Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340436006

TEKNIK MENGHITUNG KADAR HEMOGLOBIN MENGGUNAKAN METODE


SAHLI

Article · April 2020

CITATIONS READS

0 51,504

1 author:

Muhammad A'tourrohman
Walisongo State Islamic University
21 PUBLICATIONS 9 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

analisis enzim pencernaan View project

All content following this page was uploaded by Muhammad A'tourrohman on 04 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEKNIK MENGHITUNG KADAR HEMOGLOBIN MENGGUNAKAN

METODE SAHLI

Muhammad A’tourrohman*

Laboratorium Biokimia
Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo
*Corresponding Author: athoqsara11@gmail.com

Abstrak. Darah merupakan cairan yang terdapat dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai
jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Penelitian ini menggunakan metode Sahli. Langkah kerjanya, diambil larutan HCL
0,1 N kedalam tabung sampai ukuraan angka 2. Diambil sampel darah dari probandus. Darah
disedot dengan alaat penghisap sampai tanda batas yang telah ditentukan. Darah dimasukkan
kedalam tabung yang berisi HCL 0,1 N. Ditambah aquades menggunakan pipet tetes sampai
warna sampel berubah atau sama dengan warna standar yang ada pada alat tersebut. Dibaca
tinggi permukaan cairan pada tabung pengukur, dibandingkan dengan Hb normal. Dari semua
sampel yang telah diamati, ada yang kadar Hb nya tidak normal, mendekati normal bahkan
ada yang melebihi batas normal. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, seperti kondisi
tubuh yang kurang fit/stabil karena sedang berpuasa, kemudian bisa jadi kesalahan saat
membaca angka penetapan kadar Hb (human error).
Kata Kunci: Hemoglobin, Haemometer, Probandus

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darah merupakan suatu suspense partikel dalam suatu larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit.[3] Darah mempunyai peran penting dalam proses sirkulasi. Secara
umum, fungsi darah adalah sebagai alat transportasi zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan
oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolism dan juga untuk sebagai
pertahanan tubuh dengan mengedarkan antibody dan sel darah putih.[1] Hemoglobin
merupakan metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah merah
dan dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organic dengan atom besi. Hemoglobin
memiliki afinitas yang sangat tinggi terhadap oksigen dan dengan oksigen itu akan
membentuk oxihemoglobin di dalam eritrosit.[3]
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan
sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen padaa darah. Jumlah hemoglobin normal adalah

1
kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah. Batas nilai hemoglobin untuk seseorang sukar
ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO
(World Health Organization) telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan
umur dan jenis kelamin.[1]
Tabel 1.1 Batas Kadar Hemoglobin
Kelompok Umur Batas Nilai Hb (gr/dl)
Anak 6 bulan-6 tahun 11,0
Anak 6 tahun-14 tahun 12,0
Pria Dewasa 13,0
Ibu Hamil 11,0
Wanita Dewasa 12,0

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan


tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan
dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen: menerima, menyimpan dan
melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di
dalam hemoglobin.[4]
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain:
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam
jaringanjaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringanjaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran
kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti
kekurangan darah yang disebut anemia.
Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling
sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme.
Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera
bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin
yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya

2
dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan,
yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara
pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang
membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di
samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat
mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang
belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih
memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih hasilnya dapat diandalkan.[4]
Tujuan Penelitian

Menentukan kadar hemoglobin (Hb) dengan metode Sahli

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian sederhana Fisiologi Hewan tentang teknik mengukur kadar hemoglobin
menggunakan metode sahli ini dilaksanakan pada hari senin, 5 Mei 2019 bertempat di
Laboratorium Biokimia UIN Walisongo Semarang.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian sederhana ini adalah Haemometer,
mikrohematrokit, gelas beker, pipet tetes, lanset, dan alat penyedot darah. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah darah probandus, alkohol 70%, aquadess, dan HCL 0,1 N.
Cara Kerja
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum. Diambil
larutan HCL 0,1 N kedalam tabung sampai ukuraan angka 2. Diambil sampel darah dari
probandus. Darah disedot dengan alaat penghisap sampai tanda batas yang telah ditentukan.
Darah dimasukkan kedalam tabung yang berisi HCL 0,1 N. Ditambah aquades menggunakan
pipet tetes sampai warna sampel berubah atau sama dengan warna standar yang ada pada alat
tersebut. Dibaca tinggi permukaan cairan pada tabung pengukur, dibandingkan dengan Hb
normal.

