Anda di halaman 1dari 26

PERILAKU KEUANGAN TENUN IKAT DALAM PENGELOLAAN

KEUANGAN UMKM INA NDA`O DI KELURAHAN NAIKOTEN 1


KECAMATAN KOTA RAJA KOTA KUPANG

OLEH

ARCHANGELA RIAMA GHRIANI

1810030213

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu kebudayaan terdapat nilai-nilai tersendiri. Nilai-nilai budaya ini menjadi dasar

bagi norma-norma dalam masyarakat mengenai perilaku yang ditampilkan dalam berbagai situasi

(Koentjaraningrat, 2007). Budaya sering disebut juga dengan kultur. Definisi kebudayaan memiliki

arti suatu keutuhan yang sifatnya kompleks, dimana pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum,

moral, tata cara, dan kebiasaan ataupun kemampuan lain termasuk di dalamnya, yang diperoleh seni

yang khas dinamakan etnis.

Etnis adalah suatu istilah yang menunjuk rasa kepemilikan bersama yang berdasarkan pada

kesamaan keturunan, bahasa, sejarah, budaya, dan ras (Chandra, 2006). Dengan kata lain, etnis

adalah kelompok manusia yang terkait kesadaran dan identitas yang sering kali dikuatkan dengan

kesatuan bahasa (Koentjaraningrat, 2007).

Di Indonesia mengenal adanya etnis Tionghoa, etnis jawa, etnis bugis, etnis batak, etnis

timor,dan sebagainya. Setiap etnis mempunyai karakter, perilaku, dan pola hidup yang berbeda, hal

ini ditandai dengan norma, nilai dan kebudayaan setiap etnis yang berbeda. Perbedaan-perbedaan

yang terdapat pada setiap etnis mempunyai ciri khas tersendiri dalam menyikapi setiap setuasi dan

persoalan.

Perilaku keuangan adalah kemampuan seseorang dalam mengatur keuangan sehari-hari

meliputi perencanaan, penggangaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan

penyimpanan dana untuk masa depan (Kholimah 2013). Menurut Hilgert, Holgart dan Baverly

(2003), bahwa perilaku keuangan seseorang akan tampak dari seberapa bagus seseorang mengelola

tabungan dan pengeluaran-pengeluaran lainnya. Sedangkan menurut Dew dan Xiao (dalam

2
Herdjiono, 2016) perilaku keuangan seseorang dapat dilihat dari dua hal yaitu konsumsi dan

tabungan.

UMKM atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah usaha produktif yang dimiliki

perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. Setiap bisnis

akan membutuhkan pengelolaan keuangan yang tepat agar bisnis tetap nisa berjalam dengan lancar.

Pada dasarnya, UMKM adalah usaha atau bisnis yang dilakukan oleh individu, kelompok, badan

usaha kecil, maupun rumah tangga. Jika Anda ingin memulai menjalankan bisnis menggunakan

skema usaha mikro atau UMKM, besaran modal yang berlaku paling besar mencapai 1 milyar

rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi sektor usaha yang banyak dipilih

oleh orang-orang yang ingin membuka usaha namun memiliki modal kecil atau terbatas. Peraturan

terbaru menyatakan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah hanya membutuhkan Izin Usaha

Mikro dan Kecil (IUMK). Sejak diluncurkan sekitar 2 tahun lalu, sistem Perizinan Berusaha

Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) telah membawa perubahan

yang signifikan terhadap proses izin usaha di Indonesia. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah hanya

membutuhkan Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK).

Untuk mendapatkan IUMK pun, para pelaku usaha sudah diberikan kemudahan karena

adalah Online Single Submission (OSS) yang telah diluncurkan oleh pemerintah. Jangan kaget

kalau pada saat kamu masuk ke OSS untuk memproses izin untuk usaha perorangan, buat kamu

yang sudah memiliki NPWP kamu bisa melihat laporan tentang kepatuhan pajak kamu di platform

tersebut.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perilaku keuangan pelaku UMKM di Ina Nda’o ?

2. Bagaimana pengelolaan keuangan UMKM di Ina Nda’o ?

1.3 Tujuan Masalah

Peneliti dapat menganalisis perilaku keuangan tenun ikat dalam pengelolaan UMKM Ina

Nda’o di Kota kupang

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pelaku UMKM tenun ikat

Untuk pedagang antar tenun di Kelurahan Naikoten 1 supaya dapat mengetahui

perilaku keuangannya dan tenun lainnya sehingga bisa dipelajari dan dijadikan acuan dalam

perilaku keuangan.

