Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL

“Toleransi Antar Umat Beragama dan Kepercayaan”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Diampuh oleh: Bapak Eko Aristanto, S.E., M.Si.

OLEH KELOMPOK 1 KELAS 1B:

 Muhammad Farhan 23083000060


 Muhammad Nibras 23083000058
 Surya Kusuma Prasetyo Aji 23083000040
 Reuben Sebastian Suitella 23083000055
 Alfred Patriot Pongmanapa 23083000042
 Rizky Rifai 23083000064
 Ferril Ravael Akbar 23083000053
 Batrisyia Izzati Ardiansyah 23083000046
 Rambu Naha Ana Awa Maundima 23083000043
 Inka Firna Rolinzah 23083000035

PRODI SISTEM INFORMASI


FALKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
T.A 2023/2024
TOLERANSI ANTARUMAT BERAGAM DAN KEPERCAYAAN DILINGKUNGAN
MASYARAKAT DALAM PANDANGAN MAHASISWA FALKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
TOLERANCE BETWEEN RELIGIONS AND BELIEFS IN THE COMMUNITY ENVIRONMENT
FROM THE VIEW OF STUDENTS OF THE FACULTY OF INFORMATION TECHNOLOGY,
MERDEKA UNIVERSITY OF MALANG
Kelompok 1 Kelas 1B
Falkultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang
The Quality University

Abstrak
Toleransi dan kerukunan antarumat beragama sangat penting dalam kehidupan sehari-hari Masyarakat
bagaikann dua sisi uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. dua sisi mata uang yang tak bisa
dipisahkansatu sama lain. Kerukunan berdampak pada toleransi; atau sebaliknya toleransi menghasilkan
kerukunan;keduanya menyangkut hubungan antar sesama manusia.Toleransi antar umat beragama tercermin
pada tindakan-tindakan atau perbuatan yang menunjukkan umat saling menghargai, menghormati,
menolong,mengasihi, dan lain-lain. Termasuk di dalamnya menghormati agama dan iman orang lain;
menghormatiibadah yang dijalankan oleh orang lain; tidak merusak tempat ibadah; tidak menghina ajaran
agamaorang lain; serta memberi kesempatan kepada pemeluk agama menjalankan
ibadahnya.Kebebasanberagama, menjadikan seseorang mampu meniadakan diskriminasi berdasarkan agama;
pelanggaranterhadap hak untuk beragama; paksaan yang akan mengganggu kebebasan seseorang untuk
mempunyaiagama atau kepercayaan. Termasuk dalam pergaulan. Dalam melaksanakan dan bisa mencapai
pogram kegiatan tesebut, Menteri Agama RI, Gus Yaqut Cholil Qoumas, menekankan 7 Program Prioritas
Kemenag, yaitu Penguatan Moderasi Beragama, Transformasi Digital, Tahun Toleransi Beragama,
Revitalisasi KUA, Religiosity Index, Kemandirian Pesantren, dan Cyber Islamic University.

“Kita ingin melalui religiosity index menjadikan Indonesia ini, tentu bersama Presiden Jokowi, sebagai
barometer kerukunan umat beragama di dunia karena memiliki toleransi yang baik.”

Menteri Agama menginginkan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo menjadi barometer
kerukunan umat beragama di dunia karena memiliki toleransi yang baik. Saat menyampaikan sambutan
dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agama di Jakarta. Untuk mengetahui perkembangan
kerukunan dan keberagamaan di Indonesia, Kemenag pun menyusun religiosity index yang juga dikenal
dengan Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB). Di penghujung 2021, Kemenag pun merilis nilai Indeks
KUB. Berdasarkan survei yang dilakukan Balitbang Diklat Kemenag, Indeks KUB tahun 2021 masuk
kategori baik. Nilainya berada pada rerata nasional 72,39 atau naik 4,93 poin dari tahun sebelumnya.
Toleransi antarumat harus dicapai demi kerukunan yang berkelanjutan bangsa Indonesia yang tercinta ini.

Abstract

Tolerance and harmony between religious believers are very important in everyday life. Society is like two
sides of a coin that cannot be separated from each other. two sides of a coin that cannot be separated from
each other. Harmony has an impact on tolerance; or conversely, tolerance produces harmony; both involve
relationships between human beings. Tolerance between religious communities is reflected in actions or
deeds that show people respect each other, respect, help, love, etc. This includes respecting other people's
religion and faith; respecting the worship carried out by others; not damage places of worship; do not insult
other people's religious teachings; as well as giving religious adherents the opportunity to practice their
worship. Freedom of religion, makes a person able to eliminate discrimination based on religion; violation of
the right to religion; coercion that would interfere with a person's freedom to have a religion or belief.
Including in relationships. In implementing and achieving this activity program, the Minister of Religion of
the Republic of Indonesia, Gus Yaqut Cholil Qoumas, emphasized 7 Priority Programs of the Ministry of
Religion, namely Strengthening Religious Moderation, Digital Transformation, Year of Religious Tolerance,
Revitalization of KUA, Religiosity Index, Independence of Islamic Boarding Schools, and Cyber Islamic
University. "We want through the religiosity index to make Indonesia, of course with President Jokowi, a
barometer of religious harmony in the world because it has good tolerance." The Minister of Religion wants
Indonesia under the leadership of President Joko Widodo to become a barometer of religious harmony in the
world because it has good tolerance. When delivering a speech at the National Working Meeting (Rakernas)
of the Ministry of Religion in Jakarta. To determine the development of harmony and diversity in Indonesia,
the Ministry of Religion has also compiled a religiosity index which is also known as the Religious Harmony
Index (KUB). At the end of 2021, the Ministry of Religion also released the KUB Index values. Based on a
survey conducted by the Ministry of Religion's Education and Training Research and Development Agency,
the 2021 KUB Index is in the good category. The score is at the national average of 72.39 or an increase of
4.93 points from the previous year. Tolerance between believers must be achieved for the sake of sustainable
harmony in this beloved Indonesian nation.

PENDAHULUAN

Manusia sebenarnya adalah mahluk individu, maksud itu dapat dijelaskan dalam contoh berikut.
Ketika manusia masih dalam keadaan balita, manusia akan mulai berusaha berjalan merangkak hingga bisa
berdiri dengan sendirinya, dalam waktu yang sama orang tua hanya bisa berusaha menyemangati balita
tersebut. Disitulah arti dari manusia adalah sebagai mahluk sosial, karena saling membutuhkan dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat. Namun, kehidupan bermasyarakat pasti dihadapkan dengan perbedaan
kelompok-kelompok, salah satunya perbedaan agama/kepercayaan.

Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan yang akan dapat
terjadi antara kelompok masyarakat, baik berkaitan dengan agama maupun ras. Dalam rangka menjaga
persatuan dan kesatuan dalam Masyarakat maka diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati,
sehingga tidak terjadi geseka-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian.

Sementara itu, dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan bahwa “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-sendiri dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya” Sehigga kita sebagai warga Negara sudah sewajarnya saling
menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi menjaga keutuhan Negara dan
menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama.

Akan tetapi, masih sering terjadi pertikaian antar kelompok-kelompok yang bersangkutan tersebut.
Namun, kebanyakan media informasi tidak banyak menayangkan kejadian itu, karena fokus mereka hanya
pada masalah-masalah pencalonan Presiden 2024 nantinya. Tidak heran, karena prinsipnya Sejarah hanya
untuk para manusia pemilik modal/golongan tertentu (Oligarki), sebagai contohnya nyatanya ialah visi misi
dari Partai Politik yang hanya mementingkan diri mereka sendiri, bukan untuk masyarakat yang telah
memilih mereka.

Mari kembali ke tema. Sebuah faktor pendorong toleransi itu sangat penting dalam kehidupan antar
umat beragama, agama selalu mengajarkan hal-hal yang baik dan orang beragama harus bisa berperilaku
sebisa mungkin sesuai ajaran agamanya, karena semua agama pasti mengajarkan tentang kebaikan. Salah
satu cara lainnya bisa dengan kegiatan sosial, saling menolong, menghargai dan menyebarkan kasih sayang
serta kepedulian di lingkungan masyarakat. Kalau tidak ada adanya hal tersebut maka lebel kita adalah
Masyarakat kapiltalis, karena manusia yang ada dalam lingkungan masyarakat kita ini mulai menjadi
individu yang akan hanya mementingkan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, sangat penting sekali
pemerintah membuat peraturan maupun langusng turun tangan untuk menangani masalah ketidaktoleransian.

Adapaun faktor yang menjadi penghambat terciptakan toleransi antar umat beragama, yaitu
menurunnya sifat kekeluargaan, dan fanatisme agam, karena jika hal itu berlebihan, maka kita tidak akan
menghargai perbedaan dan menutup diri terhadap kebenaran lain. Yang harus kita lakukan sebagai
mahasiswa, yaitu dapat berpartisipasi dalam membentuk toleransi yang selalu berkelanjutan demi
mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang damai dan tentram. sikap toleransi makin kuat di antara
umat beragama sesuai dengan sila pertama Pancasila adalah bertindak sesuai ajaran agama masing-masing.
Dengan cara seperti itu dapat meningkatkan keimanan kita. Jika iman kita sudah kuat, kita akan terbiasa
untuk melakukan hal-hal baik dalam kehidupan. Selain itu kita juga dapat meningkatkan ketaqwaan kita
dengan cara menjalankan agama secara benar sehingga mempunyai dampak positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.

METODE PENELITIAN

Untuk memudahkan jalannya penelitian, beberapa hal penting perlu dikemukakan. Sebagai Negara
yang mempunyai penduduk nomor empat terbesar di dunia, Indonesia dihuni oleh warga yang menganut
berbagai macam agama. Di samping agama Islam yang merupakan agama mayoritas, di Indonesia juga
terdapat agama lain sebagai minoritas, seperti Kristen Protestan, Kristen katolik, Hindu, Buddha, dan Khong
Hu Chu. Untuk menjaga stabilitas nasional diperlukan adanya toleransai antarumat beragama yang bertempat
tinggal di Indonesia.Untuk memahami sejauh mana sikap toleransi yang dimiliki mahasiswa Falkultas
Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang, beberapa pertanyaan perlu diajukan dalam penelitian ini,

1. Bagaimana pandangan mahasiswa Falkultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang mengenai
keragaman beragama pada lingkungan Masyarakat di Indonesia?

2. Bagaimana pandangan mahasiswa Falkultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang mengenai
toleransi antar mahasiswa?

3. Konflik antarumat agama apa saja yang pernah terjadi di Indonesia?

4. Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi masalah sikap intoleransi di Indonesia?


Toleransi berasal dari kata “ Tolerare “ yang berasal dari bahasa latin yang berarti dengan sabar
membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilakumanusia yang
tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang
lain lakukan.Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap
dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak
dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.Contohnya adalah toleransi beragama dimana
penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi
juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas , misalnya partai politik, orientasi
seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi
baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia
sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang
beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan menurut
agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak.Semua agama menghargai manusia maka dari itu
semua.Umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan
akan terbina kerukunan hidup.
Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat
dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai
sudut pandang .sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal
yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa
adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang
berpikir atau homo sapiens, mahluk yang berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo
educandum dan seterusnya.
Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti
orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk
anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan
membawaperubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga
diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan,
yaitu; (a) Manusia tunduk pada aturan, norma social; (b) Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain
dari orang lain; (c) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain; dan (d) Potensi
manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta, āgama
yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya
dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.Kita sebagai umat beragama semaksimal
mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani
yang sempurna kesuciannya. Kerukunan umat beragama, yaitu hubungan sesame umat beragama yang
dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan
pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama
dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang
pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus
memperhatikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Beragama Mahasiswa Pada Lingkungan Masyarakat

Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri mencatat,
jumlah penduduk Indonesia 273,87 juta jiwa pada 31 Desember 2021. Angka tersebut bertambah 1,64 juta
jiwa dibandingkan dengan posisi 30 Juni 2021 sebanyak 272,23 juta jiwa. Terdapat 238,09 juta jiwa atau
86,93% penduduk Indonesia yang tercatat beragama Islam pada akhir 2021. Dengan demikian mayoritas
penduduk di Tanah Air adalah Muslim. Sebanyak 20,45 juta (7,47%) penduduk Indonesia yang memeluk
agama Kristen, sebanyak 8,43 juta jiwa (3,08%) beragama Katolik, dan 4,67 juta (1,71%) beragama Hindu.
Ada pula 2,03 juta jiwa atau 0,74 juta jiwa penduduk di tanah air yang beragama Buddha, terdapat 73,63 ribu
jiwa (0,03%) memeluk agama Konghucu, serta terdapat 126,51 ribu (0,05%) yang menganut aliran
kepercayaan.

Bagaimana pandangan anda mengenai toleransi antar umat beragama?, bagaimana bayangan anda akan
masa depan relasi antar agama yang ada di negara kita?. Indonesia adalah negara kedaulatan yang mengakui
agama dan kepercayaan yang dimana masyarakatnya sendiri mengantut kepercayaan yang beragam,
hubungan antar umat beragama menghasilkan suatu jalinan positif yang disebut dengan Toleransi dan
muncul dari kesadaran individu masing masing.
Toleransi antarumat beragama sudah dianggap sebagai suatu otoritas dalam masyarakat yang lama
kelamaan berkembang menjai suatu pemahaman yang semakin bersifat pluralistik dan multicultural bagi
Sebagian masyarakat. Kemajemukan beberapa agama seringkali menjadi sumber kekayaan baik itu dari segi
pandang budaya dan intelektual, tetapi adakalahnya juga menjadi dalih terjadinya suatu konflik dan
ketegangan. Sehubungan dengan konteks kita saat ini, di mana terjadinya suatu relasi dalam lingkungan
sosial antar individu dari berbagai latar belakang agama, pemahaman dan praktik toleransi antaragama kini
menjadi suatu hal yang lebih esensial.
Toleransi antarumat beragama adalah sebuah pilihan dalam Masyarakat yang memiliki kaitan dan peran
mendalam dalam kerangka masyarakat yang semakin yang dimana paham pluralistic semakin berkembang.
Di tengah keberagaman ini, harmonika kehidupan sosial menjadi suatu kunci yang dapat mengimbuh
keberlangsungan suatu perdamaian dan perkembangan yang terus belangsung. Artikel ini akan merinci
pentingnya toleransi antarumat beragama sebagai pilar keharmonisan sosial dalam harmonika kehidupan.
Catatan Sejarah telah menjadi saksi konflik agama yang bersifat destruktif, misalnya Perang Salib dan
konflik agama lainnya dalam sejarah manusia. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, ada upaya yang
signifikan untuk mengenalkan toleransi antaragama dalam rangka menumbuhkan esadaran tiap tiap
individu . Salah satu pilar penting adalah Pernyataan Toleransi yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa, yang menegaskan mengenai pentingnya menghormati hak asasi manusia (HAM), termasuk dalam
halnya hak untuk beragama dan berkeyakinan.
Di sisi lain, kita sering mendengar berita tentang intoleransi agama yang merealisasi dalam bentuk
diskriminasi, kekerasan, dan ketegangan antaragama di berbagai belahan dunia ini. Oleh karena itu, ada
kebutuhan yang mendalam untuk memahami sumber pokok yang menjadi landasan terjasinya permasalahan
ini dan untuk mencari solusi yang dapat meningkatkan toleransi, dialog, dan ketertarikan dalam lingkungan
sosial.
Secara konseptual toleransi memiliki dua dimensi pokok, yakni dimensi vertikal sebagai konsepsi politik
dan dimensi horisontal sebagai konsepsi moral (Forst, 2013). Hasil penelitian ini akan melihat dari sudut
pandang yang berbeda: pertama sisi vertikal antara negara dan warganegara dan penghayat agama; kedua sisi
horisontal, yakni antar sesama kelompok agama. Dalam dua dimensi tersebut, salah satu asas toleransi
terpenting adalah terjalinnya suatu toleransi antara kelompok mayoritas dengan kelompok minoritas.
Dalam bahasan sejarah Indonesia, titik revolusi ke ara demokrasi di Indonesia terjadi sejak tahun 1998,
yang membangun dampak penting pada kehidupan sosialkeagamaan setelahya. Namun perkembangan
keislaman di Indonesia selama dua dasawarsa terakhir, khususnya dengan pengalihan demokratisasi sejak era
Reformasi 1998 tersebut, menunjukkan bahwa kelompok minoritas agama, baik antar agama maupun antar
sekte agama masih dalam posisi yang rentan.
Beberapa hal internal banyak yang justru menciptakan ancaman dan diskriminasi bagi minoritas agama.
Tak jarang lagi banyak yang berpandangan bahwa perubahan politik-hukum tidak akan memberikan dampak
yang signifikan bagi keberpihakan pada minoritas. Namun nyatanya adalah mempersempit batas-batas
penghargaan terhadap minoritas, dan justru membuka peluang konflik di tengah keanekaragamaan yang ada
(Burhani dkk. 2020).
Dalam rangka Hari Toleransi Internasional 16 November 2023 nanti, dapat kita jadikan sebagai suatu
rujukan, jawabannya menggembirakan. 72,6 persen responden menilai masyarakat Indonesia masih
menjunjung tinggi nilai toleransi. Namun tantangannya, untuk mempertahankan hal terssebut jutga tidaklah
mudah, terutama toleransi beragama dan toleransi politik yang senantiasa berpotensi melumatkan perpaduan
dan dinamika keharmonisan dalam kebangsaan kita.
Sebanyak 47,6 persen responden menyampaikan pendapatnya bahwa toleransi beragama perlu
ditingkatkan kembali sikap tenggang rasa dan toleransinya. Tiga perempat respondens (77,8 persen) pesimis
toleransi politik kita akan membaik dalam tahun politik ini. Kekhawatiran terbesar (22 persen) dipicu oleh
maraknya perilaku politisi yang menggunakan isu identitas sebagai obyek politik
Kami akan menyelidiki bagaimana konsep toleransi sebagai pilar keharmonisn sosial, serta mencari solusi
yang menyeluruh untuk mempromosikan dialog antaragama yang saling menghormati. Dalam era globalisasi
yang terus berkembang, pemahaman kita di tiap tiap individu menjadi suatu poin yang mendalam tentang
toleransi agama dapat menjadi kunci kunci untuk menciptakan dunia yang lebih aman, adil, harmonis,
tentram dan bermakna bagi semua individu, tanpa memandang perbedaan keyakinan agama mereka.
Toleransi Antar Mahasiswa

Perbedaan dalam cara pandang atau pendapat akan selalu kita jumpai dalam kehidupan bersosial.
Perbedaan dalam cara kita menilai suatu keragaman, yang kerap membuat kita terlibat dalam berbagai
pertikaian akibat salingnya merendehkkan suku atau budaya orang lain yang berbeda dan merasa bahwa diri
kita sendirilah yang paling benar. Akan tetapi hal itu bisa dihindarkan apabila kita memiliki sikap senantiasa
saling menghormati dan menghargai. Sikap saling menghargai inilah yang disebut sebagai toleransi.
Toleransi merupakan sikap saling menghargai, menghormati, dan menerima perbedaan agama, suku, budaya,
etnis, adat, sikap, dan tidakan lainnya yang berdeda antar individu ataupun kelompok. Dengan adanya sikap
toleransi, pasti akan menciptakan keselarasan dan perdamaian dalam setiap keragaman. Rasa persaudaraan
akan tumbuh, seiring dengan adanya sikap toleransi antar perbedaan agama, suku, budaya hingga agama.
Apalagi bagi kehidupan mahasiswa, terutama ketika bersosialisasi dikampus dengan latar belakang
kebudayaan dan kepercayaan yang beragam.

Mahasiswa merupakan makhluk makhluk individu dengan cara pandang dan cara pikir yang berbeda
– beda. Dilingkungan mahasiswa juga ada berbagai macam orang dari berbagai latar belakang yangberbda
mulai dari asal daerah, kepercayaan hingga karakter seseorang. Maka dari itu toleransi merupakan sikap
yang memang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa untuk bersosialisasi sehingga menimbulkan rasa saling
menghormati dan menghargai antar sesama mahasiswa.

Seperti perilaku toleransi yang ditunjukkan oleh mahasiswa Universitas Merdeka Malang Fakultas
Teknologi Informasi, banyak dari mahasiswa fakultas tersebut berasal dari luar daerah Jawa, ada yang dari
Nusa Tenggara Timur, Papua, Sumatera, Maluku, Madura, Kalimantan, Sulawesi, dan masih banyak lagi.
Mereka tetap berteman satu sama lain tidak membeda – bedakan dan tidak hanya bergaul dengan sesama
daerah saja. Mereka juga tidak saling mencela keyakinan, budaya, dan suku masing – masing. Perilaku ini
lah yang membuat fakultas Teknologi Informasi di Universitas Merdeka Malang menumbuhkan rasa
persatuan dan keharmonisan.

Sikap Toleransi dan Intoleransi yang Terjadi di Indonesia

Toleransi

1. Kampung Bali di Bekasi di sebut sebagai Kampung Pancasilla


Kampung Pancasilla yakni sebuah kampung yang berbasis Pluralisme atau banyak menyimpan
Keberagaman pada Masing-masing penghuni Rumah yang ada, sebenarnya pada kampung ini memang pada
awal nya merupakan Perkampungan yang dihuni oleh warga Mayoritas dari keturunan Bali, tetapi meskipun
begitu semua tampak baik-baik saja dan tidak ada sedikitpun gesekan intoleransi yang ada pada kampung ini
terdapat 3 Agama yang tersebar yakni Muslim, Hindu dan Nasrani. Kampung ini terletak di Jalan Merpati
Bali No.49, RT 11/RW 9, Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi
"Kami dihuni oleh tiga kepercayaan, yaitu Muslim, Hindu, dan Kristen. Kami hidup berdampingan, rukun,"
ujar Ketua RT Kampung Bali, Puji Lestari Sementara itu, Ketua Pokdarwis Kampung Bali, I Wayan Widana,
menjelaskan nama Kampung Pancasila disematkan oleh Panglima Komando Daerah Militer setempat.
"Kampung Pancasila itu dinamai dari Kodim. Saat itu datanglah Pangdam. Jadi, memberi nama kami
menjadi kampung Pancasila bernuansa Bali," kata Wayan Widana.
2. Toleransi Beragama Di Kampung Sawah Bekasi, Saling Bantu Menjelang Hari Raya
Kampung Sawah di Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, dikenal sebagai area sarat toleransi
antar-umat beragama, Ini karena area tersebut memiliki tiga rumah ibadah dari tiga agama yang berbeda.
Masing-masing bangunan hanya berjarak 50-100 meter saja.

Adapun tiga rumah ibadah tersebut adalah Gereja Katolik Santo Servatius, Gereja Kristen Pasundan (GKP)
Kampung Sawah, dan Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi. Pegiat Kemasyarakatan di Kampung Sawah, Ricardus
Jaobus Napiun, mengatakan bahwa warga Kampung Sawah sering saling membantu persiapan Hari Raya
dari masing-masing agama yang dianut.
Gereja Santo Servatius sendiri, warga Muslim hanya membantu persiapan non-liturgis saja, atau hal-hal yang
tidak menyangkut kewajiban agamis.
“Ada persiapan yang sifatnya non-liturgis, misalnya pelayanan seperti penyediaan sarana dan prasarana,”
terangnya di kediamannya di Kampung Sawah, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Senin (26/12/2022).
Dalam persiapan non-liturgis, imbuh pria yang akrab disapa Jacob, teman-teman Muslim kerap membantu
mengatur kursi yang akan digunakan para jemaat untuk beribadah. Mereka pun membantu dalam membawa
kursi dari tempat lain ke area gereja, menawarkan mobil untuk mengangkut barang, dan lain sebagainya.
“Itu enggak ada istilah ditanya agamanya apa. Semuanya sama. Selesai itu (persiapan), makan sama-samak,
ngopi sama-sama,” ujar Jacob.
Umumnya warga Muslim di Kampung Sawah dipercayakan untuk membantu pengamanan Terlihat beberapa
anggota banser, termasuk seorang wanita berhijab, membantu mengamankan pintu gerbang gereja.
“Ada begitu banyak bantuan yang diberikan dalam upaya keamanan. Banser yang kemarin dilihat, mereka
sukarela tanpa diminta dan diundang datang. Mereka merasa bersaudara. Bukan sebatas ikut bersukacita, tapi
ingin membantu kita,” tutur dia. Menurut Jacob,
sifat saling membantu di kalangan warga Kampung Sawah merupakan kesadaran diri masing-masing karena
sudah turun-temurun
“Saya bilang (ke mereka), harus ikut salat. Tinggalin aja parkir dan lain-lain, itu kami yang atur. Ini selalu
terjadi dari tahun ke tahun. Enggak ada istilahnya haram untuk mereka. Kolaborasi kami di sini seperti itu,”
tutup Jacob
Dalam hal ini kita dapat menilai bahwa Toleransi tertinggi yakni dapat Memanusiakan sesama Manusia tanpa
adanya pandangan Perbedaan yang ada, Memang perbedaan dalam sebuah Kepercayaan pasti terjadi namun
hal ini kembali Kepada Respon kita masing-masing sebagai bagian dari NKRI

3. Merawat Toleransi, Kisah dari Pulau Bali


Dalam berbangsa dan bernegara Adapun Sikap toleransi yang bersifat Wajib atau Mutlak dalam hal
ini dapat kita ambil contoh yang mudah saja yaitu kenyataan dan realita yang terjadi pada Pulau Dewata,
pada pulau ini sifat dan martabat toleransi sangat dijunjung tinggi, Masyarakat Hindu di Bali memiliki
keyakinan bahwa Manusia harus hidup damai dengan Tuhan, alam, dan sesamanya. Keyakinan ini dikenal
dalam istilah Tri Hita Karana. Pengamalannya sangat melekat diajarkan kepada pemeluk agama Hindu
sejak kecil di Bali. Sebenarnya di semua agama memang mengajarkan hal yang sama. Namun harus kita
akui, masyarakat Hindu berhasil mempraktikkannya dengan baik.
Sebagai contoh: para pendatang yang mayoritas adalah Muslim memiliki tempat yang baik dalam hal
pekerjaan mereka di Bali. Pasar, kantor, dan tempat-tempat dilangsungkannya roda perekonomian lainnya
hampir seluruhnya lebih dikuasai Muslim pendatang dari pada masyarakat asli Bali. Mereka yang beragama
Hindu dan asli penduduk Bali tidak merasa terganggu apalagi terjajah.
Hubungan Harmonis antara masyarakat Muslim dan Hindu ini sebetulnya perlu banyak diberitakan
melaui media-media nasional sehingga semua kalangan tidak melihat apa yang terjadi di Ibu Kota beberapa
waktu yang lalu sebagai sebuah kegagalan pemerintah dalam membina toleransi beragama yang egaliter dan
adil, Muslim pendatang di Bali tidak merasa terkucilkan oleh masyarakat Hindu. Begitu pula sebaliknya
umat Hindu di Bali tidak merasa lahan mereka telah diambil dan dikuasai para pendatang Muslim tersebut.
Keduanya justru bahu-membahu dan melakukan hubungan saling ketergantungan, Inilah keunggulan pulau
Bali.

4. Sikap Toleransi Tertinggi Kota Singkawang


Bhineka Tunggal Ika Terlukis di kota Singkawang, dapat kita lihat bahwa umat dari Vihara Tri
Dharma Bumi Raya dapat beribadah dengan damai dan tenang dengan bauran Asap Dupa Hio sebagai
Liturgi etnis Tionghoa dalam beribadah seperti yang kita tahu Lokasi vihara ini sangat dekat dengan Masjid
Raya Agung Singkawang yang kurang lebih hanya berjarak sekitar 100m saja,
Dalam hal ini kita dapat menarik kesimpulan yaitu Toleransi adalah hal yang tidak perlu di
perdebatkan / diributkan karena rasa Toleran dapat berasal dari masing-masing Individu dengan kesadaran
diri masing-masing terhadap paradigma Perbedaan Etnis maupun Agama. Bila seorang individu tersebut
sudah dewasa maka rasa Iba dan Toleran akan muncul secara Otomatis dalam Jiwa masing-masing pribadi

5. Kolaborasi Multikultural jadi cara SMP Taruna Bakti Terapkan Toleransi

SMP Taruna Bakti Bandung mengusung visi menjadi lembaga pendidikan yang memberikan
lingkungan belajar kolaboratif multikultural dan berketuhanan YME dengan reputasi tinggi di bidang
akademik & non-akademi, Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk orang tua siswa, dinas pendidikan,
lembaga terkait, alumni, perguruan tinggi dan kemitraan lainnya juga dinilai sangat penting, dan menjadi
salah satu kunci. Kepala SMP Taruna Bakti Bandung, Detty Nurwendah, pun mengungkapkan pentingnya
kolaborasi dalam menghadapi tantangan Perubahan Ideologi yang begitu Liar
Kepala SMP Taruna Bakti Bandung, Detty Nurwendah "Kolaborasi merupakan kunci untuk
mewujudkan visi misi sekolah. Jejaring dan kemitraan sangat diperlukan agar sekolah menjadi unggul. Kami
bermitra dengan orang tua siswa, dinas pendidikan, lembaga terkait, alumni, perguruan tinggi, dan jejaring
lainnya untuk saling mendukung dalam program-program sekolah," kata Detty dalam keterangan tertulis,
Kamis (12/10/2023)."Dengan demikian, siswa-siswi kami akan mendapatkan wawasan ilmu pengetahuan
yang holistik, bukan hanya dari guru. Selain itu, lingkungan sekolah yang saling menghargai dan toleran juga
sangat penting. Kami harus menghormati perbedaan agama, ras, suku bangsa, dan budaya sehingga tercipta
lingkungan yang damai, nyaman, dan bahagia. Kesejahteraan siswa dan guru menjadi tujuan utama yang
kami harapkan," imbuhnya.

B. Intoleransi

1. Pancasilla masih bisa dikalahkan dalam kasus Intoleransi


Direktur Eksekutif Setara Institute Halili Hasan merefleksikan nilai-nilai Pancasila sering kali
dikalahkan dalam berbagai kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia belakangan ini. "Pancasila sering
dikalahkan dalam berbagai kasus intoleransi dan secara umum pelanggaran kebebasan
beragama/berkeyakinan (KBB)," kata Halili dalam keterangannya, Kamis (1/6)
Halili mengatakan kasus intoleransi dan pelanggaran KBB di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Tak hanya itu, pemenuhan hak asasi manusia juga masih berada pada situasi belum ideal, Halili
mencatat sepanjang Mei 2023 terjadi beberapa peristiwa intoleransi dan pelanggaran KBB di Indonesia.
Misalnya, aksi pembubaran ibadah yang dilakukan kelompok masyarakat terhadap jemaat Gereja Mawar
Sharon (GMS) Binjai, pembubaran ibadah di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Gihon di Kelurahan Sidomulyo
Timur, Kota Pekanbaru, Riau, pembubaran aktivitas pendidikan Agama Kristen di Gereja Bethel Indonesia
(GBI) di Desa Cilame, Bandung Barat, Jawa Barat.
Halili juga menyinggung hasil riset Setara Institute menunjukkan intoleransi remaja berbasis sekolah
menengah atas semakin meningkat, Survei Setara Institute di lima kota terpilih pada Januari-Februari 2023
menunjukkan jumlah pelajar intoleran aktif di SMA sederajat meningkat menjadi 5 persen. Angka ini alami
peningkatan ketimbang hasil survei isu sama pada 2016 lalu 2,4 persen, "Sementara yang terpapar
ekstremisme kekerasan juga meningkat dari 0,3 persen pada survei 2016, menjadi 0,6 persen pada survei
tahun 2023” Ia lantas mengecam keras, terjadinya berbagai peristiwa intoleransi dan pelanggaran KBB yang
terjadi selama ini. Terlebih ada dugaan proses pembiaran yang dilakukan oleh negara atas kasus tersebut.
"Meningkatnya level intoleransi dan keterpaparan ekstremisme kekerasan generasi muda, dalam pandangan
SETARA Institute, menunjukkan masih rendahnya kinerja pembumian dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila,"
kata Halili.

2. Siswa penganut Agama Saksi Yehova tidak naik kelas 3 kali

Telah terjadi tiga siswa kakak-adik menganut Saksi-saksi Yehova di Tarakan, Kalimantan Utara, dan
berujung 3 kali tidak naik kelas Mereka merupakan kakak-adik bernama M (14) kelas V SD, Y (13) kelas IV
SD , dan YT (11) kelas II SD. Mereka tidak naik kelas pada tahun ajaran 2018/2019 lalu tahun ajaran
2019/2020 dan tahun ajaran 2020/2021. Pada mulanya mereka menganut agama Kristen Protestan lalu pada
suatu Ketika mereka sekeluarga berpindah menjadi saksi Yehova, Namun respon dari pihak sekolah sangat
berbeda 3 saudara ini terancam tidak naik kelas, Pihak sekolah berdali bahwa penyebab 3 saudara ini tidak
naik kelas ialah karena Absensi yang tidak Tuntas serta adanya juga kekurangan dari Nilai Akademik yang
ada namun dari pihak Komisioner KPAI tetap melakukan penyelidikan terhadap kasus ini.
3. Diusir dari Dusun karena Berbeda Kepercayaan yang Dianut

Slamet Jumiarto mengalami gesekan komunal karena Penolakan dari golongan tertentu hanya di
sebabkan oleh perbedaan keyakinan saja, Kejadian berada di Dusun Karet, Bantul. Hal ini dapat terjadi
karena adanya pemahaman yang terlalu fanatik atau terlalu keras sehingga adanya Tindakan di bawah alam
sadar yang secara tidak langsung menjadi habbits yang liar dan merusak terhadap sesama Umat beragama

4. Bentrokan antar Suku Nduga dan Lani Jaya di Papua

Dua suku Lany Jaya dan Nduga yang terlibat dalam bentrokan antarwarga di Kabupaten Jayawijaya,
Papua, pada 8 Januari 2022 Perang Suku, Proses perdamaian itu dilakukan di Makodim 1702 Jayawijaya dan
dihadiri oleh sejumlah pejabat forum koordinasi pimpinan daerah (Forkompinda) setempat. Meliputi Bupati
Jayawijaya, Lany Jaya, Nduga, Memberamo Tengah dan Yahu. Meskipun pada awalnya Perang suku sudah
memanas dan tak terkendali hanya di karenakan perbedaan pendapat dan kudeta wilayah yang ada pada
perbatasan 2 suku tersebut namun untung nya kedua Persetruan ini masih bisa di damaikan dengan bantuan
Petugas Berwajib di Makodim kota Jayawijaya, Papua.
5. Keganasan Bentrokan antar Suku di Nusa Tenggara Timur, Hingga 5 orang Tewas

Sejumlah warga Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, di Pulau Adonara, Kabupaten Flores
Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), disebut tewas dalam bentrok antara dua suku akibat memperebutkan
tanah. Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, menyebut peristiwa itu terjadi pada Kamis (5/3)
pukul 10.00 WIT. Namun, itu baru diketahui karena lokasi kejadian tidak memiliki akses komunikasi. Dia
mengakui jenazah para korban konflik belum dievakuasi karena alasan keamanan. "Sampai saat ini jenazah
belum dievakuasi, selain karena alasan keamanan juga karena lokasi kejadian jauh dari pemukiman,"
katanya, dikutip dari Antara. Dia mengatakan sejumlah personel TNI sudah berada di lokasi kejadian untuk
mengamankan. Sementara, personel kepolisian belum tiba. "Personel kepolisian sudah dalam perjalanan ke
Desa Sandosi. Mereka akan berada di desa untuk menjaga keamanan, sebelum jenazah dievakuasi dari lokasi
kejadian," katanya.

Langkah ini, kata Agustinus, dilakukan untuk menjaga situasi keamanan karena suku-suku ini berada
dalam satu desa Kepala Kepolisian Resor Flores Timur AKBP Deny Abraham juga membenarkan konflik
antarwarga tersebut. "Iya betul ada konflik antarwarga di Desa Sandosi Kecamatan Witihama," katanya.
Menurutnya, konflik antarwarga tersebut terjadi akibat perebutan lahan. Namun, belum diketahui
kronologis kejadiannya, Akibat 'perang tanding' itu, ia menyebut ada korban jiwa meski belum diketahui
jumlahnya karena masih dilakukan identifikasi di lapangan. "Para personel sudah saya kirim ke lapangan
untuk melakukan identifikasi sekaligus berupaya meredam konflik tersebut," katanya. Sementara itu, seorang
warga Kecamatan Witihama yang meminta tidak disebutkan identitasnya ketika dihubungi secara terpisah,
menyebutkan sebanyak 5 orang tewas dalam konflik antarwarga tersebut. "Sudah ada sekitar lima orang yang
dikabarkan tewas, tadi kami juga melihat langsung para personel Polisi menuju lokasi konflik," katanya.

Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Intoleransi di Indonesia

Negara kita Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak keberagaman selain dari kekayaan
alamnya yang beragam, Indonesia juga memiliki keberagaman budaya, suku, bahasa dan agama. Selain itu
ada tantangan sendiri yang dihadapi masyarakat akibat adanya perbedaan terutama adanya perbedaan agama.
Di Indonesia sendiri ada 6 agama yang diakui oleh Negara yaitu: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
Hindu, Buddha, dan Konghucu. Dengan adanya keberagaman agama di masyarakat Indonesia juga
menciptakan suatu masalah yaitu “intoleransi antar umat beragama”. Apa itu sikap intoleransi antar umat
beragama ? Sikap intoleransi antar umat beragama adalah sikap yang tidak menghormati antar umat yan
berbeda keyakinan beragama dengan mereka, tentunya sikap tersebut menjadi sesuatu yang sangat berbahaya
karena dapat memicu konflik bersenjata yang dapat menyebabkan korban jiwa.
Contoh-contoh dari sikap ini adalah pengolokan agama tertentu, mengganggu keberlangsungan acara
ibadah agama lain dan bahkan bisa sampai mengucilkan orang yang berbeda agama. Kenapa sikap ini bisa
muncul? Salah satu penyebab munculnya sikap intoleransi ini adalah adanya sebuah pemahaman dan
informasi agama yang keliru dan biasanya disebarkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab ,
biasanya informasi tersebut berisi ujaran kebencian kepada seseorang atau kelompok yang berbeda agama.
Pasca reformasi banyak peristiwa yang melopori terjadi intoleransi dalam hubungan umat beragama,
misalnya peristiwa kekerasan dalam dalam hubungan beragama yang dilakukan oleh kelompok kelompok
yang mengklaim dirinya sebagai “Kelompok keagamaan” dengan dalih pembelaan agama namun dengan
maksud melakukan penghinaan dan memicu terjadinya kekerasan antar agama. Biasanya fenomena ini
berasal dari pemahaman yang bersifat eksklusif yang kemudian menyebabkan paham intoleran dan
berkembang menjadi Tindakan radikalisme yang bersifat memusuhi dan menyerang kelompok kelompok
berbeda. Banyak individu yang menganggap peristiwa ini adalah suatu anomali.
Disamping itu intoleransi agama lahir atas alasan perbedaan pandangan dan keegoisan individu yang
cukup susah untuk dimaklumi. Beberapa alasan penyebab terjadinya suatu intoleransi, yaitu:
1. Perbedaan Kondisi Finansial

Beberapa kelompok atau individu memiliki pandangan yang berbeda berdasarkan status
ekonomi seseorang, terkadang ada yang berpandangan dengan merasa bahwa kesanggupan ekonomi
suatu individu yang rendah tidak cukup untuk berada di level yang sama dengan kelompok atau
individu tersebut. Sehingga saat terancam atau tidak memiliki akses yang cukup ke sumber daya
ekonomi, mereka cenderung mencari kambing hitam untuk masalah mereka, dan agama seringkali
menjadi sasaran.

2. Kondisi Sosial

Ketidakpahaman tentang agama-agama lain dapat memunculkan prasangka dan stereotip


negatif. Orang yang tidak memahami agama lain cenderung lebih mudah menilai agama tersebut
secara negatif. Sejarah konflik dan perang agama di masa lalu dapat meningkatkan ketegangan antar
agama. Ingatan akan konflik sebelumnya dapat terus berdampak pada persepsi dan sikap terhadap
agama lain. Kurangnya pendidikan tentang agama dan keberagaman dapat meningkatkan
ketidakpahaman dan prasangka. Pendidikan yang mempromosikan pemahaman dan penghargaan
terhadap agama-agama lain dapat membantu mengurangi intoleransi. Media massa dan propaganda
dapat memainkan peran penting dalam membentuk opini publik tentang agama. Ketika media massa
memberitakan agama dengan bias atau menggambarkan agama lain secara negatif, hal ini dapat
meningkatkan intoleransi.

3. Pengaruh Medsos (Media Sosial)

Internet dan media sosial telah menjadi platform di mana persitiwa intoleransi agama dapat
berkembang dan terjadi dengan cepat. Konten yang mendukung, atau mempromosikan intoleransi
seringkali tersedia banyak sekali di dunia maya.

4. Politik Dan Pengaruh Tokoh Tertentu


Faktor politik, terutama politik yang berbasis agama, dapat memanipulasi ketegangan antar
agama untuk melakukan suatu kegiatan intoleransi disamping itu ada juga tokoh tokoh yang sering
memacu suatu pandangan seseorang untuk lebih bersifat intoleransi.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Intoleransi di Indonesia
Untuk menumbuhkan toleransi tentunya kita perlu menyelesaikan akar dari permasalahannya yaitu
Tindakan intoleransi. Berikut Upaya untuk mengatasi intoleransi di Indonesia
1. Menumbuhkan Kesadaran Dari dalam diri sendiri

Untuk membuat perubahan pada lingkungan dan orang lain tentunya kita perlu membangun
suatu revolusi dan kesadaran dari dalam diri sendiri. Hal yang dapat kita lakukan misalnya dengan
membangun pengetahuan mengenai keagamaan, bukan hanya dari sebuah agama namun ada baiknya
jika mempunyai pengetahuan tentang agama lain dengan itu pemahaman kita cukup untuk mengubah
orang lain dan menjaga toleransi dari diri kita sendiri.

2. Interaksi Antarkelompok

Melakukan suatu Tindakan pertukaran pikiran antar kelompok yang melibatkan penganut
agama yang berbeda sehingga dapat menimbulkan pemahaman satu sama lain dan memunculkan
kekompakan. Misalnya mendukung kegiatan dan forum/sarana yang memungkinkan orang untuk
berbagi pengalaman, pandangan, dan solusi terkait intoleransi.

3. Terjun langsung ke dalam Komunitas

Memberikan himbauan agar Masyarakat dpat terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam
mengatasi intoleransi, disamping itu kita juga dapat untuk mengenalkan toleransi dan mengatasi
ketidaksetujuan.

4. Melakukan Moderasi Agama

Moderasi agama adalah tindakan menekankan toleransi, keragaman, dan rasa hormat
terhadap pemahaman mengenai tiap tiap agama, serta mencari kesamaan atau kecocokan dalam
keyakinan untuk mencapai perdamaian dan keharmonian dalam Masyarakat. Ada beberapa indicator
dalam moderasi agama seperti bagaimana untuk bisa berkomitmen kebangsaan, bertoleransi ,
bersikap anti kekerasan dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal. Sehingga kiranya Masyarakat
kita dapat merealisasikan hal hal tersebut.
Untuk menghasilkan bangsa yang saling peduli dan saling bertoleransi butuh usaha dan akan
memakan waktu yang lumayan lama. Maka dari itu marilah kita semua Bersama sama memberikan contoh
yang baik, dalam hal Tindakan, pilihan dan pemikiran.

PENUTUP

Berdasarkan artikel yang kami buat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagain besar masyarakat
menganggap dasar negara yang cocok untuk Indonesia adalah Pancasila. Indonesia bukan negara Islam,
walaupun Islam secara mayoritas. Namun, terdiri dari berbagai macam Agama, Suku, maupun Bahasa.
Sebagai generasi penerus bangsa, kita tidak boleh merendahkan kelompok-kelompok tertentu satu sama lain,
karena bisa menimbulkan unsur sara yang akan berakibat pada konflik fisik yang berkepanjagan dan bisa
memicu keratakan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta kita ini.

Toleransi di lingkungan kampus Merdeka Malang sejauh ini sangat baik, karena kampus kita rata-
rata mahasiswanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sangat jarang atau bahkan tidak ada sama
sekali konflik antar mahasiswa yang mengandung unsur sara. Mahasiswa Merdeka Malang bisa dijadikan
contoh oleh masyarakat maupun universitas lainnya untuk bisa bersikap saling membantu, menghormati satu
sama lain, dan menghargai sebuah perbedaan. Sikap toleransi harus ditumbuhkan berawal dari hal terkecil
dulu, dengan perlahan-lahan. Namun, pasti. Karena jika tidak, sikap intoleransi yang malah akan tumbuh.

Kita mengetahui di Indonesia pasti pernah terjadi konflik fisik antar kelompok maupun golongan
berdasarkan perbedaan agama dan keyakinan. Namun, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut rata-rata
harus dengan cara konflik secara fisik (berperang) antara satu sama lain, di situ peran terlibatnyanya
pemerintah sebagai penengah atas permasalahan tersebut sangat dibutuhkan dengan cara mediasi dan
diselesaikan dengan kekeluargaan guna menciptakan perdamaian kembali.

Pencegahan Intoleransi dalam beragama dan kepercayaan harus menjadi pokok penting dalam
bermasyarakat, dengan adanya kesadaran akan sikap toleransi tersebut maka akan tercipta lingkungan yang
aman, tentram, dan nyaman untuk ditinggali tanpa adanya pertikaian antar kelompok maupun golongan.
Masyarakat harus bisa tetap berkepala dingin dalam setiap masalah perbedaan agama dan keyakinan ini, agar
tidak ada konflik yang sampai memakan korban jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

https://ntt.kemenag.go.id/opini/721/gerakan-religiosity-index-di-tahun-toleransi-2022

https://media.neliti.com/media/publications/317194-toleransi-antarumat-beragama-dalam-panda-
3c1f4ea1.pdf
https://travel.detik.com/travel-news/d-6930094/kampung-bali-di-bekasi-disebut-juga-kampung-pancasila-
wujud-toleransi
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/27/09085781/toleransi-beragama-di-kampung-sawah-bekasi-
saling-bantu-persiapan-hari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200305175927-20-480869/bentrok-antar-suku-pecah-di-ntt-
warga-sebut-lima-tewas
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220116072405-20-747175/bentrok-suku-nduga-dan-lani-jaya-di-
papua-kedua-pihak-berdamai
https://news.detik.com/berita/d-5829694/kpai-ungkap-kabar-terbaru-3-siswa-penganut-saksi-yehuwa-tak-
naik-kelas-3-kali/1
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47801818
https://www.cnnindonesia.com/inspirasi/20180219105959-454-277089/merawat-toleransi-kisah-dari-pulau-
bali
https://koran.tempo.co/read/urban/485149/singkawang-kota-paling-toleransi
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230601230615-20-956807/setara-institute-pancasila-sering-
dikalahkan-dalam-kasus-intoleransi
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6977916/kolaborasi-multikultural-jadi-cara-smp-taruna-bakti-terapkan-
toleransi

Anda mungkin juga menyukai