Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PENGAMATAN KHAMIR DAN JAMUR BENANG

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Pramesti Dewi, M. Si.

Asisten Dosen :
1. Ahmad Faiz
2. Dyah Ayu RS

Disusun oleh:
Nadaa Ulayya (4411420040)

PROGRAM STUDI BIOLOGI MURNI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
LAPORAN MIKROBIOLOGI
21 April 2021

PENGECATAN SPORA BAKTERI

A. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh praktikan dalam praktikum kali ini
yaitu:
1.Untuk mengetahui morfologiselbiakan khamir (Saccharomyces cerevisiae,
Candida utilis, Cordana musae, Candida humilis dan Candida oleophila).
2.Untuk mengetahui sel mati dan sel hidup digunakan metode pengecatan
sederhana biakan khamirdengan Methylen Blue(Saccharomyces cerevisiae,
Candida utilis, Cordana musae, Candida humilis dan Candida oleophila)
3.Untuk mengetahui substat dan peran dari biakan khamir (Saccharomyces cerevisiae,
Candida utilis, Cordana musae, Candida humilis dan Candida oleophila).

B. LANDASAN TEORI
Pewarnaan spora bertujuan untuk membedakan antara spora bakteri dengan bentuksel
vegetatif bakteri serta untuk mengetahui letak spora di dalam sel bakteri.Beberapa spesies
bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora merupakan tubuh bakteri yang secara
metabolik mengalami dormansi, dihasilkan pada fase lanjut dalam pertumbuhan sel bakteri
yang sama seperti asalnya, yaitu sel vegetatif). Spora bersifat tahanterhadap tekanan fisik
maupun kimiawi. Ada dua genus bakteri yang dapat membentukendospora, yaitu genus
Bacillus dan genus Clostridium. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora
merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta
memiliki beberapa lapisan tambahan. Dengan adanya kemampuan untukmembentuk spora
ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim.
Bakteri yang dapat membentuk endospora ini dapat hidup dan mengalami tahapan-
tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis
protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya. Dalam pengamatan spora bakteri
diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembusdinding tebal spora. Contoh dari
pewarnaan yang dimaksudkan tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau malakit 5%,
dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetatif juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5%
sehingga sel vegetatif ini berwarna merah.Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat
teramati, bahkan posisi spora di dalamtubuh sel vegetatif juga dapat diidentifikasi. Namun
ada juga zat warna khusus untukmewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan pemanasan, yaitu; sporadipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebut
sehingga memudahkan zat warna tersebutuntuk meresap ke dalam dinding pelindung spora
bakteri.
Bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam keadaan ekstrem
ataupunmedium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara
genetis,dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya memang memiliki satu fase
sporulasi. Pewarnaan Struktural antara lain, yaitu Pewarnaan Spora. Prinsip pewarnaan ini
digunakan untuk membedakan spora dari sel vegetatif. Zat warna yang paling sering
digunakan untuk mewarnai spora adalah malachite green (Schaeffer dan Fulton) yang akan
tetap diikat oleh spora setelah pencucian dengan air, dan sebagai counterstain digunakan
safranin.Terdapat dua tipe sel spora yang terbentuk yaitu eksospora apabila spora yang
terbentuk di luar sel dan endospora apabila spora terbentuk di dalam sel. Spora bakteri
umumnya disebut endospora, karena spora dibentuk di dalam sel (Dwidjoseputro, 2001).
Khamir merupakan mikroorganisme uniseluler, meskipun beberapa spesies dapat
menjadi multiseluler melalui pembentukan benang dari sel-sel budding tersambung yang
dikenal sebagai hifa semu(pseudohyphae), seperti yang terlihat pada sebagian besar
kapang.Organisme pada kingdom Fungi merupakan organisme eukariotik, artinya tidak
memiliki membran inti sel. Tubuh fungi atau jamur disebut sebagai talus, yaitu tidak
memiliki akar, batang, maupun daun sejati. Walaupun kebanyakan sifatnya multiseluler atau
terdiri dari banyak sel, ada pula jenis fungi yang uniseluler atau hanya memiliki satu
sel.Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki kemampuan
mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces merupakan mikroorganisme
bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada
suhu 30oCdan pH 4,8. Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu
mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan
terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan
adaptasi.Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu
unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA,
amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28 –30
oC.Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling
penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan
bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut: zat pewarna kristal violet,
larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat
warna safranin atau air fuchsin.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
a.Mikroskop
b.Jarum Ose
c.Gelas Benda
d.Lampu spiritus
e.Cover glass

Bahan
a.Alkohol 70%
b.Methylen Blue 0,1 %
c.Biakan Khamir Saccharomyces cerevisiae
d.Biakan Khamir Candida utilis
e.Biakan Khamir Cordana musae
f.Biakan Khamir Candida humilis
g.Biakan Khamir Candida oleophila
h.Xilol
D.CARA KERJA
1. Bersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol
2. Gelas benda diganggang diatas lampu spiritus.
3. Teteskan larutan laktofenol 1-2 tetes diatas gelas benda pada bagian tengahnya
4. Ambil sedikit miselium jamur benang yang tumbuh pada bahan (berjamur) dengan
jarum/ose dan letakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi laktofenol
5. Tutup dengan gelas penutup,jangan sampai ada gelembung udara
6. Amati dengan perbesaran lemah,kemudian dengan perbesaran sedang
7. Gambar hasil pengamatan dan beri keterangan
E.PRINSIP KERJA
Membersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol 70%

Mengganggang gelas benda diatas lampu spiritus.