2. Bagi peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi untuk penunjang penelitian selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Perilaku Keuangan

Perilaku keuangan muncul pada tahun 1980-an sejalan dengan tuntutan perkembangan

dunia bisnis dan akademik yang mulai menyikapi adanya aspek atau unsur perilaku dalam proses

pengambilan keputusan keuangan dan investasi. Menurut Ricciardi (2000) perilaku keuangan

adalah hasil dari struktur berbagai ilmu. Struktur ilmu yang pertama adalah psikologi dimana

menganalisis proses perilaku dan pikiran, bagaimana proses psikis ini dipengaruhi oleh fisik dan

lingkungan eksternal manusia. Struktur ilmu yang kedua adalah keuangan, termasuk di dalamnya

adalah bentuk sistem keuangan dan penggunaan sumber daya. Struktur ilmu yang terakhir adalah

sosiologi yang sistematis dimana berisi tentang perilaku manusia atau kelompok dimana lebih

menekankan pengaruh hubungan sosial pada sikap dan perilaku masyarakat. Shefrin menambahkan

perilaku keuangan adalah studi yang mempelajari bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi

tingkah laku keuangan.

Perilaku keuangan terdapat tiga aspek yang mempengaruhi yaitu : Ricciardi (2000)

1. Aspek Psikologi

Aspek psikologi berkenaan dengan tingkah laku manusia baik selaku individu maupun

dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku

yang tampak maupun yang tidak tampak, tingkah yang disadari maupun tidak disadari.

2. Aspek Sosiologi

Aspek sosiologi berkenaan dengan kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya

dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan

bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

5
3. Aspek Keuangan

Aspek keuangan berkaitan dengan pengelolaan uang yang akan berpengaruh pada kehidupan

individu maupun organisasi. Dalam hal ini keuangan berkaitan dengan proses, instrument,

pasar serta lembaga apapun yang terlibat dalam perpindahan atau transfer uang, baik antar

perorangan, bisnis maupun pemerintah.

Teori perilaku keuangan dapat diartikan sebagai aplikasi ilmu psikologi dalam ilmu

keuangan, yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia melakukan investasi atau

suatu kegiatan yang berhubungan dengan keuangan.

Sebagaimana diketahui bahwa perilaku atau aktivitas yang ada pada individu itu tidak

timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh individu yang

bersangkutan baik stimulus eksternal maupun internal. Menurut pandangan seorang ahli, perilaku

sebagai respon terhadap stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan individu

seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya. Namun berbeda

pandangan dari aliran kognitif yaitu yang memandang perilaku individu merupakan respon dari

stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang

diambilnya (Walgito, 2003). Dengan begitu, perilaku individu dipengaruhi oleh stimulus internal

maupun stimulus eksternal.

Perilaku keuangan adalah suatu teori yang didasarkan atas ilmu psikologi yang berusaha

memahami bagaimana emosi dan penyimpangan kognitif mempengaruhi perilaku (Arlina,2013).

Perilaku keuangan adalah keterlibatan perilaku yang ada pada diri sesorang yang meliputi emosi,

sifat, kesukaan, dan berbagai macam hal yang melekat dalam diri manusia sebagai makhluk

intelektual dan sosial yang berinteraksi dan melandasi munculnya keputusan melakukan suatu

tindakan (Ricciard, 2000). Perilaku keuangan adalah kemampuan seseorang dalam mengatur

keuangan sehari-hari meliputi perencanaan, penggangaran, pemeriksaan, pengelolaan,

pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana untuk masa depan (Kholimah,2013). Menurut

6
Hilgert (2003), bahwa perilaku keuangan seseorang akan tampak dari seberapa bagus seseorang

mengelola tabungan dan pengeluaran- pengeluaran lainnya.

2.1.1.1 Konsumsi

1. Istilah Pengertian Konsumsi

Sehari-hari konsumsi dapat diartikan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan, baik untuk

kebutuhan makanan maupun bukan makanan. Menurut Mankiw (2013), konsumsi mempunyai arti

sebagai pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Arti dari barang disini mencakup

pembelanjaan rumah tangga untuk barang yang bertahan lama, seperti kendaraan dan perlengkapan

rumah tangga, dan untuk barang yang tidak lama seperti makanan dan pakaian. Sedangkan untuk

arti dari jasa disini mencakup barang yang tidak berwujud konkret, misalnya seperti potongan

rambut dan perawatan kesehatan.

Konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan untuk memenuhi pembelian barang-barang dan

jasa akhir guna untuk mendapatkan kepuasaan ataupun memenuhi kebutuhannya (Samuel, 2001).

Konsumsi terbagi menjadi dua macam, yang pertama konsumsi rutin dan konsumsi sementara.

