedung bila
Melakukan pencarian bila masih ada orang yang belum berkumpul di area aman.
74
proses evakuasi.
pelaksanaan program kerja K3 pada awal sebelum memulai proyek sampai selesai.
Sebelum memulai pekerjaan di proyek ini, maka dibuatlah prosedur demi penjagaan
pekerjaan. Hal ini dilaksanakan agar mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-
75
yang telah disusun di proyek tersbut. Adapun pengajuan surat ijin bekeja di lokasi
3) Pemeriksaan Safety
persyaratan safety sesuai dengan yang tertera pada SIB dan setelah
SHEO mengadakan safety induction kepada pekerja baru yang memasuki lokasi
proyek.
76
pekerja dalam hal pelaksanaan untuk siap siaga terhadap setiap item pekerjaan yang
terdapat dalam IBPR demi tercapainya tujuan dan sasaran K3 di proyek ini. Begitu
juga dengan para pemasok dan sub kontraktor, penyedia jasa mengadakan konsultasi
kerjasama mengenai keselamatan kerja. Kerjasama dalam hal konsultasi ini terdapat
a. Dokumentasi
secara jelas apa saja kekurangan yang terdapat dalam perencanaan yang sudah dibuat
dalam suatu program. Dokumentasi pada proyek Siloam Hospital ini terdapat dalam
lampiran dokumentasi.
b. Pengendalian Dokumen
Dokumen disimpan dan selalu diberi penomoran agar mengetahui dokumen mana
yang sudah berlalu dan berlanjut digunakan sampai pada akhirnya pelaksanaan
pekerjaan. Dokumen tersebut disetujui oleh pihak yang berwenang dan disimpan
oleh SHEO untuk memelihara dan menjaga dari hal yang tidak diinginkan.
77
pekerjaan yang bahayanya telah diidentifikasi sesuai yang terdapat dalam IBPR
kantor polisi dan rumah sakit. Pihak instansi yang dihubungi adalah yang terdekat.
Rumah sakit terdekat untuk tanggap darurat pada proyek ini ialah RS. Malahayati
yang beralamat di Jl. P. Dipanegoro No. 2-4 Medan dan instansi pemadam kebakaran
terletak di Jl. Candi Borobudur No. 2, Medan. Kesiagaan dan tanggap darurat
Program kerja yang terdiri dari safety induction, safety talk, K3 meeting,
Inspeksi K3, SHE Patrol, training K3, simulasi tanggap darurat, rekomendasi K3
78
Pengukuran dan evaluasi yang dilaksanakan di proyek Siloam Hospital ini terdapat
pekerjaan apakah sudah memenuhi target atau belum. Hasil evaluasi di proyek
Siloam Hospital ini sudah mencapai 92.34% yang artinya istimewa menurut
Pencapaian nilai tidak sampai 100% karena dalam proyek ini ada beberapa
item pekerjaan yang kurang memenuhi pencapaian nilai yang baik seperti:
79
lift, sekitar void dan tepi bangunan. Namun di bagian tangga tidak dipasang. Hal
ini dapat menyebabkan kecelakaan apabila ada pekerja yang bekerja terburu-buru
dan tidak memperhatikan tidak adanya railing pengaman ketika membawa beban.
Pada pekerjaan keamanan K3 (safety patrol), dibentuk oleh sebuah tim menurut
fungsi dan kegunaannya dan dibuat jadwal pelaksanaannya. Namun tim tidak
membuat checklist kehadiran setiap anggota dalam tim yang berarti kurang adanya
Pada pekerjaan pengamanan benda jatuh dari atas, tidak dipasang papan
pengumuman (sign board) di sekitar tower crane yang berarti tidak ada
pemberitahuan dalam pengamanan apabila terdapat benda yang jatuh dari atas
Pada pekrejaan alat angkat tower crane, tidak ada checklist alat harian dan 3 bulanan
yang artinya tidak ada daftar pengecekan keefektifan alat tersebut untuk setiap hari
4.4.4.Tinjauan Manajemen
pelaksanan. Hal ini dilihat dari hasil audit internal dan evaluasi kepatuhan terhadap
2) Komunikasi dari pihak luar yang relevan termasuk kritik dan sasaran.
3) Kinerja K3.
80
Menurut kriteria penilaian yang terdapat pada audit internal ada 4 keterangan
1) Merah, pencapaian nilai kurang dari 55% yang berarti memiliki nilai yang kurang.
2) Kuning, pencapaian nilai >55%-75% yang berarti memiliki nilai yang cukup.
3) Hijau, pencapaian nilai >75%-90% yang berarti memiliki nilai yang baik.
4) Biru, pencapaian nilai >90% yang berarti memiliki nilai yang istimewa.
SMK3 Proyek Pembangunan Gedung Siloam Hospital mencapai nilai yang istimewa
dasar SMK3 yang datanya berasal dari penyebaran kuesioner yang menunjukkan
jumlah responden dalam setiap elemen. Jumlah tersebut diolah menjadi bilangan
persentase dalam rangkaian metode kuantitatif dan dianalisa dengan cara mencari
rata-rata (ukuran pemusatan) dengan metode analisis univariat. Hasil dari ukuran
81
Evaluasi ini dimulai dengan peninjauan penerapan SMK3 pada para pekerja
efektif. Berikut ini adalah jumlah persentase banyaknya responden yang mengetahui
82
11.11 %
Ya
Tidak
88.89 %
Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa
para pekerja yang mengetahui adanya kebijakan sebesar 88.89% dan yang tidak
resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan
tinjauan awal terhadap K3. Berikut ini adalah jumlah persentase yang mengetahui
Perencanaan K3
12.35 %
Ya
87.65%
Tidak
Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa
yang terdapat di dalamnya sebesar 87.65% dan yang tidak mengetahui adanya
12.35%.
menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang
diterapkan. Berikut ini adalah jumlah persentase banyaknya para pekerja yang
84
Tabel 4.4.: Jumlah Responden Berdasarkan Kriteria Penerapan dan Operasi Kegiatan
85
12.04 %
Ya
Tidak
87.96 %
Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa
para pekerja yang mengetahui dan melaksanakan penerapan dan operasi kegiatan
sesuai dengan elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar 87.96% dan yang
Dari hasil evaluasi pengolahan data survey yang telah dibuat dalam tabel dan
diagram di atas, maka penerapan SMK3 untuk para pekerja yang terdiri dari
Medan. Survey ini yang disajikan kepada 9 responden dan dievaluasi hasilnya
86
Seperti yang terlihat dalam tabel 4.5. dimana terdapat evaluasi jumlah
Siloam Hospital. Dari tabel tersebut terlihat rata-rata jumlah persentase yang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diambil dari rata-rata
87
4.5.3.1. Kebijakan K3
Kebijakan K3
No. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
A1 9 0 9
A2 9 0 9
A3 8 1 9
A4 9 0 9
A5 9 0 9
A6 9 0 9
A7 9 0 9
A8 8 1 9
A9 9 0 9
A10 7 2 81
Jumlah 86 4 90
88
4.45 %
Ya
Tidak
95.5 %
Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa
4.5.3.2. Perencanaan K3
SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan memuat tujuan,
persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap
K3. Berikut ini adalah jumlah persentase banyaknya para pegawai/staff manajemen
yang mengetahui dan melaksanakan penerapan dan operasi kegiatan sesuai dengan
89
Perencanaan K3
NO. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
B1 9 0 9
B2 9 0 9
B3 7 2 9
B4 9 0 9
B5 8 1 9
B6 7 2 9
B7 9 0 9
B8 9 0 9
B9 8 1 9
B10 9 0 9
B11 9 0 9
B12 9 0 9
B13 9 0 9
B14 9 0 9
B15 8 1 9
B16 8 1 9
B17 6 3 9
B18 6 3 9
B19 9 0 9
B20 9 0 9
B21 9 0 9
B22 7 2 9
B23 5 4 9
B24 9 0 9
B25 6 3 9
B26 8 1 9
B27 7 2 9
B28 6 3 9
B29 7 2 9
B30 9 0 9
B31 9 0 9
B32 9 0 9
B33 8 1 9
B34 8 1 9
B35 8 1 9
B36 7 2 9
B37 9 0 9
B38 8 1 9
B39 6 3 9
B40 7 2 9
B41 9 0 9
B42 8 1 9
B43 6 3 9
90
sebagai berikut:
Perencanaan K3
12.77 %
Ya
Tidak
87.23%
Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa
mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Berikut ini
91
92
dan menjalankan penerapan dan operasi kegiatan dibuat ke dalam diagram persentase
sebagai berikut:
6.72 %
Ya
Tidak
93.28 %
Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa
93.28%. Dan yang tidak mengetahui dan melaksanakan penerapan dan operasi
93
melaksanakan evaluasi.
Evaluasi
No. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
D1 9 0 9
D2 8 1 9
D3 9 0 9
D4 9 0 9
D5 8 1 9
D6 9 0 9
D7 9 0 9
D8 6 3 9
D9 7 2 9
D10 9 0 9
D11 9 0 9
D12 8 1 9
D13 9 0 9
D14 9 0 9
D15 9 0 9
D16 8 1 9
D17 9 0 9
D18 9 0 9
D19 9 0 9
D20 8 1 9
D21 8 1 9
D22 9 0 9
D23 7 2 9
D24 6 3 9
D25 7 2 9
Jumlah 207 18 225
94
8 %
Ya
Tidak
92 %
Dari hasil survey dalam tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa
elemen-elemen yang terdapat di dalamnya sebesar 92% dan yang tidak mengetahui
8%.
pencapaian kebijakan dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Ruang lingkup
tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan,
produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Berikut
95
Tinjauan Manajemen K3
No. Jumlah
(Jumlah Responden)
Ya Tidak
E1 9 0 9
E2 9 0 9
E3 9 0 9
E4 8 1 9
E5 8 1 9
E6 9 0 9
E7 9 0 9
E8 9 0 9
E9 8 1 9
E10 9 0 9
E11 9 0 9
E12 9 0 9
E13 8 1 9
E14 9 0 9
E15 8 1 9
Jumlah 130 5 135
berikut:
Tinjauan Manajemen K3
3.71 %
Ya
Tidak
96.29 %
96
dan yang tidak mengetahui adanya tinjauan manajemen sesuai dengan elemen-
Seperti yang terlihat dalam tabel 4.12. dimana terdapat evaluasi jumlah
Hospital. Dari tabel tersebut terlihat rata-rata persentase yang dijabarkan sebagai
berikut:
97
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diambil dari rata-rata
sebagai berikut:
98
manajemen sebesar 87.23%. Maka nilai rata –rata untuk kriteria perencanaan K3
adalah:
Setelah mendapat nilai rata-rata 5 kriteria SMK3 di atas, maka dihitung rata-
proyek ini.
99
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk para pekerja
dan untuk para pegawai/staff manajemen pada proyek pembangunan gedung Siloam
Sesuai dengan teori sebelumnya yang terdapat dalam landasan teori bahwa
sebagai berikut:
Dari ketentuan permenaker tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa hasil
Kerja (SMK3) di proyek pembangunan gedung Siloam Hospital yang mencapai nilai
91.81% tergolong dalam kategori nomor 3 yaitu tingkat pencapaian penerapan 85-
100% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera emas.
100
proyek ini yang tidak mencapai tingkat kesempurnaan atau 100 % dikarenakan:
pegawai/staff manajemen dan pekerja dalam hal mematuhi program K3 yang ada
- Masih kurangnya kesadaran para pekerja dalam menggunakan APD yang telah
88.63 % dan hal itu terlihat dalam persentase terendah pada kriteria penerapan dan
101
5.1. Kesimpulan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital,
Kebijakan K3: penerapan kebijakan yang diambil cukup teralisasi dengan baik
bahaya dan resiko), pemenuhan Undang-Undang K3, alat pelindung diri (APD)
serta sasaran dan program dibuat secara lengkap dan terealisasi dengan baik.
sudah diikuti programnya oleh semua pihak yang terkait termasuk pekerja.
internal.
berikut:
Kebijakan K3 : 92.19%
Perencanaan K3 : 87.54%
102
- Berdasarkan hasil audit internal sebesar 92.34% tergolong dalam kategori >90%
5.2. Saran
tetap menjaga alat pelindung diri (APD) seperti sepatu, sarung tangan dan
2. Perlunya pengawasan yang lebih baik dalam pengecekan dan perawatan APD
ada.
103
Badan Pembinaan Konstruksi dan SDM Departemen PU. (2009). Sistem Manajemen
Beesono, S. (2012). K3 Konstruksi. Didownload pada tgl 13, 2013. Dari Google
Web: http://belajar-k3.blogspot.com/p/blog-page_6572.html.
UI.
Universitas Trisakti.
Luckyta, D.T., Partiwi, S.G. (2012). Evaluasi dan Perancangan SMK3 dalam Rangka
Perbaikan Safety Behaviour Pekerja. Jurnal Teknik ITS. Vol. 1, No.1. Hal. A 510-
514. Surabaya: ITS.
Menteri Pekerjaan Umum RI. (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
Menteri Tenaga Kerja. (1996). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.
104
Grafindo Persada.
Kerja. Jakarta.
Ketenagakerjaan. Bandung.
http://www.jamsostek.co.id./content/news.php?id=3906.
Aksara.
Shaleh, H. (2009). Kecelakaan Kerja di Sumut Capai 4.586 Kasus. Didownload pada
Silalahi, B., Silalahi, R. B. (1985). Manajemen K3. Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressindo.
Suaraburuh. (2013). Sepanjang Tahun 2012, Terjadi 2062 Kasus Kecelakaan Kerja.
2012-terjadi-2062-kasus.html.
105
Suparno. E., Harjono. (2007). Visi, Misi, Kebijakan Strategi dan Program Kerja (K3)
106