Anda di halaman 1dari 7

Aspek Gaya dan Gerak pada Perangkat Saklar dan Regulator Termal Berbasis Busa

Grafena

Nadhifah Apriliani Kurniawan

16923142

Para peneliti dari Purdue University, Amerika Serikat telah mengembangkan suatu perangkat
termal yang bisa menjadi saklar dan regulator serta merupakan analogi termal dari resistor listrik.
Perangkat ini dibuat berbasis komposit busa grafena yang dapat ditekan. Perangkat ini dapat
menyalurkan panas, melindungi dari dingin, dan berfungsi dalam berbagai rentang suhu. Cara
kerja perangkat ini sangat berkaitan dengan konsep termal. Konsep konsep lain yang digunakan
yaitu konsep energi, kerapatan, serta gerak dan gaya. Walaupun konsep gerak dan gaya bukanlah
fokus topik dari penciptaan perangkat ini, namun keefektivitasan perangkat dalam
menghantarkan panas sangat bergantung pada gaya interaksi antaratom grafena.

Busa grafena dapat ditekan secara reversibel dengan pori-pori terbuka berukuran makroskopis.
Konduktivitas termal busa grafena bervariasi dengan perubahan ketebalan. Ketika ditempatkan
antara sumber panas dan pembuang panas, busa grafena berpori terbuka yang sangat kompresibel
mengatur transportasi panas yang diizinkan berdasarkan tingkat kompresi: ketika sepenuhnya
terkompresi, busa menghantarkan panas dengan baik ("on"); sedangkan ketika sepenuhnya tidak
terkompresi, busa menghantarkan panas dengan buruk ("off"). Pada keadaan tidak terkompres,
busa grafena memberikan isolasi termal yang baik karena fraksi volume rendah dari grafena dan
udara di dalam pori-porinya. Ketika busa terkompres, udara di dalam pori-pori diperas keluar
dari ruang yang terkompresi dan jalur-jalur untuk transfer panas menjadi lebih efektif.
Gambar 1. [Fungsi ganda perangkat sebagai saklar termal dan regulator termal berdasarkan busa grafena
yang dapat dikompres]

Cara kerja busa grafena pada perangkat ini sangat mengandalkan konsep tekanan di mana gaya
tekan diberikan pada busa grafena sehingga busa dapat menjadi konduktor panas. Dalam ilmu
fisika, tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja tiap satuan luas permukaan atau bidang tekan.
Tekanan timbul sebagai akibat dari gaya tekan yang bekerja pada benda per satuan luas
permukaan dengan arah yang tegak lurus. Tekanan ini sangat bergantung dengan besarnya gaya.
Semakin besar gaya yang diberikan pada busa grafena maka semakin besar pula tekanan yang
dihasilkan. Namun, tekanan ini berbandung terbalik dengan luas permukaan, artinya jika luas
diperbesar maka tekanan akan menjadi kecil sehingga untuk mencapai tekanan besar pada
perangkat ini supaya bisa menghantarkan panas dengan lebih efektif maka luas busa grafena bisa
diperkecil.

Peneliti melakukan Molecular dynamics (MD) simulation dari perilaku termal dinamis dalam
nanofoam grafen yang terkompres. Simulasi Dinamika Molekuler (MD) melacak perkembangan
suatu sistem akibat rangsangan yang ditentukan oleh pengguna (misalnya, beban termal dan
mekanik) selama jangka waktu tertentu dengan memecahkan persamaan gerak Newton. Ini
memungkinkan pengguna untuk merekam kecepatan dan posisi setiap partikel yang didefinisikan
dalam model, dengan cermat menentukan gaya interaksi antara partikel-partikel tersebut dan
interval waktu antara perhitungan jalur partikel.