Konsumsi rutin mempunyai arti sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk pembelian barang dan

jasa secara terus menerus yang dikeluarkan selama bertahun-tahun. Sedangkan konsumsi sementara

adalah setiap tambahan yang sifatnya tidak terduga terhadap konsumsi rutin.

Manusia dalam mengkonsumsi barang dan jasa,berusaha untuk memenuhi kebutuhannya

semaksimal mungkin agar mencapai tingat kepuasaan dan tingkat kemakmuran. Setiap individu

ataupun kelompok mempunyai tingkat konsumsi yang berbeda.

1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi

Tingkat konsumsi seorang atau masyarakat dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut

Sukirno (2011), faktor penentu dalam kegiatan konsumsi adalah sebagai berikut :

7
1) Kekayaan yang Terkumpul

Kekayaan dari tabungan yang telah terkumpul atau bisa juga harta warisan dari orang tua.

Dalam keadaan seperti ini seseorang tersebut sudah tidak dapat terdorong atau termotivasi

untuk menabung lebih banyak lagi, karena pendapatannya tersebut dapat digunakan untuk

konsumsi di masa sekarang.

Sebaliknya untuk orang yang tidak memperoleh warisan, mereka akan termotivasi untuk

mengumpulkan kekayaan untuk memenuhi kebutuhannya di masa mendatang.

2) Suku Bunga

Suku bunga dapat diperoleh oleh seseorang yang telah mempunyai tabungan. Masyarakat

atau rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila suku bunganya tinggi dengan

alasan memperoleh pendapatan menabung. Apabila suku bunga rendah mereka tidak akan

menabung, karena mereka beranggapan bahwa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi

daripada menabung. Jadi, dengan suku bunga yang rendah,, masyarakat cenderung akan

menambah pengeluaran konsumsinya.

3) Sikap Berhemat

Setiap orang memeliki sikap yang berbeda dilihat dari menabung dan berkonsumsi. Ada

orang yang tidak begitu menyukai berbelanja yang berlebihan dan lebih mementingkan untuk

ditabung tetapi ada juga masyarakat yang mempunyai kecendrungan untuk berkonsumsi yang

tinggi.

4) Keadaan Perekonomian

Perekonomian yang stabil dan bertumbuh dengan baik mendorong masyarakat dalam

melakukan konsumsi yang lebih tinggi. Sebaliknya keadaan perekonomian yang lemah dan

tidak stabil membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam melakukan pengeluaran yang bersifat

konsumsi.

8
2. Teori Konsumsi

Keynes dalam Sukirno (2000) mengemukan sebuah pendapat mengenai teori konsumsi. Teori

konsumsi tersebut yaitu konsumsi saat ini berhubungan langsung dengan pendapatan. Fungsi

konsumsi tersebut Keynes membuat dugaan atau asusmsi mengenai teori konsumsi, berikut asumsi-

asumsi yang dibuat oleh Keynes :

1) Kecendrungan mengkonsumsi marjinal merupakan jumlah yang dikonsumsi dari

pendapatan yang diterima adalah antara nol dan satu. Asumsi tersebut dijelaskan jika pada

saat pendapatan seseorang semakin tinggi maka akan semakin tinggi konsumsi dan

tabungannya.

2) Rasio konsumsi terhadap pendapatan atau sering disebut dengan kecenderungan

mengkonsumsi rata-rata turun ketika pendapatan naik karena sebagian sisa dari

pendapatannya dialokasikan untuk tabungan. Menurut Keynes, proporsi tabungan orang

kaya akan berbeda dengan orang miskin. Orang kaya akan menabung dengan jumlah besar

dibandingkan orang miskin.

3) Pendapatan adalah suatu determinasi konsumsi yang penting sedangkan tingkat bunga

tidak mempunyai peran penting.

Berdasarkan teori yang dijelaskan oleh Keynes dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat

konsumsi seseorang sangat dipengaruhi oleh besarnya tingkat pendapatan.

2.1.1.2 Tabungan

1. Pengertian Tabungan

Menurut Bank Indonesia (2010) menabung adalah menyisihkan uang untuk

diakumulasikan guna mencapai target dana tertentu supaya kelak dapat dipakai untuk tujuan

tertentu di masa yang akan datang. Tabungan adalah simpanan dana pihak ketiga kepada bank

yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat yang ditentukan antara bank dan

nasabah (Simorangkir, 2004).

9
Menurut Paul. A. Samuelson & William D. Norhaus (1996) Tabungan merupakan bagian

dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau sama dengan jumlah konsumsi. Jadi disimpan dan

akan digunakan di masa yang akan datang. Pendapatan merupakan faktor utama yang terpenting

untuk menentukan konsumsi dan tabungan. Keluarga-keluarga yang tidak mampu, akan

membelanjakan sebagian besar bahkan seluruh pendapatannya untuk keperluan hidupnya.

