PERCOBAAN 7
KEHANTARAN THERMAL METODE LESS
I. Tujuan
1. Untuk membandingkan nilai kehantaran termal antara teori dengan hasil percobaan
(praktek).
2. Untuk menentukan nilai kehantaran termal suatu bahan menurut Metode Less
berdasarkan bahan yang bukan penghantar panas yang baik (isolator).
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi nilai kehantaran thermal.
II. Teori
Hasil dari suatu analisis hukum hanyalah sebagian dari informasi yang diperlukan untuk
melakukan evaluasi yang lengkap terhadap suatu proses atau situasi yang melibatkan
transfer energi. Pertimbangan yang lebih penting adalah, dalam banyak kesempatan, laju
berlangsungnya transfer energi. Tentunya dalam mendesain suatu pabrik di mana panas
harus dipertukarkan dengan sekitarnya, ukuran peralatan transfer-panas, material-material
konstruksinya, dan peralatan tambahan yang dibutuhkan untuk pengoperasiannya,
semuanya merupakan bahan pertimbangan penting bagi insinyur. Peralatan tersebut tidak
hanya harus bisa menyelesaikan dengan baik tugas yang diharapkan, tetapi juga harus
ekonomis untuk dibeli dan dioperasikan.
Pertimbangan-pertimbangan yang bersifat teknis seperti ini membutuhkan kefasihan
akan mekanisme-mekanisme dasar transfer-energi dan juga kemampuan untuk
mengevaluasi secara kuantitatif laju-laju ini dan juga kuantitas-kuantitas bersangkutan
yang penting. Tujuan jangka pendek kita adalah mengamati mekanisme dasar transfer-
energi dan memikirkan persamaan dasar untuk menghitung laju transfer energi. Energi
panas dapat berpindah akibat adanya perbedaan temperature yang disebut kalor. Satuan
SI dari kalor adalah Joule. Panas dapat berpindah dari benda yang memiliki suhu lebih
tinggi menuju benda yang memiliki suhu lebih rendah. Ketika dua benda bertemperatur
berbeda tersebut bergandengan, maka akan terjadi perpindahan energi panas hingga
temperatur kedua benda tersebut seimbang. Ada tiga mode transfer energi: Konduksi,
Konveksi, dan Radiasi. Semua proses transfer-panas melibatkan satu atau lebih dari
mode-mode ini. (James R. Welty dkk, 2001)
1. Konduksi
Perpindahan kalor konduksi dapat terjadi pada benda padat, cairan, maupun gas.
Konduksi dapat dibayangkan sebagai perpindahan energi akibat interaksi antar partikel
dari suatu zat, dari partikel yang lebih aktif ke partikel yang kurang aktif. Laju
perpindahan kalor melalui konduksi dapat dihitung secara makroskopik berdasarkan
Hukum Fourier. Zat yang memiliki nilai konduktivitas termal yang besar antara lain
tembaga merupakan konduktor yang baik, sedangkan zat yang memiliki nilai
konduktivitas termal yang kecil (cork dan busa polistirena) merupakan insulator yang
baik. (Michael J. Moran, 2004)
Kehantaran Thermal Metode Less
KEMENTERIAN RISET ,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
z LABORATORIUM FISIKA DASAR
SEKRETARIAT: GEDUNG UPT. PUSAT PERKULIAHAN DAN LABORATORIUM ILMU DASAR & UMUM
JALAN TRIDARMA NO. 7 LT.III KAMPUS USU MEDAN TELP. 8218603-82142110 PES. 289 MEDAN-20155
Laman : uptlida@usu.ac.id
2. Konveksi
Mode perpindahan panas konveksi terdiri dari dua mekanisme. Selain perpindahan energi
akibat gerak molekul (difusi), energi juga ditransfer melalui gerak sebagian besar atau
makroskopis fluida. Gerakan fluida ini dikaitkan dengan fakta bahwa, pada saat tertentu,
sejumlah besar molekul bergerak secara kolektif atau agregat. Gerakan seperti itu, di
hadapan gradien suhu, berkontribusi terhadap perpindahan panas.