Gambar 2. [tampak samping dari grafena yang tidak terkompres dan terkompres]

Peneliti perangkat ini menggunakan Molecular dynamics (MD) simulation untuk melacak
perkembangan suatu sistem akibat rangsangan yang ditentukan (misalnya beban termal dan
mekanis. Ini memungkinkan pengguna untuk merekam kecepatan dan posisi setiap partikel yang
didefinisikan dalam model, dengan cermat mendefinisikan gaya-gaya interaksi antar partikel dan
interval waktu antara perhitungan jalur partikel. Simulasi ini dilaksanakan dalam 4 tahap. Tahap
pertamanya adalah menstabilkan sistem dan meminimalkan energi total.

Sistem yang sudah stabil kemudian ditekan secara uniaxial ke arah z hingga mencapai ketebalan
yang diinginkan, sambil tetap mempertahankan ketebalan yang sama dalam arah x dan y. suhu
dijaga relatif konstan karena variasi kecil dalam energi kinetik atom, karena perintah "fix
deform" hanya memetakan ulang koordinat setiap atom dan tidak memperkenalkan kecepatan
pada atom saat memindahkan mereka ke posisi baru. Potensi energi, di sisi lain, meningkat
karena adanya pemaksaan yang lebih kuat yang terjadi dalam sistem yang terkompresi,
menghasilkan peningkatan energi total sistem.

selama perhitungan konduktivitas termal menggunakan metode Green-Kubo setelah dikompres,


teramati peningkatan suhu. Foam dengan kerapatan massa yang lebih besar, yaitu ketebalan yang
lebih kecil, memiliki tingkat peningkatan suhu yang lebih tinggi. Sistem bisa menjadi tidak stabil
setelah penskalaan ulang posisi atom. Karena total energi dijaga dalam perhitungan, beberapa
energi potensial berubah menjadi energi kinetik yang mengakibatkan peningkatan suhu.

Pada busa grafena yang memiliki kerapatan massa yang lebih tinggi, trbdapat klebih banyak
atom dalam kotak simulasi dengan dimensi yang sama sehingga sistem memerlukan waktu
relaksasi yang lebih lama untuk mendekati keadaan kesetimbangan.

Ketika busa yang telah di kompres dan masuk ke tahap relaksasi, dalam sistem bisa terdapat
beberapa pergerakan acak atom dan pergerakan acak seperti itu lebih banyak terjadi dalam sistem
dengan jumlah atom yang lebih besar. Menurut metode pemodelan, grafen dilapisi pada struktur
dasar dan membentuk struktur mirip film setelah dasarnya dihapus. Meskipun ada getaran di
sekitar posisi kesetimbangan akibat ikatan antara atom-atom tetangga, atom-atom tersebut
bersama-sama sebagai cabang yang menggantung di dalam ruang kosong dalam foam.
Karakteristik seperti itu memungkinkan struktur foam berubah dengan sedikit rangsangan.
Perubahan dalam struktur memiliki dampak signifikan pada sifat termal sistem, termasuk
konduktivitas termal.

Konduktivitas termal busa grafena tergantung pada gaya interaksi antaratom grafena. Semakin
banyak gaya antaratom maka semakin baik konduktivitas termalnya. Gaya interaksi tersebut
dapat diperbesar dengan cara meningkatnya kerapatan busa dengan menekan busa sehingga
ketebalannya meningkat.

Di atas 25% tekanan, ketika tekanan kompres yang lebih besar diterapkan pada busa grafena,
semakin sedikit rongga yang tersisa dalam busa dan cabang-cabangnya mulai lebih banyak
berkontak satu sama lain. Jumlah rata-rata atom dalam radius cutoff di antara semua partikel
dalam sistem terbukti meningkat dengan tekanan. Peningkatan dalam jumlah tetangga untuk
setiap atom menghasilkan lebih banyak interaksi antara atom dan menciptakan lebih banyak jalur
untuk transfer panas. Persentase peningkatan jumlah rata-rata tetangga atom diplotkan dalam
gambar 2. Peningkatan yang lebih signifikan ditemukan pada tingkat tekanan tinggi, yang sesuai
dengan peningkatan yang lebih cepat dalam konduktivitas termal dalam bidang.
Gambar 3. [jumlah rata rata tetangga atom meningkat sesuai peningkatan tekanan ]