Individu yang berpendapatan tinggi akan melakukan tabungan lebih besar daripada individu yang

berpendapatan rendah. Tabungan dapat dilakukan oleh seorang pedagang dengan membeli barang

dagangan dengan maksud untuk mengkonsumsi lebih besar pada waktu yang akan datang.

Menurut Christopher Pass & Bryan Lowes (1994), tabungan adalah bagian pendapatan dari

seseorang (tabungan pribadi), sebuah perusahaan atau lembaga (laba ditahan) yang tidak

dibelanjakan atau dikeluarkan untuk dikonsumsi sekarang.

Kasmir (2012) mendefinisikan tabungan sebagai simpanan pada bank yang penarikannya

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Berdasarkan Undang-Undang Perbankan No.

10 Tahun 1998, tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut

syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, giro, atau alat lainnya

dipersamakan dengan itu.

Tabungan dalam ilmu ekonomi makro didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan disposabel

yang disimpan karena tidak habis digunakan untuk konsumsi. Tabungan dalam lingkup luas

merupakan bagian dari pada pendapatan nasional per tahun yang tidak digunakan untuk konsumsi.

Motif dalam menabung juga berkaitan dengan investasi. Investasi merupakan penundaan

konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu

dengan harapan dapat memberikan pendapatan atau keuntungan (Hartono, 2000). Investasi juga

didefinisikan sebagai sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan

tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2000). Investasi

menunjukan adanya penanaman modal baik dalam uang maupun benda pada suatu objek dengan

10
tujuan memperoleh keuntungan selama periode tertentu. Hal yang membedakan tabungan dan

investasi adalah keuntungan dan risiko. Dalam berinvestasi dapat memberikan keuntungan tetapi

juga dapat memberikan kerugian. Investasi mengandung risiko sehingga diperlukan keputusan

investasi yang tepat.

2. Teori Tabungan

Teori tabungan terdapat beberapa pandangan yang berbeda. Menurut pandangan klasik, dalam

perkembangan teorinya yang dikembangkan oleh Wicklesell menyatakan bahwa tingginya minat

masyarakat untuk menabung dipengaruhi oleh tingginya tingkat bunga. Wicklesell mengatakan

bahwa apabila tingkat suku bunga semakin tinggi maka, semakin banyak tabungan yang akan

dilakukan masyarakat.

Keynes dalam Sukirno (2000) tidak sependapat dengan apa yang telah dikemukakan oleh teori

Klasik. Keynes berpendapat bahwa yang menentukan tabungan bukanlah tingkat suku bunga,

melainkan besar kecilnya pendapatan yang diperoleh rumah tangga itu sendiri.

2.1.1.3 Investasi

Menurut Sunariyah dalam Riyan Ariadi (2015), investasi adalah penanaman modal untuk satu

atau lebih aktiva yang dimiliki dengan jangka waktu panjang dengan harapan mendapatkan return

dimasa yang akan datang. Menurut Abdul halim dalam Riyan Ariadi (2015) investasi dibagi

menjadi dua bentuk yaitu investasi pada aset riil (tanah, properti, emas). Dan investasi pada aset

finansial (deposito, saham, reksa dana, dan obligasi). Jadi perilaku investasi adalah perilaku yang

lebih mengutamakan untuk menyimpan harta atau aset nya kedalam sebuah produk keuangan atau

produk ril yang memiliki nilai lebih besar di masa yang akan datang.

11
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

2.1.2.1 Perencanaan

Perencanaan sangat perlu dilakukan pada setiap kegiatan yang akan dan telah dilakukan untuk

merekam dalam tulisan secara rinci, untuk lebih jelasnya mengenai pengertian perencanaan berikut

menurut beberapa ahli:

1) Menurut Gunadi (2008) menjelaskan bahwa adalah:

“Perencanaan adalah proses data perusahaan dengan teknik tertentu dan mengolahnya

sehingga dapat disusun menjadi laporan”.

2) Menurut Mulyadi (2008) menjelaskan bahwa adalah:

“Perencanaan adalah kegiatan yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam

transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah proses kegiatan yang

dibuat perusahaan untuk menjamin penanganan secara seragam dan mengolahnya sehingga dapat

disusun menjadi laporan.

2.1.2.2 Anggaran

Dalam pengertian dapat dikatakan bahwa anggaran sebagai sebuah rencana finansial yang

menyatakan: (Nordiawan, 2006 : 48)

1. Rencana-rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas lain

yang dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan.

2. Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan

rencana tersebut.

3. Perkiraan sumber-sumber mana saja yang akan menghasilkan pemasukan serta seberapa besar

pemasukan tersebut.

12
Setelah memiliki cukup modal, maka keputusan investasi mengenai modal yang telah

dimilikinya adalah menggunakan sebagian modal untuk pembelian aset tetap seperti membangun

tempat produksi yang lebih layak dan sebagian lagi untuk modal kerja seperti pembelian bahan

baku dan gaji karyawan. Menurut Layinna dan Waode (2017) setiap bisnis mutlak perlu memiliki

pengelolaan manajemen modal kerja yang baik.Manajemen modal kerja itu sendiri memiliki fungsi

sebagai pembiayaan operasional perusahaan sehari-hari seperti pembayaran gaji dan upah bagi

karyawan, pembelian bahan baku, pembayaran ongkos angkutan, pembayaran hutang yang telah

jatuh tempo, dan lain sebagainya. Modal kerja yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat

kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang singkat melalui hasil penjualan

produksinya. Modal kerja yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi

untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya. Modal kerja ini akan terus berputar setiap

periodenya di dalam perusahaan.

Dalam penggunaan anggaran pemilik usaha juga memisahkan uang pribadi dengan modal

usaha, dalam perputaran kas perusahaan sangat baik untuk memisahkan uang pribadi dengan modal

usaha kedalam masing-masing post atau rekening berbeda, agar pemilik usaha dapat mengetahui

dengan baik keuangan perusahaan sebenarnya. Menurut Hidayat (2019) menahan batas antara uang

pribadi dan modal usaha akan memberi pemilik usaha perhitungan yang lebih mudah dan tepat pada

akhir tahun keuangan. Ini juga akan menghilangkan situasi krisis uang kas dalam bisnis disebabkan

oleh penarikan pengeluaran pribadi misalnya kebutuhan rumah tangga, gaya hidup, biaya asuransi

atau biaya pendidikan anak. Menurut Ucig (2020) perencanaan produksi yang tepat akan membantu

perusahaan untuk menerapkan efisiensi. Semakin tinggi efisiensi, maka semakin besar profit yang

di terima oleh perusahaan.

2.1.2.3 Pencatatan

Pengertian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah sebagai

berikut: laporan keuangan merupakan bagian dari proses pencatatan keuangan. Laporan keuangan

13
merupakan alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu

perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan.

Menurut Layinna dan Waode (2018) Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan

mengenai informasi kinerja keuangan selama periode tertentu serta posisi kekayaan, hutang dan

modal perusahaan pada waktu tertentu. Informasi tersebut digunakan oleh pihak intern dan pihak

ekstern perusahaan.Bagi pihak intern, laporan keuangan berguna untuk menilai kinerja keuangan

perusahaan selama satu periode pencatatan yang kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan

keputusan untuk pengembangan bisnis berikutnya. Keputusan ini mencakup misalnya,

pengembangan pasar, efisiensi biaya dan pembelian, menambah sarana produksi, dan lain-lain.

Sedangkan bagi pihak ekstern, laporan keuangan digunakan salah satunya untuk menilai kelayakan

usaha sebagai dasar pemberian kredit pinjaman modal untuk perusahaan.

Perusahaan yang baik, minimal akan membuat laporan keuangan minimal secara bulanan.

Laporan keuangan utama yang biasanya dibuat oleh suatu bisnis adalah laporan laba rugi, neraca,

dan laporan arus kas. Menurut Myer dalam Munawir (2002) mengatakan bahwa laporan keuangan

adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Laporan

keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi) yang bisa dipakai untuk

pengambilan keputusan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan

daftar pendapatan atau daftar rugi laba.

2.1.3 Usaha Mikro Kecil Menengah

Menurut UUD 1945 kemudian dikuatkan melalui TAP MPR NO.XVI/MPR-RI/1998

tentang Politik Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diberdayakan sebagai integral

ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan dan potensi strategis untuk mewujudkan

struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang, dan berkeadilan. Selanjutnya

dibuatklah pengertian UMKM melalui UU No.9 Tahun 1999 dan karena keadaan perkembangan

yang semakin dinamis dirubah ke Undang-Undang No.20Pasal 1Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah maka pengertian UMKM adalah sebagai berikut:

14
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari UsahaMenengah, yang

meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang

melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang

melakukan kegiatan ekonomi diIndonesia dan berdomisili di Indonesia.

2.1.3.1 Keterian UMKM

Menurut Pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang kreteria UMKM dalam bentuk permodalan adalah

sebagai berikut:

1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

15
2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar

rupiah).