Karena molekul-molekul dalam agregat mempertahankan gerak acaknya, perpindahan
panas total disebabkan oleh superposisi transpor energi oleh gerak acak molekul-molekul
dan oleh gerak sebagian besar fluida. Istilah konveksi biasanya digunakan ketika
mengacu pada transpor kumulatif ini, dan istilah adveksi mengacu pada transpor akibat
pergerakan fluida. Transfer panas yang disebabkan konveksi melibatkan pertukaran
energi antara suatu permukaan dengan fluida di dekatnya.
Suatu pembedaan harus dibuat antara konveksi paksa (forced convection), di mana
suatu fluida dibuat mengalir melalui suatu permukaan padat oleh suatu komponen
eksternal (external agent) seperti kipas atau pompa, dan konveksi bebas, atau konveksi
alami, di mana fluida yang lebih panas (atau lebih dingin) di dekat batas padatan akan
menyebabkan sirkulasi karena adanya perbedaan densitas yang dihasilkan dari variasi
temperatur di seluruh daerah dari fluida tersebut. (Theodore L. Bergman dkk, 2011)
3. Radiasi
Fisika radiasi. Energi radiasi dapat juga dibayangkan sebagai diangkut melalui
gelombang elektromagnetik atau foton. Tidak ada sudut pandang yang sepenuhnya
menggambarkan sifat fenomena yang diamati. Namun demikian, konsep-konsep terpisah
ini mempunyai kegunaan yang cukup besar. Misalnya, sifat radiasi pada kelas permukaan
tertentu dapat diprediksi melalui penggunaan teori elektromagnetik, sedangkan teori
kuantum digunakan dalam menentukan sifat media penyerap dan pemancar. Radiasi
merambat dengan kecepatan cahaya. Jadi, dari sudut pandang teori elektromagnetik,
gelombang merambat dengan kecepatan ini. Dalam radiasi, gelombang elektromagnetik
memegang peranan penting dalam perpindahan panas, sehingga tidak memerlukan
perantara. Alternatifnya, dari sudut pandang kuantum, energi diangkut oleh foton, yang
semuanya bergerak dengan kecepatan cahaya (ini berbeda dengan transpor molekuler
karena semua foton memiliki kecepatan yang sama). Namun terdapat distribusi energi di
antara foton. (Ephraim M. Sparrow, 1976)
Kehantaran Thermal Metode Less
KEMENTERIAN RISET ,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
z LABORATORIUM FISIKA DASAR
SEKRETARIAT: GEDUNG UPT. PUSAT PERKULIAHAN DAN LABORATORIUM ILMU DASAR & UMUM
JALAN TRIDARMA NO. 7 LT.III KAMPUS USU MEDAN TELP. 8218603-82142110 PES. 289 MEDAN-20155
Laman : uptlida@usu.ac.id
3.2 Bahan
1. -
V. Data Percobaan
300
600
900
1200
1500
Trata-rata
VII. Ulasan
1. Bandingkanlah hasil nilai kehantaran thermal secara praktik dengan hasil nilai
secara teori.
2. Tulis dan jelaskan faktor yang mempengaruhi nilai kehantaran thermal.
VIII. Kesimpulan
1. Perbandingan nilai kehantaran thermal teori dengan hasil praktikum yaitu
Kt:Kp = 0,8:0,0005227 = 1.5:1
2. Nilai kehantaran termal bahan yang bukan penghantar panas yang baik (isolator) yaitu
Kp = 0,0005227 W/mᵒC
3. Faktor yang mempengaruhi nilai kehantaran thermal adalah:
a. luas penampang
b. suhu awal
c. jenis bahan yang digunakan.
IX. Saran
1. Untuk asisten laboratorium sudah cukup baik.
2. Sebaiknya praktikan lebih dahulu mempersiapkan segala keperluan yang akan dibawa
sebelum melakukan praktikum.
3. Sebaiknya laboratorium sudah dipersiapkan sebelum praktikum dimulai
DAFTAR PUSTAKA
Bergman, Theodore L. 2011. Introduction to Heat Transfer. United States of America: Wiley.
Pages: 6
Moran, Michael J., 2004. Termodinamika Teknik Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Halaman: 61
Sparrow, Ephraim M., 1976. Radiation Heat Transfer. United States of America: Hemisphere.
Pages: 3
Welty, James R. 2001. Dasar-dasar Fenomena Transport Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Halaman: 1
( ) (Mateus Adriano)
LAMPIRAN