Kontak internal pada busa grafena yang tidak terkompres tidak meningkat dengan kerapatan
massa, karena busa dimodelkan sedemikian rupa sehingga lapisan tunggal atom karbon melapisi
bingkai dasarnya yang menghilangkan kontak internal. Namun dalam busa grafena yang
terkompres, cabang cabang busa dipaksa untuk berkontak, yang menciptakan lebih banyak jalur
termal untuk transfer panas.

Salah satu metode yang ada dalam perangkat ini adalah simulasi dinamika molekuler. Peneliti
menggunakan suatu alat yang disebut "potensi Tersoff29" untuk menjelaskan gaya antaratom.
Peneliti juga menggunakan suatu timestep sebesar 0.5 fs. Batasan-batasan tertentu diterapkan
dalam simulasi ini, yang membuat sistem berperilaku seperti dalam kondisi tertentu. Peneliti
kemudian mengubah posisi atom-atom dengan cara tertentu hingga mencapai tingkat kompresi
yang diinginkan. Setelah itu, sistem dibiarkan dalam keadaan seimbang pada suhu 300 K untuk
menghilangkan ketidakstabilan yang muncul saat menerapkan tekanan. Seberapa baiknya sistem
menghantarkan panas pada setiap tingkat kompresi dihitung menggunakan suatu metode yang
disebut "metode Green-Kubo26, 27".
V adalah volume sistem, E adalah total energi per atom, v adalah kecepatan setiap atom, F adalah
gaya berpasangan antara atom i dan j yang diperoleh menggunakan potensial antaratom, dan r
adalah jarak antara dua atom.

Begitulah bagaimana aspek gaya dan gerak memengaruhi mekanisme perangkat saklar dan
regulator termal yang berbasis busa grafena. Gaya dan gerak yang memengaruhi kerja perangkat
ini sebagian besar berasan dari atom atom grafena yang dapat memengaruhi tingkat
konduktivitas termal perangkat. Di luar itu, gaya tekan dari luar berpengaruh pada kerapatan
busa yang jika semakin rapat dan padat maka semakin baik menghantarkan panasnya.

DAFTAR RUJUKAN
1. D. September et al., “Innovation Infosheet A Thermal Switch and Regulator Device
Based on Graphene Foams,” pp. 2020–2021, 2020.
2. Du et al., “Wide range continuously tunable and fast thermal switching based on
compressible graphene composite foams,” Nat. Commun., vol. 12, no. 1, pp. 1–10, 2021,
doi: 10.1038/s41467-021-25083-8.
3. Xiong, Zixin (2021). Dynamic Thermal Transport in Graphene-Based Compressible
Foams. West Lafayette, Indiana, Purdue University. Tesis.
4. Tekanan: Pengertian, Rumus, dan Contoh Soal. Tersedia di:
https://www.fisika.co.id/2020/09/tekanan.html diakses tanggal 13 September 2023

Nama lengkap saya Nadhifah Apriliani Kurniawan. Saya pernah bersekolah di SDI Al Hidayah
namun kemudian pindah ke SDN Pamulang Indah pada tingkat 5 karena ingin mencari suasana
baru. Saya melanjutkan pendidikan tingkat menengah di SMPN 4 Tangerang Selatan dan SMAN
2 Tangerang Selatan, dan sekarang saya sedang menempuh pendidikan di FTMD ITB. Saya hobi
bermain game dan belakangan ini sering mencari tahu tentang perkembangan material di dunia
dengan kuliah sebagai aktivitas sehari hari. Belum ada karya yang bisa saya banggakan sejauh
ini, semoga kedepannya saya bisa bekarya di ITB. Laman Instagram @_nadhifa__

Anda mungkin juga menyukai