2.1.3.2 Kebijakan Pemerintah

UMKM di Indonesia jumlahnya telah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian di

Indonesia. Hal ini dikarenakan UMKM merupakan unit-unit usaha yang lebih banyak dibandingkan

usaha industri berskala besar dan memiliki keunggulan dalam menyerap tenaga kerja lebih banyak

dan juga mampu mempercepat proses pemerataan sebagai bagian dari pembangunan.

Berdasarkan kenyataan ini sudah selayaknya UMKM dilindungi dengan UU dan peraturan

yang terkait dalam kegiatan oprasional dan pengembanganya. Beberapa peraturan telah dikeluarkan

oleh pemerintah untuk melindungi UMKM diantaranya UUD 1945 merupakan pondasi dasar

hukum di indonesia Pasal 5 ayat(1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (2), Pasal 33, UU No.9 Tahun 1995,

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang

Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu

diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan

potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang,

berkembang, dan berkeadilan, Peraturan Presiden No.5 Tahun 2007 mengenai program Kredit

Usaha Kecil bagi pembiayaan oprasional UMKM, UU No.20 Tahun 2008 tentang perberdayaan

16
UMKM bagi prekonomian di Indonesia, dan yang terbaru adalah Paket 4 Kebijakan Ekonomi

“kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan luas” bagi UMKM.

Harap Pemerintah meluncurkan paket kebijakan ini merupakan intrumen dalam menyikapi

kebutuhan bagi pengembangan UMKM. Pemerintah menyadari bahwa pertumbuhan kredit

perbankan cenderung melambat dalam satu tahun terakhir. Pada pertengahan tahun 2014,

pertumbuhan tahunan kredit masih sebesar 16,65% yang selanjutnya turun menjadi 11,6% pada

akhir tahun 2014 dan 10,4% pada akhir semester I 2015. Kecenderungan tersebut juga terjadi pada

kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang hanya tumbuh sebesar 9,2% (year on

year) pada akhir Juni 2015. Kecenderungan perlambatan penyaluran kredit tentu saja terkait dengan

melemahnya pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, untuk mendorong gerak roda ekonomi

masyarakat khususnya kepada UMKM, pemerintah memberikan subsidi bunga yang lebih besar

bagi KUR.

2.1.4 Tenun Ikat

Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian

benangpakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna

alami (Therik, 1989). cara pembuatan ragam hias dan sekaligus proses pencelupan atau pewarnaan

membentuk pola ragam hias sesuai dengan ikatan yang ada.

Kain Tenun NTT adalah kain yang dibuat dari proses menenun oleh masyarakat Nusa

Tenggara Timur. Tenun sendiri merupakan kegiatan membuat kain dengan cara memasukkan

benang pakan secara horizontal pada benang-benang lungsin, biasanya telah diikat dahulu dan

sudah dicelupkan ke pewarna alami. Pewarna alami tersebut biasanya dibuat dari akar-akar pohon

dan ada pula yang menggunakan dedaunan.

Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara turun menurun demi menjaga agar

tetap dilestarikan. Tiap suku mempunyai keunikan masing-masing dalam hal corak dan motif. Tiap

inidividu diharapkan bangga mengenakan kain dari sukunya masing-masing sebab tiap kain yang

ditenun itu unik dan tidak ada satu pun identik sama. Motif atau pola yang ada merupakan

17
manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat

dengan masyarakat di tiap suku. Selain itu dengan bisa menenun menjadi indikator seorang wanita

untuk siap dan pantas dinikahi, untuk pria yang menjadi indikator ialah mempunyai ladang dan bisa

bercocok tanam. motif diciptakan dari pengikatan benang. Pada daerah lain yang diikat ialah

benang pakan maka pada kain tenun di NTT dibuat dengan cara kain lungsi yang diikatkan.

Tradisi menenun kain NTT telah banyak ditinggalkan karena semakin sedikit generasi muda

yang mempelajari teknik menenun dari orang tua. Pada saat ini kegiatan menenun dengan tangan

beralih dengan penenunan peralatan yang lebih modern. Tradisi menenun kain NTT telah banyak

ditinggalkan karena semakin sedikit generasi muda yang mempelajari teknik menenun dari orang

tua. Pada saat ini kegiatan menenun dengan tangan beralih dengan penenunan peralatan yang lebih

modern.

