Anda di halaman 1dari 26

1. 1.

1 Istilah Termodinamika Termodinamika adalah ilmu pengetahuan tentang energy, pengalihan


energy (energy transfer) dan efeknya pada sifat fisik bahan. Hukum-Hukum Termodinamika
merupakan hasil observasi ilmiah untuk membuka tabir hukum alam yang berkaitan dengan energy.
Istilah thermodinamics berasal dari kata Yunani therme (heat) dan dynamics (power), yang secara
deskriptif yaitu kemampuan merubah panas (heat) menjadi daya (power). Sekarang, Termodinamika
diinterpretasikan secara lebih luas mencakup segala aspek energy dan perubahan energy, termasuk
pembangkitan daya, pendinginan dan hubungan yang menyertai sifat-sifat bahan. 1.2 System
Tertutup Dan Terbuka System dalam Termodinamika didefinisikan sebagai sejumlah materi atau
daerah di dalam ruang yang dipilih sebagai objek, sedangkan daerah di luarnya disebut surrounding
(lingkungan). Daerah yang memisahkan antara objek dan surrounding disebut Boundary (batas)
yang dapat bersifat nyata dan imajiner. Boundary dapat bersifat tetap (fixed) atau bergerak
(movable). Boundary mengalami kontak permukaan dengan objek dan surrounding. Secara
matematis, tebal boundary adalah nol sehingga tidak bisa mempunyai massa dan volume. Sistem
dapat tertutup (closed system = control mass) atau terbuka (open system = control volume)
tergantung pada ketetapan massa dan volume yang ditinjau. Closed system disebut juga massa
kontrol terjadi apabila jumlah massa di dalam boundary dibuat tetap, jadi tidak ada massa yang
masuk maupun keluar system, kecuali energy dapat menembus system tersebut, ditunjukkan pada
gbr.1-1. Sistem dibatasi dengan tanda garis putus-putus. Arti kata kontrol dalam pengertian diatas
adalah massa tetap, sengaja ditutup supaya tidak terjadi perubahan yang mempengaruhi system.
Apabila energy tidak adapat menembus boundary,disebut isolated system. Sebaliknya, pada open
system terjadi aliran massa masuk dan keluar menembus boundary, misalnya pada: kompressor,
turbin dan nozzle. Gbr.1-2 memperlihatkan massa dan energi dapat menembus boundary pada
control volume yang disebut control surface. Gbr.1-1 Panas dan Kerja dapat menembus boundary
pada closed system (control mass) , sedang Massa tidak Gbr.1-2 Massa, Panas dan Kerja dapat
menembus boundary pada open system(control volume). 1.3 Property, Proses Dan Siklus
Termodinamik Setiap system mempunyai ciri tertentu berupa sifat fisik yang dapat diukur misalnya:
volume, temperatur, tekanan,dst. Ciri-ciri ini disebut property dari system. Perubahan property
disebut perubahan keadaan termodinamik, lintasannya disebut path. Path yang lengkap
menunjukkan perubahan keadaan, disebut process. Serangkaian process dari kondisi awal ke
kondisi akhir dan kembali ke kondisi awal lagi disebut cycle (siklus). Property terbagi atas intensive
properties dan extensive properties. Sifat yang tidak terpengaruh oleh massa disebut intensive
properties contoh: temperatur, tekanan, dst. Sedangkan, Extensive properties berhubungan dengan
massa, misalnya: massa, volume, total energy, dsb. Cara membedakannya: apabila property dapat
dibagi misalnya: 1/3 bagian Volume atau 1/2 bagian massa, maka disebut extensive property.
Temperatur dan tekanan tidak bisa hanya sebagian saja berarti termasuk intensive property. Jika
massa berubah maka nilai extensive properties ikut berubah. Spesific extensive properties yaitu
extensive properties per satuan massa berarti tentunya sudah menjadi intensive properties,
misalnya: volume spesifik, energy spesifik, density, dsb. Perhitungan termodinamika hanya dapat
dilakukan apabila telah tercapai keseimbangan keadaan termodinamik, berupa keseimbangan:
mekanis, reaksi kimia dan panas. Keadaan termodinamik dalam keseimbangan disebut steady state
yaitu keadaan termodinamik yang tidak berubah terhapap waktu. 1.4 Tekanan Tekanan (pressure)
adalah gaya yang menekan fluida per satuan luas, sedangkan pada benda padat tekanan disebut
tegangan (stress). Tekanan pada fluida meningkat seiring dengan meningkatnya kedalaman, hal ini
akibat dari tindihan gaya berat fluida diatasnya. Fluida pada bagian bawah mengalami desakan
gaya berat lebih besar dibanding fluida diatasnya. Tekanan bervariasi dalam arah vertikal akibat
efek grafitasi. Tidak ada variasi tekanan dalam arah horizontal artinya besarnya tekanan adalah
sama untuk ketinggian yang sama. Untuk hitungan praktis, tekanan di dalam tangki berisi gas dapat
dianggap seragam bila gaya berat gas tersebut sangat kecil dan tidak signifikan. 1 Pa = 1 N/m2 1
bar = 100 kPa =105 Pa = 0,1 MPa 1 atm = 101325 Pa = 101,325 kPa = 1,01325 bar 1 atm = 14,7 psi
(pound-force per square inch) Absolute pressure adalah tekan yang diukur mulai dari vakum mutlak
(absolute vacuum), pada posisi ini Pabs=0. Semua tekanan yang diukur dari posisi ini disebut
tekanan absolute contoh: tekanan atmosfir standar 760 mmHg (=1 atm), diukur dari Pabs = 0 (gbr.1-
3). Gage pressure adalah tekanan diukur mulai dari tekanan atmosfir ke atas (tekanan atmosfir lokal
besarnya sekitar 1 atm ini dihitungan sebagai tekanan dasar 0 atm). Misalnya pada pengukuran
tekanan compressor sebelum operasi terbaca: tekanan = 0 atm (pada hal tekanan lokal berkisar 1
atm). Sehingga nantinya setelah bertekanan maka yang terbaca adalah tekanan lebih, yang
menghitung keatas. Gbr 1-3. Referensi tekanan absolut, atmosfir, gage dan vakum. Sebaliknya,
pada pengukuran vacuum pressure, 1 atm ini dihitung sebagai tekanan dasar 0 atm dan menghitung
ke bawah, sehingga yang tebaca adalah tekanan berkurang. Saat alat vakum mulai dipasang,
terbaca tekanan = 0 mm Hg (tekanan lokal sekitar 1atm.), bila dapat tercapai vakum sempurna = -
760 mmHg (-14,7 inHg = 0 mmHg.abs = 0 in.Hgabs). Tanda (-) pada tekanan menunjukkan vacuum.
Pgage = Pabs Patm (untuk tekanan di atas Patm ) Pvac = Patm -Pabs (untuk tekanan di bawah
Patm) 2(1 P = gz 1.5 Skala Temperatur dan Hukum ke Nol Termodinamika Skala temperatur
didasarkan pada titik beku (freezing or ice point) dan titik didih (boiling or steam point) air pada
tekanan 1 atm. Untuk SI, digunakan skala Celcius (Centigrade scale), berturut-turut 0 dan 100 oC.
Sedangkan satuan British, digunakan skala Fahrenheit yaitu 32 dan 212 oF. Skala temperatur
termodinamik untuk SI, dipakai skala Kelvin K (bukan oK), sedangkan satuan British dipakai skala
Rankine R (bukan oR). Temperatur termodinamik didasarkan pada tekanan mutlak (absolute
pressure) = 0, karena pada kondisi ini (temperatur mutlak = 0) tidak ada lagi gerakan di dalam atom.
K= oC + 273,15 R = oF + 459,67 R = 1,8K oF = 1,8 oC + 32 K = oC R = oF Gbr. 1-4
Perbandingan skala temperatur. Apabila dua benda beda temperaturnya didempetkan, lama
kelamaan akan tercapai keseimbangan temperatur (temperaturnya sama), akibatnya perpindahan
panas terhenti karena pengeraknya (beda temperatur) sudah habis , kondisi ini disebut tercapai
keseimbangan termal. Hukum ke nol termodinamika menyatakan bahwa: apabila dua benda
mencapai keseimbangan termal dengan benda ke tiga, maka benda tersebut masing-masing
mencapai kesetimbangan termal satu sama lain, walaupun tidak bersentuhan lansung. Artinya
benda tersebut mempunyai temperatur yang sama walaupun tidak terjadi kontak langsung. 1.6
Rangkuman Closed system (control mass) yaitu apabila jumlah massa di dalam boundary tidak bisa
berubah, jadi tidak ada massa yang masuk maupun keluar system, kecuali energy dapat menembus
system. Bila energy tidak adapat menembus boundary tersebut disebut isolated system. Pada open
system, aliran massa masuk dan keluar menembus boundary. misalnya kompressor, turbin dan
nozzle. Massa dan energi dapat menembus boundary pada control volume yang disebut control
surface. Intensive properties tidak terpengaruh oleh massa contoh: temperatur, tekanan, dst.
Sedangkan extensive properties berhubungan dengan massa misalnya: massa, volume, total
energy, dsb. Jika massa berubah maka nilai extensive properties juga berubah. Extensive properties