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Osmotik Eritrosit

No. Nama Jenis Kelamin Umur Kadar Hb


Probandus
1. Atho L 18,5 tahun 7 g/dl

2 Niam L 21,5 tahun 12,8 g/dl

3 Farid L 20 tahun 10,8 g/dl

4 Ayu Alfi P 19,5 tahun 13,29 g/dl

5 Afrizal L 20 tahun 9 g/dl

6 Ulwi P 20 tahun 9 g/dl

7 Fatim P 19,5 tahun 9 gr/dl

8 Sinta P 20 tahun 20,2 g/dl

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai kadar hemoglobin yang telah diperoleh dari
8 sampel dengan 4 sampel laki-laki dan 4 sampel perempuan, ternyata ada kadar hemoglobin
yang tidak sesuai dengan batas normal kadar hemoglobin. Menurut Rastogi (1976) normalnya
jumlah Hb pada wanita adalah 13,8 gr/100ml dan 15,4 gr/100ml pada laki-laki. Probandus
pertama (Atho) kadar Hb-nya termasuk rendah yaitu 7 gr/dl. Hal ini disebabkan karena
probandus kekurangan zat besi (Fe), menurut informasi, probandus tidak suka makan sayur-
sayuran, sehingga nilai gizinya kurang terpenuhi.

Probandus kedua (Niam) kadar Hb-nya diindikasikan normal dengan kadar 12,8 gr/dl.
Dengan umur 21,5 tahun maka ini sesuai dengan data WHO bahwa pada pria dewasa Hb
normalnya adalah 13 gr/dl. Probandus ketiga (Farid) memiliki Hb !0,8 gr/dl, kadar Hb
tersebut diindikasikan kurang dari batas normal. Untuk batas normal laki-laki dewasa adalah

4
13 gr/dl. Hal ini dapat disebabkan karena probandus memiliki aktivitas merokok. Menurut
Campbel (2004) Salah satu factor rendahnya Hb adalah merokok.

Probandus Keempat (Ayu) memiliki Hb 13,29 gr/dl, dengan kadar tersebut maka nilai
Hb-nya diindikasikan normal. Karena menurut Isnaeni (2006) normalnya jumlah Hb pada
wanita adalah 13,8 gr/100ml. Hal ini terjadi karena probandus memiliki tubuh yang sehat,
gizi terpenuhi dan aktivitas tubuh normal. Sedangkan pada probandus kelima, keenam dan
ketujuh (Afrizal, Ulwi, Fatim) memiliki kadar Hb yang sama yaitu 9 gr/dl. Afrizal (laki-laki)
memiliki kadar Hb 9 gr/dl termasuk dalam golongan Hb rendah. Karena pada laki-laki
dewasa batass normal Hb-nya adalah 13 gr/dl. Sedangkan pada probandus Ulwi dan fatim
juga terindikasi memiliki Hb yang rendah. Karena normalnya untuk perempuan dewasa
adalah 12 gr/dl. Pada probandus terakhir (Sinta) memili kadar Hb sebesar 20,2 gr/dl,
probandus ini memiliki kadar Hb yang sangat tinggi dibandingkan probandus lainnya. Dari
semua sampel yang telah diamati, ada yang kadar Hb nya tidak normal, mendekati normal
bahkan ada yanag melebihi batas normal. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, seperti
kondisi tubuh yang kurang fit/stabil karena sedang berpuasa, kemudian bisa jadi kesalahan
praktikan saat membaca angka penetapan kadar Hb.

Pengukuran kadar hemoglobin ini menggunakan metode Sahli. Pada metode Sahli,
hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang
ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl
membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat.
Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata
telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah
adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran
sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang
membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh.

Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode ini
hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian
bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah.
Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang
membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini
masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya.[4]

5
KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa dalam mengukur
kadar hemoglobin dapat menggunakan metode sahli. Metode Sahli merupakan metode
estimasi kadar hemoglobin yang tidak teliti, karena alat hemoglobinometer tidak dapat
distandarkan dan pembandingan warna secara visual tidak teliti. Metode sahli juga kurang
teliti karena karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin tidak dapat diubah
menjadi hematin asam. Prinsip metode ini adalah hemoglobin diubah menjadi hematin asam
kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standart warna pada alat
hemoglobinometer. Dalam penetapan kadar hemoglobin, metode sahli memberikan hasil 2%
lebih rendah dari pada metode lain.

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya ucapkan banyak terimakasih kepada Laboratorium Biokimia yang telah


memberikan fasilitas untuk melakukan praktikum, serta terima kasih pada asisten
pembimbing praktikum yang telah membimbing saya sehingga dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: PT Kanisius
[2] Campbell, N. A., Reece, J. B. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
[3] Tyas, Dian Ayuning dan Bekti Sulistya Utami. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Semarang:UIN Walisongo.
[4] Rastogi, S.C. 1976. Essentials of Animal Physiology. UK: New Age International Publishers.

6
7

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai