PROPOSAL
OLEH:
ANGRAINI PUTRI
A1M120083
KENDARI
2023
DAFTAR ISI
1.1Latar Belakang......................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................3
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
melakukan kegiatan menulis cerpen secara terus-menerus sehingga akan
mempengaruhi hasil dan prestasi dalam menulis cerpen. Hasil dan prestasi akan
meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa baik pada aspek
pengetahuan, keterampilan maupun pisikomotor.
Cerpen merupakan cerita fiksi yang berbentuk prosa yang relatif pendek ruang
permasalahannya yang menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh
yang paling menarik perhatian pengarang dan keseluruhan cerita memberikan
kesan tunggal.
3
pembelajaran menulis cerpen, hal ini ditunjukan dengan masi banyak siswa yang
mendapat nilai dibawah 65, yaitu rata-rata nilai kelas 52,57 dengan 6 siswa atau
14,29 dengan nilai 65-75 dengan kategori nilai cekup baik dan siswa yang
mendapat nilai kurang dari 65 dengan kategori kurang sebanyak 36 siswa atau
85,71% sedangkan hasil yang ingin dicapai adalah nilai siswa minimal 75.
Pembelajaran menulis cerpen perlu adanya beberapa inovasi. Hal tersebut dapat
dilakukan pada teknik pengajaran, metode, dan media yang digunakan untuk
menyampaikan materi agar lebih memberdayakan siswa dan memanfaatkan
teknologi yang semakin berkembang dewasa ini. Di sini peneliti mencoba
meneliti penggunaan media audio visual sebagai sarana untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis cerpen.
Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting.
Secara umu fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya Sudjana dan Rivai dalm Kusworosi
(2007:2) Selain itu, media pembelajaran dapat menambah evektivitas komunikasi
dan interaksi antara pengajar dan pembelajar (Pranggawidagda dalam Murdiati,
2002:35).
4
Media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu audio visual
berupa film. Pemilihan film (media audio visual) sebagai media dalam
pembelajaran menulis cerpen didasarkan pada alas an-alasan berikut: (1) pada
usianya yang masi tergolong remaja kebanyakan siswa SMA menyukai film,
sehingga dengan media ini diharapkan dapat menstimulasi siswa untuk
menghasilkan karya terbaiknya dan dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, (2) film merupakan sarana hiburan yang menyenangkan dan dapat
menciptakan kepuasan, kebahagiaan dan keharuan bagi yang menikmatinya, (3)
film mengisahkan sebuah cerita yang berawal dari naskah yang diperankan oleh
tokoh, baik mengenai kehidupan pengalaman ataupun sebuah peristiwa, dengan
film tersebut dapat diketahui alur dan temanya yang akan mempermudah siswa
dalam menulis cerpen kemudian siswa diberikakan pertanyaan oleh guru yaitu”
bagaimana jika menjadi tokoh dalam cerita?
5
1.Meningkatkan keterampila menulis cerpen dengan media audio visual pada siswa
kelasXI SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara Tahun Ajaran 2009/2010
2. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen dengan media audio
visual pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara Tahun Ajaran 2009/201
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Kajian teori
2.1.1 Hakikat menulis
2.1.2 Pengertian Menulis
Menurut Hayon (Munirah, 2015:1) menulis adalah segala perihal yang berkaitan
dengan perihal menulis. Menulis ada hubungannya dengan orang yang menulis, bahan
yang ditulis dan masnyarakat sebagai sasaran pembaca. Itulah dunia kepenulisan yang
saling berkaitan satu sama lainnya.
7
secara tertulis berupa hasil kreatif, tidak monoton dan tidak terpusat pada satu pemecahan
masalah saja. Dengan demikian penulis dapat menghasilkan berbagai bentuk dan warnah
tulisan yang kreatif sesuai dengan tujuan dan sasaran tulisannya dengan meningkatkan
keterampilan menulis yang dimilikinya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang
mempunyai beberapa komponen mulai dari hal sederhana, seperti memilih kata, merakit
kalimat, sampai kehal-hal yang rumit, yaitu merakit paragraf sampai menjadih wacana
yang utuh. Disamping itu, penulis harus juga kreatif dalam menyampaikan gagasan yang
segar bagi pembaca setianya.
8
pendapat, gagasan, sikap, dan kenyakinan penulis, sehingga mau berbuat
sesuai dengan kemauan penulis.
Menurut Gorys Keraf (Susi P, 2012:15) argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang
berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka
percaya dan bertindak sesuai yang diinginkqn penulis.
4). Narasi (Kisahan)
Supriyadi (Munirah, 2015:1) menyatakan bahwa wacana narasi adalah rangkaian
tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian melalui tokoh
atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan, pendengar atau
pembaca.
Suparno dan mohammad Yunus (Susi P, 2012:13) narasi adalah karangan yang
berusaha menyajikan atau menyampaikan serangkaian peristiwa menurut
urutan terjadinya (kronologi) dengan maksud memberi inti kepada sebuah
atau serentetan kejadian sehinggah pembaca dapat memetic hikma dari cerita
tersebut.
9
5) Tujuan pernyataan diri (self-ekspresive purpose). Tulisan yang bertujuan
memperkenalkan atau menyata diri kepada pembaca melalui tulisannya, pembaca dapat
memahami sang penulis.
6) Tujuan kreatif (creative purpose. Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan
pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif disini melibihi pernyataan diri dan melibatkan
dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic, atau seni yang ideal, seni idaman.
Tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistic, nilai-nilai kesenian.
7) Tujuan pemesahan masalah (problem-solving purpose).Dalam tulisan seperti ini
penulis ini ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan,
menjernikah pikiran-pikiran dan gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima
oleh para pembaca.
10
2) Kegiatan menulis mendorong kita unutk mencari referensi seperti buku,
majalah, koran, jurnal dan sejenisnya.
3) Aktivitas menulis yang dilakukan dapat membuat seseorang terlatih untuk
meyusun argument secara runtut, sistematif dan logis.
4) Menulis secara pisikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stress
seseorang.
5) Hasil tulisan yang dimuat oleh media massa atau diterbitkan olah suatu penerbit
kita akan mendapatkan kepuasan batin karena tulisannya dianggap bermanfaat
bagi orang lain, selain itu juga memperoleh honorarium(penghargaan) yang
membantu kita secara ekonomi.
6) Kegiatan menulis dapat memberikan keunutngan tersediri bagi seorang penulis.
Nursisto (Kurniawanti, 2009: 19) Mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang
pendek. Tetapi, mengandunng emosi yang mendalam pada setiap karakter tokoh
dalam sebuah cerita yang mampu membuat para pembacanya tersentuh.
Pariati (2008: 263) menyatakan cerpen atau singkatan dari cerita pendek,
meruapakan cerita yangn bersih gagasan, pikiran, pengalaman kepada pembacanya.
Cerpen biasanya ditulis secara bebas (prosa) dan merupakan karia rekaan (fiksi)
dari pengarangnya. Dengan cerita orang masuk kedalam pengalaman orang lainnya
di media masa. Dengan maksud kepengalaman orang lain, pembaca dibawah
keseluk-beluk perasaan yang beragam, pemikiran-pemikiran baru yang penting,
pengetahuan yang unik serta sikap hidup yang mungkin bisa menyegarkan.
Pariati (2008: 264) menambahkan bahwa cerita pendek biasanya memberikan
kepada pembacanya lebih dari batas pengetahuan, karena ia membawa pembacanya
11
langsung kedalam pengalaman dan imajinasi pengarangnya. Jadi karya fiksi seperti
cerpen biasanya merupakan saringan pengalaman yang penting dari pengarangnya
dan bukan kebenaran atas segalanya.
Dari beberapa pendapat teersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita
pendek adalah sebuah karangan fiksi yang berbentuk prosa yang tidak terlalu
panjang, cerita pendek biasanya bercerita tentang pengalaman seseorang atau
berdasarkan khayalan/imajinasi pengarang. Seorang penulis akan menceritakan
sebuah gambaran atau peristiwa yang seolah-olah terjadi seperti kejadian yang
benar-benar terjadi, yang mampu membuat pembacanya asuk kedalam cerita
tersebut.
12
a). Tema
Penyajian tema dengan terlebih dahulu ditafsirkan dengan
pandangan pengarang yang kemudian diikuti dengan pemecahannya.
Bentuk pemecahannya beruapa pandangan atau pendapat pengarang
tentang bagaimana sikap kita jika menghadapi masalah tersebut.
Tema kdang-kadang disajikan secara tersurat dan tersirat. Jenis-jenis
tema dikemukakan pengarang dalam karyanya. Tema yang dimaksud
adalah tema mayor (besar, pokok) dan minor (kecil, sampingan)
Menurut Gie (Saputri, 2009: 25) tema yakni inti yang ingin
disampaikan pengarang. Tema merupakan jiwa suatu cerita. Jiwah ini
diwujudkan dengan memberinya wadah berupa rangkaian kejadian.
Menurut Nugroho (Saputri, 2009: 25) sebelum memulai menulis
cerpen tentukan dulu tema yang disajikan. Tema-tama yang lazim
dalam cerpen remaja adlah tema romantis, sedangkan tema misteri
(baik yang horror atau detektis) juga merupakan tema pilihan yang
disukai banyak remaja. Tema komedipun tak kalah menariknya.
Sebelum menulis cerpen baiknya dimulai dengan tema yang benar-
benar disukuasai, nanti setelah terbiasa bisa menggunakan tema-tema
yang lain. Nanti kalua sudah mahir dalam menulis cerpen bisa
memadukan dua atau tiga tema dalam satu cerpen.
Melengkapi pendapat diatas tema menurut Paryati (2008: 26)
merupakan ide sentral dari suatu cerita, tema biasanya berisi tentang
pokok-pokok pikiran yang akan diangkat kedalam suatu karangan.
Pengarang bukan hanya tentang menceritakan sesuatu, tetapi juga
mennyatakan sesuatau kepada pembacanya. Sesuatu yang akan
dikatakan itu bisa berupa sesuatu masalah kehidupan, pandangan
hidup, komentar dan lain sebagainy. Peristiwa atau kejadian serta
perbuatan tokoh dalam ceritanya, semuanya didasari atas idde pokok
pengarangnya.
Dari beberapa pendapattersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud tema adalah ide pokok atau gagasan atau permasalahan yang
akan dikembangkan menjadi sebuah cerita.
13
Menurut Nurgiantoro (Darupsuprapti, 2015: 35) alur adlah urutan kejadian/peristiwa
dalam sebuah cerita yang disusun oleh pengarang berdasarkan urutan kaitan sebab-akibat.
Urutan peristiwa dapat dimulai dari mana saj, misalnya dari konfliknya yang telah
meningkat, tidak harus bermula dari tahap perkenalan para (tokoh) atau latar. Kalaupun
ada unsur perkenalan tokoh atau latar, biasanya kepanjangan. Berhubungan berplot
tunggal, konflik yang dibangun dari klimas yang akan diperoleh pun biasanya bersifat
tunggal juga.
Secara sederhana alur (alur cerita) didefinisikan sebagai suatu proses untuk
membangkitkan pertanyaan demi pertanyaan, ia memiliki fungsi untuk mengikat
perhatian pembaca terhadap tujuan dramatik sebuah cerita. Melalui serangkaian
Tindakan, kejadian bagi sebuah cerita, mempertahankan keingin tahuan pembaca dan
menuntun pembaca ke arah penyelesaian yang menyakinkan (Laksana, 2007: 81).
Menurut Sudarman (Prayati, 2008: 273) alur cerita atau plot merupakan rangkaian
peristiwa yang terjadi didalam suatu cerita. Alur sebagai rangkaian bagaimana perisitiwa
itu terjadi, biasanya terdiri atas: pendahuluan(peristiwa), konflik (isi) dan penyelesaian
(penutup). Jika urutan peristiwa dalam suatu cerita disajiksn sesuai dengan susuna
kejadiannya. Alurnya disebut sebagai alur mundur (flasback) atau sorot balik.
Dari beberapa pendapat tersebut peneliti simpulkan bahwa alur atau plot merupakan suatu
urutan kejadian peristiwa dalam sebuah cerita denga memperhatikan hubungan sebab-
akibat sehingga membentuk sebuah cerita yang paduh dan utuh.
c) Penokohan
Ada du acara yang sering dilakukan pengarang untuk melukis tokoh ceritanya, yaitu
dengan cara langsung dan cara tidak langsung. Disebut dengan cara langsung apabila
pengarang langsung menguraikan atau menggambarkan keadaan tokoh. Misalnya
dikatakan bahwa tokoh ceritanya cantik, tampan, atau jelek, wataknya keren, cerewet,
bibirnya tebal, rambutnya gondrong, dan sebagainya. Sebaliknya apabila pengarang
secara rersamar dalam memberitahukan wujud atau keadaan tokoh ceritanya, maka
dikatakan pelukisan tokohnya secara tidak langung. Misalnya dengan melukiskan kamar
atau tempat tinggalny, cara berpakainnya, cara berbicaranya, sikap tokoh menanggapi
suatu kejadian atau peristiwa, bagaimana tangggapan tokoh-tokoh lain dalam cerita
bersangkutan dan sebagainya. Dalam kenyataannya kedua cara tersebut biasanya dipakai
pengarang secara berganti-ganti.
14
Berdasarkan peranannya, toko dibagi menjadi dua yaitu toko utama dan toko tambahan.
Toko utama adalah toko yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita sedangkan
toko tambahan adalah toko yang memiliki peranan yang itdak penting karena
pemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung, pelaku utama,
berdasarkan wataknya, ada tokoh protagonis dan toko antagonis. Tokoh protagonis yaitu
tokoh yang memiliki watak yang baik sehinggah disenangi pembaca karena memiliki
watak yangn tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca (Aminuddin 2004:
80)
Unsur yang terpenting dalam sebuah cerpen adalah tokoh dan karakter yang menempel
pada setiap tokoh. Ada tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama bisa satu atau
beberapa orang, begitu pula dengan tokoh pendukung. Masing-masing tokoh harus berdiri
sendiri, menjadi satu sosok yang utuh dan berbeda dengan tokoh lainnya. Tokoh itu harus
khas dan berkarakter. Pengkarakteran pada tokoh sangat penting suapa tokoh terkesan
nyata dan hidu. Karakter tokoh juga terimplikasi pada dialog dan narasi yang
diperuntukkan bagi tokoh yang bersangkutan. Karakter tokoh juga bisa didapatkan
dengan mebanyangkan tokoh-tokoh yang akana ditulis merupakan orangn-orang sekitar
(Nugroho, 2007: 40)
Laksana (2007: 60) menyatakan bahwa metode yang tepat untuk mendalami karakter
dengan melakukan wawancara dengan seseorang yang dianggap berkarakter sama dengan
tokoh dalam cerpen yangn akan dibuat. Mungkin pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan tidak ada hubungannya dengan desai cerita, namun itulah yang harus dilakukan
untuk mengali informasi sebanyak-banyaknnya. Apapun jawaban mereka, hal ini garus
dilakukan untuk lebih mengenali mereka.
d) Latar (setting)
Latar yang tepat atau waktu terjadinya cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain ialah
lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa
orang tokoh pada suatu tempat. Karena manusia atau tokoh cerita itu perah dapat lepas
dari ruang dan waktu, maka tidak mungkin ada cerita tanpah latar atau setting. Kegunaan
latar atau setting dalm cerita bisanya bukan hanya sekedar sebagai petunjuk kapan dan
dimana cerita itu terjadi, melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang
ingin diungkapkan pengarang melalui ceritanya tersebut (Suahrdianto, 2009: 23)
15
Menurut Nugroho (2007: 43) latar (setting)harus ditampilkan dalam setiap cerpen. Latar
ibarat panggung dalam sebuah pertujukan drama, Ketika setiap adengan dipertontonkan.
Dalam cerpen, latar tidak hanya menunjukan pada tempat, melainkan juga waktu,
budanya, social, ekonomi, politik dan liain-lain.
Latar merupakan gambaran, suasana yang terdapat dalam sebuah cerita yang mampu
meberikan penjelasan kepada pembacanya. Selain itu, latar juga dapat memberikan
gambaran tentang nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan pengarang
Nugroho (2007: 43) menambahkan bahwa perlu pendeskripsian latar dalam cerpen
supanya cerpen tesbeut seperti kejadian sesungguhnya karena didukung oleh suasana dan
situasi yang seolah-olah nyata. Pada saat memaparkan setting, harus benar-benar
mengetahui segala aspek yang terkait didalamnya dan jangan pul bermain-main denga
waktu secara sembarangan. Latar juga bisa didapatkan dengan imajinasi dan menerka-
nerka sendiri tertapi tetap harus ada logikanya.
e) Gaya Bahasa
Menurut Jabrohim dkk. (2003: 119) gaya adalah ciri khas seorang pengarang atua
cara yang khas pengungkapan seorang pengarang meliputih pemilihan kata-kata,
penggunaan kalimat, penggunaan dialog, penggunaan detail, cara memandang persoalan
dan sebagainya.
16
menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Denga demikian sudut pandang pada
hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengajah dipilih
pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya (Nuhriantoro dkk, 2003:
116)
Menurut Laksan (2007: 107) ada lima sudut pendang yaitu: (1) sudut
penceritaan orang pertama, penutur cerita adalaah “aku” atau “kami”. Hanyna
segala sesuatu yang didengar, dilihat, dirasakan, atau diketahui oleh sipencerita.
Denga menggunakan sudut penceritaan orang pertama ini, anda tidak bisa
melukiskan apa yang ada didalam hati atau pikiran karakter lain, (2) sudut
pencerita orang kedua, narrator mengunakan kata ganti orang “kau”, “kamu”, atau
“anda”. Seola-olah pembaca adalah pelaku dalam cerita, (3) sudut penceritaan
orang ketiga, objektif penutur cerita, melihat semua tindakan,tetapi ia tidak bisa
membaca pikiran setipa karakter. Ia melakukan segala hal sebatas apa yang bisa
ditangkap oleh indera, (4) sudut pencerita orang ketiga, deri filter dari satu
karakter tertentu, ia hamper sama jika anda menggunakan sudut pandang orang
pertama, hanya saja anda tidak tertutur dengan menggunakan “aku” melaikan “ia”
atau “dia” (5) sudut pandang orang ketiga tidak terbatas, dengan menggunakan
sudut pandang ini, anda berlaku sebagai tuhan unutk mengetahui apa sajayang
tampak maupun tersembunyi didalam hati setiap karakter dalam cerita anda.
g) Amanat
Karya sastra selain berfungsi sebagai hiburan bagi pembacanya, juga berfungsi
sebagai sarana pendidikan. Dengan kata lain, pengarang selain ingin menghibur
pembaca (penikmat) juga ingin mengajari pembaca. Melalui amanat, pengarang
dapat menyampaikan sesuatu, baik hal positif maupun negative. Denga kata lain,
amanat adlah pesan yang ingin disampaikan pengarang perupa pemecahan atau
jalaln keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Pendapat tersebut sama
dengan pendapat bahwa amanat adalah pesan atau amanat yang ingin disampaikan
pengarang dalam bentuk tulisan.
17
Amanat dapat disampaikan secara implisit dan eksplisit, diaman biasanya
meberikan manfaat dalam kehidupan secara peraktis maka amanat itu menyorot
pada masalah manfaat yang dapat dipetik dari cerita yang dibaca, oleh karna
sebuah karya sastra yang jelak sekalipun akan memberikan manfaat kepad kita,
jika kita mampu memetic manfaatnya.
18
2) Media Audio Visual Tidak Murni (Media Audiovisual Diam)
Audiovisual yang tidak murni yaitu media yang unsur suara dan
gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Audiovisual tidak murni
ini sering disering juga disebut audiovisual diam plus suara yaitu
media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti: film bingkai
suara (sound slide).
19
Kelebihan dan kekurangan film media audio visual gerak.
a) Keuntungan atau manfaat film sebagai media pengajaran antara lain:
(1) Film dapat mengambarkan suatu proses, misalnnya proses
pembuatan suatu keterampilan tangan dan sebagainya.
(2) Dapat menimbulakn kesan ruang dan waktu
(3) Pengambarannya bersifat 3 dimensional
(4) Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar
dalam bentuk ekspresi murni.
(5) Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat
penampilannya
(6) Kalau film dan video tersebut berwarna akan dapat menambah
realita objek yang diperagakan
(7) Dapat menngambarkan teori sain dan animasi
b) Kekurangan-kekurangan film sebagai berikut:
(1) Film bersuara tidak dapat diselinggi denga keterangan-keterangan
yang diucapkan sewaktu film diputa, penghentian pemutaran akan
mengganggu kosentrasi audien.
(2) Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalua film diputar
terlalu cepat.
(3) Apa yang telah lewat sulit untuk diulang kecuali memutar kembali
secara keseluruhan.
(4) Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.
Kelebihan dan kekurangan video sebagai media audio visual gerak
a) Kelebihan video
(1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari
rangsangan yang lainnya.
(2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat
memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis
(3) Demontrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya,
sehinggah dalam waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan
penyajiannya
20
(4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
(5) Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi kometar
yang akan didengar.
(6) Guru bisa mengatur dimana diakan menghentikan Gerakan gambar
tersebut, artinya control sepenuhnya ditangan guru.
(7) Ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikannya.
b) Kekurangan video
(1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan.
(2) Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan
pencarian bentuk umpan balik yang lain.
(3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna.
(4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks
Kelebihan dan kekurangan televisi sebagai media audio visual gerak
a) Kelebihan televisi:
(1) Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang
sebernya.
(2) Mempeluas tinjauan kelas, melintasi berbagi daerah atau berbagai
negara
(3) Dapat menciptakan kembali peritiwa masa lampau.
(4) Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beranika
ragam.
(5) Banyak mempergunakkan sumber-sumber masyarat.
(6) Menarik minat anak
(7) Dapat melatih guru, baik dalam pre-serviesmaupun dalam intervice
training.
(8) Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian
mereka terhadap sekolah.
b) Kekurangan-kekurangan televisi
(1) Televisi hanya mampu menyajikan satu arah
21
(2) Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada
kesempatan utuk memahami pesan-pesannya sesuai dengan
kemampuan individual siswa.
(3) Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi tayanyan TV sebelum
disiarkan
(4) Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehinggga
sulit bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang
disiarkan
(5) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi
dengan guru
2) Kelebihan media audio visual diam
Kelebihan film bingkai sebagai media Pendidikan adalah:
(1) Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan keseluruh siswa secara
serentak
(2) Perhatian anak-anak dapat dipusatkan pada satu butir tertentu
(3) Fungsi butir penonton dirangsang dan dikembangnkan secara bebas
(4) Film bingski berada dibawah control guru
(5) Dapat dilakukan secara klaksikal maupun individu
(6) Penyimpanannya muda (parktis)
(7) Dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan ruang, waktu dan indera
(8) Mudah direvisi/diperbaiki, baik visual maupun audionya
(9) Relatif sederhana dan murah dibandingkan dengan media TV atau film
(10) Program dibuat dalam waktu singkat.
22
didik memahami materi menulis cerpen, maka calon peneliti mencoba,
menggunakan media audio visual dengan tujuan agar siswa dapat terlibat aktif
dalam kegiatan belajar karena media ini dapat merangsang imajinasi berusaha
untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons siswa dalam
pembelajaran, serta membangkitkan semangat dan mengurangi rasa bosan dalam
proses pembelajaran.
23
SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara, dapat meningkat setelah siswa
mengikuti pembelajaran menulis puisi berdasarkan pengalaman melalui
media audio visual. Pembelajaran ini jjuga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa didalam proses pembelajaran.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yaitu penelitian praktis yang dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran di
kelas. Wibawa (dalam Taniredja, 2013: 15) mengatakan bahwa “penelitian
Tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah
actual yang dihadapi oleh guru dilapangan” penelitian ini merupakan salah satu
upaya guru dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki
dan atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Pelaksaan penelitian ini
melalui proses pengkajian Bersama yang terdiri dari empat tahap yaitu,
perencanaan, Tindakan, observasi dan refleksi.
Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guru dapat mengembangkan model-
model mengajar yang bervariasi, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif,
serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai. Sehingga
diharapkan proses pembelajaran dikelas tidak membosankan dan menyenangkan
bagi siswa.
25
menunjukan bahwa di kelas ini. Pertama kurangnya keaktifan peserta didik dalam
menerima pembelajaran baik dalam memberikan tanggapan Ketika guru
memberikan pertanyaan atau soal diskusi. Kedua kurang terciptanya suasana yang
gembira dalam proses pembelajaran, hal ini mengakibatkan peserta didik bosan
dalam menerima pembelajaran.
26
3.4.1 Siklus 1
3.4.2 Tahap perencanaan
1) Guru dan peneliti melakukan kegiatan diskusi untuk meyamakan persepsi
tentang pokok Bahasa menulis cerpen yang akan dibahas dalam peneliti
dan penerapan media audio visual
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berupa RPP, bahan,
ajar/materi
3) Membuat format observasi guru dan siswa, untuk melihat bagaimana
suasana belajar mengajar di kelas
4) Membuat alat peraga sesuai dengan materi
5) Membuat lembar kerja kelompok
6) Menyiapkan teks akhir siklus sebagai evaluasi
7) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi
3.4.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan Tindakan yakni melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan Tindakan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Kegiatan pembeljaran ini bermaksud untuk membantu siswa
dalam meningkatkan pemahaman menulis cerpen berdasarkan pengalaman.
Kegiatan Tindakan pembelajaran dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas
XI kegiatan ini rencana dilaksanakan dalam 2 siklus. Kegiatan akan berakhir
setelah seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian mencapai indicator
keberhasilan yang ditetapkan dalam memahamimenulis cerpen berdasarkan
pengalaman dengan menerapkan media audio visual.
3.4.4 Tahap Observasi
Adapun yang menjadi focus observasi adalah aktivitas guru dan siswa.
Dalam tahap ini penelitian dibantu oleh guru kelas XI SMA Negeri 1
Wawonii Tenggara untuk mengamati (bertindak sebagi guru) yang secara
langsung menerapkan pembelajaran media audio visual sambal mengisi
lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya serta melakukan observasi
terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
27
3.4.5 Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi akhir siklus
dikumpulkan dan dianalisis dalam tahap ini. Hasil analisis yang dikumpulkan
dalam tahap ini akan dipergunkan sebagai acuan untuk melaksanakakn siklus
berikkutnya.Sehingga yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan apa
yang diharpakan dan hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus 1).
Tahap refleksi meliputi kegiatan memahami, dan menyimpulkan data.
Refleksi terbagi ats dua yaitu refleksi proses dan refleksi hasil. Berikut akan
dijelaskan satu persatu:
a) Refleksi Proses: calon peneliti dan guru mendiskusikan, Tindakan peneliti
saat proses belajar belajar mengajar berlangsung dengan menerapkan
media audio visual
b) Sebagai pertimbangan apakah pembelajaran pada siklus tersebut sudah
mencapai kriteria atau tidak. Dikatakan baik apabila 767% dari
keseluruhan Langkah-langkah pembelajaran media audio visual terlaksana
c) Refleksi Hasil: calon peneliti dan guru melakukan penilaian terhadap nilai
siswa. Jika kriteria sudah tercapai maka siklus berakhir, tetapi sebaliknya
apabila hasil pencapaian siklus pertama belum sesuai dengan indicator
atau kriteria ketuntasan minimal (SKBM) yang diinginkan yakni>76
keatas yang telah direncanakan, maka calon peneliti disini dapat
melakukan perbaikan dengan cara bermusnyawarah dan berkolaborasi
dengan pengamat dalam pertemuan Bersama tentang jalan alternatif yang
baik untuk memecahkan masalah, kemudian selanjutnya dapat
direncanakan Tindakan perbaikan berikutnya melalui siklus II.
3.4.6 Siklus II
3.4.7 Tahap perencanaan
1) Guru dan peneliti melakukan kegiatan diskusi untuk mennyamakan
persepsi tentang pokok bahasan menulis cerpen yang akan dibahas
dalam penelitian dan penerapan media audio visual
2) Membuat rencana pelaksanaaa berupa RPP, bahan ajar/materi
28
3) Membuat format observasi guru dan siswa, untuk melilhat
bagaimana suasana belajar mengajar di kelas
4) Membuat alat peraga sesuai dengan materi
5) Membuat lembar kerja kelompok
6) Menyiapkan teks akhir siklus sebagai evaluasi
7) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi
3.4.4 Refleksi
Hasil observasi dikomunikasikan dengan guru Bahasa Indonesia dan observer
unutk memperoleh tanggapan tentang hasil pelasanaan Tindakan siklus II yang
29
seklaigus merupakan akhir pelaksanaan penelitian. Hasil dari kegiatan ini
merupakan sesuatu kesimpulan yang dapat digeneralisasi
30
3.6.1 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokan data aspek guru dan
aspek siswa. Tehnik yang dilakukan adalah tehnik analisi data kualitatif dan
kualitatif yang dikembangnkan oleh Miles dan Huberman data, (Latri, 2004:
25) yang terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu: (1) mereduksi data, (2)
Menyajikan data, (3) menarik kesimpulan dan evaluasi.
1) Mereduksi data adalah proses keiatan menyeleksi, memfokuskan semuma
data yang diperoleh mulai dari awal pengnumpulan data sampai
penyusunan laporan penelitian.
2) Menyajikan data adalah kegiatan mengorganisasikan hasil reduksi dengan
cara menyususn secara naratif kesimpulan informasi yang telah diperoleh
dari hasil reduksi sehingga dapat memberikan kemungkinan penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3) Menarik kesimpimpulan dan verifikasi data adalah memberikan
kesimpulan terhadap hasil penafsiran data evaluasi yangn mencangkup
pencairan makna data serta meberikan penjelasan selajutnya dilakkukan
kegiatan verifikasi yaitu menguji kebenaran, kekokohan makna-makna
yang muncul dari data.
31
3.7.1 Indikator proses
Penelitian dianggap berhasil apabila minimal 76% Langkah-langkah
metode pembelajaran sugestif imajinatif melalui media audio visual
terlaksana dengan baik.
3.7.2 Indikator Hasil
Penelitian dianggap berhasil apa bila minimal 76% siswa mendapat nilai
75 keatas dengan penetapan nilai berdasarkan rumusan penilaian:
Persentase=Sktor perolehan x 100
Skor maksimal
32