2.2 Kajian Empiris

Tabel. 2.1 Kajian Empiris

Judul, Peneliti dan Metode Persamaan dan


Tahun Penelitian Hasil Perbedaan
Perilaku Keuangan Metode deskriptif Perilaku keuangan Persamaan: menggunakan
Masyarakat Kampung di kualitatif (kuesioner, masyarakat kampung penelitian deskriptif
Merauke. wawancara dan dalam hal pengangaran, kualitataif
Imelda C. Laode (2018) pengamatan) pengelolaan kas, dan Perbedaan: penelitian
menabung masih terdahulu dilakukan pada
rendah. masyarakat Kampung di
Merauke pada tahun
2018, sedangkan
penelitian dilakukan pada
pelaku UMKM tenun ikat
di Kelurahan Naikoten 1.
Pengaruh Literasi Metode Kuantitatif Etnis berpengaruh tidak Perbedaan: penelitian
Keuangan, Locus of (regresi berganda) signifikan terhadap terdahulu dilakukan pada
Control, dan Etnis keputusan investasi. etnis secara umum dengan
Terhadap Pengambilan menggunakan metode
Keputusan Investasi. kuantitatif pada tahun
Ariani, Sofi (2015) 2015 sedangkan
penelitian ini
memfokuskan pada tenun
ikat di UMKM Ina Nda’o.

18
Pengaruh Budaya Etnis Metode Kuantitatif Papua masih memegang Perbedaan:penelitian
Dan Perilaku (metode analisis teguh nilai-nilai budaya terdahulu dilakukan pada
Kewirausahaan Terhadap structural equation yang dianut sehingga pelaku UMK Agribisnis
Kinerja Usaha Mikro modeling) budaya etnis mewarnai di Provinsi Papua dengan
Kecil Agribisnis Di perilaku pengusaha menggunakan metode
Provinsi Papua. dalam menjalankan kuantitatif pada tahun
Yohanes Rante (2010) usaha. 2010.

Pengelolaan Keuangan Meode deskriptif Etnis Cina memegang Persamaan: menggunakan


Keluarga Pedagang Etnis kualitatif (kuesioner erat budaya, penelitian deskriptif
Cina. dan wawancara) tradisi,kepercayaan kualitataif
Dwi Suhartini (2009) terhadap peruntugan, Perbedaan: penelitian
agama, pengalaman terdahulu dilakukan pada
hidup baik diri sendiri etnis Cina tahun 2009
maupun orang lain yang sedangkan penelitian ini
diamati, telah dilakukan pada UMKM
membentuk sisi tenun ikat Ina Nda’o.
perilaku yang
bermanfaat dalam
mengelola keuangan
keluarganya.
Perilaku Pengelolaan Metode Kuantitatif Ada perbedaan perilaku Perbedaan: penelitian
Keuangan Keluarga (analysis of variance) pengelolaan keuangan terdahulu melihat etnis
Dalam Perspektif Etnis keluarga pada berbagai secara umum dengan
Dan Demografi. etnis. metode kuantitatif pada
Felixia D. Jaflo (2015) tahun 2015 sedangkan
penelitian ini
memfokuskan pada
UMKM tenun ikat.

19
2.3 Kerangka Berpikir

Perilaku Keuangan

Konsumsi Tabungan Investasi

Pengelolaan Keuangan Bisnis

Perencanaan Anggaran Pencatatan

Pengembangan
Usaha

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Dalam hal ini peneliti melakukan

studi pada UMKM Ina Nda’o di Kelurahan Naikoten 1 Kecamatan Kota Raja Kota Kupang. Peneliti

menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti berusaha menghasilkan gambaran yang akurat

tentang perilaku keuangan sebuah kelompok dalam hal ini UMKM tenun ikat yang ada di

Kelurahan Naikoten 1.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitaif. Sugiyono (2016),

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah dimana peneliti sebagai sumber instrument kunci, pengambilan sampel, sumber data

dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data bersifat

induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.

Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2007) medefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis, lisan dari orang – orang

dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu pendekatan kualitatif lebih peka dan lebih dapat

menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola – pola nilai yang

dihadapi dan situasi yang berubah – ubah selama penelitian berlangsung (Moleong, 2007).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam penilitian ini peniliti menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Muhadjir

(1996), data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata verbal dan bukan dalam bentuk

angka. Sugiyono (2016), data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk

angka. Sumber data yang digunakan dalam penilitian ini adalah data primer. Suryabrata (1987), data

primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya dan data
21
skunder yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber

pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016) teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalahmendapatkan data.Sugiyono (2016)

menyatakan bahwa secara umum terdapat 4 macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi,

wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik

triangulasi data yaitu dengan menggabungkan 3 teknik pengumpulan data (observasi, wawancara

dan dokumentasi).

1. Observasi

Pada penelitian ini, teknik observasi yang digunakan adalah observasi terus terang atau

tersamar. Menurut Sugiyono (2016) peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus terang

kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga sejak awal subjek yang

diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi suatu saat peneliti juga

tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari jika suatu saat data

yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan jika dilakukan dengan terus

terang, maka peneliti tidak diijinkan untuk melakukan observasi.

2. Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (in depthinterviewe) berupa

wawancara semi terstruktur. Wawancara semiterstruktur menurut Sugiyono (2016) di dalam

pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara

jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebihterbuka, di mana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti

menggunakan bantuan pedoman wawancara untuk memudahkan dan memfokuskan pertanyaan

22
yang akan diutarakan. Peneliti juga menggunakan alat bantu rekam untuk memudahkan dalam

proses pengolahan data.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2016) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga

akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang

telah ada. Untuk menunjang pengumpulan data dokumentasi, subjek menggunakan alat bantu

berupa kamera untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan beberapa dokumentasi.

3.6 Informan Penelitian

Informan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive. Sugiyono

(2016), sampling purposive adalah teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu,

pertimbangan ini dilakukan misalnya orang tersebut dianggap yang paling tahu tentang apa yang

diharapkan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek yang akan menjadi fokus

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 17 orang informan dari etnis yang diteliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2016) analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles and

Huberman (Sugiyono, 2016) mengemukakan terdapat 3 langkah dalam analisis data, yaitu reduksi

data, display data, dan verifikasi data.

1. Reduksi data

Menurut Sugiyono (2016) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Sehingga data yang telah

23
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Display data

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisis data ini adalah display data

atau penyajian data. Miles and Huberman (Sugiyono, 2016) menyatakan bahwa yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatf adalah dengan teks yang

bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Verifikasi data

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Apabila kesimpulan yangdikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arlina. 2013. Prosedur Permohonan dan Pelunasan Pembiayaan Dana Berputar. Jurnal Akuntansi
Profesi, Vol 3. No 1.

Chandra. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC Daldjoeni. 2003. Seluk Beluk
Masyarakat Kota Bandung: PT. Alumni

Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan

Kholimah, S. 2013. Latihan Endurance Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik Dari Pada
Latihan PernafasanPada Pasien PPOK di BP4 Yogyakarta. Sport and Fitness Journal. Juni 2013:1.
No. 20-32.

Herdjiono, I, & Damanik, L. A. (2016). Pengaruh Financial Attitude , Financial Knowledge ,


Parental Income Terhadap Financial Management. Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan, 9(3),
226–241.

Ricciardi, V. & Simon, H. K. (2000). What is Behavioral Finance?. Business, Education and
Technology Journal Fall 2000.

Bimo, Walgito. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.

Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Rajawali Pers, Jakarta

Sukirno. (2000), Makroekonomi Modern:Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian


Baru : Raja Grafindo Pustaka.

Bank Indonesia, 2010, Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia, Jakarta.

Simorangkir, 2004Pengantar Lembaga Keungan Bank dan Non Bank,. Jakarta: Raja Grafindo

A Samuelson. Paul & William D Nordhaus. 1997. Mikroekonomi. Jakarta: Erlangga.

Pass, Christopher dan Bryan Lowes, 1994. Kamus Lengkap Ekonomi, Edisi Kedua, Erlangga,
Jakarta.

Kasmir. (2012), Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE

Tandelilin, Eduardus., 2000. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama BPFE
UGM, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern. Penerbit PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

Ariadi, Riyan. dkk. (2015). Analisa Hubungan Financial Literacy dan Demografi Dengan Investasi,
Saving dan Konsumsi. FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 7- 12
25
Gunadi. (2008). Ketentuan Pajak Penghasilan. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyadi.2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat

Nordiawan, Dedi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Layinna, & Waode. (2017). Produktivitas Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Keuangan .
Pekbis Jurnal Universitas Padjadjaran , 85-95.

Hidayat Saputra, 2019, Tips Membangun Managemen Keuangan Bagi UMKM.

Ucig 2020. Cara membuat Perencanaan Produksi yang tepat, https://jurnal.id/id/blog/ Cara-
membuatperencanaan-produksi-yang-tepat/ Diakses Pada 18 Juni 2020
Munawir. S. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Edisi Revisi. Penerbit BPFE: Yogyakarta.

Therik, Jes A. 1989. Tenun Ikat dari Timur: Keindahan Anggun Warisan Leluhur. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Sugiyono. 2016. MetodePenelitianBisnis. Bandung :Alfabeta

Moleong. 2007. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya

Muhadjir. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasina

Suryabrata, Sumadi, 1987, Metode Penelitian, Rajawali, Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai