Anda di halaman 1dari 34

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN

DENGAN MENGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA


SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 WAWONII TENGGARA

PROPOSAL

OLEH:

ANGRAINI PUTRI

A1M120083

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................2

1.1Latar Belakang......................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................4

2.1 Kajian Teori .........................................................................3


2.1.1 Hakikat Menulis...........................................................3
2.1.2 Pengertian Menulis ......................................................3
2.1.3 Bentuk-bentuk Menulis................................................3
2.1.4 Tujuan Menulis ............................................................3
2.1.5 Manfaat Menulis ..........................................................3
2.2Hakikat Cerita Pendek ..........................................................3
2.2.1 Pengertian Cerita Pendek ............................................3
2.2.2 Unsur-unsur Pembangun Cerpen ................................3
2.3Media Audio Visual..............................................................3
2.3.1 Pengertian Media Audio Visual..................................3
2.3.2 Jenis-jenis Audio Visual .............................................3
2.3.3 Karakteristik Media Audio Visual ..............................3
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Audio Visual ..................3
2.4Kerangka Berpikir.................................................................3
2.5Hipotesis Tindakan ...............................................................3

BAB III METODE PENELITIAN ..............................................5

3.3 Jenis Penelitian ....................................................................4


3.3.1 Lokasi dan Jenis Penelitian..........................................4
3.3.2 Fokus Penelitian...........................................................4
3.3.3 Prosedur dan Desain Penelitian ..................................4
3.4 Identifikasi Masalah ..........................................................4
3.4.1 Siklus I...........................................................................4
3.4.2 Tahap Perencanaan .......................................................4
3.4.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan ........................................4
3.4.4 Tahap Observasi ...........................................................4
3.4.5 Refleksi.........................................................................4
3.5 Siklus II ..............................................................................4
3.5.1 Tahap Perencanaan ......................................................4
3.5.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan.......................................4
3.5.3 Tahap Observasi...........................................................4
3.5.4 Refleksi ........................................................................4
3.6 Instrumen Penelitian...........................................................4
3.7 Teknik Pengumpulan Data .................................................4
3.7.1 Teknik Analisis Data .................................................3
3.8 Indikator Keberhasilan .......................................................4
3.8.1 Indikator Proses.........................................................4
3.8.2 Indikator Hasil...........................................................4

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................5

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bahasa mempunyai beberapa fungsi Menurut Mak Halliday dalam Sumarlam


(2000:13) Bahasamempunyai tujuh fungsi yaitu funfsi instrumental dalam hal ini
nbahasa berfungsi menghasilakan konsi-kondisi-kondisi tertentu dan
menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu, fungsi regulasi yaitu bahasa
berfeungsi sebagai pengawas, pengendali atau pengatur peristiwa, fungsi
pemerian yaitu Bahasa berfungsi untuk membuat pertanyaan-pertanyaan,
menyampaikan fakta-fakta, dan pengetahuan, fungsi interksi yaitu Bahasa
berfungsi menjamin dan menetapkan ketahanan dan keberlangsungan komunikasi
serta menjalin interaksi social, fungsi perseorangan yaitu Bahasa berfungsi
memberi kesempatan kepada pembicara, untuk mengekspresikan perasaan emosi
pribadi, serta reaksi-reaksi yang mendalam, fungsi heuristic yaitu Bahasa
berfungsi untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan
mempelajari seluk-beluk lingkungannya, dan berfungsi imajinatif yaitu Bahasa
berfungsi sebagai pecinta system gagasan, atau kisah yang imainatif seperti
menuliskan cerpen, novel, dan dongeng.

Keterampilan menulis sangat dibutuhkan di dalam kehidupan yang modern


ini. Komunikasi akan lebih banyak berlangsung secara tertulis. Keterampilan
menulis merupakan ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Di
dalam dunia Pendidikan penulis mempunyai arti yang sangat penting. Siswa yang
sering menulis akan menjadi terampilan dan terarah kemampuan berekspresinya
sehingga secara tidak langsung akan mempertajam kemampuan berpikir.

Keterampilan menulis cerpen bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui


uraian atau penjelasan semata-mata. Siswa tidak akan memperoleh keterampilan
menulis hanya dengan duduk, mendengarkan penjelasan guru, dan mencatat
penjelasan guru. Keterampilan menulis cerpen dapat ditingkatkan dengan

2
melakukan kegiatan menulis cerpen secara terus-menerus sehingga akan
mempengaruhi hasil dan prestasi dalam menulis cerpen. Hasil dan prestasi akan
meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa baik pada aspek
pengetahuan, keterampilan maupun pisikomotor.

Menulis merupakan kemapuan menggunakan Bahasa untuk berkomukasi


dengan menggunakan Bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa
tulis. Kata menulis mempunyai dua arti. Pertama, menulis berarti kegiatan
mengungkapkan gagasan secara tertulis (Wiyanto 2004:3). Kemampuan menulis
merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, semakin rajin
berlatih, kemampuan menulis akan meningkat. Untuk itu keterampilan menulis
siswa perlu ditumbuhkembangkan.

Dalam perkembangan Bahasa dan satra Indonesia sesuia kurikulum tingkat


satuan Pendidikan, pemerintah menghendaki terwujudnya suasana yang menarik
agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya, salah satu pembelajaran yang
dapat mengembangkan potensi siswa adalah menulis sebuah cerpen.

Cerpen merupakan cerita fiksi yang berbentuk prosa yang relatif pendek ruang
permasalahannya yang menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh
yang paling menarik perhatian pengarang dan keseluruhan cerita memberikan
kesan tunggal.

Tetapi keterampilan menulis cerpen yang diajarkan selama ini masih


menggunakan metode konvesional yang kurang menarik, membosankan dan
hanya berorientasi pada teori dan pengetahuan semata, seperti pembelajaran
menulis cerpen pada siswa kela XI SMA NEGERI 1 WAWONII TENGGARA.
Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengebangkan
keterampilannya menulis cerpen, hambatan-hambatan tersebut yaitu daya
imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerpen
kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema dan kurang dapat mengembangkan
ide sehingga nilai siswa SMA NEGERI 1 WAWONII TENGGARA dalam
menulis cerpen khususnya kelas XI belum menunjukan keberhasilan dalam

3
pembelajaran menulis cerpen, hal ini ditunjukan dengan masi banyak siswa yang
mendapat nilai dibawah 65, yaitu rata-rata nilai kelas 52,57 dengan 6 siswa atau
14,29 dengan nilai 65-75 dengan kategori nilai cekup baik dan siswa yang
mendapat nilai kurang dari 65 dengan kategori kurang sebanyak 36 siswa atau
85,71% sedangkan hasil yang ingin dicapai adalah nilai siswa minimal 75.

Pembelajaran menulis cerpen perlu adanya beberapa inovasi. Hal tersebut dapat
dilakukan pada teknik pengajaran, metode, dan media yang digunakan untuk
menyampaikan materi agar lebih memberdayakan siswa dan memanfaatkan
teknologi yang semakin berkembang dewasa ini. Di sini peneliti mencoba
meneliti penggunaan media audio visual sebagai sarana untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting.
Secara umu fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya Sudjana dan Rivai dalm Kusworosi
(2007:2) Selain itu, media pembelajaran dapat menambah evektivitas komunikasi
dan interaksi antara pengajar dan pembelajar (Pranggawidagda dalam Murdiati,
2002:35).

Penelitian menggunakan media audio visual yang menampilkan sebuah film,


karena media audio visual merupakan salah satu media yang dapat dingunakan
dalam pemelajaran menulis cerpen. Media ini dapat membantu siswa dalam
belajar menulis cerpen karena media audio visual yang digunakan dalam
penelitian ini berupa video compact disc merupakan perpaduan antara media suara
(audio) dan media gambar (visual) yang dapat membantu guru dalam
menyampaikan materi pembelajarannya dan dapat digunakan untuk merangsang
daya imajinasi siswa sehingga siswa dapat dengan mudah menuangkan gagasan-
gagasan dan ide-idenya kedalam sebuah rangkaian kata-kata indah singgah
menjadi sebuah cerita yang dapat dinikmati.

4
Media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu audio visual
berupa film. Pemilihan film (media audio visual) sebagai media dalam
pembelajaran menulis cerpen didasarkan pada alas an-alasan berikut: (1) pada
usianya yang masi tergolong remaja kebanyakan siswa SMA menyukai film,
sehingga dengan media ini diharapkan dapat menstimulasi siswa untuk
menghasilkan karya terbaiknya dan dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, (2) film merupakan sarana hiburan yang menyenangkan dan dapat
menciptakan kepuasan, kebahagiaan dan keharuan bagi yang menikmatinya, (3)
film mengisahkan sebuah cerita yang berawal dari naskah yang diperankan oleh
tokoh, baik mengenai kehidupan pengalaman ataupun sebuah peristiwa, dengan
film tersebut dapat diketahui alur dan temanya yang akan mempermudah siswa
dalam menulis cerpen kemudian siswa diberikakan pertanyaan oleh guru yaitu”
bagaimana jika menjadi tokoh dalam cerita?

Keterampilan menulis cerpen melalui teknik pemanfaatan pertanyaan


“babaimana jika menjadi tokoh dalam cerita “dengan media audio visual
diasumsikan dapat mengatasih permasalahan siswa dalam pembelajaran
keterampilan menulis cerpen. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian
Tindakan kelas sekaligus sebagai bahan penyususan proposal dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Audio Visual Pada
Siswa X1 SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara Tahun Ajaran 2009/2010)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dicari
jawababnya melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah pengunaan media audio visual mampu meningkatkan keterampilan


menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wawonii Tengara
2. Apakah penggunaan media audio visual mampu merubah tingkah laku
(memotivasi) siswa dalam pembelajaran menulis cerpen?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah unutk mengungkapkan hal-hal sebagai berikut

5
1.Meningkatkan keterampila menulis cerpen dengan media audio visual pada siswa
kelasXI SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara Tahun Ajaran 2009/2010
2. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen dengan media audio
visual pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara Tahun Ajaran 2009/201

1.4 Manfaat Penelitian


2 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Memberikan sumbangan yang berharga bagi pengembangan metode, teknik, atau strategi
pembelajaran keterampilan menulis, khususnya menulis cerpen
b. Menjadi bahan kajian atau diskusi dalam upaya mencari strategi pembelajaran
keterampilan menulis.
3 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut
a. Memberikan kemudahan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran keterampilan
menulis cerpen
b. Memberikan kemudahan bagi siswa untuk menemukan ide-ide secara cepat agar
dituangkan dalam sebuah cerpen.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kajian teori
2.1.1 Hakikat menulis
2.1.2 Pengertian Menulis

Menurut Hayon (Munirah, 2015:1) menulis adalah segala perihal yang berkaitan
dengan perihal menulis. Menulis ada hubungannya dengan orang yang menulis, bahan
yang ditulis dan masnyarakat sebagai sasaran pembaca. Itulah dunia kepenulisan yang
saling berkaitan satu sama lainnya.

Suparno dan Yunus (Munirah, 2015:2) mendefinisikan menulis sebagai suatu


kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan Bahasa tulis sebagai
alat dan medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam satu tulisan.
Tulisan merupakan suatu simbol atau lambing Bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainy. Komunikasi tulis mencangkup empat unsur yang terlibat, penulisan sebagai
penyampaian pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran berupa media penulisan, dan
pembaca sebagai penerima pesan.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk


berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan eksprestif. Menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik tersebut kalua mereka memahami
Bahasa dan gambaran grafik itu. Taringan (Munirah 2015:4).

Menurut Dalman (2012:1) menulis adalah menjelmakan bahasa lisan, mungkin


menyalin atau melahirkan pikiran, atau perasaaan seperti mengarang, membuat surat,
membuat laporan, dan sebagainya. Menulis merupakan sebuah proses kreatif
menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya memberi tahu,
menyakinkan, atau mengnhibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah
karangan ataua tulisan. Kedua istilah tersebut mengacuh pada hasil yang sama meskipun
memiliki pegertian yang berbeda. Dalam kegiatan menulis proses penyampaian informasi

7
secara tertulis berupa hasil kreatif, tidak monoton dan tidak terpusat pada satu pemecahan
masalah saja. Dengan demikian penulis dapat menghasilkan berbagai bentuk dan warnah
tulisan yang kreatif sesuai dengan tujuan dan sasaran tulisannya dengan meningkatkan
keterampilan menulis yang dimilikinya.

Selanjutnya, Wijayanto (Munirah, 2015:2) menambahkan bahwa menulis adalah


mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan
penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Tulisan dibuat untuk dibaca orang lain agar
gagasan yang disampaikan dapat diterimah oleh pembaca.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang
mempunyai beberapa komponen mulai dari hal sederhana, seperti memilih kata, merakit
kalimat, sampai kehal-hal yang rumit, yaitu merakit paragraf sampai menjadih wacana
yang utuh. Disamping itu, penulis harus juga kreatif dalam menyampaikan gagasan yang
segar bagi pembaca setianya.

2.1.3 Bentuk-bentuk Menulis


Bedasarkan siafat dan cara penyajiannya dikennal empat jenis menulis yaitu;
1). Eksposisi
Syafi’ie (Munirah, 2015:10) menyatakan bahwa eksposisi adakah wacana berusaha atau
menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca.
Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis dan
saling bertautan dengan maksud untuk mejelaskan suatu ide, istilah, masalah,
proses, unsur-unsur sesuatu, hubunngan sebab akibat, dan sebagainya.
Wacana ini dapat mejelaskan dan meberikan keterangan, serta dapat
menghubungkan gagasan agar menjadi luas dan mudah dimengnerti.
2). Deskripsi (lukisan)
Menurut Syafi’ei (Munirah, 2015-11) deskripsi ialah tulisan yang melukiskan
sesuatusesuai dengan sebenarnya, seinggah pembaca dapat mecitrai (melihat,
mendengar, mencium, dan merasakan) yang dilukiskan itu sesuai dengan
citra penulisannya.
3). Argumentasi (dalihan)
Supriyadi (Munirah, 2015:13) menyatakan bahwa argumentasi adalah suatu jenis
wacana atau tulisan yang memberikan alasan dengan contoh dan bukti yang
kuat serta menyakinkan agar pembaca terpengaruh dan membenarkan

8
pendapat, gagasan, sikap, dan kenyakinan penulis, sehingga mau berbuat
sesuai dengan kemauan penulis.
Menurut Gorys Keraf (Susi P, 2012:15) argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang
berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka
percaya dan bertindak sesuai yang diinginkqn penulis.
4). Narasi (Kisahan)
Supriyadi (Munirah, 2015:1) menyatakan bahwa wacana narasi adalah rangkaian
tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian melalui tokoh
atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan, pendengar atau
pembaca.
Suparno dan mohammad Yunus (Susi P, 2012:13) narasi adalah karangan yang
berusaha menyajikan atau menyampaikan serangkaian peristiwa menurut
urutan terjadinya (kronologi) dengan maksud memberi inti kepada sebuah
atau serentetan kejadian sehinggah pembaca dapat memetic hikma dari cerita
tersebut.

2.1.3 Tujuan Menulis


Tujuan penulisan yang dikemukakan oleh Hugo Hartig ditulis oleh Tarigan (2008:25)
adalah:
1). Tujuan penugasan (Assigment purpose)tujuan penulisan ini sebenarnya tidak
mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas
kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekertaris
ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat)
2). Tujuan altruistik (Altruitic purpose)penulis bertujuan untuk menyenakan para
pembaca,menghargai perasaan dan penalarannya, ingin menolong para pembaca
memahami, menghargai perasaan, ingin membuat hidup para pembaca lebih muda dan
lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara
tepat guna kalua dia percaya, baik secara sadar mauppun tidak sadar bahwa pembaca
atau penikmat karyanya adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci
keterbacaan suatu tulisan.
3) Tujuan persuasif (persuasive perpose). Tulisa yang bertujuan menyakinkan para
pembaca akan kebenaran yang di utarakan.
4) Tujuan penerapan (informational porpose), yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan penerangan-penerangan kepada para pembaca.

9
5) Tujuan pernyataan diri (self-ekspresive purpose). Tulisan yang bertujuan
memperkenalkan atau menyata diri kepada pembaca melalui tulisannya, pembaca dapat
memahami sang penulis.
6) Tujuan kreatif (creative purpose. Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan
pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif disini melibihi pernyataan diri dan melibatkan
dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic, atau seni yang ideal, seni idaman.
Tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistic, nilai-nilai kesenian.
7) Tujuan pemesahan masalah (problem-solving purpose).Dalam tulisan seperti ini
penulis ini ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan,
menjernikah pikiran-pikiran dan gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima
oleh para pembaca.

2.1.5 Manfaat Menulis


Bagi sebagian orang menulis merupakan hal yang sulit dilakukan terutama untuk
memulainya. Tetapi di samping persoalan sulitnya menulis terdapat banyak manfaat dari
menulis itu sendiri bila ingin melakukan dan terus melatihnya terutama bagi siswa.
Sepertiyang diungkapkan oleh Tarigan (Ramadhan, 2015:19) “menulis sangat penting
bagi Pendidikan karena memudahakn para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita
berpikir kritis, Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-
hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah
yang kita hadapi, Menyusun urutan bagi pengalaman.” Selain itu, manfaat lain bagi
menulis adalah membuat kita dapat berpikir lebih kritis tentang suatu hal yang besar
ataupun kecil sekalipun, dan merekontrusi hal tersebut menjadi tulisan yang baik dan
menarik.
Menulis merupakan peranan yang sangat penting bagi manusia yang selalu
dituntut untuk bersosialisasi dengan orang lain, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
aktivitas merekonstruksi hal tersebut menjadi tulisan yang baik dan menarik.
Menulis merupakan peranan yang sangat pentingn bagi manusia yang selalu
dituntut untuk bersosialisasi dengan orang lain, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
aktivitas menulis. Komaidi (Ramadhan, 2015:9) menyebutkan beberapa manfaat dari
aktivitas menulis sebagai berikut:
1) Kalau kita ingin menulis pasti menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih
kepekaan dalam realitas disekitar.

10
2) Kegiatan menulis mendorong kita unutk mencari referensi seperti buku,
majalah, koran, jurnal dan sejenisnya.
3) Aktivitas menulis yang dilakukan dapat membuat seseorang terlatih untuk
meyusun argument secara runtut, sistematif dan logis.
4) Menulis secara pisikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stress
seseorang.
5) Hasil tulisan yang dimuat oleh media massa atau diterbitkan olah suatu penerbit
kita akan mendapatkan kepuasan batin karena tulisannya dianggap bermanfaat
bagi orang lain, selain itu juga memperoleh honorarium(penghargaan) yang
membantu kita secara ekonomi.
6) Kegiatan menulis dapat memberikan keunutngan tersediri bagi seorang penulis.

2.2 Hakikat Cerita Pendek


2.2.3 Pengertian Cerita Pendek
Kurniawanti (2009:20) menyatakan bahwa cerpen adalah kisah atau cerita yang
diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan peranan, latar, serta tahapan dan
rangkainan cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
menjalin suatu cerita.

Nurgiantoro (Agustara, 2013:13) menyatakan bahwa cerpen adalah sebuah


ceritaselesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai
dua.

Nursisto (Kurniawanti, 2009: 19) Mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang
pendek. Tetapi, mengandunng emosi yang mendalam pada setiap karakter tokoh
dalam sebuah cerita yang mampu membuat para pembacanya tersentuh.
Pariati (2008: 263) menyatakan cerpen atau singkatan dari cerita pendek,
meruapakan cerita yangn bersih gagasan, pikiran, pengalaman kepada pembacanya.
Cerpen biasanya ditulis secara bebas (prosa) dan merupakan karia rekaan (fiksi)
dari pengarangnya. Dengan cerita orang masuk kedalam pengalaman orang lainnya
di media masa. Dengan maksud kepengalaman orang lain, pembaca dibawah
keseluk-beluk perasaan yang beragam, pemikiran-pemikiran baru yang penting,
pengetahuan yang unik serta sikap hidup yang mungkin bisa menyegarkan.
Pariati (2008: 264) menambahkan bahwa cerita pendek biasanya memberikan
kepada pembacanya lebih dari batas pengetahuan, karena ia membawa pembacanya

11
langsung kedalam pengalaman dan imajinasi pengarangnya. Jadi karya fiksi seperti
cerpen biasanya merupakan saringan pengalaman yang penting dari pengarangnya
dan bukan kebenaran atas segalanya.
Dari beberapa pendapat teersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita
pendek adalah sebuah karangan fiksi yang berbentuk prosa yang tidak terlalu
panjang, cerita pendek biasanya bercerita tentang pengalaman seseorang atau
berdasarkan khayalan/imajinasi pengarang. Seorang penulis akan menceritakan
sebuah gambaran atau peristiwa yang seolah-olah terjadi seperti kejadian yang
benar-benar terjadi, yang mampu membuat pembacanya asuk kedalam cerita
tersebut.

2.2.4 Unsur-unsur Pembangun Cerpen


Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat
antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun
tersebut membentuk totalitas amat menetukan keindahan dan keberhasilan cerpen
sebagai suatu bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas unsur
instrinsik dan unsur ekstrinsik
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang berada dalam karya sastra, sedangkan
unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada dilauar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung memengaruhi cerita sebuah karya. Unsur-unsur ekstrinsik cerpen
adalah sebagai berikut:
1) Keadaan subjektivitas pegarang yang memiliki sikap, keyakinan dan
pandangan hidup.
2) Psikologi pengarang (mencangkup proses kreatifnya), pisikologi
pembaca dan prinsip-prinsip pisikologi dalam satra.
3) Keadaan dilungkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan
social.
4) Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni lainnya.

Laksana (Ana Rediati, 2011: 26) berpendapat bahwa cerpen atau


cerita fiksi yang lain terdapat unsur instrinsik yang membangun
cerita fiksi dari dalam unsur instrinsik ya g dimaksud adalah tema,
alur, penokohan, latar, sudut pandang, gaya Bahasa dan amanat.

12
a). Tema
Penyajian tema dengan terlebih dahulu ditafsirkan dengan
pandangan pengarang yang kemudian diikuti dengan pemecahannya.
Bentuk pemecahannya beruapa pandangan atau pendapat pengarang
tentang bagaimana sikap kita jika menghadapi masalah tersebut.
Tema kdang-kadang disajikan secara tersurat dan tersirat. Jenis-jenis
tema dikemukakan pengarang dalam karyanya. Tema yang dimaksud
adalah tema mayor (besar, pokok) dan minor (kecil, sampingan)
Menurut Gie (Saputri, 2009: 25) tema yakni inti yang ingin
disampaikan pengarang. Tema merupakan jiwa suatu cerita. Jiwah ini
diwujudkan dengan memberinya wadah berupa rangkaian kejadian.
Menurut Nugroho (Saputri, 2009: 25) sebelum memulai menulis
cerpen tentukan dulu tema yang disajikan. Tema-tama yang lazim
dalam cerpen remaja adlah tema romantis, sedangkan tema misteri
(baik yang horror atau detektis) juga merupakan tema pilihan yang
disukai banyak remaja. Tema komedipun tak kalah menariknya.
Sebelum menulis cerpen baiknya dimulai dengan tema yang benar-
benar disukuasai, nanti setelah terbiasa bisa menggunakan tema-tema
yang lain. Nanti kalua sudah mahir dalam menulis cerpen bisa
memadukan dua atau tiga tema dalam satu cerpen.
Melengkapi pendapat diatas tema menurut Paryati (2008: 26)
merupakan ide sentral dari suatu cerita, tema biasanya berisi tentang
pokok-pokok pikiran yang akan diangkat kedalam suatu karangan.
Pengarang bukan hanya tentang menceritakan sesuatu, tetapi juga
mennyatakan sesuatau kepada pembacanya. Sesuatu yang akan
dikatakan itu bisa berupa sesuatu masalah kehidupan, pandangan
hidup, komentar dan lain sebagainy. Peristiwa atau kejadian serta
perbuatan tokoh dalam ceritanya, semuanya didasari atas idde pokok
pengarangnya.
Dari beberapa pendapattersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud tema adalah ide pokok atau gagasan atau permasalahan yang
akan dikembangkan menjadi sebuah cerita.

b) Alur atau Plot

13
Menurut Nurgiantoro (Darupsuprapti, 2015: 35) alur adlah urutan kejadian/peristiwa
dalam sebuah cerita yang disusun oleh pengarang berdasarkan urutan kaitan sebab-akibat.
Urutan peristiwa dapat dimulai dari mana saj, misalnya dari konfliknya yang telah
meningkat, tidak harus bermula dari tahap perkenalan para (tokoh) atau latar. Kalaupun
ada unsur perkenalan tokoh atau latar, biasanya kepanjangan. Berhubungan berplot
tunggal, konflik yang dibangun dari klimas yang akan diperoleh pun biasanya bersifat
tunggal juga.

Secara sederhana alur (alur cerita) didefinisikan sebagai suatu proses untuk
membangkitkan pertanyaan demi pertanyaan, ia memiliki fungsi untuk mengikat
perhatian pembaca terhadap tujuan dramatik sebuah cerita. Melalui serangkaian
Tindakan, kejadian bagi sebuah cerita, mempertahankan keingin tahuan pembaca dan
menuntun pembaca ke arah penyelesaian yang menyakinkan (Laksana, 2007: 81).

Menurut Sudarman (Prayati, 2008: 273) alur cerita atau plot merupakan rangkaian
peristiwa yang terjadi didalam suatu cerita. Alur sebagai rangkaian bagaimana perisitiwa
itu terjadi, biasanya terdiri atas: pendahuluan(peristiwa), konflik (isi) dan penyelesaian
(penutup). Jika urutan peristiwa dalam suatu cerita disajiksn sesuai dengan susuna
kejadiannya. Alurnya disebut sebagai alur mundur (flasback) atau sorot balik.

Dari beberapa pendapat tersebut peneliti simpulkan bahwa alur atau plot merupakan suatu
urutan kejadian peristiwa dalam sebuah cerita denga memperhatikan hubungan sebab-
akibat sehingga membentuk sebuah cerita yang paduh dan utuh.

c) Penokohan

Ada du acara yang sering dilakukan pengarang untuk melukis tokoh ceritanya, yaitu
dengan cara langsung dan cara tidak langsung. Disebut dengan cara langsung apabila
pengarang langsung menguraikan atau menggambarkan keadaan tokoh. Misalnya
dikatakan bahwa tokoh ceritanya cantik, tampan, atau jelek, wataknya keren, cerewet,
bibirnya tebal, rambutnya gondrong, dan sebagainya. Sebaliknya apabila pengarang
secara rersamar dalam memberitahukan wujud atau keadaan tokoh ceritanya, maka
dikatakan pelukisan tokohnya secara tidak langung. Misalnya dengan melukiskan kamar
atau tempat tinggalny, cara berpakainnya, cara berbicaranya, sikap tokoh menanggapi
suatu kejadian atau peristiwa, bagaimana tangggapan tokoh-tokoh lain dalam cerita
bersangkutan dan sebagainya. Dalam kenyataannya kedua cara tersebut biasanya dipakai
pengarang secara berganti-ganti.

14
Berdasarkan peranannya, toko dibagi menjadi dua yaitu toko utama dan toko tambahan.
Toko utama adalah toko yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita sedangkan
toko tambahan adalah toko yang memiliki peranan yang itdak penting karena
pemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung, pelaku utama,
berdasarkan wataknya, ada tokoh protagonis dan toko antagonis. Tokoh protagonis yaitu
tokoh yang memiliki watak yang baik sehinggah disenangi pembaca karena memiliki
watak yangn tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca (Aminuddin 2004:
80)

Unsur yang terpenting dalam sebuah cerpen adalah tokoh dan karakter yang menempel
pada setiap tokoh. Ada tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama bisa satu atau
beberapa orang, begitu pula dengan tokoh pendukung. Masing-masing tokoh harus berdiri
sendiri, menjadi satu sosok yang utuh dan berbeda dengan tokoh lainnya. Tokoh itu harus
khas dan berkarakter. Pengkarakteran pada tokoh sangat penting suapa tokoh terkesan
nyata dan hidu. Karakter tokoh juga terimplikasi pada dialog dan narasi yang
diperuntukkan bagi tokoh yang bersangkutan. Karakter tokoh juga bisa didapatkan
dengan mebanyangkan tokoh-tokoh yang akana ditulis merupakan orangn-orang sekitar
(Nugroho, 2007: 40)

Laksana (2007: 60) menyatakan bahwa metode yang tepat untuk mendalami karakter
dengan melakukan wawancara dengan seseorang yang dianggap berkarakter sama dengan
tokoh dalam cerpen yangn akan dibuat. Mungkin pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan tidak ada hubungannya dengan desai cerita, namun itulah yang harus dilakukan
untuk mengali informasi sebanyak-banyaknnya. Apapun jawaban mereka, hal ini garus
dilakukan untuk lebih mengenali mereka.

d) Latar (setting)

Latar yang tepat atau waktu terjadinya cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain ialah
lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa
orang tokoh pada suatu tempat. Karena manusia atau tokoh cerita itu perah dapat lepas
dari ruang dan waktu, maka tidak mungkin ada cerita tanpah latar atau setting. Kegunaan
latar atau setting dalm cerita bisanya bukan hanya sekedar sebagai petunjuk kapan dan
dimana cerita itu terjadi, melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang
ingin diungkapkan pengarang melalui ceritanya tersebut (Suahrdianto, 2009: 23)

15
Menurut Nugroho (2007: 43) latar (setting)harus ditampilkan dalam setiap cerpen. Latar
ibarat panggung dalam sebuah pertujukan drama, Ketika setiap adengan dipertontonkan.
Dalam cerpen, latar tidak hanya menunjukan pada tempat, melainkan juga waktu,
budanya, social, ekonomi, politik dan liain-lain.

Latar merupakan gambaran, suasana yang terdapat dalam sebuah cerita yang mampu
meberikan penjelasan kepada pembacanya. Selain itu, latar juga dapat memberikan
gambaran tentang nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan pengarang

Nugroho (2007: 43) menambahkan bahwa perlu pendeskripsian latar dalam cerpen
supanya cerpen tesbeut seperti kejadian sesungguhnya karena didukung oleh suasana dan
situasi yang seolah-olah nyata. Pada saat memaparkan setting, harus benar-benar
mengetahui segala aspek yang terkait didalamnya dan jangan pul bermain-main denga
waktu secara sembarangan. Latar juga bisa didapatkan dengan imajinasi dan menerka-
nerka sendiri tertapi tetap harus ada logikanya.

Dari beberapa pendapat diatas peneliti dapat menyimpilkan bahwa,


meskipunceritadalam sebuah cerpen merupakan ilusi semata tetapi, latar latar dalam
cerpen harus benar-benar sesuai dengan cerita yang ditlulis agar pembaca tidakk bingung
terhadap apa yang ingin disampaikan oleh pengarang

e) Gaya Bahasa

Menurut Jabrohim dkk. (2003: 119) gaya adalah ciri khas seorang pengarang atua
cara yang khas pengungkapan seorang pengarang meliputih pemilihan kata-kata,
penggunaan kalimat, penggunaan dialog, penggunaan detail, cara memandang persoalan
dan sebagainya.

Gaya meruapakan pemakaian Bahasa yang spesifik dari seorang pengarang.


Aminuddin (2004: 72) mengemukakan bahwa gaya Bahasa mengandunga pengertian
cara pendangan menyampaikan gagasan denga mengunakan media Bahasa yang indah
dann harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh
daya intektual dari emosi pembaca.

f) Sudut pandang (point of view)

Sudut padang, menyaran pada sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara


dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk

16
menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Denga demikian sudut pandang pada
hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengajah dipilih
pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya (Nuhriantoro dkk, 2003:
116)

Menurut Laksan (2007: 107) ada lima sudut pendang yaitu: (1) sudut
penceritaan orang pertama, penutur cerita adalaah “aku” atau “kami”. Hanyna
segala sesuatu yang didengar, dilihat, dirasakan, atau diketahui oleh sipencerita.
Denga menggunakan sudut penceritaan orang pertama ini, anda tidak bisa
melukiskan apa yang ada didalam hati atau pikiran karakter lain, (2) sudut
pencerita orang kedua, narrator mengunakan kata ganti orang “kau”, “kamu”, atau
“anda”. Seola-olah pembaca adalah pelaku dalam cerita, (3) sudut penceritaan
orang ketiga, objektif penutur cerita, melihat semua tindakan,tetapi ia tidak bisa
membaca pikiran setipa karakter. Ia melakukan segala hal sebatas apa yang bisa
ditangkap oleh indera, (4) sudut pencerita orang ketiga, deri filter dari satu
karakter tertentu, ia hamper sama jika anda menggunakan sudut pandang orang
pertama, hanya saja anda tidak tertutur dengan menggunakan “aku” melaikan “ia”
atau “dia” (5) sudut pandang orang ketiga tidak terbatas, dengan menggunakan
sudut pandang ini, anda berlaku sebagai tuhan unutk mengetahui apa sajayang
tampak maupun tersembunyi didalam hati setiap karakter dalam cerita anda.

g) Amanat

Karya sastra selain berfungsi sebagai hiburan bagi pembacanya, juga berfungsi
sebagai sarana pendidikan. Dengan kata lain, pengarang selain ingin menghibur
pembaca (penikmat) juga ingin mengajari pembaca. Melalui amanat, pengarang
dapat menyampaikan sesuatu, baik hal positif maupun negative. Denga kata lain,
amanat adlah pesan yang ingin disampaikan pengarang perupa pemecahan atau
jalaln keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Pendapat tersebut sama
dengan pendapat bahwa amanat adalah pesan atau amanat yang ingin disampaikan
pengarang dalam bentuk tulisan.

17
Amanat dapat disampaikan secara implisit dan eksplisit, diaman biasanya
meberikan manfaat dalam kehidupan secara peraktis maka amanat itu menyorot
pada masalah manfaat yang dapat dipetik dari cerita yang dibaca, oleh karna
sebuah karya sastra yang jelak sekalipun akan memberikan manfaat kepad kita,
jika kita mampu memetic manfaatnya.

2.3 Media Audio Visual


2.3.3 Pengertian Media Audio Visual
Menurut Arsyad (2017: 141) media audio dan audio visual
merupakan bentuk media pelajaran yang murah dan terjangkau.
Disamping itu, tersedia pula materi audio yangn dapat digunakan dan
dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Audio dapat
menampilkan pesan yang depat memotivasi.
Menurut Arsyad (2012: 8) menyatakan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan
dari suatu sumber secara terencana, sehinggah terjadi lingkungan belajar
yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
efisien dan efektif. Menurut Sukiman (2012: 184) media pembelajaran
berbasis audio visual adalah media penyaluran pesan dengnan
memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan. Media audio dan
audiovisual merupakan bentuk media pembelajaran yang mudah dan
terjangkau.

2.3.4 Jenis-jenis Media Audio Visual


Jenis-jenis audiovisual menurut Khuluqo (2017: 149) antara lain:
1) Media Audiovisual Murni
Audiovisual murni atau sering disebut dengan media audiovisual gerak
yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yangn
bergerak, unsur suara maupun unsur gambar tersebut berasal dari suatu
sumber film bersuara, video dan televisi.

18
2) Media Audio Visual Tidak Murni (Media Audiovisual Diam)
Audiovisual yang tidak murni yaitu media yang unsur suara dan
gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Audiovisual tidak murni
ini sering disering juga disebut audiovisual diam plus suara yaitu
media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti: film bingkai
suara (sound slide).

2.3.5 Karakteristik Media Audio Visual


Menurut Sukiman (2012: 186) teknologi audio visual cara untuk
menghasilkan atau menyampaikan materi yaitu drngan menggunakan
mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio
dan visual. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian
perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape
recordes, dan proyektor visual yang lebar. Karakteristik atau ciri-ciri
utama teknologi media audio visual adalah sebagai berikut:
1) Mereka biasa bersifat linier
2) Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis
3) Mereka dinggunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh perangcangn/pembuatnya
4) Mereka meruapakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan
abstrak
5) Mereka dikembangkan menurut prinsip pisikologi behaviorisme dan
kongnitif
6) Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingnkat pelibatan
iteraktif murid yang rendah.

2.3.6 Kelebihan dan Kekurangan Audio Visual


Menurut Sukiman (2012: 188) media audio visual mempunyai kelebihan dan
kekurangan sendiri-sendiri. Ada dua jenis media audio visual disini yaitu audio
visual gerak dan audio visual diam.
1) Kelebihan media audio visual gerak

19
Kelebihan dan kekurangan film media audio visual gerak.
a) Keuntungan atau manfaat film sebagai media pengajaran antara lain:
(1) Film dapat mengambarkan suatu proses, misalnnya proses
pembuatan suatu keterampilan tangan dan sebagainya.
(2) Dapat menimbulakn kesan ruang dan waktu
(3) Pengambarannya bersifat 3 dimensional
(4) Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar
dalam bentuk ekspresi murni.
(5) Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat
penampilannya
(6) Kalau film dan video tersebut berwarna akan dapat menambah
realita objek yang diperagakan
(7) Dapat menngambarkan teori sain dan animasi
b) Kekurangan-kekurangan film sebagai berikut:
(1) Film bersuara tidak dapat diselinggi denga keterangan-keterangan
yang diucapkan sewaktu film diputa, penghentian pemutaran akan
mengganggu kosentrasi audien.
(2) Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalua film diputar
terlalu cepat.
(3) Apa yang telah lewat sulit untuk diulang kecuali memutar kembali
secara keseluruhan.
(4) Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.
Kelebihan dan kekurangan video sebagai media audio visual gerak
a) Kelebihan video
(1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari
rangsangan yang lainnya.
(2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat
memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis
(3) Demontrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya,
sehinggah dalam waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan
penyajiannya

20
(4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
(5) Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi kometar
yang akan didengar.
(6) Guru bisa mengatur dimana diakan menghentikan Gerakan gambar
tersebut, artinya control sepenuhnya ditangan guru.
(7) Ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikannya.
b) Kekurangan video
(1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan.
(2) Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan
pencarian bentuk umpan balik yang lain.
(3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna.
(4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks
Kelebihan dan kekurangan televisi sebagai media audio visual gerak
a) Kelebihan televisi:
(1) Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang
sebernya.
(2) Mempeluas tinjauan kelas, melintasi berbagi daerah atau berbagai
negara
(3) Dapat menciptakan kembali peritiwa masa lampau.
(4) Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beranika
ragam.
(5) Banyak mempergunakkan sumber-sumber masyarat.
(6) Menarik minat anak
(7) Dapat melatih guru, baik dalam pre-serviesmaupun dalam intervice
training.
(8) Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian
mereka terhadap sekolah.
b) Kekurangan-kekurangan televisi
(1) Televisi hanya mampu menyajikan satu arah

21
(2) Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada
kesempatan utuk memahami pesan-pesannya sesuai dengan
kemampuan individual siswa.
(3) Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi tayanyan TV sebelum
disiarkan
(4) Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehinggga
sulit bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang
disiarkan
(5) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi
dengan guru
2) Kelebihan media audio visual diam
Kelebihan film bingkai sebagai media Pendidikan adalah:
(1) Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan keseluruh siswa secara
serentak
(2) Perhatian anak-anak dapat dipusatkan pada satu butir tertentu
(3) Fungsi butir penonton dirangsang dan dikembangnkan secara bebas
(4) Film bingski berada dibawah control guru
(5) Dapat dilakukan secara klaksikal maupun individu
(6) Penyimpanannya muda (parktis)
(7) Dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan ruang, waktu dan indera
(8) Mudah direvisi/diperbaiki, baik visual maupun audionya
(9) Relatif sederhana dan murah dibandingkan dengan media TV atau film
(10) Program dibuat dalam waktu singkat.

3 Pemebelajaran Menulis Cerpen Dengan Media Audio Visual


Pada penelitian ini media audio visual digunakan untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerpen. Diharapkan dengan menggunakan media audio
visual dapat membantu siswa untuk memecahkan kesulitan yang dialami Ketika
menulis cerpen.
Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual bertujuan untuk
merangsang imajinasi siswa ketika menulis cerpen. Untuk memudahkan peserta

22
didik memahami materi menulis cerpen, maka calon peneliti mencoba,
menggunakan media audio visual dengan tujuan agar siswa dapat terlibat aktif
dalam kegiatan belajar karena media ini dapat merangsang imajinasi berusaha
untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons siswa dalam
pembelajaran, serta membangkitkan semangat dan mengurangi rasa bosan dalam
proses pembelajaran.

2.4 Kerangka Berpikir


Pembahasan teoriti pada tinjauan pustaka maka diuraikan runtutan berpikir
yang melandaasi proses penelitian ini. Salah satu standar kompetensi pada
kurikulum 2013 yaitu pada pelajaran Bahasa Indonesia, aspek kompetensi menulis
akan diberikan materi pebelajaran cerepen. Kompetensi dasar yang diharapkan
dapat dicapai siswa adalah menulis cerpen dengan pilihan kata yang sesuai.
Kesulitan yang dialami siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wawonii Tengggara
dalam menulis cerpen berdasarkan hasil observasi, menjadikan peneliti memilih
lokasi penelitian disekolah ini. Kesulitan ini membuat peneliti memilih media
audio visual sebagai solusi dalam menanggani permasalahan. Mengingat
penggunaan media pembelajaran yang terbukti tingkat presentasenya lebih tinggi
dalam hal mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Kajian pustaka sebagai landasan teolitik dalam analisis temuan memuat
tentang teori menulis cerpen, media pembelajaran, dsn media audio visual.
Landasan teori ini menjadikan acuan dalam PTK yang akan dilaksanakan.
Tahapan dalam PTK yang akan dilalui (Arikunto, 2009: 16) yaitu tahap (1)
menyusun rancangan tindakan (planning), (2)pelaksanaan tindakan (acting), tahap
(3) pengamatan (observing), dan terakhir tahap (4) refleksi (reflecting). Secara
sederhana, kerangka penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

2.5 Hipotesis Tindakan


Berdasarkan paparan di atas, hipotesis dalam penelitian Tindakan
kelas ini adalah menulis cerpen berdasarkan pengalaman siswa kelas XI

23
SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara, dapat meningkat setelah siswa
mengikuti pembelajaran menulis puisi berdasarkan pengalaman melalui
media audio visual. Pembelajaran ini jjuga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa didalam proses pembelajaran.

24
BAB III

METODE PENELITIAN
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yaitu penelitian praktis yang dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran di
kelas. Wibawa (dalam Taniredja, 2013: 15) mengatakan bahwa “penelitian
Tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah
actual yang dihadapi oleh guru dilapangan” penelitian ini merupakan salah satu
upaya guru dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki
dan atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Pelaksaan penelitian ini
melalui proses pengkajian Bersama yang terdiri dari empat tahap yaitu,
perencanaan, Tindakan, observasi dan refleksi.
Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guru dapat mengembangkan model-
model mengajar yang bervariasi, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif,
serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai. Sehingga
diharapkan proses pembelajaran dikelas tidak membosankan dan menyenangkan
bagi siswa.

3.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 Lokasi
penelitian SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara dengan pertimbangan adanya: 1)
Telah diberi izin kepala sekolah 2) masalah rendahnya hasil belajar siswa 3)
disekolah ini belum pernah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan media
audio visual.
3.3.2 Subjek Dan Obyek Penelitian
Subjek dalam usulan penelitian ini adalah guru laki-laki dan siswa kelas X1
SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara tahun pelajaran 2023/2024. Jumlah siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara sebanyak 36 orang. Terdiri dari 18 siswa
perempuan dan 18 siswa laki-laki. Adapun yang menjadi alasan peneliti
mengambil subjek penelitian di kelas XI karena berdasarkan hasil observasi

25
menunjukan bahwa di kelas ini. Pertama kurangnya keaktifan peserta didik dalam
menerima pembelajaran baik dalam memberikan tanggapan Ketika guru
memberikan pertanyaan atau soal diskusi. Kedua kurang terciptanya suasana yang
gembira dalam proses pembelajaran, hal ini mengakibatkan peserta didik bosan
dalam menerima pembelajaran.

3.3.3 Fokus Penelitian


Pelaksanaan penelitian mencermati atau focus pada hasil belajar siswa pada
hasil belajar siswa. Kedua focus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fokus pada proses pembelajaran, yaitu melihat bagaimana keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan media audio visual.
2. Fokus pada hasil belajar, yaitu setelah melakukan tahap demi tahap
tentang pelaksanaan media audio visual maka hasil pembelajaran tentang
keterampilan menulis cerpen berdasarkan pengalaman dikelas XI SMA
Negeri 1 Wawonii Tenggara mengalamai peningkatan.
3.3.4 Prosedur dan Desain Penelitian
Pelaksanaan penelitian Tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus.
Adapun skema tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.4 Identifikasi Masalah
Pada tahap awal ini yang harus dilaksanakan adalah:
a. Mengidentifikasi masalah sebelum tindakan penelitian dilakukan.
Dimulai dari melakukan konsultasi dengan kepa sekolah SMA Negeri
1 Wawonii Tenggara tentang penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti
b. Melakukan diskusi dengan guru kelas XI tentang kesulitan yang
dialami oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang
keterampilan menulis cerepen berdasarkan pengalaman kemudia
peneliti mengadakan pengamatan pada kelas XI untuk mengambil data
awal

26
3.4.1 Siklus 1
3.4.2 Tahap perencanaan
1) Guru dan peneliti melakukan kegiatan diskusi untuk meyamakan persepsi
tentang pokok Bahasa menulis cerpen yang akan dibahas dalam peneliti
dan penerapan media audio visual
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berupa RPP, bahan,
ajar/materi
3) Membuat format observasi guru dan siswa, untuk melihat bagaimana
suasana belajar mengajar di kelas
4) Membuat alat peraga sesuai dengan materi
5) Membuat lembar kerja kelompok
6) Menyiapkan teks akhir siklus sebagai evaluasi
7) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi
3.4.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan Tindakan yakni melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan Tindakan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Kegiatan pembeljaran ini bermaksud untuk membantu siswa
dalam meningkatkan pemahaman menulis cerpen berdasarkan pengalaman.
Kegiatan Tindakan pembelajaran dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas
XI kegiatan ini rencana dilaksanakan dalam 2 siklus. Kegiatan akan berakhir
setelah seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian mencapai indicator
keberhasilan yang ditetapkan dalam memahamimenulis cerpen berdasarkan
pengalaman dengan menerapkan media audio visual.
3.4.4 Tahap Observasi
Adapun yang menjadi focus observasi adalah aktivitas guru dan siswa.
Dalam tahap ini penelitian dibantu oleh guru kelas XI SMA Negeri 1
Wawonii Tenggara untuk mengamati (bertindak sebagi guru) yang secara
langsung menerapkan pembelajaran media audio visual sambal mengisi
lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya serta melakukan observasi
terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.

27
3.4.5 Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi akhir siklus
dikumpulkan dan dianalisis dalam tahap ini. Hasil analisis yang dikumpulkan
dalam tahap ini akan dipergunkan sebagai acuan untuk melaksanakakn siklus
berikkutnya.Sehingga yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan apa
yang diharpakan dan hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus 1).
Tahap refleksi meliputi kegiatan memahami, dan menyimpulkan data.
Refleksi terbagi ats dua yaitu refleksi proses dan refleksi hasil. Berikut akan
dijelaskan satu persatu:
a) Refleksi Proses: calon peneliti dan guru mendiskusikan, Tindakan peneliti
saat proses belajar belajar mengajar berlangsung dengan menerapkan
media audio visual
b) Sebagai pertimbangan apakah pembelajaran pada siklus tersebut sudah
mencapai kriteria atau tidak. Dikatakan baik apabila 767% dari
keseluruhan Langkah-langkah pembelajaran media audio visual terlaksana
c) Refleksi Hasil: calon peneliti dan guru melakukan penilaian terhadap nilai
siswa. Jika kriteria sudah tercapai maka siklus berakhir, tetapi sebaliknya
apabila hasil pencapaian siklus pertama belum sesuai dengan indicator
atau kriteria ketuntasan minimal (SKBM) yang diinginkan yakni>76
keatas yang telah direncanakan, maka calon peneliti disini dapat
melakukan perbaikan dengan cara bermusnyawarah dan berkolaborasi
dengan pengamat dalam pertemuan Bersama tentang jalan alternatif yang
baik untuk memecahkan masalah, kemudian selanjutnya dapat
direncanakan Tindakan perbaikan berikutnya melalui siklus II.

3.4.6 Siklus II
3.4.7 Tahap perencanaan
1) Guru dan peneliti melakukan kegiatan diskusi untuk mennyamakan
persepsi tentang pokok bahasan menulis cerpen yang akan dibahas
dalam penelitian dan penerapan media audio visual
2) Membuat rencana pelaksanaaa berupa RPP, bahan ajar/materi

28
3) Membuat format observasi guru dan siswa, untuk melilhat
bagaimana suasana belajar mengajar di kelas
4) Membuat alat peraga sesuai dengan materi
5) Membuat lembar kerja kelompok
6) Menyiapkan teks akhir siklus sebagai evaluasi
7) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi

3.4.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan Tindakan yakni melaksanakan


proses pembelajaran sesuai dengan Tindakan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Kegiatan pembeljaran ini bermaksud untuk membantu siswa dalam
meningkatkan pemahaman menulis cerpen berdasarkan pengalaman. Kegiatan
Tindakan pembelajaran dilakukan oleh guru yang mengajar di kelas XI kegiatan
ini rencana dilaksanakan dalam 2 siklus. Kegiatan akan berakhir setelah seluruh
siswa yang menjadi subjek penelitian mencapai indicator keberhasilan yang
ditetapkan dalam memahami menulis cerpen berdasarkan pengalaman dengan
menerapkan media audio visual.

3.4.3 Tahap Observasi


Adapun yang menjadi focus observasi adalah aktivitas guru dan siswa. Dalam
tahap ini penelitian dibantu oleh guru kelas XI SMA Negeri 1 Wawonii Tenggara
untuk mengamati (bertindak sebagi guru) yang secara langsung menerapkan
pembelajaran media audio visual sambal mengisi lembar observasi yang telah
disiapkan sebelumnya serta melakukan observasi terhadap perilaku dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung

3.4.4 Refleksi
Hasil observasi dikomunikasikan dengan guru Bahasa Indonesia dan observer
unutk memperoleh tanggapan tentang hasil pelasanaan Tindakan siklus II yang

29
seklaigus merupakan akhir pelaksanaan penelitian. Hasil dari kegiatan ini
merupakan sesuatu kesimpulan yang dapat digeneralisasi

3.5 Instrumen Penelitian


Insturem penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian Tindakan kelas ini berupa tes dan nontes. Instrument es digunakan
untuk mengungkapkan data tentang keterampilan menulis cerpen dengan
menggunakakn media audio visual. Instrumen nontes yang terdiri atas pedoman
observasi dan pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik dan prosesdur pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, tes, dan dokumentasi. Tiga teknik tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Observasi
Prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data, yakni
pengamat mencatat hasil pengamatannnya terhadap aktivitas siswa, dan
aktivitas guru, dilembar observasi yang disediakan. Instrumen observasi
adalah lembar hasil observasi aktifitas siswa dan lembar observasi
aktifitas guru.
2. Prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data, yakni dengan
memberikan teks/evaluasi hasil belajar untuk mengukkur tingkat
keberhasilan belajar siswa pada setiap akhir siklus. Tes dibuat dengan
mengacu pada kopotensi dasar yang ingin dicapai.
3. Tujuan ini untuk memperoleh data secara jelas dan kokret. Pada
penelitian ini berfungsi untuk memperoleh data sekolah dan identitas
siswa, serta video, rekaman, film dan foto keadaan pembelajaran dikelas
sebelum dan sesudah penelitian yang disesuaikan denga langka-lanngkah
media audio visual.

30
3.6.1 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokan data aspek guru dan
aspek siswa. Tehnik yang dilakukan adalah tehnik analisi data kualitatif dan
kualitatif yang dikembangnkan oleh Miles dan Huberman data, (Latri, 2004:
25) yang terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu: (1) mereduksi data, (2)
Menyajikan data, (3) menarik kesimpulan dan evaluasi.
1) Mereduksi data adalah proses keiatan menyeleksi, memfokuskan semuma
data yang diperoleh mulai dari awal pengnumpulan data sampai
penyusunan laporan penelitian.
2) Menyajikan data adalah kegiatan mengorganisasikan hasil reduksi dengan
cara menyususn secara naratif kesimpulan informasi yang telah diperoleh
dari hasil reduksi sehingga dapat memberikan kemungkinan penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3) Menarik kesimpimpulan dan verifikasi data adalah memberikan
kesimpulan terhadap hasil penafsiran data evaluasi yangn mencangkup
pencairan makna data serta meberikan penjelasan selajutnya dilakkukan
kegiatan verifikasi yaitu menguji kebenaran, kekokohan makna-makna
yang muncul dari data.

3.7 Indikator Keberhasilan


Untuk indicator keberhasilan dalam penelitian Tindakan kelas ini meliputi
indicator proses dalam penerapan media audio visual. Saat proses
pembelajaran berlangsung diamati serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
oleh guru dalam hal ini adalah peneliti yang sedang melaksakan penelitian dan
siswa dengan indicator penilaian yang terdiri kategori baik, cukup dan kura
nng menurut jamarah (2006). Sesuai dengan tehnik analisi data dan focus
penelitian yang mencermati proses dan hasil belajar maka, indicator yang
ditentukan untuk mengukur keberhasilan terhadap hasil belajar. Kedua
indicator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

31
3.7.1 Indikator proses
Penelitian dianggap berhasil apabila minimal 76% Langkah-langkah
metode pembelajaran sugestif imajinatif melalui media audio visual
terlaksana dengan baik.
3.7.2 Indikator Hasil
Penelitian dianggap berhasil apa bila minimal 76% siswa mendapat nilai
75 keatas dengan penetapan nilai berdasarkan rumusan penilaian:
Persentase=Sktor perolehan x 100
Skor maksimal

32

Anda mungkin juga menyukai