Mengambil secara aseptik 1 ose dari masing2 biakan murni khamir,lalu letakkan ditengah
tengah gelas benda

Meneteskan masing masing 1 tetes cat Methylen Blue 0,1%

Mencampurkan biakan murni dan cat Methylen Blue 0,1%

Menutup gelas benda dengan gelas penutup

Amati dengan perbesaran lemah(10x10),kemudian dengan perbesaran sedang(40x10)


F.DATA PENGAMATAN
No. Spesies Gambar Keterangan
Bakteri
1. Bacillus Keterangan :
subtilis 1. Sel vegetative
2. Spora Warna spora hijau
Bentuk:
batang agak panjang atau
streptobacil
1

Sumber :

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:B
acillus_subtilis_endospore_stain.png
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/co
mmons/thumb/7/7a/Bacillus_subtilis_Spor
e.jpg/200px-Bacillus_subtilis_Spore.jpg

2. Escherc Keterangan gambar:


hia coli tidak terdapat sel vegetative
1 1.Sel spora
Bentuk : Basil
G.PEMBAHASAN
Spora bakteri adalah endospora. Endospora tersebut dapat mudah dilihat sebagai
benda-benda intraseluler yang refraktil dalam suspense sel yang tidak dicat atau sebagai
daerah kosong (tidak berwarna) dalam preparat yang dicat secara konvensional. Bentuk spora
ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang, hal ini bergantung pada spesies. Endospora ada
yang lebih kecil dan ada pula yang lebih besar daripada diameter sel induk. (Dwidjoseputro,
2001). Letak endospora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah sama
bagi semua spesies. Sebagai contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk di tengah-
tengah sel, yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung; dan yang lain lagi subterminal yaitu di
dekat ujung. (Pelczar,1986)
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora dihasilkan di dalam
tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian tengah (central), ujung (terminal)
ataupun tepian sel. Pelczar (1986), menyatakan bahwa spora merupakan tubuh bakteri yang
secara metabolik mengalami dormansi, dihasilkan pada faselanjut dalam pertumbuhan sel
bakteri yang sama seperti asalnya, yaitu sel vegetatif. Spora bersifat tahan terhadap tekanan
fisik maupun kimiawi. Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri
tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim. Bakteri yang dapat membentuk endospore
ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan
spora terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.
(Menurut Pelczar, 1986).
Dinding spora itu relatif tidak permeable, tetapi zat-zat warna dapat diserapkan ke
dalamnya dengan jalan memanaskan preparat tersebut. Sifat tidak permeable ini mencegah
dekolorisasi spora oleh alkohol bila diperlakukan dalam waktu yang sama. Seperti pada
dekolorisasi sel – sel vegetative. Bagian vegetative sel ini dapat dicat dengan warna kontras.
Spora biasanya dicat dengan zat warna hijau malakhit atau karbolfuksin.
Beberapa macam cara pengecatan spora adalah sebagai berikut :
Cara pengecatan spora menurut klein
1.    Biakan bakteri berspora yang berumur 48-72 jam disuspensi dalam larutan garam
fisiologis.
2.    Ke dalam suspensi tersebut ditambahkan larutan karbolfuksin, kemudian
dipanaskan dalam penangas air pada suhu 80oC selama 10 menit.
3.    Dari suspensi yang berwarna ini dibuat film yang tipis diatas kaca objek, setelah
kering difiksasi.
4.    Selanjutnya preparat dicelupkan beberapa detik dalam asam sulfat 1%, disusul
dengan pencucian dengan air.
5.    Akhirnya dicat dengan larutan metilenbiru (methylenblue) selama 3 menit, dicuci
dengan air dan dikeringkan.
Hasil pengecatan : spora berwarna merah dan sel bakteri berwarna biru.
Pengecatan spora dengan cara lain
1.    Pengecatan Zielh-Neelsen dengan sedikit modifikasi. Dalam hal ini dekolorisasi hanya
dilakukan dengan alcohol. Hasil pengecatannya adalah spora berwarna merah dan sel bakteri
berwarna biru.
2.    Film preparat disiram dengan lauran hijau malakhit jenuh (kira-kira 7,6%) dan ditunggu
selama 10 menit sambil sewaktu-waktu dipanaskan, kemudian dicuci dengan air selama 10
detik. Pengecatan dilanjutkan dengan larutan safranin dalam air (0,25%) selama 15 detik.
Akhirnya dicuci dengan air dan keringkan. Hasil pengecatan adalah spora berwarna hijau dan
sel berwarna merah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari spora dari preparat pengecatan
adalah sebagai berikut.
1.    Letak spora dalam sel kemungkinan adalah sebagai terminal, subterminal atau sentral.
2.    Bentuk spora bulat atau lonjong.
3.    Adanya spora dapat mengubah bentuk sel. Dalam hal letak spora terminal, bila terdapat
spora yang mengubahbentuk bakteri, dan spora menonjol keluar, maka bentuknya seperti
pemukul tambur (Clostridium tetani). Bila letaknya sentral atau subterminal, dan diameter
spora lebih besar dari diameter sel bakteri, maka bentuknya seperti kumparan.

Pembentukan spora bakteri hanya terdapat pada beberapa spesies saja, khususnya
yang termasuk family Bacillaceae. Family ini terdiri dari tiga genera, yaitu sebagai berikut.
1.    Genus Bacillus  atau Sporolactobacilus yang hidupnya aerob.
2.    Genus Clostridium yang hidupnya anaerob.
3.    Genus Sporosarcina dari golongan kokus yang aerob.

Hubungan antara bakteri berspora dengan kehidupan manusia adalah bahwa jenis-
jenis bakteri ini dapat menimbulkan penyakit dan mengkontaminasi makanan, sehingga
menimbulkan perubahan pada sifat asli makanan, sehingga menimbulkan keracunan
makanan, dan sebagainya. Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah kecenderungan
mikroorganisme berspora kehilangan kesanggupannya membentuk spora. Keadaan tidak
berspora ini dapat bersifat tetap, tetapi dapat pula merupakan reaksi sementara terhadap
lingkungan. Sebab-sebabnya belum banyak diketahui, medium pembiakan yang mengandung
ekstrak tanah umumnya dapat mengembalikan sifat-sifatnya semula. Pewarnaan spora
merupakan pewarnaan dengan menggunakan malachite green dan safranin, yang dalam hasil
pewarnaannya akan muncul warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel
vegetatifnya yaitu pada Bacillus cereus.
Pertama yang dilakukan adalah membuat suspensi bakteri yang terdiri dari biakan dan
NaCl fisiologis di tabung reaksi. Kemudian pindahkan secukupnya biakan bakteri dari tabung
reaksi ke objek glass menggunakan ose, ratakan lalu ditunggu hingga mongering kemudian
fiksasi diatas Bunsen. Lalu letakkan di rak pewarnaan, genangi sediaan dengan Malachite
Green biarkan selama 1-2 menit. Lalu bilas dengan air mengalir secara perlahan dan hati-hati.
Kemudian di genangi dengan safranin selama 1-2 menit. Kemudian bilas dengan air mengalir
secara perlahan, dan kering anginkan. Amati hasil pewarnaan dibawah mikroskop dengan
perbesaran 40 × 10 hingga 100 × 10. Perhatikan dan gambarkan morfologi serta warna
bakteri.
Dari praktikum yang dilakukan yaitu mengenai pewarnaan spora didapatkan hasil :
pada praktikum ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa pewarnaan spora. Dari hasil
pewarnaan spora dengan perbesaran 100 × 10 terlihat bakteri berwarna merah dengan bentuk
basil. Letak sporanya berada pada subterminal berwarna hijau dengan bentuk coccus.
Beberapa faktor kesalahan pada praktikum antara lain pemberian zat warna yang
berlebihan sehingga sel bakteri kurang terlihat serta proses pencucian atau terlalu deras dalam
membilas zat warna dengan air sehingga dapat menyebabkan bakteri larut terbawa air.
H.KESIMPULAN
Pada pewarnaan spora, spora Bacillus Subtilis akan berwarna hijau setelah
pengecatan. Hal ini berarti Bacillus Subtilis memiliki endospora.Sedangkan
Escherichia coli setelah pengecatan akan berwarna merah muda. Hal ini berarti
Escherichia coli berarti tidak memiliki endospora, hanya memiliki sel vegetatif.

DAFTAR PUSTAKA

Abna, I. M. Mikrobiologi dan Parasitologi (Kes 203)


Annisa, Rulya. 2014. Pengaruh pH dan Perubahan Temperatur Terhadap Pembentukan
Alfian,Daris,Diah.2011.Pewarnaan Spora dan Pengamatan Morfologi Bakteri
Spora Bacillus sp. BK17. Skripsi. Departemen Biologi: Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Arrachman, K. (2016). Mikrobiologi pewarnaan spora. Mikrobiologi Pewarnaan Spora,
1–20
Borriss, Rainer, dkk. 2018. Bacillus subtilis, the model Gram‐positive bacterium: 20 years
of annotation refinement. Journal Microb Biotechnol, Vol 11(1), 3-17.
Earl, M Ashlee, dkk. 2018. Ecology and genomics of Bacillus subtilis. Journal Trends
Hayati, S. I. D. T. Jurnal Praktikum Mikrobiologi Kehutanan Bw-3205.
Microbiol, vol 16(6): 261-269.
Nanda, D., Heru, A. D., & Nur, P. (2018). EKSPLORASI, IDENTIFIKASI DAN UJI
BAKTERI ANTAGONIS Bacillus sp. DARI RIZOSFER JAGUNG TERHADAP
BAKTERI LAYU STEWART. SEMNAS PERTANIAN 2018.
Kevin F.2019.Pewarnaan Spora.

Anda mungkin juga menyukai