Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : YOGA WAHYU TRIPRATAMA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 050881318

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130 / PENGANTAR ILMU HUKUM (PTHI)

Kode/Nama UPBJJ : 85 / UNIVERSITAS TERBUKA GORONTALO

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Mochtar Kusumaatmadja adalah seorang sarjana hukum dan mantan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Dia memperkenalkan istilah "hukum" sebagai
"pola perilaku manusia". Sedangkan Sudikno Meriutokusumo adalah seorang sarjana
hukum dan pengajar hukum. Dia memperkenalkan istilah "hukum" sebagai "peraturan
untuk mengatasi masalah".
Masing-masing definisi dari Mochtar Kusumaatmadja dan Sudikno Mertokusumo
mengandung unsur "pola perilaku manusia" dan "peraturan untuk mengatasi masalah",
tetapi mereka memperkenalkan konsep yang agak berbeda. Mochtar Kusumaatmadja
mendekati "hukum" sebagai suatu "pola perilaku manusia" yang mengatur interaksi
antar individu, sedangkan Sudikno Mertokusumo mendekati "hukum" sebagai suatu
"peraturan untuk mengatasi masalah" yang lebih bersifat normatif dan formalistik.
Pendapat saya adalah bahwa definisi hukum menurut Mochtar Kusumaatmadja lebih
relevan dengan sistem hukum yang berlaku di Indonesia saat ini. Karena, di Indonesia
tidak hanya ada peraturan yang mengatur interaksi antar manusia, tetapi juga ada
sistem hukum yang dapat menghukum atau membebaskan seseorang berdasarkan
perbuatannya. Sebagai contoh, undang-undang di Indonesia mengatur tentang
pengelolaan lingkungan, keselamatan kerja, dan tindak pidana. Masing-masing
undang-undang ini mendekati "pola perilaku manusia" dalam rangka mengatasi
masalah. Oleh karena itu, pendapat Mochtar Kusumaatmadja lebih relevan dengan
sistem hukum di Indonesia saat ini.

2. Pernyataan bahwa fungsi hukum adalah sebagai "sarana untuk menjaga status quo"
berarti bahwa salah satu fungsi hukum adalah untuk memelihara ketertiban social yang
telah terjalin atau status quo, untuk mencegah terjadinya perubahan atau perbaikan
yang dapat mengacaukan sistem yang telah ada.
Mengenai pengesahan omnibus law RUU Cipta Kerja menjadi undang-undang, dapat
dilihat bahwa ini merupakan upaya pemerintah untuk memastikan ketertiban dan
stabilitas social yang telah terjalin. Dalam artikel di atas, disampaikan bahwa RUU
Cipta Kerja dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas birokrasi dan memperbanyak
lapangan kerja, memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah, dan
melakukan penyederhanaan, sinkronisasi, dan pemangkasan regulasi yang dapat
menangkal hambatan pencapaian tujuan dan penciptaan lapangan kerja.
Sebelum pengesahan RUU Cipta Kerja, telah dilakukan rapat sebanyak 64 Kali oleh
Baleg dan pemerintah untuk memastikan ketepatan dan kepuasan dalam RUU Cipta
Kerja. Pengesahan RUU Cipta Kerja pun disepakati oleh mayoritas fraksi DPR dan
pemerintah, yang dapat diartikan bahwa RUU Cipta Kerja memiliki beberapa unsur
yang tidak bisa disangkal, sehingga dapat meningkatkan efektivitas birokrasi dan
memperbanyak lapangan kerja.
Mengenai pendapat Mochtar Kusumaatmadja dan Sudikno Mertokusumo tentang
penafsiran terhadap "hukum" sebagai suatu "pola perilaku manusia" atau "peraturan
untuk mengatasi masalah", hal ini dapat dikaitkan dengan pengesahan RUU Cipta
Kerja yang merupakan peraturan untuk mengatasi masalah dan menjaga ketertiban
yang telah terjalin. Dengan adanya RUU Cipta Kerja, dapat dipastikan bahwa masalah
dan hambatan yang dialami oleh masyarakat akan diolah menjadi regulasi dan aturan
yang dapat diselesaikan yang diharapkan dapat meningkatkan efektivitas birokrasi dan
memperbanyak lapangan kerja.

3. Norma sosial dan norma hukum sama-sama merupakan peraturan atau standar
perilaku yang diatur dan diakui oleh berbagai pihak dalam masyarakat. Bedanya,
norma sosial merupakan standar atau aturan yang diterima oleh masyarakat secara
tidak formal dan tidak diatur oleh lembaga pemerintah, sementara norma hukum
merupakan standar atau aturan yang diatur oleh lembaga pemerintah dan diakui oleh
masyarakat.
Transformasi dari norma sosial ke norma hukum tidak selalu terjadi secara langsung.
Biasanya, transformasi itu perlu melalui serangkaian proses politis dan legal hingga
normanya menjadi suatu aturan yang diakui secara universal oleh masyarakat dan
pemerintah.
Dalam masyarakat hukum, norma sosial memiliki peran penting dalam proses
pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. Norma sosial dapat membantu
dalam proses pengambilan keputusan yang memprioritaskan kepentingan masyarakat
melalui nilai-nilai atau prinsip masyarakat yang dianut. Norma sosial juga dapat
mendukung kelancaran proses penyelesaian masalah melalui kolaborasi, dialog, dan
negosiasi yang telah diakui oleh masyarakat.
Dengan adanya norma sosial, norma hukum dan process transformasi norma sebagai
norma hukum dapat menjaga ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Hal ini
dapat terlaksana dengan baik jika masing-masing pihak dalam masyarakat memiliki
pemahaman dan komitmen yang sama untuk memprioritaskan nilai-nilai dan prinsip
masyarakat yang dianut.

Anda mungkin juga menyukai