per satuan massa (spesific extensive properties) adalah menjadi intensive properties, misalnya
volume spesifik, energy spesifik, density, dsb. Pgage = Pabs Patm (untuk tekanan di atas Patm )
Pvac = Patm -Pabs (untuk tekanan di bawah Patm) P = gz K = oC + 273,15 R = oF + 459,67 R =
1,8 K oF = 1,8 oC + 32 K = oC R = oF 1.7 Contoh Soal Contoh 1.1: Pengukuran tekanan
udara luar dengan barometer Hitung besarnya tekanan atmosfir pada pembacaan barometer 740
mmHg dan grafitasi 9,7 m/s2. Anggap density mercury 13.570 kg/m3 . Penyelesaian: Dari pers 1.3
Patm = gz = (13.570 kg/m3) (9,7 m/s2)( 0,740 m) = 97,41 kPa Catatan: Faktor pengubah
(konversi), dikalikan dengan fungsinya untuk mengubah satuan 1 kg / (m. s2) ke 1 kPa. Contoh 1.2:
Pengaruh bobot piston pada tekanan di dalam cylinder Suatu alat piston-cylinder dengan bobot
piston 60 kg, luas penampang 0,04 m2. Tekanan atmosfir setempat 0,97 bar, g = 9,8 m/s2.
Hitunglah: (a). Tekanan di dalam cylinder. (b). Jika ditambahkan panas, menyebabkan volume
meningkat dua kali dari semula, apakah terjadi perubahan tekanan di dalam cylinder ? Gbr.1-5
Skets contoh 1-2 Penyelesaian: (a). PA = Patm A+ W P = Patm + mg/A = = 1.117 bar catatan:
Faktor pengubah, dikalikan dengan gunanya untuk mengubah satuan 1 kg / (m. s2) ke 1 bar. (b).
Perubahan volume tidak berpengaruh pada diagram benda bebas, jadi tekanan di dalam cylinder
tidak berubah. Contoh 1.3: Pengubahan temperatur dengan skala berbeda. Selama pemanasan
temperatur meningkat 20 oC, nyatakanlah peningkatan ini dalam K, oF dan R. Penyelesaian: dari
pers. 1.13: K = oC = 20 K dari pers. 1.15: R = 1,8 K = 1,8 x 20 = 36 R dari pers. 1.16: oF =
R = 36 oF 1.8 Pertanyaan 1. Apakah system termodinamika itu ? 2. Apa perbedaan closed system
dan open system ? 3. Apa yang dimaksud control surface ? 4. Apakah isolated system itu ? 5.
Jelaskan perbedaan tekanan gage dan tekanan vacuum ? 6. Apakah perbedaan antara intensive
properties dan extensive properties ? 1.9 Soal Soal 1. Barometer digunakan untuk mengukur
tinggi gedung, terbaca 755 mmHg di lantai dasar dan 730 mmHg di puncak, anggap density rata-
rata udara 1,18 kg/m3. Hitunglah tinggi gedung. 2. Hitunglah tekanan 30 m di bawah permukaan
laut, anggap tekanan barometer 101 kPa dan spesifik grafity air laut 1,03. 3. Suatu alat cylinder-
piston bebas bergerak, massa piston 4 kg dan luas penampang 35 cm2. Sebatang pegas gaya 60 N
menekan piston dari atas dan tekanan atmosfir 95 kPa,. Hitunglah tekanan di dalam cylinder.
Tuesday, October 12, 2010 Diagram P-h (Tekanan VS Entalpi) Diagram P-h merupakan diagram
dengan sumbu x menunjukan enthalpy (h) dan dan sumbu y menunjukkan Tekanan (P). Seperti
terlihat dalam gambar 1 (klik gambar untuk perbesar). Biasanya diagram P-h juga dilengkapi dengan
garis-garis besaran lain, seperti garis suhu, entropi, dan volume jenis Selain garis-garis besaran
terebut diatas, terdapat pula kubah saturasi (ditunjukkan dengan garis merah). Kubah ini merupakan
kubah yang menunjukkan fasa zat. Didalam kubah merupakan daerah dimana fasa dari zat berupa
campuran gas dan cair. Di bagian kanan terdapat garis saturasi gas (gas jenuh). Di garis ini zat
dalam keadaan tepat jenuh gas. Jika sedikit saja ke kiri maka sudah ada bagian yang mencair dan
jika sedikit saja ke kanan maka sudah terjadi superheated. Superheated adalah keadaan dimana
pada saat suatu zat yang sudah dalam keadaan gas jenuh, kemudian mengalami kenaikan suhu.
Gambar 1. Contoh Diagram P-h Di bagian kiri terdapat garis saturasi cair (Cair jenuh). Di garis ini
zat dalam keadaan tepat cair jenuh. Jika sedikit saja ke kanan maka sebagian zat akan menguap
menjadi gas dan sedikit saja ke kiri maka zat akan menjadi keadaan subcooled. Subcooled adalah
keadaan pada saat suatu zat yang sudah menjadi cair jenuh kemudian mengalami penurunan suhu.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat garis lurus dengan arah ke kanan. Garis tersebut dimulai dari
sebelah kiri kubah atau dengan kata lain awalnya zat dalam keadaan subcooled. Proses 1 ke 2, zat
dalam keadaan subcooled tersebut menerima kalor sehingga terjadi keniakan suhu sampai zat
menjadi saturasi cair. Enthalpy pada zat tersebut naik. Pada titik 2 zat dalam keadaan saturasi cair.
2 ke 3, Zat tersebut menerima kalor akibatnya enthalpy naik. Dalam tahap ini kalor yang diterima
tidak mengubah suhu zat, melainkan merubah fasa menjadi gas. Zat yang tadinya berupa saturasi
cair mulai berubah menjadi gas (menguap). Antara titik 2 dan titik 3 berfasa campuran. Semakin
dekat dengan titik 3 semakin banyak zat yang berfasa gas. Sebaliknya semakin dekat dengan titik 2,
semakin banyak zat yang berfasa cair. Di titik 3 keadaan zat menjadi saturasi gas (gas jenuh) di
mana semua zat berfasa gas. Proses 3 ke 4, Setelah berfasa saturasi gas, zat tersebut menerima
kalor akbatnya entalphy terus naik. Pada proses ini terjadi kenaikan suhu sehingga zat menjadi
keadaan superheated. Proses 1-->2-->3-->4 terjadi pada tekanan (P) yang sama. Dalam diagram P-
h ini juga dapat menggambarkan proses-proses lain sehingga diketahui besaran-besaran yang ada
pada proses tersebut. Untuk setiap zat memiliki diagram P-h masing-masing. Biasanya diagram P-h
digunakan untuk sistem thermodnamika seperti sistem rankin, sistem refigerasi dan lain-lain infiltrasi
laju aliran udara luar tak terkendali dan tidak disengaja masuk ke dalam gedung melalui celah dan
bukaan lainnya dan akibat penggunaan pintu luar gedung. Infiltrasi disebut juga sebagai kebocoran
udara luar ke dalam gedung konduktansi termal [C] laju aliran kalor konstan melalui suatu bahan
akibat perbedaan temperatur antara satu permukaan ke permukaan pada sisi lainnya, per satuan
luas per satuan perbedaan temperatur. koefisien performansi untuk pendinginan [Coefficient Of
Performance = COP] angka perbandingan antara laju aliran kalor yang dikeluarkan dari sistem
dengan laju aliran energi yang harus dimasukkan ke dalam sistem yang bersangkutan, untuk system
pendinginan lengkap. Dew Point, yaitu suhu dimana udara telah mencapai saturasi (jenuh). Jika
udara tersebut mengalami pelepasan kalor sedikit saja, maka uap air dalam udara akan
mengembun. Humidity Ratio (w), yaitu ukuran massa uap air yang ada dalam satu satuan udara
kering (Satuan International: gram/kg). Relative Humidity (RH), Perbandingan antara fraksi mol uap
dengan fraksi mol udara basah pada suhu dan tekanan yang sama (satuannya biasanya dalam
persen (%)). Volume Spesifik (v), yaitu besarnya volume udara dalam satu satuan massa. (SI:
m3/kg) Enthalpy (h), yaitu banyaknya kalor (energy) yang ada dalam udara setiap satu satuan
massa. Enthalpy ini merupakan jumlah total energi yang ada dalam udara terebut, baik dari udara
maupun uap air yang terkandung didalamnya. Penerapan teknik refrigerasi yang terbanyak adalah
dalam proses pendinginan yaitu pengkondisian udara (air conditioning) dan refrigerasi industri yaitu
meliputi : pemrosesan,pengawetan makanan, penyerapan, kalor dari bahan-bahan kimia,
perminyakan, dan industri petrokimia. Definisi pengkondisian udara nyaman (comfort air
conditioning) adalah proses perlakuan terhadap udara untuk mengatur
suhu,kelembaban,keberhasilan,dan pendistribusianya,secara serentak guna mencapai kondisi
nyaman yang dibutuhkan oleh penghuni yang berada didalamnya. Penurunan kelembaban
(dehumidifiers) salah satu alat yang digunakan untuk menurunkan kandungan air di udara adalah
dengan menggunakan unit refrigerasi dengan cara melewatkan udara tersebut melalui koil-koil
evaporator yang bersuhu rendah,disini udara didinginkan sehingga air yang terkandung didalamnya
mengembun di permukaan koil, kemudian aliran udara diarahkan melalui kondensor lalu dikeluarkan
keruangan. Prinsip-prinsip refrigerasi dan pengkondisian udara merupakan teori dari Perpindahan
Kalor dan Thermodinamika. Masa dan energi merupakan dua konsep dasar yang menjadi titik tolak
perkembangan sains rekayasa (engineering sainse). Sifat-sifat thermodinamika yang diutamakan
adalah tekanan,suhu,rapat masa, volume spesifik, kalor spesifik,entalpi,entropi, dan sifat-sifat cair
uap lainnya. 1. Suhu (t) Titik acuan bagi skala Celcius adalah ttitik beku air (0C) dan titik didih air
(100C). Suhu absolut adalah derajat pada suhu nol absolt yang dinyatakan dengan kelvin (K) yaitu :
T = tC + 273. 2. Tekanan (p) Adalah gaya normal (tegak lurus) yang diberikan oleh suatu fluida per-
satuan luas benda yang terkena gaya tersebut. Tekanan absolut adalah ukuran tekanan diatas nol
(tekanan sebenarnya yang berada diatas nol) Tekanan gaus (gauge pressure) [diukur diatas
tekanan atmosfer suatu tempat (nol tekanan gaus = tekanan atmosfir di tempat tersebut). Satuan
yang dipakai untuk tekanan adalah N/m,juga disebut dengan (Pa). N satuan Gaya (F), tekanan
atmosfir standar adalah 101.35 Pa atau 101,3 kPa. 3. Rapat massa atau volume spesifik Rapat
massa (p) dari suatu fluida adalah massa yang mengisi satu satuan volume m Volume spesifik (v)
adalah volume yang diisi oleh satuan massa.satuan m/kg. 4. Kalor spesifik Adalah jumlah energi
yang diperlukan untuk menaikan suhu satu-satuan-massa bahan tersebut sebesar 1K. Dua besaran
umu dalam kalor spesifik yaitu kalor spesifik untuk volume tetap (cv ) dan kalor spesifik untuk
tekanan tetap (cp). Satuan kJ/kg.K Harga-harga kalor spesifi dari beberapa bahan yaitu: 1,0 kJ/kg.K
udara kering Cp = 4,19 kJ//kg.K air 1,88 kJ/kg.K uap air Dengan J simbul energi, Joule. 5. Entalpi
(h) Apabila proses dengan tekanan tetap diatas ditambahkan batasan dengan meniadakan kerja
yang dilakukan terhadap bahan, misalnya kompressor, maka jumlah kalor yang diberikan atau yang
dilepaskan per-satuan massa adalah perubahan entalpi 6. Entropi (s) Sifat-sifatnya 1. Jika suatu gas
atau uap ditekan atau dieksapnsikan tanpa gesekan dan tanpa penambahan atau pelepasan kalor
selama proses berlangsung maka entropi bahan tersebut tetap 2. Dalam proses yang disebutkan
dalam butir no 1, perubahan entalpi menyatakan jumlah kerja per-satuan massa yang diperlukan
oleh proses penekan atau pelepasan oleh satuan proses ekspansi terebut. Sifat-sifat cair uap
Umumnya pemanas atau pendinginan menggunakan aliran substansi-substansi yang berupa cairan
atau uap yang berubah-ubah keadaanya saat menjalani pendauran. Tekanan, suhu, dan entalpi
adalah sifat-sifat penentu selama perbahan, Diagram hubungan tekanan-entalpi untuk uap air. Tiga
daerah utama dalam diagaram ini adalah 1. Daerah cairan bawah dingi (sub-cooled-liquid) pada
bagian kiri 2. Daerah cairan-uap dibagian tengah, dan 3. Daerah uap panas lanjut (superheated-
steam) pada bagian kanan. Dalam daerah 1 terdapat cairan, dalam daerah 3 terdapat uap, dan
dalam daerah 2 terdapat cairan dan uap bersama-sama. Daerah 2,3 dipisahkan oleh garis uap
jenuh. Bila kita bergeser kekiri dari kekanan sepanjang garis mendatar deengan tekanan konstan,
yaitu dari garis cair- jenuh menuju uap jenuh, campuran cairan dan uap berubah dari 100% cairan
menuju 100% uap. Air mendidih bila tekanan tinggi untuk tekanan 12,3kPa,air mendidih pada suhu
50C,tapi pada tekanan atmosfir standar yaitu 101 kPa air mendidih pada suhu 100C. Setiap sistem
atau zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi potensial berkaitan dengan wujud
zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena atom atom dan molekulmolekul
dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari semua bentuk energi itu disebut entalpi (H) .
Entalpi akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat. . Misalnya
entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis H H20 (s). Perhatikan lampu spiritus,
jumlah panas atau energi yang dikandung oleh spiritus pada tekanan tetap disebut entalpi spiritus.
Entalpi tergolong sifat eksternal, yakni sifat yang bergantung pada jumlah mol zat. Bahan bakar fosil
seperti minyak bumi, batubara mempunyai isi panas atau entalpi. Entalpi (H) suatu zat ditentukan
oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat diukur.
Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor
dinyatakan dengan perubahan entalpi (H) . Misalnya pada perubahan es menjadi air, maka
dapat ditulis sebagai berikut: H = H H20 (l) -H H20 (s) (7) Marilah kita amati reaksi pembakaran
bensin di dalam mesin motor. Sebagian energi kimia yang dikandung bensin, ketika bensin terbakar,
diubah menjadi energi panas dan energi mekanik untuk menggerakkan motor. Demikian juga pada
mekanisme kerja sel aki. Pada saat sel aki bekerja, energi kimia diubah menjadi energi listrik, energi
panas yang dipakai untuk membakar bensin dan reaksi pembakaran bensin menghasilkan gas,
menggerakkan piston sehingga menggerakkan roda motor. Gambar 10 berikut ini menunjukkan
diagram perubahan energi kimia menjadi berbagai bentuk energi lainnya. Harga entalpi zat
sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi H dapat ditentukan dengan cara mengukur
jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram.
Pada perubahan es menjadi air, H adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih
besar dari pada entalpi es. Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan
entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi
dam jumlah entalpi pereaksi. Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar,
sehingga H positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil,
sehingga H negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor reaksi. Kalor reaksi untuk
reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang khas pula, misalnya kalor pembentukan,kalor
penguraian, kalor pembakaran, kalor pelarutan dan sebagainya. Suatu reaksi kimia dapat dipandang
sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu pereaksi dan hasil reaksi atau
produk. Perhatikan suatu reaksi yang berlangsung pada sistem tertutup dengan volume tetap (V =
0), maka sistem tidak melakukan kerja, w = 0. Jika kalor reaksi pada volume tetap dinyatakan
dengan qv , maka persamaan hukum I termodinamika dapat ditulis: U = qv + 0 = qv = q reaksi (8) q
reaksi disebut sebagai kalor reaksi. Hal ini berarti bahwa semua perubahan energi yang menyertai
reaksi akan muncul sebagai kalor. Misal: suatu reaksi eksoterm mempunyai perubahan energi
dalam sebesar 100 kJ. Jika reaksi itu berlangsung dengan volume tetap, maka jumlah kalor yang
dibebaskan adalah 100 kJ. Kebanyakan reaksi kimia berlangsung dalam sistem terbuka dengan
tekanan tetap (tekanan atmosfir). Maka sistem mungkin melakukan atau menerima kerja tekanan
volume, w = 0). Oleh karena itu kalor reaksi pada tekanan tetap dinyatakan dengan qp , maka
hukum I termodinamika dapat ditulis sebagai berikut: U = qp + w atau qp = U w = q reaksi (9)
Untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap, para ahli mendefinisikan
suatu besaran termodinamika yaitu entalpi (heat content) dengan lambang H Entalpi didefinisikan
sebagai jumlah energi dalam dengan perkalian tekanan dan volume sistem, yang dapat dinyatakan:
H = U + P V (10) Reaksi kimia termasuk proses isotermal, dan bila dilakukan di udara terbuka maka
kalor reaksi dapat dinyatakan sebagai: qp = H (11) Jadi, kalor reaksi yang berlangsung pada
tekanan tetap sama dengan perubahan entalpi. Oleh karena sebagian besar reaksi berlangsung
pada tekanan tetap, yaitu tekanan atmosfir, maka kalor reaksi selalu dinyatakan sebagai perubahan
entalpi (H). Akibatnya, kalor dapat dihitung dari perubahan entalpi reaksi, dan perubahan entalpi
reaksi yang menyertai suatu reaksi hanya ditentukan oleh keadaan awal (reaktan) dan keadaan
akhir (produk). q = H reaksi = Hp-Hr (12) Contoh: Suatu reaksi berlangsung pada volume tetap
disertai penyerapan kalor sebanyak 200 kJ. Tentukan nilai U , H, q dan w reaksi itu Jawab:
Sistem menyerap kalor sebanyak 200 kJ , berarti q = + 200 kJ Reaksi berlangsung pada volume
tetap , maka w = 0 kJ. U = q + w = + 200 kJ + 0 kJ = 200 kJ H = q = + 200 kJ
Diposting 1st October 2014 oleh muhammad choirur rofiqul mizan

1
Lihat komentar
2.
APR
21

BBM
Kenaikan harga minyak dunia mendekati 80US$/barel dan dampaknya terhadap APBN
menimbulkan pro & kontra tersendiri dikalangan pemerintah dan pengamat. Hal ini dapat dilihat dari
perbedaan pendapat antara pernyataan Wapres Jusuf Kalla serta pendapat dari Menteri Keuangan
dan Menko Perekonomian. Wakil Presiden Jusuf Kalla setelah rapat dengan menteri-menteri
ekonominya mengatakan, sampai seberapa tingginya pun harga minyak mentah di pasar dunia,
APBN tidak akan terpengaruh. Namun Menteri Keuangan mempunyai pendapat yang berbeda. Dia
menyatakan, harga minyak dunia yang tinggi mengakibatkan subsidi BBM meningkat lagi. Demikian
juga subsidi kepada PLN, sehingga APBN menjadi rawan. Menko Perekonomian Boediono
mempunyai pendapat yang sama dengan Menkeu (Kwik Kian Gie, Kompas 1 Agustus 2006).
Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa diantara mereka terdapat perbedaan pendapat?
Perbedaan tersebut lebih disebabkan karena perbedaan sudut pandang. Wapres Jusuf Kalla melihat
secara akuntansi debit dan kredit, sedangkan dipihak menteri keuangan dan menko perekonomian
melihat dari sisi ekonomi dengan memasukkan unsur opportunity cost. Kwik Kian Gie telah
menjelaskan secara mengenai pola pikir dari Wapres Jusuf Kalla. Pada tulisan ini, penulis mencoba
mengurai pola pikir yang dipakai oleh oleh Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian. Untuk
memahami pola pikir tersebut, marilah kita lihat secara lebih mendalam mengenai kondisi
perminyakan di Indonesia. Dengan menggunakan data dari laporan Tahunan OPEC 2004,
menunjukkan bahwa produksi minyak mentah Indonesia sebesar 1,09 juta barel/hari, konsumsi
minyak sebesar 1,14 juta barel/hari, total output pengilangan 1.01 juta barel/hari, ekspor minyak
mentah 412 ribu barel/hari sedangkan impor minyak mentah sebesar 330 ribu barel/hari. Jika
dilakukan perbandingan antara produksi minyak mentah serta output pengilangan dengan konsumsi
minyak dalam negeri menunjukkan Indonesia adalah net-importir. Sedangkan dilihat dari sisi
transaksi ekspor dan impor minyak mentah, Indonesia tergolong kelompok net-eksportir. Kedua hal
inilah yang sering membuat perbedaan pendapat diantara para pengamat. Satu pihak menyatakan
Indonesia adalah net-eksportir dipihak lain menyatakan Indonesia adalah net-importer. Perlu diingat
bahwa produksi minyak Indonesia bukan hanya milik Pemerintah Indonesia saja tetapi harus dibagi
dengan Kontraktor perusahaan minyak asing/lokal (Production Sharing Contract dikenal dengan
istilah KPS) yang beroperasi di Indonesia. Skema bagi hasil yaitu sebesar 85% Pemerintah Pusat
dan 15% Kontraktor. Perlu diingat bahwa pembagian 85% da 15% bukanlah hasil produksi kotor,
tapi merupakan hasil produksi minyak bersih artinya nilai produksi dikurangi dengan biaya ekploitasi,
pajak, land-rent, royalti,dll. Sehingga bagi hasil minyak mentah antara pemerintah dan KPS bisa
menjadi 60% dan 40%. Berdasarkan perhitungan diatas maka minyak mentah yang diterima
pemerintah adalah sebesar 656,64 ribu barel/hari (60%x1094,4) sedangkan KPS menerima 437,76
ribu barel/hari. Bagian minyak KPS inilah yang sebagian besar diekspor dan hasil ekspor
merupakan milik KPS sedangkan pemerintah melalui pertamina mengimpor minyak untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Impor minyak ini sepenuhnya dibiayai oleh APBN. Berdasarkan
UU No.25 tahun 1999 dan UU No.33 tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah, maka hasil minyak yang diperoleh pemerintah pusat harus dibagi dengan daerah penghasil
dengan proporsi 85% dan 15%. Berdasarkan skema bagi hasil tersebut maka pemerintah pusat
menerima bagian minyak sebesar 558,14 ribu barel/hari dan sisanya adalah miliki pemerintah
daerah penghasil. Bagian daerah penghasil tidak diberikan dalam bentuk minyak tetapi diberikan
dalam bentuk tunai sebesar harga minyak yang ditetapkan dalam APBN. Jadi pada dasarnya
pemerintah pusat mengimpor minyak dari pemerintah daerah. Berdasarkan kondisi diatas, dapat
dilihat bahwa: minyak bagian pemerintah pusat sebesar 558 ribu barel/hari, minyak bagian
pemerintah daerah 98,5 ribu barel/hari, impor minyak mentah 330 ribu barel/hari, impor minyak jadi
132 ribu barel/hari. Dengan mengikuti metode perhitungan harga jual BBM yang pernah penulis
lakukan (Dartanto 2005, http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=102) maka kita dapat melakukan
simulasi perhitungan harga jual BBM dalam negeri. Dengan mengasumsikan bagian minyak
pemerintah pusat dihargai 0US$/barel, minyak bagian pemerintah daerah dihargai sebesar
62US$/barel (sesuai dengan asumsi APBN), biaya pengilangan,pajak,distribusi 5US$/barel, impor
minyak mentah dan jadi mengikuti harga internasional 78US$/barel serta nilai tukar sebesar Rp.
10.000/US$, maka harga jual rata-rata minyak dalam negeri seharusnya Rp. 2.952/liter.
Konsekuensi dari menjual BBM dengan harga tersebut, adalah hilangnya potensi penerimaan
negara sebesar 12,6 milyar US$ sehingga semakin memperparah defisit APBN. Sedangkan jika
harga minyak bagian pemerintah dihargai sesuai dengan asumsi APBN maka harga jual rata-rata
minyak dalam negeri seharusnya adalah Rp. 5.100/liter. Jika harga jual rata-rata minyak dalam
negeri kurang dari angka tersebut maka pemerintah harus mengalokasikan subsidi minyak dalam
APBN. Jika harga minyak bagian pemerintah pusat dan daerah diasumsikan mengikuti harga pasar
dunia, maka harga jual rata-rata BBM dalam negeri seharusnya sebesar Rp.5.760/liter. Dengan
harga jual tersebut maka penerimaan negara dari minyak adalah sebesar 18,6 milyar US$
sedangkan kebutuhan impor minyak sebesar 14 milyar US$. Dari perhitungan sederhana diatas
terlihat penentuan harga BBM sangat tergantung terhadap asumsi harga minyak dalam APBN dan
asumsi apakah penerimaan minyak dianggap sebagai penerimaan negara atau bukan. Betul seperti
yang dikatakan Kwik Kian Gie bahwa subsidi BBM bukanlah real cash loss tapi opportunity loss. Jika
minyak bagian pemerintah pusat tidak dihargai (0US$/barel) maka akan terjadi potensi kehilangan
pendapatan negara dan memperbesar defisit anggaran. Penulis sendiri kurang setuju dengan
menjual minyak terlalu murah, minyak di perut bumi Indonesia milik seluruh rakyat Indonesia baik
generasi sekarang dan generasi mendatang selain. Harga murah cenderung mendorong
pemborosan pemakaian BBM, penyelundupan BBM, selain itu BBM murah hanya akan
menguntungkan bagi golongan kelas menengah. Rezeki minyak seharusnya dapat dinikmati seluruh
bangsa baik generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Diposting 21st April 2012 oleh muhammad choirur rofiqul mizan

0
Tambahkan komentar
3.
SEP

Sejarah
[sunting] 1908

Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian
modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan
STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari
primordialisme Jawa yang ditampilkannya.

Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan
perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan
pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.

Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju


dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli
dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan
lk.10.000 anggota.

Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya
Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam
mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische
Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi
wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas
nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan
Indonesia, tahun 1925.

Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang


melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang
beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging
(ISDV) yang berhaluan Marxisme, menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah politik.
Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU
karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju
"kemajuan yang selaras" dan terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang
berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU. Oleh karena cita-cita dan pemandangan umum berubah
ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.

Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode
sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan
mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908,
dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan
dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat
melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan
diri dari penindasan kolonialisme.
[sunting] 1928

Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische


Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa
dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang
di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya
dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische
Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua,
Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa
Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.

Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh
elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius
yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa
Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.

Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya
generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada
26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.
[sunting] 1945

Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan
kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi
Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh
basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI),
sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).

Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh
lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan
terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan
segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah
Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.

Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk
lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya
terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam
melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih.
Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan
bangsa.

Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah
tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik
dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini
dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
[sunting] 1966

Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa,


diantaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui
Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.

Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem
kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan
organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik
Republik Indonesia dengan Partai Katholik,Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat
dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan
Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-
lain.

Diantara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai
salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi
dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha mempengaruhi PPMI,
kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI dan, terutama dipicu
karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan
juga GMNI-khususnya setelah Konggres V tahun 1961.

Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang
merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni PMKRI,
HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-
organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI).
Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan
terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.

Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan
lain-lain.

Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan
yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal
kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan
mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang
kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua
Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari PMKRI,Akbar Tanjung dari
HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil
membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang
ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66
pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam
kabibet pemerintahan Orde Baru. di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis,yang sampai
sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis setelah masanya,dia adalah
seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya
tercurahkan untuk bangsa ini,dia adealah soe hok gie
[sunting] 1974

Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika
generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang
dialami adalah konfrontasi dengan militer.

Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya
para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim
Orde Baru, seperti:

* Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru pada 1972 karena
Golkar dinilai curang.
* Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur
banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.

Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya
yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah,
selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori Arif Budiman yang
progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.

Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa kemudian
mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo.
Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim
khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI
sampai Komisi Empat.

Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus
mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam
bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi
kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-undangan. Misalnya,
melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.

Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa
terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai
bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi Golongan Putih
(Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution,
Asmara Nababan.

Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan
anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam
pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat
Indonesia haus akan bantuan luar negeri.
Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu
diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang
Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Gerakan
mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru"
disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versi
terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung sebelumnya.
Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.
[sunting] 1978

Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris
sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan
rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan
mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.

Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul
kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik
diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan
tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah,
strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal.
Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.

Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada
tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai
perguruan tinggi. Namun demikian, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini terjadinya
pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan
pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak
berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak
terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu
militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan
diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.

Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski
demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni
tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan
menolak kepemimpinan nasional.
[sunting] Era NKK/BKK

Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa
selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan
Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa.

Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik
tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan
akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan
posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK, pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib
Soedomo melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah
membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K
No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi
Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis
melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan
kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.

Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa,
dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa
Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari
SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk
menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan,
pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.

Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus
dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh. Ditambah dengan
munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik praktis semakin tidak
diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi alat pemerintah atau golongan
politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yang apatis, sementara posisi rezim
semakin kuat.

Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, di awal-awal tahun
80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif
penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-
wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan
mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai
kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif
di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII
(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI
(Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk kelompok-
kelompok diskusi dan pers mahasiswa.

Beberapa kasus lokal yang disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain: kasus tanah
waduk Kedung Ombo, Kacapiring, korupsi di Bapindo, penghapusan perjudian melalui
Porkas/TSSB/SDSB.
[sunting] 1990

Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan
sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini
ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa
Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK
tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun
dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa
yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda untuk
menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di
luar kampus.

Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena
kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh
korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya
berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi
di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang
independen.

Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis
serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa
untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa
ditahun 1990-an.

Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan
kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi
bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus
termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.
[sunting] 1998

Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada
1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa
Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis
mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis,
Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus
berlanjut hingga pemilu 1999.
Diposting 1st September 2010 oleh muhammad choirur rofiqul mizan

0
Tambahkan komentar
4.
SEP

Bab 7
Tangki Penyimpanan Cairan Kriogenik Dan Sistem Transport Cairan Kriogenik

Tangki penyimpanan untuk cairan kriogenik mempunyai dua bagian, yaitu tangki bagian dalam yang
digunakan sebagai tangki untuk menampung produk dan tangki bagian luar sebagai pembatas
antara kondisi ambient dengan tangki bagian dalam. Bagian antara tangki dalam dan tangki luar
yang biasa disebut annulus merupakan bagian yang diisi oleh lapisan pemantul dan lapisan
penyekat serta tekanan divakum. Lapisan pemantul dan penyekat serat pemvakuman bagian
annulus bertujuan untuk menghalangi dan menghambat terjadinya penyerapan panas dari udara
luar oleh tangki dalam yang jauh lebih dingin. Bagian pemantul berguna untuk mengurangi
perpindahan radiasi, lapisan penyekat berfungsi untuk mengurangi perpindahan panas konduksi dan
pemvakuman berfungsi untuk mengurangi panas konveksi. Tangki menurut bentuknya ada dua
jenis, yaitu horisontal dan vertikal. Tangki horisontal mempunyai bentuk yang memanjang sehingga
beban yang dialami oleh tangki hanya berasal dari beban produk dan berat tangki itu sendiri,
sehingga jika ada guncangan akan relatif stabil. Sedangkan tangki vertikal, beban yang dialaminya
berasal dari berat produk, berat tangki, terpaan angin dan gempa bumi, namun tangki vertikal bisa
menghemat lahan.
Selain itu pipa pembuangan uap harus disediakan untuk membuang uap dari cairan kriogenik yang
dihasilkan karena adanya panas yang masuk ke tangki dalam. Selain itu ada pipa untuk mengisi
atau mengosongkan tangki dalam. Pengosongan atau pemindahan cairan di dalam tangki bisa
dilakukan dengan cara pressurization atau dengan menggunakan pompa. Tangki dalam
dihubungkan dengan batang suspensi, sehingga posisi tangki dalam menggantung terhadap tangki
luar. Untuk memperkuat dinding tangki, baik bagian dalam maupun bagian luar, biasa digunakan
cincin penguat yang melingkar di bagian dalam atau bagian luar tangki. Tangki dengan tanah tidak
berhubungan langsung tetapi disangga oleh penyangga.
Dalam perancangan tangki dalam biasanya dirancang untuk tidak diisi penuh 100 %, tapi hanya diisi
kurang lebih 90 %. Karena selalu ada panas yang masuk ke tangki sehingga tekanan tangki dalam
akan meningkat akibat dari adanya cairan kriogenik yang terevaporasi. Tekanan tangki tersebut
dapat meningkat dengan cepat apabila tidak ada ruang yang kosong dalam tangki bagian dalam.
Bentuk tangki dapat berupa cylindrical, spherical, conical atau kombinasi dari ketiga bentuk tersebut.
Pada umumnya bentuk yang paling ekonomis karena paling mudah dibuat adalah tangki berbentuk
silinder dengan head berbentuk eliptical atau hemispherical. Sedangkan tangki spherical memiliki
konfigurasi yang paling efisien jika dilihat dari jumlah panas yang masuk ke dalam tangki.

7.1 PERANCANGAN TANGKI DALAM


Ketebalan dinding tangki bagian dalam harus mampu menopang beban cairan kriogenik, tahan
terhadap tekanan operasi dan adanya gaya tekuk (bending force). Untuk tangki dalam ini khusus
untuk cairan kriogenik harus mempunyai material yang cocok dengan kondisi kriogenik. Bahan-
bahan yang biasa yang digunakan adalah stainless steel, aluminum, monel dan sebagian tembaga.
Material ini harganya relatif lebih mahal dibandingkan carbon steel yang biasa digunakan untuk
tangki pada umumnya. Sehingga seorang perancang harus bisa menentukan ketebalan tangki yang
optimal sehingga bisa menghemat anggaran. Untuk itu tangki bagian dalam ini dirancang untuk
tahan terhadap gaya tekuk dan tekanan di dalam tangki. Ketebalan minimun dari tangki silinder
ditentukan oleh persamaan:
(7.1)
dengan ti = ketebalan tangki dalam
p = tekanan dalam tangki
D = diameter tangki dalam
sa = tekanan yang diperbolehkan
cw = efisiensi pengelasan
Nilai-nilai untuk tegangan yang diperbolehkan untuk beberapa material yang digunakan untuk tangki
kriogenik bisa dilihat pada Tabel 1, sedangkan untuk nilai efisiensi pengelasan dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 7.1 Tegangan maksimum yang diperbolehkan pada suhu kamar


Material Spesifikasi material Minimum tensile strength (MPa) Maximum allowable stress (MPa)
Carbon Steel SA-30 firebox A 379 95
SA-120 grade A 276 69
SA-120 grade C 95 95
SA-299 517 129
Low alloy Steel SA-202 grade B 586 147
SA-353 grade B (9% Ni) 655 164
SA-410 414 103
Aluminium SB-209 (11000-0) 76 16
Copper SB-11 207 46
Stainless Steel SA-240 (304) 517 129
SA-240 (304L) 48 121
SA-240 (316) 517 198
SA-240 (410) 448 112
Monel SB-127 483 121

Tabel 7.2 Efisiensi pengelasan


Tipe sambungan Radiograpi penuh Pemeriksaan spot Pemeriksaan non spot
Sambungan butt dengan tekanan penuh 1.00 0.85 0.7
Single welded butt joint with backing strip 0.9 0.8 0.65
Single welded butt joint without backing strip 0.6
Double full fillet lap joint 0.65

Jika diameter tangki luar yang diketahui, maka :


(7.2)
Dimana Do = diameter luar dari shell
Ketebalan dari eliptical dan hemispherical head dapat dihitung dengan persamaan :
(7.3)
(7.4)

dimana:
D = inside diameter spherical atau inside major diameter elliptical
Dc = outside diameter spherical atau outside major diameter elliptical
K = konstanta = 1/6 {2 + (D/D1)2} (7.5)

Untuk torispherical head maka persamaan 7.3 dan 7.4 dapat digunakan jika D=2 (crown radius) dan
K = 0.885.

Cincin penguat tangki dalam berfungsi untuk mendukung berat cairan dalam tangki seperti
digambarkan pada Gambar 7.1. Momen tekuk dapat dipecahkan dengan teori energi elastik.
1. Untuk
2M / WR = 0.5 cos + sin - (-) sin + cos + cos sin2 (7.6)
2. Untuk
2M / WR = 0.5 cos - ( - ) sin + + cos + cos sin2 (7.7)

dengan: M = momen tekuk pada lokasi


W = berat cairan yang disangga oleh cincin penguat
R = rata-rata jari-jari cincin
= sudut penyangga

Untuk kurang dari 70, momen tekuk maksimal terjadi pada titik penyangga dengan = ,
sehingga momen tekuk menjadi
2M / WR = (1.5 +sin2) cos - ( - ) sin (7.8)

Fungsi ini diplot pada Gambar 7.2. Untuk sudut penyangga lebih besar dari 70, momen tekuk
maksimal harus menggunakan persamaan 7.6 dan 7.7. Setelah momen tekuk maksimum dari cincin
penguat ditentukan, ukuran cincin penguat kemudian dapat ditentukan dari persamaan beban tekuk:
Z = Mmax / sa (7.9)

dengan Z adalah bagian modulus untuk luas cincin antara poros sejajar terhadap poros cincin.

Gambar 7.1 Beban dalam cincin penguat

Gambar 7.2 Kurva momen tekuk untuk cincin penguat tangki dalam

Contoh 7.1
Rancanglah ineer shell dan stiffening rings (cincin penguat) yang akan digunakan untuk menyimpan
28,000 gal oksigen cair. Tangki akan diangkut dengan kereta, sehingga diameter maksimum
kontainer sebesar 13 ft karena adanya jembatan, dan sebagainya selama perjalanan. Tangki
menggunakan 12 inch perlit sebagai insulasi, sehingga diameter inner shell harus 24 inch lebih kecil
dari diameter outer shell. Bentuk head dari inner dan outer shell adalah hemispherical. Tekanan
internal sebesar 100 psig dan 10 % ullage volume (ruang kosong di atas cairan). = 80. Material
yang digunakan adalah 304 stainless steel.
Jawab:
V = 28,000 + (28,000 x 10 %) = 30,800 gal = 4120 ft3
Misalkan kita memilih diameter dalam untuk inner shell adalh D = 10 ft
V = D2L + D2 = 78.5 L + 524 = 4120 ft3
Sehingga panjang shell, L = 45.8 ft
Ketebalan shell minimum dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 7.1. Dari Tabel 7.1
didapatkan allowable stress untuk jenis material yang digunakan sebesar 18,750 psi dan efisiensi
pengelasan, cw= 100 %.
T = (115 x 120) / {2 x (18,750 69)} = 0.369 in
Sehingga kita akan memilih besar ketebalan = 7/16 in (0.437 in) dengan mempertimbangkan
toleransi ketebalan sebesar 12.5 %.
Ketebalan head minimum dapat digunakan dengan menggunakan persamaan 7.3, dimana besarnya
K adalah :
K = 1/6 x (2+1) =0.5

th = 0.1841 in
Dengan mempertimbangkan toleransi ketebalan 12.5 %, maka digunakan ketebalan head sebesar
in (0.25 in).
Berat dari 28,000 gal oksigen cair (9.53 lbm/gal) adalah:
W1= (28,000) x (9.53) = 267,000 lb
Total berat dari tangki dalam adalah
W2 = (D + t) tL + (D + th)2 th
= (0.286) () (120.44) (0.4375) (549.6) + (0.286) () (120.25)2 (0.25)
= 26,000 + 3250 = 29,250 lb
Total berat yang harus disokong oleh stiffening rings adalah 267,000 + 29,250 = 296,250 lb 30,000
lb. Anggap digunakan 4 stiffening rings dengan jarak 13 ft. Sehingga beban berat untuk satu ring
adalah:
W = 300,000/4 = 75,000 lb
Dari plot persamaan 7.6 dan 7.7, didapatkan gaya tekuk maksimum terjadi di lokasi =68.5 =
1.1952 rad. Dengan menggunakan pers 7.6:
= 1.8287 1.7189 = 0.1098

Dengan mengasumsikan besarnya diameter dalam dari inner shell sama dengan jari-jari rata-rata
dari ring dan nantinya asumsi ini akan diperbaiki setelah besarnya cross section dari ring telah
ditetapkan.
Mmax = (75,000 x 60 x 0.1098)/(2) = 78,700 in lbf
Z = 78,700 / 18,750 = 4.2 in2

7.2 PERANCANGAN TANGKI LUAR


Tekanan kritis untuk sebuah silinder panjang dapat dicari dengan:
(7.10)
(7.11)

dimana E = modulus Young


t = ketebalan tangki luar
Do= diameter tangki luar
v = rasio Poisson material tangki
pa = tekanan atomosfir pada outer shell
nilai 4 adalah faktor safety dan 1.27 adalah faktor out of roundeness

Yang termasuk tangki silinder panjang adalah tangki yang memenuhi ratio panjang terhadap
diameter sbb :
(7.12)
Sedangkan untuk tangki berbentuk silinder pendek
(7.13)
dimana L = panjang silinder yang tidak disangga

Untuk kepala tangki luar harus tahan terhadap tekanan atmosfir dan kegagalan dari ketidakstabilan
elastisitas. Tekanan kritis untuk kepala berbentuk bola dirumuskan dalam persamaan
(7.14)
dengan Ro adalah jari-jari luar kepala bola. Jari-jari mahkota dari torispherical head atau jari-jari dari
elliptical head. Jari-jari untuk elliptical head dapat dicari dengan Ro=K1D,dimana D adalah diameter
utama dan K1 adalah konstanta yang dapat dilihat di Tabel 3.

Luas momen inersia minimum untuk intermediate stiffening rings dapat ditentukan dengan :
(7.15)
dimana
pc = tekanan eksternal kritis (4 kali dari tekanan yang diperbolehkan)
Do = diameter luar dari tangki luar
L = jarak antara cincin penguat
E = modulus Young dari bahan material untuk cincin

Tabel 3 Equivalent radius for elliptical head under external pressure


D/D1 K1 D/D1 K1
3 1.25 1.8 0.81
2.8 1.27 1.6 0.73
2.6 1.18 1.4 0.65
2.4 1.08 1.2 0.57
2.2 0.99 1 0.5
2 0.9

Cincin penyangga utama harus mempunyai kekuatan untuk menahan tekanan luar dan menyangga
berat dari tangki dalam dan isinya. Tipe beban penyangga ditunjukkan pada Gambar 7.4 . Untuk tipe
beban ini momen tekuk cincin ditentukan oleh teori energi elastisitas.

Gambar 7.3 Beban pada bagian luar cincin penyokong dalam kaitannya dengan berat dari tangki
dalam dan isinya

Gambar 7.4 Kurva momen tekuk untuk cincin penyokong bagian luar. Lokasi sudut dan sudut
penyokong 1, dan 2 didefinisikan pada Gambar 7.3

1. Untuk 0 1
(7.16)
2. Untuk 1 2

(7.17)
3. Untuk
(7.18)

dimana W = total beban yang disangga cincin


R = rata-rata jari-jari cincin
dan sudut penyangga 1 dan 2 dan lokasi sudut didefinisikan dalam Gambar 7.4. Persamaan ini
diplotkan dalam Gambar 7.5 untuk nilai 1 dan 2 yang tertentu. Momen tekuk yang terbesar yang
diperoleh digunakan untuk menentukan luas momen inersia dari cincin yang dibutuhkan untuk
menyangga berat tangki bagian dalam dan isinya dengan rumus:
I = Mmax c/sa (7.19)
dimana I = luas momen inersia
Mmax = momen tekuk maksimum

Karena tangki luar tidak langsung berinteraksi dengan suhu kriogenik, maka material tangki yang
digunakan adalah baja untuk alasan ekonomi. Stainless steel stand off harus digunakan pada tangki
baja pada titik dimana pipa menembus tangki untuk mencegah agar supaya tidak ada bagian tangki
yang berinteraksi dengan suhu kriogenik.

Contoh 7.2
Rancanglah tangki luar untuk penyimpanan oksigen cair sebanyak 28,000 gal dengan kondisi
operasi seperti contoh 7.1. Material yang digunakan adalah carbon steel SA-285 grade C. Titik
penyangga adalah 1 = 70 dan 2 = 110.
Physical properties untuk carbon steel yang dibutuhkan :
E = 29 x 106 psi v = 0.26 sa = 13,750 psi

Jawab:
Anggap kita menggunakan dua cincin penguat utama dan tiga cincin penguat tambahan dengan
jarak antar tiap cincin sebesar 0.75 ft. Tekanan kritis untuk tekanan eksternal sebesar 15 psi adalah
pc = (5) (15) = 75 psi

Ketebalan shell dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 7.13, dengan perkiraan pertama
kita mengabaikan t/Do pada penyebut. Dengan menggunakan diameter luar tangki 12 ft, maka
= = 0.00368
sehingga
t = (0.0038)(144) = 0.530 in
Sehingga kita akan menggunakan ketebalan sebesar 5/8 in (0.625 in). Dengan memasukkan angka
ini kedalam persamaan 7.13, maka didapatkan tekanan kritis:
= 107 psi
nilai ini lebih besar dari 75 psi, berarti ketebalan 5/8 in ini dapat digunakan.

Sedangkan untuk ketebalan hemispherical head dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
7.14:
= = 0.00294
Maka,
tA = (0.00294) (72) = 0.212 in
maka kita akan menggunakan ketebalan head sebesar in (0.25 in)
Luas momen inersia dari cincin penyangga dapat dicari dengan menggunakan persamaan 7.15:
= 37.6 in4
Ukuran yang dapat digunakan untuk cincin penguat adalah 6x6 by 20 lb/ft WF beam (yang memiliki
luar momen inersia = 38.8 in4)

Dari persamaan 7.16 dan 7.18, kita dapat menentukan bahwa momen tekuk maksimum untuk =
70 dan = 110 terjadi pada lokasi = 90. Dengan persamaan 7.17 kita dapat menentukan
momen tekuk maksimum untuk cincin penyangga:

= 0.1615
Total berat untuk tangki dalam dan isinya adalah 300,000 lb (dari contoh 7.1). Berat yang harus
ditahan oleh tiap cincin penguat utama adalah
W = (300,000) = 150,000 lb
Sebagai perkiraan awal, kita akan mengasumsikan rata-rata jari-jari cincin sama dengan diameter
luar dari tangki luar dan akan mengkoreksi asumsi ini setelah kita menentukan cincin yang
digunakan.
Momen tekuk maksimum:
= 278,000 in lbf
Anggap kita menggunakan 8 by 8 in WF section, dimana c = 4 in
= 80.8 in4
Perkiraan awal untuk momen inersia dari cincin penguat adalah
I = I1 + I2 = 37.6 + 80.8 = 118.4 in4

Sebuah 8 by 8 in by 40 lb/ ft WF beam memiliki I = 146.3 in4 dan c = 4.125 in. Jika bentuk ini yang
digunakan, maka rata-rata jari-jari cincin adalah R = 72 + 4.125 = 76.125 in dan momen tekuk
maksimum menjadi
= 294,000 in lbf
dan
= 88.2 in4

Luas momen inersia cincin yang dibutuhkan adalah


I (dibutuhkan) = 37.6 + 88.2 = 125.8 in4
Nilai ini lebih kecil dari 146.3 in4,, sehingga bentuk 8 by 8 by 40 lb/ft WF beam dapat memenuhi
kebutuhan dan aman untuk digunakan.

7.3 SISTEM SUSPENSI


Salah satu hal yang menentukan dalam rancangan tangki kriogenik yang efektif adalah metode
menyimpan tangki dalam di dalam tangki luar. Untuk menyimpan tangki dalam di dalam tangki luar
digunakan suspensi. Sistem suspensi yang kurang bagus akan menyebabkan penggunaan
insulasi/penyekat dengan kemampuan yang tinggi akan sia-sia.
Yang umum digunakan sebagai sistem suspensi adalah :
1. Batang tegang, materialnya stainless steel dengan kekuatan besar
2. Pelana pita dari plastik atau logam
3. Blok plastik yang ditekan
4. Penyangga multi lapis
5. Pipa yang ditekan
6. Rantai
Suspensi yang digunakan harus mempunyai konduktivitas yang rendah sehingga perpindahan
panas melalui batang suspensi akan minimal. Material yang digunakan pun harus mempunyai rasio
kekuatan-termal konduktivitas yang tinggi untuk alasan itu maka biasanya digunakan batang
stainless steel sebagai suspensi. Rasio kekuatan untuk beberapa macam material ditabelkan dalam
Tabel 4 dan gambar susunan suspensi ditunjukkan pada Gambar 7.5.

Tabel 4 Rasio kekuatan bahan suspensi


Material Yield Strength (N/mm2) Konduktivitas termal (W/mm.C) Rasio Kekuatan/ konduktivitas
Teflon 20.68 0.0015 13354
Nylon 75.15 0.0016 47561
Mylar 275.79 0.0010 281541
Dacron fibers 606.74 0.001 619389
Kel Foriented fibers 206.84 0.0004 533544
Glass fibers 896.32 0.005 180451
304 stainless steel 820.48 0.0126 64941
347 stainless steel 882.53 0.0126 69853
1100-H16 aluminium 135.83 0.2475 549
2024-0 aluminium 75.84 0.09 843
5056-0 aluminium 137.9 0.1170 1179
K monel (45%) 641.21 0.019 33804
Hastelloy C 379.21 0.0126 30139
Inconel 310.26 0.0136 22837

Besarnya panas yang dihantarkan oleh batang suspensi dapat dihitung dengan
(7.20)
dimana kt adalah rata-rata konduktivitas termal dari bahan yang digunakan antara suhu Th (suhu
paling panas) dan Tc (suhu paling dingin). Ac adalah luas penampang batang suspensi dan L
adalah panjang batang suspensi. Batang suspensi harus mampu menyangga berat tangki dalam
dan untuk mencari Ac.
Ac = 2 F/ sa (7.21)
Dimana sa = yield strength dari batang suspensi
F = beban pada masing-masing batang
2 = faktor keselamatan

Gambar 7.5 Susunan suspensi dalam tangki

7.4 PERPIPAAN
Perpipaan sangat penting dalam tangki kriogenik berguna untuk memindahkan cairan dari dan ke
dalam tangki, ventilasi uap dan lain sebagainya. Dengan sistem pipa yang dirancang dengan baik
akan mengakibatkan panas yang masuk ke dalam tangki hanya terjadi secara konduksi saja. Untuk
alasan ini maka pipa harus dibuat sepanjang mungkin dan menggunakan pipa yang tipis. Pipa jenis
schedule 5 secara umum digunakan karena mempunyai ketebalan pipa yang paling tipis untuk
material yang berasal dari 304 stainless steel.
Susunan pipa dalam tangki untuk penyekat banyak lapis ditunjukkan dalam Gambar 7.6. Pipa
berada di bagian bawah tangki dan dekat dengan standoff. Hal ini sangat memudahkan dalam
perbaikan. Ketebalan minimum pipa yang dibutuhkan dalam tangki dapat ditentukan dengan
persamaan:

(7.22)
dengan t = tebal pipa
Do = diameter luar pipa
p = tekanan
sa = beban yang bisa ditahan oleh material pipa

Gambar 7.6 Susunan pipa loading dalam tangki kriogenik

7.5 PENGALIRAN CAIRAN


Salah satu cara untuk mendorong cairan dari dalam ke luar tangki, yaitu dengan penekanan sendiri
dalam tangki. Penekanan dilakukan dengan melewatkan cairan dari tangki dan dipanaskan di dalam
sebuah evaporator eksternal. Udara pada kondisi ambient merupakan pemanas yang cukup untuk
menguapkan cairan kriogenik. Kemudian uap dikembalikan ke dalam tangki melalui diffuser.
Perubahan volume yang besar mengakibatkan kenaikan tekanan dalam tangki.
Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan tangki diperoleh dengan :
mg = Vg2 g2 Vg1g1 (7.23)
dengan Vg = volume berlebih
g= berat jenis gas
1,2 = kondisi sebelum dan sesudah penguapan
7.6 PERALATAN KESELAMATAN
Peralatan keselamatan untuk tangki kriogenik seperti inner vessel pressure relief seperti pada
Gambar 7.7 dan inner shell burst disk assembly disajikan dalam Gambar 7.8.

Gambar 7.7 Safety relief valve

Gambar 7.8 Peralatan keselamatan tangki kriogenik

Pelepas tekanan dalam tangki biasanya bekerja pada saat tekanan 10 % lebih besar dari tekanan
perancangan. Apabila ada kelebihan tekanan dalam tangki maka tekanan akan dilepas sebelum
terjadinya kerusakan tangki. Kapasitas katup ditentukan dari laju cairan menguap.
Ukuran katup keselamatan ditentukan dengan:
in2 (7.24)
dengan Av = luas katup pelepasan
= maksimum laju alir, lbm/hr
T = suhu absolut, R
M = berat molekul gas
C = faktor ekspansi
Faktor ekspansi dicari dengan:
(7.25)
dengan:
= cp/cv= rasio panas spesifik
KD = koefisien discharge
Pmax = (tekanan yang ditentukan, psig) x (1.1) + ( tekanan atmosfir, psia)

7.7 INSULASI
Ada beberapa tipe insulasi yang dapat digunakan :
Expanded foams
Gas filled powders and fibrous materials
Vacuum
Evacuated powder and fibrous material
Opacified powders
Multilayer insulations

7.7.1 Expanded foam


Beberapa jenis insulasi ini adalah busa dari poliuretan, busa polistiren, karet, silikon dan busa gelas.
Karena busa adalah bahan yang tidak homogen, maka konduktivitas termal dari insulasi jenis ini
bergantung dari densitas insulasi itu sendiri dan juga gas yang digunakan untuk membuat foam
tersebut. Gas yang biasanya digunakan untuk membuat foam insulation adalah karbon dioksida.
Konduktivitas termal dari foam yang baru akan turun ketika salah satu sisi insulasi mulai
terdinginkan oleh nitrogen cair (cairan kriogenik) karena CO2 akan terkondensasi.
Salah satu kerugian dari penggunaan jenis insulasi ini adalah besarnya ekspansi termal. Jika foam
dipasang dengan dekat mengelilingi tangki maka foam dapat retak atau pecah jika suhu terlalu
dingin karena foam akan lebih menyusut dibandingkan tangki. Sehingga uap air dan udara dapat
masuk melalui retakan tersebut dan akan menurunkan keefektifan insulasi. Foam dapat digunakan
sebagai insulasi apabila contraction joint digunakan di dalam foam dan jika foam ditutupi dengan
plastik liner, seperti Mylar untuk mencegah masuknya uap air dan udara.

7.7.2 Gas filled powders and fibrous materials


Beberapa contoh jenis insulasi ini adalah fiber glass, powdered cork, wol yang keras, perlit
(bubuksilika), Santocel, dll. Mekanisme utamadari jenis insulasi ini adalah mengurangi atau
menghilangkan transfer panas konveksi karena adanya sedikit kekosongan gas di dalam bahan.
Konduktivitas termal jenis insulasi ini lebih kecil dibandingkan jenis foam hal ini dikarenakan lintasan
konduksi sepanjang bahan insulasi ini lebih berliku-liku dan tidak kontinu.
(7.26)
dimana r = volume solid/total volume
ks= konduktivitas termal dari bahan solid
kg = konduktivitas termal dari gas didalam insulasi
= konstanta Stefan Boltzmann ( 0.1714 x 10-4 Btu/hr.ft.R)
T = suhu rata-rata dari insulasi
d = diameter rata-ratadari bubuk atau fiber

Pada suhu kriogenik, T3 biasanya jauh lebih kecil dibandingkan kg, sehingga persamaan 7.26
menjadi:
(7.27)

Jika konduktivitas termal dari bahan solid sangat jauh lebih besar dari konduktivitas termal gas di
dalam insulasi, maka persamaan 7.27 menjadi:
(7.28)
Salah satu kekurangan dari insulasi jenis ini adalah kelembaban (uap air) dan udara dapat berdifusi
melalui ke dalam bahan insulasi kecuali bila digunakan sebuah penghalang uap. Proses difusi uap
air pada tangki nitrogen atau oksigen dapat pula dicegah dengan melakukan pembersihan insulasi
secara kontinu dengan menggunakan gas nitrogen kering pada tekanan sedikit di atas tekanan
atmosfir. Sedangkan untuk tangki hidrogen cair harus menggunakan helium sebagai gas
pembersihnya.

7.7.3 Vacuum Insulation (Insulasi vakum)


Penggunaan insulasi jenis ini berfungsi untuk menghilangkan dua komponen yang berhubungan
dengan transfer panas, yaitu konduksi solid dan konveksi gas Insulasi ini biasanya digunakan untuk
ukuran tangki skala laboratorium.
Laju transfer panas secara radian antara dua permukaan dapat ditentukan dengan persamaan:
Q = Fe F1-2 A1 ( T24 T14 ) (7.29)
Diamana = konstanta Stefan Boltzmann
Fe = faktor emisitivitas
F1-2= faktor konfigurasi
A1 = luas area permukaan 1
T = suhu absolut

Untuk tangki penyimpanan fluida kriogenik, dimana tangki dalamnya ditutupi secara keseluruhan
dengan tangki luar, maka F1-2 = 1, dimana subscript 1 menandakan permukaan yang ditutupi
(tangki dalam) dan subscript 2 menandakan permukaan yang menutupi (tangki luar). Faktor
emisivitas untuk radiasi difusi untuk silinder konsentrik atau spheres (bola) dapat dicari dengan:
(7.30)
dimana e adalah emisivitas dan adalah luas permukaan.
Untuk N silinder konsentrik atau bola, maka laju transfer panasnya adalah:
Q = Fe,0 ( TN4 T14 ) (7.31)
Dimana TN adalah suhu permukaan paling luar dan T1 adalah suhu permukaan paling dalam.

Gambar 7.9 Suhu molekul gas untuk konduksi molekular bebas

Bayangkan dua permukaan paralel berada pada suhu T1 dan T2, seperti terlihat pada gambar 7.9.
Molekul gas bertubrukan dengan permukaan dingin pada suhu T1 dan mentransfer sebagian energi
pada permukaan. Karena molekul tidak bertahan cukup lama di permukaan untuk mencapai
kesetimbangan termal, melainkan molekul tersebut akan meninggalkan permukaan dengan
membawa energi kinetik dengan suhu sedikit lebih tinggi, T1. Lalu molekul ini akan berjalan
sepanjang ruang vakum dan bertubrukan dengan permukaan hangat yang bersuhu T2. Molekul
tidak bertahan terlalu lama pada permukaan untuk mencapai kesetimbangan termal dan akhirnya
meninggalkan permukaan hangat dengan sejumlah energi kinetik pada suhu sedikit dibawah T2,
yaitu T2. Derajat pendekatan molekul untuk kesetimbangan termal disebut koefisien akomodasi, a:
(7.32)
Koefisien akomodasi untuk kedua permukaan pada gambar 7.14:
permukaan dingin
permukaan hangat

Perbedaan suhu antara permukaan dan dingin dapat dinyatakan dengan:


(7.33)
Fa adalah faktor koefisien akomodasi
(7.34)
Subscript 1 menandakan permukaan yang ditutupi dan 2 menandakan permukaan yang menutupi.

Energi yang ditransfer oleh silinder konsentrik atau bola :


Q = G p A1 (T2 T1) (7.35)
dimana (7.36)
konstanta R adalah konstanta gas universal (1545 ft.lb/mol .R) dan M adalah berat molekul (Mr).
Agar konduksi free molecular dapat terjadi, maka jarak bebas rata-rata dari molekul gas harus lebih
besar dibandingkan jarak antar permukaan. Jarak bebas rata-rata dapat ditentukan dengan:
= 3/ p ( RT/ 8 gcM) (7.37)
dimana = viskositas gas pada suhu T
R = konstanta gas universal
p = tekanan gas absolut
M = Mr

Contoh 7.3
Tentukan total laju panas yang pindah dari tangki luar ke tangki dalam. Diameter tangki dalam 5 ft
sedangkan diameter tangki luar 7 ft. Suhu tangki luar 80 F dan memiliki emisivitas sebesar 0.1 dan
koefisien akomodasinya sebesar 0.9. Suhu tangki dalam 140 R, memiliki emisivitas sebesar 0.05
dan koefisien akomodasi sebesar 1. Gas di dalam ruang annular dalah udara dengan tekanan 10-1
mmHg abs yang diukur pada suhu 80 F. Tangki diinsulasi dengan vakum.

Jawab:
Laju emisivitas:
= (20 + 4.6)-1 = 0.0406
Luas permukaan tangki dalam :
A1 = D12 = (5)2 = 78.5 ft2

Dengan menggunakan persamaan 7.29, perpindahan panas radian:


Qr = (0,1714) (10-4) (0,0406) (1) (78.5) (5404 1404) = 463 Btu/hr
Faktor koefisien akomodasi:
= (1+ 0.057)-1 = 0.946
Dari persamaan 7.36
= 2.02 fps R
Tekanan gas adalah (10-1 mm Hg) (0.01934 psia/mm Hg) (144)= 2.79 x 10-1 psia.
Dengan menggunakan persamaan 7.35 , laju perindahan panas konduksi free molecular:

Qo = (2.02) (2.79) (10-) (78.5) (540140) = 1,770 ft lbf /sec


= 8.2 Btu/hr
Total perpindahan panas:
Q = Qr + Qo = 463 + 8 = 471 Btu/hr

Kita harus mencek jarak bebas rata-rata dari gas, untuk memastikan apakah konduksi free
molecular terjadi. Viskositas udara pada 80F adalah 1.241 x 10-6 lbm/ sec.ft
= 25 ft
jarak bebas rata-rata sebesar 25 ft jauh lebih besar dibandingkan jarak antara tangki dalam dan
tangki luar (1ft) yang menandakan bahwa konduksi free molecular terjadi di dalam ruang annular.

7.7.4 Evacuated powder bahan fiber


Laju perpindahan panas melalui insulasi jenis ini dapat ditentukan dengan:
(7.38)
dimana x adalah ketebalan insulasi, sedangkan Th dan Tc adalah suhu permukaaan hangat dan
suhu permukaan dingin dari insulasi. Dan Am adalah rata-rata luas tempat terjadinya perpindahan
panas.
untuk silinder konsentrik (7.39)
Am untuk bola konsentrik (7.40)
Dimana A1 adalah luas daerah yang ditutupi dan A2 adalah luas daerah yang menutupi.

Luas permukaan untuk head jenis torispherical :


A = 0.264 D2 (7.41)
dimana D adalah diameter flange dari head tersebut. Sedangkan untuk head jenis elliptical:
(7.42)
dimana D = major diameter head
= [1 (D1/D)2]1/2
D1 = minor diameter of ellipse

7.7.5 Opacified powders


Fungsi dari opacifier powder (misal tembaga atau aluminium) adalah untuk meningkatkan kinerja
dari insulasi jenis evacuated powder. Dengan menggunakan campuran ocifier yang optimum, maka
konduktivitas termal dari evacuated powder dapat berkurang dari 10 x 10-4 menjadi sekitar 2 x 10-4
Btu/hr.ft.F. Salah satu kekurangan dari opacifier powder adalah jika ada getaran dapat
menyebabkan packing pada bubuk metal. Jika bubuk metal tersebut saling menyatu/menjadi padat,
maka konduktivitas termalnya akan meningkat.

7.7.6 Insulasi multilayer


Penyekat jenis ini terdiri dari beberapa lapisan material yang memiliki kemampuan untuk
memantulkan panas, seperti aluminium foil, tembaga foil atau Mylar dan material-material lain yang
memiliki konduktivitas yang sangat rendah seperti kertas, glass fabric, jaring nylon. Insulasi
multilayer ini biasanya bekerja dalam keadaan vakum agar lebih efektif.
Konduktivitas yang kecil pada penyekat banyak lapis bisa terjadi karena semua jenis aliran panas
ditekan sampai batas yang paling kecil. Perpindahan panas secara radiasi berlawanan dengan
banyaknya media pemantul dan berbanding lurus dengan emisi bahan pelindung. Radiasi bisa
dikurangi dengan lapisan material yang mempunyai emisi yang rendah. Konveksi dikurangi dengan
cara memvakum tekanan dalam tangki sehingga jarak bebas rata-rata dari molekul akan lebih besar
daripada jarak antara lapisan penyekat. Konduksi bisa dikurangi dengan menggunakan material
yang mempunyai konduktivitas rendah.
Untuk penyekat dengan tekanan yang sangat rendah, yaitu 0.13 MPa, panas ditransmisikan oleh
radiasi dan konduksi material pengisi ruang. Konduktivitas termal pada kondisi ini ditentukan dengan
persamaan:
(7.43)
Dengan N/x = jumlah lapisan
hc = konduktivitas bahan pengisi ruang
= konstanta Boltzman
e = emisi lapisan pelindung
Th,Tc= suhu bagian insulasi yang panas dan dingin

Perbandingan Kinerja dari berbagai jenis insulasi


1. Expanded Foams, keuntungan: biaya tidak mahal, tidak memerlukan jaket vakum. Kekurangan:
kontraksi panas tinggi, konduktivitas mungkin berubah terhadap waktu, konduktivitas termalnya
paling besar diantara jenis insulasi yang lain.
2. Gas filled powders and fibrous materials, keuntungan: biaya rendah, dapat mengurangi terjadinya
bentuk permukaan insulasi yang tidak rata. Kekurangan: harus tetap dijaga dalam keadaan kering
dengan menggunakan penghalang uap, bubuk dapat saling menyatu/memadat sehingga
konduktivitas termal meningkat.
3. Vacuum alone, keuntungan: heat flux lebih rendah untuk ketebalan yang kecil, losses dalam
pendinginan sangat kecil, dapat digunakan dengan mudah walau bentuk tangki rumit. Kekurangan:
memerlukan pemvakuman yang permanen, batas permukaan harus memiliki emisivitas yang
rendah.
4. Evacuated powder and fibrous material, keuntungan: heat flux lebih rendah dari vacuum alone
untuk ketebalan lebih dari 4 in, tingkat pemvakuman tidak seketat vacuum alone dan insulasi
multilayer, bentuk yang rumit dapat dengan mudah diinsulasi. Kekurangan: bubuk dapat memadat
bila ada getaran, diperlukan vacuum filter untuk mencegah bubuk masuk ke sistem vakum.
5. Opacified powders, keuntungan: kinerja yang lebih baik dibandingkan evacuated powder, tingkat
pemvakuman tidak seketat vacuum alone dan insulasi multilayer, bentuk yang rumit dapat dengan
mudah diinsulasi. Kekurangan: ada kemungkinan meledak dengan aluminium di dalam atmosfir
oksigen, biaya tinggi dibandingkan evacuated powder.
6. Multilayer Insulations,keuntungan: memiliki kinerja yang paling bagus diantara jenis insulasi
lainnya, ringan, kehilangan pendinginan yang lebih rendah dibandingkan evacuated powder, lebih
stabil (tidak ada permasalahan dengan terjadinya pemadatan bubuk). Kekurangan: biaya per unit
volume lebih tinggi (walaupun biaya untuk mendapatkan kinerja yang sama lebih rendah, karena
bahan yang dibutuhkan lebih sedikit), susah diaplikasikan untuk bentuk yang rumit, membutuhkan
tingkat pemvakuman yang tinggi dibandingkan evacuated powders.

7.8 SISTEM TRANSPORT CAIRAN KRIOGENIK


7.8.1 Kapal tanker
Dua desain dasar untuk mengangkut LNG telah mendominasi sejarah dibuatnya kapal-kapal tanker
penampung LNG yang sangat besar. Desain pertama memakai membran dimana kontainernya
bergantung pada struktur kapal untuk mensupport keseluruhan permukaan tangki. Desain yang
satunya menggunakan struktur penyangga sendiri dimana tangki akan berada pada daerah hold
bottom dan bebas untuk dilebarkan dan di kerutkan sesuai dengan lambung kapal.
Perlahan-lahan, tangki dengan membran mulai mendominasi, mungkin dikarenakan rendahnya
biaya kapital untuk pemasangan-nya. Bagaimanapun juga, baru-baru ini, trend-nya mulai kembali
lagi kepada desain yang menggunakan penyangga sendiri, kebanyakan dikarenakan biaya life-cycle
nya yang lebih murah.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan ketika mendesain kapal-kapal tangki kriogenik ini termasuk
ukuran optimum kapal yang ekonomis, termasuk penyimpanan di pantai (shore), biaya kapital dan
biaya operasi, serta kecepatan service; batasan operasi, termasuk panjang dan lebar dan batasan
kecepatan yang dibebankan oleh pelabuhan; rasio boiloff; bahan untuk konstruksi, dimana untuk
kontainer termasuk 9% baja Ni, stainless steel, dan invar, dan untuk insulasinya menggunakan kayu
balsa, plywood, PVC, poliuretan, dan wol kaca; kemudahan konstruksi; dan ketahanan uji, yang
diperlihatkan dari pengalaman operasi yang telah terbukti. Gambar 7.10a mengilustrasikan sebuah
desain kapal tanker kontemporer. Konfigurasi ini memperlihatkan karakteristik lambung kapal yang
besar dalam kaitannya dengan pusat gravitasi yang lebih rendah dan sebuah sistem insulasi yang
mengganti kerugian terhadap pengkerutan dan ekspansi dari kontainer.
Desain kontainer menggabungkan tiga geometri, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7.10b.
Bagian atas hemisphere menggabungkan sebuah bagian silindris pada ekuator. Bagian silindris ini
digabungkan ke bagian corong (cone) melalui sebuah transisi knuckle. Bentuk ini bertujuan untuk
mengurangi stress pada tangki dan di dalam lambung kapal. Kapal-kapal ini mampu mentransport
lebih dari 125,000 m3 LNG pada tiap-tiap pengirimannya.

Gambar 7.10 Diagram skematik dari kapal tanker LNG dengan perbesaran salah satu kontainernya

7.8.2 Truk tangki


Truk-truk tangki untuk mentransport cairan kriogenik memiliki struktur yang hampir sama dengan
kapal tanker dan didesain secara tipikal dengan tujuan yang sama. Penekanan utama dalam desain
ini adalah untuk meminimisasi keseluruhan berat tanker dan memaksimalkan kapasitas kargo
sekaligus mengatasi cukup atau tidaknya kekuatan stukturnya. Untuk truk tangki ini, baik rel maupun
jalan biasa, sebuah percobaan dibuat untuk membangun sebuah sistem loading dan discharging
yang sesuai dan efisien untuk dapat cepat merubah haluan dengan kehilangan transfer yang sedikit.
Tangki-tangki kontemporer di konstruksi dari aluminium atau stainless steel dengan insulan bubuk
MLI.
Ukuran dari tangki-tangki modern seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.11 beragam dari 5
hingga 20 m3 kapasitas cairan. Sebuah unit yang tipikal dapat menampung 13,600 kg (13 m3) dari
oksigen cair dengan berat keseluruhan 25,400 kg ketika diisi sesuai dengan kapasitasnya. Laju
kehilangan untuk truk tangki biasanya kurang dari 2.0 % dari kapasitas tangki per harinya.
Tanker dengan rel memiliki kapasitas sekitar 2.5 kali daripada truk tangki biasa atau sekitar 50 m3.
Laju kehilangannya keseringan dibawah 0.6 % dari kapasitas tangki per hari dengan menggunakan
insulasi bubuk. Tangki dengan rel biasanya memiliki panjang 17.4 m dan diameter 2.7 m. Desain
untuk load adalah 1 G menyamping, 2 G vertikal, dan 4 G longitudinal, hal ini mengharuskan sistem
suspensi yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai