1
Lihat komentar
2.
APR
21
BBM
Kenaikan harga minyak dunia mendekati 80US$/barel dan dampaknya terhadap APBN
menimbulkan pro & kontra tersendiri dikalangan pemerintah dan pengamat. Hal ini dapat dilihat dari
perbedaan pendapat antara pernyataan Wapres Jusuf Kalla serta pendapat dari Menteri Keuangan
dan Menko Perekonomian. Wakil Presiden Jusuf Kalla setelah rapat dengan menteri-menteri
ekonominya mengatakan, sampai seberapa tingginya pun harga minyak mentah di pasar dunia,
APBN tidak akan terpengaruh. Namun Menteri Keuangan mempunyai pendapat yang berbeda. Dia
menyatakan, harga minyak dunia yang tinggi mengakibatkan subsidi BBM meningkat lagi. Demikian
juga subsidi kepada PLN, sehingga APBN menjadi rawan. Menko Perekonomian Boediono
mempunyai pendapat yang sama dengan Menkeu (Kwik Kian Gie, Kompas 1 Agustus 2006).
Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa diantara mereka terdapat perbedaan pendapat?
Perbedaan tersebut lebih disebabkan karena perbedaan sudut pandang. Wapres Jusuf Kalla melihat
secara akuntansi debit dan kredit, sedangkan dipihak menteri keuangan dan menko perekonomian
melihat dari sisi ekonomi dengan memasukkan unsur opportunity cost. Kwik Kian Gie telah
menjelaskan secara mengenai pola pikir dari Wapres Jusuf Kalla. Pada tulisan ini, penulis mencoba
mengurai pola pikir yang dipakai oleh oleh Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian. Untuk
memahami pola pikir tersebut, marilah kita lihat secara lebih mendalam mengenai kondisi
perminyakan di Indonesia. Dengan menggunakan data dari laporan Tahunan OPEC 2004,
menunjukkan bahwa produksi minyak mentah Indonesia sebesar 1,09 juta barel/hari, konsumsi
minyak sebesar 1,14 juta barel/hari, total output pengilangan 1.01 juta barel/hari, ekspor minyak
mentah 412 ribu barel/hari sedangkan impor minyak mentah sebesar 330 ribu barel/hari. Jika
dilakukan perbandingan antara produksi minyak mentah serta output pengilangan dengan konsumsi
minyak dalam negeri menunjukkan Indonesia adalah net-importir. Sedangkan dilihat dari sisi
transaksi ekspor dan impor minyak mentah, Indonesia tergolong kelompok net-eksportir. Kedua hal
inilah yang sering membuat perbedaan pendapat diantara para pengamat. Satu pihak menyatakan
Indonesia adalah net-eksportir dipihak lain menyatakan Indonesia adalah net-importer. Perlu diingat
bahwa produksi minyak Indonesia bukan hanya milik Pemerintah Indonesia saja tetapi harus dibagi
dengan Kontraktor perusahaan minyak asing/lokal (Production Sharing Contract dikenal dengan
istilah KPS) yang beroperasi di Indonesia. Skema bagi hasil yaitu sebesar 85% Pemerintah Pusat
dan 15% Kontraktor. Perlu diingat bahwa pembagian 85% da 15% bukanlah hasil produksi kotor,
tapi merupakan hasil produksi minyak bersih artinya nilai produksi dikurangi dengan biaya ekploitasi,
pajak, land-rent, royalti,dll. Sehingga bagi hasil minyak mentah antara pemerintah dan KPS bisa
menjadi 60% dan 40%. Berdasarkan perhitungan diatas maka minyak mentah yang diterima
pemerintah adalah sebesar 656,64 ribu barel/hari (60%x1094,4) sedangkan KPS menerima 437,76
ribu barel/hari. Bagian minyak KPS inilah yang sebagian besar diekspor dan hasil ekspor
merupakan milik KPS sedangkan pemerintah melalui pertamina mengimpor minyak untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Impor minyak ini sepenuhnya dibiayai oleh APBN. Berdasarkan
UU No.25 tahun 1999 dan UU No.33 tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah, maka hasil minyak yang diperoleh pemerintah pusat harus dibagi dengan daerah penghasil
dengan proporsi 85% dan 15%. Berdasarkan skema bagi hasil tersebut maka pemerintah pusat
menerima bagian minyak sebesar 558,14 ribu barel/hari dan sisanya adalah miliki pemerintah
daerah penghasil. Bagian daerah penghasil tidak diberikan dalam bentuk minyak tetapi diberikan
dalam bentuk tunai sebesar harga minyak yang ditetapkan dalam APBN. Jadi pada dasarnya
pemerintah pusat mengimpor minyak dari pemerintah daerah. Berdasarkan kondisi diatas, dapat
dilihat bahwa: minyak bagian pemerintah pusat sebesar 558 ribu barel/hari, minyak bagian
pemerintah daerah 98,5 ribu barel/hari, impor minyak mentah 330 ribu barel/hari, impor minyak jadi
132 ribu barel/hari. Dengan mengikuti metode perhitungan harga jual BBM yang pernah penulis
lakukan (Dartanto 2005, http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=102) maka kita dapat melakukan
simulasi perhitungan harga jual BBM dalam negeri. Dengan mengasumsikan bagian minyak
pemerintah pusat dihargai 0US$/barel, minyak bagian pemerintah daerah dihargai sebesar
62US$/barel (sesuai dengan asumsi APBN), biaya pengilangan,pajak,distribusi 5US$/barel, impor
minyak mentah dan jadi mengikuti harga internasional 78US$/barel serta nilai tukar sebesar Rp.
10.000/US$, maka harga jual rata-rata minyak dalam negeri seharusnya Rp. 2.952/liter.
Konsekuensi dari menjual BBM dengan harga tersebut, adalah hilangnya potensi penerimaan
negara sebesar 12,6 milyar US$ sehingga semakin memperparah defisit APBN. Sedangkan jika
harga minyak bagian pemerintah dihargai sesuai dengan asumsi APBN maka harga jual rata-rata
minyak dalam negeri seharusnya adalah Rp. 5.100/liter. Jika harga jual rata-rata minyak dalam
negeri kurang dari angka tersebut maka pemerintah harus mengalokasikan subsidi minyak dalam
APBN. Jika harga minyak bagian pemerintah pusat dan daerah diasumsikan mengikuti harga pasar
dunia, maka harga jual rata-rata BBM dalam negeri seharusnya sebesar Rp.5.760/liter. Dengan
harga jual tersebut maka penerimaan negara dari minyak adalah sebesar 18,6 milyar US$
sedangkan kebutuhan impor minyak sebesar 14 milyar US$. Dari perhitungan sederhana diatas
terlihat penentuan harga BBM sangat tergantung terhadap asumsi harga minyak dalam APBN dan
asumsi apakah penerimaan minyak dianggap sebagai penerimaan negara atau bukan. Betul seperti
yang dikatakan Kwik Kian Gie bahwa subsidi BBM bukanlah real cash loss tapi opportunity loss. Jika
minyak bagian pemerintah pusat tidak dihargai (0US$/barel) maka akan terjadi potensi kehilangan
pendapatan negara dan memperbesar defisit anggaran. Penulis sendiri kurang setuju dengan
menjual minyak terlalu murah, minyak di perut bumi Indonesia milik seluruh rakyat Indonesia baik
generasi sekarang dan generasi mendatang selain. Harga murah cenderung mendorong
pemborosan pemakaian BBM, penyelundupan BBM, selain itu BBM murah hanya akan
menguntungkan bagi golongan kelas menengah. Rezeki minyak seharusnya dapat dinikmati seluruh
bangsa baik generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Diposting 21st April 2012 oleh muhammad choirur rofiqul mizan
0
Tambahkan komentar
3.
SEP
Sejarah
[sunting] 1908
Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian
modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan
STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari
primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan
perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan
pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya
Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam
mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische
Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi
wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas
nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan
Indonesia, tahun 1925.
Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode
sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan
mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908,
dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan
dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat
melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan
diri dari penindasan kolonialisme.
[sunting] 1928
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh
elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius
yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa
Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.
Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya
generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada
26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.
[sunting] 1945
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan
kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi
Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh
basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI),
sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh
lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan
terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan
segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah
Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk
lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya
terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam
melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih.
Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan
bangsa.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah
tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik
dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini
dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
[sunting] 1966
Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem
kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan
organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik
Republik Indonesia dengan Partai Katholik,Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat
dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan
Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-
lain.
Diantara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai
salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi
dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha mempengaruhi PPMI,
kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI dan, terutama dipicu
karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan
juga GMNI-khususnya setelah Konggres V tahun 1961.
Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang
merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni PMKRI,
HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-
organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI).
Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan
terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan
lain-lain.
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan
yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal
kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan
mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang
kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua
Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari PMKRI,Akbar Tanjung dari
HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil
membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang
ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66
pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam
kabibet pemerintahan Orde Baru. di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis,yang sampai
sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis setelah masanya,dia adalah
seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya
tercurahkan untuk bangsa ini,dia adealah soe hok gie
[sunting] 1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika
generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang
dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya
para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim
Orde Baru, seperti:
* Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru pada 1972 karena
Golkar dinilai curang.
* Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur
banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya
yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah,
selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori Arif Budiman yang
progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.
Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa kemudian
mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo.
Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim
khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI
sampai Komisi Empat.
Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus
mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam
bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi
kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-undangan. Misalnya,
melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.
Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa
terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai
bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi Golongan Putih
(Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution,
Asmara Nababan.
Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan
anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam
pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat
Indonesia haus akan bantuan luar negeri.
Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu
diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang
Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Gerakan
mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru"
disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versi
terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung sebelumnya.
Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.
[sunting] 1978
Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris
sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan
rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan
mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul
kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik
diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan
tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah,
strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal.
Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.
Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada
tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai
perguruan tinggi. Namun demikian, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini terjadinya
pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan
pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak
berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak
terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu
militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan
diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.
Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski
demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni
tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan
menolak kepemimpinan nasional.
[sunting] Era NKK/BKK
Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa
selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan
Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa.
Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik
tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan
akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan
posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK, pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib
Soedomo melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah
membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K
No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi
Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis
melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan
kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa,
dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa
Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari
SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk
menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan,
pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.
Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus
dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh. Ditambah dengan
munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik praktis semakin tidak
diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi alat pemerintah atau golongan
politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yang apatis, sementara posisi rezim
semakin kuat.
Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, di awal-awal tahun
80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif
penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-
wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan
mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai
kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif
di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII
(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI
(Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk kelompok-
kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Beberapa kasus lokal yang disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain: kasus tanah
waduk Kedung Ombo, Kacapiring, korupsi di Bapindo, penghapusan perjudian melalui
Porkas/TSSB/SDSB.
[sunting] 1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan
sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini
ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa
Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK
tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun
dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa
yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda untuk
menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di
luar kampus.
Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena
kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh
korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya
berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi
di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang
independen.
Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis
serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa
untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa
ditahun 1990-an.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan
kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi
bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus
termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.
[sunting] 1998
Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada
1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa
Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis
mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis,
Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus
berlanjut hingga pemilu 1999.
Diposting 1st September 2010 oleh muhammad choirur rofiqul mizan
0
Tambahkan komentar
4.
SEP
Bab 7
Tangki Penyimpanan Cairan Kriogenik Dan Sistem Transport Cairan Kriogenik
Tangki penyimpanan untuk cairan kriogenik mempunyai dua bagian, yaitu tangki bagian dalam yang
digunakan sebagai tangki untuk menampung produk dan tangki bagian luar sebagai pembatas
antara kondisi ambient dengan tangki bagian dalam. Bagian antara tangki dalam dan tangki luar
yang biasa disebut annulus merupakan bagian yang diisi oleh lapisan pemantul dan lapisan
penyekat serta tekanan divakum. Lapisan pemantul dan penyekat serat pemvakuman bagian
annulus bertujuan untuk menghalangi dan menghambat terjadinya penyerapan panas dari udara
luar oleh tangki dalam yang jauh lebih dingin. Bagian pemantul berguna untuk mengurangi
perpindahan radiasi, lapisan penyekat berfungsi untuk mengurangi perpindahan panas konduksi dan
pemvakuman berfungsi untuk mengurangi panas konveksi. Tangki menurut bentuknya ada dua
jenis, yaitu horisontal dan vertikal. Tangki horisontal mempunyai bentuk yang memanjang sehingga
beban yang dialami oleh tangki hanya berasal dari beban produk dan berat tangki itu sendiri,
sehingga jika ada guncangan akan relatif stabil. Sedangkan tangki vertikal, beban yang dialaminya
berasal dari berat produk, berat tangki, terpaan angin dan gempa bumi, namun tangki vertikal bisa
menghemat lahan.
Selain itu pipa pembuangan uap harus disediakan untuk membuang uap dari cairan kriogenik yang
dihasilkan karena adanya panas yang masuk ke tangki dalam. Selain itu ada pipa untuk mengisi
atau mengosongkan tangki dalam. Pengosongan atau pemindahan cairan di dalam tangki bisa
dilakukan dengan cara pressurization atau dengan menggunakan pompa. Tangki dalam
dihubungkan dengan batang suspensi, sehingga posisi tangki dalam menggantung terhadap tangki
luar. Untuk memperkuat dinding tangki, baik bagian dalam maupun bagian luar, biasa digunakan
cincin penguat yang melingkar di bagian dalam atau bagian luar tangki. Tangki dengan tanah tidak
berhubungan langsung tetapi disangga oleh penyangga.
Dalam perancangan tangki dalam biasanya dirancang untuk tidak diisi penuh 100 %, tapi hanya diisi
kurang lebih 90 %. Karena selalu ada panas yang masuk ke tangki sehingga tekanan tangki dalam
akan meningkat akibat dari adanya cairan kriogenik yang terevaporasi. Tekanan tangki tersebut
dapat meningkat dengan cepat apabila tidak ada ruang yang kosong dalam tangki bagian dalam.
Bentuk tangki dapat berupa cylindrical, spherical, conical atau kombinasi dari ketiga bentuk tersebut.
Pada umumnya bentuk yang paling ekonomis karena paling mudah dibuat adalah tangki berbentuk
silinder dengan head berbentuk eliptical atau hemispherical. Sedangkan tangki spherical memiliki
konfigurasi yang paling efisien jika dilihat dari jumlah panas yang masuk ke dalam tangki.
dimana:
D = inside diameter spherical atau inside major diameter elliptical
Dc = outside diameter spherical atau outside major diameter elliptical
K = konstanta = 1/6 {2 + (D/D1)2} (7.5)
Untuk torispherical head maka persamaan 7.3 dan 7.4 dapat digunakan jika D=2 (crown radius) dan
K = 0.885.
Cincin penguat tangki dalam berfungsi untuk mendukung berat cairan dalam tangki seperti
digambarkan pada Gambar 7.1. Momen tekuk dapat dipecahkan dengan teori energi elastik.
1. Untuk
2M / WR = 0.5 cos + sin - (-) sin + cos + cos sin2 (7.6)
2. Untuk
2M / WR = 0.5 cos - ( - ) sin + + cos + cos sin2 (7.7)
Untuk kurang dari 70, momen tekuk maksimal terjadi pada titik penyangga dengan = ,
sehingga momen tekuk menjadi
2M / WR = (1.5 +sin2) cos - ( - ) sin (7.8)
Fungsi ini diplot pada Gambar 7.2. Untuk sudut penyangga lebih besar dari 70, momen tekuk
maksimal harus menggunakan persamaan 7.6 dan 7.7. Setelah momen tekuk maksimum dari cincin
penguat ditentukan, ukuran cincin penguat kemudian dapat ditentukan dari persamaan beban tekuk:
Z = Mmax / sa (7.9)
dengan Z adalah bagian modulus untuk luas cincin antara poros sejajar terhadap poros cincin.
Gambar 7.2 Kurva momen tekuk untuk cincin penguat tangki dalam
Contoh 7.1
Rancanglah ineer shell dan stiffening rings (cincin penguat) yang akan digunakan untuk menyimpan
28,000 gal oksigen cair. Tangki akan diangkut dengan kereta, sehingga diameter maksimum
kontainer sebesar 13 ft karena adanya jembatan, dan sebagainya selama perjalanan. Tangki
menggunakan 12 inch perlit sebagai insulasi, sehingga diameter inner shell harus 24 inch lebih kecil
dari diameter outer shell. Bentuk head dari inner dan outer shell adalah hemispherical. Tekanan
internal sebesar 100 psig dan 10 % ullage volume (ruang kosong di atas cairan). = 80. Material
yang digunakan adalah 304 stainless steel.
Jawab:
V = 28,000 + (28,000 x 10 %) = 30,800 gal = 4120 ft3
Misalkan kita memilih diameter dalam untuk inner shell adalh D = 10 ft
V = D2L + D2 = 78.5 L + 524 = 4120 ft3
Sehingga panjang shell, L = 45.8 ft
Ketebalan shell minimum dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 7.1. Dari Tabel 7.1
didapatkan allowable stress untuk jenis material yang digunakan sebesar 18,750 psi dan efisiensi
pengelasan, cw= 100 %.
T = (115 x 120) / {2 x (18,750 69)} = 0.369 in
Sehingga kita akan memilih besar ketebalan = 7/16 in (0.437 in) dengan mempertimbangkan
toleransi ketebalan sebesar 12.5 %.
Ketebalan head minimum dapat digunakan dengan menggunakan persamaan 7.3, dimana besarnya
K adalah :
K = 1/6 x (2+1) =0.5
th = 0.1841 in
Dengan mempertimbangkan toleransi ketebalan 12.5 %, maka digunakan ketebalan head sebesar
in (0.25 in).
Berat dari 28,000 gal oksigen cair (9.53 lbm/gal) adalah:
W1= (28,000) x (9.53) = 267,000 lb
Total berat dari tangki dalam adalah
W2 = (D + t) tL + (D + th)2 th
= (0.286) () (120.44) (0.4375) (549.6) + (0.286) () (120.25)2 (0.25)
= 26,000 + 3250 = 29,250 lb
Total berat yang harus disokong oleh stiffening rings adalah 267,000 + 29,250 = 296,250 lb 30,000
lb. Anggap digunakan 4 stiffening rings dengan jarak 13 ft. Sehingga beban berat untuk satu ring
adalah:
W = 300,000/4 = 75,000 lb
Dari plot persamaan 7.6 dan 7.7, didapatkan gaya tekuk maksimum terjadi di lokasi =68.5 =
1.1952 rad. Dengan menggunakan pers 7.6:
= 1.8287 1.7189 = 0.1098
Dengan mengasumsikan besarnya diameter dalam dari inner shell sama dengan jari-jari rata-rata
dari ring dan nantinya asumsi ini akan diperbaiki setelah besarnya cross section dari ring telah
ditetapkan.
Mmax = (75,000 x 60 x 0.1098)/(2) = 78,700 in lbf
Z = 78,700 / 18,750 = 4.2 in2
Yang termasuk tangki silinder panjang adalah tangki yang memenuhi ratio panjang terhadap
diameter sbb :
(7.12)
Sedangkan untuk tangki berbentuk silinder pendek
(7.13)
dimana L = panjang silinder yang tidak disangga
Untuk kepala tangki luar harus tahan terhadap tekanan atmosfir dan kegagalan dari ketidakstabilan
elastisitas. Tekanan kritis untuk kepala berbentuk bola dirumuskan dalam persamaan
(7.14)
dengan Ro adalah jari-jari luar kepala bola. Jari-jari mahkota dari torispherical head atau jari-jari dari
elliptical head. Jari-jari untuk elliptical head dapat dicari dengan Ro=K1D,dimana D adalah diameter
utama dan K1 adalah konstanta yang dapat dilihat di Tabel 3.
Luas momen inersia minimum untuk intermediate stiffening rings dapat ditentukan dengan :
(7.15)
dimana
pc = tekanan eksternal kritis (4 kali dari tekanan yang diperbolehkan)
Do = diameter luar dari tangki luar
L = jarak antara cincin penguat
E = modulus Young dari bahan material untuk cincin
Cincin penyangga utama harus mempunyai kekuatan untuk menahan tekanan luar dan menyangga
berat dari tangki dalam dan isinya. Tipe beban penyangga ditunjukkan pada Gambar 7.4 . Untuk tipe
beban ini momen tekuk cincin ditentukan oleh teori energi elastisitas.
Gambar 7.3 Beban pada bagian luar cincin penyokong dalam kaitannya dengan berat dari tangki
dalam dan isinya
Gambar 7.4 Kurva momen tekuk untuk cincin penyokong bagian luar. Lokasi sudut dan sudut
penyokong 1, dan 2 didefinisikan pada Gambar 7.3
1. Untuk 0 1
(7.16)
2. Untuk 1 2
(7.17)
3. Untuk
(7.18)
Karena tangki luar tidak langsung berinteraksi dengan suhu kriogenik, maka material tangki yang
digunakan adalah baja untuk alasan ekonomi. Stainless steel stand off harus digunakan pada tangki
baja pada titik dimana pipa menembus tangki untuk mencegah agar supaya tidak ada bagian tangki
yang berinteraksi dengan suhu kriogenik.
Contoh 7.2
Rancanglah tangki luar untuk penyimpanan oksigen cair sebanyak 28,000 gal dengan kondisi
operasi seperti contoh 7.1. Material yang digunakan adalah carbon steel SA-285 grade C. Titik
penyangga adalah 1 = 70 dan 2 = 110.
Physical properties untuk carbon steel yang dibutuhkan :
E = 29 x 106 psi v = 0.26 sa = 13,750 psi
Jawab:
Anggap kita menggunakan dua cincin penguat utama dan tiga cincin penguat tambahan dengan
jarak antar tiap cincin sebesar 0.75 ft. Tekanan kritis untuk tekanan eksternal sebesar 15 psi adalah
pc = (5) (15) = 75 psi
Ketebalan shell dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 7.13, dengan perkiraan pertama
kita mengabaikan t/Do pada penyebut. Dengan menggunakan diameter luar tangki 12 ft, maka
= = 0.00368
sehingga
t = (0.0038)(144) = 0.530 in
Sehingga kita akan menggunakan ketebalan sebesar 5/8 in (0.625 in). Dengan memasukkan angka
ini kedalam persamaan 7.13, maka didapatkan tekanan kritis:
= 107 psi
nilai ini lebih besar dari 75 psi, berarti ketebalan 5/8 in ini dapat digunakan.
Sedangkan untuk ketebalan hemispherical head dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
7.14:
= = 0.00294
Maka,
tA = (0.00294) (72) = 0.212 in
maka kita akan menggunakan ketebalan head sebesar in (0.25 in)
Luas momen inersia dari cincin penyangga dapat dicari dengan menggunakan persamaan 7.15:
= 37.6 in4
Ukuran yang dapat digunakan untuk cincin penguat adalah 6x6 by 20 lb/ft WF beam (yang memiliki
luar momen inersia = 38.8 in4)
Dari persamaan 7.16 dan 7.18, kita dapat menentukan bahwa momen tekuk maksimum untuk =
70 dan = 110 terjadi pada lokasi = 90. Dengan persamaan 7.17 kita dapat menentukan
momen tekuk maksimum untuk cincin penyangga:
= 0.1615
Total berat untuk tangki dalam dan isinya adalah 300,000 lb (dari contoh 7.1). Berat yang harus
ditahan oleh tiap cincin penguat utama adalah
W = (300,000) = 150,000 lb
Sebagai perkiraan awal, kita akan mengasumsikan rata-rata jari-jari cincin sama dengan diameter
luar dari tangki luar dan akan mengkoreksi asumsi ini setelah kita menentukan cincin yang
digunakan.
Momen tekuk maksimum:
= 278,000 in lbf
Anggap kita menggunakan 8 by 8 in WF section, dimana c = 4 in
= 80.8 in4
Perkiraan awal untuk momen inersia dari cincin penguat adalah
I = I1 + I2 = 37.6 + 80.8 = 118.4 in4
Sebuah 8 by 8 in by 40 lb/ ft WF beam memiliki I = 146.3 in4 dan c = 4.125 in. Jika bentuk ini yang
digunakan, maka rata-rata jari-jari cincin adalah R = 72 + 4.125 = 76.125 in dan momen tekuk
maksimum menjadi
= 294,000 in lbf
dan
= 88.2 in4
Besarnya panas yang dihantarkan oleh batang suspensi dapat dihitung dengan
(7.20)
dimana kt adalah rata-rata konduktivitas termal dari bahan yang digunakan antara suhu Th (suhu
paling panas) dan Tc (suhu paling dingin). Ac adalah luas penampang batang suspensi dan L
adalah panjang batang suspensi. Batang suspensi harus mampu menyangga berat tangki dalam
dan untuk mencari Ac.
Ac = 2 F/ sa (7.21)
Dimana sa = yield strength dari batang suspensi
F = beban pada masing-masing batang
2 = faktor keselamatan
7.4 PERPIPAAN
Perpipaan sangat penting dalam tangki kriogenik berguna untuk memindahkan cairan dari dan ke
dalam tangki, ventilasi uap dan lain sebagainya. Dengan sistem pipa yang dirancang dengan baik
akan mengakibatkan panas yang masuk ke dalam tangki hanya terjadi secara konduksi saja. Untuk
alasan ini maka pipa harus dibuat sepanjang mungkin dan menggunakan pipa yang tipis. Pipa jenis
schedule 5 secara umum digunakan karena mempunyai ketebalan pipa yang paling tipis untuk
material yang berasal dari 304 stainless steel.
Susunan pipa dalam tangki untuk penyekat banyak lapis ditunjukkan dalam Gambar 7.6. Pipa
berada di bagian bawah tangki dan dekat dengan standoff. Hal ini sangat memudahkan dalam
perbaikan. Ketebalan minimum pipa yang dibutuhkan dalam tangki dapat ditentukan dengan
persamaan:
(7.22)
dengan t = tebal pipa
Do = diameter luar pipa
p = tekanan
sa = beban yang bisa ditahan oleh material pipa
Pelepas tekanan dalam tangki biasanya bekerja pada saat tekanan 10 % lebih besar dari tekanan
perancangan. Apabila ada kelebihan tekanan dalam tangki maka tekanan akan dilepas sebelum
terjadinya kerusakan tangki. Kapasitas katup ditentukan dari laju cairan menguap.
Ukuran katup keselamatan ditentukan dengan:
in2 (7.24)
dengan Av = luas katup pelepasan
= maksimum laju alir, lbm/hr
T = suhu absolut, R
M = berat molekul gas
C = faktor ekspansi
Faktor ekspansi dicari dengan:
(7.25)
dengan:
= cp/cv= rasio panas spesifik
KD = koefisien discharge
Pmax = (tekanan yang ditentukan, psig) x (1.1) + ( tekanan atmosfir, psia)
7.7 INSULASI
Ada beberapa tipe insulasi yang dapat digunakan :
Expanded foams
Gas filled powders and fibrous materials
Vacuum
Evacuated powder and fibrous material
Opacified powders
Multilayer insulations
Pada suhu kriogenik, T3 biasanya jauh lebih kecil dibandingkan kg, sehingga persamaan 7.26
menjadi:
(7.27)
Jika konduktivitas termal dari bahan solid sangat jauh lebih besar dari konduktivitas termal gas di
dalam insulasi, maka persamaan 7.27 menjadi:
(7.28)
Salah satu kekurangan dari insulasi jenis ini adalah kelembaban (uap air) dan udara dapat berdifusi
melalui ke dalam bahan insulasi kecuali bila digunakan sebuah penghalang uap. Proses difusi uap
air pada tangki nitrogen atau oksigen dapat pula dicegah dengan melakukan pembersihan insulasi
secara kontinu dengan menggunakan gas nitrogen kering pada tekanan sedikit di atas tekanan
atmosfir. Sedangkan untuk tangki hidrogen cair harus menggunakan helium sebagai gas
pembersihnya.
Untuk tangki penyimpanan fluida kriogenik, dimana tangki dalamnya ditutupi secara keseluruhan
dengan tangki luar, maka F1-2 = 1, dimana subscript 1 menandakan permukaan yang ditutupi
(tangki dalam) dan subscript 2 menandakan permukaan yang menutupi (tangki luar). Faktor
emisivitas untuk radiasi difusi untuk silinder konsentrik atau spheres (bola) dapat dicari dengan:
(7.30)
dimana e adalah emisivitas dan adalah luas permukaan.
Untuk N silinder konsentrik atau bola, maka laju transfer panasnya adalah:
Q = Fe,0 ( TN4 T14 ) (7.31)
Dimana TN adalah suhu permukaan paling luar dan T1 adalah suhu permukaan paling dalam.
Bayangkan dua permukaan paralel berada pada suhu T1 dan T2, seperti terlihat pada gambar 7.9.
Molekul gas bertubrukan dengan permukaan dingin pada suhu T1 dan mentransfer sebagian energi
pada permukaan. Karena molekul tidak bertahan cukup lama di permukaan untuk mencapai
kesetimbangan termal, melainkan molekul tersebut akan meninggalkan permukaan dengan
membawa energi kinetik dengan suhu sedikit lebih tinggi, T1. Lalu molekul ini akan berjalan
sepanjang ruang vakum dan bertubrukan dengan permukaan hangat yang bersuhu T2. Molekul
tidak bertahan terlalu lama pada permukaan untuk mencapai kesetimbangan termal dan akhirnya
meninggalkan permukaan hangat dengan sejumlah energi kinetik pada suhu sedikit dibawah T2,
yaitu T2. Derajat pendekatan molekul untuk kesetimbangan termal disebut koefisien akomodasi, a:
(7.32)
Koefisien akomodasi untuk kedua permukaan pada gambar 7.14:
permukaan dingin
permukaan hangat
Contoh 7.3
Tentukan total laju panas yang pindah dari tangki luar ke tangki dalam. Diameter tangki dalam 5 ft
sedangkan diameter tangki luar 7 ft. Suhu tangki luar 80 F dan memiliki emisivitas sebesar 0.1 dan
koefisien akomodasinya sebesar 0.9. Suhu tangki dalam 140 R, memiliki emisivitas sebesar 0.05
dan koefisien akomodasi sebesar 1. Gas di dalam ruang annular dalah udara dengan tekanan 10-1
mmHg abs yang diukur pada suhu 80 F. Tangki diinsulasi dengan vakum.
Jawab:
Laju emisivitas:
= (20 + 4.6)-1 = 0.0406
Luas permukaan tangki dalam :
A1 = D12 = (5)2 = 78.5 ft2
Kita harus mencek jarak bebas rata-rata dari gas, untuk memastikan apakah konduksi free
molecular terjadi. Viskositas udara pada 80F adalah 1.241 x 10-6 lbm/ sec.ft
= 25 ft
jarak bebas rata-rata sebesar 25 ft jauh lebih besar dibandingkan jarak antara tangki dalam dan
tangki luar (1ft) yang menandakan bahwa konduksi free molecular terjadi di dalam ruang annular.
Gambar 7.10 Diagram skematik dari kapal tanker LNG dengan perbesaran salah satu kontainernya